Anda di halaman 1dari 42

MATERI TEKNIK TATA BANGUNAN

& PERUMAHAN 2021


DAFTAR ISI
BAB 1. PONDASI............................................................................................ 2

BAB 2. ALAT PENYAMBUNG STRUKTUR (BAUT ,PAKU KELING DAN LAS) ....... 15

BAB 3. KRITERIA PENENTUAN KERUSAKAN BANGUNAN ............................... 18

BAB 4. JENIS-JENIS SEMEN ............................................................................ 28

BAB 5. NAMA-NAMA PYRAMID MESIR ......................................................... 33

1
BAB 1. PONDASI

A. Jenis-JenisPondasi
1. Pondasi tiang pancang
Jenis pondasi ini menggunakan beton sebagai bahan dasarnya yang kemudian
ditancapkan langsung ke tanah menggunakan mesin pemancang.

Gambar 1.1 Pondasi tiang pancang

2. Pondasi Piers (Dinding Diafragma)


Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat
dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan
kedalam galian tersebut.

3. Pondasi Caissons (BorPile)


Pondasi bor pile dibangun di dalam permukaan tanah. Pondasi ini biasanya ditempatkan
sampai kedalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang. Biasanya
menggunakan sistem pengeboran atau pengerukan tanah.

2
Gambar 1.2 Pondasi Caissons (BorPile)

4. Pondasi Tapak
Pondasi ini biasanya digunakan untuk mendukung titik individual. Pondasi inidapatdibuat
seperti bentuk lingkaran, persegi, ataupun persegi panjang. Pondasi ini biasanya terdiri
dari lapisan beton yang seragam.

Gambar 1.3 Pondasi Tapak

3
5. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang
Jenis pondasi ini biasanya digunakan untuk mendukung beban yang memanjang atau
beban garis. Pondasi ini biasanya dibuat untuk pondasi dinding yang dapat dibuat
berbentuk persegi, persegi panjang ataupun trapesium.

Gambar 1.4 Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang

6. Pondasi Raft
Pondasi ini biasanya digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas area
yang luas. Pondasi ini sering digunakan di tanah yang lunak dan atau longgar dengan
kapasitas daya tahan rendah.

7. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran dikenal juga dengan nama pondasi cyclop terutama karena bentuknya.
Sesuai namanya, pondasi yang dibentuk oleh pipa-pipa beton ini jenis pondasi ini
memiliki bentuk melingkar seperti sumur. Kemudian, pipa-pipa tersebut dicor di tempat
menggunakan bahan beton dengan tambahan belahan batu sebagai pengisinya. Ini
adalah salah satu jenis pondasi dalam yang menjadi peralihan antara pondasi dangkal
serta pondasi tiang.

4
Gambar 1.5 Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang

B. Cara Menentukan Jenis Pondasi


Dalam pemilihan bentuk pondasi dan jenis pondasi yang memadahi, perlu diperhatikan
beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak
semua jenis pondasi dapat dilaksanakan di semua tempat.(Misal penggunaan pondasi tiang
pancang pada daerah padat penduduk tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah
memenuhi syarat).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pondasi :


• Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi.

• Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).

• Faktor lingkungan.

• waktu pekerjaan pondasi

• Biaya pengerjaan pondasi

• Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut.

Pemilihan Pondasi Berdasar Daya Dukung Tanah :


• Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal.
(misal: pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).

5
• Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang
minipile, pondasi sumuran atau pondasi bored pile.

• Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.

Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
tahun 1983 adalah :
• Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
• Tanah sedang (2-5 kg/cm2)

• Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)

• Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)

Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara sederhana,
umumnya yang digunakan adalah pengujian CBR atau sondir test. Misalnya pada uji tanah
berukuran 1 cm x 1 cm yang diberibeban 5 kg dan apabila tanah tidak mengalami penurunan
atau amblas mak atanah tersebut digolongkan tanah keras.

Pondasi sebagai bagian yang sangat penting dalam perencanaan struktur sehingga perlu
diperhitungkan dengan teliti tentang beban – beban yang bekerja pada pondasi Itu sendiri.
Pondasi harus mampu menahan beban – beban yang bekerja diantaranya adalah :
a. Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan anah, perpindahan beban
akibat gaya angin pada dinding.
b. Beban mati, seperti berat sendiri struktur bangunan
6
c. Beban hidup, yaitu beban orang/pengguna
d. Gaya gempa
e. Gaya angkat air tanah
f. Momen dan Torsi

C. CARA PERHITUNGAN BAJA


1. KOMPONEN BAJA
Baja konstruksi adalah alloy steels (baja paduan), yang pada umumnya mengandung lebih
dari 98% besi dan biasanya kurang dari 1% karbon). Sekalipun komposisi aktual kimiawi
sangat bervariasi untuk sifat-sifat yang diinginkan, seperti kekuatannya dan tahanannya
terhadap korosi, baja dapat juga mengandung elemen paduan lainnya, seperti silikon,
magnesium, sulfur, fosfor, tembaga, krom, dan nikel, dalam berbagai jumlah. Baja tidak
merupakan sumber yang dapat diperbaharui (renewable), tetapi dapat mempunyai daur
ulang (recycled) , dan komponen utamanya besi, sangat banyak.

2. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAJA


Sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah pengaruh tegangan
tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebut sifat daktilitas. Adanya sifat ini membuat
struktur baja mampu mencegah terjadinya proses robohnya bangunan secara tiba-tiba.
Sifat ini sangat menguntungkan ditinjau dari sudut keamanan bangunan bila terjadi suatu
goncangan yang tiba-tiba seperti misalnya pada pristiwa gempa bumi.

Disamping itu masih ada keuntungan-keuntungan lain yang dapat kita peroleh dari
struktur baja, seperti:
1. keseragaman bahan dan sifat-sifanya yang dapat diduga secara cukup tepat.
2. Kestabilan dimensional, kemudahanpembuatan.
3. Proses pemasangan di lapangan berlangsung dengan cepat atau kemudahan
pemasangan
4. Dapat dilas
5. Komponen-komponen strukturnya bisa digunakan lagi untuk keperluanlainnya

7
6. Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan lagi masih mempunyai nilai
sebagai besi tua
7. Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan yang tidak
terlalusukar
Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan yang tidak
terlalusukar

1. Mudahnya bahan ini mengalami korosi ( kebanyakan baja, tidak semua jenis baja).
Sehingga diperlukan biaya pemeliharaan.
2. Berkurangnya kekuatan pada temperatur tinggi. Sehingga perlu diusahakan supaya
tahan api sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk bahaya kebakaran.

Cara yang umum untuk melindungi konstruksi baja dari bahaya api ialah dengan
melapisinya kurang lebih setebal 1 in ( 2,5 cm ) dengan campuran semen, adukan beton,
atau dengan lapisan lain dari bahan yang tahan api seperti gips dan lain- lainnya.

3. PRINSIP-PRINSIP DESAIN
Desain merupakan suatu proses untuk mendapatkan penyelesaian yang optimum. Dalam
modul ini, berkaitan dengan desain struktur- dan secara lebih khusus lagi, struktur baja.
Dalam disain apapun, harus ditentukan sejumlah kriteria untuk menilai apakah yang
optimum tersebut telah tercapai atau belum. Untuk sebuah struktur, kriteria-kriteria
tersebut dapat berupa,
(a) biaya yang minimum;
(b) berat yang minimum;
(c) waktu konstruksi yang minimum;
(d) jumlah tenaga kerja minimum;
(e) biaya pembuatan/ produksi minimum bagi si pemilik gedung;
(f) efisiensi pengoperasian yang maksimum bagi si pemilik.

Biasanya dilibatkan beberapa kriteria yang masing-masing harus dibandingkan. Denga


melihat kriteria diatas, jelaslah bahwa penetapan kriteria yang bisa diukur (seperti berat

8
dan biaya) untuk mencapai perencanaan optimum seringkali sukar, dan kadang- kadang
tidak mungkin. Dalam praktek, penilaian hanya dapat dilakukan secara kualitatif.
Apabila suatu kriteria tertentu dapat diwujudkan secara matematis, maka untuk
memperoleh titik maksimum dan minimum dari fungsi objectif yang bersangkutan , dapat
digunakan teknik-teknik optimasi. Namum, modul ini tidak membicarakan prosedur-
prosedur dan teknik-teknik optimasi itu. Dalam modul ini, penekanannya adalah pada
kriteria berat minimum, dengan asumsi bahwa bahan yang minimum akan menghasilkan
biaya yang minimum. Namun, hendaknya kriteria objectif yang lainnya harus tetap
diperhatikan, walaupun pengintegrasian dari prinsip- prinsip perilaku dengan desain
elemen-elemen struktur baja hanya berdasarkan kriteria-kriteria objektif yang sederhana
saja, misalnya berat dan biaya.

a) Prosedur Desain
Prosedur desain dapat dianggap terdiri dari dua bagian – yaitu desain fungsional dan
desain kerangka struktural.

Desain fungsional adalah desain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki seperti
(a) menyediakan ruang kerja yang lapang dan mencukupi,
(b) menyediakan ventilasi dan/atau pengkondisian udara yang tepat;
(c) fasilitas-fasilitas transportasi yang memadai,seperti lift, tangga, dan derek/kran
atau alat-alat untuk mengangkat bahan;
(d) pencahayaan yang cukup;
(e) menyajikan bentuk arsitektur yang menarik ( estetika).

Desain kerangka struktural adalah pemilihan susunan serta ukuran elemen- elemen
struktur yang tepat, sehingga beban-beban layanan (service load) dapat dipikul
dengan aman.

Secara garis besar, prosedur desain dapat digambarkan sebagai berikut :


1. Perencanaan. Penentuan fungsi-fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur.
Tetapkan kriteria-kriteria untuk mengukur apakah desain yang dihasilkan telah
mencapaioptimum.

9
2. Konfigurasi Struktur Prarencana/pendahuluan. Penataan letak elemen agar sesuai
dengan fungsi dalam langkah 1.

3. Penentuan beban-beban yang harus dipikul.


4. Pemilihan batang prarencana/pendahuluan. Berdasarkan keputusan dalam
langkah 1, 2, dan 3, dilakukan pemilihan ukuran batang yang memenuhi kriteria
objektif, seperti berat atau biayater kecil.

5. Analisisis. Analisisi struktural dengan membuat model beban-beban dan kerangka


struktural untuk mendapatkan gaya-gaya internal dan defleksi yang dikehendaki.

6. Evaluasi/Penilaian. Apakah semua ketentuan dipenuhi dan hasilnya optimum


Bandingkan hasilnya engan kriteria yang ditentukan diatas.
7. Perencanaan Ulang / Redesain. Pengulangan suatu bagian dari langkah 1 sampai 6
yang dipandang perlu atau dikehendaki berdasarkan penilaian diatas. Langkah 1
sampai 6 merupakan proses iterasi. Namun mengingat bahwa konfigyrasi struktur
dan pembebanan luar telah ditentukan sebelumnya, maka dalam modul ini yang
perlu dieterasi biasanya hanya langkah 3 sampai 6 saja.
8. Keputusan Akhir. Penentuan apakah desain optimum telah tercapai atau belum

b) Beban-beban
Penentuan beban yang bekerja pada struktur atau elemen struktur secara tepat tidak
selalu bisa dilakukan. Walaupun lokasi beban pada struktur diketahui, distribusi beban
dari elemen pada struktur biasanya membutuhkan anggapan dan pendekatan.
Beberapa jenis beban yang paling umum dibahas berikut ini.

• Beban Mati
Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap posisinya; disebut
demikian karena bekerja terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur
didirikan. Berat struktur dipandang sebagai beban mati, demikian juga
perlengkapan yang digantungkan pada struktur sepert pipa air, pipa listrik, saluran

10
pendingin dan pemanas ruangan, lampu, penutup lantai, genting, dan plafond
(langit-langit), dengan kata lain, semua benda yang tetap posisinya selama struktur
berdiri dipandang sebagai bebanmati.

Beban mati umumnya diketahui secara tepat setelah perencanaan selesai. Dalam
langkah 3, 4, dan 5 pada prosedur perencanaan yang dalam bab 2.2.1, berat
struktur atau elemen struktur harus ditaksir, penampang prarencana dipilih, berat
dihitung ulang, dan pemilihan batang diubah jika perlu. Beban mati dari
perlengkapan biasanya diketahui dengan cukup tepat sebelum perencanaan.

• Beban Hidup
Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup ialah manusia, mebel (furniture), peralatan yang
dapat bergerak, kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa beban
hidup secara praktis bisa permanen, sedang lainnya hanya bekerja sekejap. Karena
berat, lokasi, dan kepadatan beban hidup sifatnya tidak diketahui, maka besar
yang sesungguhnya dan posisi dari beban ini sangat sukar ditentukan.

Oleh karena masyarakat menghendaki keamanan yang memadai, beban hidup


yang digunakan sebagai beban kerja dalam perencanaan biasanya ditetapkan oleh
peraturan bangunan dari badan pemerintah. Beban ini umumnya bersifat empiris
dan konservatif, serta berdasarkan pada pengalaman dan kebiasaan (bukan dari
hasil perhitungan). Besarnya beban-beban hidup yang dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia adalah “ Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
1987 “. Bila peraturan yang ada tidak berlaku atau tidak ada, ketentuan dari
peraturan bangunan lainnya boleh digunakan. Beberapa beban hidup yang umum
disajikan dalam Tabel 2.1.dibawah ini :

Beban hidup pada struktur harus diletakkan sedemikian rupa hingga pengaruhnya
maksimum, termasuk pembebanan parsial, pembebanan papan catur (berseling),
atau pembebanan penuh. Anggapan penyederhanaan seperti beban merata penuh
di semua bentang sebaiknya hanya digunakan bila sesuai dengan kenyataan atau

11
merupakan pendekatan yang tepat. Kemungkinan mengalami pembebanan
merata penuh pada suatu lantai dan semua lantai suatu bangunan secara
bersamaan hampir tidak ada. Oleh karena itu, banyak peraturan mengijinkan
reduksi pada pembebanan penuh dengan persentase tertentu.

Tabel.2.1. Beban Hidup pada Lantai Gedung.


Huruf Jenis Pemakaian Beban Hidup
a Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut 200
dalam b
b Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan 125
gudang gudang tidak penting yang bukan untuk toko,
pabrik atau bengkel
c Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, 250
restoran, hotel asrama dan rumah sakit
d Lantai ruang olah raga 400
e Lantai ruang dansa 500
f Lantai dan balkon-dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a
s/d e, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang 400
rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat
duduk tetap
g Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap 500
atau untuk penonton yang berdiri
h Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut 300
dalam c
i Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut 500
dalam d, e, f dan g
j Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, 250
f dan g

12
k Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan 400
ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban
hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
l Lantai gedung parkir bertingkat:
- Untuk lantai bawah 800
- Untuk lantai tingkat lainnya 400
m Balkon-balkon uang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang 300
yang berbatasan, dengan minimum

Sumber : PPIUG 1983

Misalnya untuk beban hidup sebesar 100 psf atau kurang, ANSI-1972 Peraturan
Pembebanan Ameriak mengijinkan beban hidup rencana pada suatu batang yang

menyangga lantai seluas 150 ft2 ( 14 m2 ) atau lebih direduksi sebesar 0,08% per

ft2 ( 0,86% per m2 ) luas yang disanggah batang tersebut, kecuali pada ruang
pertemuan umum, garasi dan atap. Keuntungan terbesar dari reduksi ini didapat
pada kolom bangunan bertingkat banyak. Pada bangunan seperti ini, luas total
pembebanan pada kolom yang memikul sepuluh atau duapuluh tingkat bisa sangat
besar. Namun, ANSI-1972 membatasi reduksi tersebut sebesar:

𝐷
Rmaks=23(1 + 𝐿 ) ≤ 60

Dengan,
R = reduksi dalam persen.
D = beban mati dalam psf, dan
L = beban hidup dalam psf.

13
• Beban Angin
Semua struktur memikul beban angin tetapi umumnya hanya pada bangunan
dengan tinggi lebih dari 3 atau 4 tingkat dan jembatan yang panjang, peninjauan
anginsecara khusus diperlukan.

Pada bangunan tipikal dengan denah dan tampak segi empat, angin menimbulkan
tekanan pada sisi di pihak angin ( winward) dan hisapan pada sisi di belakang angin
(leeward), serta tekanan keatas atau ke bawah pada atap. Dalam banyak hal,
beban atap vertikal akibat angin diabaikan dengan anggapan beban salju lebih
menentukan daripada beban angin. Selain itu, beban angin lateral total (pengaruh
di pihak dan di belakang angin) dianggap bekerja pada permukaan bangunan yang
berada di pihak angin.

Dalam “Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1987” , beban angin


ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positip dan tekanan
negatip(isapan) ,yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.

Besarnya tekanan positip dan tekanan negatip ini dinyatakan dalam kg/m 2 ,
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup yang ditentukan dalam pasal 4.2
dengan koefisien-koefisien angin yang ditentukan dalam pasal 4.3 pada buku
peraturan tersebut.

• Beban Gempa
Gempa bumi terdiri dari gerakan-gerakan lapisan bumi ke arah horizontal atau
vertikal, dimana biasanya besar gerak vertikal jauh lebih kecil ketimbang gerakan
horizontal. Karena efek terbesar ditimbulkan oleh gerakan arah horizontal, efek
inilah yang biasanya diperhitungkan sebagai beban gempa.

14
BAB 2. ALAT PENYAMBUNG STRUKTUR (BAUT ,PAKU KELING DAN LAS)

A. Alat Penyambung
Pada suatu bangunan yang menggunakan bahan baja sebagai struktur maupun elemen
struktur, dimana setiap elemen-elemen tsb perlu dihubungkan agar menjadi struktur secara
utuh dan dapat menerima beban-beban luar yang bekerja padanya. Penggunaan alat
penyambung sangat diperlukan untuk menghubungkan elemen- elemen tersebut menjadi
satu kesatuan tersebut.

B. Jenis jenis alat penyambung


Karena setiap struktur merupakan gabungan dari beberapa batang ( elemen ) yang harus
disambung ( biasanya diujung batang ) dengan menggunakan alat penyambung.

Ada beberapa jenis alat penyambung yang digunakan, seperti :


• Paku Keling ( Riveted Connection).
• Baut Biasa ( Bolted Connection).
• Baut Mutu Tinggi ( HTB).
• Las ( Welded Connection).

C. Proses gaya luar yang bekerja pada alat penyambung


Dimaksudkan adalah gaya-gaya luar apa saja yang dapat diterima oleh alat penyambung
tersebut, dan nantinya gaya luar yang diterima oleh alat penyambung tersebut perlu
dibandingkan dengan kemampuan (kapasitas) alat penyambung tersebut.

Adapun kemungkinan gaya luar yang bekerja pada alat penyambung struktur adalah :
▪ Akibat gaya Geser Murni.
▪ Akibat Gaya Tarik Murni.
▪ Akibat Gaya Puntir.
▪ Akibat Gaya Geser dan Tarik ( Kombinasi).

D. Proses pemindahan beban oleh alat penyambung


a) Ada alat penyambung paku keliling (riveted)
15
Akibat pendinginan pk, maka cenderung memperpendek panjang pk. Perpendekan
panjang pk akan dikekakng oleh plat yang akan disambung, sehingga timbul gaya tarik
pada pk. Agar seimbang, gaya tarik pada pk diimbangi oleh tekanan pada pelat yang
disambung; akibatnya sambungan mengalami Gaya jepit (klem)

E. Ciri-ciri karya arsitek frank lloyd wright


Wright lebih dikenal sebagai arsitek organic, suatu arsitektur yang dihasilkan murni dari
konteks alami. Dan yang paling penting adalah hubungan antara tapak dan bangunan
(dipengaruhi oleh pakarfurnitur dan arsitekamerika Gustav Stickley) serta kebutuhan
pelanggan. Prinsip-prinsip dari gaya arsitektur organik :

• Kesederhanaan dan ketenangan


Prinsip ini berada dibelakang seni. Keterbukaan harus dimasukan kedalam struktur
menjadi bentuk yang terpadu sehingga menjadi jenis dekorasi yang alami dan tenang.
Detail dan dekorasi dikurangi dan bahkan fixtures, gambar dan mebel dalam struktur
harus diintegrasikan.
• Ada banyak gaya rumah
Prinsip ini memungkinkan ekspresi dari kepribadian masing-masing klien, walaupun
rancangan wright selalu memberikan kontribusi yang signifikan.
• Korelasi alam, topografi dengan arsitektur
Sebuah bangunan yang didirikan harus selaras dengan lingkungan di sekitarnya.

• Warna alam
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan harus selaras dengan warna alam.

• Sifat bahan
Kayu harus seperti kayu dan batu bata harus seperti batu bata, warna dan tekstur
mereka tidak boleh berubah.

• Integritas rohani dalam arsitektur


Wright percaya bawah kualitas bangunan harus sejalan dengan kualitas manusia.
Artinya bangunan harus memberikan suka cita dan suasana yang layak bagi penghuni.

16
Hal ini menurutnya lebih penting dari banyak gaya.

F. Tinggi maksimum pagar


Butir ix Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 menyebutkan tinggi pagar batas
pekarangan samping dan belakang maksimal 3 meter di atas permukaan tanah. Jika pagar
merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat, tembok maksimal 7 meter dari atas
permukaan tanah pekarangan. Menurut majelis, ketinggian pagar yang diharuskan dalam
Perda Kota Pekanbaru di bawah persyaratan maksimal’ yang ditetapkan Menteri PU.

17
BAB 3. KRITERIA PENENTUAN KERUSAKAN BANGUNAN

A. Pondasi
Pondasi adalah komponen struktur utama terletak dibagian bawah yang berfungsi
penopang suatu massa bangunan.

Kriteria penentu tingkat kerusakan


Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
Rusak sangat Penurunan merata pada seluruh struktur
0.2 1
ringan bangunan
Penurunan tidak merata namun perbedaan
Rusak ringan 0.4 2
penurunan melebihi 1/250L
Penurunan> 1/250L sehingga menimbulkan
Rusak
kerusakan atasnya. Tanah disekeliling bangunan 0.6 3
sedang
naik
• Bangunan miring secara kasat mata
Rusak berat 0.8 4
• Lantai dasar naik/menggelembung
Rusak sangat • Pondasi patah, bergeser akibat lonsor,
1 5
berat struktur atas menjadi rusak

18
B. Kolom
• Kolom merupakan elemen yang dibentuk secara vertikal berupa tiang penyangga yang
menahan gaya aksial tekan bangunan
• Persentase kerusakan kolom pada 1 masa bangunan adalah penjumlahan (resultante)
kerusakan kolom-kolom bangunan tersebut.

Kriteria penentu tingkat kerusakan


Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
Rusak sangat • Sudut kolom pecah
0.2 1
ringan • Plesteran kolom retak rambut
• Retak pada permukaan kolom, lebar retak
Rusak ringan 0.4 2
0.2 mm- 1.0 mm
• Retak pada permukaan kolom, lebar retak
Rusak >1.0 mm
0.6 3
sedang • Selimut beton gembur, beberapa tulangan
terlihat
• Tulangan kolom terlihat 4 sisi pada 1 titik
Rusak berat 0.8 4
• Selimut beton hancur pada beberapa titik
• Beton inti kolom hancur, baja tulangan
Rusak sangat
tertekuk 1 5
berat
• Kolom patah

19
C. Balok
• Balok merupakan elemen yang dibentuk secara horizontal yang disebut juga sebagai
elemen lentur yang menahan gaya transversal dan menyalurkannya ke kolom
• Presentase kerusakan balok pada 1 massa bangunan adalah penjumlahan (resultante)
kerusakan balok-balok bangunan tersebut.

Kriteria penentu tingkat kerusakan


Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
Rusak sangat • Plat lantai bergetar jika ada orang berjalan,
0.2 1
ringan retak rambut<0.2 mm
• Retak 0.2-1.0 mm, retakan pada tengah
Rusak ringan 0.4 2
bentang plat
Rusak • Balok melendut, lebar retak >1.0 mm
0.6 3
sedang • Retak meluas pada beberapa tempat
• Balok melendut, selimut beton hancur,
Rusak berat 0.8 4
tulangan terlihat
• Balok patah/runtuh
Rusak sangat
• Plat dan balok lain yang menumpu pada 1 5
berat
balok tersebut ikut rusak

20
D. Plat lantai
• Plat lantai adalah lantai lantai yang tidak terletak diatas tanah langsung. Merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lainnya.
• Presentase kerusakan plat lantai pada 1 massa bangunan adalah penjumlahan
(resultante) kerusakan plat lantai bangunan tersebut.

Kriteria penentu tingkat kerusakan


Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
• retak rambut <0.2 mm
Rusak sangat
• plesteran balok retak 0.2 1
ringan
• retak pada tumpuan atau lapangan
• retak 0.2-1.0mm
Rusak ringan 0.4 2
• retakan pada tumpuan atau lapangan
• lantai melendut, lebar retak >1.0 mm
Rusak
meluas dari tengah menuju sudut kolom 0.6 3
sedang
• selimut beton hancur dibeberapa tempat
• lantai melendut, retak tembus, tulangan
Rusak berat 0.8 4
terlihat, selimut beton hancur
Rusak sangat
• Lantai hancur 1 5
berat

21
E. Atap
• Kerusakan atap merupakan penjumlahan kerusakan penutup atap dan struktur rangka
atap termasuk gording
• Presentase kerusakan atap pada 1 massa bangunan adalah penjumlahan (resultante)
presentase atap yang mengalami kerusakan dibandingkan keseluruhan atap pada
bangunan tersebut.

Kriteria penentu tingkat kerusakan


Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
• Karat rangka mulai terlihat, gording
melendut
Rusak sangat
• Perubahan warna pada sebagan lapisan 0.2 1
ringan
warna penutup atap
• Genteng terlepas dari dudukannya
• Karat rangka meluas, konstruksi bergetar
akibat angin
Rusak ringan • Reng rusak, kaso-kaso rusak genteng retak 0.4 2
dan terdapat bocoran terbatas
• Perubahan warna pada lapisan cat meluas
Rusak • Struktur atap melendut, flens profil sobek,
0.6 3
sedang retak pada sambungan las

22
• Gording/rangka plafond melendut bocoran
meluas
• Baut penyambung dan plat sambungan
bengkok, profil tertekuk, korasi meluas di
Rusak berat banyak tempat 0.8 4
• Penutup atap melendut sangat besar
dengan kemungkinan keruntuhan besar
• Rangka atap runtuh
Rusak sangat • Komponen struktur tertekuk
1 5
berat • Sambungan putus, profil tertekuk,
konstruksi runtuh

F. Dinding
Presentase kerusakan dinding pada 1 massa bangunan adalah penjumlahan (resultante)
presentase luas dinding yang mengalami kerusakan dibandingkan keseluruhan luas dinding
pada bangunan tersebut.

23
Kriteria penentu tingkat kerusakan
Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
• Retak rambut dipermukaan dinding (lebar
Rusak sangat retak <0.2 mm)
0.2 1
ringan • Perubahan warna pada sebagian lapisan
warna
• Retakan permukaan dinding terlihat jelas
Rusak ringan (lebar retakan kira-kira 0.2 mm – 1.0 mm) 0.4 2
• Perubahan pada lapisan cat meluas
• Dinding retakan meluas (lebar retakan kira-
kira 1-2 mm)
Rusak • Dinding pertisi/penutup plafond terlepas
0.6 3
sedang • Plesteran retak sebagian dan lapisan cat
terkelupas sebagian
• Retakan besar pada dinding
• lapisan terkelupas meluas, berlumut, dan
Rusak berat 0.8 4
plesteran terkelupas meluas
Rusak sangat
• dinding hancur 1 5
berat

G. jendela (kaca), pintu, kusen


Presentase kerusakan jendela, pintu dan kusen pada 1 massa bangunan adalah
penjumlahan (resultante) jumlah jendela, pintu dan kusen yang mengalami kerusakan
dibandingkan jumlah total jendela, pintu, dan kusen pada bangunan tersebut.

24
Kriteria penentu tingkat kerusakan
Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
Rusak sangat • perubahan warna ada sebagianlapisan
0.2 1
ringan warna rangka
Rusak ringan • penutup bukaan (retak) 0.4 2
Rusak
• penutup bukaan (retak lebar) 0.6 3
sedang
• rangka bukaan atau kusenkeropos akibat
Rusak berat 0.8 4
air
Rusak sangat • rangka bukaanatau kusen keropos dimakan
1 5
berat rayap

H. plafond
• kerusakan plafond merupakan penjumlahan kerusakan plafond dan struktur rangka
plafod
• Presentase kerusakan atap pada 1 massa bangunan adalah penjumlahan (resultante)
presentase atap yang mengalami kerusakandibandingkan keseluruhan atap pada
bangunan tersebut

25
Kriteria penentu tingkat kerusakan
Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
Rusak sangat • Perubahan warna pada sebagian lapisan
0.2 1
ringan warna langit-langit atau plafond
Rusak ringan • Perubahan pada lapisan cat meluas 0.4 2
Rusak
• Penutup bukaan langit-langit terlepas 0.6 3
sedang
• Penutup langit-langit melendut sangat
Rusak berat besar dengan kemungkinan keruntuhan 0.8 4
besar
Rusak sangat
• Rangka langit-langit runtuh 1 5
berat

I. Lantai
• Presentase kerusakan lantai pada 1 massa bangunan adalah penjumlahan (resultante)
luas lantai yang mengalami kerusakan dibandingkan luas total lantai pada bangunan
tersebut.

26
Kriteria penentu tingkat kerusakan
Kategori Deskripsi kerusakan nilai klasifikasi
Rusak sangat
• Penutup lantai gores 0.2 1
ringan
Rusak ringan 0.4 2
Rusak
• Penutup lantai sebagian terlepas 0.6 3
sedang

Rusak berat 0.8 4

Rusak sangat
• Lantai meledak, terlepas 1 5
berat

27
BAB 4. JENIS-JENIS SEMEN

A. SEMEN BIASA (ABU-ABU)


Semen jenis ini memiliki nama lain Portland yang merupakan semen bubuk yang berwarna
abu kebiruan. Kegunaannya antara lain untuk penggunaan umum seperti rumah dan
bangunan tinggi. Berbahan dasar batu kapur atau gamping yang diolah dengan dalam suhu
tinggi.
Namun, terdapat 5 tipe yang berbeda diantaranya:
a) Jenis Semen Portland Type I
Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar disekitar Anda karena paling
banyak digunakan oleh masyarakat luas dan beredar di pasaran. Jenis ini biasa
digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan awal. Kegunaan Semen Portland Type
I diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah permukiman, gedung bertingkat, dan
jalan raya. Karakteristik Semen Portland Type I ini cocok digunakan di lokasi
pembangunan di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.

b) Jenis Semen Portland Type II


Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan kadar asam sulfat dalam air
dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh karena itu, keadaan tersebut mempengaruhi
kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan Semen Portland Type II pada umumnya
sebagai material bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran
irigasi, dan bendungan. Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam
sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasipanas yang bersifat sedang.

c) Jenis Semen Portland Type III


Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi tanpa persyaratan
khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi syarat konstruksi bangunan
dengan persyaratan khusus. Karakteristik Semen Portland Type III diantaranya adalah
memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan setelah proses pengikatan terjadi,

28
lalu kemudian segera dilakukan penyelesaian secepatnya. Jenis semen Portland type
III digunakan untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi, jalan beton atau jalan raya
bebas hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat. Ketahananya Portland Type III menyamai kekuatan umur 28 hari
beton yang menggunakan Portland type I.

d) Jenis Semen Portland Type IV


Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang dalam penggunaannya
membutuhkan panas hidrasi rendah. Jenis semen portland type IV diminimalkan pada
fase pengerasan sehingga tidak terjadi keretakkan. Kegunaan Portland Type IV
digunakan untuk dan hingga lapangan udara

e) Jenis Semen Portland Type V


Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi bangunan yang membutuhkan
daya tahan tinggi terhadap kadar asam sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20
persen. Kegunaan Semen Potrtland Type V dirancang untuk memenuhi kebutuhan di
wilayah dengan kadar asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut atau
pantai, serta kawasan tambang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini
diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air, hingga pembangkit tenaga
nuklir.

B. Jenis Semen Campur


Beberapa jenis semen campur diantaranya:
a) Portland Composite Cement (PCC)
Kegunaan Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan pengikat untuk
konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton pracetak, beton pratekan, paving
block, plesteran dan acian, dan sebagainya. Karakteristik Portland Composite
Cement (PCC) lebih mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan tidak mudah retak.
Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum, dan bahan
anoraganik.

29
b) Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)
Kegunaan super portland pozzolan composite cement diantaranya adalah sebagai
konstruksi beton massa, konstruksi di tepi pantai dan tanah rawa yang harus memiliki
ketahanan terhadap sulfat, tahan hidrasi panas sedang, pekerjaan pasangan dan
plesteran. Beberapa jenis bangunan yang menggunakan produk ini diantaranya
perumahan, jalanraya, dermaga, irigasi, dan sebagainya. Semen ini merupakan pengikat
hidrolis seperti halnya PCC namun terdiri dari campuran terak, gypsum, dan pozzolan

c) Special Blended Cemeny (SBC)


Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau semen campur karena
khusus dirancang dalam pembangunan jembatan terbesar yang menghubungkan
Surabaya dengan Madura yang dikenal dengan Jembatan Suramadu. Karakteristik
special blended cement tentu memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan pada air laut
seperti halnya jembatan Suramadu yang berdiri diatas laut.

d) Super Masonry Cement (SMC)


Kegunaan Super Masonry Cement (SMC) diantaranya sebagai bahan baku genteng
beton, tegel, hollow brick, dan paving block. Selain itu, digunakan hanya pada kisaran
konstruksi bangunan rumah atau irigasi dengan struktur beton paling besar K225. Tipe
ini pertama kali diperkenalkan di USA.

e) Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate Resistance)


Lain rumah, lain pula material yang digunakan untuk sumur bumi. Karakteristik Oil Well
Cement (OWC) Class G-HSR yang tahan terhadap sulfat tinggi ini merupakan jenis yang
dibuat untuk kegunaan khusus di kedalaman dan temperatur tertentu yang bisa
disesuaikan dan kecepatan pengerasan dikurangi. Diantaraproyek yang menggunakan
material ini yaitu sumur minyak bumi di bawah permukaan bumi dan laut.

f) Semen Thang Long PCB40

30
Karakteristik semen thang long PCB40 yang memiliki daya tahan tinggi terhadap sulfat
sesuai untuk konstruksi bangunan bawah tanah dan air. Tak hanya itu, semen ini juga
memeiliki daya tahan terhadap penyerapan air, erosi lingkungan, dan tahan lama. Jenis
ini juga hemat digunakan karena kekuatannya. Iklim Vietnam sangat pas untuk
penggunaan jenis semen ini.

g) Semen Thang Long PC50


Kegunaan semen thang long PC50 yang banyak digunakan untuk proyek-proyek besar
dan rumit sehingga membutuhkan jenis semen dengan spesifikasi tinggi. Standarisasi
yang setara Asia, Eropa, bahkan Amerika ini diaplikasikan untuk jembataan hingga
pembangkit listrik. Karakteristik semen thang long PC50 diantaranya memiliki ketahanan
tinggi terhadap sulfat sehingga bisa pula digunakan di bawah tanah dan air.

h) Semen Putih ( white portland cement)


Kegunaan semen putih diaplikasikan untung lapisan keramik hingga dekorasi interior
dan eksterior bangunan. Merek yang beredar dipasaran adalah Semen Tiga Roda,
Plamur Kingkong, Semen Putuh Cap Gajah dan Semen Putih Panda.

i) Semen Acian Putih/Mortar TR30


Katarekteristik semen acian putih atau mortar TR30 ialah memiliki daya rekat yang tinggi
dan dapat menghasilkan permukaan acian yang lebih halus. Oleh karena itu, tidak
mudah retak, dan terkelupas. Waktu pengerjaannya juga cenderung lebih cepat.
Kegunaan semen acian putih adalah untuk finishing seperti diantaranya plesteran,
acian, pasangan keramik

31
BAB 5. NAMA-NAMA PYRAMID MESIR

A. Pyramid mesir
Semua piramida Mesir, kecuali piramida kecil Dinasti Ketiga di Zawyetel-Maiyitin, terletak di
tepi barat sungai Nil dan sebagian besar dikelompokkan bersama dalam sejumlah situs
piramida

a) Abu Rawash

32
Piramida Djedefre yang sebagian besar telah hancur

Abu Rawash adalah situs piramida yang beradasekitar 5 mil (8 km) barat laut Piramida
Giza di tepi barat sungai Nil. Disana terdapat Piramida Djedefre atau yang dikenal
sebagai "piramida yang hilang". Kondisi dari piramida tersebut sebagian besar telah
hancur. Piramida tersebut diyakini dibangun oleh Djedefre, yang merupakan putra dan
penerus raja Khufu. Penggalian Abu Rawash yang dilakukan oleh Dr. Michael Baud dari
Museum Louvre di Paris menunjukkan bahwa piramida Djedefre sebenarnya tidak
pernah selesai dibangun. Namun diperkirakan bahwa apabila selesai dibangun, maka
ukuran Piramida Djedefre hampir sama dengan ukuran Piramida Menkaure yang
merupakan salah satu dari piramida terbesar yang di dataran tinggi Giza.

b) Giza
Kompleks piramida Giza atau disebut juga nekropolis Giza,
adalah kompleks piramida yang berlokasi diGiza, pinggiran Kairo,
Mesir. Monumen kuno tersebut terletak sekitar delapan kilometer ke padang pasir dari
kota tua Giza di Nil, sekitar 25 kilometer sebelah barat daya pusat kota Kairo. Di
kompleks piramida Giza terdapat tiga piramida besar, yaitu Piramida
Menkaure, Piramida Khafre dan Piramida Khufu. Selainitu, di sana juga terdapat patung
sfinks serta tiga piramida satlit yang disertai dengan kuil dan substrukturnya masing-
masing.

Kompleks piramida Giza telah menjadi tujuan wisata populer sejak zaman dahulu.
Piramida Khufu dan Piramida Khafre merupakan piramida terbesar yang dibangun di

33
Mesir kuno, dan secara historis mereka umum digunakan sebagai lambang Mesir Kuno
dalam imajinasi Barat. Mereka dipopulerkan pada zaman Helenistik, ketika Piramida
Khufu terdaftar oleh Antipater dari Sidon sebagai salah satudari Tujuh Keajaiban Dunia
Kuno. Saat ini, Piramida Khufu merupakan salah satudari Tujuh Keajaiban Kuno dan
satu-satunya dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang yang relatif masih utuh.

Peta kompleks piramida Giza

c) Zawyet el-Aryan

34
Situs Zawyet El Aryan berlokasi di sebuah kota Kegubernuran Giza, yang terletak di
antara Giza dan Abusir. Di sebelah barat kota tersebut, tepat di daerah gurun, ada
sebuah pekuburan yang disebut dengan nama yang sama. Di Zawyet El Aryan, terdapat
dua kompleks piramida yang belum selesai dan lima kuburan mastaba. Diyakini bahwa
struktur piramida selatan yang dikenal dengan Piramida Berlapis, berasal dari Dinasti
Ketiga firaun Khaba, yang merupakan penerus dekat Sekhemkhet. Sementara struktur
utara merupakan piramida milik firaun Nebka.

d) Abusir

Terdapat empat belas piramida yang ada di situs Abusir, yang berfungsi sebagai
nekropolis kerajaan utama elama Dinasti Kelima. Namun, kualitas konstruksi piramida
yang ada di Abusir lebih rendah dari pada Dinasti dinasti keempat. Kontruksi piramida-
piramida tersebut lebih kecil dari periode pendahulunya dan dibuat dari batu kapur
lokal berkualitas rendah.

Piramida Neferirkare kakai yang merupakan


bangunan tertinggi di situs Abusir

Terdapat tiga piramida utama yang berada di Abusir, diantaranya yaitu Piramida
Neferirkare kakai, Piramida Niuserre, dan Piramida Sahure. Sebagian dari piramida
utama yang berada di Abusir dibangun dengan teknik konstruksi yang serupa, terdiri
dari inti puing yang dikelilingi oleh anak tangga batu bata lumpur dengan selubung
luardari batu kapur.

35
Piramida Neferirkare Kakai merupakan piramida tertinggi dari Dinasti Kelima yang
dibangun untuk firaun Neferirkare Kakai pada SM abad ke-25. Piramida itu dianggap
penting karena penggaliannya mengarah pada penemuan Papirus Abusir. Piramida
Neferirkare Kakai pada awalnya dibangun sebagai piramida bertingkat dengan tinggi
sekitar 70 m (230 kaki), tapi kemudian diubah menjadi piramida "asli" dengan
tingkatannya diisi dengan pasangan bata longgar. Selain itu, di Abusir juga terdapat
Piramida Neferefre yang belum selesai dibuat.

e) Saqqara

Piramida Djoser

Saqqara adalah sebuah situs pemakaman Mesir Kuno yang terletak di Mesir, yang
terletak sekitar 30 km selatan kota Kairo. Piramida utama yang ada di situs ini
merupakan sebuah piramid bertangga tertua di dunia, yaitu Piramida Djoser. Piramida
tersebut dibangun pada abad ke-27 selama Dinasti Ketiga sebagaimakam firaun Djoser.

f) Dahshur

Dahshur adalahpemakamankerajaan yang terletak di padang pasir tepi barat Sungai Nil,
sekitar 40 kilometer (25 mi) di selatan Kairo. Piramida pertama yang dibangun di
Dahshur adalah Piramida Bent(2613–2589 SM). Piramida itu dibangun pada masa
pemerintahan Raja Sneferu. Namun, kesalahan perhitungan terjadi ketika proses
pembuatan piramida tersebut, sehingga membuat piramida tersebut menjadi tampak
"bengkok (bent)". Menyadari kekurangannya dan belajar dari kesalahannya, Raja

36
Sneferu kemudian memerintahkan untuk membangun piramida Dahshur kedua, yaitu
Piramida Merah. Pembuatan Piramida Merah berhasil dilakukan dan dianggap sukses,
dengan sisi piramida yang halus dan tinggi 341 kaki (104 meter), serta memiliki sudut 43
derajat. Nama Piramida Merah tersebut diambil dari bahan yang digunakan untuk
membangun piramida, yaitu batu kapur merah. Diperkirakan bahwa piramida tersebut
digunakan sebagai tempat peristirahatan Raja Sneferu.

Piramida lain yang berada di Dahshur adalah Piramida Putih, yang merupakan milik Raja
Amenemhat II dinasti ke-12. Selain Piramida Putih, di sana juga terdapat piramida milik
Raja Senusret II dinasti ke-12 (1878 - 1839 SM).

Di situs Dahshur juga terdapat Piramida Hitam yang berasal dari masa pemerintahan
Amenemhat II, dan Piramida AmenyQemau untuk AmenyQemau, raja ke-5 dari dinasti
ke-13 selama periode menengah kedua Mesir.

g) Mazghuna

Mazghuna atau juga dikenal dengan Al-Muzghumah, merupakan situs dari beberapa
piramida batu bata lumpur (mudbrick) yang berasal dari Dinasti keduabelas Mesir. Pada
tahun 1910 daerah tersebut dieksplorasi oleh Ernest Mackay dan digali oleh Flinders
Petrie pada tahun 1911. Diyakini bahwa dua piramida yang belum selesai di Mazghuna
merupakan makam dari firaun Dinasti kedua belas Mesir Amenemhet IV dan
Sobekneferu. Namun, tidak ada bukti konklusif mengenai hal tersebut.

Di situs tersebut terdapat Piramida Mazghuna Selatan yang belum selesai dan belum
siapa firaun pemilik piramida tersebut. Namun, piramida tersebut diperkiraka
milik Amenemhet IV. Piramida itu berjarak sekitar 4,8 km selatan dari Piramida
Bent Sneferu.

h) Lisht

37
Piramida Amenemhat I yang berada di Lisht

Situs Mesir kuno Lishtatauel-Lisht dapat ditemukan di tepi barat sungai Nil, sekitar 65
km selatan dari kota Kairo, dekat dengan kota Itj-Tawy. Lisht merupakan situs kerajaan
pertengahan mesir dan tempat pemakaman. Di sana terdapat dua piramida besar yang
dibangun sepanjang periode dinasti ke-12 dan dinasti ke-13 Mesir. Dua piramida
tersebut merupakan piramida milik Amenemhat I dan putranya, yaitu Senusret I. Dua
piramida utama itu dikelilingi oleh 10 piramida tambahan dengan ukuran yang lebih
kecil dan banyak makam mastaba pejabat tinggi serta anggota keluarganya. Salah satu
piramida tambahan tersebut diyakini merupakan piramida milik sepupu Amenemhat,
yaitu Khaba II. Di situs ini juga ditemukan makam Senebtisi, yang merupakan seorang
wanita Mesir kuno yang hidup pada akhir Dinasti ke-12 atau sekitar tahun 1800 SM.

i) Meidun

38
Piramida Meidum

Meidum adalah situs arkeologi yang berada di Mesir Hilir. Daerah tersebut terletak
sekitar 100 kilometer dari selatan Kairo modern. Piramida di Meidum dianggap sebagai
piramida kedua yang dibangun setelah Piramida Djoser dan kemungkinan pada awalnya
dibangun untuk firaun terakhir dari Dinasti Ketiga, yaitu Huni. Pembangunan piramida
tersebut kemudian dilanjutkan oleh firaun Sneferu. Piramida tersebut dinamakan el-
heramel-kaddaab (Pseudo Pyramid) dalam bahasa Arab Mesir, karena penampilan
piramida yang tidak biasa.

j) Hawara

Piramida Amenemhat III yang berada di Hawara

Hawara adalah situs arkeologi Mesir Kuno yang terletak di selatan situs
Crocodilopolis, Faiyum, Mesir. Di situs tersebut terdapat piramida yang dibangun oleh

39
firaun Amenemhat III pada abad ke-19 SM. Piramida Hawara tersebut diyakini sebagai
tempat peristirahatan terakhir Amenemhet III. Selain itu, di sana juga terdapat
adamakamutuh (piramida) Neferu-Ptah, putridari Amenemhet III. Makam tersebut
ditemukan sekitar 2 km sebelah selatan dari piramida raja Amenemhat.

k) El Lahun

El lahun atau Kahun adalah desape kerja yang berlokasi di Faiyum, Mesir. El lahun
dikaitkan dengan Piramida Senusret II dinasti ke-12 yang terletak di dekatkota modern
dan sering disebut sebagai Piramida Lahun.

l) El-Kurru

Piramida Piye yang berada di El-Kurru

El-Kurru adalah salah satu pemakaman kerajaan yang digunakan oleh keluarga kerajaan
Nubia Kush pada dinasti ke-25 Mesir. Situs tersebut sekarang terletak di Asy-
Syamaliyah, Sudan. Digali oleh George Reisner, yang sebagian besar piramida kerajaan
Nubia berasal dari awal periode Kushite, yaitu dari Raja Alara (795–752 SM) hingga Raja
Nastasen (335–315 SM).

Di situs tersebut terdapat piramida (makam) raja Kerajaan Kush dan pendiri dinasti
kedua puluh lima Mesir, yaitu Raja Piye. Piramida Piye berada di sebelah piramida
terbesar yang ada di pemakaman tersebut. Selain Piramida Piye, terdapat juga piramida

40
atau makam Raja Kashta, Tantamani, Shabaka dan beberapa ratu lainnya yang
dimakamkan di piramida yang berada di El-Kurru.

m) Nuri

Piramida Taharqa

Nuri adalah sebuah kawasan yang berlokasi di Sudan, yang berfungsi sebagai
pemakaman kerjaan untuk kota kuno Napata, yang merupakan ibuko tapertama
Kerajaan Nubia Kush.

Di sana terdapat lebih dari 20 piramida kuno milik raja dan ratu Nubia, dan di puncaknya
terdapat 80 atau lebih piramida para bangsawan yang berada di
Nuri. Firaun Taharqa yang merupakan raja Kerajaan Kush dari dinasti ke-25
Mesir membangun piramida nuri yang paling awal dan yang terbesar di wilayah tersebut
(Sudan utara).

41

Anda mungkin juga menyukai