Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

SPEKTROMETRI
SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE(Penentuan Asam Askorbat
Dalam Sampel Jeruk)

Oleh:
Nama : Sofiatul Hasanah
NIM : 191810301049
Kelas/Kelompok : B/2
Nama Asisten : Erni Hening Nastiti

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan turbidimetri ini yaitu:
1.1 Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang maksimum
1.2 Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi dengan benar
1.3 Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi asam askorbat dalam sampel
vitacimin

II. Tinjauan Pustaka


2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa murni yang berwujud zat cair. Bahan ini
memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol. Nilai pH yang dimiliki bahan ini
netral yaitu 7. Titik didih air sebesar 100℃. Akuades tidak berbau dan tidak
berwarna. Grativitas sepesisinya ialah 1 dengan tekanan uap sebesar 2,3 kPa.
Densitas uapnya mencapai 0,62 dan bahan ini merupakan pelarut yang baik juga
stabil. Bahan ini tidak berbahaya dalam kasus tertentu dan mudah didapatkan
(Sciencelab, 2020).
2.1.2 Besi (III) ammonium sulfat
Senyawa ini berbentuk padatan kristal dan tidak berwarna. Besi (III)
ammonium sulfat mempunyai pH 1,8 dengan konsentrasi 10%. Titik leleh
senyawa ini sebesar 39oC. Densitas relative senyawa ini sebesar 1.7 dengan massa
molekul sebesar 482.2 g/mol dan larut dalam air. Cara perlindungan apabila
menggunakan senyawa ini adalah dengan menggunakan sarung tangan, masker,
jas lab, dan kacamata pelindung (Labchem, 2021).
2.1.3 O-penantrolin
O-penantrolin merupakan senyawa yang berwujud cairan, tidak berwarna
dan tidak berbau. Senyawa ini mempunyai densitas sebesar 1 g/ml dan larut dalam
air dan satabil dalam kondisi normal. Cara penanganan ketika menggunakan
senyawa ini adalah dengan menggunakan jas lab, lateks, dan kacamata pelindung
(Labchem, 2021).
2.1.4 Buffer asetat pH 4,5
Buffer asetat berwujud cairan dan tidak berwarna. Baunya seperti cuka dan
memiliki pH 4,5 dan tidak mudah terbakar. Senyawa ini larut dalam air dan
merupakan oksida kuat. Apabila terkena senyawa ini akan menyebabkan iritasi
pada kulit. Cara penanganan ketika menggunakan senyawa ini adalah dengan
menggunakan kacamata dan sarung tangan (Labchem, 2019).
2.1.5 Aluminium asetat 0,1 M
Aluminium asetat berwujud padatan dengan berat molekul 162.08.
Aluminium asetat mempunyai rumus molekul C4H7AlO5. Senyawa ini
menyebabkan iritasi pada kulit dan merupakan oksidasi kuat. Cara penanganan
senyawa ini adalah dengan menggunakan jas lab, lateks, dan kacamata pelindunf
(Fisher, 2021).
2.2 Tinjauan Pustaka
Suatu berkas radiasi apabila dilewatkan dalam sampel kimia sebagian akan
terabsorbsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam sampel
sehingga menimbulkan partikel bergerak dari tingkat energi yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi yang disebut dengan tereksitasi. Telaah frekuensi spesies
terabsorbsi adalah cara untuk mengananalisis suatu sampel dimana spektra
absorbsi yang berupa hubungan antara absorbsi dengan panjang gelombang.
Spektra dapat disebabkan absorbsi atom atau molekul (Tim, 2021).
Spektrofotometri UV-Visible diaplikasikan dalam penentuan sampel yang
berupa larutan, gas, atau uap. Sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang
jernih terlebih dahulu. Sampel yang berupa larutan harus memperhatikan beberapa
persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis 4.
Kemurniannya harus tinggi.
(Suhartati, 2020).
Tabel 1. Pelarut-pelarut yang mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang
spesifik.
Pelarut maks, nm Pelarut maks, nm
Asetronitril 190 n-heksana 201
kloroform 240 Methanol 205
sikloheksana 195 Isooktana 195
1-4 dioksan 215 Air 190
Etanol 95% 205 Aseton 330
Benzena 285 Piridina 305
Konsentrasi sampel merupakan suatu factor yang sangat penting untuk
mendapatkan spectrum UV-Vis yang baik. Hubungan antara absorbansi terhadap
konsentrasi adalah linier (A≈C). Nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A <
0,8) atau daerah berlakunya hukum Lambert-Beer dengan lebar sel 1 cm, dan
besarnya absorbansi ini berlaku untuk senyawa yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi yang mengalami eksitasi elektron   *, dengan ε 8.000 – 20.000;
konsentrasi larutan sekitar 4 x 10‫ ־‬5 mol/L. Senyawa yang hanya memiliki
eksitasi elektron n  *, ε 10 – 100, maka konsentrasinya sekitar 10‫ ־‬2 mol/L .
Apabila senyawa yang akan diukur tidak diketahui Mr nya maka konsentrasi
larutan dengan absorbansi tersebut umumnya digunakan 10 ppm. Apabila
absorbansi yang diperoleh masih terlalu tinggi, larutan sampel tersebut harus
diencerkan, sebaliknya bila terlalu rendah, maka jumlah sampel harus ditambah
(Fessenden, 1991).
Metode Spektrofotometri Ultra-violet didasarkan pada hukum LAMBERT-
BEER. Hukum lambert berr menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya Tampak,
Ultra-violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu
larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.
Hukum ini secara sederhana dapat dinyatakan dalam rumus berikut
Log = k1b

sedangkan Beer menemukan hubungan antara konsentrasi materi dengan


besarnya penyerapan yaitu :
Log = k1b
k1 dan k2 = tetapan, b = tebal medium, c = konsentrasi materi Gabungan
kedua hukum ini akan menghasilkan
Log = kbc

Istilah log (Io/It) dikenal sebagai absorbans dan sering disimbolkan sebagai A,
dimana b adalah panjang jalan (tebal) medium penyerap yang dilalui cahaya dan
dapat dinyatakan dalam centimeter, kemudian c menyatakan konsentrasi solut
yang menyerap cahaya dan dinyatakan dalam mol/L atau g/L. Harga K tergantung
dari satuan b dan yang digunakan apabila c dinyatakan g/L, maka tetapan K
disebut sebagai absortivitas dengan simbol a, jika c dinyatakan mol/L, maka
tetapan tersebut biasa disebut absortivitas molar dengan simbol Є. Pengukuran
cahaya secara langsung cukup sulit, sehingga cahaya yang diserap dapat diukur
berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh sampel dan dinyatakan sebagai
Transmitant (T), dimana T = It/Io. Besaran transmitant umumnya diukur sebagai
persen Transmitant sehingga % t = It/Io x 100 . Berikut merupakan hubungan
antara Tranmsitant dengan Absorbans dapat diketahui
A = log (Io/It)
T = It/Io Maka,
A = log (I/T)
(Tim, 2021).
Gelombang cahaya yang diserap atau yang ditransmisikan oleh suatu media
diukur dengan alat yang dapat berupa kolorimeter yang sederhana atau dengan
suatu spektrofotometer. Spektrofotometer Ultra-violet dalam analisis kuantitatif
mempunyai beberapa keuntungan:
a. Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik.
b. Selektif. Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang
gelombang untuk zat yang dicari.
c. Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1% -
3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi.
d. Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat
(SKOOG & WEST, 1971).
Kegunaan Spektrofotometer Ultra-violet dalam analisis kimia adalah untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif. Kelemahan Spektrofotometer Ultra-violet dalam
analisis kualitatif adalah kurang teliti. Hal tersebut disebabkan karena pita-pita
absorpsi yang diperoleh melebar sehingga kurang khusus atau terbatas
pemakaiannya (Nugroho, 2020). Spektrum serapan Ultra-violet dapat dipakai
untuk mengetahui ada atau tidak adanya gugus fungsional tertentu dalam senyawa
organik. Alat ini dapat juga dipergunakan untuk menentukan jumlah kecil
senyawa berkadar rendah yang dapat mengabsorpsi dalam media non absorben
(PECSOK et al, 1976).

III. Metodologi Percobaan


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Spektrofotometer
- Kuvet
- Volumetric flask(50 mL atau 100)
- Beaker gelas
- Volumetric pipet(5-25 mL)
- Gelas ukur 10 mL
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Besi (III) ammonium sulfat 8,8 x 10-5 M
- O-penantrolin 4 x 10-3 %
- Asam askorbat 500 ppm
- Buffer asetat pH 4,5
- Aluminium asetat 0,1 M
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Scanning panjang gelombang dan pembuatan kurva kalibrasi

Larutan standar

- Dibuat dengan cara memipet 1,2,3,4 dan 5 mL larutan asam askorbat


standard ke dalam 50 mL labu ukur
- Sampel yang akan dianalisis dibuat sebanyak 3 ulangan yang
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL juga
- Sebagai blank, dimasukkan 25 mL akuades ke dalam labu ukur 50 mL
- Ditambahkan 10 mL buffer asetat pH 4,5: 14 mL Al(III) asetat 0,1 M;
2 mL besi(III) 8,8 x 10-5 M; 2 mL o-penantrolin 4 x 10-3%
- Diencerkan setiap larutan menjadi 50 mL. Larutan standard yang
dihasilkan mempunyai konsentrasi 10, 20,30, 40 dan 50 ppm
- Dicari panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum
dengan mengukur absorbans larutan standard 30 ppm pada daerah
450-550 nm dengan interval 10 nm. Diulangi pengukuran disekitar
daerah serapan maksimum dengan memperkecil interval pengukuran
menjadi 2 nm
- Data yang dihasilkan diwujudkan dalam bentuk grafik (panjang
gelombang vs absorbans) dan ditentukan panjang gelombang dari
serapan maksimum. Dihitung absorbans molar dari kompleks besi-
phenantrolin
- Dibuat kurva kalibrasi dengan mengukur absorbans dari larutan
standard (10-50 ppm). Ditentukan persamaan garisnya dan nilai
koefisien korelasinya

Hasil
3.2.2 Penentuan Asam Askorbat Dalam Jeruk

Air jeruk

- Dikocok dan disentrifus selama 10 menit, diambil 4 mL dan


dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades
sampai tanda batas
- Dimasukkan 10 mL sampel, 10 mL buffer asetat pH 4,5, 14 mL
Al(III) asetat 0,1 M, 2 mL besi (III) 8,8 x 10-5 M, dan 2 mL o-
penantrolin 4 x 10-3% ke dalam labu ukur 50 mL
- Diencerkan hingga tanda batas
- Diukur absorbans larutan pada panjang gelombang maksimum
yang diperoleh pada langkah 3.2.1
- Dihitung kadar asam askorbat dalam jeruk

Hasil

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
4.1.1 Tabel hasil konsentrasi dan absorbansi larutan
Absorbansi
No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi larutan standar
sampel
1. 10 0,15
2. 20 0,18
3. 30 0,22 0,31
4. 40 0,28
5. 50 0,36
4.1.2 Tabel hasil penentuan konsentrasi dan kadar asam askorbat dalam sampel
vitacimin
Konsentrasi Asam Askorbat Kadar
No. Sampel Absorban
(ppm) (%)

1. Vitacimin 43,846 0,31 43,846%

4.2 Pembahasan
Spektrofotometri UV-Visible diaplikasikan dalam penentuan sampel yang
berupa larutan, gas, atau uap. Sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang
jernih terlebih dahulu. Sampel yang berupa larutan harus memperhatikan beberapa
persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis 4.
Kemurniannya harus tinggi.
(Suhartati, 2020).
Praktikum kali ini yaitu spektrofotometri visible (Penentuan asam askorbat
dalam sampel jeruk dimana bertujuan untuk menentukan panjang gelombang
maksimum, membuat kurva kalibrasi dengan benar, dan menentukan konsentrasi
asam askorbat dalam sampel jeruk. Langkah pertama yaitu membuat larutan
standar yang dilakukan dengan memipet 1, 2, 3, 4 dan 5 mL dan larutan asam
askorbat standar ke dalam 50 mL labu ukur. Larutan standard adalah larutan yang
telah ditetapkan konsentrasinya. Sampel yang akan dianalisis (dibuat sebanyak 3
ulangan) juga dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Sebagai larutan blanko,
masukkan 25 ml aquades ke dalam labu ukur 50 mL. Pembuatan larutan blanko
tidak ditambahkan asam askorbat didalamnya sehingga warna yang dihasilkan
berwarna putih.
Setiap labu ditambahkan 10 mL buffer asetat pH 4,5, 2 mL besi(III)
ammonium sulfat 8,8 x 10-5 M; 2 mL o-penantrolin 4 x 10-3%. 3. Tujuan dari
penambahan Besi (III) dan o-penantrolin adalah untuk membentuk senyawa
kompleks. Ketika ditambah dengan o-phenantrolin berubah warna menjadi warna
orange. Encerkan setiap larutan tersebut menjadi 50 mL. Larutan standar yang
dihasilkan mempunyai konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Semakin tinggi
konsentrasinya warna yang dihasilkan semakin pekat yang terjadi karena interaksi
besi (III) dengan asam askorbat. Asam askorbat yang ditambahkan banyak
menyebabkan senyawa kompleks yang terbentuk semakin banyak. Warna yang
dihasilkan yaitu orange karena pada pengujuian absorbansi sinar tampak harus
berwarna dan berbentuk larutan. Reaksi yang terjadi antara o-phenanantrolin dan
besi sebagai berikut
2 Fe3+ (aq)+ 2 S2O32- (aq) → 2 Fe2+ (aq)+ S4O62- (aq)
Fe2+ (aq)+ 3 C12H8N2 (aq) → [Fe(C12H8N2)3 ]2+ (aq)
Pembentukan kompleks Fe(II)-fenantrolin, ion Fe2+ bertindak sebagai ion
pusat, dan 1,10-fenantrolin sebagai ligan. 1,10-fenantrolin tergolong dalam ligan
medan kuat yang dapat membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion pusat
Fe2+ menghasilkan senyawa kompleks ferroin.
Panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum dicari dengan
mengukur absorbans larutan standar 30 ppm pada daerah 450-550 nm dengan
interval 10 nm. Pengukuran dengan rentang 450-550 karena larutan yang akan
diuji yaitu larutan berwarna jingga. diulangi pengukuran disekitar daerah serapan
maksimum dengan memperkecil interval pengukuran menjadi 2 nm. Hasil
absorbansi yang diperoleh pada konsentrasi 10;20;30;40;50 berturut-turut adalah
0,15;0,18;0,22;0,28;dan 0,36 untuk absorbansi sampel yaitu sebesar 0,21. Panjang
gelombang maksimum yang dihasilkan sebesar 550 nm yang menandakan warna
yang diserap hijau dan warna yang terlihat pada spektrofotometri sinar tampat
berwarna hijau. Absorbansi yang dihasilkan dibuat grafik dengan sumbu y yaitu
absorbansi dan sumbu x yaitu konsentrasi. Berikut grafik yang dihasilkan.
Grafik Konsentrasi vs Absorbansi
0,4
0,35
0,3 y = 0,0052x + 0,082
R² = 0,963
Absorbansi

0,25
0,2
Absorbansi (y)
0,15
Linear (Absorbansi (y))
0,1
0,05
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Grafik konsentrasi vs absorbansi


Grafik diatas merupakan grafik konsentrasi vs absorbnasi dimana dapat diperoleh
persamaan y = 0,0052x + 0,082 dimana R2 yang dihasilkan sebesar 0,963.
Konsentrasi yang dihasilkan semakin pekat menyebabkan semakin besar
absorbansi yang dihasilkan. Hasil ini menunjukkan bahwa absorbansi sebanding
dengan konsentrasi. Berdasarkan hukum beer pernyataan ini sesuai dengan
literature yang dijelaskan. Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding
lurus dengan konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε
merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang
dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah
absorbansi yang dihasilkan makin rendah.
Vitacimin dihaluskan terlebih dahulu dikocok dan dilarutkan sehingga
sampelnya berbentuk cairan. Fungsi digerus yaitu agar mendapat larutan karena
akan diukur absorbansinya dengan spektrofotometri visible yang sampelnya
dalam wujud cairan. Larutan vitacimin diambil 4 mL dan dimasukkan dalam labu
ukur 50 mL, diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Fungsi pengenceran
adalah untuk memecah molekul sehingga konsentrasinya berkurang dan
volumenya bertambah. n Labu ukur 50 mL dimasukkan 10 mL sampel, 10 mL
buffer asetat pH 4,5; 2 mL besi(III) 8,8 x 10-5 M; 2 mL openantrolin 4 x 10-3%.
Diencerkan hingga tanpa batas. Perlakuan yang sama diukur dengan
spektrofotemtetri visible. Tidak lupa untuk membilas kuvet dengan etanol. Tujuan
dari pembilasan ini adalah untuk mengkalibrasi alat spektrofotometri visible dan
meminimalisir kesalahan yang terjadi pada alat. Dari grafik yang dihasilkan dapat
diperoleh kadar asam askorbat dalam sampel dengan membagi konsentrasi asam
askorbat dalam sampel dengan konsentrasi sampel kemudian dikalikan dengan
100%. Hasil yang diperoleh yaitu kadar asam askorbat sebesar 43,846%. Hal ini
sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa kadar asam askorbat dalam
vitacimin sebesar 50% (Aladokter, 2020).

V. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum spetrofotometri sinar tampak adalah
5.1 Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mencari rentang
panjang gelombang dan memenuhi warna yang diserap pada prinsip
spektrofotometri visible. Panjang gelombang tertinggi inilah yang disebut dengan
panjang gelombang maksimum
5.2 Pembuatan kurva kalibrasi dengan benar dilakukan dengan membuat grafik
antara absorbansi dengan konsentrasi dimana sumbu x yaitu konsentrasi dan
sumbu y adalah absorbansi. Dari grafik tersebut dibuat garis linear sehingga
menghasilkan persamaan y = mx + C
5.3 Penentuan konsentrasi asam askorbat dalam sampel vitacimin dihitung
dengan menggunakan persamaan dimana y merupakan absorbansi sampel
sehingga nantinya diperoleh nilai x yang dikalikan dengan factor pengenceran. X
disini adalah konsentrasi. Kadar asam askorbat dihitung dengan membagi
konsentrasi asam askorbat dalam sampel dengan konsentrasi sampel kemudian
dikalikan dengan 100%. Kadar sampel yang dihasilkan yaitu sebesar 43,846%.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, 1991. Kimia Organik Jilid 2, edisi ketiga.
Wadsworth, Inc., Belmont, alih bahasa: Aloysius Hadyana P.
Fisher.2021. Material Safety Data Sheet Of Aluminium acetate, basic.
https://www.fishersci.com/store/msds?partNumber=AC428190010&product
Description=ALUMINIUM+ACETATE%2C+90%25%2C+1KG&vendorId
=VN00032119&countryCode=US&language=en. (diakses 20 september
2021)
GLASSTON, S. 1960. Textbook of physical chemistry. 2 nd ed. Macmillan and
Co. Ltd., London.
Labchem. Material Safety Data Sheet Of Ferric Ammonium Sulfate,
Dodecahydrate. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC14260.pdf
(diakses 20 september 2021)
Labchem.2021. Material Safety Data Sheet Of Acetate Buffer pH 4.5, for
Cyanide . http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC10040.pdf (diakses
20 september 2021)
Labchem.2021. Material Safety Data Sheet Of o-Phenanthroline, 0.3% w/v.
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18155.pdf (diakses 20
september 2021)
Nugroho, H., Sarwono, E., & Rinaldi, A. (2020). Aplikasi Metode
Spektrofotometri pada Klasifikasi Gas Karbon Monoksida (CO) dan Uap
Bahan Bakar Petrodiesel (C14H30). Progressive Physics Journal, 1(1), 1-14.
PECSOK, R.L.; L.D. SHILEDS; T. CAIRNS; and I.G. MCWILLIAM 1976.
Modern methods of chemical analysis. 2 nd ed. John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
Sciencelab. 2021. Material Safety Data Sheet of Aquades. http://
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 (diakses 20 september
2021)
Suhartati, T. (2017). Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri
massa untuk penentuan struktur senyawa organik.
Tim Penyusun. 2021. Penuntun Praktikum Spektrometri. Jember: Universitas
Jember.
LAMPIRAN
1. Pengenceran Larutan
Larutan induk (M1) = 500 ppm
Volume akhir (V2) = 50 mL

a. Larutan induk =

b. Larutan Standar
- 10 ppm
M1 V1 = M2 V2
500 V1 = 10 . 50 ml
V1 = 1 ml
- 20 ppm
M1 V1 = M2 V2
500 V1 = 20 . 50 ml
V1 = 2 ml
- 30 ppm
M1 V1 = M2 V2
500 V1 = 30 . 50 ml
V1 = 3 ml
- 40 ppm
M1 V1 = M2 V2
500 V1 = 40 . 50 ml
V1 = 4 ml
- 50 ppm
M1 V1 = M2 V2
500 V1 = 50 . 50 ml
V1 = 5 ml
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Absorbansi
(x) (y) sampel
10 0,15 0,31
20 0,18
30 0,22
40 0,28
50 0,36

Grafik Konsentrasi vs Absorbansi


0,4

0,35

0,3 y = 0,0052x + 0,082


R² = 0,963
0,25
Absorbansi

0,2
Absorbansi (y)
0,15
Linear (Absorbansi (y))
0,1

0,05

0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)

2. Penentuan Kadar Asam Askorbat dalam Vitacimin


Absorbansi sampel = 0,31
y = 0,0052x + 0,082
0,31 = 0,0052x + 0,082
0,228 = 0,0052x
x = 43,846 ppm
a. Kadar Vitamin C dalam Sampel

 Konsentrasi Sampel =

 Konsentrasi Asam Askorbat dalam Sampel = 43,846 ppm


 Konsentrasi Asam Askorbat Sebenarnya dalam Sampel

b. Kadar Asam Askorbat dalam Sampel

43,846 %

Anda mungkin juga menyukai