Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS FISIKOKIMIA

PERCOBAAN 1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU ASAM
MEFENAMAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

Disusun oleh:

Nama : Tarisa Perolin


NPM : 10060321017
Shift / Kelompok : A/2
Tanggal Praktikum : 21 Desember 2022
Tanggal Laporan : 28 Desember 2022
Asisten : Kamilia Ayu Khairunnisa, S. Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1444 H
PERCOBAAN 1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU ASAM
MEFENAMAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat melakukan analisis kualitatif bahan baku Asam Mefenamat
dengan metode spektrofotometri UV-sinar tampak.

2. Dapat melakukan analisis kuantitatif bahan baku Asam Mefenamat


dengan metode spektrofotometri UV-sinar tampak.

3. Dapat menyimpulkan mutu bahan baku Asam Mefenamat dengan


data spektrum UV sinar tampak dan hasil penetapan kadar.

II. Teori Dasar


2.1 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Menurut Aspers, P. & Corte, U. (2014) Analisis kualitatif
merupakan proses pengidentifikasian suatu zat, untuk menentukan
kandungan unsur kimia di dalam sampel, keberadaan ion, gugus fungsi,
atau molekul apapun yang terdapat dalam komposisi sampel. Karakteristik
reaksi analisis kualitatif dicirikan dengan adanya reaksi eksternal tertentu,
seperti timbulnya endapan, terbentuknya warna tertentu dalam larutan,
perubahan atau paduan warna dalam larutan, timbul bau atau hilangnya
bau tertentu, dll. Dalam analisis kualitatif, suatu zat yang digunakan
sebagai pereaksi disebut reagen. Dalam kasus di mana sensitivitas yang
lebih tinggi diperlukan, dapat dilakukan analisis kualitatif dengan metode
analisis fisik atau fisiko-kimia menggunakan instrument.
Menurut Britannica, T. (2020) Analisis kimia kuantitatif,
merupakan salah satu cabang kimia yang berhubungan dengan penentuan
jumlah atau persentase dari satu atau lebih konstituen pada suatu sampel.
Berbagai metode dapat digunakan untuk analisis kuantitatif, yang mana
diklasifikasikan sebagai metode kimia dan fisika, tergantung pada sifat
mana yang digunakan dari analit yang hendak dianalisis. Metode kimia
bergantung pada reaksi seperti pengendapan, netralisasi, oksidasi, atau,
secara umum, pembentukan senyawa baru. Sedangkan, metode fisika
melibatkan pengukuran beberapa properti fisik seperti kerapatan, indeks
bias, penyerapan atau polarisasi cahaya, gaya gerak listrik, kerentanan
magnetik, dan banyak lainnya. Suatu analisis seringkali membutuhkan
kombinasi metode : kualitatif untuk memisahkan konstituen yang
diinginkan dari sampel dan kuantitatif untuk mengukur jumlah yang ada.

2.2 Asam Mefenamat


Asam mefenamat merupakan suatu senyawa organic dengan rumus
kimia C15H15NO2, dengan nama lain Asam N-2,3- xililantranilat acid.
Memiliki massa moleculer 241.29 g/mol, yang berbentuk hablur putih atau
hampir putih. Melebur pada suhu kurang lebih 230°C disertai peruraian.
Asam mefenamat larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam
kloroform, sukar larut dalam etanol dan methanol, praktis tidak larut dalam
air (Dirjen POM, 2020).

Struktur Kimia Asam Mefenamat (Dirjen POM, 2020)


Asam mefenamat merupakan derivate asam antranilat dan termasuk
kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Biasanya,
digunakan sebagai analgesic, antipiretik, dan antiinflamasi, asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Asam mefenamat
terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi
terhadap obat anti koagulan harus diperhatikan. Efek samping Asam
mefenamat yang perlu diperhatikan terutama adalah reaksi anafilaksis,
perdarahan saluran cerna, gagal ginjal dan efek samping hematologic dan
kardiovaskular. Interaksi obat dapat terjadi dengan obat antihipertensi,
aspirin,diurektik,lithium dan methotreaxate.asam mefenamat menginhibisi
aktivitas enzim aktivitas enzim sikloosigenase I dan II, yang menyebabkan
penurunan pembentukan precursor prostaglandin dan tromboksan. Efek
teurapeutik asam mefenamat disebabkan oleh penurunan sintesis
prostaglandin. Prostaglandin menyebabkan sensitisasi saraf aferen dan
potensiasi bradikinin dan menyebabkan nyeri. Prostaglandin juga
merupakan mediator inflamasi. Asam mefenamat mempunyai efek
relaksasi otot polos, yaitu menurunkan tekanan pada uterus dan relaksasi
kontraksi tonik uterus (Wilmana dan Gan, 2012).
2.3 Spektrofotometri UV-Sinar Tampak
Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu metode instrumen yang
paling sering diterapkan dalam bidang kimia analisis untuk mendeteksi
senyawa (padat/cair) berdasarkan transmisi atau absorbansi foton pada
panjang gelombang tertentu di daerah UV-Vis. Pada spektrofotometri UV-
Vis, sampel yang dapat dianalisis adalah sampel yang memiliki warna
seperti senyawa kompleks atau senyawa tak berwarna yang memiliki
gugus kromofor. Hal ini dikarenakan sampel berwarna memiliki rentang
absorbansi pada panjang gelombang sinar tampak (visible/Vis) sehingga
alat spektrofotometri dapat membaca absorbansinya. Begitu pula pada
pengamatan dengan gelombang UV. (Ibrahim, et al. 2021)
2.4 Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis
Prinsip spektrofotometri ini yaitu cahaya yang berasal dari lampu
diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator, kemudian cahaya akan
diubah yang awalnya berupa polikromatis menjadi monokromatis atau
tunggal. Berkas cahaya dilewatkan pada sampel yang mengandung zat
konsentrasi tertentu. Cahaya yang terbentuk ada yang diserap atau di
absorpsi dan ada yang dilewatkan atau transmisi. Cahaya yang dilewatkan
kemudian diterima oleh detektor. Cahaya yang diterima dihitung serta
untuk kita mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang
diserap sampel sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam
sampel. Sehingga akan diketahui konsentrasi dalam sampel secara
kuantitatif. (Suhartati, T. 2017).
2.5 Gugus Kromofor dan Ausokrom

Gambar 3. Struktur kromofor dan auksokrom pada asam mefenamat (Nerdy,


2017)

Berikut adalah letak Gugus Kromofor dan Ausokrom pada Asam


Mefenamat. Gugus kromofor adalah bagian dari molekul yang dapat
menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya tampak dan
merefleksikan warna tertentu. Sedangkan gugus auksokrom adalah gugus
yang dapat menyokong kromfor untuk memberikan warna tertentu. Zat
warna terbagi atas dua jenis yaitu zat warna alami dan sintetis. Gugus
kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) dan gugus auksokrom (gugus
amina dan gugus karbonil) yang dimiliki oleh parasetamol menyebabkan
senyawa ini dapat menyerap radiasi panjang gelombang di daerah
ultraviolet. Berdasarkan hal tersebut digunakan spektrofometri UV-Vis
untuk penentuan untuk penentuan kadar parasetamol dalam sampel.
Metode ini memiliki banyak keuntungan diantaranya pengerjaan mudah,
cukup sensitif dan selektif, sederhana, kepekaan analisis cukup tinggi serta
biaya relatif murah (Nerdy, 2017).

Menurut Suhartati, T. (2017) Untuk mendapatkan spektrum UV-


Vis yang baik perlu diperhatikan pula konsentrasi sampel. Berlaku hukum
Beer-Lambert yang menyatakan bahwa hubungan antara absorbansi
terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan
antara 0,2-0,8 atau sering disebut sebagai daerah berlakunya hukum Beer-
Lambert dengan lebar sel sebesar 1 cm. Dimana persamaannya dituliskan
sebagai A = ԑ × b × C .
2.5 Instrumen Spektrofotometer UV-Vis
Instrumentasi spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2. Instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis (Suhartati, T. 2017)

Menurut Herliani, (2008). Fungsi masing-masing bagian atau


instrument dari spektrofotometri UV-Vis :

1. Sumber sinar polikromatis : sebagai sumber sinar polikromatis dengan


berbagai macam rentang panjang
gelombang.
2. Monokromator : sebagai penyeleksi panjang gelombang,
mengubah cahaya yang berasal dari
sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monokromatis.
3. Sel sampel : tempat meletakkan sampel (kuvet).
4. Detektor : berperan menangkap cahaya yang
diteruskan dari sampel dan mengubahnya
menjadi arus listrik.
Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer ,
yaitu :
1. Single – Beam
Hanya terdapat satu sinar dan satu kuvet. Dapat digunakan untuk
kualitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal.
Panjang gelombang paling rendah yaitu 190-210 nm, dan paling tinggi
adalah 800-1000 nm.
2. Double- Beam
Memiliki dua sinar yang dibentuk oleh dua potongan cermin yang
berbentuk U. sinar pertama melewati larutan blanko dan sinar kedua secara
serentak melewati sampel. Digunakan pada panjang gelombang 190-750
nm. (Suhartati, 2017).
Kelebihan dari instrumen spektrofotometer UV-sinar tampak yaitu
dapat digunakan untuk menganalisis banyak zat organik dan anorganik,
selektif, mempunyai ketelitian yang tinggi dengan kesalahan relatif sebesar
1%-3%, analisis dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, serta dapat
digunakan untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu,
hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung
dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun
grafik yang sudah diregresikan. (Rohmah, 2021).
2.6 Metode Kurva Kalibrasi
Menurut Delgado, (2022) Kurva kalibrasi memungkinkan
kalibrasi instrumen dengan memprediksi konsentrasi analit dalam sampel
dari pembacaan instrumen. Kurva ini dibangun sebagai garis lurus regresi
yang paling sesuai dengan hubungan antara beberapa standar konsentrasi
yang diketahui dan pembacaan instrumen masing-masing. Contohnya
adalah hukum Beer-Lambert, yang digunakan untuk memprediksi
konsentrasi sampel baru dari absorbansinya yang diperoleh dengan
spektrometri.
2.7 Metode One point
Metode one point melakukan pembacaan pada waktu tertentu,
yaitu pengukuran yang dilakukan pada saat reaksi antara sampel dan
reagen terhenti. Metode one point memiliki kestabilan warna sampai
dengan 10-60 menit dengan inkubasi menggunakan suhu 250ºC , melihat
kepekatan warna dan ketepatan waktu pembacaan akan berpengaruh pada
hasil pemeriksaan. Dalam analisis menggunakan one point method,
konsentrasi baku yang digunakan hanyalah satu tingkat (Junus, M 2014).

III. Data Fisika dan Data Kimia


Berikut adalah data sifat fisika dan sifat kimia dari bahan yang digunakan :
a) Air bidestilasi/akuades
Pemerian : cairan jernih, tidak berbau, dan tidak berwarna
(BM = 18,02 g/mol)
Titik didih : 100o C pada 1013 hPa
Titik leleh : 0o C
pH : 7 pada suhu 20o C
Kelarutan : larut dalam semua jenis pelarut polar dan larut
sepenuhnya dalam air (Smart-Lab, 2021).

b) Asam mefenamat

Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih;melebur


pada suhu lebih kurang 230°C disertai
peruraian.
Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar
larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan
methanol; praktis tidak larut dalam air.
Penanganan : jika terkena mata, segera cuci dengan air mengalir
Jika terkena kulit, cuci kulit dengan air mengalir jika
terhirup, hirup udara segar (Dirjen POM, 2020).
c) Metanol

Pemerian : cairan tidak berwarna dan berbau alkohol (BM =


32,04 g/mol)

Titik leleh : -97,6o C


Titik didih : 64,7o C
Kelarutan : larut dalam air, eter benzen, dan keton

Penanganan : jika terhirup pindahkan korban ke udara segar


dan baringkan dengan posisi yang nyaman untuk
bernafas, jika terkena mata bilas secara hati-hati
dengan air selama beberapa menit, Jika mengenai
kulit bilas dengan air mengalir (Merck, 2019).

d) NH4OH/Ammonium Hidroksida

Pemerian : larutan tidak berwarna, padatannya putih,


tidak berbau
Titik didih : 1388°C
Titik lebur : 323°C
Bahaya : korosif
Penganganan : jika terhirup, hriup udara segar Jika
terkena mata, basuh dengan air mengalir.
Jika terkena kulit, segera cci kulit dengan
air mengalir (Merck, 2019).

IV. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah beaker glass 100
mL, beaker glass 500 mL, corong, erlenmeyer 250 mL, labu ukur 10 mL,
labu ukur 100 mL, pipet volume 1 mL, pipet volume 5 mL,
spektrofotometer dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah air
destilasi, bahan baku asam mefenamat, baku pembanding asam
mefenamat, metanol, dan NaOH.

V. Prosedur
5.1 Analisis Kualitatif

5.1.1 Larutan Standar


Baku pembanding asam mefenamat ditimbang 50 mg dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu, dilarutkan dalam 2 mL
NaOH 1 N, dan ad dengan akuades hingga tanda batas. Larutan dikocok
hingga homogen dan dipipet sebanyak 1,0 mL ke dalam labu ukur 10 mL.
Selanjutnya, larutan diencerkan dengan metanol dan dipipet kembali 1,0
mL ke dalam labu ukur 10 mL. Larutan diencerkan dengan methanol
hingga tanda batas.
5.1.1 Larutan Uji
Bahan baku asam mefenamat ditimbang 50 mg dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu, dilarutkan dalam 2 mL NaOH 1 N, dan
ad dengan akuades hingga tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen
dan dipipet sebanyak 1,0 mL ke dalam labu ukur 10 mL. Selanjutnya,
larutan diencerkan dengan metanol dan dipipet kembali 1,0 mL ke dalam
labu ukur 10 mL. Larutan diencerkan dengan methanol hingga tanda batas.
Kedua larutan dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis.
Spektrum yang dihasilkan kemudian dibandingkan. Baik larutan standar
maupun larutan uji akan menunjukkan panjang gelombang (λ) dengan nilai
absorbansi maksimum yang sama.

5.2 Analisis Kuantitatif

5.2.1 Larutan Standar


Baku pembanding asam mefenamat sebanyak 30 mg ditimbang
dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian, 2 mL NaOH 1 N
ditambahkan ke dalamnya. Lalu, diberi penambahan akuades hingga tanda
batas, dan dikocok hingga homogen. Selanjutnya, dilakukan pengenceran
berseri dengan memipet larutan stok baku sebanyak 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5;
dan 4 mL ke dalam labu takar 100 mL. Metanol ditambahkan hingga tanda
batas, dan diperoleh seri larutan standar dengan masing – masing
konsentrasi 3; 4.5; 6; 7.5; 9; 10.5; 12 ppm.
5.2.2 Larutan Uji
Bahan baku asam mefenamat sebanyak 70 mg ditimbang dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian, 2 mL NaOH 1 N
ditambahkan ke dalamnya. Lalu, diberi penambahan akuades hingga tanda
batas, dan dikocok hingga homogen. Selanjutnya, dipipet 1 mL larutan ke
dalam labu ukur 100 mL dan di ad dengan metanol hingga tanda batas.
5.2.3 Cara Kurva Kalibrasi
Analisis dengan spektrofotometer UV-Vis dilakukan terhadap
larutan standard dan larutan uji. Dari data spektrum yang didapatkan,
didata nilai absrobansi yang didapatkan dan dilakukan perhitungan regresi
linier untuk mendapatkan persamaan regresi liniernya (y = bx ± a). Kadar
larutan uji (nilai x) dapat dicari dengan memasukkan nilai absorban uji
sebagai nilai y pada persamaan regresi linier tersebut. Selanjutnya,
dilakukan perhitungan persentase kadar dan dibandingkan kadar hasil
perhitungan dengan persyaratan kadar.
5.2.4 Cara one point
Analisis dengan spektrofotometer UV-Vis dilakukan terhadap
larutan standard dan larutan uji. Dari data spektrum yang didapatkan,
diambil satu nilai absorban larutan standar yang paling mendekati nilai
Au
absorban uji. Pehitungan dilakukan dengan menggunakan rumus C u=
As ×Cs . Selanjutnya, dilakukan perhitungan persentase kadar dan
dibandingkan kadar hasil perhitungan dengan persyaratan kadar, serta
dibandingkan pula dengan hasil perhitungan metode kurva kalibrasi, mana
yang memberikan hasil yang lebih akurat.

VI. Hasil Pengamatan


VI.1 Data Pengamatan
VI.1.1 Analisis Kualitatif
a. Panjang gelombang larutan standar = 288,5 nm
b. Panjang gelombang larutan uji = 289 nm
6.1.2 Analisis Kuantitatif
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
3 0,153
4,5 0,228
6 0,269
7,5 0,329
9 0,405
10,5 0,475
12 0,541
Sampel uji 0,226
Persamaan regresi linier :
a = 0,0225 b = 0,0427 r = 0,998
y = bx ± a
VI.2 Perhitungan

6.2.1 Perhitungan Kadar Teoritis


70 mg 10
Bobot sampel × Faktor Pengenceran x =¿ 700ppm
100 ml 10
6.2.2 Perhitungan Pengenceran Berseri
V1 × N1 = V2 × N2
a. 1 mL
1mL × 300 ppm = 100 mL × N2
N2 = 3 ppm
b. 1,5 mL
1,5 mL × 300 ppm = 100 mL × N2
N2 = 4,5 ppm
c. 2 mL
2 mL × 300 ppm = 100 mL × N2
N2 = 6 ppm
d. 2,5 mL
2,5 mL × 300 ppm = 100 mL × N2
N2 = 7,5 ppm
e. 3 mL
3 mL × 300 ppm = 100 mL × N2
N2 = 9 ppm
f. 3,5 mL
3,5 mL × 300 ppm = 100 mL × N2
N2 = 10,5 ppm
g. 4 mL
4 mL × 300 ppm = 100 mL × N2

N2 = 12 ppm
6.2.3 Perhitungan Kadar Uji Metode Kurva Kalibrasi

y = bx ± a
0,0226 = 0,0427 x + 0,0225
x = 4,766 ppm

kadar uji
% Kadar = × 100%
kadar teoritis

4,766
= × 100% = 68,08 %
7

6.2.4 Perhitungan Kadar Uji Metode One Point

Cu =

0,226
= × 4,5 ppm = 4,4605 ppm
0,228

Cu
% Kadar = × 100%
kadar teoritis

4,4605
= × 100% = 63,72 %
7

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis secara kualitatif
dan kuantitatif terhadap larutan uji yang mengandung bahan baku asam
mefenamat dan menggunakan baku pembanding asam mefenamat sebagai
standarnya. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah benar
larutan uji mengandung asam mefenamat atau tidak, dan menghitung
berapa kadarnya dalam larutan uji, serta menyimpulkan mutu asam
mefenamat dengan membandingkan kadar hasil perhitungan dengan
persyaratan kadar pada literatur.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode
Spektrofotometri UV-Vis, dimana Spektrofotometri UV-Vis adalah
metode analisis yang umum digunakan di bidang kimia analisis yang
didasarkan pada prinsip adanya interaksi antara radiasi elektromagnetik
yang melalui celah monokromator dengan suatu sampel di dalam kuvet.
Adapun syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometri
UV-Vis yaitu untuk senyawa yang mempunyai ikatan rangkap
terkonjugasi (gugus kromofor) dan mempunyai pasangan electron bebas
(gugus ausokrom). Begitupun Asam mefenamat dapat dianalisis dengan
spektrofotometri UV-Vis karena adanya gugus kromofor dan auksokrom
pada strukturnya. Dimana asam mefenamat memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi (gugus kromofor) yang terdapat pada gugus benzene dimana
molekul molekul dengan ikatan rangkap mempunyai energy eksitasi yang
cukup rendah akan menghasilkan panjang gelombang yang tinggi,
sehingga molekul tersebut dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet
dan sinar tampak. Sedangkan pasangan elektron bebas (jenuh) pada
senyawa asam mefenamat yang terdapat pada atom O dapat meningkatkan
panjang gelombang dari senyawa tersebut karena terjadi pergeseran
panjang gelombang ke yang lebih tinggi (bathokromik). Oleh sebab itu,
asam mefenamat dapat dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis karena memiliki gugus kromofor dan juga gugus ausokrom
(Ahmad dkk,2016). Selain itu, pada percobaan ini digunakan instrument
spektrofotometer UV-Vis double beam, dimana pada instrument ini dapat
secara sekaligus menggunakan dua kuvet yaitu sebagai larutan uji dan
sebagai larutan blanko.

VII.1 Analisis Kualitatif


Pertama tama dilakukan Preparasi sampel dengan membuat dua
jenis larutan, yakni larutan standar sebagai pembanding, dan larutan uji
yang ingin ditentukan kadar dan mutunya. Kedua larutan tersebut dibuat
dengan tahapan yang sama, hanya saja, pada larutan standar digunakan
baku pembanding asam mefenamat, sedangkan pada larutan uji
menggunakan bahan baku asam mefenamat. Larutan dibuat dengan
menimbang sampel lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
dilarutkan dengan NaOH 1 N. NaOH digunakan sebagai pelarut, karena
sifat dari NaOH yang merupakan basa kuat. Oleh karena itu, asam
mefenamat yang merupakan asam lemah akan mengalami reaksi netralisasi
yang menghasilkan garam dan air, sehingga akan meningkatkan
kelarutannya. (Nurhikmah, W. dkk, 2016).
Selanjutnya dilakukan pengocokan agar larutan homogen dan
dilakukan pengenceran yang kemudian di ad dengan metanol hingga tanda
batas. Pengenceran tersebut dilakukan sebanyak 2 kali. Hal tersebut
diperlukan untuk memastikan konsentrasi larutan tidak terlalu pekat, yang
justru akan menghambat analisis di spektrofotometer nantinya. Karena,
pada konsentrasi yang tinggi, terjadi interaksi molekular yang
menyebabkan perubahan bentuk dan posisi pita serapan. Sehingga, bias
didapatkan hasil yang akurat, dengan menghindari keadaan hiperkromik
saat larutan terlalu pekat yang ditunjukkan dengan nilai absorbansi diatas
0,8, atapun keadaan hipokromik akibat pengenceran berlebih yang
ditunjukkan dengan nilai absorbansinya dibawah 0,2. (Nerdy, 2017).
Setelah itu, diukur absorbansi dari masing masing larutan
standar pada panjang gelombang 286 nm dan pengukuran dilakukan dari
larutan yang paling encer. Panjang gelombang 286 nm merupakan panjang
gelombang maksimal asam mefenamat dimana pada panjang gelombang
maksimal merupakan panjang gelombang di mana terjadi eksitasi
elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang maksimum karena pada panjang
gelombang maksimum perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi paling besar, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum (Wiranti, 2009).
Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit didalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Kemudian, panjang gelombang maksimum juga ditentukan terhadap
larutan standar. Penentuan panjang gelombang maksimum ini bertujuan
untuk menentukan panjang gelombang maksimum yang akan digunakan
dalam pengukuran absorbansi larutan standart dan larutan uji. Penentuan
konsentrasi larutan standar dilakukan dari konsentrasi yang rendah supaya
tidak mengganggu konsentrasi yang lainnya (Gandjar, 2017).
Dari analisis kualitatif yang dilakukan, didapatkan hasil panjang
gelombang maksimal larutan standar adalah 288,5 nm dan panjang
gelombang larutan uji adalah 289 nm. Sedangkan, menurut literatur,
panjang gelombang maksimal asam mefenamat adalah 285 nm (Nerdy,
2017). Sehingga dapat disimpulkan, bahwa larutan uji tidak murni, dan
tidak hanya mengandung asam mefenamat karena adanya pergeseran
panjang gelombang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti cara penyimpanan bahan yang salah, degradasi bahan, adanya
matriks pengotor, alat lab yang terkontaminasi, pengenceran berlebih, dll.
Namun, dikarenakan perbedaan yang tidak terlalu signifikan, hasil serapan
panjang gelombang ini masih dapat dijadikan sebagai pembanding untuk
larutan uji. Karena hasil larutan uji lebih besar dibandingkan dengan
larutan standar maka dapat disimpulkan bahwa pada larutan uji benar
mengandung Asam Mefenamat namun tidak murni.

VII.2 Analisis Kuantitatif


Selain melakukan analisis secara kualitatif, dilakukan pula
analisis secara kuantitatif. Hanya saja, setelah dilakukan uji
spektrofotometer UV-Vis dilakukan penetapan kadar menggunakan kurva
kalibrasi dan metode one point. Analisis kuantitatif pada dasarnya
berkaitan dengan data akurat yang meliputi angka dan program statistik.
Pada percobaan ini, ditentukan kadar dan persen kadar bahan baku asam
mefenamat dengan memanfaatkan nilai absorbansi yang didapatkan dari
analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Keuntungan dari metode
spektrofotometri adalah hasil yang diperoleh cukup akurat, angka yang
terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka
digital.
Pertama tama dilakukan pembuatan larutan standar. Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan dibuat
dalam bentuk pengenceran berseri dari larutan stok. Pada dasarnya,
pembuatan larutan standar untuk analisis kuantitatif ini sama dengan
pembuatan larutan pada analisis kualitatif. Tetapi, dengan beberapa
perbedaan seperti bobot baku pembanding yang digunakan (30 mg) dan
dilakukannya pengenceran berseri dengan tujuan agar didapatkan nilai
absorbansi dan panjang gelombang yang berbeda dengan pemipetan
larutan stok sebanyak 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 mL ke dalam labu takar
100 mL agar didapatkan larutan standar dengan konsentrasi 3; 4,5; 6; 7,5;
9; 10,5; dan 12 ppm.
Mekanisme yang terjadi pada molekul asam mefenamat yang
ada dalam larutan standart dan larutan uji ketika disinari dengan radiasi
elektromagnetik dari spektrofotometer UV-Vis dimana jika suatu zat
menyerap cahaya tampak dan UV maka terjadi perpindahan electron dari
keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Perpindahan electron ini disebut
transisi elektronik. Zat yang ada didalam sampel di sinari dengan panjang
gelombang tertentu, maka cahaya tersebut sebagian akan diserap oleh sel-
sel absorpi dan sebagian akan dihamburkan, serta sebagian lagi akan
diteruskan lagi. Suatu molekul yang akan dikenai sinar dari sumber radiasi
akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator
diarahkan terpisahkan melalui sampel melalui sampel berotasi. Kemudian
detektor akan menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan
berulang, lalu sinyal listrik dari detector diproses sehingga didapatkan nilai
absorbansi.
Pengukuran absorbansi yang pertama kali dilakukan adalah pada
larutan standar, seri larutan standar diukur mulai dari larutan yang
konsentrasi rendah sampai yang konsentrasi tinggi. Setiap pengukuran
absorbansi, kuvet selalu dibilas dengan dengan menggunakan larutan yang
akan dianalisis. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan pengukuran yang disebabkan karena adanya matriks
pengganggu lainnya baik dari kotoran pada kuvet ataupun sisa dari larutan
yang dianalisis sebelumnya.
Dari nilai absorbansi yang didapatkan, sebagian sampel berada
pada kondisi hipokromik. Kemungkinan, hal ini disebabkan oleh preparasi
yang salah, baik saat pelarutan, penghomogenan, maupun pengenceran.
Nilai absorbansi yang telah didapatkan digunakan untuk menentukan kadar
larutan menggunakan metode kurva kalibrasi dan metode one point.
Kurva kalibrasi dibuat dari satu seri larutan pembanding atau
larutan baku. Seri kadar larutan baku memiliki rentang resapan antara 0,2
– 0,8. Kurva kalibrasi atau kurva baku ini merupakan hubungan antara
konsentrasi dengan absorbansi. Bila hukum Lambert-Beer dipenuhi maka
kurva kalibrasi berbentuk garis linear. Dengan memasukkan harga masing-
masing konsentrasi dengan resapan yang dihasilkan oleh tiap seri
konsentrasi tersebut ke program regresi linear, maka dapat diperoleh harga
A, B, dan r sehingga dapat disusun persamaan regresi linear kurva baku
sebagai berikut y= bx + a.
Dari persamaan regrasi linear yang didapat kemudian dilakukan
perhitungan kadar bahan baku asam mefenamat dengan memanfaatkan
nilai absorbansi bahan baku asam mefenamat tersebut yang bertujuan
untuk menunjukkan koefisien korelasi antara absorbansi dengan
konsentrasi besar. Hasil perhitungan kadar dari persamaan regrasi linear,
konsentrasi bahan baku asam mefenamat adalah 4,766 ppm dengan %
kadar bahan baku asam mefenamat sebesar 68,08 %. Sedangkan nilai
konsentrasi larutan uji bahan baku asam mefenamat yang diperoleh dari
metode one point adalah 4,4605 ppm dengan %kadar bahan baku asam
mefenamat sebesar 63,72%.
Apabila dibandingkan dengan data pada Farmakope Indonesia
edisi VI, persyaratan kadar untuk asam mefenamat adalah mengandung
tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 102% C15H15NO2. Maka,
dapat disimpulkan bahwa mutu bahan baku asam mefenamat yang
digunakan sebagai sampel pada pengujian ini tidak sesuai dengan literatur.
Bahan baku asam mefenamat ini tidak layak digunakan sebagai bahan obat
untuk dibuat menjadi sediaan asam mefenamat karena kadarnya kurang
dari kadar asam mefenamat yang telah tertera sebagai syarat dalam
Farmakope Indonesia edisi VI. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa
factor, seperti pada proses uji dengan spektrofotometer UV-Vis bagian
bening pada kuvet terkontaminasin oleh tangan, kesalahan pada saat
pembacaan nilai absorbansi sampel, terdapat eksipien atau zat tambahan
selain zat aktif ataupun terdapat zat pengotor (gangguan matriks) dimana
semua factor tersebut akan mempengaruhi nilai absorbansi dan
memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh,
sehingga dapat mengganggu proses penetuan kadar asam mefenamat (tidak
murni).

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil data dari analisis kualitatif spektrum UV yang diperoleh yaitu
panjang gelombang larutan uji 289 nm, Sehingga dapat disimpulkan,
bahwa larutan uji tidak murni, dan tidak hanya mengandung asam
mefenamat karena adanya pergeseran panjang gelombang.

2. Hasil dari analisis kuantitatif diperoleh % kadar bahan baku asam


mefenamat dengan cara kurva kalibrasi sebesar 68,08% sedangkan
dengan metode one point sebesar 63,72%, kedua hasil ini tidak
memenuhi persyaratan pada literatur. Menurut Farmakope Indonesia
edisi VI, asam mefenamat mengandung 98% - 102% asam mefenamat
murni.

3. Mutu dari bahan baku asam mefenamat dinyatakan kurang baik


karena kadarnya tersebut tidak memenuhi persyaratan kadar menurut
Farmakope Indonesia edisi VI.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Ahmad, T. F. et. Al. (2016). Analisis kualitatif dan kuantitatif pewarna
ponceau 4R pada permen gulali dan sirpu metode Spektrofotometri
uv-sinar tampak. Unisba Repository: Issri: 2460-6472

Aspers, Patrik & Corte, Ugo. (2019). ‘What is Qualitative in Qualitative


Research?’. Qualitative Sociology. 42. 10.1007/s11133-019-9413-7.

Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2020, March 10). ‘Quantitative


Chemical Analysis’. Encyclopedia Britannica.

Delgado, R. (2022). Misuse of Beer–Lambert Law and Other Calibration


Curves. Journal of Royal Society Open Science.

Ganjar,I,G.,Rohman,A.(2012). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Herliani, A. (2008). Spektrofotometri Pengendalian Mutu Agroindustri-


Program D4-PJJ.

Ibrahim, et al. (2021). Makalah Spektrosfotometri Uv-Vis. Makalah:


Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Junus. M. (2014). Penuntun Kimia Klinik. D3 Akademik Kehatan
Muhammadiyah: Makassar.
Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Ed. VI. Jakarta : Kemenkes
RI.

Merck. ( 2019 ). Lembar data keselamatan bahan. Jakarta : Merck


Indonesia
Nerdy. (2017). ‘Validation of Ultraviolet Specthrophotometry Method for
Determination of Mefenamic Acid Level in Suspension Dosage
Forms’.
Nurhikmah, W., Sumirtapura, Y. C., & Pamudji, J. S. (2016). ‘Dissolution
Profile of Mefenamic Acid Solid Dosage Forms in Two Compendial
and Biorelevant (FaSSIF) Media’. Scientia Pharmaceutica. 84(1),
181–190.
Rohmah, S. dkk. (2021). ‘Validasi Metode Penetapan Kadar Pengawet
Natrium Benzoat pada Sari Kedelai di Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Tulungagung Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis’.
Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol 3.
SmartLab. (2021). Lembar Data Keselamatan Bahan : Akuades. Tangerang :
PT. Smart-Lab Indonesia.
Suhartati, T. (2017). Dasar- Dasar Spektrofotometri Uv-Vis dan
Spektrofotometri Massa untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik.
Bandar Lmapung: Aura.

Wilmana P.F.dan Gan S. (2012). Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-


Inflamasi Non-Steroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Jakarta :
FKUI
Wiranti Sri Rahayu Rahayu, Pri Iswati Utami, Sochib Ibnu Fajar,. (2009).
Penetapan Kadar Tablet Ranitidin Menggunakan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis dengan Pelarut Metanol, Pharmacy, 6, 3.

Anda mungkin juga menyukai