Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL

PERCOBAAN 1

SPEKTORFOTOMETER ULTRA VIOLET

Nama : M.Chandra Febriansyah


NIM : 1900023142
Kelas/Golongan/Kelompok : 4B/2/5
Hari/Tanggal Praktikum : Jumat/ 28 Mei 2021
Dosen : Muastofa Ahda M,Sc.

Pernyataan keaslian :
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan yang saya buat adalah
hasil karya sendiri dan atau tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada bagian yang m
erupakan hasil meniru karya orang lain dan tau memanipulasi data, maka saya siap m
enerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan,

(M.Chandra F)
LABORATORIUM FITOKIMIA

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2021
PERCOBAAN 1

SPEKTORFOTOMETER ULTRA VIOLET


I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan pengaruh substituen terhadap panjang gelombang serapan maksimum.
2. Menentukan pengaruh pelarut terhadap panjang gelombang serapan maksimum.
3. Menentukan E 1cm 1% suatu senyawa.
4. Menetapkan kadar campuran senyawa secara simultan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang penentuan jumlah
senyawa yang terdapat di dalam suatu sampel dengan cara mengukur secara akurat
atau banyaknya cahaya yang diserap atau diemisikan oleh atom– atom atau molekul–
molekul yang terdapat di dalam sampel tersebut (Cairns, 2008).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990).
Prinsip dasar spektrofotometri ini adalah apabila suatu sinar melalui senyawa
tertentu, maka senyawa tersebut akan menyerap sinar dengan panjang gelombang
tertentu. Warna senyawa (larutan) tergantung pada jenis sinar yang dipancarkan yang
tertangkap oleh mata kita, sehingga senyawa ada yang berwarna maupun yang tidak
berwarna (Suhartono,1989).
Spektrofotometri UV merupakan salah satu metode analisis yang dilakukan
dengan pangjang gelombang 100-400 nm atau 595–299 kJ/mol. Ultraviolet jauh
memiliki rentang panjang gelombang ± 10 – 200 nm, sedangkan ultraviolet dekat
memiliki rentang panjang gelombang ± 200-400 nm. Cahaya UV tidak bisa dilihat
oleh manusia, namun beberapa hewan, termasuk burung, reptil dan serangga seperti
lebah dapat melihat sinar pada panjang gelombang UV. Zat yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut
tidak tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna maka perlu direaksikan dengan
reagen tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan tidak berwarna. Namun biasanya zat
yang berwarna lebih banyak dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak
(Seran, 2011).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis berdasarkan aplikasi dari hukum
Lambert-Beer, yaitu:
A = -log T = - log (I / Io) = ε . b . C
Keterangan :

● A = absorban (serapan)

● I = intensitas cahaya setelah melewati sampel

● Io = adalah intensitas cahaya awal

● ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)

● b = tebal kuvet (cm)

● C = konsentrasi (M)

Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-


beam dan double-beam sebagai berikut :
1. Single-beam
Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau
deuterium untuk pengukuran uv. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan
dibagi oleh pemisah panjang gelombang (wavelength separator) seperti prisma
atau monokromator. Spektrum didapatkan dengan cara scanning oleh
wavelength separator sedangkan pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari
spektrum atau pada panjang gelombang tertentu. (Dachriyanus, 2004)
Skema alat spektrofotometer UV-Vis yang memiliki sumber cahaya tunggal,
dimana sinyal pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan mengukur pelarut
tanpa sampel, setelah itu larutan sample dapat diukur (Dachriyanus, 2004)
2. Double-beam

Pada alat ini larutan sampel dimasukkan bersama-sama dengan pelarut


yang tidak mengandung sampel. Alat ini lebih praktis dan mudah digunakan
serta memberikan hasil yang optimal.
Penggunaan UV untuk menentukan struktur molekul:

● Kromofor, merupakan gugus tak jenuh (pada ikatan kovalen) yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya absorbsi elektronik (misalnya C=C,


C=O, dan NO2).

● Auksokrom, merupakan gugus jenuh dengan adanya elektron bebas (tidak

terikat), dimana jika gugus ini bergabung dengan kromofor, akan


mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas absorban.

● Pergeseran Batokromik, merupakan pergeseran absorban ke daerah panjang

gelombang yang lebih panjang karena adanya substitusi atau efek pelarut.

● Pergeseran Hipsokromik, merupakan pergeseran absorban ke daerah panjang

gelombang yang lebih pendek karena adanya substitusi atau efek pelarut.
● Efek Hiperkromik, merupakan peningkatan intensitas absorban.

● Efek Hipokromik, merupakan penurunan intensitas absorban.

1. Asam benzoat (BM 122,12, rumus molekul C7H6O2 )


Asam benzoat memiliki pemerian hablur bentuk jarum atau sisik, biasanya
baubenzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat dan mudah
menguap pada uap air. Selain itu, kelarutannya itu sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, kloroform, dan eter (anonim, 2014).

2. Asam salisilat (BM 138,12, rumus molekul C7H6O3)


Asam salisilat memiliki pemerian hablur yang biasanya berbentuk jarum halus
atau serbuk halus, putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis
warna putih dan tidak berbau, jika dibuat dari metil salisilat alami dapat bewarna
kekuningan atau merah muda dan bebrbau mirip mentol. Selain itu, ternyata asam
salisilat sukar larut dalam air dan benzene, tetapi larut dalam air mendidih, etanol, dan
eter (anonim, 2014).

Nilai E 1%1cm merupakan absorbansi suatu senyawa diukur pada konsentrasi


1% b/v (1 g/100 ml) dan dengan kuvet yang mempunyai ketebalan 1 cm pada panjang
gelombang dan pelarut tertentu. Manfaatnya untuk mengetahui berapa besar
konsentrasi senyawa yang harus disiapkan hingga diperoleh absorbansi pada kisaran
0,2-0,8 contohnya : Misal jika larutan sulfadiadzin dengan konsentrasi 1%
memberikan absorbansi 844 maka
supaya diperoleh absorbansi 0,2-0,8 larutan tersebut harus diencerkan
sebanyak 2000 kali (konsentrasinya menjadi 0,5 mg/100ml sehingga akan
memberikan absorbansi 0,422 (dari 844/2000).
Absorbansi sampel x 1%
E 1% 1cm = 1% x Absorbansi sampel
C (larutan induk)

MEKANISME REAKSI :

III. CARA KERJA

● Alat

- Labu ukur
- gelas beaker
- Pipet volume
- timbangan analitik- Pipet ukur
- spektrofotometer uv
- Pipet tetes

● Bahan

- Asam benzoate
- Asam salisilat
- Air suling
- HCl 0,1N
- NaOH 0,1N

Ambil larutan induk asam benzoate & asam salisilat 1,0 ml + air suling 10 mL

Ambil masing-masing larutan induk 1,0 mL + air suling ad 10 mL

Ambil larutan yang terlah tercampur 1,0 mL + air suling ad 5,0 mL

Buat spektogram masing-masing larutan pada λ 200-320 nm

1,0 mL asam benzoate + 2,0 ml asam salisilat dari larutan tahap 2 dalam labu takar 10 mL

Hitung nilai dengan data tahap 4 dan 6

Kerjakan seperti tahap 3 dan 4 + NaOH 0,1 N 1,0 mL + air suling ad 5,0 mL

Kerjakan seperti tahap 3 dan 4 + HCl 0,1 N 1,0 mL + air suling ad 5,0 mL

Amati spektogram λ 200-320 nm. Cari

IV. RANCANGAN ANALISIS


1. Pembuatan larutan induk konsentrasi 1mg/mL
Tiap 1mL pelarut akan ditambah 1mg zat (asam benzoate/asam salisilat)

Untuk 25 ml 🡪 1mg/mL x 25mL = 25mg (bahan yang ditimbang untuk dilarutkan

dalam 25mL pelarut dan mendapatkan kadar 1mg/ml)


2. Pengenceran dari larutan induk untuk asam benzoate dan asam salisilat
V1 x M1 = V2 x M2
1mL x 1mg/mL = 10mL x M2
M2 = 0,1mg/mL
3.Pengenceran dari larutan cara kerja 3
V1 x M1 = V2 x M2
1mL x 0,1mg/mL = 5mL x M2
M2 = 0,02mg/mL
4. Rumus menghitung kadar
AT1 = K1λ1.C1 + K2 λ1C2
AT2 = K1 λ2.C1 + K2 λ2.C2
E 1% 1cm = panjang gelombang x absorbansi / kadar.
V. ANALISIS DATA
Sampe kon netral asam basa Absorbansi sampel
l st pada
Laruta
(mg λ Ab λ Ab λmak A λ λ
n / maks s maks s s bs salisil benzo
mL at at
)

Asam 0,2 297,4 0,57 295,2 0,77 314,5 0,7


nm 7 nm 2 nm 92
salisilat 0,601 0,139

Asam 0,1 269 nm 0,52 266,2 0,23 302 0,4


benzoat 8 nm 1 nm 33
0,125 0,460

Lengkapi tabel di atas dan Jawablah pertanyaan berdasarkan data tabel tsb untuk
menjawab tujuan praktikumnya dan sebagai bahan diskusi pada saat praktikum
online.

● Berapa konsentrasi larutan sampel dalam mg/mL berdasarkan cara kerja yang ada
pada buku petunjuk praktikum?
1. Asam benzoat 0,1 mg/ml
2. Asam salisilat 0,2 mg/ml
● Bagaimana konversi satuan konsentrasi dari mg/mL ke %?

1 % : 1 gr/100 ml
1. Asam benzoat : 0,1 mg/ml = 0,01 %
2. Asam salisilat : 0,2 mg/ml = 0,02 %

● Bagaimana pengaruh perbedaan substituen terhadap perbedaan Panjang


gelombang maksimumnya antara asam salisilat dan asam benzoate? Perbedaan
substituen dapat mempengaruhi panjang gelombang maksimum dari asam
benzoate dan asam salisilat karena subtituen yang satu akan menghasilkan
panjang gelombang yang berbeda dengan substituen yang lainnya.

● Bagaimana pengaruh penambahan asam dan basa terhadap Panjang gelombang


maksimum, diskusikan lebih lanjut?
1. Jika penambahan pelarut basa, maka panjang gelombang akan bergeser ke
arah yang lebih besar (batokromik).
2. Jika penmbahan pelarut asam, maka panjang gelombang akan bergeser ke
arah yang lebih kecil (hipsokromik).

● Hitung E 1%1cm asam salisilat dan asam benzoate?

1. Asam benzoat = 0,01%


2. Asam salisilat = 0,02 %
A
Perhitungan E 1% 1cm =
b.c

1 x 0,577
1.Asam salisilat pelarut netral : E 1%1cm = = 28,85
0 , 02
1 x 0,772
2.Asam salisilat pelarut asam : E 1%1cm = = 38,6
0 , 02
1 x 0,792
3.Asam salisilat pelarut basa : E 1%1cm = = 39,6
0 , 02
1 x 0,601
4.Asam salisilat pada λ asam salisilat : E 1%1cm = = 30,05
0 , 02
1 x 0,139
5.Asam salisilat pada λ asam benzoate : E 1% 1cm = = 6,95
0 , 02

1 x 0,528
6.Asam benzoate pelarut netral : E 1%1cm = = 52,8
0 , 01
1 x 0,231
7.Asam benzoate pelarut asam : E 1% 1cm= = 23,1
0 , 01
1 x 0,433
8.Asam benzoate palarut basa : E 1%1cm = = 43,3
0 , 01
1 x 0,125
9.Asam benzoate pada λ asam salisilat : E 1%1cm = = 12,5
0 , 01
1 x 0,460
10. Asam benzoate pada λ asam benzoate : E 1% 1cm= = 46
0 , 01

● Hitung kadar asam salisilat dan benzoate secara simultan dari data 3 replikasi dan
lakukan Analisa statistika sederhana terhadap data yang diperoleh?
λ269 nm λ297,4 nm
0,400 0,839
0,378 0,812
0,387 0,878
Penetapan kadar
AT1 = K1 ^λ1 x C2 + K2^λ1 x C2
AT2 = K1^λ2 x C2 + K2^λ2 x C2
C1 = asam benzoat
C2 = asam salisilat
1. Replikasi 1
0,400 = 46 C1 + 6,95 C2 x 12,5
0,839 = 12,5 C1 + 30,05 C2 x 46

5 = 575 C1 + 86,875 C2
38,59 = 575 C1 + 1.382,3 C2
----------------------------------------------- -
33,59 = 1.295,425 C2
C2 = 0,026

0,400 = 46 C1 + 6,95 C2
0,400 = 46 C1 + 6,95 x 0,026
0,400 = 46 C1 + 0,18
0,22 = 46 C1
C1 = 0,0048
2. Replikasi 2
0,378 = 46 C1 + 6,95 C2 x 12,5
0,812 = 12,5 C1 + 30,05 C2 x 46

4,725 = 575 C1 + 86,875 C2


37,35 = 575 C1 + 1.382,3 C2
----------------------------------------------- -
32,625 = 1.295,425 C2
C2 = 0,025

0,378 = 46 C1 + 6,95 C2
0,378 = 46 C1 + 6,95 x 0,025
0,378 = 46 C1 + 0,17
0,208 = 46 C1
C1 = 0,0045

3. Replikasi 3
0,387 = 46 C1 + 6,95 C2 x 12,5
0,878 = 12,5 C1 + 30,05 C2 x 46

4,8375 = 575 C1 + 86,875 C2


40,388 = 575 C1 + 1.382,3 C2
----------------------------------------------- -
35,55 = 1.295,425 C2
C2 = 0,027

0,387 = 46 C1 + 6,95 C2
0,3877 = 46 C1 + 6,95 x 0,027
0,387 = 46 C1 + 0,19
0,197 = 46 C1
C1 = 0,004
0,0048+0,0045+ 0,0043
● Rata--rata C1 = 3 = 0,0045

0,026+0,025+ 0,027
● Rata-rata C2 = 3 = 0,026

Jadi rata-rata kadar asam benzoat dari 3 replikasi adalah 0,0045 dan
rata-rata kadar asam salisilat dari 3 replikasi adalah 0,026.

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan praktikum pertama yang berjudul spektrofotometri ultra violet ini
memiliki range panjang gelombang antara 200-400 nm dengan menggunakan sampel
berupa asam salisilat dan asam benzoat. Kedua sampel tersebut dapat dibaca dengan
metode spektrofotometer UV karena memiliki gugus kromofor dan tentunya dapat
menyerap sinar UV karena adanya molekul elektron yang akan tereksitasi.

Asam benzoat dan asam salisilat

Dari struktur senyawa diatas dapat terlihat perbedaa pada substituennya yang dapat
mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum. Karena adanya substituen
gugus -OH pada asam salisilat menyebabkan panjang serapan maksimum pada asam
salisilat lebih besar daripada asam benzoat seperti pada analisi data dapat terlihat
yaitu panjang gelombang asam salisilat sebesar 297,4 nm dan panjang gelombang
asam benzoat sebesar 269 nm. Kemudian pengaruh penambahan asam dan basa
pada pelarut sampel yaitu dengan penambahan asam akan menyebabkan pergeseran
hipsokromik (bergeser ke arah kiri) sedangkan dengan penambahan basa
menyebabkan pergeseran batokromik (bergeser ke arah kanan). Hal itu dapat
dibuktikan pada analisis data.
Selanjutnya menentukan harga E 1%1cm yaitu merupakan suatu serapan yang
dihasilkan dari konsentrasi 1% dengan ketebalan kuvet 1%. Pada percobaan ini
didapat nilai E 1%1cm asam benzoat pada λ max nya 46 dan pada λ max asam salislat
sebesar 12,5, sedangkan nilai asam salsilat pada λ max nya sebesar 30,05 dan pada λ
max asam benzoat sebesar 6,95. Dan nilai tersebut dapat digunakan untuk mencari
kadar campuran asam salisilat dan asam benzoat secara simultan. Setelah dilakukan
perhitungan diperoleh rata-rata kadar asam salisilat sebesar 0,026 dan rata-rata kadar
asam benzoat sebesar 0,0045.

VII.KESIMPULAN

● Perbedaan substituen dapat mempengaruhi panjang gelombang maksimum dari


asam benzoat dan asam salisilat.

● Penambahan pelarut basa dapat menyebabkan pergeseran batokromik dan


penambahan pelarut asam menyebabkan pergeseran hipsokromik.
● Rata-rata kadar simultan asam salisilat sebesar 0,026.

● Rata-rata kadar simultan asam benzoat sebesar 0,0045.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Khopkar S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI Press.

Sumarno,dkk. 2021. Buku petunjuk praktikum Kimia Analisis Instrumental.


Universitas Ahmad Dahlan.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai