Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

SEMESTER GANJIL 2018 - 2019

Pemeriksaan Kadar Metabolit Sekunder Ekstrak


Psidium Guajava

Hari / Jam Praktikum : Senin / 07.00 – 10.00 WIB

Tanggal Praktikum : 12 November 2018

Kelompok 1

Asisten : 1. Alda Anjella Lady C.P.A.

2. Yolanda Pertiwi

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2018
I. Tujuan

Memeriksa kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dan


menentukan kadar kuersetin

II. Prinsip

2.1 Kolorimetri

Metode kolorimetri merupakan suatu metode analisis kimia


berdasarkan perbandingan perbedaan warna antara larutan sampel dengan
warna larutan bakunya (Basset, 1991).

2.2 Adsorpsi

Adsorpsi merupakan proses interaksi antara molekul yang bergerak


dengan molekul yang diam dimana terjadi proses penyerapan molekul
yang bergerak pada molekul yang diam yang memiliki permukaan atau
antar muka (Sukarjo, 1990).

2.3 Partisi

Partisi adalah suatu proses pemisahan komponen tertentu pada suatu


senyawa yang berprinsip, yaitu distribusi zat yang terlarut terhadap 2
pelarut yang tidak bercampur (Marselia et al, 2015).

2.4 Hukum Lambert Beer

Hukum Lambert Beer merupakan prinsip yang digunakan oleh


spektofotometri demgam primsip jumlah seluruh radiasi visible, Ultra-
violet dan cahaya-cahaya lain yang ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.
A = abc

Ket : A = absorbansi
` a = molar absorptivity dalam L/(mole)(cm)

b = panjang kuvet dalam cm

c = komsemtraso sampel (mol/L)

(Neldawati et al, 2013)

III. Reaksi

IV. Teori Dasar

Ekstrak merupakan sediaan kental yang berasal dari hasil ekstraksi


senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir seluruh pelarut diuapkan
dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga didapatkan hasil
baku yang telah ditentukan (Depkes RI,1995).

Ekstrak sebagai bahan dan produk kefarmasian berasal dari simplisia


yang telah memenuhi standard an persyaratan yang berlaku untuk dijadikan
obat herbal terstandar atau fitofarmaka. Parameter mutu ekstrak yang penting
adalah kandungan senyawa aktifnya. Selain itu ada pula parameter spesifik
dan non spesifik yang digunakan dalan standardisasi mutu (Niazi et al,2010).

Adapun karakterisasi simplisisa yaitu penetapan kadar abu, kadar abu


larut air, kadar abu tidak larut asam,kadar sari larut asam,kadar sari larut air
dan kadar air secara destilasi . Selain itu untuk karakteristik ekstrak terdiri
dari karakteristik non spesifik yang meliputi bobot jenis,kadar air, kadar sisa
pelarut dan kadar abu. Sedangkan karakterisasi spesifik mencakup
pemeriksaan senyawa yang terlarut dalam pelarut air dan etanol, pola
kromatogram pada plat KLT-densitometri. Pemeriksaan golongan kimia
ekstrak dari penetapan kadar menggunakan spektrofotometer sinar ultar
violet (UV) (Ani dan Arifin ,2006).

Kandungan abu pada ekstrak atau simplisia tergantung pada macam


bahan dan proses pengabuannya. Kandungan abu berhubungan dengan
kandungan mineral suatu bahan. Ada dua macam garam mineral,yaitu organik
misalnya garam dari asam malat,oksalat,asetat,pektat dan lainnya dan adanya
garam-garam anorganik moisalnya fosfat, karbonat,klorida,sulfat nitrat dan
logam alkali (Sudarmadji,1989).

Pada parameter bobot jenis dapat mengindikasikan spesifikasi ekstrak


uji. Parameter ini penting Karena bobot jenis ekstrak bergantung pada jumlah
serta jenis komponen atau zat terlarut didalamnya (Ditjen POM,2000).

Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara


mengabukan komponen-komponen organik. Jumlah dan komposisi abu dalam
mineral tergantung pada jenis nbahan serta metode analisis yang digunakan.
Cara pengabuan secara lansung yaitu mengoksidasi semua zat organik pada
suhu tinggi sekitar 500-600 C dan dilakukan penimbangan zat yang tertinggal
pada proses pembakaran tersebut hingga bobotnya konstan
(Sudarmadji,1989).

Bobot jenis suatu zat adalah perbandignan antara bobot zat dan
volume pada suhu tertenut sedangkan rapat jenis adalah perbandignan antara
bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu. Beberapa alat
untuk mengukurnya yaitu piknometer, nercara air,ndan neraca Reimann
(Martin,1990).

Flavonoid merupakan salah satu senyawa antioksidan golongan


fenolik alam yang terbesar dan terdapat dalam hampir semua tumbuhan,
sehingga dapat dipastikan terdapat flavonoid pada setiap telaah ekstrak
tumbuhan.
Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa yang terbukti dapat
digunakan sebagai antioksidan, antikanker, dan anti depresan (Azizah et
al,2014).

Uji parameter spesifik kadar total golongan kandungan kimia


bertujuan untuk memberikan informasi kadar kandungan golongan kimia
sebagai parameter mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologis
(Depkes RI,2000).

Dalam farmakope,metode spektrofotometri Uv-Vis digunakan untuk


menetapkan kadar senyawa obat dalam jumlah yang cukup banyak.
Spektroskopi serapan ultraviolet dan serapan sinar tampak merupakan cara
tunggal yang paling berguna untuk analisis flavonoid dan fenolik
(Markham,1988).

Spektofotometer Uv-Vis menyelidiki interaksi radiasi sinar cahaya


dengan materi pada sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 200-400 nm
dan sinar tampak dengan panjang gelombang 400-800 nm (Adeeyinwo,2013).

Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut


methanol atau etanol. Spektrum khas flavonoid terdiri atas dua maksimal
rentang 230-293 nm (pita II) dan 300-360 nm (pita I) (Neldawati,2013).

Uji parameter spesifik pola kromatografi bertujuan untuk memberikan


gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram.
Didalam isolasi senyawa, kromatografi sangat penting dan fundamental untuk
identifikasi,deteksi pemisahan , deteksi optimal fase gerak, deteksi
kemurnian,dll. KLT akan memvisualisasikan senyawa-senyawa yang
terkandung dalam bahan sehingga bisa diketahui sifat-sifat terutama polaritas
(Saifudin,2014).

Sebagai pembanding dapat digunakan kuersetin yang merupakan


flavonoid golongan flavonol yang mempunyai gugus keto pada C-4 dan
memiliki gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari flavon
dan flavonol. KLT menggunakan fase stasioner berupa lapisan tipis suatu
adsorben,misalnya gel silica dilapiskan pada pelat dan fase mobilnya adalah
berupa campuran pelarut. Sampel diaplikasikan pada plat kemudian plat
diberdirikan dengan ujung bawah dengan pelarut. Ketika pelarut naik akibat
aksi kapiler pada adsorben, komponen sampel terbawa dengan kecepatan
yang berbeda, dapat dilihat sebagai deretan titik- titik setelah platnya
dikeringkan/diwarnai/dilihat dibawa UV (Sumawinta,2002).

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

a. Chamber Kromatografi Lapis f. Pipet tetes


Tipis g. Pipet Volume
b. Gelas Kimia h. Plat Silica Gel
c. Gelas Ukur i. Sentrifugator
d. Kertas Saring j. Spektrofotometer UV-Vis
e. Labu Ukur k. Tabung Sentrifugasi

5.2 Bahan

a. AlCl3 g. Ekstrak Kental Psidii Folium


b. Amona h. Etanol
c. Aquadest i. Kalium Asetat
d. Asam Asetat j. Kuersetin
e. Baku Asam Galat k. N-Butanol
f. Baku Rutin

VI. Prosedur
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, Hal pertama yang dilakukan
adalah dibuatnya larutan uji ekstrak dengan ditimbangnya ekstrak sebanyak 1
gram, lalu dilarutakan ekstrak kedalam 25 ml larutan etanol 95%. Campuran
dari ekstrak dan etanol kemudian di masukan kedalam tabung sentrifugasi,
lalu di sentrifugasi selama 3 jam dengan kecepatan 200 rpm. Setelah
disentrifugasi
diambil bagian supernatan dari sampel yang kemdian ditambahkan etanol
hingga 25 ml .
Langkah kedua adalah dibuatnya larutan stock kuersetin. Larutan baku
kuestein di buat dengan ditimbangnya kuersetin dan dilarutkan kuersetin
kedalam etanol 97%, Hasil akhirnya didapatkan larutan baku kersetin
sebanyak 1000 ppm.
Langkah ketiga adalah pembuatan kurva baku. Hal yang dilakukan
dalam pembuatan kurba baku adalah dibuatnya larutan kersetin dalam etanol
dalam berbagai konsentrasi yaitu 40,60,80,100,120 μg/mL ( ppm),Kemudian
dari setiap konsentrasi diambil 0,5 ml dan dicampur dengan 1,5 ml etanol
95% : 0,1 ml Aluminium Klorida 10%:0,1 ml Natrium Asetat : dan 2,8 ml
Aquadest. Lalu campuran tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 30
menit.Serapan diukur dalam spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimun yaitu 429 nm dan dibuat kurva baku standar sesuai
dengan pengamatan.
Langkah Keempat adalah pengujian kuantitaif kadungan kersetin dalam
ekstrak. Langkah awal pada pengujian ini adalah diambilnya larutan sampel
dalam etanol sebanayk 0,5 kemudian ditambahkan dengan 1,5 ml etanol 95%
: 0,1 ml Aluminium Klorida 10%:0, 1ml Natrium Asetat : dan 2,8 ml
Aquadest. Campuran tersebut diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar.
Selanjutnya serapan diukur dengan sektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimun 429 nm . Jumlah Flavonoid diukur dengan metode
kolorimetri aluminium Klorida.
Selanjutnya dilakukan penentuan flavonoid dari larutan uji ekstrak
secara kualitatif dengan mengunaan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Pertama-tama larutan ekstrak dan arutan aku berupa kuersetin, Asam Galat
dan Rutin ditotolkan masing-masing 1 cm diatas Plat Silica gel. Setelah itu
Plat dimasukan kedalam Chamber yang berisi eluen berupa 40 ml N-Butanol :
10 ml Asam Asetat: 50 ml Air (4:1:5) yang terlebih dahulu sudah dijenuhkan.
Kemudian plat dikeringkan dan diamati dibawah sinar UV 254 nm. Nilai Rf
sampel dihitung dan dibandingkan dengan Rf Standar .
VII. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
Pembuatan Ekstrak Etanol
1. Menimbang 1 g simplisia dan Didapatkan larutan ekstrak simplisia
melarutkan ke dalam 25 ml etanol
2. Mengocok dengan magnetic Didapatkan ekstrak yang memisah
stirrer selama 8 jam dari pelarutnya
3. Menyaring campuran dan Didapatkan filtra ekstrak dengan
mengambil filtratnya dan volume 25 ml
menambah etanol 95% hingga 25
ml
Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Membuat larutan kuersertin Didapatkan larutan kuerserin dengan
dengan konsentrasi 40, 60, 80, konsentrasi 40, 60, 80, 100, dan 120
100, dan 120 µg µg
2. Mengambil 0.5 ml dari masing- Diapatkan campuran yang akan
masing konsentrasi dan diinkubasi.
menambahkan 1.5 ml etanol 95%;
0.1 ml AlCl3 10%; 0.1 ml natrium
asetat I M, dan 2.8 ml aquadest
3. Inkubasi pada suhu kamar selama Didapatkan larutan yang sudah di
30 menit. Amati serapannya pada inkubasi dan serapannya telah
348 nm teramati
Penentuan Jumlah Flavonoid
1. 0.5 ml larutan ekstrak Didapatkan kadar flavonoid sebesar
diperlakukan sama seperti 0.108 %
apdabaku kuersertin dan hitung
kadar flavonoidnya
Pengujian kualitatif kandungan
kuersetin dalam ekstrak
1. Menotolkan larutan ekstrak dan Didapatkan KLT yang telah
baku kuersertin masing-masing 1 ditotolkan ekstrak
cm di atas plat KLT
2. Mengembangkan plat dalam Fase gerak telah didapatkan dengan
chamber yang mengandung 200 perbandingan 4:1:5 antara campuran
ml campuran n-butanol, asam n-butanol, asam asetat, dan air
asetat, dan air (4:1:5).
3. Mengeringkan plat, amati di Plat telah teramati
bawah sinar UV
4. Menghitung Rf sampel dan Didapatkan harga Rf sebesar 0.25
membandingkan dengan yang
standar

VIII. Grafik dan Perhitungan

8.1 Pembuatan AlCl3

10
𝑥
100 = 100 𝑚𝑙
X = 1 gram

8.2 Pembuatan Natrium Asetosal


𝑚 1
M= =
𝑚𝑟 𝑉

𝑚 1
1= =
82,03 10

M = 820,3 gram

8.3 Pengenceran Kurva Baku (1000 ppm)

 120 ppm
1000 .V1 = 120. 10
V = 1,2 ml

 100 ppm
120 .V1 = 100. 10
V = 8,33 ml

 80 ppm
100 .V1 = 80. 10
V = 8 ml

 60 ppm
80 .V1 = 60. 10
V = 7,5 ml

 40 ppm
60 .V1 = 40. 10
V = 6,67ml
8.4 Pembuatan kurva baku Kuersetin

Persamaan y = 0,0076 x- 0,0432


R2 = 0,9991

8.5 Perhitungan Kadar Flavonoid Total

Sampel I
Y = 0,0076 x – 0,0432
0,405 = 0,0076 x – 0,0432
0,405+ 0,0432 = 0,0076 x
0,4482 = 0,0076 x
0,4482
X= = 58,97 ppm
0,0076

Sampel II
Y = 0,0076 x – 0,0432
0,471 = 0,0076 x – 0,0432
0,471+ 0,0432 = 0,0076 x
0,5142 = 0,0076 x
0,5412
X= = 71,21 ppm
0,0076

Sampel III
Y = 0,0076 x – 0,0432
0,226 = 0,0076 x – 0,0432
0,226+ 0,0432 = 0,0076 x
0,2692 = 0,0076 x
0,2692
X= = 35,42 ppm
0,0076

Rata-Rata = 58,97+71,21+35,42
= 55,2 ppm
3

8.6 Kadar Flavonoid

𝐶 𝑥 𝑉 𝑋 𝑃 𝑋 10−6 𝑋 100 %
F=
𝑚
55,2 𝑥 25 𝑥 1 𝑥 10−6 𝑥 100%
F= 1,2772 = 0,108%

8.7 Perhitungan Rf

Rf Pembanding

Rutin = 4,6
= 0,767
6

0
Asam Galat = = 0
6

Kuersetin = 5,7
= 0,95
6

Rf Sampel

Ekstrak Jambu Biji 1,5


= 0,25
= 6
IX. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar flavonoid total


sebagai kuersetin, lalu ada rutin dan asam galat. Pemeriksaan ini penting
dilakukan untuk ekstrak yang akan digunakan sebagai bahan baku sediaan
farmasi tradisional. Kuersetin seperti yang telah diketahui merupakan
senyawa marker pada daun jambu biji. Dalam sediaan, kuersetin berperan
sebagai zat aktif yang memberikan efek farmakologis.

Sebagai zat aktif, tentunya kuersetin harus dipastikan keberadaannya


dalam ekstrak daun jambu biji. Pemastian ini disebut sebagai analisis
kualitatif. Pemeriksaan keberadaan kuersetin bisa dilakukan dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis. Selain dipastikan keberadaannya,
kuersetin juga harus diperiksa kadarnya. Pemeriksaan kadar ini dikarenakan
sediaan farmasi tentunya berhubungan dengan dosis. Jika tidak diketahui
kadar kuersetin dalam ekstrak, maka penentuan dosis tidak dapat dilakukan.
Selain itu, penentuan kadar juga dapat menjadi syarat spesifik dari ekstrak.

Penentuan kadar kuersetin dalam ekstrak daun jambu biji dilakukan


dengan metode kolorimetri. Sebelum dilakukan pengujian, baik dengan KLT
maupun dengan kolorimetri, dilakukan preparasi sampel terlebih dahulu.
Sampel yang merupakan ekstrak daun jambu biji ditimbang dan dilarutkan
dalam etanol. Hal ini karena ekstrak larut dalam etanol dan tidak larut dalam
air. Etanol yang digunakan juga etanol dengan kadar tinggi yaitu 96%. Hal ini
karena etanol dengan kadar tinggi berpotensi tinggi pula untuk mengambil
senyawa aktif dari ekstrak. Agar senyawa aktif lebih dapat ditarik dari
ekstrak, maka terlebih dahulu dilakukan sentrifugasi selama jam. Selain
sampel, bahan lain yang perlu dipreparasi adalah larutan kuersetin baku.
Larutan kuersetin baku berfungsi sebagai pembanding. Larutan ini digunakan
baik dalam KLT untuk mengetahui Rf kuersetin, maupun dalam kolorimetri
untuk membuat kurva baku kuersetin, dimana kurva baku ini akan
memberikan persamaan yang bisa dipakai untuk menghitung kadar kuersetin.

Metode KLT yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya


kuersetin, rutin, asam galat dalam ekstrak daun jambu biji. Caranya adalah
dengan membandingkan waktu retensi sampel atau ekstrak dengan waktu
retensi dari kuersetin baku. Pada KLT ini dibutuhkan eluen atau fasa gerak
dan fasa diam. Untuk eluen digunakan n-butanol : asam asetat : air dengan
perbandingan 4 : 1 : 5. Sementara itu untuk fasa diam digunakan silika gel.
Alasan dari penggunaan metode KLT adalah karena metode ini memiliki
kelebihan dibandingkan dengan kromatografi kertas yaitu karena dapat
dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi,
dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat.

Di samping hal itu, hasil dari metode KLT juga sudah tercantum
dalam Farmakope Herbal Indonesia sehingga dapat dijadikan acuan
bagaimana seharusnya hasil yang baik dari ekstrak daun jambu biji yang
memiliki kuersetin. Perbedaan nilai Rf berhubungan dengan kesukaan.
Senyawa polar akan lebih suka bersama dengan yang polar. Begitu pula
sebaliknya, senyawa nonpolar lebih suka bersama dengan yang nonpolar.
Silika gel bersifat polar. Eluen yang digunakan pada KLT yang dilakukan
juga bersifat polar. Tetapi tingkat kepolaran keduanya berbeda. Silika gel
memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan eluen yang
merupakan campuran n- butanol, asam asetat, dan air. Oleh karena itu,
semakin polar suatu senyawa maka nilai Rfnya akan semakin kecil. Hal
tersebut dikarenakan kepolaran sampel yang mendekati tingkat kepolaran dari
fasa diam sehingga sampel lebih suka berada bersama dengan fasa diam dan
sulit mengikuti fasa gerak untuk bergerak.

Pada pelaksanaannya eluen harus dijenuhkan terlebih dahulu. Tanda


dari jenuh adalah sudah terasa naik suhu dari dalam chamber. Apabila telah
jenuh, artinya dalam chamber fasa diam telah berada dalam fasa uap
sebagian. Maka itu menandakan bahwa fasa diam yang telah ditotolkan
larutan baku dan sampel boleh untuk dimasukkan. Jika eluen telah naik ke
fasa diam, pemeriksaan dengan KLT dilanjutkan dengan melihat bercak.
Melihat bercak dilakukan menggunakan sinar UV. Ada dua panjang
gelombang yang digunakan. Pada panjang gelombang 254 nm, sampel yang
berfluoresensi. Sementara itu pada panjang gelombang 366 nm, fasa diam
yang berfluoresensi. Fluoresensi dilihat sebagai bercak berwarna kuning.
Hasil yang didapat dari KLT ini adalah Rf kuersetin 0,95 dan Rf
sampel 0,25. Seharusnya selisih antara Rf sampel dan kuarsetin kecil, karena
sesuai dengan farmakope Herbal Indonesia bahwa jambu biji mengandung
kuarsetin. Hal ini terjadi dikarenakan penotolan yang tidak tepat dan kurang
teliti dan perbandingan eluen yang kurang tepat. Lalu didapat Rf asam galat
yaitu 0, berarti ini menunjukkan bahwa jambu biji tidak memiliki kandungan
asam galat, dan Rf Rutin yang didapatkan yaitu 0,767 yang berarti jambu biji
memiliki kandungan Rutin yang sedikit.

Penentuan kadar kuersetin pada ekstrak Psidium guajava dilakukan


dengan mertode spektrofotometri sehingga dapat konsentrasi dibaca melalui
perubahan warna yang terbaca pada alat spektrofotometer dengan
menggunakan cahaya pada gelombang tertentu yang dapat diserap oleh
sampel.

Penggunaan metode ini melibatkan nilai absorbansi dan panjang


gelombang, maka perlu dibuat sebuah kurva baku dengan tujuan untuk dapat
mengetahui rentang absorbansi yang dihasilkan pada berbagai konsentrasi
dengan menggunakan larutan baku kuersetin untuk mendapatkan suatu
persamaan dan panjang gelombang terbaik yang akan digunakan untuk
pembacaan hasil kelak.

Larutan baku kuersetin dibuat dalam konsentrasi 40,60,80,100 dan


120 ppm (μg/mL atau mg/L) yang diencerkan dari larutan stock yang telah
dibuat pada konsentrasi 200 ppm (5000 μg/25 mL) dan masing- masing
larutan dibuat sebanyak 10 ml dalam labu ukur dengan pemindahan
menggunakan pipet volume untuk memastikan bahwa volume yang
terpindahkan maupun yang dibuat jumlahnya akurat karena akan
berpengaruh terhadap pembacaan absorbansi sehingga secara tidak langsung
berpengaruh terhadap hasil kurva baku dan persamaan yang akan dibuat.

Kemudian ke dalam masing-masing larutan baku ditambahkan 1,5 ml


etanol dengan tujuan sebagai pelarut kemudian ditambahkan 0,1 ml
alumunium klorida dengan tujuan sebagai pereaksi untuk membentuk reaksi
kompleks yang terjadi antara alumunium klorida dengan gugus keto dan
pada
flavon dan gugus hidroksi pada flavonol sebagai bagian dari struktur
kuersetin sehingga kompleks yang akan menghasilkan perubahan warna
yang dapat terbaca dengan alat spektrofotometer. Kemudian ditambah
sebanyak 0,1 ml kalium asetat dengan tujuan untuk mendeteksi dan
memperjelas adanya gugus hidroksil pada flavonol kemudian ditambah
sebanyak 2,8 ml aquades.

Kemudian larutan diinkubasi selama 30 menit dengan tujuan untuk


memberi waktu bagi seluruh larutan yang dicampurkan agar diperoleh hasil
pembacaan yang maksimum pada panjang gelombang 429 nm. Pengunaan
panjang gelombang 429 nm adalah karena pada panjang gelombang tersebut
terjadi penyerapan cahaya secara maksimum oleh sampel dan diperoleh
hasil absorbansi pada masing-masing konsentrasi yang kemudian
diekstrapolasikan ke dalam suatu grafik linear. Dari hasil lima absorbansi
yang diperoleh pada lima konsentrasi yang berbeda yang dapat membentuk
kurva linear dengan nilai regresi hampir mendekati 1. Nilai regresi 1
menunjukkan bahwa persamaan yang terbentuk dari kurva linear tersebut
dapat digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap konsentrasi
sampel yaitu y = 0,0076 x- 0,0432 dengan R2 = 0,9991

Prosedur yang dilakukan terhadap sampel sama dengan prosedur


pembuatan kurva baku, penambahan etanol, kalium asetat, alumunium
klorida dan aquades hingga volumenya 5 ml dengan tujuan agar perhitungan
kadarnya dapat menggunakan persamaan yang diperoleh dari larutan baku
kuersetin yang juga diberikan pereaksi serupa dan dibuat sebanyak 3 sampel
(triplo).

Hasil absorbansi sampel menunjukkan angka-angka sebagai berikut


0,475 ; 0,471 ; 0,226 dimana absorabansi sampel ketiga menunjukkan hasil
yang sangat berbeda.

Lalu nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke dalam persamaan yang


telah diperoleh sehingga didapatkan konsentrasi rata-rata sampel yaitu 55,2
ppm dengan persentase kadar flavonoid akhir sebesar 0,108%. Ini berarti,
kadar yang tidak sesuai dengan literatur yakni FHI dimana kadar seharusnya
tidak kurang dari 1,4%.
Hal ini dapat disebabkan karena lama inkubasi yang tidak sesuai
dengan prosedur sehingga mempengaruhi kadar kuersetin dalam sampel,
inkubasi yang dilakukan kurang dari setengah jam sehingga sampel belum
bereaksi sepenuhnya dengan pereaksi.

X. Kesimpulan

Kadar flavonoid ekstrak total telah diperiksa, yaitu sebesar 0.108 %. Hal
ini tidak sesuai dengan literatur yang seaharusnya kurang dari 1.4 %.
Kemudian harga Rf juga berhasil diidentifikasi. Yaitu sebesar 1.4 %
DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Z.2011. Pengukuran Kadar Larutan Temulawak Menggunakan Metode


TLC. Tersedia online di http://diglib.its.ac.id/. [Diakses tanggal 10
November 2018].

Adeeyinwo, C.E., Okorie, N.N., dan Idowu, G.O. (2013). Basic Calibration of
UV/Visible Spectrophotometer. International Journal of Science and
Technology. 2(3): 247-251

Ani,I dan Kelik .2006. Karakterisasi Daun Kembang Sungsang (Glosia Superba
L.) dari Aspek Fisikokimia. Media Litbang Kesehatan. Vol 16. No 4.

Azizah, Dyah Nur, dkk. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode AlCl3 pada
Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Kartika Jurnal
Ilmiah Farmasi, 2 (2), 45-49 ISSN 2354-6565.

Basset., et al. 1991. Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
EGC.

Chang, C., Yang. M., Wen, H & Chern, J., 2002, Estimation ofTotal Flavonoid
Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods,
Journal of Food and Drug Analysis, 10(3): 178-182.

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia.


Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan


Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Markham,K.R.1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.

Martin,A. 1990.Farmasi Fisik.Jakarta.UI Press.

Marselia,S., M. Agus W., Savante A. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun


Soma (Plorarium alternirnifolium Melch) Terhadap Propionibacterium
acnes. Jurnal Kimia Khatulistiwa. Vol 4 (4) : 72 – 82.
Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Pilar of Physics. Vol.2 : 76 - 83.
Niazi, Priyanka, et al. 2010. Pharmacotheurapeutic of Curcuma Longa-A Potent
Patient. International Journal of Pharma Professionals Research. Vol
1.No 2 : 24-30.

Rivai. 2013. Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-Air terhadap Kadar Senyawa


Fenolat Total dan Daya Antioksidan dari Ekstrak Daun Sirsak. Jurnal
Sains dan Teknologi Farmasi. Vol. 18 No.1, 35-42

Saifudin,A.2014.Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori,Konsep dan Teknik


Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.

Sudarmadji,s dan Suhandi.1989. Analisa Bahan Makanan dan


Pertanian.Yogyakarta: Liberty.

Sukarjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta .


Sumawinata.N. 2002. Seranai Istilah Kedokteran. Jakarta:EGC.
LAMPIRAN

Ina Novianti 260110170124 Pembahasan

Fira Burhanisa 260110170125 Tujuan, Prinsip, Reaksi

Rezsitta Oknine H. 260110170126 Data Pengamatan, Teori Dasar, Lampiran

Maryam Hasymia I. 260110170127 Pembahasan

Rania Aisha N. 260110170128 Alat Bahan, Prosedur, Perhitungan

Hanafi Tiran 260110170129 Teori Dasar

Anda mungkin juga menyukai