Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas perkenan-NYA laporan


praktikum mengenai Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian pada
Pengukuran ini dapat diselesaikan.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk membuat laporan setelah
melakukan praktikum, selain itu juga untuk menyelesaikan tugas yang
telah diberikan oleh dosen kami.

Demikian laporan praktikum ini, penulis menyadari akan segala


kekurangannya, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan
demi perbaikan Laporan Praktikum ini.

Parepare, 22 Desember 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 3
1. Tujuan Praktikum ................................................................................................. 3
2. Alat dan Bahan ..................................................................................................... 3
3. Metode Percobaan/ langkah............................................................................... 3
4. Teori Ringkas ........................................................................................................ 4
Bab II Pembahasan ....................................................................................................... 13
1. Hasil Perolehan Data ......................................................................................... 13
2. Analis Pengolahan Data .................................................................................... 15
Bab III Penutup ............................................................................................................... 20
Kesimpulan.................................................................................................................. 20
Saran ............................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22
DOKUMENTASI ALAT .................................................................................................. 23

2
Bab I Pendahuluan

1. Tujuan Praktikum
a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti percobaan, mahasiswa akan dapat:
a. Memperoleh kecakapan dan keterampilan dalam
menggunakan dan menggunakan dan mengerti
kegunaan peralatan laboratorium.
b. Memperkirakan dan menyatakan kesalahan khusus.

b. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS


a. Menggunakan beberapa alat ukur satu atau lebih
variable
b. Menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran
berulang
c. Mengerti membuat laporan hasil pengukuran

2. Alat dan Bahan

ALAT DAN BAHAN JUMLAH


Jangka sorong 1 buah
Mikrometer skrup 1 buah
Kelereng 4 ukuran

3. Metode Percobaan/ langkah

1) Sebelum melakukan praktek, praktekum terlebih daahulu


menyediakaan aalat dan bahan yang di gunakan .

3
2) Langkah selanjutnya hitunglah diameter luar kelereng
dengan jangka sorong secara bergantian sebanyak 4 kali
bergantian.
3) Setelah selesai menghitung diameter kelereng ,kemudian
tulis data dari hasil pengukuran sebagai hasil laporan
sementara.
4) Langkah selanjutnya hitunglah diameter kelereng dengan
menggunakan micrometer skrup sebanyak 4 kali
gentian.serta mengambil data sebagai bahan laporan.

4. Teori Ringkas

1. TEORI PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala dan perilaku
alam sepanjang bisa diamati oleh manusia baik dengan
menggunakan panca indera yang dimiliki maupun dengan alat
ukur yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.
Pengukuran suatu besaran fisis dalam fisika senantiasa
dihinggapi dengan apa yang disebut sebagai ketidakpastian baik
dilakukan satu kali maupun dilakukan berulang-ulang. Misalkan x
adalah suatu besaran fisis tertentu yang nilai benarnya adalah x0
yang akan diketahui melalui pengukuran, maka setiap kali
dilakukan suatu pengukuran pada besaran fisis tersebut akan
berpeluang terjadinya penyimpangan dari nilai yang sebenarnya.
Contoh:suhu kamar, kelembaban udara, arus listrik dalam
rangkaian, massa calorimeter dan sebagainya.
Adapun sebab-sebab terjadinya penyimpangan ini antara
lain adalah:
i. Adanya nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh
keterbatasan dari alat ukur yang digunakan.

4
ii. Adanya ketidakpastian bersistem, diantaranya:
 Kesalahan kalibrasi
Pemberian nilai skala pada waktu alat diproduksi ternyata
kurang tepat.
 Kesalahan titik nol
Sebelum digunakan untuk mengukur, alat ukur telah
menunjuk pada suatu harga skala tertentu atau jarum
tidak mau kembali pada titik nol secara tepat.
 Kesalahan pegas
Setelah sekian lama berfungsi, pegas melembek atau pun
mengeras dari keadaan semula
 Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
 Paralaks (arah pandang) dalam membaca skala
Kesalahan bersistem menyebabkan hasil pengukuran
yang diperoleh agak menyimpang dari nilai yang
sebenarnya, dan simpangan ini mempunyai arah tertentu.
Misalnya, hasil pengukuran menghasilkan nilai-nilai yang
secara konsisten lebih besar atau kecil dari harga yang
semestinya.
iii. Adanya ketidakpastian acak, diantaranya:
 Gerak Brown molekul udara, gerak ini dapat mengganggu
penunjukan jarum alat ukur yang sangat halus.
 Flutuasi tegangan jaringa listrik, mengganggu operasional
alat-alat listrik.
 Bising elektronik, berupa gangguan pada alat ukur
elektronik.
 Sumber kesalahan acak sering berada diluar kendali dan
dapat menghasilkan simpangan positif maupun negatif
secara acak terhadap nilai yang dicari.
iv. Keterbatasan keterampilan pengamat

5
Alat ukur dewasa ini tidak jarang merupakan alat ukur
yang sangat kompleks pemakaiannya, sehingga menuntut
keterampilan yang tidak sedikit dari si pemakai. Misalnya:
Mikroskop, Osiloskop Spektrometer, Pecahan partikel dll.
Dengan demikian akan timbul masalah-masalah seperti:Apa
saja yang harus diatur sebelumnya, Bagaimana cara
mengoperasikannya, Bagaimana membaca skalanya dll.
Dengan demikian banyak yang harus diatur dan dipahami,
sehingga pengamat mudah sekali melakukan suatu
kesalahan. Dengan demikian banyaknya sumber kesalahan,
sehingga tidak mungkin dapat dihindari atau diatasi dengan
sekaligus setiap saat.
Berdasarkan asas teori pengukuran di atas, maka dapat
dikatakan bahwa nilai benar xo tidak mungkin dapat diketahui
secara tepat melalui suatu eksperimen. Dari pengukuran yang
dilakukan akan senantiasa diperoleh nilai x yang tidak sama
dengan nilai xo yang sebenarnya.

2. NILAI SKALA TERKECIL (least count) ALAT UKUR


Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur
atau jangka digital. Pada skala terdapat goresan besar dan kecil
sebagai pembagi dan dibubuhi nilai tertentu. Secara fisik, jarak
antara goresan kecil bertetangga jarang kurang dari 1 mm.
Mengapa demikian? Ini disebabkan karena mata manusia (tanpa
alat bantu) agak sukar melihat jarak kurang dari 1 mm dengan
tepat. Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut nilai skala
terkecil (nst) dari alat ukur tersebut.

3. NONIUS
Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat ini
membantu alat ukur berkemampuan besar, karena jarak antara

6
dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil.
Biasanya pembagian skala utama dan nonius adalah:
1 pembagian skala alat ukur = 10 bagian skala nonius.
Tetapi tidak selalu demikian, misalnya ada spectrometer.
Bagaimana membaca kedudukan pengukuran dengan nonius?
Perhatikan gambar berikut ini:

Gambar 1: Pembacaan Skala

Pada gambar 1 diatas, skala bagian atas adalah alat ukur


yaitu antara angka 12 dan 13 dibagi menjadi 10 bagian terkecil
yang menyatakan kedudukan 12,1: 12,2: 12,3: ….; 13,0.
Sedangkan pada bagian bawah adalah skala nonius. Dalam
gambar tersebut skala nonius terdiri dari 10 bagian. Tampak
bahwa skala nonius ini lebih kecil dari bagian terkecil skala alat
ukur. Kalau diperhatikan lebih lanjut pada gambar terdapat dua
kedudukan skala nonius dan skala alat ukur yang berimpit, yaitu
12 pada skala alat ukur berimpit dengan 0 dan pada skala nonius
10 berimpit dengan 12,9 pada skala alat ukur.
Selanjutnya perhatikan hasil pengukutan lain dari alat bantu
nonius tersebut seperti yang ditunjukan pada gambar berikut.

Gambar 1: Pembacaan Skala nonius

7
Skala pada nonius dari tidak berimpit dengan salah satu
skala pada alat ukur, melainkan terletak antara kedudukan 9,5
dengan 9,6. Dalam pengukuran ini dapat diyakini bahwa harga x
yang diukur adalah lebih besar dari 9,5 tetapi lebih kecil dari 9,6.
Berapakah harga x menurut pembacaan ini? Cobalah anda
perhatikan gambar 2 lebih teliti. Ternyata ada satu garis skala
nonius yang berimpit dengan skala 7 dari nonius. Dalam keadaan
pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga xo yang
diukur adalah 9,570.

4. ALAT UKUR DASAR


a. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang
memiliki bentuk seperti gambar 3 dibawah ini, yang dapat
digunakan untuk menemukan dimensi dalam, luar dan
kedalaman benda yang diuji. Jangka sorong meningkatkan
akurasi pengukuran hingga 1/20 mm karena memiliki skala 1
mm = 20 skala nonius.

Gambar 3: Jangka Sorong

8
Ada 3 fungsi pengukuran panjang yang dimiliki jangka sorong,
yaitu:
1. Pengukuran panjang bagian luar benda
2. Pengukuran panjang bagian rongga dalam benda
3. Pengukuran kedalaman lubang.

b. Micrometer Sekrup
Micrometer sekrup dipergunakan untuk mengukur panjang
benda yang memiliki ukuran maksimum sekitar 2,50 cm, dan
bentuk mikrometer sekrup ditunjukkan pada Gambar 4 berikut
ini

Sekrup

Gambar 4: Mikrometer Sekrup


Skala
Nonius

Beban
yang
diukur

Gambar 5: Mengukur dengan Mikrometer Sekrup

9
5. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG
Bagaimana kalau pengukuran berulang? Adakah manfaat
pada pengulangan dan apa pula makna pengulangan tersebut?
Dalam usaha mencari nilai benar dari xo dengan mengadakan
satu kali pengukuran hasilnya hanya suatu pernyataan samar-
samar saja. Pengulangan diharapkan akan memberi informasi
lebih banyak tentang xo. Makin banyak suatu nilai dihasilkan
dalam pengukuran berulang maka nilai yang dihasilkan akan
semakin benar. Ilmu statistika mengatakan:
a. Hasil n kali pengulangan pengukuran besaran x, sebutlah x1,
x2, x3, …,xn adalah merupakan suatu sampel dari populasi
besaran x.
b. Nilai terbaik yang mendekati nilai xo yang dapat diambil dari
sampel x adalah nilai rata-rata sampel:
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑛 = 1 1 𝑛
𝑥̅ = = ∑ 𝑥𝑖
𝑛 𝑛 𝑖=1

c. Karena x bukanlah xo, maka padanya terdapat suatu


penyimpangan atau ketidakpastian. Ketidakpatian pada nilai
rata-rata sampel x menyatakan deviasi hasil pengukuran (∆x)
dapat digunakan deviasi standar nilai rata-rata sampel yakni:

1 𝑛 ∑ 𝑥12 − (∑ 𝑥1)2
𝑠= √
𝑛 𝑛−1

Hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut:


x = 𝑥̅ ± ∆x = 𝑥̅ ± sn

Besaran nilai yang dipakai sebagai ∆x pengukuran berulang.


Kesalahan pengukuran sering kali dinyatakan dalam:

10
(∆𝑥)
 Kesalahan relative: (dapat juga dinyatakan dalam
𝑥

persen)
 Kesalahan mutlak: ∆x

Contoh:Diameter D sekeping mata uang diukur 10 kali dengan


menggunakan jangka sorong.
Di = (11,7; 11,8; 11,9; 12,0; 12,0; 12,0; 12,0; 12,0; 12,3; 12,3) mm
Desimal terakhir dalam bilangan-bilangan ini adalah taksiran.
Berapakah
D±∆D menurut pengukuran ini?
Jawab:Untuk memudahkan hitungan, data dituangkan dalam
bentuk tabel dan perhitungan dilakukan dengan
menggunakan kalkulator.

I Di Di2
1 11,7 136,89
2 11,8 139,24
3 11,9 141,61
4 12,0 141,61
5 12,0 141,61
6 12,0 141,61
7 12,0 141,61
8 12,0 141,61
9 12,3 151,29
10 12,3 151,29
∑ 120,0 1440,32

11
̅ = 120 = 12,00
D 10

1 𝑛 ∑ 𝑥1 − (∑ 𝑥1 )2
∆D = √ = 0,0596
𝑛 𝑛−1

Pelaporan ditulis:
̅ ± ∆D = (12,00 ± 0,06) mm
D=D
Seandainya D hanya diukur sekali saja , hasilnya mungkin (12,0 ±
0,5) mm, karena:
1 1
∆D = 2 nst = x 1 = 0,5
2

6. ANGKA BERARTI
Perhatikan, misalnya penulisan hasil pengukuran diameter
sebuah keping logam D = (12,00 ± 0,06) mm dan D = (12,0 ±
0,06) mm. yang pertama menyatakan bahwa nilai benar
diameter ada dalam selang (11,94–12,06) mm, sedangkan yang
kedua mempunyai makna nilai benar berada dalam selang
(11,4-12,6) mm. Dikatakan bahwa diameter pertama diketahui
dengan 4 angka berarti, sedangkan yang kedua mempunyai 3
angka berarti, semakin banyak angka berarti semakin tepat
∆D 0,06
pengukurannya. Dari contoh diatas = x 100% = 0,5%
D 12,00
∆D 0,6
untuk yang pertama dan yang kedua = x 100% = 5%.
D 12,00

Jadi dikatakan bahwa pengukuran diameter pertama dengan


ketelitian 10 kali lebih besar dari pengukuran diameter kedua.

12
Bab II Pembahasan

1. Hasil Perolehan Data


 JANGKA SORONG

No. Di Di2
1. 1,44 2,0736
2. 1,51 2,2801
3. 1,41 1,9881
4. 1,33 1,7689
∑N= 4 ∑Di= 5,69 ∑Di2= 8,1107
(Kelereng Bening Kecil)

No. Di Di2
1. 1,445 2,088025
2. 1,43 2,0449
3. 1,403 1,974025
4. 1,415 2,002225
∑N= 4 ∑Di= 5,695 ∑Di2= 8,109175
(Kelereng Putih Kecil)

No. Di Di2
1. 2,59 6,7081
2. 2,51 6,3001
3. 2,535 6,426225
4. 2,45 6,0025
∑N= 4 ∑Di= 10,085 ∑Di2= 25,43
(Kelereng Putih Besar)

13
 MIKROMETER SEKRUP

No. Di Di2
1. 10,89 118,5921
2. 9,27 85,9329
3. 10,32 106,5024
4. 9,45 89,3025
∑N= 4 ∑Di= 39,93 ∑Di2= 400,3299
(Kelereng Bening Kecil)

No. Di Di2
1. 15,35 235,6225
2. 15,1 228,01
3. 15,05 226,5025
4. 15,3 234,09
∑N= 4 ∑Di= 60,8 ∑Di2= 924,225
(Kelereng Putih Kecil)

No. Di Di2
1. 25,7 660,49
2. 25,85 668,2225
3. 25,8 665,64
4. 25,95 673,4025
∑N= 4 ∑Di= 103,3 ∑Di2= 2667,755
(Kelereng Putih Besar)

14
2. Analis Pengolahan Data
1. ∑Di = 5,69 cm

∑Di2 = 8,1107 cm

5,69
D= = 1,42
4

1 4.∑Di2 −(∑Di)2
∆𝐷 = 𝑛 √ 𝑛−1

1 4 . 8,1107 − (5,69)2
=4√ 4−1

1 32,4428 – 32,3761
=4√ 3

1 0,0667
=4√ 3

1
= 4 √0,022233

1
= 4 . 0,1491

= 0,03727

∆𝐷
Kesalahan relatif = 𝑥 100%
𝐷

0,03727
= 𝑥 100%
1,4225

= 2,62003

= 2,62 %

15
2. ∑Di = 5,69 cm

∑Di2 = 8,1 cm

5,69
D= = 1,42
4

1 4 . 8,1− (5,69)2
∆𝐷 = 4 √ 4−1

1 32,4 – 32,37
=4√ 3

1 0,03
=4√ 3

1
= 4 √0,01

1
= 4 . 0,1

= 0,025

0,025
Kesalahan relatif = 𝑥 100%
1,42

= 1,76 %

3. ∑Di = 10,085 cm

∑Di2 = 25,43 cm

10,085
D= = 2,52
4

1 4 . 25,43− (10,085)2
∆𝐷 = 4 √ 4−1

1 101,72 – 101,707
=4√ 3

1 0,013
=4√ 3

16
1
= 4 √0,0043

1
= 4 . 0,065

= 0,016

0,016
Kesalahan relatif = 𝑥 100%
2,52

= 0,0063 x 100

= 0,63 %

4. ∑Di = 39,93 cm

∑Di2 = 400,32 cm

39.93
D= = 9,98
4

1 4 . 400,32− (39,93)2
∆𝐷 = 4 √ 4−1

1 1601,28 – 1594,4
=4√ 3

1 6,88
=4√ 3

1
= 4 √2,29

1
= . 1,51
4

= 0,37

0,37
Kesalahan relatif = 9,98 𝑥 100%

= 0,037 x 100

= 3,7 %

17
5. ∑Di = 60,8 cm

∑Di2 = 924,22 cm

60,8
D= = 15,2
4

1 4 . 924,22− (60,8)2
∆𝑥 = 4 √ 4−1

1 3696,88 – 3696,64
=4√ 3

1 6,24
=4√ 3

1
= 4 √0,08

1
= 4 . 0,28

= 0,07

0,07
Kesalahan relatif = 15,2 𝑥 100%

= 0,0046 x 100

= 0,46 %

6. ∑Di =103,3 cm

∑Di2 = 2667,75 cm

103,3
D= = 25,82
4

1 4 .2667,75 − (103,3)2
∆𝑥 = 4 √ 4−1

1 10.671 – 10670,89
=4√ 3

18
1 0,11
=4√ 3

1
= 4 √0,036

1
= 4 . 0,25

= 0,06

0,06
Kesalahan relatif = 25,82 𝑥 100%

= 0,0023 x 100

= 0,23 %

19
Bab III Penutup

Kesimpulan

Jangka sorong lebih tepat jika digunakan mengukur tebal dan


mikrometer sekrup lebih tepat jika digunakan untuk mengukur diameter
benda. Namun dari hasil rata-rata pengukuran menggunakan mikrometer
sekrup lebih tepat daripada jangka sorong karena mikrometer sekrup
memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm dan lebih tinggi daripada tingkat
ketelitian jangka sorong yaitu 0,05 mm.

1) Jangka sorong

Kesalahan relatif dari kelereng kecil bening = 2,62%

Kesalahan relatif dari kelereng kecil putih = 1,76%

Kesalahan relatif dari kelereng besar putih = 0,63%

2) Mikrometer sekrup

Kesalahan relatif dari kelereng kecil bening = 3,7%

Kesalahan relatif dari kelereng kecil putih = 0,46%

Kesalahan relatif dari kelereng besar putih = 0,23%

Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa segala sesuatu


diciptakan dengan ukuran tertentu. ALLAH Subhanahu Wat Ta’ala
berfirman dalam Surah Al-Qamar ayat 49 :

Artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut


ukuran.

20
Ayat tersebut menggambarkan keteraturan penciptaan segala
sesuatu yaitu dengan ketentuan yang berupa ukuran. Dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa turunnya ayat ini berkenan dengan bantahan kaum
musyrikin quraisy terhadap penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi
Wasallam tentang taqdir.

Saran
1. Melaksanakan praktikum secara tertib
2. Gunakan alat dan bahan sesuai prosedur kerja
3. Sebaiknya saat melakukan pengukuran harus lebih teliti agar hasil
yang di dapatkan maksimal.
4. Tenang dalam proses praktikum
5. Dalam kerja kelompok diperlukan kerja sama yang baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

anonim.2014.Contoh Kata Pengantar Laporan Yang Baik


2016[online].http://mobelos.blogspot.co.id/2014/12/contoh-kata-pengantar-
laporan-yang-baik.html.diakses pada tanggal 22 Desember 2014 pukul
13.40

22
DOKUMENTASI ALAT

23

Anda mungkin juga menyukai