Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAKALAH

KERETAKAN DAN DEFORMASI

Disusun Oleh :

19.07.0.013 RIAN MUTHOLIB

19.07.0.025 AJI FAJAR PAMUNGKAS

19.07.0.031 BINTANG SUMINTAR

19.07.0.039 CALVIN SUWANDI

19.07.0.033 KARYN VADYAHAYA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

BATAM

2020

i
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Batasan Masalah........................................................................................... 1
1.4. Tujuan Pembuatan Makalah ......................................................................... 1
1.5. Manfaat Pembuatan Makalah ....................................................................... 2
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Fracture Mechanis ........................................................................................ 3
2.2 Mechanism of Failure .................................................................................. 4
2.3 Fatigue .......................................................................................................... 4
2.4 Regangan Elastik .......................................................................................... 6
2.5 Penyusutan ................................................................................................... 7
2.6 Creep pengaruh porositas terhadap kekuatan ............................................... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Situasi ..................................................................................................... 1


2. Dokumentasi Foto .......................................................................................... 1

iii
KATA PENGANTAR

Makalah ini ini disusun dengan maksud agar digunakan pembelajaran


matakuliah Manajemen Lingkungan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim penyusun, yang telah
menggunakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melaksanakan pembuatan
makalah ini sehingga dapat terbit dalam bentuknya sekarang. Terima kasih juga
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu memberi masukan
dalam pembuatan Makalah ini.
Meskipun upaya telah dilakukan sebaik mungkin untuk menyusun
makalah ini, namun disadari masih belum mendapatkan hasil yang maksimal,
sehingga perlu adanya perbaikan melalui saran dan masukan untuk lebih
menyempurnakan buku panduan ini.

Batam, November 2020

Kelompok 3

Kelas Ganjil Manajemen Lingkungan

Prodi Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Riau Kepulauan

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton bertulang adalah beton yang mempunyai struktur komposit
yang sangat bagus untuk dipakai pada kontruksi sebuah bangunan. Pada
struktur beton bertulang terdapat jenis-jenis keunggulan dari penggabungan
dua buah bahan, yakni beton (zat aditif + aggregat halus + aggregat kasar +
PC ) dan baja sebagai tulangan.
Kita semua tahu bahwa keunggulan beton adalah kekuatan tekannya
yg tinggi, sementara baja tulangan sangat bagus untuk menahan gaya tarik
dan geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan
memungkinkan pelaku konstruksi untuk menerima bahan baru dengan
kemampuan untuk menahan gaya tarik, tekan dan geser sehingga secara
keseluruhan struktur bangunan menjadi lebih kuat dan aman.
Karena kelebihan yang dimilikinya, penggunaan beton bertulang
sebagai bahan struktur utama bangunan sangat diminati pada zaman ini,
penggunaan vbeton bertulang pada struktur bangunan lazimnya dapat
ditemui pada pondasi ( seperti tiang pancang, bored pile), kolom, balok, plat
beton dan dinding geser.
Tapi dibalik kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, beton bertulang
juga mempunyai kelemahan yang dapat mengurangi keunggulannya.
Diantara kelemahan yang sering kali ditemui adalah keretakan yang terjadi
pada bahan tersebut. Keretakan pada beton bertulang dapat muncul ketika
saat pra-konstruksi dan pasca konstruksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Fracture Mechanics
2. Mechanisms of failure
3. Fatigue
4. Regangan elastic
5. Penyusutan
6. Creep Pengaruh porositas terhadap kekuatan

1
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan permasalahan diatas tidak meluas, perlu adanya batasan
permasalahan. Maka dapat diambil batasan masalah sebagai berikut :
1. Keretakan dan Deformasi pada Beton

1.4 Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Jenis-jenis keretakan dan Deformasi

1.5 Manfaat Pembuatan Makalah


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami materi Keretakan dan Deformasi pada
Beton
1.6 Sistematika Penulisan
Agar Makalah ini tersusun dengan baik, maka dalam penulisannya
diperlukan suatu sistematika penulisan yang baik. Makalah ini disusun atas
beberapa bab, dimana setiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Adapun
Sistematika Penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang : latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan pembuatan makalah, manfaat pembuatan makalah,
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang : pengertian Fracture Mechanics , Mechanisms
of failure, Fatigue, Regangan elastic, Penyusutan, Creep Pengaruh
porositas terhadap kekuatan
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang :
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar dari buku-buku, link website yang diambil sebagai bahan
referensi dalam penyelesaian Makalah ini.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Fracture Mechanis


Kegagalan ( Fracture ) Penelitian terhadap kegagalan, mungkin
mempunyai berbagai/bermacam sasaran. Pada setiap penelitian,
mungkin dibuat suatu kesalahan untuk kegagalan, tetapi dasar dari inti
kegagalan suatu produk yang pertama dapat dicegah. Analisa dari
kegagalan bisa diibaratkan seperti bermain detektif dengan benda-
benda mati/diam. Kerumitan atau kesulitan dari penyelidikan
(penelitian) menjadi suatu ketidak sanggupan untuk mencari jalan
pintas / alternative. Dimana mengikuti suatu panduan sangat
membantu para peneliti dalam upaya mencapai/ menemukan sumber
dari penyebab suatu kegagalan panduan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Latar belakang informasi yang menyediakan peranan apa yang
terjadi pada waktu terjadinya kegagalan, sejarah dari
manufaktur, dan hasil diskusi yang terkait dengan kegagalan
dari beberapa pakar.
2) Pemeriksaan yang nyata termasuk kunjungan langsung melihat
berbagai jenis kegagalan, membuat uraian ringkas dan
menetapkan suatu acuan/ukuran, catatan dan data foto itu
sangat membantu di dalam menyeleksi.
3) Pengujian yang bersifat tidak merusak benda kerja untuk
mendapatkan informasi tentang kerusakan/cacat pada
permukaan.
4) Pengujian Fractographic adalah identifikasi pada tipe
kerusakan/patahan secara alami.
5) Pengujian dengan cara merusak benda kerja dapat menjamin
suara/bunyi yang ditimbulkan dari suatu material di dalam
kesesuaiannya dengan spesifikasi kimianya, property dari
mikro strukturnya, dll.

3
6) Pengujian terhadap semua data tiba pada kesimpulan dari
penyebab terjadinya kegagalan dan muncullah suatu
rekomendasi untuk pencegahannya.
2.2 Mechanicsm of Failure
Mekanisme retak/patahan Suatu saat para insinyur sudah
merancang suatu desain dengan asumsi komponen dari desain tersebut
dibuat sesuai dengan keinginannya dengan material yang diinginkan.
Mereka sekarang tahu bahwa yang terlebih dahulu adalah tidak benar
dan mereka telah diperingatkan oleh ilmu logam dan ditunjukkan oleh
pemikiran yang keliru oleh yang dulu-dulu. Oleh sebab itu
kerusakan/cacat akan selalu menjadi persembahan sebagaimana
kebaikan dari suatu desain, material, dan pembuatan komponen. Bila
suatu desain tidak dapat menyediakan komponen atau material yang
bebas dari cacat , pemberian toleransi dari suatu kerusakan/cacat
menjadi tujuan dari beberapa designer atau suatu pabrik manufaktur.
Mekanisme retak/patahan adalah hal yang sangat penting. Dalam
perkiraan kerusakan yang kritis pada level tegangan tertentu, awal
kerusakan, dan bagian kecil dari kerusakan yang kritis menimbulkan
karakteristik dari suatu material tapi ekplorasi yang lengkap dari
mekanisme retak/patahan di dalam prakteknya pada tingkat yang lebih
luas pada teknik tanpa merusak benda kerja tersedia untuk mendeteksi
kerusakan dan menyediakan informasi pada lokasi dan ukurannya. 5
teknik tanpa merusak benda kerja yang biasanya digunakan untuk
mendeteksi kerusakan/cacat yaitu dye penetrant, magnetic particle,
eddy current, radiography, dan ultrasonics. Diantara ke 5 teknik
tersebut 3 diantaranya hanya dapat mendeteksi kerusakan pada
permukaan benda/material saja, sedangkan 2 lagi selain dapat
mendeteksi kerusakan/cacat pada permukaan juga dapat mendeteksi
kerusakan/cacat yang jauh terletak di dalam.
2.3 Fatigue
Kelelahan (fatigue) merupakan fenomena terjadinya kerusakan
material karena pembebanan yang berulang. Secara umum apabila

4
pada suatu material dikenakan tegangan berulang, maka material
tersebut akan patah pada tegangan yang jauh lebih rendah
dibandingkan tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkannya pada
beban statik.
Kerusakan tipe ini disebut fatigue failures yang biasanya timbul
pada daerah dimana terjadi konsentrasi tegangan, kondisi permukaan
dan ketidaksempurnaan dari tinjauan metalurgi. Proses kerusakan
dimulai dari pembebanan berulang pada material selama waktu
tertentu sehingga terbentuk regangan plastis pada daerah konsentrasi
tegangan.
Regangan plastis ini akan memicu terbentuknya inisiasi retak.
Tegangan tarik kemudian akan memicu inisiasi retak untuk tumbuh
dan merambat sampai terjadinya kerusakan. Dalam dunia
perekayasaan, kelelahan material merupakan penyebab utama (sekitar
90%) kegagalan pada struktur.
Lebar retak pada pembebanan berulang untuk pelat beton bertulang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

1. rasio tegangan baja


2. selimut beton
3. rasio tulangan
4. frekuensi beban
5. kedalaman retak dan
6. lebar retak awal beban static

Untuk memprediksi lebar retak maksimum pada pembebanan


berulang, sejumlah persamaan dikembangkan berdasarkan pendekatan
mekanika retakan. Lebar retak yang berlebihan akan menyebabkan
kekuatan struktur berkurang secara signifikan. Masalah retak pada
pelat beton bertulang dapat terjadi dengan berbagai penyebab antara
lain :

1. akibat beban yang bekerja melebihi beban rencana,

5
2. adanya aksi tambahan yang belum diperhitungkan membebani
sistem struktur

Lebar retak yang melampaui batas pada struktur beton dapat


menimbulkan bahaya korosi pada tulangan baja. Bila proses korosi
dibiarkan dapat mengurangi kekuatan tulangan yang selanjutnya
struktur akan mengalami keruntuhan.

Pengaruh beban berulang pada beban kerja, working load, sangat


penting untuk beberapa struktur, terutama bila struktur berada
dilingkungan yang korosif, yang mana dapat mengakibatkan kekuatan
lekat antara baja tulangan dan beton berkurang sehingga lebar retak
akan bertambah besar, selain itu juga kekuatan adhesi antara baja
tulangan dan beton sekelilingnya menjadi hilang dan tegangan lekat
hanya ditimbulkan oleh aksi mekanik saja.

Untuk menghindasi kerusakan tiba-tiba pada tingkat tegangan di


bawah tegangan leleh maka perlu memasukkan faktor ketahanan lelah
dalam perencanaan elemen struktur. Dengan mengetahui kekuatan
lelah maka dapat diprediksi umur lelah elemen struktur. Dalam
perencanaan dengan metode kekuatan batas, lebar retak merupakan
salah satu dari persyaratan kemampuan layan yang perlu
diperhitungkan.

2.4 Regangan Elastik


Kinerja struktur beton bertulang ditujukan untuk mampu menahan
beban selama masa layannya, sehingga kurva tegangan regangan
(stress-strain curve) material terkait akan menjadi bahan pertimbangan
mendasar dalam perencanaan beton bertulang. Oleh karena pemakaian
beton lebih ditujukan dalam hal tekan, maka relasi atau kurva
tegangan-regangan beton merupakan acuan utama. Sebagai deskripsi,
pada Gambar 1 disajikan beberapa kurva tegangan-regangan beton.
Semua kurva yang disajikan pada Gambar 1 memiliki karakter yang

6
serupa. Tegangan tekan beton dicapai pada saat regangan beton
berkisar antara 0,002 – 0,003 untuk beton dengan kepadatan normal
dan 0,003 – 0,0035 untuk beton ringan.

Gambar 1
2.5 Penyusutan
shringkage (susut) adalah penyusutan struktur beton akibat
hilangnya kelembaban yang di sebabkan penguapan pada campuran
beton. Hal ini di sebabkan perubahan kondisi adukan beton yang
berubah menjadi lebih kering terpengaruh oleh waktu yang
mempengaruhi volume beton tanpa terpengaruh oleh faktor eksternal
beton, ada 4 jenis shringkage yang kita kenal yaitu
1. plastic shringkage / retak rambut:

plastic shringkage atau yang lebih kita kenal dengan retak


rambut yang terjadi setelah menuangkan campuran beton ke dalam
cetakan. hal ini terjadi akibat campuran adukan beton yang terhidrasi
sehingga terjadi penguapan dan merubah volume beton dan
menyebabkan keretakan.

7
2. drying shringkage:

penyusutan umunmnya terjadi pada beberapa bulan pertama


dan menurun seiring berjalannya waktu. hal ini di sebabkan oleh
penurunan air kapiler pada saat pengaturan dan pengerasan campuran
beton.

3. Penyusutan Karbon:

Penyerutan karbonasi terjadi karena reaksi karbon dioksida


(Co2) dengan mineral semen terhidrasi, mengkarbonasi Ca (Oh) 2
sampai CaCo3. Karbonasi perlahan menembus permukaan luar beton.
Jenis penyusutan ini terutama terjadi pada medium lembab dan
hasilnya meningkatkan kekuatan dan mengurangi permeabilitas.

4. Autogenous shrinkage:

Autogenous shrinkage terjadi karena tidak ada gerakan


kelembaban dari pasta beton pada suhu konstan. Ini adalah masalah
kecil beton dan bisa diabaikan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusutan:

Penyusutan beton tergantung pada beberapa faktor yang


tercantum di bawah ini.

1. Water-Cement Ratio:

Penyusutan sebagian besar dipengaruhi oleh rasio semen semen


beton. Ini meningkat seiring dengan kenaikan rasio air-semen.

2. Kondisi Lingkungan:

Ini adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi total


volume susut. Penyusutan sebagian besar terjadi karena kondisi
pengeringan atmosfer. Ini meningkat dengan penurunan kelembaban.

8
3. Waktu:

Tingkat penyusutan dengan cepat berkurang seiring


berjalannya waktu. Ditemukan bahwa 14-34% dari penyusutan 20
tahun terjadi dalam dua minggu, penyusutan 40-80% terjadi dalam tiga
bulan dan sisanya susut 66-85% terjadi dalam satu tahun.

4. Jenis Agregat:

Agregat dengan gerakan kelembaban dan modulus elastisitas


rendah menyebabkan susut besar. Tingkat penyusutan umumnya
menurun seiring dengan peningkatan ukuran agregat. Ditemukan
bahwa beton yang terbuat dari batu pasir menyusut dua kali dari beton
batu kapur.

5. Pencampuran:

Penyusutan meningkat seiring dengan penambahan percepatan


pencampuran karena adanya kalsium klorida (CaCl2) di dalamnya dan
dapat dikurangi dengan penggantian kapur.

2.6 Creep pengaruh porositas terhadap kekuatan


Porositas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kekedapan
dan keawetan beton. Secara teoritik hubungan atau korelasi antara
porositas terhadap kuat tekan beton yaitu semakin besar porositas pada
benda uji maka semakin rendah kekuatannya. Penelitian terhadap
porositas lebih didasarkan dari segi keawetan dan kekuatan beton itu
sendiri. Peningkatan persentase porositas memiliki keterkaitan
terhadap penurunan kuat tekan maupun kuat tarik beton. Beton yang
memiliki nilai porositas minimum akan lebih awet dibandingkan
dengan beton yang memiki nilai porositas tinggi, karena porositas
yang minimum akan memperkecil kemungkinan beton terkontaminasi
oleh lingkungan luarnya terutama oleh lingkungan yang agresif.
Ruang pori pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam
pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang

9
berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar
kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat
gabungan, maupun terhadap lamanya pemadatan. Semakin tinggi
tingkat kepadatan pada beton maka semakin besar kuat tekan atau
mutu beton, sebaliknya semakin besar porositas beton, maka kekuatan
beton akan semakin kecil.
Pada beton yang mengalami pembakaran dengan suhu cukup
tinggi, kondisinya berbeda dengan beton pada suhu ruangan. Hasil
pengujian terhadap benda uji dapat dilihat, semakin tinggi temperatur
maka nilai porositas dari beton akan semakin meningkat walaupun
nilai peningkatannya tidak menunjukkan perbandingan yang linear.

10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

11
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

12
DAFTAR PUSTAKA

- Kegagalan, A. (2013). Fracture Mechanic Analysis.Pdf. August. (2-8)

- Irwan, Wahyudi. (2017). Pengaruh Pemadatan Campuran Beton Terhadap


Kuat Tekan K 175 Effect of Compacting Concrete Combination Against
Strong Press K 175. 1(1)51~53

- https://hesa.co.id/kelelahan-struktur-
beton/#:~:text=Kelelahan%20(fatigue)%20merupakan%20fenomena%20terj
adinya,material%20karena%20pembebanan%20yang%20berulang.&text=Pr
oses%20kerusakan%20dimulai%20dari%20pembebanan,akan%20memicu%
20terbentuknya%20inisiasi%20retak

- https://www.mixreadymix.com/2018/01/13/kenali-4-jenis-
shringkage/#:~:text=shringkage%20(susut)%20adalah%20penyusutan%20str
uktur,terpengaruh%20oleh%20faktor%20eksternal%20beton

13

Anda mungkin juga menyukai