Anda di halaman 1dari 4

Journal of Pharmacy and Science

Vol. 3, No.2, (Juli 2018), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Validasi Metode Analisis Formaldehid Pada Tisu Basah


Dwi Wahyuniati1*), Cicik Herlina Yulianti2, Mercyska Suryandari2
1
Mahasiswa Akademi Farmasi Surabaya
2
Program Studi D3 Akademi Farmasi Surabaya
*)
Email: dwiiniia10@gmail.com

ABSTRAK
Tisu basah merupakan istilah umum untuk menggambarkan sepotong bahan, umumnya ditambahkan dengan
komposisi cairan atau semi cair, dimaksudkan untuk membersihkan dan memberikan rasa lembut. Tisu basah
memiliki struktur berserat terdiri dari campuran serat selulosa pulp dan regenerasi, seperti rayon dan atau liosel,
dengan atau tanpa serat pengikat. Pada proses produksi, komponen-komponen yang sengaja ditambahkan pada
pembuatan tisu basah salah satunya adalah formaldehid sebagai penguat keadaan basah. Akan tetapi penggunaan
yang berlebihan dapat menyebabkan ruam pada kulit (dermatitis). Pada penelitian ini dilakukan validasi metode
analisis formaldehid pada tisu basah dengan menggunakan metode absorpsi uap SNI ISO 14184-2:2015 dengan
pereaksi nash menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Sampel yang digunakan adalah tisu basah dari satu
merek. Validasi metode dilakukan untuk memastikan metode SNI ISO 14184-2:2015 dapat diterapkan, diperoleh
hasil valid, dengan nilai R = 0,9993, yang mendekati nilai 1, menghasilkan persamaan regresi linier y = 0,0294x
- 0,0317. Pengujian akurasi diperoleh rata-rata persen recovery sebesar 84,54%, 102,05%, dan 106,13%. Nilai
RSD sebesar 1,62%. Hasil nilai LOD sebesar 0,040, sedangkan hasil nilai LOQ sebesar 0,136. Hasil validasi
terhadap metode SNI ISO 14184 – 2 : 2015 dapat disimpulkan bahwa metode SNI ISO 14184-2:2015 dapat
digunakan untuk menguji formaldehid pada tisu basah.

Kata kunci: Validasi, Tisu basah, Formaldehid, Pereaksi Nash, Spektrofotometri UV-Vis.

ABSTRACT
Wet wipes are the general terms to describe a piece of material, generally impregnated with a liquid or semi
liquid composition, intended to both cleaning and providing a smooth feeling. Wet wipes has fibrous structures
consist of a mixture of pulp and regenerated cellulose fibers, such as rayon and/or lyocell, with or without
binding fibers. In product process, one of components expressly added was formaldehyde as strengthener as wet
condition. But, excessive use of formaldehyde can cause skin rash (dermatitis). This study was aimed to Analysis
Method Validation of Formaldehyde of Wet Wipes used vapour absorption SNI ISO 14184-2:2015 method with
Nash Reagents by UV-Vis Spectrophotometry, and used vapour absorption method. The wet wipes sample used
was from one brand. Method validation was conducted to definite SNI ISO 14184-2:2015 method can be
applied, the result was valid, r value is 0,9993, the linear regression y = 0,0294x – 0,0317, accuracy percent
recovery study showed 84,54%, 102,05%, and 106,13%., Related standar deviation showed 1,62%, limit of
detection was 0,040, limit of quantitation was 0,136. The validation result of SNI ISO 14184-2:2015 method can
be concluded that SNI ISO 14184-2:2015 method can be applied to examine formaldehid on wet wipes.
Keywords: Wet wipes, Formaldehyde, Validation, Nash Reagent, UV-Vis Spectrophotometry.

1. PENDAHULUAN
Gaya hidup manusia saat ini yang yakni, formalin, sebagai penguat keadaan basah,
menginginkan semuanya serba instan menyebabkan dengan penggunaan sekitar 50 Kg per ton [2]. Telah
tisu menjadi hal yang sangat dibutuhkan belakangan diketahui sekitar 90% tetap berada dalam produk
ini. Berbeda pada saat tahun 70-an, dimana akhir atau sekitar 45 Kg per ton. Ternyata
saputangan masih menjadi hal yang wajib dibawa formaldehid pada tisu basah pengunaannya secara
saat bepergian. Saat ini banyak orang menggunakan terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
tisu, salah satunya yaitu tisu basah. Tisu basah dermatitis kontak alergika (radang kulit akibat kontak
memiliki struktur berserat terdiri dari campuran serat dengan bahan yang memicu reaksi alergi pada kulit).
selulosa pulp dan regenerasi, seperti rayon dan atau Paparan formaldehid dapat mengiritasi kulit, mata,
liosel, dengan atau tanpa serat pengikat [2]. hidung, dan tenggorokan.
Berdasarkan [4], komponen-komponen yang Dalam penelitian ini sebagai acuan metode
ditambahkan pada pembuatan tisu basah digunakan absorbsi untuk mengekstrak formaldehid yang paling
zat kimia pada proses produksinya salah satunya mendekati adalah SNI ISO 14184 – 2 : 2015 contoh

47
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 3, No.2, (Juli 2018), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

uji tekstil [5]. Agar metode validasi yang dipakai bisa jam. Setelah proses inkubasi selesai, botol kaca
digunakan di laboratorium lain dengan kondisi alat dikeluarkan dan didinginkan selama (30 ± 5)
yang berbeda serta diperoleh hasil yang akurat, maka menit, sampel uji dan keranjang dikeluarkan.
diperlukan pembuktian metode analisis tersebut Botol kaca yang berisi larutan ditutup kembali
untuk menguji formaldehid pada tisu basah, yaitu dan dikocok, untuk mencampurkan larutan yang
dengan memvalidasi metode tersebut. mengembun pada dinding botol kaca.
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian
4. Validasi Metode Analisis
dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses,
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau
Pengujian dilakukan dengan melakukan optimasi
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pada panjang gelombang maksimum formaldehid.
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
Diketahui dari literatur, panjang gelombang
diinginkan secara konsisten [5]. Parameter validasi
maksimum formaldehid dengan menggunakan
yang akan dilakukan antara lain; selektivitas, pereaksi Nash pada 412-415 nm [3]. Dilakukan
linieritas, akurasi, presisi, limit deteksi (LOD) / optimasi panjang gelombang pada salah satu
Kuantitasi (LOQ). konsentrasi baku kerja, yaitu 8,04 ppm, dengan
2. METODE PENELITIAN cara dipipet 5 mL larutan baku kerja ini kedalam
tabung reaksi tertutup tambahkan pereaksi asetil
2.1. Alat: aseton (Nash) sebanyak 5 mL. tabung reaksi
Spektrofotometer ultraviolet–visibel (Genesys®) spit tersebut dipanaskan diatas penangas air dengan
beam, neraca analitik (Shimadzu®), alat-alat gelas suhu (40 ± 2)° C selama (30 ± 5) menit,
(Pyrex®), botol kaca, keranjang kasa kawat kecil, kemudian didinginkan selama (30 ± 5) menit, lalu
inkubator (Memmert®), kompor listrik (Maspion®). diukur absorbansi pada panjang gelombang 400-
2.2. Bahan:
600 nm di spektrofotometer.
Formaldehid dengan kadar 37% b/v, tisu basah, asam
sulfat (H2SO4), ammonium asetat, asetil aseton, asam
b. Selektivitas/Spesifisitas
asetat glasial, aquadest.
2.3. Metode: Dengan cara membandingkan kurva (absorbansi
Vs panjang gelombang) dari larutan standar
1. Pembuatan dan Pembakuan Larutan Standar
formaldehid dengan konsentrasi 8,04 ppm, kurva
Formaldehid dari sampel dengan adisi formaldehid 8,04 ppm
Dibuat dari larutan baku induk Formaldehid dan kurva dari sampel tanpa adisi. Ketiga larutan
1.500 ppm dari larutan Formaldehid pro analysis diukur pada panjang gelombang 400-600 nm.
37% dengan pelarut aquades. Dilakukan
pembakuan larutan baku induk Formaldehid c. Linieritas
1.500 ppm, dengan cara dititrasi dengan asam Penentuan linieritas dilakukan dengan menguji
sulfat (0,01 mol/l) menggunakan indikator kelima larutan baku kerja formaldehid (5,63 ppm;
timolftalein hingga warna biru tepat hilang [5]. 6,43 ppm; 8,04 ppm; 10,46 ppm; 12,07 ppm)
Hasil pembakuan larutan standar Formaldehid diamati panjang gelombang maksimal. Hasil
diperoleh konsentrasi sebenarnya, yaitu 1.609,92 absorbansi yang diperoleh kemudian dianalisis
ppm. Kemudian dibuat larutan baku kerja dengan membuat persamaan garis regresi linier
dan ditentukan koefisien korelasinya. Dari hasil
sebanyak 5 konsentrasi, yaitu 5,63 ppm; 6,43
analisis tersebut, dapat ditentukan linieritasnya.
ppm; 8,04 ppm; 10,46 ppm; 12,07 ppm. Kurva regresi tersebut dapat digunakan untuk
semua pengukuran larutan formaldehid dengan
2. Pembuatan pereaksi asetil aseton (pereaksi Nash) konsentrasi yang berbeda-beda.
Larutkan 150 g ammonium asetat dalam 800 mL
air. Tambahkan 3 mL asam asetat glasial dan 2 d. Akurasi
mL asetil aseton, pindahkan ke dalam labu ukur Dilakukan pada hasil ekstraksi sampel tisu basah
1.000 mL dan encerkan dengan air hingga tepat yang diadisi formaldehid dengan konsentrasi 5,63
tanda batas. Simpan larutan dalam botol cokelat ppm; 6,43 ppm; 8,04 ppm (masing-masing adisi
[5]. sampel dengan konsentrasi tersebut direplikasi
3. Preparasi Sampel sebanyak 3 kali) menggunakan spektrofotometri
Sampel uji dipotong berukuran kecil dengan berat UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
1 gram ± 10 mg. Setelah itu diletakkan di atas
kawat kasa dan di masukkan dalam botol kaca
yang telah berisi 200 mL air, ditutup rapat dan
disimpan dalam inkubator (65 ± 1)º C selama 4

48
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 3, No.2, (Juli 2018), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Hasil pengukuran dibandingkan dengan kurva sebagai simpangan baku (SD) dan % RSD.
baku yang telah dibuat dan digunakan untuk Ketelitian untuk keperluan analisis dikatakan
menghitung persentase recovery. cukup baik jika % RSD ≤ 7,3% [6].

Kadar kembalian = f. LOD/LOQ


𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑑𝑖𝑠𝑖−𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑛𝑜𝑛 𝑎𝑑𝑖𝑠𝑖 LOD (Limit of Detection) merupakan nilai konsentrasi
𝑥 100%
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑑𝑖𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
zat yang diukur pada saat metode/instrumen mulai
Hasil persentase recovery untuk keperluan mendeteksi keberadaan zat tersebut tetapi belum bisa
analisis dapat memenuhi syarat jika menunjukkan dikuantifikasi secara tepat. Sedangkan yang dimaksud
persentase antara 80% - 110% [6]. LOQ (Limit of Quantitation) adalah nilai konsentrasi
terendah dari zat yang diukur pada saat
e. Presisi metode/instrumen dapat mendeteksi zat tersebut
Pengujian presisi yang dilakukan adalah kategori dengan akurasi dan presisi yang baik. Uji LOD dan
keterulangan (repeatability). Pengujian dilakukan LOQ Dilakukan pada pengukuran absorbansi blanko,
pada kosentrasi 6,43 ppm dengan 6 kali replikasi.
dilakukan sebanyak 10 kali pengukuran. Kemudian
Selanjutnya diamati serapannya pada panjang
gelombang maksimum. Ketelitian ditentukan dihitung nilai SD, LOD, dan LOQ.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 0.35


Pada tahap awal validasi metode analisis 0.3
absorbansi
0.25
adalah memilih panjang gelombang maksimum
0.2
formaldehid. Pada pemilihan panjang gelombang 0.15
digunakan konsentrasi 8,04 ppm dengan mengujikan 0.1
pada beberapa panjang gelombang pada panjang 0.05
gelombang 400-600 nm. Dari hasil penelitian 0
didapatkan panjang gelombang maksimum terpilih 400 450 500 550 600
Panjang Gelombang (nm)
yang mempunyai absorban maksimal yaitu 413 nm.
Hasil optimasi panjang gelombang dilihat pada 8 ppm adisi non adisi
gambar 1.
0.25 Gambar 2. Uji selektivitas pada Panjang
0.2 Gelombang 400-600nm
Uji linieritas antara konsentrasi formaldehid
Absorbansi

0.15 dengan absorbansi dilakukan pada panjang


0.1 gelombang 413 nm dengan menggunakan 5 baku
kerja didapat dari pengenceran baku induk
0.05 formaldehid 1.609,92 ppm. sehingga ddidapatkan
0 kurva linieritas dengan nilai r = 0,9993, yang
400 500 600 mendekati nilai 1, menghasilkan persamaan y =
Panjang Gelombang (nm) 0,0294x - 0,0317, Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode yang digunakan memberikan hasil
Gambar 1. Penentuan Panjang Gelombang yang linier.
Formaldehid
0.35
Uji selektivitas diperoleh pada panjang 0.3 y = 0,0294x - 0,0317
gelombang /413 nm karena tidak diganggu oleh R = 0,9993
0.25
Absorbansi

matriks sampel, 3 kurva yang diperoleh memiliki


profil sama, pada panjang gelombang 400 nm 0.2
absorbansi mulai naik dan absorbansi turun ketika di 0.15
panjang gelombang 415 nm, ketiga kurva memiliki 0.1
puncak sama ketika di panjang gelombang 412-
0.05
414nm. Sehingga selektivitas dinyatakan bahwa tidak
ada analit lain yang bereaksi dengan Nash pada 0
panjang gelombang 400nm-600nm, selain
Konsentrasi (ppm)
formaldehid. Hasil uji selektivitas dapat dilihat pada
gambar 2. Gambar 3 Kurva Linearitas Hubungan antara
Konsentrasi dengan Absorban

49
Uji akurasi didapatkan hasil yang memenuhi Tabel 6. Hasil Uji LOD dan LOQ
persyaratan dari rentang persen recovery yaitu
84,54%, 102,05%, 106,13% antara 80-110%. Hasil
uji akurasi dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Akurasi Sampel Tisu Basah


Konsent Rep Kadar tanpa kadar
%
rasi lika Abs adisi adisi sebenar
recovery
(ppm) si (ppm) (ppm) nya (ppm)
1 0,299 11,24 6,45 4,79 85,07%
5,63 2 0,297 11,18 6,45 4,83 84,01%
3 0,298 11,21 6,45 4,76 84,54%
Rata-rata % recovery = 84,54%
1 0,351 13,01 6,45 6,56 102,13% 4. KESIMPULAN
6,43 2 0,349 12,94 6,45 6,49 100,93%
Metode SNI ISO 14184-2:2015 dapat
3 0,353 13,08 6,45 6,63 103,11%
digunakan untuk menguji formaldehid pada tisu
Rata-rata % recovery = 102,05%
basah.
1 0,410 15,02 6,45 8,57 106,59%
8,04 2 0,408 14,95 6,45 8,50 105,72% 5. UCAPAN TERIMAKASIH
3 0,409 14,98 6,45 8,53 106,09% Ucapan terimakasih disampaikan penulis
Rata-rata % recovery = 106,13% kepada pihak Akademi Farmasi Surabaya, atas semua
fasilitas sehingga penulis bisa menyelesaikan
Uji presisi didapatkan nilai RSD kurang dari penelitian ini dengan tepat waktu.
7,3%, yaitu 1,62%. Dari nilai persen recovery dan
nilai RSD dapat disimpulkan validasi metode analisis
formaldehid pada tisu basah yang digunakan 6. PENDANAAN
memberikan hasil yang akurat dan presisi. Hasil uji Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah
presisi dapat dilihat pada tabel 5. manapun.
Tabel 5. Hasil Uji Presisi Sampel Tisu Basah
7. KONFLIK KEPENTINGAN
Rata-
Absorbansi d(Xi-
Replikasi
(X)
rata
X)
d2 SD RSD Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
(Xi) potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
8,1 x
1 0,372 0,009 kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
10-5
2 0,381 0 0 ini.
25 x
3 0,376 0,005
10-5
DAFTAR PUSTAKA
6,4 x
4 0,389 0,381 -0,008 0,006 1,618
10-5
4 x 10-
1. AOAC, Official Methods of Analysis of
5 0,383 -0,002 6 AOAC International 8th Edition,
16 x Gaithersburg: AOAC International, 2007.
6 0,385 -0,004
10-5
∑ 2. G. d. Deckner, “Composition for wet wipes
∑d=
0
d2= 19 that enchances the efficacy of cleansing
x 10-4
while being gentle to the skin,” dalam
CENTER HILL AVENUE, US, 2005.
Uji LOD dan LOQ pada penelitian ini 3. Harmita, “Petunjuk Pelaksanaan Validasi
menggunakan larutan blanko yang direplikasi Metode dan Cara Perhitungannya,”
sebanyak 10 kali. Hasil pengukuran LOD dan LOQ, Majalah Ilmu Kefarmasian, pp. 117 - 135,
didapatkan nilai absorban uji dari 10 kali replikasi. 2004.
dilakukan perhitungan SD dari absorban didapat nilai 4. Kemenkes, Pedoman Bahan Berbahaya Pada
sebesar 0,0004. Nilai LOD sebesar 0,040 dan nilai Produk Alat Kesehatan Dan Perbekalan
LOQ sebesar 0,136. Hasil LOD dan LOQ dapat Kesehatan Rumah Tangga, Jakarta:
dilihat pada tabel 6. Kemenkes, 2012.
5. S. N. Indonesia, Cara Uji Kadar Formaldehida
yang dilepas (Metode Absorbsi Uap ),
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional, 2015.
6. T. Nash, “The Colorimetric Estimation Of
Formaldehyde by Means of the Hantzsch
Reaction,” dalam Air Hygiene Laboratory,
London, 1953.

50

Anda mungkin juga menyukai