Anda di halaman 1dari 9

Tinjauan Pustaka – Dalam setiap makalah dan proposal penelitian tentu harus di buat secara urut

dan sistematis, dimana bagian-bagian dalam setiap penyusunan harus terdapat beberapa bagian.

Salah satu bagian terpenting dalam menyusun usulan makalah maupun proposal tersebut yaitu
harus terdapat bab tinjauan pustaka apa yang biasanya di sebut dengan studi kepustakaan atau
studi literature.

Namun sayangnya, dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini banyak orang yang menganggapnya
sebelah mata sehingga sering melupakan bab yang satu ini karena menganggap bahwa pada
bagian tersebut hanya sekedar sebagai pelengkap saja.

Tujuan Pembuatan Tinjuan Pustaka

ibcurdu.com

Dalam pembuatan karya ilmiah yang baik dan benar, penyusunan bab tinjauan pustaka
merupakan suatu keharusan.

Tinjauan pustaka sendiri merupakan bagian dalam penyusunan sebuah laporan penelitian
maupun proposal karena dalam bab ini akan diungkapkan pemikiran serta teori-teori yang akan
di jadikan landasan dalam melakukan sebuah eksperimen.
Untuk teori yang di sajikan pada tinjauan pustaka menyajikan hubungan antara beberapa konsep
yang dipergunakan untuk menjelaskan masalah penelitian yang dilakukan. Sedangkan konsep-
konsepnya akan di jelaskan melalaui beberapa variabel penelitianyang akan dikaitkan dengan
para peneliti sebelumnya.

Setelah temuan-temuan tersebut dilakukan, langkah selanjutnya yaitu menyajikan kerangka teori
yang berisikan tentang hubungan antar variabel yang akan di teliti.

Sehingga melalui bab tinjauan pustaka ini seorang peneliti dapat memberikan penjelas yang tepat
kepada pembaca mengenai dasar pemikiran terhadap penelitian yang dilakukannya.

Terlebih mengenai suatu masalah yang di jadikan penelitian dan juga mengapa variabel yang
dijadikan bahan penelitian dianggap memberikan kejelasan untuk hasil eksperimen.

Mengingat begitu pentingnya tinjauan pustaka dalam sebuah penelitian karya ilmiah, maka dapat
di maksudkan bahwa tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi membaca, mendengarkan
serta mencari laporan-laporan penelitian.

Tak hanya sampai di situ saja, ternyata bahan dari pembuatan daftar pustaka tersebut memuat
teori-teori yang relevan sehingga bisa sesuai dengan penelitian yang sedang di lakukan.

Pada saat inilah kegiatan tersebut sangat penting dimana kegiatan ini dimaksudkan untuk
melakukan pendekatan ilmiah yang sudah menjadi keharusan untuk dilakukan dalam sebuah
eksperimen karya ilmiah. Untuk hasilnya, kegiatan ini merupakan materi yang nantinyaakan
disajikan untuk menyusun dasar kerangka teori penelitian.

Pembuatan tinjauan pustaka ternyata mempunyai tujuan yang harus selalu di perhatikan dimana
bab ini berguna untuk mengembangkan wawasan serta pemahaman yang lebih menyeluruh
terhadap penelitian yang pernah di lakukan dalam suatu pembahasan.

Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan dengan judul penelitian oleh penulis mengenai “Pemanfaatan Buah Pisang Untuk
Selai di RT 01 RW 06 Kelurahan Kradenan KecamatanSelomertoWonosobo” maka diperlukan
penjelasan mengenai sejarah awal mula ditemukan pohon pisang, jenis dan pemanfaatan pisang

2.1.1 Pohon Pisang

Mempunyai nama Latin paradisiacal L yang mempunyai daun besar serta berasal dari suku
Musaceae. Kata pisang berasal dari bahasa Arab yaitu maus, oleh Linneus dimasukkan dalam
kelas Musaceae untuk mendapatkan penghargaan kepada Antonius Musa sebagai dokter pribadi
yang menganjurkan untuk mengkonsumsi buah pisang.

Mulanya, buah ini berasal dari daerah Asia Tenggara yang disebarkan oleh pemuka agama Islam
yang selanjutnya disebarkan ke seluruh dunia meliputi daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia
terdapat kurang lebih 230 jenis pisang namun yang umum dikonsumsi yaitu pisang raja, kapok,
ambo, lampung, nangka, susu, raja jambe dan masih banyak lagi.

2.1.2 Macam-macam Pisang

1. Pisang yang enak untuk dikonsumsi, dibagi menjadi dua bagian :


2. pisang yang dimakan langsung tanpa diolah
3. pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu
4. Pisang yang hanya diambil pelepahnya batangnya sebagai serat
5. Pisang liar yang digunakan sebagai tanaman hias

2.1.3 Pemanfaatan Pisang

Selain dapat dikonsumsi buahnya ternyata, masih banyak lagi manfaat lain dari buah tersebut
seperti

1. Kulit : dapat dijadikan kompos tanaman


2. Batang : dapat digunakan sebagai rakit, kertas daun ulang dan kerajinan tangan
3. Daun : dapat dijadikan alas untuk bungkus makanan
4. Jantung : diolah menjadi sayur

METODE PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan :
- Pengumpulan data melalui studi literatur sebagai informasi faktor-faktor apa saja yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada beton.
- Tahapan selanjutnya adalah pengamatan di lapangan serta pengumpulan data. Ini
dilakukan dengan cara melakukan survei langsung terhadap suatu proyek konstruksi..
- Setelah pengamatan dan pengumpulan data selesai dilakukan maka data tersebut
diolah dan dianalisa untuk kemudian di ambil kesimpulan.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari 2 macam yaitu :
- Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan.
- Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber dari literatur, serta
jurnal maupun referensi-referensi yang ada

3. Metode dan Proses Pengumpulan Data


- Studi literatur dan wawancara
Langkah awal yang akan dilakukan adalah melalui studi literatur dan wawancara
dengan aplikator. Pada studi literatur ini akan dipelajari mengenai teori-teori dan
pemahaman, baik dari buku, jurnal, majalah, maupun referensi
- Referensi yang berkaitan dengan kerusakan pada
beton. Setelah melakukan studi literatur maka mulai melakukan wawancara
dengan aplikator untuk membandingkan teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi.
- Pengamatan di lapangan

Pengamatan di lapangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :


a. Pertama memberitahukan kepada pihak aplikator at
au praktisi di lapangan secara informal dengan tujuan untuk mendapat ijin survei pada
lokasi proyek dan memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan agar bisa
mendapatkan infromasi terkait penelitian.
b. Memasukan permohonan surat pengantar kepada jurusan untuk pihak
aplikator atau praktisi di lapangan.
c.Menyerahkan surat pengantar dari jurusan kepada pihak aplikator atau praktisi
di lapangan.
d.Melakukan survei langsung di lapangan terkait dengan penelitian, mengambil
bukti-bukti dokumentasi dengan kamera yang telah dipersiapkan, kemudian melakukan
wawancara dengan pihak aplikator dan praktisi di lapangan mengenai kronologi
terjadinya kerusakan pada beton tersebut dan kemudian meminta keterangan
bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan.
e.Pembahasan hasil penelitian
Data-data yang telah didapatkan dari peninjauan di lapangan kemudian akan di
didiskusikan langsung dengan dosen pembimbing, kemudian ditarik hasil dan
kesimpulan yang juga sesuai dengan studi literatur yang digunakan.
f.Menyusun laporan
Dari data yang telah di analisa dan telah ditarik kesimpulan, selanjutnya disusun
menjadi laporan akhir.

Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton
Bertulang

1.SifatBeton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimulkan keretakan
kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat
awal pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti
kerikil, pasir, air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan
mengalami pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air
yang terkandung pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang
mengurangi volume beton bertulang tersebut.

Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari
volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton
tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak
akan mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada
beton yang tidak mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada
bangunan yang berdiri sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini
akan membuat beton bertulang bekerja menahan beban-beban pada bangunan.
Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian
terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.
2.Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang.
Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena
pada saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat
reaksi dari air dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu
campuran beton ini terlalu tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak
pada permukaan beton.

3.Korosi pada tulangan


Sebenarnya untuk mengantisipasi retakan yang terjadi akibat dari sifat beton itu sendiri,
beton diberi tulangan pada bagian dalamnya yang terbuat dari baja. Sehingga
diharapkan dengan adanya baja tulangan tersebut retakan akibat dari sifat beton
disebar pada keseluruhan beton menjadi bagian-bagian yang sangat kecil sehingga
retakan tersebut dapat diabaikan. Tetapi apabila tulangan yang dipakai pada saat
pembuatan beton sudah meengalami korosi, tulangan tersebut itu pun akan
menyebabkan retakan pada saat beton mengeras.

4. Proses pembuatan yang kurang baik


Banyak sekali penyebab retak yang terjadi pada beton bertulang disebabkan oleh
proses pembuatan yang kurang baik. Seperti contoh pada saat beton mengalami
perkerasan dimana banyak mengeluarkan air, maka perlu adanya perawatan pada
beton agar pengeluaran air dari campuran beton tidak berlebihan. Tetapi akibat tidak
adanya perawatan, sehingga pada saat beton terbentuk maka terjadi banyak retakan.

5. Material yang kurang baik.


Banyak sekali terjadi keretakan pada struktur beton bertulang diakibatkan karena
material penyusunnya yang kurang baik. Beberapa hal diantaranya yang sering
ditemukan adalah aggregat halus atau pasir yang kurang bersih, masih bercampur
dengan lumpur sehingga ikatan antara PC dan aggregat menjadi terlepas. Sehingga
ketika beton mengering maka retakan-retakan akan mudah sekali terjadi.
6. Cara penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang
kurang tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai
permukaan beton terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari
baja tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat),
deformasi akibat lendutan, serta gaya geser. Jika tebal selimut beton terlampau besar
makan retakan biasa terjadi mulai dari permukaan struktur beton sampai pada bagian
tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya tulangan dibuat agak keluar, dan selimut
atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena
gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung permukaan beton tersebut.

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland,
yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya,
beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen
lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk
beton adalah batu cair.

Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton ringan,
beton semprot (eng: shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat
tinggi, beton mampat sendiri (eng: self compacted concrete) dll. Saat ini beton merupakan bahan
bangunan yang paling banyak dipakai di dunia.

Sejarah
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya telah
dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya. Dengan campuran
kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti
akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat
pada beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada
abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung.
Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu vulkanik mampu
meningkatkan kuat tekan beton.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era beton
bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam
Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.

Kelebihan dan Kekurangan Beton


Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Selain itu
pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang tinggi dan biaya
pemeliharaan yang murah.

Sedang kekurangannya adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan. Pada
struktur beton, jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena tidak dapat dipakai
lagi. Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat, dibandingkan dengan kekuatannya dan
daya pantul yang besar.

Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika struktur itu langsung
jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat
tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari itu perkuatan sangat diperlukan dalam struktur
beton. Perkuatan yang umum adalah dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan
sering disebut dengan beton bertulang.[1]

Sifat beton
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik
yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan kg/cm² dengan simbol K
untuk benda uji kubus dan fc untuk benda uji silinder. Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor :

 Jenis dan kualitas semen


 Jenis dan lekak lekul bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton dengan kuat tekan dan kuat tarik lebih
besar daripada penggunaan kerikil halus dari sungai.
 Perawatan. Kehilangan kekuatan sampai dengan sekitar 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting pada
pekerjaan lapangan dan pada pembuatan benda uji.
 Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya
suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu yang lama.
 Umur. Pada kekeadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan umurnya.[2]

Bekisting[3]
Bekisting bisa dibuat dari kayu, atau seng,bondek bekisting digunakan untuk mencetak beton
sesuai bentuk yang di inginkan. Gambar di atas adalah sebuah contoh bekisting kolom yang
digunakan pada pembangunan struktur gedung bertingkat tinggi.

Sumber
1. ^ Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Jakarta:Penerbit Andi.
2. ^ Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta:Penerbit
Erlangga.
3. ^ www.hargabondek.com

Anda mungkin juga menyukai