Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODE KONSTRUKSI DAN ALAT BERAT

Materi : 1. Metoda Konstruksi Pondasi Dangkal

a) Pondasi dangkal
b) Pondasi Rakit
c) Pondasi sumuran

Disusun Oleh :

1. Satri rahmadani (19240020)


2. Agung mukhni aziz (192400
3. Sarda
4. Irfandi agusti

PRODI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS
TAHUN AJARAN 2020/ 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................3

I.1. Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal ...................3

I.2. Tujuan Penyusunan Makalah............................................4

BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL .............................5

II.1. Pengertian Pondasi ...............................................................5

II.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) ..................7

II.3. Stabilitas Pondasi ................................................................. 7

II.4. Desain Pondasi .....................................................................8

II.5. Pertimbangan Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan


Tanah.......................................................................10

II.6. Masalah-masalah Penyebab Terjadinya Penurunan


Pondasi ................................................................................10

II.7. Cara Menghitung Ukuran Pondasi ......................................11

BAB III PONDASI SETEMPAT ( SINGLE FOOTING ) ...................... 13

III.1. Pengertian Pondasi Setempat .............................................. 13 III.

2. Bentuk-bentuk Pondasi Setempat ....................................... 13 III.

3. Metoda Konstruksi Pondasi Setempat ................................ 14 III.

3.1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi ............................. 14 III.

3.2. Pekerjaan Penulangan ............................................. 15 III.

3.3. Pekerjaan Bekisting ................................................. 16 III.

3.4. Pekerjaan Pengecoran .............................................. 16

BAB IV PONDASI MENERUS ( CONTINUOUS FOOTING ) ............. 18

IV.1. Pengertian Pondasi Menerus ............................................... 18

IV.2. Persyaratan Pondasi Menerus .............................................. 19

IV.3. Pondasi Pasangan Batu Kali ...............................................21

IV.4. Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Kali .............................. 23


BAB V PONDASI RAKIT/PELAT (RAFT FONDATION) .................31

V.1. Pengertian Pondasi Rakit/Pelat ...........................................31

V.2. Pertimbangan Pemilihan Jenis Pondasi Rakit/Pelat .............31

V.3. Kelebihan dan Kurangan Pondasi Rakit .............................. 32

V.3.1. Kelebihan Pondasi Rakit .......................................... 32

V.3.2. Kekurangan Pondasi Rakit ....................................... 32

V.4. Lokasi Tanah yang Cocok untuk Pondasi Rakit...................33

V.5. Keterkaitan Pondasi Rakit dengan Konstruksi yang


Digunakan........................................................................... 33

V.6. Tinjauan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Rakit ....... 35

BAB VI PONDASI SUMURAN (

VI.1. Pengertian pondasi sumuran

VI.2. Kelebihan dan Kekurangan pondasi sumuran

VI.2.1 Kelebihan pondasi sumuran

VI.2.2. Kekuranagn pondasi sumuran

VI.3. Dasar perencanaan dan pelaksanaan ponasi sumuran

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 55


BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal

Pondasi merupakan bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan meneruskan
seluruh beban dari bangunan ke dasar tanah yang keras sehingga kuat mengimbangi dan
mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak terhadap
beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa.

Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan tanah
dipermukaan setebal ± 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai
daya dukung yang baik. Oleh karena itu dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah
humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang cukup
besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan
tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi
dibuat secukupnya saja asal sudah dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah
terusik sama sekali akan berubah baik sifatnya maupun kekuatannya.

Dalam suatu konstruksi terdapat bagian-bagian penunjang bangunan (struktur) yang terdiri dari
struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure). Kedua hal tersebut tidak bisa
dipisahkan dalam suatu konstruksi bangunan terutama struktur bagian bawah (pondasi) karena
menjadi bagian akhir penerima beban yang sangat penting peranannya dalam suatu bangunan.

Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation ), (Das, 1995). Pondasi dangkal
digunakan bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada di posisi yang dangkal dari atas
permukaan bumi. Bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada pada posisi yang dalam maka
digunakan pondasi dalam seperti pondasi sumuran atau pondasi tiang. Dalam modul ajar ini akan
dibahas secara khusus tentang jenis-jenis Pondasi Dangkal, yaitu : Pondasi Menerus, Pondasi
Setempat, Pondasi Plat dan Pondasi Umpak.

I.2. Tujuan Penyusunan Makalah

Beberapa tujuan dari Penyusunan Makalah ini adalah :

a. Memberikan informasi mengenai apa yang dimaksud dengan Pondasi Dangkal.


b. Memaparkan apa fungsi Pondasi Dangkal.
c. Memaparkan apa saja persyaratan yang harus dipenuhi saat merancang Pondasi
Dangkal.
d. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis Pondasi Dangkal.
e. Mengetahui metode pelaksanaan masing-masing jenis Pondasi Dangkal.
f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis Pondasi Dangkal.
g. Mengetahui berbagai permasalahan yang mungkin terjadi pada masing-masing jenis
Pondasi Dangkal serta solusi yang harus dilakukan jika permasalahan tersebut terjadi.
BAB II
TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL

II.1. Pengertian Pondasi


Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena semua beban yang
timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu bangunan ditentukan atau
tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja
didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang
disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan sub struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai
pendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah
dibawahnya sekaligus menstabilkan beban.
Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan, yaitu secara fungsional mampu
mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya dan secara struktural pondasi
tidak ambles dan tidak berubah bentuk. Untuk memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan
beberapa hal dalam pekerjaan pondasi antara lain :
1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakkan pada lapisan tanah
yang keras.
2. Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras, sebagian pada tanah
lembek.
3. Pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah kolom-
kolom pendukung yang berdiri bebas.
4. Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi itu harus dirangkai satu dengan balok
pengikat (balok sloof).
5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat menahan gaya-
gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak.
6. Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang pondasi
harus diletakkan pada kedalaman yang sama. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah
keras dan besar tegang

II.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)

Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa
meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus
yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari
dinding dan kolom bangunan ke tanah keras.

Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :

1) Pondasi Setempat ( Single Footing )


2) Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
3) Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
4) Pondasi Cakar Ayam
5) Pondasi Sarang Laba-laba

II.3. Stabilitas Pondasi Stabilitas pondasi ditentukan oleh :

1. Daya dukung pondasi, yang dipengaruhi oleh:


h. Macam pondasi: dimensi dan letak pondasi )
i. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume (y), kohesi
j. susut geser dalam ()

2. Penurunan (settlement):

a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah


b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air pori tanah yang
disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan akibat beban pondasi Bentuk
terjadinya penurunan dibedakan atas:
i. -Penurunan seragam (uniform settlement)
ii. -Penurunan tidak seragam (differential settlement)

II.4. Desain Pondasi

Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan/settlement tertentu oleh para
Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya
dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan
dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagian pondasi
saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.

Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi
(tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb),
kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri.
Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan,
oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya,
sepertiga dari kekuatan desainnya.

Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:

 Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban
akibat gaya angin pada dinding.
 Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
 Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
 Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
 Momen
 Torsi

Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena pondasi
berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya – gaya
dari luar.
Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan :

1. Faktor tanah
 Struktur tanah (macam tanah)
 Kekuatan tanah (σt)
 Kedalaman ( t ) yang dipilih
 Letak permukaan air tanah
2. Faktor beban
 Jumlah lantai
 Tinggi bangunan
 Besarnya/panjang bentang

Oleh karena itu, sebelum perencanaan pondasi dilakukan terlebih dahulu perlu mengetahui prilaku
tanah baik sifat fisik maupun mekanis tanah. Dimana sifat fisik dan mekanisnya dapat diketahui
dengan melakukan penyelidikan tanah yang meliputi penyelidikan dilapangan dan laboratorium,
sehingga dari data-data hasil penyelidikan tanah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
merekomendasikan sistem pondasi. Untuk maksud ini diperlukan pengertian yang mendalam
mengenai metode pengujian tanah, batasan-batasan atau karakteristik dalam metode pengujian
dan bagaimana menyimpulkan hasil-hasil yang diperoleh. Pekerjaan lapangan dalam peyelidikan
tanah yang dilaksanakan meliputi pekerjaan Boring (drilling) dan Standart Penetrasi Test (SPT).

Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan tentang permasalahan
pondasi.Pada dasarnya permasalahan pondasi ada 2 yaitu :

 Umum : stabilitas (daya dukung, geser, dan guling), perbaikan tanah, kelongsoran lereng,
dan pengaruh air bersih.
 Khusus : getaran, daerah lendutan tambang (minyak, air, dsb), ledakan gempa bumi, dll.

Pada garis besarnya pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis:

a. Pondasi langsung, yaitu apabila pondasi tersebut langsung di atas tanah keras.
b. Pondasi tidak langsung, yaitu apabila pondasi tersebut terletak di atas suatu
rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan tanah keras.

II.5. Pertimbangan Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah

Dalam pemilihan bentuk pondasi yang akan digunakan, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain :

 Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-
beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
 Jenis tanah dan daya dukung tanah.
 Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
 Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
 Keadaan tanah pondasi
 Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya.
 Batasan-batasan dari sekelilingnya
 Waktu dan biaya pekerjaan.
Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan, maka kita dapat memilih jenis-jenis pondasinya, yaitu
sebagai berikut :

a. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah 1 meter di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi pias.
b. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di
bawah permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak.
c. Bila tanah pendukung terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah
permukaan tanah, dalam hal ini digunakan pondasi tiang apung (floating pile
foundation).

Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan
tanah ,dalam hal ini tergantung dari penurunan yang di izinkan, dapat di pakai jenis pondasi tiang
pancang.

II.6. Masalah-masalah Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi

Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk berbagai konstruksi misalnya
jembatan, menara, dan khususnya pada bangunan. Penurunan biasanya digolongkan sebagai
berikut :

a. Penurunan seketika yaitu penurunan yang terjadi pada waktu beban ditetapkan atau
dalam suatu jangka waktu sekitar 7 hari biasanya terdapat pada tanah berbutir halus
termasuk lanau dan lempung.

b. penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan berlangsung dalam
beberapa bulan bahkan tahunan. Adapun masalah penurunan pondasi yang sering
terjadi, akibat pengaruh dari:

 Pengaruh kadar air tanah


 Keadaan tanah
 Terjadinya gempa bumi.

Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi :

 Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain-lain


 Lantai pecah, retak, bergelombang
 Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.

Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih menguntungkan, yakni
dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi rongga/pori tanah. Beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam memodifikasi tanah, antara lain:

a. Pemampatan,
b. Pra Pembebanan,
c. Pembuatan Drainase,
d. Pemadatan dengan Alat penggetar,
e. Pengadukan Encer,
f. Stabilisasi kimia,
g. Geo-Tekstil.

II.7. Cara Menghitung Ukuran Pondasi

Untuk bangunan tidak bertingkat tidak disyaratkan adanya hitungan konstruksi untuk rangka
bangunan dan rangka atapnya tapi untuk pondasinya harus tetap dilakukan hitungan konstruksi
untuk menentukan kekuatannya. Hitungan pondasi harus dibuat dan direncanakan pada keadaan
yang paling aman bagi konstruksi bangunan tersebut, artinya beban bangunan yang dipakai harus
yang terbesar dan sebaliknya kekuatan daya dukung tanah di bawah pondasi dipakai yang terkecil.

Rumus Pondasi (F) = P/ t

Keterangan:

P = Beban bangunan yang didukung oleh pondasi, yaitu :

 Berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya


 Berat Atap
 Berat Plafond
 Berat Balok Sloof, dan Balok Keliling Atas
 Berat sendiri Pondasi
 Berat tanah diatas pondasi
BAB III

PONDASI SETEMPAT ( SINGLE FOOTING )

III.1. Pengertian Pondasi Setempat

Pondasi setempat dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur,
tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada
bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan
diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.

Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :

o Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter


o Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
o Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak
digunakan untuk mendukung beban.

III.2. Bentuk-bentuk Pondasi Setempat

Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:

1. Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.


2. Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras,
kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.
3. Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di bawah
setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di bagian bawah
tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Pondasi kayu dibuat keluar
permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter.
Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
 Pasangan bata yg disusun bertangga;
 Pasangan batu kali;
 Cor beton tidak bertulang;
 Batu alam yang dibentuk menjadi lunak.

III.3. Metoda Konstruksi Pondasi Setempat

Urutan kegiatan pekerjaan pondasi setempat dengan bentuk telapak adalah sebagai berikut :

1. Penggalian tanah pondasi 2.


2. Penulangan pondasi 3.
3. Pekerjaan bekisting 4.
4. Pengecoran

III.3.1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi

Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat, yaitu :


 Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi.
 Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah
yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1:10
atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi.
 Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras
dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 bila tanah dasar 15 masih jelek,
dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan,
sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5
kg/cm2.
 Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar
tukang lebih leluasa bekerja. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh
dari pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.

III.3.2. Pekerjaan Penulangan

 Perakitan tulangan Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar
tempat pengecoran di lokasi lain agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses
pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Proses perakitan tulangan adalah sebagai :
o Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran pondasi setempat.
o Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi
setempat tersebut.
o Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat
pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
 Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk
pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi
setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan adalah:
o Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak
turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
o Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah,
jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan
pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah
agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak
menjadi karat.
o Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.

III.3.3. Pekerjaan Bekisting

Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak
beton yang akan di cor di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan bekisting, yaitu :
- Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan
kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi). –
- Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting,
jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
- Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. –
- Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak
miring dengan bantuan alat waterpass.
- Papan cetakan tidak boleh bocor
- Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
- Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.

III.3.4. Pekerjaan Pengecoran

Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah : semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya.
Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji
apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.

Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan
butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat
dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi
bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang
disebut kerikil/split dan batu pecah.

Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat, yaitu:

 Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
 Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau
seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat
juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.
 Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir,
split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
 Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume
1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air
secukupnya.
 Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir,
kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru
kemudian ditambahkan air secukupnya
 Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit tabung
mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
 Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah
diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan
bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang
berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan.
Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan setelah
mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan
kolom.
BAB IV

PONDASI MENERUS ( CONTINUOUS FOOTING )

IV.1. Pengertian Pondasi Menerus

Pondasi menerus yang juga disebut pondasi langsung adalah jenis pondasi yang banyak dipakai
untuk bangunan rumah yang tidak bertingkat. Untuk seluruh panjang, jenis pondasi ini mempunyai
ukuran yang sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama. Oleh karena itu untuk memasang
pondasi menerus lebih dahulu harus dibuatkan galian tanahnya dengan kedalaman yang sama,
yang kemudian dipasang profil – profil untuk memasang pondasi sehingga diperoleh bentuk yang
direncanakan.

Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :

- Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama


- Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom
- Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;
- Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi pelat.

IV.2. Persyaratan Pondasi Menerus

Pondasi menerus memiliki persyaratan sebagai berikut :

a) Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata kekerasannya.
Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.
b) Penampang melintang pondasi harus simetris.
c) Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah
lunak.
d) Sangat disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah bangunan.
e) Pondasi dibuat menerus pada kedalaman yang sama, pondasi bertangga
f) Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding
penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batu kali maka perlu dipasang
pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
BAB V

PONDASI RAKIT/PELAT (RAFT FONDATION)

V.1. Pengertian Pondasi Rakit/Pelat

Pondasi rakit adalah sebuah pelat beton besar yang digunakan untuk menghubungkan permukaan
(interface) antara satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis (jalur) dengan tanah dasar. Secara
umum pelat pondasi rakit dapat dianalisis dengan dua anggapan. Pertama pelat pondasi rakit
dianggap merupakan struktur yang fleksibel, berarti pelat pondasi akan mengalami deformasi yang
tidak sama akibat beban yang bekerja. Kedua, pelat pondasi rakit dianggap merupakan struktur
yang kaku yang berarti pelat dianggap mengalami deformasi yang sama akibat beban yang bekerja.
Pondasi ini dapat menopang gedung bertingkat banyak, tendon air minyak, mesin, peralatan
industri, dan bangunan berat lainnya. Terutama memiliki luasan besar.

Jenis jenis pondasi rakitan lazim :

 Pelat rata
 Pelat yang telapak ada di bawah kolom
 Balok dan pelat
 Pelat dengan kaki tiang
 Dinding ruang bangunan bawah tanah sebagai bagian pondasi telapak

V.2. Pertimbangan Pemilihan Jenis Pondasi Rakit/Pelat

Pertimbangan penggunaan/pemilihan jenis Pondasi rakit/pelat, antara lain jika :

 Kekokohan landasan tidak memenuhi kebutuhan, atau beban bangunan besar sehingga
pondasi lajur menjadi lebar menjadi seluas gedung. Struktur bangunan rangka dengan
jarak tiang dengan beban yang tinggi dan jaraknya < 8 m
 Beban bangunan yang besar sudah dibagi seragam pada seluruh luas bangunan oleh
struktur bangunan masif
 Wilayah bangunan yang sering banjir dan pondasi pelat beton bertulang dilengkapi dinding
kaki beton bertulang yang sekaligus kedap air sehingga menghindari naiknya air dari
bawah.
 Perhitungan dilakukan seperti perhitungan pelat lantai yang terbalik tekanan tanah =
beban berguna dari bawah dan kolom dengan beban bangunan = reaksi tumpuan dari atas
ke bawah pada gedung dengan pondasi pelat beton bertulang berada di bawah permukaan
air tanah perlu diperhatikan gaya apungnya.

V.3. Kelebihan dan Kurangan Pondasi Rakit

V.3.1. Kelebihan Pondasi Rakit

 Pondasi rakit sangat bagus digunakan pada tanah yang banyak mengandung air misalnya
seperti tanah rawa.
 Apabila terjadi banjir pondasi ini sedikit terakat, tetapi tidak mengalami pergeseran dan
apabila banjir telah surut pondasi tersebut kembali ke posisinya semula.
 Struktur pada pondasi rakit mengalami deformasi yang tidak sama akibat beban yang
bekerja, sehingga pondasi ini termasuk struktur yang fleksibel.
 Pondasi ini cocok digunakan pada bangunan yang memiliku luasan yang luas.
 Biaya pembuatan pondasi ini lebih murah dari pembuatan pondasi batu kali
 Penurunan pada pondasi rakit bersamaaan

V.3.2. Kekurangan Pondasi Rakit

 Apabila tidak menggunakan grand anchor pondasi tersebut akan terangkat dan
menyebabkan bangunan pondasi bergerak.
 Pondasi ini kurang bagus dibangun pada tanah jenis keras
 Kurang efektif apabila digunakan di kedalaman > 6 m

V.4. Keterkaitan Pondasi Rakit dengan Konstruksi yang Digunakan

Pondasi pelat lebih baik digunakan pada bangunan dengan dimensi luas, jenis tanah yang banyak
mengandung air.

Hal – hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pondasi rakit, antara lain :

 Jenis tanah
 Beban bangunan
 Luasan bangunan
 Kondisi proyek
 Muka air tanah
 Berikut ini diperlihatkan beberapa gambar kondisi di lapangan pada saat pemasangan
pondasi rakit.

V.5. Tinjauan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Rakit

Pekerjaan Raft fondation memiliki beberapa tahapan pekerjaan terdiri dari :

a) Pekerjaan persiapan
Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan Raft fondation yaitu
persiapan alat, bahan dan tenaga kerja
b) Pekerjaan lantai kerja dan bekisting permanent yang terbuat dari batako
Pekerjaan pembuatan lantai kerja mulai dikerjakan setelah pekerjaan galian tanah layer 3
selesai dikerjakan. Lantai kerja merupakan dasar basement yang memiliki elevasi – 11.55
m. Proyek ini menggunakan raft fondation sebagai pondasi bangunan, jadi harus ada lantai
kerja dimana lantai kerja dibuat dengan menggunakan batako sebagai bekisting
permanent.
Tahap pembuatan lantai kerja yaitu pemasangan batako, lantai kerja di timbun oleh tanah
lalu dipadatkan dengan menggunakan backhoe sebelum lantai kerja dicor karena ada
penurunan elevasi pada lantai kerja yang akan dibuat kolom, setelah itu baru pengecoran
dilakukan. Lantai kerja ditimbun oleh tanah dan dipadatkan dengan menggunakan backhoe
c) Pengerjaan GA vertical
Pekerjaan GA vertical dikerjakan setelah pekerjaan lantai kerja selesai dikerjakan. Tahapan
pekerjaan GA vertical terdiri dari pekerjaan pengeboran, fabrikasi strand, cleaning dan
desanding, Install strand, grouting, pasang plat dan angker block, stressing, pemotongan
strand dan grouting finish pada lantai.
d) Pekerjaan Tulangan
Pekerjaan tulangan raft fondation dimulai dengan pabrikasi. Pabrikasi tulangan dilakukan
di los pekerja, diameter tulangan utama yang digunakan sesuai dengan bar bending
schedule (BBS). Tahapan pekerjaan pembesian Raft fondation adalah sebagai berikut:
1. Penyimpanan baja tulangan Penyimpanan baja tulangan akan lebih jelas dibahas
pada sub bab berikutnya.
2. Mempelajari gambar rencana atau shop drawing
3. Pemotongan tulangan Pemotongan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub
bab berikutnya.
4. Pembengkokan tulangan Pembengkokan tulangan akan lebih jelas dibahas pada
sub bab berikutnya.
5. Perakitan baja tulangan
Baja diangkat oleh tower crane dari los pekerja ke lokasi pekerjaan raft fondation,
setelah itu tulangan dirangkai sesuai dengan SD. Pada saat perakitan tulangan raft
fondation, dirakit pula tulangan utama kolom. Tulangan utama kolom dirakit
setelah tulangan raft fondation hampir selesai dirakit. Elevasi tulangan raft
fondation harus sesuai dengan rencana, maka digunakan beton decking atau
beton tahu untuk menjaga tulangan utama tetap pada posisinya.

Beton decking itu sendiri dibuat dengan campuran pasir beton dan semen dengan
tebal 7 cm. Tebal raft fondation adalah 1.35 m dan area pembuatan kolom adalah
1.75 m, untuk menjaga jarak ketebalan digunakan cakar ayam. Pada saat perakitan
tulangan raft foundation juga dipasang kawat harmonika untuk menjaga beton
supaya tidak melebar pada saat pengecoran.

Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengecekan terhadap diameter tulangan,


jumlah tulangan, jarak antar tulangan dan panjang penyaluran tulangan, serta
ikatan tulangan.
e) Pekerjaan chemical anchor dan water stop
Chemical anchor dipasang pada D-Wall sebagai penyambung antara D-Wall dengan raft
fondation. Water stop dipasang supaya tidak ada kebocoran pada beton, sehingga air pada
beton masuk ke dalam water stop.
f) Pekerjaan bekisting ( pemasangan stop cor )
Pekerjaan bekisting Raft foundation hanya dikerjakan pada pinggir – pinggir saja, karena
bekisting pada Raft foundation berfungsi sebagai stop cor. Bekisting terbuat dari papan
phenolite film atau multiplek yang tebalnya ± 12 mm. Setelah pekerjaan bekisting selesai
dilakukan pengecekan terhadap kekokohan bekisting, kelurusan bekisting, jika bekisting
sudah memenuhi maka sudah siap untuk pengecoran.
g) Pengecoran f’c = 30 MPa dan test therma couple
Pengecoran Raft fondation di proyek ini dibagi dalam beberapa zone, karena untuk
mengefisiensikan waktu, serta agar volume pengecoran tidak terlalu besar.

Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya:


1) Pengujian beton
- Slump test Slump test diuji pada saat concrete mixer tiba di proyek
sebelum pengecoran. Setiap satu concrete mixer melakukan satu kali
pengujian slump test. Slump test dilakukan langsung dilapangan untuk
mengetahui konsistensi atau workability beton yang akan digunakan.
- Uji kuat tekan beton Pengujian kuat tekan beton dilakuan dengan cara
menghitung kekuatan tekan beton yang berasal dari sample yang diambil
pada saat pengecoran. Sample beton biasanya berupa silinder yang
memiliki diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian kuat tekan beton
dilakukan pada saat umur beton 7 hari dan 28 hari.
2) Penuangan beton pada cetakan Pengecoran dilakukan pada malam hari, karena
suhu dan cuaca relatif stabil. Sebelum pengecoran raft fondation dikerjakan, untuk
menyambungkan beton lama dengan beton baru maka digunakan bonding agent
pada dinding atau bagian pinggir beton lama. Area yang akan dicor harus ditutupi
terpal karena beton menggunakan admixture atau bahan tambah serta floor
hardener. Beton disalurkan dari concrete mixer ke concrete pump, kemudian
disalurkan lagi melalui pipa ke area yang akan dicor. Tinggi jatuh beton dari pipa
pada saat pengecoran ≤ 50 cm. Beton yang disalurkan dari 44 concrete mixer ke
concrete pump.
3) Pemadatan beton Beton yang sudah dituang, lalu digetarkan dengan
menggunakan vibrator, supaya tidak keropos. Setelah cetakan terisi penuh,
permukaan beton langsung dirapihkan dan diratakan dengan menggunakan
ruskam sehingga merata. Pemadatan beton menggunakan vibrator
4) Floor hardener merupakan suatu bahan sejenis semen yang digunakan pada
lantai. Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk memperkeras lapisan atas atau
permukaan beton dan sebagai bahan finishing lantai. Selain itu, digunakan pada
daerah yang banyak mengalami gesekan atau benturan seperti pada tempat parkir
kendaraan. Metode pelaksanaan floor hardener terdiri dari :
1) Untuk mendapatkan permukaan yang rata maka pelaksanaan pengecoran
harus dilakukan dengan mengikuti relat yang telah disiapkan dengan
pengukuran menggunakan theodolite yang continue pada seluruh permukaan
lantai.
2) Jidar atau ruskam sebaiknya menggunakan bahan yang kuat dan kaku
( alumunium box )
3) Floor hardener mulai ditaburkan secara manual setelah air yang naik ke
permukaan tidak terlihat lagi. Pemakaiannya dengan dosis 4 kg/m² atau sesuai
dengan yang disyaratkan.
4) Penaburan awal menggunakan sekitar 2/3 bagian dari dosis, lalu ditaburkan
secara merata pada seluruh permukaan
h) Pembongkaran bekisting
Setelah beton sudah mengeras maka cetakan bekisting dibuka. Pembongkaran bekisting
raft fondation dikerjakan jika umur beton sudah mencapai ≥ 24 jam (dilaksanakan
pekerjaan ini di karenakan sistem pengecoran raft foundation per zone, jadi bekisting
berfungsi sebagai stop cor).
i) Pekerjaan Perawatan Beton
Perawatan pada beton dilakukan untuk menjaga mutu beton, dan supaya beton tidak
retak setelah pengecoran. Perawatan beton pada daerah raft fondation yaitu
menggunakan sterofoam atau triplek setelah selesai pengecoran. Perawatan beton
menggunakan sterofoam

BAB VI

PONDASI SUMURAN

VI.1. Pengertian pondai sumuran


Pondasi sumuran (caisson) merupakan suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang yang biasanya digunakan untuk struktur jembatan. Caisson ini sering dibuat dalam
bentuk silinder yang bentuknya menyerupai sumur. Pengerjaan pondasi sumuran dilakukan
dengan cara dicor di tempat dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai
pengisinya.

Pondasi sumuran adalah pondasi tiang yang berupa lubang, dimana diameter lubang ini cukup
besar dengan variasi 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm, sehingga memungkinkan untuk
dimasuki orang. Pondasi sumuran umumnya terbuat dari beton bertulang atau beton pra cetak

Pondasi sumuran ini digunakan untuk kedalaman tanah keras 2-6 m. Pondasi ini dibuat dengan menggali
tanah berbentuk sumuran / lingkaran berdiameter >0.80 m sampai mencapai tanah keras
kemudian membenamkan blok-blok beton silinder ke dalam lubang tersebut. Pada bagian atas pondasi
diberi poer (pile cap) untuk menerima dan meneruskan beban pondasi sumuran secara merata.

VI.2.kelebihan dan Kekurangan Pada Penggunaan Pondasi Sumuran


VI.2.1 kelebiahan pondasi sumuran

1. Tidak menimbulkan getaran seperti pada pekerjaan pondasi bored pile, sehingga cocok
untuk pekerjaan daerah yang padat penduduk.
2. Dapat dibuat tiang yang yang lurus dan panjang sesuai dengan diameter yang besar.
3. Ukuran diameter biasanya lebih besar daripada tiang pracetak dan daya dukung tiap tiang
lebih besar sehingga tumpuan dapat dibuat lebih kecil.
4. Kedalaman tiang dapat divariasikan dengan dimeter yang dapat dilakukan pmbesaran pada
ujung bawahnya jika tanah dasar berupa lempung, tanah yang berlumpur atau batu lunak.

VI.2.2. kekurangan pondasi sumuran

1. Beton dari tubuh tiang pondasi sumuran yang berada dibawah air kualitasnya akan lebih
rendah daripada tiang pracetak. Selain itu, pemeriksaan kualitasnya hanya dapat dilakukan
secara tidak langsung.
2. Saat beton dituangkan, perlu perhatian lebih agar adukan beton tidak akan bercampur
dengan runtuhan tanah.
3. Walaupun penetrasi tiang sumuran dirasakan telah sampai pada tanah pendukung pondasi,
namun kadang-kadang terjadi tiang sumuran kurang sempurna dikarenakan adanya lumpur
yang tertimbun di dasar.
4. Pengecoran beton sulit dilakukan apabila dipengaruhi air tanah karena dapat mengurangi
mutu beton tersebut.

VI.3. Dasar Perencanaan dan Pelaksanaan Pondasi Sumuran

Bentuk tampang pondasi sumuran dapat bermacam-macam sesuai dengan beban yang akan
bekerja dan kuat dukungan tanah dasar pondasi. Berikut ini bentuk-bentuk tampang pondasi
sumuran yang biasanya digunakan:
 Lingkaran tunggal,
 Segi empat,
 Lngkaran/hexagonal/octagonal ganda,
 Sumuran ganda,
 Bentuk D ganda.

Ada beberapa cara yang dipergunakan untuk memasang tiang sumuran. Berikut ini metode
pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran yang dapat dilakukan oleh pekerja:

1. Para pekerja membuat lubang hingga kedalaman alas pondasi terlebih dahulu. Sumuran dibuat
di dalam galian lubang tersebut. Apabila tanah dalam kondisi rata dan stabil, maka sumuran ini
dapat dikerjakan tanpa casing. Sebaliknya jika kondisi tanah tidak rata, maka diperlukan casing.
 Tanpa casing
Pekerjaan dilaksanakan dengan menggali lubang seperti sumuran sampai lapisan yang
dikehendaki. Kemudian dimasukan besi tulangan yang sudah dirangkaikan lalu dicor beton
atau cyclop tanpa casing.
 Dengan casing yang diambil
Penggalian dilakukan secara bertahap, yaitu casing diturunkan seperlunya kemudian tanah
di dalam casing digali, kemudian casing diturunkan seperlunya kemudian tanah di dalam
casing diturunkan lagi dan tanah digali lagi, begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman
yang diinginkan. Kemudian dilakukan pengisian lubang dengan material beton atau cyclop
sambil casingnya ditarik secara bertahap hingga casing ke luar lagi dari lubang.
 Dengan casing yang ditinggal
Pemasangan pondasi sumuran dengan casing yang dtinggal membutuhkan beton buis
(beton sumuran) sebagai casingnya itu sendiri. Dengan beton buis sebagai casing, maka
casingnya ini juga bisa berfungsi sebagai bagian struktur. Sama seperti yang lainnya,
pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah penggalian. Namun, yang membedakan
adalah penggalian tanah dilakukan di bagian dalam buis, dan beton buisnya diturunkan
sampai mencapai elevasi yang ditetapkan, secara bertahap. Kemudian lubang dicor dengan
material beton. Proses pelaksanaan jenis pondasi sumuran dengan casing yang ditinggal
harus siap jika menghadapi air tanah yang muncul.

2. Dengan penggunaan caisson, yaitu sebuah corong atau kotak dibuat dengan membenamkannya
hingga posisi yang dikehendaki, yang nantinya menjadi bagian luar sumuran. Penggunaan
pondasi sumuran ini biasanya dilakukan untuk pondasi yang terbenam di dalam air. Prosedur ini
dikenal sebagai metode udara tekan yang memudahkan bagi para pekerja untuk melakukan
pembersihan gangguan-gangguan di bawah pinggiran caisson dan bagian bawah galian.

Dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dapat menggunakan suatu metode pelaksanaan
yang berbeda dari pada biasanya, seperti penggunaan alat berat excavator  dalam tahapan
pekerjaan penggaliannya sehingga waktu pekerjaan menjadi lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Mekanika Tanah 2 ,”Mekanika Tanah Pondasi dangkal” Braja M Das


“Memilih Sistem Pondasi” http://wiryanto.blogdetik.com/memilih-sistempondasi. “Pondasi
Dangkal” http://scribd.com/doc/pondasi-dangkal.

“Pondasi Menerus” http://jevuska.com/topic/pondasi-menerus.html.

“Pondasi”, http://imoelsker.files.wordpress.com/2010/01/pondasi.doc

Pondasi Setempat ”PONDASI DANGKAL”,


http://konstruksiwisnuwijanarko.blogspot.com/2008/06/pondasi-dangkal.html

Pondasi Setempat “Tag Bearing”, http://www.citeulike.org/tag/bearing

Pondasi Setempat “Tag Bearing”, http://djavanesse.blogspot.com/2009/06/pondasi.html

Anda mungkin juga menyukai