a) Pondasi dangkal
b) Pondasi Rakit
c) Pondasi sumuran
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Pondasi merupakan bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan meneruskan
seluruh beban dari bangunan ke dasar tanah yang keras sehingga kuat mengimbangi dan
mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak terhadap
beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.
Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan tanah
dipermukaan setebal ± 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai
daya dukung yang baik. Oleh karena itu dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah
humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang cukup
besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan
tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi
dibuat secukupnya saja asal sudah dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah
terusik sama sekali akan berubah baik sifatnya maupun kekuatannya.
Dalam suatu konstruksi terdapat bagian-bagian penunjang bangunan (struktur) yang terdiri dari
struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure). Kedua hal tersebut tidak bisa
dipisahkan dalam suatu konstruksi bangunan terutama struktur bagian bawah (pondasi) karena
menjadi bagian akhir penerima beban yang sangat penting peranannya dalam suatu bangunan.
Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation ), (Das, 1995). Pondasi dangkal
digunakan bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada di posisi yang dangkal dari atas
permukaan bumi. Bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada pada posisi yang dalam maka
digunakan pondasi dalam seperti pondasi sumuran atau pondasi tiang. Dalam modul ajar ini akan
dibahas secara khusus tentang jenis-jenis Pondasi Dangkal, yaitu : Pondasi Menerus, Pondasi
Setempat, Pondasi Plat dan Pondasi Umpak.
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa
meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus
yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari
dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.
2. Penurunan (settlement):
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan/settlement tertentu oleh para
Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya
dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan
dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagian pondasi
saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi
(tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb),
kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri.
Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan,
oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya,
sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban
akibat gaya angin pada dinding.
Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
Gaya gempa
Gaya angkat air
Momen
Torsi
Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena pondasi
berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya – gaya
dari luar.
Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan :
1. Faktor tanah
Struktur tanah (macam tanah)
Kekuatan tanah (σt)
Kedalaman ( t ) yang dipilih
Letak permukaan air tanah
2. Faktor beban
Jumlah lantai
Tinggi bangunan
Besarnya/panjang bentang
Oleh karena itu, sebelum perencanaan pondasi dilakukan terlebih dahulu perlu mengetahui prilaku
tanah baik sifat fisik maupun mekanis tanah. Dimana sifat fisik dan mekanisnya dapat diketahui
dengan melakukan penyelidikan tanah yang meliputi penyelidikan dilapangan dan laboratorium,
sehingga dari data-data hasil penyelidikan tanah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
merekomendasikan sistem pondasi. Untuk maksud ini diperlukan pengertian yang mendalam
mengenai metode pengujian tanah, batasan-batasan atau karakteristik dalam metode pengujian
dan bagaimana menyimpulkan hasil-hasil yang diperoleh. Pekerjaan lapangan dalam peyelidikan
tanah yang dilaksanakan meliputi pekerjaan Boring (drilling) dan Standart Penetrasi Test (SPT).
Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan tentang permasalahan
pondasi.Pada dasarnya permasalahan pondasi ada 2 yaitu :
Umum : stabilitas (daya dukung, geser, dan guling), perbaikan tanah, kelongsoran lereng,
dan pengaruh air bersih.
Khusus : getaran, daerah lendutan tambang (minyak, air, dsb), ledakan gempa bumi, dll.
a. Pondasi langsung, yaitu apabila pondasi tersebut langsung di atas tanah keras.
b. Pondasi tidak langsung, yaitu apabila pondasi tersebut terletak di atas suatu
rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan tanah keras.
Dalam pemilihan bentuk pondasi yang akan digunakan, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain :
Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-
beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
Jenis tanah dan daya dukung tanah.
Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
Keadaan tanah pondasi
Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya.
Batasan-batasan dari sekelilingnya
Waktu dan biaya pekerjaan.
Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan, maka kita dapat memilih jenis-jenis pondasinya, yaitu
sebagai berikut :
a. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah 1 meter di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi pias.
b. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di
bawah permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak.
c. Bila tanah pendukung terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini digunakan pondasi tiang apung (floating pile
foundation).
Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan
tanah ,dalam hal ini tergantung dari penurunan yang di izinkan, dapat di pakai jenis pondasi tiang
pancang.
Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk berbagai konstruksi misalnya
jembatan, menara, dan khususnya pada bangunan. Penurunan biasanya digolongkan sebagai
berikut :
a. Penurunan seketika yaitu penurunan yang terjadi pada waktu beban ditetapkan atau
dalam suatu jangka waktu sekitar 7 hari biasanya terdapat pada tanah berbutir halus
termasuk lanau dan lempung.
b. penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan berlangsung dalam
beberapa bulan bahkan tahunan. Adapun masalah penurunan pondasi yang sering
terjadi, akibat pengaruh dari:
Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih menguntungkan, yakni
dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi rongga/pori tanah. Beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam memodifikasi tanah, antara lain:
a. Pemampatan,
b. Pra Pembebanan,
c. Pembuatan Drainase,
d. Pemadatan dengan Alat penggetar,
e. Pengadukan Encer,
f. Stabilisasi kimia,
g. Geo-Tekstil.
Untuk bangunan tidak bertingkat tidak disyaratkan adanya hitungan konstruksi untuk rangka
bangunan dan rangka atapnya tapi untuk pondasinya harus tetap dilakukan hitungan konstruksi
untuk menentukan kekuatannya. Hitungan pondasi harus dibuat dan direncanakan pada keadaan
yang paling aman bagi konstruksi bangunan tersebut, artinya beban bangunan yang dipakai harus
yang terbesar dan sebaliknya kekuatan daya dukung tanah di bawah pondasi dipakai yang terkecil.
Keterangan:
Pondasi setempat dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur,
tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada
bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan
diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.
Urutan kegiatan pekerjaan pondasi setempat dengan bentuk telapak adalah sebagai berikut :
Perakitan tulangan Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar
tempat pengecoran di lokasi lain agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses
pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Proses perakitan tulangan adalah sebagai :
o Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran pondasi setempat.
o Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi
setempat tersebut.
o Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat
pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk
pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi
setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan adalah:
o Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak
turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
o Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah,
jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan
pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah
agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak
menjadi karat.
o Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak
beton yang akan di cor di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan bekisting, yaitu :
- Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan
kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi). –
- Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting,
jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
- Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. –
- Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak
miring dengan bantuan alat waterpass.
- Papan cetakan tidak boleh bocor
- Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
- Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah : semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya.
Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji
apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.
Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan
butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat
dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi
bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang
disebut kerikil/split dan batu pecah.
Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau
seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat
juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.
Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir,
split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume
1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air
secukupnya.
Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir,
kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru
kemudian ditambahkan air secukupnya
Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit tabung
mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah
diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan
bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang
berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan.
Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan setelah
mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan
kolom.
BAB IV
Pondasi menerus yang juga disebut pondasi langsung adalah jenis pondasi yang banyak dipakai
untuk bangunan rumah yang tidak bertingkat. Untuk seluruh panjang, jenis pondasi ini mempunyai
ukuran yang sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama. Oleh karena itu untuk memasang
pondasi menerus lebih dahulu harus dibuatkan galian tanahnya dengan kedalaman yang sama,
yang kemudian dipasang profil – profil untuk memasang pondasi sehingga diperoleh bentuk yang
direncanakan.
a) Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata kekerasannya.
Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.
b) Penampang melintang pondasi harus simetris.
c) Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah
lunak.
d) Sangat disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah bangunan.
e) Pondasi dibuat menerus pada kedalaman yang sama, pondasi bertangga
f) Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding
penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batu kali maka perlu dipasang
pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
BAB V
Pondasi rakit adalah sebuah pelat beton besar yang digunakan untuk menghubungkan permukaan
(interface) antara satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis (jalur) dengan tanah dasar. Secara
umum pelat pondasi rakit dapat dianalisis dengan dua anggapan. Pertama pelat pondasi rakit
dianggap merupakan struktur yang fleksibel, berarti pelat pondasi akan mengalami deformasi yang
tidak sama akibat beban yang bekerja. Kedua, pelat pondasi rakit dianggap merupakan struktur
yang kaku yang berarti pelat dianggap mengalami deformasi yang sama akibat beban yang bekerja.
Pondasi ini dapat menopang gedung bertingkat banyak, tendon air minyak, mesin, peralatan
industri, dan bangunan berat lainnya. Terutama memiliki luasan besar.
Pelat rata
Pelat yang telapak ada di bawah kolom
Balok dan pelat
Pelat dengan kaki tiang
Dinding ruang bangunan bawah tanah sebagai bagian pondasi telapak
Kekokohan landasan tidak memenuhi kebutuhan, atau beban bangunan besar sehingga
pondasi lajur menjadi lebar menjadi seluas gedung. Struktur bangunan rangka dengan
jarak tiang dengan beban yang tinggi dan jaraknya < 8 m
Beban bangunan yang besar sudah dibagi seragam pada seluruh luas bangunan oleh
struktur bangunan masif
Wilayah bangunan yang sering banjir dan pondasi pelat beton bertulang dilengkapi dinding
kaki beton bertulang yang sekaligus kedap air sehingga menghindari naiknya air dari
bawah.
Perhitungan dilakukan seperti perhitungan pelat lantai yang terbalik tekanan tanah =
beban berguna dari bawah dan kolom dengan beban bangunan = reaksi tumpuan dari atas
ke bawah pada gedung dengan pondasi pelat beton bertulang berada di bawah permukaan
air tanah perlu diperhatikan gaya apungnya.
Pondasi rakit sangat bagus digunakan pada tanah yang banyak mengandung air misalnya
seperti tanah rawa.
Apabila terjadi banjir pondasi ini sedikit terakat, tetapi tidak mengalami pergeseran dan
apabila banjir telah surut pondasi tersebut kembali ke posisinya semula.
Struktur pada pondasi rakit mengalami deformasi yang tidak sama akibat beban yang
bekerja, sehingga pondasi ini termasuk struktur yang fleksibel.
Pondasi ini cocok digunakan pada bangunan yang memiliku luasan yang luas.
Biaya pembuatan pondasi ini lebih murah dari pembuatan pondasi batu kali
Penurunan pada pondasi rakit bersamaaan
Apabila tidak menggunakan grand anchor pondasi tersebut akan terangkat dan
menyebabkan bangunan pondasi bergerak.
Pondasi ini kurang bagus dibangun pada tanah jenis keras
Kurang efektif apabila digunakan di kedalaman > 6 m
Pondasi pelat lebih baik digunakan pada bangunan dengan dimensi luas, jenis tanah yang banyak
mengandung air.
Hal – hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pondasi rakit, antara lain :
Jenis tanah
Beban bangunan
Luasan bangunan
Kondisi proyek
Muka air tanah
Berikut ini diperlihatkan beberapa gambar kondisi di lapangan pada saat pemasangan
pondasi rakit.
a) Pekerjaan persiapan
Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan Raft fondation yaitu
persiapan alat, bahan dan tenaga kerja
b) Pekerjaan lantai kerja dan bekisting permanent yang terbuat dari batako
Pekerjaan pembuatan lantai kerja mulai dikerjakan setelah pekerjaan galian tanah layer 3
selesai dikerjakan. Lantai kerja merupakan dasar basement yang memiliki elevasi – 11.55
m. Proyek ini menggunakan raft fondation sebagai pondasi bangunan, jadi harus ada lantai
kerja dimana lantai kerja dibuat dengan menggunakan batako sebagai bekisting
permanent.
Tahap pembuatan lantai kerja yaitu pemasangan batako, lantai kerja di timbun oleh tanah
lalu dipadatkan dengan menggunakan backhoe sebelum lantai kerja dicor karena ada
penurunan elevasi pada lantai kerja yang akan dibuat kolom, setelah itu baru pengecoran
dilakukan. Lantai kerja ditimbun oleh tanah dan dipadatkan dengan menggunakan backhoe
c) Pengerjaan GA vertical
Pekerjaan GA vertical dikerjakan setelah pekerjaan lantai kerja selesai dikerjakan. Tahapan
pekerjaan GA vertical terdiri dari pekerjaan pengeboran, fabrikasi strand, cleaning dan
desanding, Install strand, grouting, pasang plat dan angker block, stressing, pemotongan
strand dan grouting finish pada lantai.
d) Pekerjaan Tulangan
Pekerjaan tulangan raft fondation dimulai dengan pabrikasi. Pabrikasi tulangan dilakukan
di los pekerja, diameter tulangan utama yang digunakan sesuai dengan bar bending
schedule (BBS). Tahapan pekerjaan pembesian Raft fondation adalah sebagai berikut:
1. Penyimpanan baja tulangan Penyimpanan baja tulangan akan lebih jelas dibahas
pada sub bab berikutnya.
2. Mempelajari gambar rencana atau shop drawing
3. Pemotongan tulangan Pemotongan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub
bab berikutnya.
4. Pembengkokan tulangan Pembengkokan tulangan akan lebih jelas dibahas pada
sub bab berikutnya.
5. Perakitan baja tulangan
Baja diangkat oleh tower crane dari los pekerja ke lokasi pekerjaan raft fondation,
setelah itu tulangan dirangkai sesuai dengan SD. Pada saat perakitan tulangan raft
fondation, dirakit pula tulangan utama kolom. Tulangan utama kolom dirakit
setelah tulangan raft fondation hampir selesai dirakit. Elevasi tulangan raft
fondation harus sesuai dengan rencana, maka digunakan beton decking atau
beton tahu untuk menjaga tulangan utama tetap pada posisinya.
Beton decking itu sendiri dibuat dengan campuran pasir beton dan semen dengan
tebal 7 cm. Tebal raft fondation adalah 1.35 m dan area pembuatan kolom adalah
1.75 m, untuk menjaga jarak ketebalan digunakan cakar ayam. Pada saat perakitan
tulangan raft foundation juga dipasang kawat harmonika untuk menjaga beton
supaya tidak melebar pada saat pengecoran.
BAB VI
PONDASI SUMURAN
Pondasi sumuran adalah pondasi tiang yang berupa lubang, dimana diameter lubang ini cukup
besar dengan variasi 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm, sehingga memungkinkan untuk
dimasuki orang. Pondasi sumuran umumnya terbuat dari beton bertulang atau beton pra cetak
Pondasi sumuran ini digunakan untuk kedalaman tanah keras 2-6 m. Pondasi ini dibuat dengan menggali
tanah berbentuk sumuran / lingkaran berdiameter >0.80 m sampai mencapai tanah keras
kemudian membenamkan blok-blok beton silinder ke dalam lubang tersebut. Pada bagian atas pondasi
diberi poer (pile cap) untuk menerima dan meneruskan beban pondasi sumuran secara merata.
1. Tidak menimbulkan getaran seperti pada pekerjaan pondasi bored pile, sehingga cocok
untuk pekerjaan daerah yang padat penduduk.
2. Dapat dibuat tiang yang yang lurus dan panjang sesuai dengan diameter yang besar.
3. Ukuran diameter biasanya lebih besar daripada tiang pracetak dan daya dukung tiap tiang
lebih besar sehingga tumpuan dapat dibuat lebih kecil.
4. Kedalaman tiang dapat divariasikan dengan dimeter yang dapat dilakukan pmbesaran pada
ujung bawahnya jika tanah dasar berupa lempung, tanah yang berlumpur atau batu lunak.
1. Beton dari tubuh tiang pondasi sumuran yang berada dibawah air kualitasnya akan lebih
rendah daripada tiang pracetak. Selain itu, pemeriksaan kualitasnya hanya dapat dilakukan
secara tidak langsung.
2. Saat beton dituangkan, perlu perhatian lebih agar adukan beton tidak akan bercampur
dengan runtuhan tanah.
3. Walaupun penetrasi tiang sumuran dirasakan telah sampai pada tanah pendukung pondasi,
namun kadang-kadang terjadi tiang sumuran kurang sempurna dikarenakan adanya lumpur
yang tertimbun di dasar.
4. Pengecoran beton sulit dilakukan apabila dipengaruhi air tanah karena dapat mengurangi
mutu beton tersebut.
Bentuk tampang pondasi sumuran dapat bermacam-macam sesuai dengan beban yang akan
bekerja dan kuat dukungan tanah dasar pondasi. Berikut ini bentuk-bentuk tampang pondasi
sumuran yang biasanya digunakan:
Lingkaran tunggal,
Segi empat,
Lngkaran/hexagonal/octagonal ganda,
Sumuran ganda,
Bentuk D ganda.
Ada beberapa cara yang dipergunakan untuk memasang tiang sumuran. Berikut ini metode
pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran yang dapat dilakukan oleh pekerja:
1. Para pekerja membuat lubang hingga kedalaman alas pondasi terlebih dahulu. Sumuran dibuat
di dalam galian lubang tersebut. Apabila tanah dalam kondisi rata dan stabil, maka sumuran ini
dapat dikerjakan tanpa casing. Sebaliknya jika kondisi tanah tidak rata, maka diperlukan casing.
Tanpa casing
Pekerjaan dilaksanakan dengan menggali lubang seperti sumuran sampai lapisan yang
dikehendaki. Kemudian dimasukan besi tulangan yang sudah dirangkaikan lalu dicor beton
atau cyclop tanpa casing.
Dengan casing yang diambil
Penggalian dilakukan secara bertahap, yaitu casing diturunkan seperlunya kemudian tanah
di dalam casing digali, kemudian casing diturunkan seperlunya kemudian tanah di dalam
casing diturunkan lagi dan tanah digali lagi, begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman
yang diinginkan. Kemudian dilakukan pengisian lubang dengan material beton atau cyclop
sambil casingnya ditarik secara bertahap hingga casing ke luar lagi dari lubang.
Dengan casing yang ditinggal
Pemasangan pondasi sumuran dengan casing yang dtinggal membutuhkan beton buis
(beton sumuran) sebagai casingnya itu sendiri. Dengan beton buis sebagai casing, maka
casingnya ini juga bisa berfungsi sebagai bagian struktur. Sama seperti yang lainnya,
pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah penggalian. Namun, yang membedakan
adalah penggalian tanah dilakukan di bagian dalam buis, dan beton buisnya diturunkan
sampai mencapai elevasi yang ditetapkan, secara bertahap. Kemudian lubang dicor dengan
material beton. Proses pelaksanaan jenis pondasi sumuran dengan casing yang ditinggal
harus siap jika menghadapi air tanah yang muncul.
2. Dengan penggunaan caisson, yaitu sebuah corong atau kotak dibuat dengan membenamkannya
hingga posisi yang dikehendaki, yang nantinya menjadi bagian luar sumuran. Penggunaan
pondasi sumuran ini biasanya dilakukan untuk pondasi yang terbenam di dalam air. Prosedur ini
dikenal sebagai metode udara tekan yang memudahkan bagi para pekerja untuk melakukan
pembersihan gangguan-gangguan di bawah pinggiran caisson dan bagian bawah galian.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dapat menggunakan suatu metode pelaksanaan
yang berbeda dari pada biasanya, seperti penggunaan alat berat excavator dalam tahapan
pekerjaan penggaliannya sehingga waktu pekerjaan menjadi lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
“Pondasi”, http://imoelsker.files.wordpress.com/2010/01/pondasi.doc