I. TUJUAN
Melakukan pemeriksaan parameter spesifik ekstrak dengan :
1. Menentukan kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dengan
metode kolorimetri alumunium klorida.
2. Melihat adanya kandungan kuersetin dalam ekstrak dengan metode KLT.
II. PRINSIP
2.1 Parameter Spesifik
Parameter spesifik meliputi pemeriksaan identitas, organoleptis, kadar
senyawa terlarut dalam pelarut tertentu, uji kandungan kimia ekstrak, kadar total
golongan kandungan kimia, kadar kandungan kimia tertentu (DepKes RI, 2000).
2.2 Flavonoid
Flavonoid adalah zat aktif yang terdapat pada tumbuhan yang
mempunyai struktur kimia C6-C3-C6 yang tiap bagian C6 merupakan rantai
alifatik (Rompas, et al, 2012).
2.4 Spektrofotometri
Prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada
panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan
yang akan ditentukan konsentrasinya. Jumlah cahaya yang diserap sebanding
dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2009).
2.5 KLT
KLT merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perdedaan
afinitasnya dengan fase stasioner berupa lapisan tipis suatu adsorben dan fase
mobilnya adalah berupa campuran pelarut (Sumawinata, 2002).
III. REAKSI
3.1 Reaksi Aluminium Klorida dengan Quersetin (Flavonoid)
(Mursyidi, 1990).
3.3 Reaksi Aluminium Klorida dengan Flavonol
(Mursyidi, 1990).
5.2 Bahan
- AlCl3 10%
- Aquades
- Baku quersetin
- Campuran n-butanol, asam asetat, aquades
- Etanol 95%
- Kalium asetat
- Larutan ekstrak
- Uap amonia
Diukur serapannya
A=0,1384
dengan
(4ppm)
spektrofotometer UV-
A=0,42 (10
4 Vis pada panjang
ppm)
gelombang
A=0,5169
maksimum yaitu 438
(12ppm)
nm
Didapat 0,5 mL
Diambil sejumlah 0,5 mL larutan ekstrak
1
ekstrak etanol sampel daun jambu biji di
gelas beaker
Didapat 5 mL
Sampel dicampur dengan campuran ekstrak,
1,5 mL etanol 95%; 0,1 alumunium klorida,
2 mL alumunium klorida kalium asetat,
10%; 0,1 mL kalium asetat aquades, etanol
1 M dan 2,8 mL aquades 95% di gelas
beaker
Diinkubasi selama 30
3 Sampel terinkubasi
menit pada suhu kamar
Keterangan :
F1=jumlah flavonoid
dengan metode AlCl3
C=kesetaraan kuersetin
(ppm)
V=volume total ekstrak
etanol (mL)
F=faktor pengenceran
m=berat sampel (g)
(Depkes RI, 2000).
Plat menjadi
Plat dikeringkan dan kering, terlihat spot
3
dilihat di bawah sinar UV sampel dan baku
quersetin
0,5 0,5169
0,4 0,42
0,3 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
0,2
0,1384 y = 0,0472x - 0,0508
0,1
R = 1
0
0 5 10 15
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji KLT ekstrak dan spektrofotometri
kolorimetri ekstrak daun jambu biji. Uji KLT dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan kuersetin dalam sampel ekstrak daun jambu biji. Sedangkan
uji kolorimetri dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total ekstrak sebagai
quersetin.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu ekstrak daun jambu
biji. Menurut literatur (FHI), daun jambu biji mengandung quersetin sebagai
identitas kimianya. Dengan begitu dapat diperkirakan bahwa sampel ekstrak daun
jambu biji yang digunakan juga mengandung quersetin sehingga dapat ditentukan
kadarnya.
Hal pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan uji ekstrak. Larutan uji
ini berfungsi sebagai sampel yang akan diamati. Caranya yaitu dengan melarutkan
satu gram ekstrak daun jambu biji kental dengan 25 mL etanol 95% kemudian
diaduk dengan magnetic stirer selama 3 jam. Setelah itu larutan disaring dan
ditambah etanol hingga 25 mL.
Digunakan etanol sebagai pelarut karena berdasarkan literatur dan
pembuktian praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan pada praktikum
sebelumnya, menunjukkan bahwa kandungan zat aktif pada simplisia daun jambu
biji lebih tertarik dengan pelarut etanol dibandingkan dengan pelarut air. Lalu
alasan diaduk selama 3 jam menggunakan magnetic stirer yaitu agar proses
pelarutan dapat berjalan dengan baik dengan tanpa meninggalkan sisa bahan
(ekstrak) pada permukaan gelas beaker tempat melarutka ekstrak. Dengan begitu
kandungan zat aktif dapat terdistribusi secara merata dalam larutan tersebut
sehingga ketika dilakukan uji hasilnya akan mendapatkan hasil uji yang baik.
Pada uji KLT, yang pertama kali dilakukan yaitu membuat fase gerak
berupa pelarut campur n-butanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 4:1:5.
Setelah pelarut campur dibuat selanjutnya pelarut dijenuhkan di dalam chamber.
Pelarut yang telah jenuh dapat diamati dengan perubahan suhu chamber menjadi
lebih panas dari sebelumnya. Setelah pelarut jenuh, plat silika gel yang telah totol
dengan baku quersetin dan sampel ekstrak dimasukkan ke dalam chamber sampai
mengembang, yaitu sampai pelarut campur telah melewati jarak pada plat silika
gel yang telah ditentukan. Setelah itu plat ditempatkan dalam chamber jenuh yang
mengandung uap amonia kemudian diamati bawah sinar UV 254 nm.
Digunakan plat silika gel karena bahan tersebut bersifat inert, tidak bereaksi
terhadap pereaksi-pereaksi yang lebih sensitif. Plat silika gel bersifat non polar
sehingga digunakan pelarut yang bersifat polar.
Plat silika diamati di sinar UV 254 nm karena tipe plat silika yang
digunakan yaitu GF254, artinya plat tersebut menyerap cahaya pada panjang
gelombang 254 nm sehingga akan tampak gelap, sedangkan yang akan
berfluorosensi yaitu bercak atau spot ekstrak dan quersetin. Dengan begitu jarak
yang ditempuh ekstrak dan quersetin dapat diamati dengan jelas sehingga nilai Rf
nya dapat ditentukan.
Namun nilai Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu
tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran fase gerak, dan
sebaliknya. Nilai Rf yang didapat oleh praktikan lebih dari 0,8 karena fase gerak
yang digunakan bersifat polar sedangkan sampel yang digunakan bersifat sangat
polar. Jika akan dilakukan uji KLT menggunakan sampel yang sama, praktikan
sarankan untuk mengganti kombinasi pelarut campur yang digunakan agar hasil
yang didapat lebih akurat.
Sebelum dilakukan uji kolorimetri pada ekstrak daun jambu biji, dibuat
terlebih dahulu baku quersetin untuk membuat kurva baku. Tujuan dibuatnya
kurva baku yaitu karena kurva baku akan dijadikan sebagai pembanding terhadap
ekstrak yang akan diuji. Alasan digunakan quersetin sebagai baku pembanding
yaitu karena quersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang memiliki
gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang
bertetangga.
Dalam pembuatan kurva baku harus memenuhi syarat validasi. Salah satu
syarat validasi yaitu adanya regresi linier. Regresi linier ini berguna untuk
mengetahui pegaruh/hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dari hasil pengukuran didapat nilai absorbansi rerata ekstrak yaitu 0,334.
Nilai tersebut merupakan nilai Y. Selanjutnya nilai Y tersebut disubtitusikan pada
persamaan yang didapat pada uji kurva baku untuk mendapatkan konsentrasi
quersetin (C) sebagai x. Dari hasil perhitungan didapat nilai C sebesar 8,155 ppm.
Selanjutnya barulah dihitung jumlah flavonoid yang terkandung dalam ekstrak
Perlu dikalikan dengan faktor pengencernya karena yang akan dihitung adalah
kadar flavonoid total dari sejumlah 1 gram ekstrak yang dilarutkan pada 25 mL
etanol. Jika tidak dikalikan dengan faktor pengencer, maka yang didapat hanyalah
kadar flavonoid yang terkandung dalam ekstrak yang telah diencerkan, hasil yang
diperoleh akan lebih kecil dan hal tersebut jelas salah. Sehingga perlu dikalikan
dengan faktor pengencer untuk mengetahui jumlah flavonoid total ekstrak yang
terdapat dalam sejumlah 1 gram ekstrak dalam 25 mL yang digunakan di awal.
Dari hasil perhitungan didapat jumlah flavonoid dalam ekstrak sebesar 2,03875%.
IX. SIMPULAN
9.1 Dapat ditentukan kadar flavonoid total ekstrak sebagai kuersetin dengan
metode kolorimetri alumunium klorida. Kadar yang didapat yaitu
sebesar 2,03875%.
9.2 Didapat Rf baku kuersetin adalah 1 sedangkan Rf ekstrak daun jambu
biji adalah 0,94. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam ekstrak tersebut
mengandung senyawa kuersetin karena nilai Rf keduanya saling
berdekatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Syariful, M. Yusran, Alfred T., Nurlina I., Ahmad K., Ramadanil, M.
Sulaiman Z. 2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Sanrego (Lunasia
amara Blanco). Online Journal of Natural Science. Vol. 2 (3) : 1-8.
Azizah, Dyah Nur, Endang K., Fahrauk F. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid
Metode AlCl3 pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao
L.). Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2 (2) : 45-49.
Cahyanta, Agung Nur. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun
Pare Metode Kompleks Kolori dengan Pengukuran Absorbansi secara
Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 (1) : 58-61.
Carbonaro and Grant. 2005. Absorption of Quercetin and Rutin in Rat Small
Intestine. Annals Nutrition and Metabolism. Vol. 49 (3) : 178-182.
DepKes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
DepKes RI.
Pathik, Patel, Patel N. M., Patel P. M. 2011. WHO Guidelines on Quality Control
of Herbal Medicines. IJRAP. Vol. 2 (4) : 1148-1154.
Rompas, R.A., Hosea J. Edy dan A. Yudistira. 2012. Isolasi dan identifikasi
flavonoid dalam Daun Lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon. Vol.
1(2) : 59-63
Saifudin, Aziz. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep dan
Teknik Pemurnian. Yogyakarta : Deepublish.