Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM

SPEKTROMETRI
SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET
(Penentuan Konsentrasi Asam Askorbat dalam sampel jeruk
dengan metode spektrofotometri ultra violet)

Oleh:
Nama : Sofiatul Hasanah
NIM : 191810301049
Kelas/Kelompok : B/2
Nama Asisten : Dhea Melynia Putri N

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah mampu menentukan konsentrasi
asam askorbat dalam sampel dengan menggunakan metode spektrofotometri ultra
violet.
II. Tinjauan Pustaka
2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa murni yang berwujud zat cair. Bahan ini
memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol. Nilai pH yang dimiliki bahan ini
netral yaitu 7. Titik didih air sebesar 100℃. Akuades tidak berbau dan tidak
berwarna. Grativitas sepesisinya ialah 1 dengan tekanan uap sebesar 2,3 kPa.
Densitas uapnya mencapai 0,62 dan bahan ini merupakan pelarut yang baik juga
stabil. Bahan ini tidak berbahaya dalam kasus tertentu dan mudah didapatkan
(Sciencelab, 2021).
2.1.2 Asam Askorbat
Asam askorbat merupakan senyawa yang berbentuk padatan dan tidak
berwarna. Senyawa ini mempunyai pH sebesar 2.1-2.6 pada larutan 5%. Titik
leleh senyawa ini sebesar 190oC dengan massa molekul sebesar 176.13 g/mol.
Senyawa ini larut dalam air. Cara penanganan adalah dengan menggunakan jas
lab, lateks dan kacamata pelindung (Labchem, 2021).
2.2 Dasar Teori
Vitamin C digunakan sebagai kofaktor dalam sintesis senyawa lain. Vitamin
C hampir sama dengan kolagen yaitu membantu dalam hidroksilasi dari karnitin,
senyawa yang mentransfer asam lemak rantai panjang kedalam sel dari
mitokondria untuk metabolisme energi. Vitamin C terlibat membantu dalam
pembuatan hormon, termasuk tiroksin, yang mengatur membantu dalam
pembuatan hormon dan mengatur kecepatan (Whitney E et al., 2005).
Asam askorbat atau vitamin C dapat langsung menangkap radikal bebas
oksigen, baik dengan atau tanpa katalisator enzim. Secara tidak langsung,
askorbat dapat meredam aktivitas dengan cara mengubah tokoferol menjadi
bentuk tereduksi. Reaksinya terhadap senyawa oksigen reaktif lebih cepat
dibandingkan dengan komponen lainnya. Askorbat melindungi makromolekul
penting dari oksidatif. Reaksi terhadap radikal hidroksil terbatas hanya melalui
proses difusi Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang
teroksidasi radikal bebas dapat beraksi dengan vitamin C kemudian akan berubah
menjadi tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C (Belleville-
Nabeet, 1996).
Vitamin C merupakan radikal bebas yang dapat langsung bereaksi dengan
anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai
reduktor, asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk
semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan membentuk dehidroaskorbat
yang sifatnya tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam
oksalat dan asam treonat. Kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal
bebas, maka perananya sangat penting dalam menjaga integritas membran sel
(Suhartono et al., 2007).
Suatu berkas radiasi apabila dilewatkan dalam sampel kimia sebagian akan
terabsorbsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam sampel
sehingga menimbulkan partikel bergerak dari tingkat energi yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi yang disebut dengan tereksitasi. Telaah frekuensi spesies
terabsorbsi adalah cara untuk mengananalisis suatu sampel dimana spektra
absorbsi yang berupa hubungan antara absorbsi dengan panjang gelombang.
Spektra dapat disebabkan absorbsi atom atau molekul (Tim, 2021).
Spektrofotometri UV-Visible diaplikasikan dalam penentuan sampel yang
berupa larutan, gas, atau uap. Sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang
jernih terlebih dahulu. Sampel yang berupa larutan harus memperhatikan beberapa
persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis 4.
Kemurniannya harus tinggi.
(Suhartati, 2020).
Tabel 1. Pelarut-pelarut yang mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang
spesifik.
Pelarut maks, nm Pelarut maks, nm
Asetronitril 190 n-heksana 201
kloroform 240 Methanol 205
sikloheksana 195 Isooktana 195
1-4 dioksan 215 Air 190
Etanol 95% 205 Aseton 330
Benzena 285 Piridina 305
Konsentrasi sampel merupakan suatu factor yang sangat penting untuk
mendapatkan spectrum UV-Vis yang baik. Hubungan antara absorbansi terhadap
konsentrasi adalah linier (A≈C). Nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A <
0,8) atau daerah berlakunya hukum Lambert-Beer dengan lebar sel 1 cm, dan
besarnya absorbansi ini berlaku untuk senyawa yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi yang mengalami eksitasi elektron   *, dengan ε 8.000 – 20.000;
konsentrasi larutan sekitar 4 x 10‫ ־‬5 mol/L. Senyawa yang hanya memiliki
eksitasi elektron n  *, ε 10 – 100, maka konsentrasinya sekitar 10‫ ־‬2 mol/L .
Apabila senyawa yang akan diukur tidak diketahui Mr nya maka konsentrasi
larutan dengan absorbansi tersebut umumnya digunakan 10 ppm. Apabila
absorbansi yang diperoleh masih terlalu tinggi, larutan sampel tersebut harus
diencerkan, sebaliknya bila terlalu rendah, maka jumlah sampel harus ditambah
(Fessenden, 1991).
Metode Spektrofotometri Ultra-violet didasarkan pada hukum LAMBERT-
BEER. Hukum lambert berr menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya Tampak,
Ultra-violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu
larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.
Hukum ini secara sederhana dapat dinyatakan dalam rumus berikut
Log = k1b

sedangkan Beer menemukan hubungan antara konsentrasi materi dengan


besarnya penyerapan yaitu :
Log = k1b

k1 dan k2 = tetapan, b = tebal medium, c = konsentrasi materi Gabungan


kedua hukum ini akan menghasilkan
Log = kbc

Istilah log (Io/It) dikenal sebagai absorbans dan sering disimbolkan sebagai A,
dimana b adalah panjang jalan (tebal) medium penyerap yang dilalui cahaya dan
dapat dinyatakan dalam centimeter, kemudian c menyatakan konsentrasi solut
yang menyerap cahaya dan dinyatakan dalam mol/L atau g/L. Harga K tergantung
dari satuan b dan yang digunakan apabila c dinyatakan g/L, maka tetapan K
disebut sebagai absortivitas dengan simbol a, jika c dinyatakan mol/L, maka
tetapan tersebut biasa disebut absortivitas molar dengan simbol Є. Pengukuran
cahaya secara langsung cukup sulit, sehingga cahaya yang diserap dapat diukur
berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh sampel dan dinyatakan sebagai
Transmitant (T), dimana T = It/Io. Besaran transmitant umumnya diukur sebagai
persen Transmitant sehingga % t = It/Io x 100 . Berikut merupakan hubungan
antara Tranmsitant dengan Absorbans dapat diketahui
A = log (Io/It)
T = It/Io Maka,
A = log (I/T)
(Tim, 2021).
Gelombang cahaya yang diserap atau yang ditransmisikan oleh suatu media
diukur dengan alat yang dapat berupa kolorimeter yang sederhana atau dengan
suatu spektrofotometer. Spektrofotometer Ultra-violet dalam analisis kuantitatif
mempunyai beberapa keuntungan:
a. Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik.
b. Selektif. Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang
gelombang untuk zat yang dicari.
c. Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1% -
3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi.
d. Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat
(SKOOG & WEST, 1971).
Kegunaan Spektrofotometer Ultra-violet dalam analisis kimia adalah untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif. Kelemahan Spektrofotometer Ultra-violet dalam
analisis kualitatif adalah kurang teliti. Hal tersebut disebabkan karena pita-pita
absorpsi yang diperoleh melebar sehingga kurang khusus atau terbatas
pemakaiannya (Nugroho, 2020). Spektrum serapan Ultra-violet dapat dipakai
untuk mengetahui ada atau tidak adanya gugus fungsional tertentu dalam senyawa
organik. Alat ini dapat juga dipergunakan untuk menentukan jumlah kecil
senyawa berkadar rendah yang dapat mengabsorpsi dalam media non absorben
(PECSOK et al, 1976).
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Spektrofotometer UV
- Kuvet
- Volumetric flask
- Beaker glass
- Volumetric pipet
- Gelas ukur
3.1.2 Bahan
- Akuades tanpa CO2
- Asam askorbat
- jeruk
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Scaning panjang gelombang dan pembuatan kurva kalibrasi
Larutan asam askorbat
standar
- Dipipet 1,2,3,4 dan 5 mL dan sampel ke dalam 50 mL labu ukur.
- Dimasukkan 25 mL akuades kedalam labu ukur sebagai blank.
- Diencerkan setiap larutan menjadi 50 mL. Larutan standar yang
dihasilkan memiliki konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm
- Dicari panjang gelombangyang memberikan serapan maksimum
dengan mengukur absorbans larutan stnadar 30 ppm pada daerah
200-450 nm dengan interval 10 nm.
- Diulangi pengukuran disekitar daerah serapan maksimum dengan
memperkecil interval pengukuran menjadi 2 nm
- Ditentukan panjang gelombang dari srapan maksimum
- Dibuat kurva kalibrasi dengan mengukur absrobans dari larutan
standar (10-50 ppm).
- Ditentukan persamaan garis dan nilai koefisien korelasinya.

Hasil
3.2.2 Penentuan asam askorbat dalam jeruk

Larutan asam askorbat


standar
- Dikocok air jeruk dan disentrifus selama 10 menit, diambil 4 mL dan
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL
- Diencerkan dengan akuades bebas CO2 sampai tanda batas
- Diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh pada prosedur sebelumnya
- Dihitung kadar asam askorbat dalam jeruk

Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Belleville-Nabet, F. 1996. Zat Gizi Antioksidan Penangkalan Senyawa Radikal
Pangan dalam Sistem Biologis. Dalam : Prosiding Seminar Senyawa
Radikal dan Sistem Pangan. Reaksi Biomolekuler, Dampak terhadap
Kesehatan dan Penangkalan. CFNS-IPB dan Kedutaan Besar PrancisJakarta.
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, 1991. Kimia Organik Jilid 2, edisi ketiga.
Wadsworth, Inc., Belmont, alih bahasa: Aloysius Hadyana P.
Labchem. Material Safety Data Sheet Of Ascorbic Acid.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC11530.pdf (diakses 3
November 2021)
Nugroho, H., Sarwono, E., & Rinaldi, A. (2020). Aplikasi Metode
Spektrofotometri pada Klasifikasi Gas Karbon Monoksida (CO) dan Uap
Bahan Bakar Petrodiesel (C14H30). Progressive Physics Journal, 1(1), 1-14.
PECSOK, R.L.; L.D. SHILEDS; T. CAIRNS; and I.G. MCWILLIAM 1976.
Modern methods of chemical analysis. 2 nd ed. John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
Sciencelab. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades. http://
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 (diakses 3 November
2021)
SKOOG, S. 1971. Textbook of physical chemistry. 2 nd ed. Macmillan and Co.
Ltd., London.
Suhartati, T. 2020. Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri massa
untuk penentuan struktur senyawa organik.
Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2005. Oxygen Toxicity by Radiation and Effect
of Glutamic Piruvat Transamine (GPT) Activity Rat Plasma after Vitamine
C Treatmen. Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental
Chemistry and Toxicology. Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2021. Penuntun Praktikum Spektrometri. Jember: Universitas
Jember.
Whitney E, Rofles SR, 2005. Understanding Nutrition. 11th ed. United States:
Thomson Wadswoth.

Anda mungkin juga menyukai