Anda di halaman 1dari 19

TEORI DASAR

MEKANIKA TANAH

Cabang Ilmu Mekanika tanah termasuk masih baru, tapi penggunaan


mekanika tanah sudah mulai dilakukan sejak dahulu. Pada pembuatan jalan dan ruma
tinggal dimana dibutuhkan pondasi maka ilmu ini digunakan. Penggunaan batu dan
kayu sebagai pondasi sudah digunakan pada tahun 2000 sebelum masehi.
Menurut Terzaghi (1948), Mekanika Tanah adalah penggunaan hukum-
hukum mekanika dan idrologi pada masalah teknis yang berhubungan dengan
sedimentasi dan pengabungan partikel-partikel padat yang dihasilkan dari
disintegrasi mekanis dan kimiawi batuan.
Dalam mekanika tanah kita pelajari kondisi tanah yang berbeda-beda yang
sering kita temukan dalam praktek. Tanah tidak seperti besi/baja dan beton tidak
banyak ragam siat-sifat fisiknya.

Istilah “tanah” sendiri dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk


mencakup semua bahan dari tanah lempung clay sampai berangkal (batu-batu yang
besar), jadi semua endapan yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan
tetap. Tanah umumnya terdiri dari tiga bahan yaitu butiran tanahnya sendiri, serta air
dan udara yang terdapat di dalam ruangan antar butir-butir tersebut yang dinamakan
pori voids. Kita sering mendapatkan tanah yang tidak mengandung udara ataupun
sebagian besar yang mengandung air. Dari hal ini, kita dapat mengetahui bahwa
tanah merupakan sesuatu yang bersifat dinamis dan tidak tetap sehingga tanah
memiliki banyak sifat.
Keragaman tanah ini menentukan sifat tanah dengan berbagai persoalan
sesuai dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaan. Tetapi
kesimpulan ditentukan oleh penggunaan dari tanah dengan anggapan-anggapan yang
disederhanakan untuk memberi tafsiran-tafsiran terhadap situasi terakhir dan dengan
kemungkinan – kemungkinan yang ada dalam pengetahuan mekanika tanah untuk
membantu para ahli menyelesaikan/memecahkan berbagai macam persoalan yang
berhubungan dengan tanah.

1. Persoalan Mekanika Tanah


Persoalan mekanika tanah secara garis besar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hal keseimbangan atau stabilitas
Untuk hal ini perlu diketahui :
a. Beban/muatan yang bekerja pada tanah
Muatan yang bekerja pada tanah tergantung dari tipe/macam struktur dan
berat tanah

b. Besar dan distribusi tekanan akibat muatan terhadap tanah


Tanah dianggap material yang isotropis, tekanan dapat dihitung secara
analisa matematik.

c. Perlawanan dari tanah


Perlu adanya pengambilan contoh tanah untuk penyelidikan di laboratorium
untuk mengetahui karakteristik/sifat tanah.

2. Deformasi
Dapat dalam keadaan plastis atau elastis, sehubungan dengan hal tersebut
perlu diketahui :
a. Muatan yang bekerja (beban kerja)
b. Besar dan distribusi tekanan yang berpengaruh
c. Besar dab perbedaan penurunan
3. Drainase
Menyangkut hal deformasi dan stabilitas
2. Sifat –sifat penting tanah
Sifat-sifat penting untuk sebuah proyek tergantung pada jenis/fungsi proyek.
Sesuai dengan sifat-sifatnya penting diketahui tipe proyek yang dilaksanakan

Adapun sifat-sifatnya antara lain :


a. Permeabilitas
Sifat ini untuk mengukur/menentukan kemampuan tanah dilewati air melalui
pori-porinya

b. Konsolidasi
Pada konsolidasi dihitung dan perubahan isi pori tanah akibat beban. Sifat ini
digunakan untuk menghitung penurunan bangunan

c. Tegangan Geser
Untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan-tekanan tanpa
megnalami keruntuhan. Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas
pondasi/dasar yang dibebani, stabilitas tanah isian/timbunan di belakang
bangunan penahan tanah dan stabilitas timbunan tanah.

Sifat-sifat fisik lainnya adalah batas-batas Atterberg, kadar air, kadar pori,
kepadatan relatif, pembagian butir, kepekaan dan sebagainya.

3. Tanah Sebagai Pondasi

Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi pekerjaan
konstruksi bangunan. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan
konstruksi suatu bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan, atau kadang-
kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan, seperti pada
tembok/dinding penahan tanah. Jadi tanah itu selalu berperan pada setiap pekerjaan
tekanan sipil.

Mengingat hampir smeua bangunan itu dibuat di atas atau di bawah


permukaan tanah, maka harus dibuatkan pondasi yang dapat memikul beban
bangunan itu atau gaya yang bekerja melalui bangunan itu. Misalnya, jika tanah itu
cukup keras dan mampu untuk memikul suatu bangunan, maka pondasi bangunan itu
dapat langsung dibangun di atas tanah itu. Bila dikhawatirkan tanah itu akan rusak
atau turun akibat gaya yang bekerja melalui bangunan itu, maka kadang-kadang
diperlukan suatu alat/konstruksi seperti tiang pancang untuk meneruskan gaya
tersebut ke dalam lapisan tanah yang mampu memikul gaya itu sepenuhnya.

Dalam perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan


beberapa macam pondasi. Pemiliha tipe pondasi didasarkana tas :

 Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut


 Besarnya beban dan beratnya bangunan atas
 Keadaan tanah di mana bangunan tersebut akan didirikan
 Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
RUMUS YANG DIGUNAKAN

I.Rumus dasar
1. Rumus Dasar Yang Digunakan

Diagram dalam bentuk volume

V = Volume keselurahan massa tanah


Air Va Vv = Volume pori
Va = Volume udara
Vv Vw = Volume air
Water Vw V Vs = Volume butiran tanah
Vv = Va + Vw
V = Va + Vw + Vs = Vv + Vs
Soil Vs

Diagram blok dalam bentuk berat

W = Volume keselurahan massa tanah


Air Wa Wv = Volume pori
Wa = Volume udara
Wv Ww = Volume air
Water Ww W Ws = Volume butiran tanah
Wv = Wa + Ww
W = Wa + Ww + Ws = Wv + Ws
Soil Ws

Beberapa defenisi sehubungan dengan diagram phase tanah :

1. Angka pori (void ratio) = e

Angka pori adalah perbandingan antara volume pori dengan volume butiran.
Angka pori dinyatakan dalam angka desimal.

Vv
Rumus : e =  .....(1.1)
Vs

2. Porositas (porosity) = n

Porositas adalah perbandingan antara volume pori dnegan volume total massa
tanah. Porositas dinyatakan dalam angka desimal maupun persen.
Vv
Rumus : e =  .....(1.2)
V

3. Derajat kejenuhan (S)

Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara volume air dengan volume pori
(dinyatakan dalam angka desimal maupun persen).

Vv Vv
Rumus : S =  atau S =  x 100% ....(1.3)
Vs Vv
 Untuk tanah kering : S = O = O %
 Untuk tanah sebahagian jenuh air : O  S  1
 Untuk tanah jenuh air : S = 1 = 100 %

4. Kadar air (water content) = w

Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran. Kadar air
dapat dinyatakan dalam persen maupun desimal.

Ww W - Ws W
Rumus : e =  =  =  - 1 ....(1.4)
Vs Ws Ws

5. Berat satuan isi air (w)

Untuk temperatur tertentu dapat dinyatakan sebagai suatu perbandingan antara


berat air terhadap volume air pada temperatur yang sama.

Ww t qr
Rumus : w =   atau  .....(1.5)
Vw m3 cm3

6. Berat satuan isi butir (s)

Berat satuan isi butir adaalh perbandingan antara berat butir dengan volume
butir.

Ws t qr
Rumus : s =   atau  .....(1.6)
Vs m3 cm3
7. Berat satuan isi massa tanah ()

Berat satuan isi massa tanah adalah perbandingan antara berat massa tanah
terhadap volume massa tanah.
W t qr
Rumus :  =   atau  .....(1.7)
V m3 cm3
8. Berat satuan isi massa tanah kering (d)

Berat satuan isi massa tanah kering adalah perbandingan antara berat butir
terhadap volume tanah.

Ws t qr
Rumus : d =   atau  ....(1.8)
V m3 cm3

9. Berat satuan isi massa tanah jenuh air (sat)

Berat satuan isi massa tanah jenuh air adalah perbandingan antara berat butir
dengan volume total.

Ww t qr
Rumus : sat =   atau  ....(1.9)
Vw m3 cm3

10. Berat jenis butir (berat butir spesifik)

Berat jenis butir adalah perbandingan antara berat satuan isi butir dengan berat
satuan isi air temperatur 4 C.

s
Rumus : G =  untuk o = 4 C .....(1.10a)
o

s
G =  untuk w  4 C. .....(1.10b)
w

Hubungan – hubungan antara beberapa simbol yang berbeda :

 Hubungan antara porositas ( n ) dan angka pori ( e )

Vv Vv Vv e
e =  :n =  =  =  ....(1.10c)
Vs V Vv + Vs e+1
e n
n =  dan e =  ....(1.10d)
e + 1 1 - n

 Hubungan antara e , G , dan S

wG
e =  : e . S = .G .....(1.10e)
S

 Hubungan antara g ,  , w , dan e

s = G . w ......(1.10f)

(1 + ) (1 + )
 = s  = G . w  dalam t/m3 atau qr/cm3
(1 + e) (1 + e)

Untuk tanah kering :

G .  t qr
d =   atau  ....(1.10g)
1 + e m3 cm3

Untuk tanah jenuh air :

(G+e) t qr
sat =    atau  ....(1.10h)
1 + e m3 cm3

Untuk tanah terendam air :

(G+e) t qr
sub =    atau  .....(1.10i)
1 + e m3 cm3
(Sumber literatur : Buku teknik sipil bab 10“Mekanika Tanah”, Ir. Sunggono Kh.hal.128-130 )
II. Analisa Penurunan

Semua konstruksi cenderung mengalami penurunan. Tanah lempung akan


mengalami penurunan yang lebih besar bila dibandingkan tanah pasir, tetapi
kecepatan penurunan tanah lempung lebih rendah dari tanah pasir. Oleh karena itu
penurunan pada tanah lempung saja yang dipertimbangkan.

Penurunan ada 3 macam :

1. Penurunan mula-mula /distorsi /penurunan kontak


2. Penurunan konsolidasi
3. Penurunan sekunder

Penurunan mula-mula diakibatkan oleh kompressi elastis dari tanah. Penurunan


konsolidasi diakibatkan oleh lapisan tanah mampu mampat (dikemukan oleh
Tarzaghi). Penurunan sekunder diakibatkan oleh konsolidasi sekunder dari lapisan
tanah yang mampu mampat.

III. Konsolidasi

Pemeriksaan konsolidasi dimaksudkan untuk menentukan sifat pemampatan


suatu tanah yang diakibatkan adanya tekanan vertikal (berupa berat konstruksi di
atasnya atau tanah isian) dan sifat pemampatan ini berupa adanya perubahan isi dan
prosesnya keluarnya air dari dalam pori tanah.

Dilapisan yang terdiri dari pasir akan segera terjadi penurunan yang hampir
menyeluruh dalam waktu singkat setelah bekerjanya beban/tekanan. Penurunan akan
agak besar dan biasanya makan waktu yang lama, oleh karena itu penelitian
konsolidasi umumnya terhadap lapisan tanah berbutir halus.

Besarnya penurunan tergantung pada kecendrungan sifat tanah dapat dirembes


dan ditekan atau tergantung pada koefisien rembesan dan koefisien konsolidasi.

k av
Cv =  dan mv = 
v . mv I + eo

e - eo e de
Cv =  =  = 
P P dP

dimana :
Cv = koefisien konsolidasi (cm2/detik)
k = koefisien rembesan
w = berat isi air
av = koefisien pengecilan isi
mv = koefisien pengecilan isi
e = angka pori sebelum ada tambahan tekanan (P)
eo = angka pori sesuadah ada tambahan tekanan (P)
P = tekanan tambahan

Selanjutnya dapat ditulis sebagai berikut :

av e 1 h
Mw =  =  =  . 
1 + eo P ( 1 + eo ) P h

dimana :
h = tebal contoh tanah sebelum penambahan beban
h = selisih tebal contoh tanah sebelum dan sesudah adanya
penambahan beban

Hubungan antara angka pori dan tebal contoh tanah

Contoh tanah dengan luas penampang A dan tebal h serta isinya V, diberi
penambahan tekanan dan oleh karena itu terjadi perubahan angka pori dan tebal
contoh tanah.

Vs adalah isi butir tanah.

isi rongga Vv V - Vs
eo =  =  = 
isi butir tanah Vs V

h . a
V Ws Ws
=  - 1 =  - 1 (V = h,a : Vs =  )
Vs s V

h . a . s h . a . G . w
=  - 1 =  - 1
Ws Ws

A . G . w 1 + eo
e =  . h =  . 
Ws h
IV. Hubungan antara tekanan dan angka pori

Tekanan “preconsolidation” adalah tekanan yang pernah bekerja pada suatu lapisan
tanah. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan bahwa suatu lapisan tanah
(lempung) pada tempo dulu pernah megnalami beban/tekanan, misalnya dari lapisan
endapan dan pada saat ini karena sebab-sebab geologi menjadi hilang. Tekanan
preconsolidaion dan angka pori mempunyai hubungan sebagai berikut :

eo - e = Cc ( log p - log po )

e = eo - Cc log P/po

dimana : Cc = compression indeks (indeks pemampatan)

Lapisan tanah yang belum pernah mengalamani tekanan di atasnya lebih tinggi
daripada tekanan yang bekerja pada saat sekarang disebut “normally consolidated”.

Cc = 0,009 ( L . L - 10 )

dimana : L . L = batas cair dari tanah dalam prosen

V. Persamaan Penurunan

Koefisien pengecilan isi mv ikut menambah pemampatan dalam setiap penambahan


tekanan.

Kalau tinggi/tebal asli dari tanah adalah h dan penambahan tekanan disebut P, maka
didapat suatu persamaan penurunan sebagai berikut :

S = mv . h . P
p Po + P
eo - e = Cc log  = Cc log 
po Po

eo - e Cc Po + P
av =  =  . log 
P P Po

av Cc Po + P
mv =  =  . log 
1 + eo P (1 + eo) Po

Cc . h Po + P
Jadi : S =  . log 
1 + eo Po
VI. Teori Konsolidasi dari Terzaghi

Teori ini merupakan dasar yang telah disederhanakan untuk menentukan distribusi
tekanan hidrostatis yang bekerja dalam lapisan-lapisan yang berkonsolidasi didalam
waktu tertentu sesudah bekerjanya beban/muatan dan ini disebut juga derajat
konsoldiasi.

Terjadi satu lapisan lempung yang tipis, yaitu setebal dz, pada lapisan itu telah
bekerja tekanan H. Terzaghi memberikan persamaan differensial sebagai berikut :

u 2u
 = Cv ,  ....(VI.21)
t 2t

dimana : u = tekanan hidrostatis pada suatu titik dalam lapisan


lempung

k (cm/detik)
Cv =  = cm2/detik .....(VI.2)
v (gr/cm3) . mv (cm2/gr)

Penentuan distribusi tekan hidrostatis yang bekerja dalam lapisan tanah pada interval
waktu yang berbeda, dapat dilakukan sebagai berikut :

 = f ( Tv)

Cv
T =  t ......(VI.3)
h2

dimana :  = derajat konsolidasi


T = faktor waktu

Tv . h2
Jadi : Cv =  ......(VI.4)
t

h = jalan air terpanjang tanah yang berkonsolidasi

2h H

(a) (b)
Gambar (a) adalah jalan air dengan dua arah
Gambar (b) adalah jalan air dengan satu arah

VII. Derajat konsolidasi :

penurunan dalam waktu t


 = 
penurunan setelah selesai ( t = oo )

4 Cv . t 4 . T
  60% : 2 =  .  = 
 h2 

T =  / 4 . 2

-2
8 4 Cv . t
 > 60% : 2 = 1 -  . e . 
2 h2

Seandainya kita ingin waktu yang diperlukan oleh suatu lapisan tanah sampai
penurunan 90% selesai, maka kita ambil harga Tv dan  = 90%.

Tv = Cv / h2 . t90
0,848 = Cv / h2 . t90
t90 = 0,848 . h2 / Cv

Jadi dalam waktu t90, konsolidasi sudah mencapai 90% dari keseluruhannya. Untuk
mencapai konsoldiasi seluruhnya, memerlukan waktu yang lama (t100), yaitu untuk
menyelesaikan “secondary consolidation”.

Menurut teori konsolidasi dari Terzaghi, konsolidasi seluruhnya terdiri dari dua
bagian:

1. Primary consolidation

Penurunan ini terjadi karena adanya air yang mengalir keluar dan berarti adanya
perubahan tegangan sfektif.

2. Secondary consolidation

Penurunan berjalan terus setelah primary consolidation selesai. Secondary


consolidation berlangsung dalam waktu yang lama dan nilainya kecil.
Penurunan ini terjadi karena adanya penyesuaian diri satu sama lain.
BAB III
LANGKAH KERJA

1. Memeriksa stabilitas tiang


 Perhitugnan berat volume
a Tanah organik
b Tanah pasir padat
c Tanah lempung mampu mampat

Rumus Umum :
G + S
 =  x W

1+ e
n
dimana: c = 
(1 + e)

G = berat jenis butiran


n = porositas
S1 = derajat kejenuhan
W= kadar air
 = berat satuan isi

 Data-data yang diperlukan untuk menghitung berat volume

a. Untuk tanah organik


 = …………. t/m3

b. Tanah pasir padat


G = ………… Nilai berat jenis (G) dapat di lihat
n = …………. pada tabel 2. “Sumber:
c = 0 kg/cm2 L.D.Wesley,mektan cetakan IV
S = (0 – 100) % hal.5”
 = …………..

c. Tanah lempung mampu mampat


G = …………
S = (0 – 100) %
w = ……%
We = ……%
Cc = 0 kg/cm2
Cv = …………..
2. Penentuan taraf
+A

Tanah organik
10,00
Z7 Z6 Z5 Z4 Z3 Z2 Z1 Z0 Tanah pasir padat
Z8
B

X=C–B
tanah lempung
Mampu mampat

Tanah cadas keras


Penentuan taraf dapat digunakan persentase dari kedalaman lempung mampu
mampat.
 Jika kedalamannya yang terlalu dalam ( > 15 m), yaitu :
2% ; 3% ; 5% ; 8% ; 12% ; 17% ; 23% ; 30% (untuk 8 data)
contoh perhitungan :
X = 10
Z0 = 8
2% ------ Z1 = Z0 + (2% x X) >> Z1 = 8 + (2% x 10) = 8,2
3% ------ Z2 = Z1 + (3% x X) >> Z2 = 8,2 + (3% x 10) = 8,5
5% ------ Z3 = Z2 + (5% x X)
8% ------ Z4 = Z3 + (8% x X) Dan
Seterusnya
12% ------ Z5 = Z4 + (12% x X) .
17% ------ Z6 = Z5 + (17% x X) .
23% ------ Z7 = Z6 + (23% x X) .
30% ------ Z8 = Z7 + (30% x X)

 Jika kedalamannya yang tidak terlalu dalam ( < 15 m), yaitu :


C-B
Kenaikan rata – rata dapat diambil  (untuk 9 data)
8

3. Penentuan tegangan efektif (cl) pada tiap kedalaman tanah

* Kasus I * Kasus II

10,00 10,00

h 1

H 
H-h 2
an an (H h) an an . h
tot 1 . h 1 2 (H h) tot  . h
ef tot - air ef tot air

dimana : air = berat satuan isi air (t/m3)


 = berat satuan isi tanah (t/m)
h = kedalaman tanah (m)
4. Penentuan tekanan tambahan akibat galian

m : B/z : n L/z .....(4.1)

dan m dan n dapat diperoleh nilai lw index (westergaard) pada nomogram.


Index Westergaard (lw) dapat diperoleh melalui suatu rumus :

1 1 1 1
lw =  cot-1  +  +  .....(4.2)
360 2m2 2n2 4m2n2

Z = q .  N . IW ; q = O hO

dimana : n = berat isi tanah organik (t/m3)


hO = kedalaman tanah organik (m)
q = tekanan tanah akibat lapisan tanah organik (t/m3)
N = banyaknya luasan yang ditinjau
Z = tegangan vertikal tanah terhadap titik yang ditinjau (t/m3)

Keterangan gambar :
B = ukuran tanah yang ditinjau arah x
L = ukuran tanah yang ditinjau arah y
Z = kedalaman tanah
 Logika Peninjauan Kolom

AX
{ BX } tekanan tanah akibat galian pondasi pada kolom
CX
Contoh Perhitungan:

B Dik : kedalaman tanah (z) = -10 (tanda - = arah)


L L=2 B=1

Jawab:
Rumus (4.1)
m: B/z = 1/10 = 0,1
n: L/z = 2/10 = 0,2
*perhitungan dapat dilihat di tabel Pengurangan Tekanan tanah akibat galian untuk kolom
dan tabelTekanan tanah netto untu kolom..... akibat ....
Penentuan Tekanan Tanah Netto di bawah Kolom

Z = q . N . IW .....(5.1)

dimana q adalah tekanan pondasi (t/m3)

dimana : Z = tegangan vertikal tanah terhadap titik yang ditinjau (t/m3)


q = tekanan pondasi (t/m3)
N = banyaknya luasan yang ditinjau
lw = Index Westergaard
 Logika peninjauan kolom

Ax ---- Ay - By - Cy
Bx ---- Ay - By - Cy tekanan tanah netto pada kolom X,
akibat kolom X.
Cx ---- Ay - By - Cy
**perhitungan dapat dilihat di tabel Pengurangan Tekanan tanah akibat galian untuk kolom
dan tabelTekanan tanah netto untu kolom..... akibat ....

5. Rekapitulasi Tekanan Tanah di Bawah Kolom X Akibat Beban


Kolom
# Tekanan tanah rata-rata kolom yang mempengaruhi (Z kolom) adalah jumlah
tekanan netto pada kolom X akibat kolom-kolom yang mempengaruhi (Z
rata-rata)
# total adalah jumlah dari tekanan tanah rata-rata kolom yang mempengaruhi
(Z kolom)

 Logika Peninjauan Kolom


AX
{ BX } Ay - By - Cy
CX
***perhitungan dapat dilihat di tabel rekapitulasi

6. enentuan Tekanan Tanah Netto Untuk Kolom X (P rata-rata)


Pnetto Ppondasi - Z galian
Prata-rata ZK rata-rata - Z galian .....(7.1)
Dimana :
ZK rata-rata  total pada perhitungan tekanan tanah dibawah kolom X akibat
beban-beban kolom (t/m3)
ZK rata-rata  rata-rata pada perhitungan tekanan tanah akibat galian pada
kolom X (t/m3)
 Logika Peninjauan Kolom AX , BX, CX
****perhitungan dapat dilihat di tabel Pengurangan Tekanan tanah akibat galian untuk
kolom dan tabelTekanan tanah netto untu kolom..... akibat ....

7. Penentuan Penurunan Differensial


Cc P2
Rumus : AH =  . H . log  ………..
1+e P1
Dimana :
Cc = koefisien kompaksi
e = angka pori
H = tebal lapisan tanah (beda ketinggian antar taraf) dalam cm
H = penurunan differensial (cm)
P1 = P1 rata-rata = tekanan tanah di bawah kolom sebelum atau
P1 = tekanan tanah akibat kedalamanpembebanan/sebelum ada
bangunan
P2 = tekanan efektif setelah ada bangunan P2 = P1 + Pnetto

 Grafik Hubungan Tegangan Tanah dan Kedalaman

tegangan tanah (t/m3)

kedalaman (m)

 Logika Peninjauan Kolom AX , BX, CX


*****perhitungan dapat dilihat di tabel Penurunan dibawah kolom

(sumber : “Mekanika Tanah Lanjutan”,Budi Santosa, Heri Soprapto, Suryadi HS, hal:39)

9. Penentuan Penurunan Terhadap Waktu

a. Drainase Tunggal

Tanah
Pasir padat

Tanah lempung
Mamapu mampat

Tanah cadas

H2 . Tv
t=  ……………
Cv

Dimana : Cv = koefisien konsolidasi (m2/tahun)


H = kedalaman (m)
Tv = faktor waktu
t = interval waktu (tahun)
 Tabel faktor waktu

 Tv
H kolom (cm) adalah H pada penurunan total
0,1 0,0079 Di bawah kolom dikalikan % konsolidasi ()
0,2 0,0314
0,3 0,0707 1
0,4 0,1257   60% - Tv =   2
0,5 0,1963 4
0,6 0,2827
0,7 0,4029   60%  Tv = - 9332 . log (1 - ) – 0,0851
0,8 0,5672
0,9 0,8481 ......(9.a2)
1,0 0,0 Sumber: mekanika tanah lanjut hlm. 40

Grafik hubungan antara kelangsungan penurunan terhadap waktu untuk drainase


tunggal

Waktu (tahun)

Dapat ditentukan H kolom sesuai umur


bangunan secara grafis

H kolom (cm)

Logika peninjauan kolom : AX , BX, CX

b. Drainase Tunggal

H2 . Tv
t1 =  ………
Tanah Cv
Pasir padat H2 . Tv
t2 =  ………
Tanah lempung Cv
Mamapu mampat t = t 1 + t2

Tanah cadas

 Tabel faktor waktu (Tv), garafik hubungan kelangsungan penurunan terhadap


waktu, dan logika peninjauan kolom seperti pada drainase tunggal
 Menentukan % konsolidasi () yang sebenarnya secara analitis untuk drainase
tunggal dan ganda :

t = X Tv Tv = t / X ....(9.b1)
dimana :
X koefisien hubungan antara interval waktu (t) dengan faktor waktu (Tv)

Apabila nilai Tv < 0,2827 ; maka  < 60%. Jadi rumus yang digunakan
adalah :

1
Tv =   . 2 .......(9.b2)
4
4 . Tv
Tv =  ......(9.b3)

4 . Tv
Tv =  ......(9.b4)

apabila nilai Tv > 0,2327 maka  > 60%. Jadi rumus yang digunakan adalah
:

Tv = - 0,9332 . log (1 - ) - 0,0851 ......(9.b5)

 Logika peninjauan kolom : AX , BX , CX


 Kemudian gambarkan grafik hubungan penurunan terhadap waktu

Sumber :

1) Mekanika Tanah Lanjutan”,Budi Santosa, Heri Soprapto, Suryadi HS

2) Buku teknik sipil bab 10 “Mekanika Tanah’, Ir. Sunggono

imamzuhri.blogspot.com

c2943267@drdrb.com
d772be0279afe60af0e1d2109ca89a19

Anda mungkin juga menyukai