Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MENGENAI PONDASI SETEMPAT DAN JENIS JENIS PONDASI

Disusun oleh :

NAMA NIM
ARDI HOSEA : 193020211005

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


WHENDY TRISSAN, ST., M.Sc

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2022
Makalah Pondasi Dangkal

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI....................................................................................................................... i

BAB I    PENDAHULUAN

1.1  Pengertian Pondasi ........................................................................................... 1

1.2  Fungsi Pondasi ................................................................................................. 1

BAB II   PEMBAHASAN

2.1  Jenis-jenis Pondasi........................................................................................... 1

2.2  Pondasi dangkal .............................................................................................. 1

2.3  Pondasi dalam.................................................................................................. 1

2.4  Beban Bangunan.............................................................................................. 1

BAB III  PENUTUP

3.1  Kesimpulan ..................................................................................................... 1

3.2  Saran................................................................................................................ 1

BAB I    PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan. bangunan dan
meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat
menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada system strukturnya.

Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai
keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai
dengan jadwal kerjanya.

Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:

1. Keadaan tanah pondasi

2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)

3. Keadaan daerah sekitar lokasi

4. Waktu dan biaya pekerjaan

5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter
yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume
tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama.

Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah
yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.

Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar
akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.

1.2 Fungsi Pondasi

Pondasi dari suatu bangunan khususnya pada bangunan gedung adalah suatu konstruksi dari bagian
bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah atas bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah berfungsi meneruskan beban atau gaya di atasnya dan termasuk berat pondasi ke tanah
di bawahnya.

Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain :

1.      Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang

disebabkan muatan tegak ke bawah.

2.      Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan


tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.

3.      Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organic

maupun anorganik.

4.      Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi.

Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat
menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan
perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus
dibongkar.

Tanah tempat konstruksi pondasi diletakkan harus cukup kuat. yang di dasarkan
atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah. Letak tanah kuat untuk konstruksi pondasi pada masing-
masing tempat, tidak sama. Pada tanah yang baik dapat dipasang konstruksi pondasi dangkal kedalaman
tanah yang kuat antara 70-100 cm dibawah permukaan tanah. Akan tetapi pada tanah lunak harus
dipasang konstruksi pondasi dalam, dengan kedalaman 20 m atau lebih dari permukaan tanah keadaan ini
tergantung pada jenis susunan tanah setempat.

1.3 Langkah Kerja Pemasangan Pondasi Batu Kali

a.       Menyiapkan bahan dan alat-alat dan letakan pada tempat pekerjaan.

b.      Mengontrol kedudukan profil pondasi dan memasang benang dari profil satu kelainnya.

c.       Hamparkan adukan/spesi untuk mulai memasang batu kali.

d.      Permukaan batu kali yang rata dipasang menghadap kearah luar.

e.       Apabila terdapat sela-sela/rongga antara susunan batu kali satu dengan yang lainnya maka rongga
tersebut di isi batu pecahan.

f.       Usahakan untuk susunan batu kali yang besar dipasang pada lapisan bagian bawah.

g.      Siar/adukan batu kali satu dengan batu kali lainnya tidak berimpit atau dibuat berselang saling (zig-
zag).

h.      Permukaan pasangan pondasi dibagian atas agar dibuat rata dan mendatar.

i.        Isi dengan adukan/spesi pada cela-cela antara susunan batu kali satu dengan lainnya agar pasangan
pondasi tidak keropos.
BAB II   PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Pondasi

Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena pondasi
berfungsi sebagai penahan seluruh beban ( hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari
luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat  ataupun penurunan pondasi merata
melebihi dari batas – batas tertentu.

Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan tersebut,
sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung pondasi.Pondasi pada
tanah miring lebih dari 10 %, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga
dengan bagian bawah dan atas rata.Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu :

1.      Pondasi dangkal

2.      Pondasi dalam

2.2. Pondasi dangkal

Pondasi dangkal adalah pondasi yang digunakan pada kedalaman 0.8 – 1 meter. Karena daya dukung
tanah telah mencukupi. Jenis –  jenis pondasi dangkal :
2.2.1 Pondasi rollag bata

Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat beban
pada bangunan.Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal,
pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki kekuatan yang bisa diandalkan.
Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakanuntuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.

2.2.2 Pondasi batu kali

Pondasi batu kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini masih
digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya yang trapesium dengan
ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi bawah 60 – 80 Cm dan lebar pondasi atas 25 – 30 Cm.

Bahan lain yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan bongkaran
bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran jalan.Bekas bongkaran tersebut cukup
kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya
yang tajam dan kasar mampu mengikat adukukan semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi
rollag bata, tentu bongkaran bekas beton jauh lebih kuat.Ukurannya rata – rata 30 x 30 Cm.
2.2.3 Pondasi sumuran

Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 Cm dengan kedalaman 1 – 2
meter.Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian
dibagian atasnya.Pondasi ini kurang populer sebab banyak kekurangannya, di antaranya boros adukan
beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar.Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati.

2.2.4 Pondasi plat beton lajur

Pondasi palt beto lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton bertulang tetapi harganya lebih
mahal dibandingkan dengan pondasi batu kali.Ukuran lebar pondasi lajur ini sama dengan lebar bawah
dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu
kali.

2.2.5 Pondasi bor mini / Strauss pile

Pondasi bor mini atau strauss pile ini digunakan pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau
rawa yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini bisa digunakan untuk
rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai.Kedalamannya 2 – 5 meter.Ukuran diameter pondasi
mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya dengan mesin bor atau secara manual. Di atas pondasi bor
mini ada blok beton ( pile cap ). Pile cap ini merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.

2.3 Pondasi dalam

Di pakai untuk bangunan bertanah lembek, bangunan berbentang lebar (memiliki jarak kolom lebih dari 6
meter), dan bangunan bertingkat.

2.2.6 Bore pile

Bore pile adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter.Digunakan untuk pondasi bangunan –
bangunan tinggi.Sebelum memasang bore pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin bor. Hingga menemukan daya dukung tanah yang  sangat kuat untuk menopang
pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor
dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan biasanya pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih
yang diatasnya terdapat pile cap.

2.2.7 Tiang pancang / Paku bumi


Tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang
pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan
mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang
tidak memerlukan proses pengeboran.

2.3 Beban bangunan

Untuk mengetahui berat bangunan perlu diketahui fungsi ruang di dalam rumah serta elemen struktur dan
arsitektur apa saja yang digunakan. Elemen struktur dan arsitektur tersebut adalah elemen yang ada di
atas pondasi dan pondasinya sendiri, seperti berat atap, berat dinding, berat perabotan, dan berat pondasi.

Berat bangunan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Berat bangunan tersebut harus dapat
disalurkan oleh pondasi ke permukaan tanah keras. Contohnya, bila sebuah rumah dilengkapi dengan
perpustakaan, maka beban yang dihitung harus lebih besar, karena buku-buku memiliki berat lebih besar
setiap meter perseginya.

Menurut Wolfgang Schueller , “beban yang bekerja pada bangunan dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, seperti beban iklim, beban mati, dan beban hidup”. Beban iklim adalah beban akibat cuaca,
misalnya terpaan hujan dan hembusan angin. Beban mati adalah beban struktur yang tidak dapat
dipindah-pindah atau dihilangkan, seperti berat kolom, balok, dan atap. Sementara itu, beban hidup
adalah beban yang masih dapat diadakan atau ditiadakan, seperti perabot, manusia, dan kendaraan
bermotor.

Pada intinya, pondasi menjaga kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri akibat dari beban struktur
bangunan dan beban hidup maupun gaya dari luar bangunan, seperti angin, gempa, dan air hujan.

2.3.1 Pondasi-Menerus

Pondasi bangunan dibedakan atas pondasi-dangkal dan pondasi-dalam. Menurut Ir. Rudi Gunawan dalam
buku Pengantar Teknik Pondasi, dijelaskan bahwa perbedaan antara pondasi-dangkal dan pondasi-dalam
terletak pada perbandingan antara kedalaman dasar pondasi dari muka tanah (D) dengan lebar pondasinya
(B).

Biasanya rumah tinggal menggunakan pondasi- dangkal dengan perbandingan D lebih kecil atau sama
dengan B (D<=B). Kedalaman pondasi (D) biasanya antara 0,6 m sampai 3 m. Pondasi-dangkal juga
dikenal dengan nama pondasi-langsung, karena semua beban bangunan langsung disalurkan ke
permukaan tanah keras dengan cara menyebarkan beban bangunan.

Sesuai dengan prinsipnya, beban harus langsung disebarkan ke permukaan dasar pondasi. Dengan
demikian, setiap sentimeter persegi permukaan dasar pondasi harus menyalurkan beban kurang atau
sebesar dari daya dukung tanah yang ada.

Masih menurut Ir. Rudi Gunawan, ada beberapa jenis pondasi-dangkal, yaitu pondasi-menerus, pondasi-
telapak, pondasi-kaki gabungan, dan pondasi-plat. Pondasi yang biasa digunakan untuk rumah tinggal
tidak bertingkat adalah pondasi-menerus. Artinya, pondasi dibuat sepanjang dinding yang ada di rumah
tersebut.
Lebar dasar pondasi-menerus adalah 2,5 kali dari tebal dinding. Jadi, tebal pondasi minimal 70 cm untuk
dinding 1/2 bata(1) dan minimal 90 cm untuk dinding 1 bata(2). Kedalaman pondasi-menerus untuk di
atas tanah keras dengan dinding 1/2 bata cukup 60 cm sampai 80 cm, sedangkan untuk dinding 1 bata,
kedalamannya 80 cm sampai 100 cm. Bila bangunan memikul beban yang cukup berat, sementara daya
dukung tanahnya kecil, maka digunakan pondasi-menerus dari plat beton bertulang.

Di atas batu kali pada pondasi-menerus harus dipasangi balok sloof beton bertulang untuk meratakan
beban. Fungsi lain dari sloof adalah sebagai pengikat antara struktur bagian atas tanah dengan struktur
bagian dalam tanah atau pondasi. Ikatan antara sloof dengan elemen struktur lainnya dapat menggunakan
angkur.

2.3.2 Pondasi-Telapak

Salah satu jenis pondasi yang biasa digunakan pada rumah tinggal adalah pondasi-telapak. Pondasi ini
harus memiliki ketebalan yang cukup, untuk menghindari sobekan pada telapaknya akibat beban yang
cukup berat.

Untuk menghitung luas permukaan dasar pondasi-menerus dan pondasi-telapak digunakan rumus:

A (cm2) = Total berat bangunan (kg)

Daya dukung tanah (kg/cm2)

Luas permukaan dasar pondasi harus cukup besar, sesuai dengan ketebalan dinding. Selain permukaan
pondasi tersebut dapat menyalurkan beban merata ke permukaan tanah keras, juga sebagai penstabil
bangunan. Contoh perhitungan dapat dilihat pada boks.

Ada satu jenis pondasi lain yaitu pondasi rollag, yang khusus digunakan untuk pondasi-teras atau
emperan. Pondasi jenis ini tidak untuk memikul dan menyalurkan beban bangunan yang berat. Pondasi ini
terbuat dari batu bata atau dari batu kali, yang kedalamannya hanya 40 cm sampai 70 cm dan memiliki
lebar 30 cm sampai 70 cm.

BAB III  PENUTUP

3.1 SARAN

Cara Menentukan Jenis Pondasi:

Dalam pemilihan bentuk pondasi dan jenis pondasi yang memadahi, perlu diperhatikan beberapa hal yang
berkaitan dengan pekerjaan pondasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua jenis pondasi dapat
dilaksanakan di semua tempat.(Misal penggunaan pondasi tiang pancang pada daerah padat penduduk
tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah memenuhi syarat).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pondasi :

·                     Kondisi tanah yang akan dipasangi pondasi.

·                     Batasan-batasan akibat konstruksi di atas pondasi (superstructure).


·                     Faktor lingkungan.

·                     waktu pekerjaan pondasi

·                     Biaya pengerjaan pondasi

·                     Ketersediaan material pembuatan pondasi di daerah tersebut.

Pemilihan pondasi berdasar daya dukung tanah :

·        Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah maka
jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal:pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).

·        Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan tanah
maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile, pondasisumuran atau pondasi bored pile.

·         Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka
jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.

Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983 adalah :

·        Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).

·         Tanah sedang (2-5 kg/cm2)

·         Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)

·         Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)

Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara sederhana.
Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan mengalami penurunan atau
amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.

Daya Dukung Tanah

Elemen struktur yang di bawah tanah, alias pondasi, bertugas sebagai dasar dari bangunan dan
meneruskan beban bangunan tersebut ke tanah yang cukup kuat mendukungnya.

Tanah memiliki kemampuan atau daya dukung yang berbeda-beda. Hal ini dapat diketahui dengan cara
melakukan tes penyelidikan tanah. Permukaan dasar pondasi lebih baik bila langsung menyentuh tanah
keras. Dengan demikian, semua beban yang harus disalurkan ke dalam tanah dapat langsung
didistribusikan ke permukaan tanah keras.

Bila bangunan berdiri di atas tanah yang memiliki daya dukung rendah, bangunan tersebut dipastikan
akan melesak ke dalam tanah. Ibaratnya seperti kepalan tangan yang ditekankan pada sepotong roti. Di
permukaan roti pasti terdapat lubang sebesar kepalan tangan tersebut. Berbeda bila kepalan tangan
tersebut ditekan pada sepotong besi. Apa yang terjadi? Tidak ada lubang bekas kepalan tangan di
permukaan besi.

Kepalan tangan tersebut diandaikan sebuah rumah yang memiliki bobot dan akan diletakkan di atas tanah.
Rumah tersebut memiliki berat yang berasal dari benda yang berada di atas atau di dalam rumah tersebut,
seperti atap, lantai, dinding, perabot, manusia, air hujan. Berat rumah tersebut harus dapat didukung oleh
tanah yang ada di bawahnya.

Daya dukung tanah memiliki satuan kg/cm2 atau t/m2. Contohnya, sebuah lahan memiliki daya dukung
tanah 0,75 kg/cm2. Artinya, setiap sentimeter persegi tanah mampu mendukung 0,75 kg berat bangunan.
Bila ternyata setiap sentimeter persegi tanah dibebani lebih dari 0,75 kg (misalnya 1 kg), maka akan
terjadi kelebihan beban setiap sentimeter persegi dan bangunan akan mengalami penurunan.

3.2  KESIMPULAN

Ketepatan Pemilihan

Memilih pondasi yang akan digunakan pada rumah tinggal haruslah tepat. Ketidaktepatan dalam
pemilihan pondasi akan berakibat fatal pada bangunan, seperti penurunan bangunan, sehingga tanah yang
mengalami desakan akan terangkat naik. Akibat lain, struktur bangunan akan mengalami pergerakan dan
terjadi retak-retak pada badan bangunan. Semakin lama retak tersebut akan semakin besar dan dapat
menimbulkan keruntuhan bangunan.

Pemilihan pondasi, selain memperhitungkan keadaan tanah (daya dukung tanah), juga perlu
memperhatikan lokasi dan fungsi bangunan. Jika bangunan tidak bertingkat berlokasi di tepi jalan raya
yang dilewati oleh kendaraan berat, maka sebaiknya menggunakan pondasi-menerus yang ditambah
perkuatan ekstra. Apalagi bila bangunan tersebut berada di tanah yang memiliki perbedaan ketinggian
yang cukup besar. Perkuatan ekstra yang dimaksud adalah pebambahan pondasi-menerus plat beton
bertulang atau pondasi-telapak pada titik-titik pondasi di bawah kolom struktural.

Anda mungkin juga menyukai