Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk membuat laporan setelah
melakukan praktikum, selain itu juga untuk menyelesaikan tugas yang
telah diberikan oleh dosen kami.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
Bab I Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti percobaan, mahasiswa akan dapat:
a. Memperoleh kecakapan dan keterampilan dalam
menggunakan dan menggunakan dan mengerti
kegunaan peralatan laboratorium.
b. Memperkirakan dan menyatakan kesalahan khusus.
3
2) Langkah selanjutnya hitunglah diameter luar kelereng
dengan jangka sorong secara bergantian sebanyak 4 kali
bergantian.
3) Setelah selesai menghitung diameter kelereng ,kemudian
tulis data dari hasil pengukuran sebagai hasil laporan
sementara.
4) Langkah selanjutnya hitunglah diameter kelereng dengan
menggunakan micrometer skrup sebanyak 4 kali
gentian.serta mengambil data sebagai bahan laporan.
4. Teori Ringkas
1. TEORI PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala dan perilaku
alam sepanjang bisa diamati oleh manusia baik dengan
menggunakan panca indera yang dimiliki maupun dengan alat
ukur yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.
Pengukuran suatu besaran fisis dalam fisika senantiasa
dihinggapi dengan apa yang disebut sebagai ketidakpastian baik
dilakukan satu kali maupun dilakukan berulang-ulang. Misalkan x
adalah suatu besaran fisis tertentu yang nilai benarnya adalah x0
yang akan diketahui melalui pengukuran, maka setiap kali
dilakukan suatu pengukuran pada besaran fisis tersebut akan
berpeluang terjadinya penyimpangan dari nilai yang sebenarnya.
Contoh:suhu kamar, kelembaban udara, arus listrik dalam
rangkaian, massa calorimeter dan sebagainya.
Adapun sebab-sebab terjadinya penyimpangan ini antara
lain adalah:
i. Adanya nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh
keterbatasan dari alat ukur yang digunakan.
4
ii. Adanya ketidakpastian bersistem, diantaranya:
Kesalahan kalibrasi
Pemberian nilai skala pada waktu alat diproduksi ternyata
kurang tepat.
Kesalahan titik nol
Sebelum digunakan untuk mengukur, alat ukur telah
menunjuk pada suatu harga skala tertentu atau jarum
tidak mau kembali pada titik nol secara tepat.
Kesalahan pegas
Setelah sekian lama berfungsi, pegas melembek atau pun
mengeras dari keadaan semula
Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
Paralaks (arah pandang) dalam membaca skala
Kesalahan bersistem menyebabkan hasil pengukuran
yang diperoleh agak menyimpang dari nilai yang
sebenarnya, dan simpangan ini mempunyai arah tertentu.
Misalnya, hasil pengukuran menghasilkan nilai-nilai yang
secara konsisten lebih besar atau kecil dari harga yang
semestinya.
iii. Adanya ketidakpastian acak, diantaranya:
Gerak Brown molekul udara, gerak ini dapat mengganggu
penunjukan jarum alat ukur yang sangat halus.
Flutuasi tegangan jaringa listrik, mengganggu operasional
alat-alat listrik.
Bising elektronik, berupa gangguan pada alat ukur
elektronik.
Sumber kesalahan acak sering berada diluar kendali dan
dapat menghasilkan simpangan positif maupun negatif
secara acak terhadap nilai yang dicari.
iv. Keterbatasan keterampilan pengamat
5
Alat ukur dewasa ini tidak jarang merupakan alat ukur
yang sangat kompleks pemakaiannya, sehingga menuntut
keterampilan yang tidak sedikit dari si pemakai. Misalnya:
Mikroskop, Osiloskop Spektrometer, Pecahan partikel dll.
Dengan demikian akan timbul masalah-masalah seperti:Apa
saja yang harus diatur sebelumnya, Bagaimana cara
mengoperasikannya, Bagaimana membaca skalanya dll.
Dengan demikian banyak yang harus diatur dan dipahami,
sehingga pengamat mudah sekali melakukan suatu
kesalahan. Dengan demikian banyaknya sumber kesalahan,
sehingga tidak mungkin dapat dihindari atau diatasi dengan
sekaligus setiap saat.
Berdasarkan asas teori pengukuran di atas, maka dapat
dikatakan bahwa nilai benar xo tidak mungkin dapat diketahui
secara tepat melalui suatu eksperimen. Dari pengukuran yang
dilakukan akan senantiasa diperoleh nilai x yang tidak sama
dengan nilai xo yang sebenarnya.
3. NONIUS
Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat ini
membantu alat ukur berkemampuan besar, karena jarak antara
6
dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil.
Biasanya pembagian skala utama dan nonius adalah:
1 pembagian skala alat ukur = 10 bagian skala nonius.
Tetapi tidak selalu demikian, misalnya ada spectrometer.
Bagaimana membaca kedudukan pengukuran dengan nonius?
Perhatikan gambar berikut ini:
7
Skala pada nonius dari tidak berimpit dengan salah satu
skala pada alat ukur, melainkan terletak antara kedudukan 9,5
dengan 9,6. Dalam pengukuran ini dapat diyakini bahwa harga x
yang diukur adalah lebih besar dari 9,5 tetapi lebih kecil dari 9,6.
Berapakah harga x menurut pembacaan ini? Cobalah anda
perhatikan gambar 2 lebih teliti. Ternyata ada satu garis skala
nonius yang berimpit dengan skala 7 dari nonius. Dalam keadaan
pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga xo yang
diukur adalah 9,570.
8
Ada 3 fungsi pengukuran panjang yang dimiliki jangka sorong,
yaitu:
1. Pengukuran panjang bagian luar benda
2. Pengukuran panjang bagian rongga dalam benda
3. Pengukuran kedalaman lubang.
b. Micrometer Sekrup
Micrometer sekrup dipergunakan untuk mengukur panjang
benda yang memiliki ukuran maksimum sekitar 2,50 cm, dan
bentuk mikrometer sekrup ditunjukkan pada Gambar 4 berikut
ini
Sekrup
Beban
yang
diukur
9
5. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN BERULANG
Bagaimana kalau pengukuran berulang? Adakah manfaat
pada pengulangan dan apa pula makna pengulangan tersebut?
Dalam usaha mencari nilai benar dari xo dengan mengadakan
satu kali pengukuran hasilnya hanya suatu pernyataan samar-
samar saja. Pengulangan diharapkan akan memberi informasi
lebih banyak tentang xo. Makin banyak suatu nilai dihasilkan
dalam pengukuran berulang maka nilai yang dihasilkan akan
semakin benar. Ilmu statistika mengatakan:
a. Hasil n kali pengulangan pengukuran besaran x, sebutlah x1,
x2, x3, …,xn adalah merupakan suatu sampel dari populasi
besaran x.
b. Nilai terbaik yang mendekati nilai xo yang dapat diambil dari
sampel x adalah nilai rata-rata sampel:
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑛 = 1 1 𝑛
𝑥̅ = = ∑ 𝑥𝑖
𝑛 𝑛 𝑖=1
1 𝑛 ∑ 𝑥12 − (∑ 𝑥1)2
𝑠= √
𝑛 𝑛−1
10
(∆𝑥)
Kesalahan relative: (dapat juga dinyatakan dalam
𝑥
persen)
Kesalahan mutlak: ∆x
I Di Di2
1 11,7 136,89
2 11,8 139,24
3 11,9 141,61
4 12,0 141,61
5 12,0 141,61
6 12,0 141,61
7 12,0 141,61
8 12,0 141,61
9 12,3 151,29
10 12,3 151,29
∑ 120,0 1440,32
11
̅ = 120 = 12,00
D 10
1 𝑛 ∑ 𝑥1 − (∑ 𝑥1 )2
∆D = √ = 0,0596
𝑛 𝑛−1
Pelaporan ditulis:
̅ ± ∆D = (12,00 ± 0,06) mm
D=D
Seandainya D hanya diukur sekali saja , hasilnya mungkin (12,0 ±
0,5) mm, karena:
1 1
∆D = 2 nst = x 1 = 0,5
2
6. ANGKA BERARTI
Perhatikan, misalnya penulisan hasil pengukuran diameter
sebuah keping logam D = (12,00 ± 0,06) mm dan D = (12,0 ±
0,06) mm. yang pertama menyatakan bahwa nilai benar
diameter ada dalam selang (11,94–12,06) mm, sedangkan yang
kedua mempunyai makna nilai benar berada dalam selang
(11,4-12,6) mm. Dikatakan bahwa diameter pertama diketahui
dengan 4 angka berarti, sedangkan yang kedua mempunyai 3
angka berarti, semakin banyak angka berarti semakin tepat
∆D 0,06
pengukurannya. Dari contoh diatas = x 100% = 0,5%
D 12,00
∆D 0,6
untuk yang pertama dan yang kedua = x 100% = 5%.
D 12,00
12
Bab II Pembahasan
No. Di Di2
1. 1,44 2,0736
2. 1,51 2,2801
3. 1,41 1,9881
4. 1,33 1,7689
∑N= 4 ∑Di= 5,69 ∑Di2= 8,1107
(Kelereng Bening Kecil)
No. Di Di2
1. 1,445 2,088025
2. 1,43 2,0449
3. 1,403 1,974025
4. 1,415 2,002225
∑N= 4 ∑Di= 5,695 ∑Di2= 8,109175
(Kelereng Putih Kecil)
No. Di Di2
1. 2,59 6,7081
2. 2,51 6,3001
3. 2,535 6,426225
4. 2,45 6,0025
∑N= 4 ∑Di= 10,085 ∑Di2= 25,43
(Kelereng Putih Besar)
13
MIKROMETER SEKRUP
No. Di Di2
1. 10,89 118,5921
2. 9,27 85,9329
3. 10,32 106,5024
4. 9,45 89,3025
∑N= 4 ∑Di= 39,93 ∑Di2= 400,3299
(Kelereng Bening Kecil)
No. Di Di2
1. 15,35 235,6225
2. 15,1 228,01
3. 15,05 226,5025
4. 15,3 234,09
∑N= 4 ∑Di= 60,8 ∑Di2= 924,225
(Kelereng Putih Kecil)
No. Di Di2
1. 25,7 660,49
2. 25,85 668,2225
3. 25,8 665,64
4. 25,95 673,4025
∑N= 4 ∑Di= 103,3 ∑Di2= 2667,755
(Kelereng Putih Besar)
14
2. Analis Pengolahan Data
1. ∑Di = 5,69 cm
∑Di2 = 8,1107 cm
5,69
D= = 1,42
4
1 4.∑Di2 −(∑Di)2
∆𝐷 = 𝑛 √ 𝑛−1
1 4 . 8,1107 − (5,69)2
=4√ 4−1
1 32,4428 – 32,3761
=4√ 3
1 0,0667
=4√ 3
1
= 4 √0,022233
1
= 4 . 0,1491
= 0,03727
∆𝐷
Kesalahan relatif = 𝑥 100%
𝐷
0,03727
= 𝑥 100%
1,4225
= 2,62003
= 2,62 %
15
2. ∑Di = 5,69 cm
∑Di2 = 8,1 cm
5,69
D= = 1,42
4
1 4 . 8,1− (5,69)2
∆𝐷 = 4 √ 4−1
1 32,4 – 32,37
=4√ 3
1 0,03
=4√ 3
1
= 4 √0,01
1
= 4 . 0,1
= 0,025
0,025
Kesalahan relatif = 𝑥 100%
1,42
= 1,76 %
3. ∑Di = 10,085 cm
∑Di2 = 25,43 cm
10,085
D= = 2,52
4
1 4 . 25,43− (10,085)2
∆𝐷 = 4 √ 4−1
1 101,72 – 101,707
=4√ 3
1 0,013
=4√ 3
16
1
= 4 √0,0043
1
= 4 . 0,065
= 0,016
0,016
Kesalahan relatif = 𝑥 100%
2,52
= 0,0063 x 100
= 0,63 %
4. ∑Di = 39,93 cm
∑Di2 = 400,32 cm
39.93
D= = 9,98
4
1 4 . 400,32− (39,93)2
∆𝐷 = 4 √ 4−1
1 1601,28 – 1594,4
=4√ 3
1 6,88
=4√ 3
1
= 4 √2,29
1
= . 1,51
4
= 0,37
0,37
Kesalahan relatif = 9,98 𝑥 100%
= 0,037 x 100
= 3,7 %
17
5. ∑Di = 60,8 cm
∑Di2 = 924,22 cm
60,8
D= = 15,2
4
1 4 . 924,22− (60,8)2
∆𝑥 = 4 √ 4−1
1 3696,88 – 3696,64
=4√ 3
1 6,24
=4√ 3
1
= 4 √0,08
1
= 4 . 0,28
= 0,07
0,07
Kesalahan relatif = 15,2 𝑥 100%
= 0,0046 x 100
= 0,46 %
6. ∑Di =103,3 cm
∑Di2 = 2667,75 cm
103,3
D= = 25,82
4
1 4 .2667,75 − (103,3)2
∆𝑥 = 4 √ 4−1
1 10.671 – 10670,89
=4√ 3
18
1 0,11
=4√ 3
1
= 4 √0,036
1
= 4 . 0,25
= 0,06
0,06
Kesalahan relatif = 25,82 𝑥 100%
= 0,0023 x 100
= 0,23 %
19
Bab III Penutup
Kesimpulan
1) Jangka sorong
2) Mikrometer sekrup
20
Ayat tersebut menggambarkan keteraturan penciptaan segala
sesuatu yaitu dengan ketentuan yang berupa ukuran. Dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa turunnya ayat ini berkenan dengan bantahan kaum
musyrikin quraisy terhadap penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi
Wasallam tentang taqdir.
Saran
1. Melaksanakan praktikum secara tertib
2. Gunakan alat dan bahan sesuai prosedur kerja
3. Sebaiknya saat melakukan pengukuran harus lebih teliti agar hasil
yang di dapatkan maksimal.
4. Tenang dalam proses praktikum
5. Dalam kerja kelompok diperlukan kerja sama yang baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
DOKUMENTASI ALAT
23