Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH REKAYASA PONDASI 1

DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN TES


LABORATORIUM

Disusun oleh:

 ALHAMDI ALDHI 218190045


KELAS/PRODI : B / SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh


Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-
Nya Kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Mata Kuliah Rekayasa Pondasi 1 yang
berjudul “Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Berdasarkan Tes Laboratorium”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Pondasi 1. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam setiap
proses penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak yang harus di koreksi oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari
semua pihak tentunya dengan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah  ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Parepare,18 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................ ....................1
KATAPENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................4
A. LATAR BELAKANG ............................................................... ..........4
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................,5
C. TUJUAN ...............................................................................................5
D. METODE PENELITIAN .....................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN ...........................................................................6
A. DASAR TEORI ...................................................................................6
B. CONTOH PENERAPAN ....................................................................19
C. ANALISIS KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL ................21
BAB 3 PENUTUP.................................................................................... 25
A. KESIMPULAN ............................................................................ ......25
B. SARAN ...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................26

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hal yang paling penting di dalam proyek konstruksi salah satunya adalah
fondasi, dikarenakan berfungsi untuk meneruskan beban struktur di atasnya
kelapisan tanah di bawahnya. Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada beberapa keadaan
dimana kondisi lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan
sesuai dengan kondisi yang diasumsikan dalam perencanaan meskipun macam
fondasi yang sesuai telah dipilih dengan perencanaan yang memadai, serta struktur
fondasi yang telah dipilih itu dilengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi
tanah fondasi dan batasan-batasan struktur.
Setiap fondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang
telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi.
Jenis fondasi yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada kedalaman 10
meter di bawah permukaan tanah adalah fondasi tiang. (Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono
dan Kazuto Nakazawa, 1990).
Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai fondasi
bangunan, seperti jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri,
menara, dermaga, bangunan mesin-mesin berat, dll, dimana semuanya merupakan
konstruksi-konstruksi yang memiliki dan menerima beban yang relatif berat.
Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya bertitik tolak pada beberapa
hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga fondasi langsung
jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang bersangkutan
relatif lunak (lembek) sehingga fondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk
dipergunakan.
Peranan dari fondasi tiang pancang tersebut begitu penting, oleh karena itu jika
pembuatannya dibandingkan dengan pembuatan fondasi lain, fondasi tiang pancang
ini mempunyai banyak keuntungan. Berdasarkan alasan itulah maka dalam
mendesain fondasi tiang pancang mutlak diperlukan beberapa informasi salah
satunya mengenai daya dukung dari tiang pancang itu sendiri.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah agar penguraian makalah lebih terarah dan
terfokus, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Rumus daya dukung tiang pancang tunggal berdasarkan tes laboratorium.
2. Tes laboratorium yang dipakai untuk mencari daya dukung tiang pancang
tunggal
C. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Rekayasa Pondasi 1, Tujuan berikutnya adalah sebagai sumber informasi yang
diharapkan bermanfaat dan dapat menambah wawasan para pembaca makalah ini.
D. METODE PENELITIAN
Metode penulisan yang digunakan adalah studi pustaka. Metode studi pustaka ini
mengharuskan penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan
makalah ini, selain itu penulis juga mencari sumber-sumber dari internet.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. DASAR TEORI
1. Fondasi Tiang Pancang
Fondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara
pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang
dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang
pancang baja dan tiang pancang komposit (kayu - beton dan baja - beton). Tiang
pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam yaitu
cast in place (tiang beton cor di tempat atau fondasi tiang bor) dan precast pile (tiang
beton dibuat di tempat lain atau dibuat di pabrik).
Fondasi tiang pancang dibuat di tempat lain (pabrik, di lokasi) dan baru
dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton
adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton
ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan
timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Pemakaian fondasi tiang pancang
mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Metode pelaksanaan tiang pancang
terdiri dari penentuan lokasi, pengangkatan tiang, pemeriksaan kelurusan tiang, dan
pemukulan tiang dengan palu (hummer) atau dengan hidrolik.
Pada kenyataannya di lapangan, tanah sangat heterogen dan pada umumnya
merupakan kombinasi dari kelima hal tersebut di atas. Berbagai metode dalam usaha
menentukan kapasitas dukung tiang ini, tapi umumnya dibedakan dalam dua kategori
yaitu untuk tiang tunggal dan kelompok tiang.
2. Uji Laboratorium
Pada pembangunan pondasi tiang pancang, perlu dilakukan penelitian terhadap
tanah yang akan diberikan beban. Daya dukung pondasi tiang pancang berkaitan
dengan kondisi tanah itu sendiri, sehingga perlu dilakukan penelitian atau pengujian
terhadap tanah. Adapun jenis tes yang dilakukan di laboratorium untuk pemasangan
fondasi tiang pancang adalah sebagai berikut.
a. Analisis Gradasi Butiran
Uji saringan ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran gradasi butiran
tanah. Sejumlah contoh tanah yang lolos dan tertahan saringan No.10 akan

6
ditentukan jumlah dan distribusi butirnya, kemudian disaring kembali pada
rangkaian susunan dari besar ke kecil. Pengujian contoh untuk analisis ukuran
butir harus dijaga sesuai dengan SNI 03-1975-1990, untuk penyiapan contoh
tanah kering terganggu dan contoh tanah agregat untuk pengujian, atau
AASHTO T 146 dalam penyiapan contoh tanah basah terganggu untuk
pengujian. Bagian yang dapat mewakili pemilihan contoh kering udara untuk
pengujian harus ditimbang.
b. Atttterberg Limit
Atterberg limit atau batas-batas atterberg terbagi menjadi beberapa tes,
yaitu sebagai berikut:
1) Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis (yaitu batas atas atau daerah plastis) atau menyatakan
kadar air minimum dimana tanah masih dapat mengalir di bawah
beratnya. Cara menentukannya adalah dengan menggunakan alat
Cassagrande. Tanah yang telah dicampur dengan air dituang ke dalam
mangkuk Cassagrande dan di dalamnya dibuat alur dengan menggunakan
alat spatel (grooving tool). Bentuk alur sebelum dan sesudah percobaan
tampak berbeda. Engkol dibuka sehingga mangkuk dinaikkan dan
dijatuhkan pada dasar dan banyaknya pukulan dihitung sampai kedua tepi
alur tersebut berhimpit. Biasanya percobaan ini dilakukan terhadap
beberapa contoh tanah dengan kadar air berbeda dan banyaknya pukulan
dihitung untuk masing-masing kadar air. Berdasarkan hal tersebut dapat
dibuat grafik kadar air terhadap banyaknya pukulan sehingga dari grafik
ini dapat dibaca kadar air pada pukulan tertentu.
2) Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada batas bawah daerah
plastis atau kadar air minimum dimana tanah dapat digulung-gulung
sampai diameter 3,1 mm (1/8 inci). Kadar air ini ditentukan dengan
menggiling tanah pada pelat kaca hingga diameter dari batang yang
dibentuk mencapai 1/8 inci. Bilamana tanah mulai pecah pada saat
diameternya 1/8 inci, maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.

7
3) Batas Susut (Shrinkage Limit)
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara
perlahan-lahan hilang dalam tanah. Sejalan dengan hilangnya air secara
terus menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat keseimbangan dimana
penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume.
Batas susut menunjukkan kadar air atau batas dimana tanah dalam
keadaan jenuh yang sudah kering tidak akan menyusut lagi, meskipun
dikeringkan terus atau batas dimana sesudah kehilangan kadar air
selanjutnya tidak menyebabkan penyusutan volume tanah. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui batas susut tanah.
c. Uji Geser Triaksial
Uji triaksial terbatas hanya dilakukan pada tanah-tanah lempung, lanau,
dan batuan lunak dalam perancangan fondasi. Umumnya, pengujian ini tidak
dilakukan pada tanah pasir dan kerikil, karena sulitnya memperoleh contoh
tanah tak terganggu. Walaupun pengambilan contoh tanah pasir sudah
diusahakan sangat hati-hati, namun pada pelepasan contoh tanah dari dalam
tabung, tanah akan berubah atau terganggu dari kondisi aslinya. Hal terbaik
yang dapat dilakukan hanyalah dengan mengukur berat volumenya, yaitu
dengan cara menimbang contoh pasir dalam tabung lalu diukur berat
volumenya. Kemudian, pengujian geser dilakukan pada contoh tanah yang
dibuat mempunyai berat volume yang sama. Kuat geser tanah lempung yang
digunakan untuk hitungan kapasitas dukung tanah dapat diperoleh dari
pengujian triaksial tak terdrainase (undrained). Ada tiga tipe standar yang
biasanya dilakukan dalam uji geser triaksial, yaitu:
1) Consolidated Drained Test (CD Test)
Consolidated drained test atau uji air-teralirkan terkonsolidasi biasanya
dilakukan dengan cara benda uji diletakkan dari segala arah dengan
tegangan penyekap dengan cara memberikan tekanan pada cairan dalam
silinder. Setelah penyekap dilakukan, tegangan air pori dalam benda uji
naik. Kenaikan air pori dapat dinyatakan dalam bentuk parameter tak
berdimensi.
2) Consolidated Undrained Test (CU Test)

8
Uji CU merupakan uji triaksial yang paling umum dipakai, dimana pada
uji ini sampel tanah yang jenuh air mula-mula dikonsolidasi dengan
tekanan penyekap yang sama dari segala penjuru dalam bejana yang
berisikan fluida. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengaliran air dari
sampel tanah keluar. Sesudah tegangan air pori akibat pemberian tekanan
penyekap telah seluruhnya terdipasi, tegangan deviator pada sampel tanah
kemudian ditambah sampai menyebabkan keruntuhan pada sampel tanah
tersebut. Pada uji ini berbeda dengan uji air mengalir-terkonsolidsasi,
harga tegangan total dan tegangan efektif pada uji air termampatkan-
terkonsolidasi tidak sama. Pada uji ini harga tegangan air pori pada saat
terjadi keruntuhan langsung dapat diukur.
3) Unconsolidated Undrained Test (UU Test)
Pengujian triaksial UU adalah suatu cara untuk pengujian kuat geser
tanah.Pengujian triaksial tipe UU tersebut untuk mendapatkan nilai
kohesi (C) dan E tersebut yaitu dengan lingkaran Mohr dan regresi
linier. Pada pengujian triaksial tipe UU (Unconsolidation-Undrained)
benda uji mula-mula dibebani dengan penerapan tegangan sel
kemudian dibebani dengan beban normal, melalui penerapan tegangan
deviator sampai mencapai keruntuhan.
d. Pengujian Geser Langsung (Dirrect Shear Test)
Pengujian geser langsung dimaksudkan untuk menentukan besarnya
parameter geser tanah dengan alat geser langsung pada kondisi consolidated
drained. Parameter geser tanah terdiri atas sudut geser dalam (i) dan kohesi
(C). Kondisi consolidated berarti pelaksanaan penggeseran air ke pori tanah
diberi kesempatan untuk mengalir keluar.
Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser
langsungadalah bidang yang dipaksakan, bukan merupakan bidang terlemah
seperti yang terjadi pada pengujian kuat tekan bebas ataupun triaksial, dengan
demikian selama proses pembebanan horizontal, tegangan yang timbul dalam
bidang geser sangat kompleks, hal ini sekaligus merupakan salah satu
kelemahan utama dalam percobaan geser langsung. Nilai kekuatan geser tanah
antara lain digunakan dalam merencanakan kestabilan lereng, serta daya

9
dukung pondasi tanah. Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coloumb dan
Mohrn dalam persamaan berikut:

S = C + σn tan f
Dimana :
S = kekuatan geser maksimum (kg/cm² ) c = kohesi (kg/cm²)
σn = tegangan normal (kg/cm²)
f = sudut geser dalam (º)

Benda uji yang digunakan berupa contoh tanah disturb sebesar cincin
cetak. Alat uji yang digunakan terdiri atas kotak geser, perlengkapan
penggeser tanah, perlengkapan pembebanan, cincin beban dengan dialnya, dial
pembacaan penurunan benda uji, serta dial pengukur regangan penggeseran.
Selama pengujian pembacaan beban horizontal dilakukan pada interval
regangan tetap tertentu (Strain Corntolled).
e. Kuat Tekan Bebas
Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat
benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat regangan mencapai 20%.
Pengujian kuat tekan bebas termasuk hal khusus dari pengujian triaksial
unconsolidated undrained. Pemeriksaan kuat tekan bebas yang dilakukan
berfungsi untuk menentukan nilai kuat tekan bebas (qu) dari suatu tanah.
Menentukan kekuatan tanah pada tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
benda uji sedikit demi sedikit ke dalam tabung yang diberi vaselin sambil
ditekan-tekan dengan jari lalu dikeluarkan dan diletakkan di bawah mesin
tekan, dan untuk selanjutnya dilakukan pembacaan pada jarum dial dan jarum
proving ring sampai benda uji mengalami keruntuhan.
Hasil pemeriksaan di laboratorium berupa nilai kekuatan tekan bebas,
perbandingan tinggi dan diameter, nilai rata-rata persen regangan untuk
mencapai keruntuhan, deskripsi visual jenis tanah, simbol dan sebagainya.

10
Gambar 2.1 Alat Unconfined Compression Test
Keterangan:
1. Mur tiang
2. Proving ring
3. Dial beban
4. Pelat penekan atas
5. Pelat penekan bawah
f. Tes Konsolidasi
Apabila suatu lapisan tanah menerima tambahan beban di atasnya, maka
air pori akan mengalir dari lapisan tersebut dan terjadi pengurangan isi
(volume), inilah yang disebut dengan konsolidasi. Pada umumnya konsolidasi
ini berlangsung pada arah vertikal saja, karena lapisan yang terkena tambahan
beban itu tidak dapat bergerak secara horizontal. Hal ini dikarenakan tanah
terkonsolidasi tersebut ditahan oleh tanah disekelilingnya. Oleh sebab itu
perhitungan konsolidasi hampir selalu berdasarkan pada teori “One
Dimensional Consolidation”.
Pemampatan terjadi apabila suatu lapisan tanah menerima
penambahanbeban di atas permukaannya. Pemampatan tersebut disebabkan
adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara
dari pori-pori yang berhubungan dengan keadaan tanah tersebut. Pada tanah
pasir, karena permeabilitasnya besar, maka air dapat mengalir dengan cepat.
Keluarnya air tersebut dapat menyebabkan adanya pengurangan volume,
sedangkan pada tanah lempung yang masif/compressible penurunan akan
berlangsung dalam waktu yang lama. Koefisien rembesan lempung jauh lebih
kecil daripada koefisien rembesan pasir sehingga adanya penambahan tekanan

11
air pori karena pembebanan akan bekurang lambat laun dalam waktu yang
relatif lama.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan dan
penurunan tanah pada saat dibebani. Tes konsolidasi dilakukan dengan
caramemberikan beban pada sampel tanah yang diuji dalam beberapa hari,
dimana setiap harinya diberikan penambahan beban sehingga, semakin hari
beban yang diterima oleh tanah akan semakin besar. Pada saat itu jugalah
dilakukan pembacaan dial pada alat uji disetiap menit dan jam-jam yang telah
ditentukan, sehingga dapat dilihat penurunan dan pemampatan tanah yang
terjadi jika diberikan beban.

Gambar 2.1 Alat Unconfined Compression Test


Keterangan Gambar 2.2:
1. Beban keseimbangan 7. Pelat penekan
2. Plat beban 8. Batu pori
3. Tiang penyangga 9. Benda uji
4. Dudukan dial 10. Ring contoh
5. Sel konsolidasi 11. Sel konsolidasi
6. Bola baja 12. Beban

3. Kapasitas Dukung Tiang


Menentukan kapasitas dukung tiang, diperlukan klasifikasi tiang dalam
mendukung beban yang bekerja. Menurut Terzaghi, klasifikasi tiang didasarkan pada
fondasi tiang, yaitu:
a) Tiang gesek (friction pile), bila tiang pancang pada tanah berbutir. Akibat
pemancangan tiang, tanah disekitar tiang menjadi padat. Porositas dan

12
b) kompresibilitas tanah akibat getaran pada waktu tiang dipancang menjadi
berkurang dan angka gesekan antara butir-butir tanah dan permukaan tiang pada
arah lateral menjadi bertambah.
c) Tiang lekat (cohesion pile), bila tiang dipancang pada tanah lunak (permeabilitas
rendah) atau tanah mempunyai kohesi yang tinggi.
d) Tiang mendukung di bagian ujung tiang (point/ end bearing pile), bila tiang
dipancang dengan ujung tiang mencapai tanah keras sehingga seluruh bebanyang
dipikul oleh tiang diteruskan ke tanah keras melalui ujung tiang.
e) Tiang tekan, bila tiang telah menumpu pada tanah keras dan mendapatkan tekanan
vertikal dari beban mati maupun beban hidup.
f) Tiang tarik, bila tiang pancang pada tanah berbutir mendapat gaya yang bekerja
dari lendutan momen yang mengakibatkan tiang mengalami gaya tarik.
a. Kapasitas Dukung Tiang Tunggal
Kapasitas dukung tiang terdiri dari kapasitas dukung ujung tiang (Qp)
dan kapasitas dukung selimut tiang (Qs), yang dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut:

Gambar 2.3 Kapasitas Dukung Tiang Pancang


1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang (Qp)
Menurut cara Meyerhoff (1976), menentukan kapasitas dukung ujung
tiang tergantung jenis tanahnya. Berikut ini adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung kapasitas dukung ujung tiang menurut jenis tanahnya:
a) Tanah Pasir
Qp= Ap . qp

13
qp = c . Nc’ + q . Nq’
Pada tanah pasir nilai c = 0
Qp= Ap . qp = Ap . 5 . tg φ . Nq’.................................. (2.1)
dengan:
Qp = Kapasitas dukung ujung tiang ( ton )
Ap = Luas penampang ujung tiang (m2)
qp = Kapasitas dukung batas/ unit tahanan ujung
φ = Sudut gesek dalam tanah
Nq’= Faktor kapasitas dukung (Gambar 2.2)
Nilai Nq’ dan Nc’ didapat dari Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.4 Faktor Kapasitas Dukung (Meyerhoff, 1976)


Sumber: Joseph E. Bowless
b) Tanah Lempung
Qp = Ap . qp
qp = c . Nc’ + q . Nq’
Pada tanah lempung φ = 0 , maka nilai q . N q’ = 0, sedangkan nilai
Nc’ = 9 (Poulos & Davis)
Qp = Ap . Cu . 9 ........................................................... (2.2)
dengan:
Qp = Kapasitas dukung ujung tiang (Gambar 2.4)

14
Cu = Kohesi tanah undrained. (Gambar 2.7)
Nc’ = Faktor kapasitas dukung tanah pada ujung
tiang

Kapasitas dukung ujung tiang pada tanah lempung dapat dilihat


pada Gambar 2.1 di atas dengan simbol Qp.
2) Kapasitas Dukung Selimut Tiang (Qs)
Kapasitas dukung selimut tiang (Qs) dapat dihitung dengan rumus berikut
ini (Sumber: Braja M Das).
Qs = Σ As . ƒ ............................................................... (2.3)

As = p . ΔL .................................................................. (2.4)
dengan:
As = Luas selimut tiang (m2)
p = Keliling tiang (m2)
ΔL = Panjang tiang ( m )
ƒ = Gesekan selimut
Kapasitas dukung selimut tiang dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.5 Kapasitas Dukung Selimut Tiang


Sedangkan untuk menentukan nilai gesekan selimut (ƒ) adalah
berdasarkan jenis tanahnya. Berikut ini adalah rumus yang dipergunakan
untuk menghitung nilai gesekan selimut (ƒ) menurut jenis tanahnya adalah
sebagai berikut:

15
a) Tanah Pasir
ƒ = K . σ’v . tg δ ....................................................... (2.5)
K = (1 – 2 ) Ko untuk displacement besar
K = (0,75 – 1,75) Ko untuk displacement kecil
K = (0,75 – 1,0) K o untuk bored pile
Ko = 1 – sin φ
dengan:
φ = Sudut gesek dalam
K = Koefisien tekanan tanah
Ko = Koefisien tekanan tanah saat diam
σ’v = Tegangan vertikal efektif tanah, dianggap konstan
setelah kedalaman 15d (Meyerhoft).
δ = Sudut gesek permukaan
b) Tanah Lempung
Pada tanah lempung ada 3 metode untuk menghitung nilai gesekan
selimut (ƒ) (Sumber : Braja M Das).
1) Metode Lambda (λ) dari Vijayvergiya dan Focht
ƒave = λ (σ’ave + 2 . Cu ave) ...........................................(2.6)
dengan:
ƒave = Gesekan selimut rata-rata
λ = Konstanta
σ’ave = Tegengan vertikal efektif rata-rata
Cu ave = Kohesi tanah undrained rata-rata
2) Metode Alpha (α) dari Tomlinson
ƒ = α . Cu .................................................................. (2.7)
dengan:
α = Faktor adhesi
Cu = Kohesi tanah undrained
3) Metode Beta (Β)/ Tegangan Efektif
ƒave = β . σ’ .................................................................. (2.8)
dengan:
ƒave = Gesekan selimut rata-rata
β = K . tg φr
φr = Sudut geser tanah kondisi terdrainasi
16
K = 1 – sin φr (untuk terkonsolidasi normal)
K = (1 – sin φr)√ OCR (untuk tanah overconsolidated)
OCR = Over Consolidation Ratio
3) Kapasitas Dukung Ultimate Tiang
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas dukung ultimate
tiang (Qu) adalah sebagai berikut:
Qu = Q p + Qs – W ...................................................... (2.9)
Karena W dianggap = 0, maka rumus kapasitas dukung ultimit adalah
sebagai berikut:
Qu = Q p + Qs
Tapi pada tugas akhir W harus masuk dalam hitungan sehingga
rumusnya menjadi:
Qu = Q p + Qs – W ....................................................... (2.10)
dengan:
Qu = Kapasitas dukung ultimate tiang (ton)
Q p = Kapasitas dukung ujung tiang (ton)
Qs = Kapasitas dukung selimut tiang (ton)
W = Berat tiang
4) Kapasitas Dukung Izin Tiang (Qa)
Nilai kapasitas dukung ijin tiang (Qa) dihitung dengan memakai rumus
berikut ini:
Qa = Qu ............................................................................(2.11)
SF
dengan:
Qu = Kapasitas dukung ultimate tiang
Q p = Kapasitas dukung ujung tiang
Qs = Kapasitas dukung selimut tiang
SF = Faktor aman tahanan ujung = 2
4. Penurunan Fondasi Tiang Tunggal
Penurunan ( settlement ) pada fondasi tiang dapat dibedakan menjadi dua yaitu
penurunan pada fondasi tiang tunggal dan penurunan pada fondasi kelompok tiang.
Besarnya penurunan bergantung pada karakteristik tanah dan penyebaran tekanan
fondasi ke tanah di bawahnya.
1) Tanah Pasir

17
Perhitungan penurunan dapat digunakan dua cara, yaitu metode semi empiris
dan metode empiris.
a. Metode semi empiris
Penurunan fondasi tiang tunggal
S = Ss + S p + S ps ....................................................... (2.12)
dengan:
S = Penurunan total
Ss = Penurunan akibat deformasi aksial tiang
S p = Penurunan dari ujung tiang
S ps = Penurunan tiang akibat beban yang dialihkan sepanjang tiang
Penurunan akibat deformasi aksial
( Q p+ a. Q s ) L
Sѕ = ....................................................................... (2.13)
A. p. E p
dengan:
Q p = Kapasitas dukung ujung tiang (ton)
Qs = Kapasitas dukung selimut tiang (ton)
L = Panjang tiang (m)
Ap = Luas penampang tiang (m2)
E p = Modulus elastisitas tiang
α = Koefisien yang tergantung pada distribusi gesekan selimut
sepanjang tiang. Menurut Vesic (1977), α = 0,33 – 0,5
Penurunan dari ujung tiang

dengan:
Qp = Kapasitas dukung ujung tiang
qp = Daya dukung batas di ujung tiang
d = Diameter
Cp = Koefisien empiris

Penurunan akibat pengalihan beban sepanjang tiang

18
dengan:
Pt = Gesekan rata- rata yang bekerja sepanjang tiang
p.L
p = Keliling tiang (m)
L = Panjang tiang yang tertanam (m)
d = Diameter tiang
Es = Modulus elastisitas tanah
vs = Poisson ratio tanah

b. Metode empiris

dengan:
S = Penurunan total di kepala tiang (m)
d = Diameter tiang (m)
Q = Beban yang bekerja (ton)
Ap = Luas penampang tiang (m2)
L = Panjang tiang (m)
Ep = Modulus elastis tiang
2) Tanah Lempung
Penurunan fondasi tiang pada tanah lempung terdiri atas dua komponen, yaitu
penurunan seketika (immediate settlement ) yang terjadi setelah beban bekerja
dan penurunan konsolidasi (consolidation settlement ).
B. CONTOH PENERAPAN
Subbab ini membahas tentang contoh penerapan penggunaan fondasi tiang
pancang tunggal. Contoh yang diambil bersumber dari Tugas Akhir Skripsi yang
disusun oleh Chandra Dwi Cahya dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
dengan judul “Analisis Kapasitas Dukung Fondasi Tiang Pancang Pada Pembangunan
Pabrik Coil Spring Plant PT. APM ARMADA Suspension di Karawang (Jawa
Barat)”. Potongan melintang fondasi tiang pancang dan jenis tanahnya tiap lapisan
dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5 berikut ini.

19
a. Data Hasil Penyelidikan Tanah
Penulis juga menampilkan data hasil penyelidikan tanah yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1 di bawah ini.

20
C. ANALISIS KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL
Kapasitas dukung tiang terdiri dari kapasitas dukung ujung tiang (Q p) dan
kapasitas dukung selimut tiang (Qs).
a. Kapasitas Dukung Ujung Tiang
Jenis tanah pada ujung tiang adalah tanah lempung, maka kapasitas dukung
ujung tiang dihitung menggunakan rumus dari Meyerhof (1976) berikut ini.
Q p = A p . q p = A p (Cu . Nc* + q . Nq*) ........................ (2.17)
dimana Q p = A p . 9. Cu, bilamana φ terlalu kecil atau tidak di perhitungkan.
dengan:
A p = 0.5 .0,32. 0,277 = 0,0443 m2
q = ΣL . γ
Untuk lapisan tanah yang ada di bawah lapisan permukaan air tanah, maka
dipakai
γ' = γsat – γw
q = {2,5. ( 1,214 – 1 ) + 1,8 ( 1,350 – 1 ) + 11,2 ( 1,435 – 1 )
= 6,037 t/m2
Untuk mendapatkan Nc* dan Nq* dengan Ø = 37,30º dari tabel didapatkan Nc*
= 230 dan Nq* =185.
Q p = A p . {(2,5 . 230 ) + ( 6,037 . 185 )}
= 0,0443 . ( 575 + 1116,8 )
= 74,95 ton
b. Kapasitas Dukung Selimut Tiang
Jenis tanah pada selimut tiang adalah tanah lempung ber lanau, tanah pasir
berlanau dan lempung, maka kapasitas dukung selimut tiang dihitung
menggunakan rumus 2.3 dan rumus 2.4, sedangkan untuk menghitung gesekan
selimut tiang adalah berdasarkan jenis tanahnya. Untuk tanah pasir digunakan
rumus 2.5 dan tanah lempung digunakan rumus 2.6. Pada fondasi tiang
panncang di bawah kolom dan yang ada di bawah pelat lantai memiliki
kedalaman dan jenis tanah yang sama.
1. Fondasi tiang pancang di bawah kolom
dengan:
p = 0,32 + 0,32 + 0,32 = 0,96 m
a. Kedalaman ( 0,5 - 3,00 m ) adalah tanah lempung
As1 = p . ΔL1
21
P = 0,32 + 0,32 + 0,32
As1 = p . ΔL1
= 0,96. 2,5 = 2,4 m2
ƒ1 = α . Cu
= 0,95 . 2,5
= 2,375
Qs1 = As1 . ƒ1
= 2,4 . 2,375 = 5,70 ton

b. Kedalaman (3,00 - 4,80 m ) adalah tanah lempung


As2 = p . ΔL2
P = 0,32 + 0,32 + 0,32
As2 = p . ΔL2
= 0,96. 1,8 = 1,728 m2
ƒ2 = α . Cu
= 0,95 . 2,5
= 2,375
Qs2 = As2 . ƒ2
= 1,728 . 2,375 = 4,10 ton

c. Kedalaman (4,80 - 16,00 m ) adalah tanah lempung


As3 = p . ΔL3
P = 0,32 + 0,32 + 0,32
As3 = p . ΔL3
= 0,96. 11,2 = 10,75 m2
ƒ3 = α . Cu
= 0,95 . 2,5
= 2,375
Qs3 = As3 . ƒ3
= 10,75. 2,375 = 25,53 ton
Qs total = Qs1 + Qs2 + Qs3
= 5,70 + 4,10 + 25,53
22
= 35,33 ton

1. Pondasi tiang pancang di bawah pelat lantai ( suspendet )


dengan:
p = 0,32 + 0,32 + 0,32 = 0,96 m
a. Kedalaman ( 0,5 - 3,00 m ) adalah tanah lempung
As1 = p . ΔL1
P = 0,32 + 0,32 + 0,32
As1 = p . ΔL1
= 0,96. 2,5 = 2,4 m2
ƒ1 = α . Cu
= 0,95 . 2,5
= 2,375
Qs1 = As1 . ƒ1
= 2,4 . 2,375 = 5,70 ton
b. Kedalaman (3,00 - 4,80 m ) adalah tanah lempung
As2 = p . ΔL2
P = 0,32 + 0,32 + 0,32
As2 = p . ΔL2
= 0,96. 1,8 = 1,728 m2
ƒ2 = α . Cu
= 0,95 . 2,5
= 2,375
Qs2 = As2 . ƒ2
= 1,728 . 2,375 = 4,10 ton
c. Kedalaman (4,80 - 16,00 m ) adalah tanah lempung
As3 = p . ΔL3
P = 0,32 + 0,32 + 0,32
As3 = p . ΔL3
= 0,96. 11,2 = 10,75 m2
ƒ 3 = α . Cu
= 0,95 . 2,5
= 2,375
Qs3 = As3 . ƒ3
23
= 10,75. 2,375 = 25,53 ton
Qs total = Qs1 + Qs2 + Qs3
= 5,70 + 4,10 + 25,53
= 35,33 ton
c. Kapasitas Dukung Ultimate Tiang (Qu)
Kapasitas dukung ultimate tiang dihitung dengan metode statisberdasarkan
rumus 2.9, yaitu berdasarkan data uji laboratorium adalah sebagai berikut.
Qu = Q p + Qs - W
= 74,95 + 35,33 – 1,596
= 108,69 ton

d. Kapasitas Dukung Izin Tiang


Kapasitas dukung izin tiang dihitung dengan metode statis berdasarkan rumus
2.11, yaitu berdasarkan data uji laboratorium adalah sebagai berikut.

24
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fondasi tiang pancang ( pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke
tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Ada dua kategori yang
digunakan dalam menentukan kapasitas dukung tiang pancang, yaitu tiang pancang
tunggal dan tiang pancang kelompok. Kapasitas dukung tiang pancang tunggal terdiri
dari kapasitas dukung ujung tiang (Q p) dan kapasitas dukung selimut tiang (Qs).
Kapasitas dukung tiang pancang dihitung dengan menggunakan rumus-rumus
berdasarkan data uji lapangan dan laboratorium. Ada beberapa tes laboratorium yang
dilakukan, yaitu analisis gradasi butiran, atterberg limit , uji geser triaksial, pengujian
geser langsung, kuat tekan bebas dan tes konsolidasi. Hasil-hasil tes laboratorium
tersebut perlu diolah untuk mendapatkan hasil akhir yang digunakan dalam
menentukan kapasitas dukung tiang pancang tunggal. Metode dalam menentukan
kapasitas dukung tiang pancang tunggal yang menggunakan korelasi hasil dari uji
laboratorium disebut dengan Metode Statis Analisis.
B. SARAN
Mendesain fondasi tiang pancang mutlak diperlukan beberapa informasi, salah
satunya mengenai daya dukung dari tiang pancang itu sendiri. Berdasarkan alasan
itulah maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Teori mengenai fondasi serta daya dukungnya harus benar-benar dipahami bagi
mahasiswa jurusan teknik sipil.
2. Mengetahui prosedur serta pengolahan data hasil uji tanah di lapangan dan
laboratorium sebelum menghitung daya dukung tiang pancang.
3. Perlunya mengerjakan latihan soal untuk mempelajari teori daya dukung
fondasi tiang pancang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Kapasitas/ Daya Dukung Pondasi. Diakses dari URL


https://civil2910.wordpress.com/2014/12/02/kapasitas-daya-dukung-
pondasi/, pada tanggal 25 Juni 2018..
Cahya, Chandra D. 2008. ‘ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG
PANCANG PADA PEMBANGUNAN PABRIK COIL SPRING PLANT PT.
APM ARMADA SUSPENSION DI KARAWANG (JAWA BARAT)’. Tugas
Akhir..
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah Jilid 1 (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).
Jakarta: Erlangga.
Winita, A, Z, Ayu F & A, Yoan, F. 2013. ‘Pondasi Tiang Pancang’, Teknik
Pondasi Dalam..

26

Anda mungkin juga menyukai