Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MATA KULIAH
PEMODELAN TRANSPORTASI
MODA TRANSPORTASI BERBASIS LRT

DIKERJAKAN OLEH:

ALHAMDI ALDHI
(218190045)

SIPIL.B

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula salam dan taslim
tak henti-hentinya kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Nabi
pembawa obor keselamatan dunia wal akherat. Amin

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Permohonan maaf dan kritikan yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan karena
penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan di dalam makalah ini, karena
kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya.

Parepare, 20 Januari 2022

Penyusun,

II
DAFTAR ISI

SAMPUL....................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR...............................................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................................III
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1    Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2    Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3    Maksud..........................................................................................................................2
1.4    Tujuan............................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1. DEFINISI DAN SEJARAH LIGHT RAIL TRANSIT...............................................3
2.2. GAMBARAN UMUM TENTANG LIGHT RAIL TRANSIT (LRT)........................4
2.3. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG LIGHT RAIL TRANSIT
(LRT) DI INDONESIA........................................................................................................12
2.4. PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN LRT DI
INDONESIA........................................................................................................................13
2.5. PENERAPAN LRT SISTEM DI SELURUH DUNIA.............................................14
BAB III : PENUTUP...............................................................................................................18
3.1  Kesimpulan....................................................................................................................18
3.2  Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Transportasi pada hakekatnya adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan atau perpindahan seseorang atau suatu barang dari satu tempat ke tempat
lain untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Transportasi memiliki peranan penting dan
strategi mencapai tujuan-tujuan diantaranya adalah dalam pembangunan nasional,
mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian,
memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek
kehidupan.Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan diatas oleh karena
itu dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik dan mumpuni supaya maksud diatas
dapat terselenggara dengan baik.

Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan pergerakan dan perpindahan


barang harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan yang tepat dengan
menyediakan strategi, perencanaan dan manajemen dari berbagai aspek transportasi
seperti sarana dan prasarana yang secara real dapat secara langsung melayani
masyarakat. Banyak strategi yang telah diusahakan dan diterapkan pemerintah untuk
mengatasi kebutuhan akan transportasi. Beberapa diantaranya adalah MRT, BRT,
ERP, LRT, Toll, E-Parkir, dan lainnya.namun secara khusus pada era ini, yang mana
masyarakat tak hanya sekedar memerlukan penyediaan sarana prasarana transportasi
massal saja, namun berkaitan dengan kualitas dari sarana prasarana tersebut. Kualitas
yang dimaksud di sini yaitu bagaimana sarana - prasarana tersebut tak hanya
mengantarkan penumpang pada tempat tujuannya tapi dilihat juga dari waktu
perjalanan dan kenyamanan yang dirasakan penumpang (efisien dan efektif) dalam
melakukan pergerakan.

Salah satu sarana yang dapat dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan akan
transportasi masyarakat dilihat dari segi kualitas perjalanannya adalah Light Rail
Transit (LRT). LRT adalah salah satu sarana transportasi massal yang berbasis rel
dalam melakukan pergerakan dan mengangkut penumpang/barang.Sarana LRT ini
banyak diterapkan di berbagai negara di dunia, karena dianggap sebagai salah satu
sarana yang baik untuk memenuhi pergerakan massal di tiap negara tersebut. Di

IV
Indonesia sendiri, pemerintah khususnya Kementrian Perhubungan Republik
Indonesia, sedang gencar untuk merencanakan pembangunan LRT sebagai sarana
transportasi massal yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas di
berbagai aspek (perhubungan, tata kota, perekonomian, dan aspek lainnya) khususnya
di ibukota negara, yaitu Jakarta.

Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal tersebut di atas perlu adanya perhatian
khusus dari pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah yang bersangkutan
dalam upaya penyelenggaraan LRT nantinya, yang berkaitan dengan segala sesuatu
tentang LRT, yaitu definisi, manfaat, system operasi dan lain sebagainya. Perlu juga
pembahasan mengenai sarana LRT ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai sarana yang direncanakan akan dibangun di negara kita ini, di Indonesia
nantinya.

1.2    Rumusan Masalah
1. Apa itu Light Rail Transit (LRT)?
2. Bagaimanakah gambaran umum fasilitas tersebut?
3. Adakah Peraturan / Perundang-undangan yang mengatur tentang LRT?
4. Permasalahan yang ditemui dalam rencana atau pelaksanaan pembangunan LRT?
5. Bagaimanakah contoh penerapan LRT di Berbagai negara?

1.3    Maksud
           Maksud dilaksanakannya penulisan makalah ini adalah selainuntuk memenuhi
tugas mata kuliah Pemodelan transportasi, juga untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang fasilitas transportasi, khususnya Light Rail Transit (LRT) yang
direncanakan akan dibangun di Jakarta.Diharapkan juga pembaca dapat mengetahui
peraturan yang berkaitan dengan LRT.Selain itu, dengan adanya makalah ini semoga
dapat memberikan informasi tambahan kepada pembaca yang tertarik terhadap
fasilitas LRT pada khususnya dan dapat dijadikan pertimbangan dan referansi dalam
perencanaan dan pembangunan fasilitas tersebut.

1.4    Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penulisan makalah ini antara lain:

1. Memenuhi tugas mata kuliah undang-undang Perkeretaapian


2. Mengetahui gambaran umum tentang fasilitas Light Rail Transit (LRT)
3. Mengetahui Peraturan yang berkaitan dengan Light Rail Transit (LRT)

V
4. Menjadi pertimbangan atau referensi dalam perencanaan dan pembangunan
fasilitas Light Rail Transit (LRT)

VI
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI DAN SEJARAH LIGHT RAIL TRANSIT

Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail


Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi dikawasan
perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau
dalam lintasan khusus, disebut juga tram. Kereta api ringan banyak digunakan
diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami modernisasi, antara lain dengan
otomatisasi, sehingga dapat dioperasikan tanpa masinis, bisa beroperasi pada lintasan
khusus, penggunaan lantai yang rendah (sekitar 30 cm) yang disebut sebagai Low floor
LRT untuk mempermudah naik turun penumpang.

Angkutan kereta api ringan (LRT) adalah bentuk rel dialiri listrik yang telah
dikembangkan secara bertahap dari trem untuk sistem angkutan cepat yang sebagian
dioperasikan pada jalurnya sendiri. Trem merupakan kereta yang memiliki rel khusus di
dalam kota, dengan Trem yang berselang waktu 5-10 menit berangkat, merupakan solusi
untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak
terlalu panjang. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti
bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Letak rel berbaur dengan lalu-lintas kota, atau
terpisah seperti bus-way, bahkan bisa pula layang (elevated) atau sub-way, hanya untuk
sebagian lintasan saja.

Light Rail Transit diciptakan pada tahun 1972 oleh U.S.Urban Mass Transportation
Administration (UMTA, pendahulu Federal Transit Administration) untuk
menggambarkan transformasi streetcar baru yang ada di Eropa dan Amerika Serikat.
Transportasi Research Board (Transportation systems Center) menetapkan "light rail"
pada tahun 1977 sebagai "moda transportasi perkotaan yang memanfaatkan sebagian
besar jalur yang disediakan tapi tidak selalu dipisahkan dari jalan. dengan listrik
mendorong kendaraan di atas rel beroperasi secara tunggal atau dengan kereta. LRT
menyediakan berbagai kemampuan penumpang dan karakteristik kinerja pada biaya
menengah."

VII
Tram atau kereta api ringan ( sekarang LRT) pernah dikembangkan di Indonesia
pada zaman pendudukan Kolonial Belanda beroperasi di beberapa kota di Indonesia
seperti di Jakarta dan Surabaya dan dihilangkan pada tahun 1960an, karena pada waktu
itu tidak dirawat dengan baik sehingga dianggap mengganggu lalu lintas karena sering
mogok.

Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu jenis urban passenger transportation
yang beroperasi di permukaan jalan baik memiliki jalur khusus maupun memakai jalur
umum. LRT merupakan bagian dari Mass Rapid Transit (MRT) dengan cakupan wilayah
yang lebih kecil dan bentuk armada yang lebih kompak dan ringan.LRT sudah banyak
diterapkan di negara-negara di dunia, di Asia Tenggara sendiri terdapat di Filipina dan
Singapura.LRT di Singapura termasuk dari bagian Singapore Mass Rapid Transit
(SMRT) dan mencakup di beberapa wilayah Singapura.

2.2. GAMBARAN UMUM TENTANG LIGHT RAIL TRANSIT (LRT)


2.2.1 TIPE KERETA API RINGAN

Kereta api ringan di jalan

Disebut juga LRT I, beroperasi di jalan bersama dengan lalu lintas kendaraan, tipe ini
membutuhkan percepatan dan perlambatan mendekati performansi kendaraanbermotor.
Kapasitas sekitar 10 000 sampai dengan 30.000 penumpang jam. Kecepatan perjalanan
sekitar 15 sampai 20 km/jam.

Kereta api ringan di jalur eksklusif

Disebut juga LRT II beroperasi pada lintasan eksklusif, sehingga mempunyai


keunggulan daya angkut yang lebih besar antara 25 000 sampai 40.000 penumpang per
jam, kecepatan perjalanan sekitar 25 sampai 35 km/jam.

2.2.2 TRACK GAUGE

Secara historis, Track Gauge telah memiliki variasi yang cukup banyak, dengan
Norrow gauge umumnya di banyak sistem yanglama. Namun, sebagian besar sistem
kereta ringan sekarang berukuran standar. Lama kendaraan standar-gauge tidak bisa
bertoleransi dengan tikungan tajamdan sempit dengan mudah, tetapi sistem kereta
ringan yang modern dapatmencapai putaran jari-jari dengan lebih baik. Keuntungan
dari Trackgauge adalah bahwa pemeliharaan peralatan kereta api standar dapat

VIII
digunakan di atasnya, daripada mesin custom-built. Menggunakan ukuran standar juga
memungkinkan kendaraan light rail dipindahkan, mudah menggunakan trek yang sama
dengan kereta api barang. Faktor lain yang mendukung track gauge adalah bahwa
undang-undang aksesibilitas mewajibkan lantai trem rendah, dan umumnya ada cukup
ruang untuk kursi roda untuk bergerak antara roda dalam tata letak sempit.

2.2.3 PERBANDINGAN DENGAN MODE KERETA API ANGKUTAN LAINNYA.

Dengan perpaduan yang baik antara jenis dan teknologi kontrol kereta api, LRT
menawarkan jangkauan ruang gerak terluas dari setiap sistem kereta api dalam desain,
rekayasa, dan praktek operasinya. Tantangan dalam merancang sistem kereta ringan
adalah untuk mewujudkan potensi LRT dalam memberikan kecepatan, kenyamanan
layanan sambil menghindari kecenderungan namun menghindari desain yang
berlebihan yangtidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Alternatif Perbedaan

Light Rail Vehicles (LRVs) dibedakan dari Rapid Rail Transit (RRT)
perbedaan kendaraan ketika beroperasi dalam lalu lintas campuran,
umumnya menghasilkan mobil tubuh sempit dan artikulasi dalam
Rapid transit rangka untuk beroperasi di lingkungan lalu lintas jalan. Dengan
ukuran besar, radius putar besar, dan seringkali merupakan rel ketiga
(Angkutan Cepat) listrik, kendaraan RRT tidak dapat beroperasi di jalan. Karena sistem
LRT dapat beroperasi di jalan-jalan yang ada, itu menghindari biaya
mahal dari tingkat yang terpisah oleh kereta bawah tanah dan segmen
tinggi yang akan diperlukan pada RRT.

Sebaliknya, LRVs umumnya mengungguli trem listrik tradisional


Streetcars or Trams dalam hal kapasitas dan kecepatan top-end, dan hampir semua LRVs
modern mampu beroperasi beberapa unti. Generasi terbaru dari LRVs
(Trem listrik atau Trem) jauh lebih besar dan lebih cepat, biasanya 29 meter (95 kaki) panjang
dengan kecepatan maksimum sekitar 105 kilometer per jam (65 mph).

Pertimbangan banyak dilakukan oleh banyak kota dalam


Heritage streetcars menggunakan mobil bersejarah atau replika pada sistem trem listrik
(trem listrik mereka bukan LRVs modern. Sebuah trem listrik warisan mungkin
tidak memiliki kapasitas dan kecepatan seperti LRV, tetapi akan
peninggalan)
menambah suasana dan karakter bersejarah dari lokasi.

IX
Sebuah turunan dari LRT adalah light rail rapid transit (LRRT), juga
disebut sebagai Metro Light. Kereta api tersebut ditandai dengan hak
eksklusif dari jalan, sistem kontrol kereta canggih, dan kemampuan
Light metro headway pendek . Sistem ini melakukan pendekatan pada kepenuhan
kapasitas penumpang, tetapi bisa lebih murah untuk membangun
karena LRVs umumnya ukurannya lebih kecil, daripada kendaraan
RRT standar Light metromemiliki stasiun dengan ukuran lebih kecil.

Istilah antarkota (Jerman Überland (Strassen) bahn) terutama


mengacu pada mobil rel yang berjalan melalui jalan-jalan seperti trem
listrik biasa (trem), tetapi juga antar kota atau kota, seringkali melalui
Interurbans lingkungan pedesaan. Pada periode 1900-1930, interurbans yang
sangat umum di Amerika Serikat, terutama di Midwest. Beberapa dari
(antarkota)
mereka, seperti The Red Devils, Bullets JG Brill, dan Electroliners,
adalah railcars kecepatan tinggi dari waktu mereka, dengan kecepatan
in-service sampai sekitar 145km / h (90 mph).

2.2.4 ROLLING STOCK KHAS

BART railcar pada grafik berikut umumnya tidak dianggap sebagai "light rail"
kendaraan (sebenarnya merupakan kendaraan rel berat), dan hanya disertakan untuk
tujuan perbandingan.

Tipe
Tram / Heritage
Rapid Transit Light Rail
Streetcar Streetcar

pabrikan
Gomaco Trolley
Rohr Siemens Skoda
Co.

Model
BART A-Car S70 10T Replica Birney

lebar
3.2 metres 2.6 metres 2.62 metres
2.7 metres (8.9 ft)
(10 ft) (8.53 ft) (8.6 ft)

panjang
22.9 metres 27.7 metres (91 ft) 20.13 metres 15.16 metres
(75 ft) (articulated) (66.0 ft) (49.7 ft)

X
kapasitas
150 max 220 max 157 max 88 max

Kecepatan
Maksimum 125 kilometres
106 kilometres per 70 kilometres per 48 kilometres per
perhour
hour (66 mph) hour (43 mph) hour (30 mph)
(78 mph)

tipikal Terdiri
8–10 vehicles 2–5 vehicles 1 vehicle 1 vehicle

2.2.5 OPERASI KERETA API

Salah satu faktor penting penting untuk LRT adalah operator kereta api. Tidak
seperti kereta api rapid transit, yang dapat melakukan perjalanan tanpa pengawasan di
bawah Automatic Train Operation(ATO), keamanan, operasi LRT berkualitas tinggi
bergantung pada operator manusia sebagai elemen utamanya. Alasan bahwa operator
begitu penting adalah karena rel kereta api sering berbagi jalur dengan mobil,
kendaraan lain, dan pejalan kaki. Jika kereta sedangdi jalan, tak seorang pun akan
berada di sana untuk menghentikan kereta tersebut, karena diprioritaskan. LRT yang
sebenarnya sangat kokoh dibangun untuk keselamatan penumpang, dan untuk
mengurangi kerusakan dari dampak tubrukan dengan mobil atau kendaraan lain.

2.2.6 KETINGGIAN LANTAI

Generasi terbaru dari LRVs memiliki keuntungan dari sebagian atau sepenuhnya
desain lantai rendah, dengan lantai kendaraan hanya 300-360 mm (11,8-14,2 di) atas
puncak rel, sebuah fitur yang tidak ditemukan di salah satu transit cepat rel kendaraan
atau trem. Hal ini memungkinkan mereka untuk memuat penumpang, termasuk di kursi
roda atau kereta bayi, langsung dari platform low-rise yang sedikit lebih dari trotoar. Ini
memenuhi persyaratan untuk menyediakan akses ke penumpang cacat tanpa
menggunakan hal yang mahal dan setinggan lift kursi roda, sementara juga membuat
perjalanan lebih cepat dan lebih mudah bagi penumpang lainnya.

2.2.7 SUMBER DAYA

Saluran udara memasok listrik ke sebagian besar sistem kereta ringan.Hal ini untuk
menghindari bahaya penumpang menginjak rel ketiga listrik (third rail). The Docklands

XI
Light Railway menggunakan rel ketiga terbalik untuk daya listrik, yang memungkinkan
rel listrik yang akan dibahas dan tenaga yang ditarik dari bawah. Trem di Bordeaux,
Prancis, menggunakan konfigurasi ketiga rel khusus di mana kekuasaan hanya
diaktifkan di bawah trem, sehingga aman di jalan-jalan kota. Beberapa sistem di Eropa
dan beberapa sistem baru dibuka di Amerika Utara menggunakan kereta diesel.

2.2.8 KAPASITAS DIBANDINGKAN DENGAN JALAN

Tabel di bawah ini menggambarkan kapasitas kereta rel ringan (Siemens S70)
dibandingkan dengan mobil standar dengan lima kursi. Panjang rata-rata mobil lima
kursi standar adalah sekitar 4.74 meter. Panjang Siemens S70 kereta ringan kendaraan
adalah 27,7 meter, kira-kira sama panjangnya 5,8 mobil. Hunian maksimum mobil
adalah lima orang. Kapasitas maksimum dari Siemens S70 adalah 220 orang. Ini berarti
bahwa satu meter di dalam mobil memiliki kapasitas satu orang dan satu meter di
kendaraan rel ringan memiliki kapasitas hampir delapan orang, sehingga kapasitas rel
ringan adalah sekitar delapan kali lebih tinggi dari mobil, jika hanya panjang kendaraan
yang dipertimbangkan. Lebar rata-rata sebuah mobil adalah sekitar 1,77 meter,
sedangkan lebar rata-rata Siemens S70 adalah sekitar 2,7 meter. Luas mobil adalah
sekitar 8,4 m², sementara wilayahdiambil oleh mobil kereta ringan sekitar 74.8m².
Dalam mobil, setiap meter persegi memiliki ruang untuk hanya 0,6 orang, sedangkan
setiap meter persegi di dalam mobil light rail memiliki ruang untuk 2,9 orang. Ini
berarti bahwa kereta ringan secara signifikan kapasitasnya lebih efektif daripada
mobil.Tinggi tidak dipertimbangkan, karena tak ada peraturan minimum ketika melalui
under pass.

Panjan Maksimum
Lebar Area Orang per meter persegi
g Penumpang

Car 4.74 m 1.77 m 8.4 m² 5 0.6

Siemens 74.8
27.7 m 2.7 m 220 2.9
S70 m²

XII
Sementara tabel di atas membandingkan kapasitas maksimum setiap mode,
penggunaan rata-rata jalur mungkin sangat berbeda, berdasarkan pada sejumlah faktor.
Satu baris light rail memiliki kapasitas teoritis hingga 8 kali lebih dari satu lajur jalan
bebas hambatan (tidak termasuk bus). Jalan memiliki batas kapasitas utama yang dapat
ditentukan oleh rekayasa lalu lintas.Ketika mengalami kemacetan lalu lintas itu
disebabkan jika mereka lebih dari sekitar 2.000 kendaraan per jam per lajur (setiap
mobil sekitar dua detik di belakang yang lain). Karena kebanyakan orang yang
mengendarai untuk bekerja atau di perjalanan bisnis melakukannya sendirian, studi
menunjukkan bahwa rata-rata mobil hunian di banyak jalan membawa penumpang
hanya sekitar 1,2 orang per mobil selama permintaan tinggi jam periode sibuk perhari.

Kendaraan LRT dapat membawa penumpang 20.000 orang per jam.LRTdapat


dijalankan melalui jalan-jalan kota yang ada dan taman, atau ditempatkan di median
jalan. Jika berjalan di jalan-jalan, kereta api biasanya dibatasi oleh panjang blok kota
sekitar empat kendaraan 180-penumpang (720 penumpang). Beroperasi pada dua menit
headways menggunakan perkembangan sinyal lalu lintas, yang dirancang dengan baik
sistem dua jalur dapat menangani hingga 30 kereta per jam per track, mencapai tingkat
puncak lebih dari 20.000 penumpang per jam di setiap arah.

Mobil +
Mobil Mobil + Light Rail
Bus

Volume rendah 900 1,650 2,250

Volume
900 2,350 3,250
menengah

Volume tinggi 900 3,400 4,600

(Edson & Tennyson, 2003)

XIII
2.2.9 KEAMANAN
Penelitian berbasis di AS pada keselamatan lalu lintas menunjukkan bahwa angkutan
umum lebih aman daripada kendaraan bermotor pribadi dan bahwa sistem transportasi
yang memiliki infrastruktur sendiri lebih aman daripada mereka yang tidak.

• kereta api penumpang Daerah atau Regional passenger rail (RPR) adalah cara paling
aman untuk bepergian. Tingkat korban (rata-rata jumlah cedera dan kematian per
miliar mil penumpang) sedikit lebih dari seperempat tingkat untuk kendaraan
bermotor.

• Rail rapid transit (RRT) agak lebih aman daripada LRT. RRT hampir dua kali lebih
aman seperti kendaraan bermotor, dan LRT satu setengah kali lebih aman daripada
kendaraan bermotor.

• Bus adalah bentuk yang aman setidaknya angkutan umum. Bus menggunakan
infrastruktur yang sama seperti kendaraan bermotor, dan karena itu berpotensi
kemacetan lalu lintas dan kecelakaan di jalan.

• kendaraan bermotor pribadi adalah bentuk paling berbahaya dari perjalanan di kelas
bermotor, dengan sepeda motor yang paling berbahaya dari semua.

Ada alasan mengapa angkutan umum lebih aman daripada kendaraan pribadi.Salah
satunya adalah bahwa sejak kapasitas angkutan umum lebih tinggi dibandingkan
kendaraan pribadi, penggunaan angkutan umum dapat mengurangi jumlah kendaraan
yang berada di jalan, pada selanjutnya dapat mengurangi potensi kecelakaan.

2.2.10 KEUNGGULAN PENGGUNAAN LRT

Atau lengkapnya Trem Kota merupakan alternatif dalam menanggulangi


kemacetan kota. Kendaraan ini biasanya hanya terdiri atas satu set (dua gerbong),
karena harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan jalan kota yang tidak boleh

XIV
terlalu panjang, karena berbaur dengan lalu lintas kota lainnya. Namun bisa saja dua
set atau 4 kereta (HRT - Heavy Rail Transit - satu set adalah 4 kereta).

Berbagai keunggulan LRT adalah:

 Dengan kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh parik karoseri bus
 tidak ada emisi di jalan
 lebih aman daripada perjalanan mobil
 kali perjalanan singkat
 Menghindari kemacetan lalu lintas - melalui segregasi dan prioritas
 Halus - tidak ada gerakan kekerasan vertikal, lateral, atau belakang / ke depan
 nyaman
 Kapasitas tinggi – memuat kapasitas tinggi
 Serbaguna - dapat berjalan pada kecepatan tinggi di jalan terpisah dan dapat
menembus jalan sempit
 Adaptable - dapat mengatasi gradien curam dan tikungan tajam
 Penawaran "perjalanan mulus" interchange dari / ke layanan feeder dan ke dan dari
layanan kereta api
 Tingkat Penawaran boarding dengan akses mudah untuk semua orang, termasuk
pengguna kursi roda
 Penawaran melalui ticketing dan teratur penggunaannya
 Dapat berbaur dengan lalu-lintas kota
 Dapat berbelok dengan radius kecil atau tajam (sekitar 15 meter, sehingga dapat
menyelusuri bangunan tua pusat kota, sedangkan HRT minimum dengan radius 150
meter)
 Dapat naik dengan elevasi hingga 12%, sedangkan HRT maxiumum 1%. Oleh sebab
itu stasiun LRT sering berada di atas jembatan layang.
 Biaya pembangunan dan operasi sangat murah dibandingkan dengan HRT
 Tipe 1: Berbaur dengan lalu-lintas kota dan panjang satu set (2 kereta); Tipe
2: Dengan berbagai lintasan (surface, elevated, dan sub-way) dan panjang dua set (4
kereta); Tipe 3: Seperti HRT dengan lintasan khusus terpisah berikut sinyalnya, dan
panjang 2 set hingga 4 set (bisa 4 hingga 8 kereta).

XV
 Namun LRT mampu mengangkut 80.000 penumpang per jam, bandingkan dengan
HRT 140.000 penumpang per jam, monorel 40.000 penumpang per jam, sedangkan
busway hanya 25.000 penumpang per jam.

2.3. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG LIGHT RAIL TRANSIT
(LRT) DI INDONESIA
Light Rail Transit sebagai angkutan massal yang masih dalam tahap perencanaan dan
pembangunan di Indonesia, dalam pelaksanaannya berpedoman pada peraturan
perundangan yang ada. Namun belum ada peraturan yang mengatur khusus tentang
pelaksanaan dan pedoman dalam penyelenggaraan LRT, hanya saja ada beberapa
peraturan yang dijadikan pedoman dalam proses perencanaan dan pembangunannya,
antara lain:

 Keputusan gubernur propinsi daerah khusus ibukota Jakarta nomor 84 tahun 2004
tentang penetapan pola transportasi makro di propinsi daerah khusus ibukota
Jakarta.
dalam pasal 3 Bab III disebutkan bahwasanya akan ada penambahan jaringan jalan
Primer, Bus Priority, Light Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT)untuk
meningkatkan pelayanandan penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar,
aman, nyaman danefisien.Tujuan penetapan Pola Transportasi Makro adalah untuk
menetapkan Rencana IndukSistem Jaringan Transportasi di Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

 PERDA DKI Jakarta , tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030,
Pasal 21 ayat 3, menybutkan bahwasanya pengembangan jaringan angkutan massal
berbasis rel meliputi jaringan Mass Rapid Transit (MRT), jaringan Light Rail Transit
(LRT), jaringan Kereta Lingkar Dalam Kota, jaringan Kereta Komuter Jabodetabek,
jaringan Kereta menuju Bandara, jaringan lainnya.

 RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN DKI JAKARTA 2013-2017,


Yang isinya tentang mewujudkan arahan pembangunan di bidang transportasi sesuai
arahan RTRW DKI Jakarta tahun 2010 (saat ini telah terdapat draft RTRW DKI Jakarta
tahun 2030).Terdapat tiga pilar utama yang direkomendasikan PTM untuk mengatasi
masalah transportasi DKI Jakarta yaitu pengembangan angkutan massal, manajemen lalu

XVI
lintas dan peningkatan kapasitas dan sistem jaringan jalan. Untuk pengembangan
angkutan massal dilakukan dengan membangun Bus Rapid Transit (BRT)/Busway, Mass
Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), kereta dan sistem transportasi alternatif.
Hingga saat ini pelaksanaan BRT yang sudah berjalan 11 koridor busway, pada
pengembangan sistem kereta telah dilakukan dengan commuter line dan loop line
Jabodetabek, serta akan dikembangkan double track untuk sejumlah jalur pelayanan.
Adapun landasan hukum yang dipakai dalam penyusunan Renstra ini adalah:
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan;
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
e. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008;
f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

2.4. PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN LRT DI


INDONESIA

Untuk menerapkan sistem LRT di Indonesia membutuhkan banyak pertimbangan yang


matang sebelumnya, seperti:

1. Dibutuhkan Perencanaan Tata Ruang Kota, perencanaan tata ruang kota sangat
penting karena terkait dengan optimalisasi daerah yang perlu dibangun dan dilalui
oleh LRT, terkait dengan demand dan lahan yang tersedia. Selain itu, diperlukan
adanya perencanaan untuk pengembangan dari LRT itu sendiri ke depannya.
Pengembangan dilakukan dengan penambahan jalur ataupun perubahan dari jalur itu
sendiri sehingga diharapkan akan lebih baik lagi untuk sistem transportasi LRT.
2. Dibutuhkan investasi yang tidak sedikit, biaya per kilometer LRT sangatlah tinggi,
dengan biaya per kilometer yang 5x lebih mahal daripada Bus Rapid Transit (BRT)

XVII
maka diperlukan pertimbangan biaya pembangunan yang tinggi, selain dari revenue
yang didapatkan dari LRT itu sendiri. Dikhawatirkan dengan biaya pembangunan
yang tinggi dan dana didapat dari pinjaman pada lembaga tertentu, sehingga
mengakibatkan tarif yang tinggi dan akhirnya sepi dari pengguna LRT.
3. Memberikan pelayanan yang terbaik, biaya investasi yang mahal kalau tidak
didukung pelayanan yang baik maka akan menjadi sia-sia. Contoh di Singapura yang
memiliki scheduling yang tepat waktu dan frekuensi yang tinggi memberikan
kenyamanan tersendiri untuk pengguna LRT. Permasalahan angkutan umum di
Indonesia, selain LRT, adalah belum adanya ketepatan jadwal. Bahkan untuk Heavy
Train pun seringkali terdapat keterlambatan yang memakan waktu berjam-jam. Untuk
angkutan umum di jalan raya lebih parah lagi karena seringkali di daerah tidak
memprioritaskan penjadwalan untuk pengoperasian angkutan umumnya sendiri.
4. Integrasi antar moda, pembangunan dari LRT ini diharapkan untuk menarik para
pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum. Tentunya harus ada faktor penarik,
diantaranya adalah integrasi antar moda. Integrasi sangat penting untuk dibangun
karena aksesibilitas yang tinggi diharapkan memudahkan pengguna untuk memakai
angkutan umum tersebut. Integrasi antar stasiun-terminal, atau stasiun-bandara, sangat
dibutuhkan. Dapat dibayangkan jika tidak terdapat integrasi, sebagai pengguna
tentunya akan merasa tidak nyaman, capek dan berbagai keluhan lainnya. Maka
integrasi sangat penting untuk dibangun.

2.5. PENERAPAN LRT SISTEM DI SELURUH DUNIA

Shanghai Metrotransit station,China


 

XVIII

A METRO light-rail train approaching Preston Station in downtown Houston,Texas, Amerika


Serikat.
 

A LYNX light rail train from Charlotte,North Carolina,Amerika Serikat.


 

The Guadalajara urban L-train system (SITEUR), at first a trolleybus system, opened


in 1976; the first line was opened in 1989 and the second line in 1994.
 

A Flexity Swift light rail train betweenCologne and Bonn.


 

XIX

A NET tram inNottingham city centre.


 

A DART Light Rail train operating in downtown Dallas,Texas, Amerika Serikat.


 

A Tyne and Wear Metrotrain heading forSouth Shields calls at Kingston Park station.
Although nominally "light rail" the high platforms and full segregation from roads and
pedestrians places this system at the upper end of the transport genre which includes
street trams.
 

New Flexity Classictram in service onGlenelg line inAdelaide, South Australia.


 

XX

Hudson-Bergen Light Rail trains at the Exchange Place stop in Jersey City
 

UTA TRAX train inDowntown Salt Lake City


 

Portland, Oregon'sMAX Light Rail.

XXI
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
 Light Rail Transit merupakan salah satu angkutan massal yang efektif dalam
mengatasi masalah transportasi, seperti kemacetan dan pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam melakukan pergerakan
 LRT juga dapat mendukung pergerakan dengan lebih mudah, cepat dan nyaman
dengan tampungan kapasitas yang tinggi dan efiktifitas waktu yang baik dalam
pergerakannya
 Dalam perencanaannya belum terdapat peraturan perundang-undangan khusus yang
mengatur dalam pengoperasian dan teknis pelaksanaan dai LRT karena masih dalam
proses perencanaan dan pembangunan, yang ada hanya aturan dasar dan peraturan
daerah yang dijadikan pedoman dalam pembangunan dan perencanaannya di
Indonesia, khususnya di DKI Jakarta.

3.2  Saran

1. Dibutuhkan Perencanaan Tata Ruang Kota. Perencanaan yang baik akan mendukung
dalam optimalisasi fasilitas dan rencana yang akan dibangun. Perencanaan ini terkait
dengan bagaimana tata ruan wilayah, integrasi antar moda, keamanan dalam

XXII
pengoperasian, manajemen dalam pengelolaannya dan hal lainnyayang berkaitan
dengan teknis pengoperasian LRT. Maka dari itu perlu perhatian khusus dalam
perencanaan sehingga tidak justru menimbulkan masalah baru bila telah dibangun
LRT nanti
2. Dibutuhkan biaya yang banyak dalam pembangunan dan perencanaan LRT ini.
Namun walaupun begitu bila kelak telah selesai pembangunannya, perlu diperhatikan
penetepan tariff yang sesuai dan pertimbangan dalam penyelenggaraan operasi LRT
nantinya, karena masyarakat juga mempertimbangkan segi ekonomi dalam melakukan
perjalanan
3. Dalam proses pembangunan dan perencanaan yang ekarang sedang berlangsusng ini,
diharapkan pemerintah tak terburu-buru, supaya hasil yang diperoleh nanti lebih
matang dan berhasil guna. Perlu pula mencari referensi dari Negara lain yang telah
berhasil menerapkan sistem transportasi LRT ini, untuk dijadikan pedoman dalam
pembangunan dan pengembangan nantinya.
4. Perlu adanya sosialisasi yang baik kepada masyarakat tentang LRT bila telah
terwujud pembangunannya supaya dalam penggunaannya dapat berjalan dengan baik,
aman dan lancar (optimal, efektif dan efisien)
5. Perlu adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur khusus tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan LRT nantinya sebelum resmi dioperasikan, untuk
mendukung transportasi yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber:

www.wikipedia.com
www.google.com
www.kaskus.com
http://labsky2012a.blogspot.com/2012/09/perkembangan-trem-light-rail-
transit.html

XXIII

Anda mungkin juga menyukai