Anda di halaman 1dari 49

TUGAS BESAR

DINAMIKA STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

“PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG ASRAMA 5 LANTAI


MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS 2018”

Disusun Oleh :

Karolus vanthe bura tukan


18.11.1001.7311.076

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARIINDA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, Taufik dan
Hidayah-nya, sehingga laporan Tugas Besar “DINAMIKA STRUKTUR TAHAN
GEMPA” dapat terselesaikan dengan baik.
Salah satu tujuan penulis dalam penyusunan laporan tugas besar ini adalah sebagai
syarat kelulusan pada mata kuliah Dinamika Struktur Tahan Gempa dan memperoleh ilmu
pengetahuan serta pengalaman dari kegiatan perkuliahan.
Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut mendukung
proses pembuatan laporan ini hingga selesai, yaitu :
1. Bapak Dr. Hence Michael Wuaten.,ST.,MT Selaku Dosen mata kuliah
Dinamika Struktur Tahan Gempa.
2. Orang Tua penulis sebagai pendukung utama segala kegiatan yang penulis
lakukan.
3. Sahabat Dan teman-teman yang sudah saling membantu dalam
penyelesaian tugasbesar ini.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan tugas besar ini.
Namun penulis tetap berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca.
Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau
saran yang berguna. Terima kasih.

Samarinda, 10 Januari 2022

Karolus Vanthe Bura Tukan


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………4

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………….4

1.2 TUJUAN…………………………………………………………………….5

1.3 MANFAAT………………………………………………………………….5

1.4 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………5

1.5 BATASAN MASALAH…………………………………………………….5

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN……………………………………………..6

BAB II DASAR TEORI…………………………………………………………………7

2.1 STRUKTUR………………………………………………………………..7

2.2 BETON BERTULANG…………………………………………………….9

2.3 PEMBEBANAN……………………………………………………………11

2.4 SISTEM RATA PEMIKUL KHUSUS…………………………………….28

2.5 SIMPANGAN STRUKTUR……………………………………………….28

BAB III METODOLOGI………………………………………………………………..29

3.1 INSTRUMEN PENELITIAN………………………………………………29

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA……………………………………….29

3.3 TEKNIK ANALISIS DATA………………………………………………..29

3.4 BAGAN ALUR PENELITIAN…………………………………………….30

BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………….31

4.1 DATA STRUKTUR…………………………………………………………31

4.2 PENENTUAN KATEGORI RESIKO, KELAS SITUS ……………………31

4.3 KATEGORI DESAIN SISMIK……………………………………………..32

4.4 PENENTUAN SISTEM STRUKTUR……………………………………...33

3
4.5 MENGHITUNG PERIODE STRUKTUR………………………………….33

4.6 ANALISA BEBAN GEMPA STATIK EKIVALEN………………………34

4.7 PERHITUNGAN KOEFISIEN RESPON SEISMIK………………………37

4.8 PERHITUNGAN GAYA GESER DASAR………………………………..38

4.9 PERHITUNGAN DISTRIBUSI BEBAN GEMPA………………………..38

4.10 PENENTUAN EKSENTRISITAS RENCANAN………………………..39

4.11 SIMPANGAN PADA STRUKTUR……………………………………...42

BAB V PENUTUP……………………………………………………………………...46

5.1 KESIMPULAN…………………………………………………………….46

5.2 SARAN…………………………………………………………………….46

5.3 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………47

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu adalah hal penting yang yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa
adanya ilmu maka kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan baik. Ilmu
pengetahuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Di era globalisasi saat ini
menuntut setiap individu untuk mampu bersaing dalam mempertahankan eksistensi
dalam hal karir. Tidak hanya ilmu dalam bentuk teori yang dibutuhkan namun ilmu
dalam hal penerapan dilapangan juga diperlukan. Di dalam segala aspek bidang,
ilmu yang khususnya berhubungan dengan konstruksi membutuhkan suatu
pengalaman dan jam terbang dalam bekerja.

Dengan semakin berkembangnya ilmu, maka setiap insan manusia terutama


akademisi yang bergerak dalam bidang keilmuan harus tetap belajar dalam
menggali semua ilmu pengetahuan. Ilmu berperan besar dalam proses kemajuan
suatu bangsa, sehingga dalam perannya sebagai agen perubahan, mahasiswa
sebagai akademisi harus mempelajari semua aspek bidang keilmuan. Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda dalam hal ini
sub mata kuliah Dinamika Struktur dan Teknik Gempa mewajibkan mahasiswa
untuk dapat merancang struktur gedung tahan gempa dengan bantuan program
ETABS. Sehingga hasil dari ilmu yang didapat nantinya dapat berguna dilapangan.

Rancangan struktur gedung tahan gempa ini adalah hasil analisa perhitungan
dengan bantuan software program ETABS, yang secara langsung dapat digunakan
dalam perencanaan dilapangan. Selain itu tugas ini juga untuk membekali
mahasiswa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah :
a. Merancang struktur gedung tahan gempa dengan Program Software ETABS.

b. Mengetahui hasil akhir rancangan gedung tahan terhadap gempa atau tidak.

5
1.3 Manfaat
Penulisan tugas Dinamika Struktur dan Teknik Gempa ini diharapkan
bermanfaat untuk :
a. Sebagai referensi bagi siapa saja yang membacanya, khususnya bagi yang
mempunyai masalah yang sama.
b. Sebagai perbandingan, khususnya dalam rancangan gedung tahan gempa.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam rancangan struktur gedung tahan gempa
dengan bantuan software ETABS ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana analisa struktur gedung tahan gempa dengan bantuan software
ETABS?

1.5 Batasan Masalah


Dengan luasnya cakupan tentang rancangan struktur gedung tahan gempa,
maka penulis melakukan batasan-batasan terhadap masalah sebagai berikut :
1. Software yang digunakan adalah software ETABS.
2. Peraturan yang dugunakan merujuk pada peraturan Standard Nasional
Indonesia (SNI).
3. Nilai Respons Spektrum berdasarkan desain respon spektra yang ada di
Puskim.pu.go.id.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan tugas Dinamika Struktur dan Teknik
Gempa ini adalah sebagai berikut :

• BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, maksud
dan tujuan penulisan laporan, serta sistematika penulisan laporan.10

• BAB II DASAR TEORI


Bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaitan dengan analisa

6
struktur gedung tahan gempa.

• BAB III METODOLOGI


Bab ini memuat tentang lokasi proyek, data proyek, informasi proyek, uraian
umum proyek.

• BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang metode pelaksanaan pekerjaan dilapangan atau hal-
hal yang menjadi permasalahan dalam rumusan masalah.

• BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran isi laporan.

• DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang buku-buku referensi penunjang penulisan laporan.

7
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Struktur

Secara umum struktur disebut sebagai himpunan dari elemen-elemen bahan yang
berfungsi menyalurkan beban dan gaya dengan aman, sehingga dalam proses
perencanaan suatu struktur, perhitungan akan kombinasi beban dan gaya yang
bekerja dalam suatu struktur menjadi hal yang sangat penting.
Dalam sistem struktur, terdapat sifat khusus dari struktur yang berhubungan
dengan tingkat layanan bangunan akibat gempa yaitu sebagai berikut:
• Kekakuan (Stiffness)

• Kekuatan (Strength), diantaranya: Kekuatan Perlu, Kekuatan Ideal, Probable


Strength, Kekuatan Lebih.
Sistem struktur dasar penahan beban lateral secara umum dapat dibedakan
atas :

1. Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)

- Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)

- Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)

- Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

2. Sistem Dinding Struktural (SDS)

- Sistem Dinding Struktural Biasa (SDSB)

- Sistem Dinding Struktural Khusus (SDSK)

3. Sistem Ganda (gabungan SRPM dan SDS)

2.1.1 Struktur Gedung

Menurut Wuaten,2015 Struktur gedung adalah gabungan dari beberapa


elemen struktur seperti, pondasi, kolom, balok, pelat atau cangkang yang biasanya

8
digunakan untuk keperluan kantor, human, pertokoan, gudang, rumah sakit dan lain
sebagainya. Struktur gedung pada dasarnya dibuat dengan material beton bertulang,
baja, dan kayu dengan desain arsitektur yang memukau.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau
sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga analisisnya dapat
dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen. Sedangkan untuk struktur gedung
tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh
pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan
analisis respons dinamik. Didalam SNI 03-1726-2012 dijelaskan mengenai
ketentuan-ketentuan pengelompokan gedung beraturan dan tidak beraturan,
daktilitas struktur, pembehanan gempa nominal, wilayah gempa Indonesia beserta
respons spektrum gempa untuk masing-masing wilayah, kinerja struktur gedung,
dan lain-lain.

Dalam konsep perencanaan gedung tahan gempa, tujuan utamanya adalah


mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
kriteria standar sebagai berikut :
1. Gempa ringan, bangunan tidak boleh rusak secara struktural dan arsitektural
(komponen arsitektural diperbolehkan terjadi kerusakan seminimum
mungkin).
2. Gempa sedang, komponen struktural (balok dan kolom) tidak diperbolehkan
rusak sama sekali tetapi komponen arsitektural diperbolehkan terjadi
kerusakan (seperti kaca).
3. Gempa besar, boleh terjadi kerusakan pada komponen struktural tetapi tidak
menyebabkan keruntuhan bangunan.

2.1.2 Kriteria Perencanaan Struktur

Dalam perencanaan suatu struktur, banyak hal yang harus diperhatikan


sebagai bahan masukan, pertimbangan dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi
agar dapat mencapai suatu hasil yang maksimal serta memenuhi unsur keamanan
dan kenyamanan dari suatu struktur.
Adapun kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam perencanaan

9
suatu struktur, adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan ruang, bentang, harus memenuhi kebutuhan pemakaian sehingga
struktur tersebut dapat selaras dan sesuai dengan estetika atau keindahan dan
lingkungan sekitarnya
b. Struktur yang didesain, harus diperhitungkan dan kuat untuk dapat
menerima semua kombinasi beban yang bekerja.
c. Struktur dan elernen struktur tidak boleh mengalami lendutan yang melebihi
nilai maksimum, terangkat pada elernen atau bagian struktur, bergetar, dan
retak yang berlebihan yang dapat mengganggu fungsi dari bangunan tersebu.

2.2 Beton Bertulang

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih
bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu,
seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan waktu pengerasan.
(Mc Cormac, 2014).
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung
(Dipohusodo, 1999).

Beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan kekuatan tarik yang sangat
rendah. Beton bertulang adalah kombinasi beton dan baja dimana tulangan baja
memberikan kekuatan tarik yang kurang pada beton. Penguat baja juga mampu
menahan gaya tekan dan digunakan dalam kolom maupun dalam situasi lain. (Mc
Cormac, 2014).
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan
yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul

10
didalam sistem (Dipohusodo, 1999).
Dalam perencanaan struktur beton bertulang, beton diasumsikan tidak
memiliki kekuatan tarik sehingga diperlukan material lain untuk menanggung gaya
tarik yang bekerja. Material yang digunakan umumnya berupa batang-batang baja
yang disebut tulangan.
Untuk meningkatkan kekuatan lekat antara tulangan dengan beton di
sekelilingnya telah dikembangkan jenis tulangan uliran pada permukaan tulangan,
yang selanjutnya disebut sebagai baja tulangan deform atau ulir.
Mengacu SNI 2052 - 2017, disebutkan pengelompokan baja tulangan untuk beton
bertulang sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Jenis dan kelas baja tulangan menurut SNI 2052 - 2017

(Sumber : SNI 2052 – 2017)

11
2.3 Pembebanan

2.3.1 Faktor Beban

Faktor beban merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perhitungan analisis struktur. Suatu struktur dan komponennya dapat memenuhi
syarat-syarat keamanan dan kelayakan pakai terhadap bermacam – macam
kombinasi beban yang ada, maka harus diperhitungkan faktor - faktor beban
tersebut, sesuai dengan sifat dan kebutuhan dan setiap faktor - faktor tersebut,
sehingga untuk setiap perhitungan faktor beban, mempunyai persamaan tersendiri
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang telah ditetapkan.

2.3.2 Beban Mati (DL)

Beban mati adalah beban yang konstan berada pada satu titik. Mereka
termasuk berat struktur yang dipertimbangkan dan juga peralatan yang melekat
secara permanen padanya. Untuk bangunan beton bertulang, beberapa beban mati
adalah portal, dinding, lantai, plafon, tangga, atap, dan plumbing. (Mc Cormac,
2014)
Untuk merancang struktur, kebutuhan berat atau beban mati berbagai
komponen harus diestimasi untuk digunakan dalam analisis. Ukuran dan berat
bagian yang sesuai tidak diketahui sampai analisis struktur dibuat dan anggota
struktur dipilih. Bobotnya, seperti yang ditentukan dari desain sebenarnya, harus
dibandingkan dengan berat yang diharapkan. Jika ada perbedaan besar, perlu
diulang analisis dan desain dengan menggunakan bobot perkiraan yang lebih baik.

2.3.3 Beban Hidup (LL)

Beban hidup adalah beban yang bisa berubah dalam besaran dan posisi.
Mereka termasuk beban hunian, material gudang, beban konstruksi, crane layanan
overhead, beban operasi peralatan, dan banyak lainnya. Secara umum, mereka
disebabkan oleh gravitasi. (Mc Cormac, 2014)
Dalam SNI 1727-2020, disebutkan bahwa beban hidup yang digunakan
dalam perencanaan bangunan gedung dan struktur lain harus beban maksimum
yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung.

12
Akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan.

Tabel 2.2 Beban hidup terdistribusi min, Lo dan beban hidup terpusat minimum

Sumber : SNI 1727:2020

2.3.1 Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang timbul akibat percepatan getaran tanah pada saat gempa
terjadi.
Dalam studi permodelan ini, beban gempa dihitung menggunkan dua metode
yaitu, motode statik ekuivalen dan motede dinamik respons spektrum.

2.3.1.1 Penentuan Kategori Desain Seismik

Berdasarkan SNI 1726:2019, perencanaan beban gempa dapat dianalisa


dengan prosedur sebagai berikut:
Pasal ini memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk klasifikasi suatu
situs untuk memberikan kriteria desain seismik berupa faktor-faktor amplifikasi
pada bangunan. Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di
permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari

13
batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus
diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai
dengan Tabel 2.3, berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas.
Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di
laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwenang atau ahli desain
geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 2.3. Dalam hal ini, kelas situs dengan
kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data tanah yang
spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus diestimasi
oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki sertifikat/izin keahlian dengan
menyiapkan laporan penyelidikan tanah berdasarkan kondisi geotekniknya. Jika
sifat tanah yang memadai tidak tersedia untuk penentuan kelas situs, maka kelas
situs SE harus digunakan sesuai dengan persyaratan 0, kecuali otoritas yang
berwenang atau data geoteknik menunjukkan situs termasuk dalam kelas situs
lainnya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak diperkenankan jika
terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi dan
permukaan batuan dasar.
Tabel 2.3 Klasifikasi Situs

14
2.3.1.2 Penentuan Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk
Beban Gempa.

Menentukan kategori resiko struktur bangunan dan faktor keamanan sesuai


dengan SNI 1726:2019, sebagaimana dicantumkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung

15
Tabel 2.4 Faktor Keutamaan Gempa

2.3.1.3 Penentuan Kategori Desain Seismik


Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang
mengikuti pasal ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada periode 1 detik, S1,
lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik E. Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada periode 1 detik, S1,
lebih besar dari atau sama dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain

16
seismik-nya berdasarkan kategori risikonya dan parameter respons spektral
percepatan desainnya, SDS dan SD1, sesuai 0. Masing-masing bangunan dan
struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah, dengan
mengacu pada Tabel 8 dan Tabel 9, terlepas dari nilai periode fundamental getaran
struktur, T.
Apabila S1 lebih kecil dari 0,75, kategori desain seismik diizinkan untuk
ditentukan sesuai Tabel 8 saja, di mana berlaku semua ketentuan di bawah:
1. Pada masing-masing dua arah ortogonal, perkiraan periode fundamental
struktur, Ta, yang ditentukan sesuai dengan 0 adalah kurang dari 0,8Ts, di
mana Ts ditentukan sesuai dengan 0;
2. Pada masing-masing dua arah ortogonal, periode fundamental struktur yang
digunakan untuk menghitung simpangan antar tingkat adalah kurang dari Ts;
3. Persamaan (31) digunakan untuk menentukan koefisien respons seismik, Cs;
4. Diafragma struktural adalah kaku sebagaimana disebutkan di 0 atau untuk
diafragma yang fleksibel, jarak antara elemen-elemen vertikal pemikul gaya
seismik tidak melebihi 12 m.

Apabila digunakan alternatif prosedur penyederhanaan desain pada pasal 0,


kategori desain seismik diperbolehkan untuk ditentukan dari Tabel 8, dengan
menggunakan nilai SDS yang ditentukan dalam 0.

17
Berdasarkan SNI 1726:2019, penentuan kategori desain seismik (KDS)
sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter respons percepatan
pada Periode.

Sumber : (SNI 1726:2019)

1. Parameter Ss (percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan S1


(percepatan batuan dasar pada periode 1 detik) harus ditetapkan masing-
masing dari respons spektral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta
gerak tanah seismik pada pasal 0 dengan kemungkinan 2 % terlampaui
dalam 50 tahun (MCER, 2 % dalam 50 tahun), dan dinyatakan dalam
bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi. Bila g dan g, maka struktur
bangunan boleh dimasukkan ke dalam kategori desain seismik A, dan cukup
memenuhi persyaratan dalam S1 ≤ 0. 0,041 g dan Ss, ≤ 0,15 g.
2. Menentukan koefisien situs periode pendek (Fa) dan periode 1 detik (Fv)
sesuai dengan SNI 1726:2019.

18
Tabel 2.6 Koefisien Situs (Fa)

Sumber: SNI 1726:2019, tabel 6

Tabel 2.7 Koefisien Situs (Fv)

Sumber: SNI 1726:2019, tabel 7

3. Menentukan sistem rangka pemikul terhadap Kategori Desain Seismik


sebagaimana SNI 1726:2019 ditentukan pemilihan sistem struktur untuk
berbagai tingkat kegempaan berdasarkan penentuan kategori desain seismik
(KDS) pada tabel 2.7 diatas.

4. Menentukan nilai koefisien modifikasi respon (R) sesuai SNI 1726:2019,


sebagaimana dicantumkan dalam berikut

19
Tabel 2.8 Faktor R, Cd dan Ω0 untuk Sistem Rangka Penahan Gaya Gempa

20
21
Sumber: SNI 1726:2019, tabel 12
Catatan:
a. Koefisien modifikasi respons, R, untuk penggunaan pada keseluruhan
standar. Nilai R mereduksi gaya ke level kekuatan bukan pada level tegangan
izin.
b. Jika nilai pada tabel faktor kuat lebih, lebih besar atau sama dengan
2,5, maka diizinkan untuk direduksi setengah untuk struktur dengan
diafragma fleksibel.
c. Faktor pembesaran simpangan lateral Cd, untuk penggunaan dalam 0, 0, dan
0.
d. TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diizinkan.
e. Lihat 7.2.5.4 untuk penjelasan sistem pemikul gaya seismik yang dibatasi
sampai bangunan dengan ketinggian 72 m atau kurang.
f. Lihat 7.2.5.4 untuk sistem pemikul gaya seismik yang dibatasi sampai
bangunan dengan ketinggian 48 m atau kurang.
g. Dinding geser didefinisikan sebagai dinding struktural.
h. Definisi “Dinding Struktural Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cor

22
di tempat.
i. Penambahan ketinggian sampai 13,7 m diizinkan untuk fasilitas gudang
penyimpanan satu tingkat.
j. Rangka baja dengan bresing konsentrik biasa diizinkan pada bangunan satu
tingkat sampai ketinggian 18 m di mana beban mati atap tidak melebihi 0,96
kN/m2 dan pada struktur griya tawang (penthouse).
k. Lihat 0 untuk struktur yang dikenai kategori desain seismik D, E, atau F.
l. Lihat 0 untuk struktur yang dikenai kategori desain seismik D, E, atau F
m. Definisi “Rangka Momen Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cor di
tempat.
n. Definisi “Rangka Momen Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cor di
tempat.
o. Sebagai alternatif, efek beban seismik dengan kuat lebih Emh, diizinkan
berdasarkan perkiraan kekuatan yang ditentukan sesuai dengan standar yang
berlaku.
p. Rangka pemikul momen biasa diizinkan untuk digunakan sebagai pengganti
rangka pemikul momen menengah untuk kategori desain seismik B atau C.

2.3.1.4 Analisa Beban Gempa

Setelah mendefinisikan semua variabel yang ada, maka dilakukan analisa


terhadap beban gempa. Adapun analisa terhadap beban gempa dilakukan dengan
analisa statik ekuivalen dan respons spektrum berdasarkan SNI 1726:2012 dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Periode Struktur

Periode struktur adalah peristiwa dan bergoyangnya struktur dalam 1


periode. Peristiwa tersebut dimodelkan sebagai model pusat massa terpusat (lump
mass model). Berdasarkan SNI 1726:2019 periode fundamental dilakukan dengan
pendekatan sebagai berikut:

23
Dimana:
hn = ketinggian struktur (m) diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur.
Ct & x= koefisien yang ditentukan sesuai SNI 1726:2019, tabel
2.17.
Tabel 2.9 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x

Sumber : SNI 1726:2019. Tabel 18.

Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar
struktur dibatasi tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk Batasan atas pada
periode yang dihitung (Cu) dari tabel 17 SNI 1726:2019 dan periode fundamental
pendekatan Ta.
Tabel 2.10 Koefisien Batas Atas Pada Perioda yang Dihitung

Sumber : SNI 1726:2019, tabel 17

2. Analisa Statik Ekuivalen

Analisa statik ekivalen merupakan salah satu metode analisis struktur


gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan gempa nominal statik
ekivalen. Analisa statik ekivalen dilakukan dengan penyederhanaan dari

24
perhitungan struktur beban gempa yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar
dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga beban gempa diekuivalenkan menjadi
beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa struktur tiap lantai bangunan.
Analisa statik ekuvalen dilakukan dengan langkah - langkah berikut:
a. Perhitungan Berat Struktur

Berat struktur gedung (W) akibat berat sendiri secara manual dihitung
melalui program autocad , dengan cara menghitung masing-masing luasan lantai
pada struktur gedung. Dalam SNI 1726:2019, disebutkan bahwa berat efektif
struktur (W), harus menyertakan seluruh beban mati sendiri struktur dan beban
hidup bereduksi bereduksi minimal 25% beban hidup lantai.
b. Koefisien Respons Seismik

Berdasarkan SNI 1726:2019 9, perhitungan koefisien respons seismik Cs


ditentukan dengan persamaan berikut:

Dimana:
Cs = koefisien respons seismik
SDS = parameter percepatan desain respons spektrum dalam rentang periode
pendek
Ie = faktor keutamaan gempa

c. Gaya Geser Dasar


Berdasarkan SNI 1726:2019 , gaya geser dasar V dihitung berdaarkan
persamaan berikut:
𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊
Dimana:
V = gaya geser dasar seismik
Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik efektif

25
d. Distribusi Beban Gempa

Perhitungan distribusi beban gempa dihitung berdasarkan SNI 1726:2019


sebagai berikut:

𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 × 𝑉

Dimana:

Keterangan:
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total atau geser didasar
struktur Wi dan wx = berat seismik efektif tot al struktur ditingkat i atau
x hx dan hi = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur

T ≥ 2,5, nilai k = 2 dan T ≤ 0,5, nilai k = 1

0,5 < T < 2,5, nilai k didapat dari interpolasi linear antara 1 dan 2
e. Eksentrisitas Rencana

Besarnya eksentrisitas rencana dihitung berdasarkan SNI Gempa 1726-2019


dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana:
eox dan eoy = eksentrisitas bawaan
0,05 B Ax dan 0,05 B Ay = eksentrisitas tak terduga

26
3. Analisa Dinamik Respons Spektrum
Gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan gempa
rencana dan massa total struktur. Dalam analisa gempa dinamik, massa bangunan
sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat beban gempa. Massa tambahan
berupa beban mati tambahan dan beban hidup harus direduksi sesuai fungsional
gedung.

a. Input Respons Spektrum Rencana

Desain gempa dinamik respons spektrum disusun berdasarkan respons


percepatan tanah (ground acceleration) hasil rekaman gempa.
b. Analisis respons spektrum gempa rencana

Penentuan parameter ragam respons spektrum berdasarkan SNI 1726:2019


sebagai berikut:
• Metode Akar Kuadrat Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of
Squares/SRSS), jika struktur gedung memiliki waktu getar alami yang
berjauhan.
• Metode Kombinasi Kuadrat Lengkap (Complete Quadratic
Combination/CQC), jika struktur gedung mempunyai waktu getar alami
yang berjarak dekat, atau selisih nilainya kurang dari 15% yang
mempunyai korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi
dan torsi.
• Redaman struktur Berdasarkan SNI 1726:2019, analisis respons situs dengan
redaman 5% dipermukaan tanah dan dibatuan dasar harus dihitung. Sehingga
besar redaman (damping) = 0,05
• Faktor keutamaan (Ie) sesuai SNI 1726-2019 Tabel 4

• Faktor reduksi gempa (R) sesuai SNI 1726-2019 Tabel 12

c. Kontrol Partisipasi Massa


Nilai kontrol partisipasi massa menurut SNI 1726:2019 harus berjumlah
minimum 90% dari massa aktual dalam masing-masing arah horizontal orthogonal
dari respons yang ditinjau oleh model.

27
d. Gaya geser dasar nominal

Menurut SNI 1726:2019, nilai akhir V dinamik harus lebih besar atau sama
dengan 85% Vstatik, sehingga persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut: Vdinamik ≥ 0,85 Vstatik.
Jika nilai persyaratan belum terpenuhi, maka besarnya Vdinamik harus dikalikan
dengan faktor skala gempa 0,85 Vstatik/Vdinamik.
4. Simpangan Struktur

Kriteria simpangan mengacu pada SNI 1726:2019 dengan faktor-faktor


sebagai berikut:
a. Faktor pembesaran defleksi (Cd) (SNI 1726:2019 Tabel 28).
b. Faktor keutamaan gempa (Ie) (SNI 1726:2019 Tabel 4).
c. Faktor redudansi untuk gedung dengan KDS (SNI 1726:2019 tabel 8 & 9).
d. Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kategori resiko
II adalah = 0,025 x hsx, dengan hsx adalah tinggi tingkat dibawah tingkat x
(SNI 1726:2019 Tabel 3).

2.3.2 Kombinasi Pembebanan

Berdasarkan SNI 1726:2019 bahwa struktur, komponen-elemen struktur dan


elemen- elemen pondasi harus dirancang hingga kuat rencananya sama atau
melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai
berikut :

28
Keterangan:
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
Lr = Beban Hidup Atap
R = Beban Hujan
W = Beban Angin
E = Beban Gempa

2.4 Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMM)

Sistem Rangka Pemikul adalah sistem rangka ruang dalam mana komponen-
komponen struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi
lentur, geser dan aksial. Model Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM), jenis bangunan SRPMM akan direncanakan dengan konsep Strong
Column and Weak Beam (kolom kuat dan balok lemah), namun detailing tidak
seketat Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). (Purwono & Tavio,
2010)
2.5 Simpangan Struktur
Kriteria Persyaratan simpangan mengacu pada SNI Gempa 2019 dengan
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor pembesaran defleksi (Cd) untuk SRPMK
2. Faktor Keutamaan gempa (Ie)
3. Faktor redunansi untuk gedung dengan r
4. Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kategori resiko
II adalah 0,02 x H

2.5.1 Kinerja Batas ultimit Akibat Simpangan Gempa Statik


δe = Lendutan massa elastik dihitung pada pusat massa tingkat
δx = Nilai perpindahan lateral di hitung dengan persamaan : δx = δe . CD / Ie
Δa = Simpangan antar lantai yg diijinkan di hitung dengan persamaan
Δa = 0.02*H

29
BAB III

METODOLOGI

3.1 Instrumen Penelitian

Data yang diperlukan dalam analisa gedung tahan gempa adalah sebagai
berikut :
1. Denah struktur gedung.
2. Nilai N-SPT hasil uji tanah.
3. SNI tentang gempa.
4. Nilai respons spektra berdasarkan klasifikasi tanah.
5. Software ETABS.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Observasi Lapangan


Dalam pengumpulan data dilapangan peneliti mengusahakan data yang di
dapat dilapangan bersifat deskriptif faktual, cermat dan terperinci mengenai
keadaan lapangan. Observasi dalam peneltian ini digunakan untuk mendapatkan
informasi yang tidak ada di pustaka serta membuktikan kebenaran data-data umum
yang diperoleh dari pustaka.

3.2.2 Data Acuan Perencanaan


Dalam pencarian data acuan perencanaan, peneliti mencari buku terkait dan
mencari data terkait melalui internet.

3.3 Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini meliputi :
1. Penentuan kelas situs.
2. Penentuan wilayah gempa.
3. Perhitungan beban gempa.
4. Analisa seismic dengan software ETABS.

30
3.4 Bagan Alur Penelitian

Mulai

Studi Pustaka Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


Data lapangan Buku referensi

Analisa Data :

1. Penentuan kelas situs.


2. Penentuan wilayah gempa.
3. Perhitungan beban gempa.
4. Analisa seismic dengan software ETABS.

Kesimpulan & Saran

Selesai

31
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Struktur


Data karakteristik struktur adalah sebagai berikut :
• Fungsi bangunan = Grosir
• Lebar bangunan = 34 m
• Tinggi bangunan = 25 m
• Tinggi antar lantai =4 m
• Jumlah lantai = 6 lantai
• Lokasi = Kuaro
• Tebal plat lantai = 0,120 m
• Tebal plat atap = 0,120 m
• Dimensi balok induk = 0,5 x 0,7 m
• Dimensi kolom = 0,6 x 0,6 m
• Dimensi sloof = 0,5 x 0,7 m
• Material = Beton bertulang
• Mutu beton F’c = K-300 mpa
• Mutu baja F’y = 420 mpa

4.2 Penentuan Kategori Resiko, Kelas Situs dan Respon Spektral Percepatan

4.2.1 Kategori Resiko


Kategori Resiko berdasarkan perencanaan pemanfaatan gedung
Fungsi Gedung = Grosir SNI 1726 - 2019 Tabel 3
Kategori Resiko = IV SNI 1726 - 2019 Tabel 4
Faktor keutamaan gempa (le) Ie = 1,50
Faktor amplikasi defleksi (Cd) Cd = 5,5

32
4.2.2 Parameter Kelas Situs

4.2.3 Penentuan Spektral Respon Percepatan


Penentuan nilai spektral respon percepatan dilakukan dengan bantuan situs
desain spektra Indonesia.

4.3 Kategori Desain Seismik


Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 8 dan Tabel 9 untuk kategori resiko

33
SDS = 0,31 0,2
SD1 = 0,19
Kategori Resiko = IV
Berdasarkan nilai SDS didapatkan Kategori Desain Seismik
Berdasarkan nilai SDS KDS = C
Berdasarkan nilai SD1 KDS = C
Jadi Dipilih KDS = C

4.4 Penentuan Sistem Struktur

Tingkat Resiko Kegempaan = IV C


Sistem Penahan Gempa = Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus

4.5 Menghitung Periode Struktur (T)

Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 18 untuk rangka beton pemikul momen biasa
di dapat :
Ct = 0,0466
X = 0,9
Hn = 27 m

Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 18 untuk rangka beton pemikul momen khusus
di dapat :
Ct = 0,0466
X = 0,9
Hn = 27 m

Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka pemikul momen yang bekerja
pada arah x :
Tax = Ct . Hnx
= 0,90493 detik

Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka pemikul momen yang bekerja
pada arah y :
TaY = Ct . Hnx
= 0,90493 detik

Dari Situs Desain Spektra Indonesia didapat nilai :


SD1 = 0,19 g
Tax = 0,90493 detik
TaY = 0,90493 detik

Besarnya periode maksimum adalah sebagai berikut :

34
Nilai SD1 = 0,19
Jadi digunaka koefesien CU = 1,6 SNI 1726-2019 Tabel 17
Arah x
Ta max = CU . Ta
Ta max = 1,44788 detik

Arah y
Ta max = CU . Ta
Ta max = 1,44788 detik

TABLE: Modal Periods And Frequencies


Case Mode Period Frequency CircFreq Eigenvalue
sec cyc/sec rad/sec rad²/sec²
Modal 1 0.866 1.155 7.2561 52.6508
Modal 2 0.834 1.199 7.5316 56.7256
Modal 3 0.774 1.292 8.1183 65.9071
Modal 4 0.316 3.16 19.8537 394.1681
Modal 5 0.308 3.244 20.3808 415.3766
Modal 6 0.287 3.49 21.928 480.8376

Tax < TCX < Ta max


Syarat terpenuhi digunakan
0,905 < 1.355 < 1,44788
nilai Tax

Tay < TCy < Ta max


Syarat terpenuhi digunakan
0,905 < 1.29 < 1,44788
nilai Tay

Dengan demikian nilai T hitung :


Tx = 1,355 detik
Ty = 1,290 detik

4.6 Analisa Beban Gempa Statik Ekivalen


4.6.1 Menghitung Berat Struktur

35
Tabel 4.1 Hasil perhitungan berat sendiri tiap
lantai

Self Weight
Grup Self Mass (kg)
(kN)
All 3788687.304 37154.3302
Group1 525485.7388 5153.2547
Group2 652640.313 6400.2151
Group3 652640.313 6400.2151
Group4 652640.313 6400.2151
Group5 652640.313 6400.2151
Group6 652640.313 6400.2151
Group7 3788687.304 37154.3302

Tabel 4.2 Hasil perhitungan beban mati tambahan


Luas Berat Berat Tiap Lantai
Lantai
(m2) (kN/m2) (kN)
1 850 1.5 1275
2 850 1.5 1275
3 850 1.5 1275
4 850 1.5 1275
5 850 1.5 1275
Lantai Atap 850 1.5 1275
Atap 850 1.5 1275

Tabel 4.3 Hasil perhitungan berat dinding pasangan


bata
Panjang Berat Berat Tiap
Lantai
(m) (kN/m1) Lantai (kN)
1 100 12.5 1250
2 100 12.5 1250
3 275 12.5 3437.5
4 275 12.5 3437.5
5 275 12.5 3437.5
Lantai Atap 275 12.5 3437.5
Atap 100 12.5 1250

36
Σ 15806.25

Tabel 4.4 Hasil perhitungan beban hidup tereduksi


Beban
Luas Berat Hidup
Lantai Berat Tiap Lantai
(m2) (kN/m2) Tereduksi
25%
1 844 4.79 4042.76 1010.69
2 844 4.79 4042.76 1010.69
3 844 4.79 4042.76 1010.69
4 844 4.79 4042.76 1010.69
5 844 4.79 4042.76 1010.69
Lantai Atap 844 4.79 4042.76 1010.69
Atap 96 0.96 92.16 23.04
Σ 24348.72 6087.18

Tabel 4.5 Hasil perhitungan berat total struktur


Beban Mati Tambahan
Berat Beban
Tambahan Hidup
Lantai Beban Mati (kN) Dinding Berat Pas. Berat Total (kN)
Pada Tereduksi
Curtain Dinding
Lantai (kN)
Wall Bata (kN)
(kN)
(kN)
1 31863148.48 1266 - 3375 1010.69 31868800.17
2 4657504.254 1266 - 3082.5 1010.69 4662863.444
3 5242837.303 1266 - 2981.25 1010.69 5248095.243
4 5242837.303 1266 - 2801.25 1010.69 5247915.243
5 5339843.116 1266 - 2801.25 1010.69 5344921.056
Lantai
5339843.116 1266 - 765 1010.69 5342884.806
Atap
Atap 5073416.049 144 - 0 23.04 5073583.089
TOTAL 7740 0 15806.25 6087.18 62789063.05

37
4.7 Perhitungan Keofisien Respons Seismik
Parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang periode pendek SDS = 0.31
Faktor modifikasi respon arah x Rx = 8
Faktor modifikasi respon arah y Ry = 8
Faktor keutamaan gempa Ie = 1,5
Nilai koefisien respon seismik arah x (Cs = SDS/(Rx/Ie)) Csx = 0,058 .g
Nilai koefisien respon seismik arah y (Cs = SDS/(Ry/Ie)) Csy = 0,058 .g
CS
Nilai koefisien seismik minimum (CS min = 0.044.SDS.Ie) =
min 0,020
Syarat : CS min ≥ 0.01 OK
CS ≥ CS
min OK
Koefisien respon seismik maksimum
Perioda fundamental pendekatan arah x Tx = 1,355
Perioda fundamental pendekatan
Ty =
arah y 1,290
Parameter respon percepatan pada perioda 1
SD1 =
detik 0,190
CSx max = CSx
= .g
SD1/(Tx(R/Ie)) max 0,026
CSy max = CSy
= .g
SD1/(Ty(R/Ie)) max 0,028

Kontrol :
CS min < CSx < CSx max
0,020 < 0,058 < 0,026 >>> TIDAK OK

CS min < Csy < CSy max


0,020 < 0,058 < 0,028 >>> TIDAK OK

Tabel 4.6 Hasil perhitungan nilai Cs


Arah SDS SD1 T R Ie CS min CS CS max CS pakai
x 0.31 0.19 1.355 8 1.5 0.020 0.058 0.026 0.026
y 0.31 0.19 1.290 8 1.5 0.020 0.058 0.028 0.028

38
4.8 Perhitungan Gaya Geser Dasar

Berat total struktur (W) W = 62789063.049 kN


Koefisien respon seismik arah x Csx = 0,026
Koefisien respon seismik arah y Csy = 0,028
Gaya geser dasar arah x (Vx = CSX.W) Vx = 1650819.462 kN
Gaya geser dasar arah y (Vy = CSy.W) Vy = 1734000.288 kN

4.9 Perhitungan Distribusi Beban Gempa


Fx = CVX.V
Faktor distribusi vertikal. (CVX) Cvx = (Wx.hxk)/(Σwi.hik)

Perioda fundamental pendekatan arah x Tx = 1,355


Perioda fundamental pendekatan arah y Ty = 1,290
Exsponen yang terkait dengan perioda struktur arah x. (Kx = 0.5.Tx + 0.75) Kx = 1,428
Exsponen yang terkait dengan perioda struktur arah y. (Ky = 0.5.Ty + 0.75) Ky = 1,395

Tabel 4.7 Hasil perhitungan gaya geser statik ekivalen arah x.


Lantai hx (m) Berat Total (kN) Vx (kN) Kxx Wx.hxk Cvx Fxx (kN) V (kN)
1 0.00 31868800.168 1650819.462 1.428 0.000 0.000 0.000 1650819.462
2 4.50 4662863.444 1650819.462 1.428 39912925.401 0.023 38244.854 1650819.462
3 9.00 5248095.243 1650819.462 1.428 120832257.735 0.070 115782.343 1612574.609
4 13.50 5247915.243 1650819.462 1.428 215545155.777 0.125 206536.926 1496792.266
5 18.00 5344921.056 1650819.462 1.428 331011281.887 0.192 317177.402 1290255.340
Lantai
22.50 5342884.806 Tabel 4.8 Hasil perhitungan
1650819.462 1.428 gaya geser statik ekivalen0.264
455005195.159 arah y. 435989.266 973077.938
Atap
hx Berat Total
AtapLantai
27.00 (m) 5073583.089
(kN)
Vy (kN)
1650819.462 K
1.428
xy Wx.hxk
560514110.934 C0.325
vx Fxy (kN)
537088.672 V (kN)
537088.672
1 0.00 62789063.049
31868800.168 1734000.288 1.395 1722820926.894
0.000 1.000
0.000 1650819.462
0.000 1734000.288
2 4.50 4662863.444 1734000.288 1.395 38008799.584 0.024 42121.247 1734000.288
3 9.00 5248095.243 1734000.288 1.395 112504529.755 0.072 124677.209 1691879.041

39
4 13.50 5247915.243 1734000.288 1.395 198062574.261 0.127 219492.397 1567201.833
5 18.00 5344921.056 1734000.288 1.395 301332822.631 0.193 333936.200 1347709.436
Lantai
22.50 5342884.806 1734000.288 1.395 411216396.979 0.263 455708.873 1013773.236
Atap
Atap 27.00 5073583.089 1734000.288 1.395 503578555.909 0.322 558064.362 558064.362
62789063.049 1564703679.119 1,000 1734000.288
Distribusi beban gempa yang bekerja pada struktur (Fx) disajikan pada tebel dibawah ini.
4.10 Penentuan Eksentrisitas Rencana
Ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung ( b) = 27 m
Tabel 4.10 Hasil perhitungan eksentrisitas
ed = 1,5.e + ed = e -
Pusat Massa Pusat Rotasi Eksentrisitas
Lantai 0,005.b 0,005.b
XCM YCM XCR YCR X Y X Y X Y
1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
2 12.020 19.795 12.020 19.795 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
3 12.020 19.795 12.020 19.795 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
4 12.050 19.743 12.050 19.743 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
5 12.050 19.743 12.050 19.743 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
Lantai Atap 12.051 20.009 12.051 20.009 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
Atap 12.441 25.095 12.441 25.095 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135

Tabel 4.11 Hasil perhitungan koordinat pusat massa baru


ed = 1,5.e + Koordinat Pusat
Pusat Massa Pusat Rotasi
Lantai 0,005.b Massa
X Y X Y X Y X Y
1 0.000 0.000 0.000 0.000 1.350 1.350 -1.350 -1.350
2 12.020 19.795 12.020 19.795 1.350 1.350 10.670 18.445
3 12.020 19.795 12.020 19.795 1.350 1.350 10.670 18.445
4 12.050 19.743 12.050 19.743 1.350 1.350 10.700 18.393
5 12.050 19.743 12.050 19.743 1.350 1.350 10.700 18.393
Lantai Atap 12.051 20.009 12.051 20.009 1.350 1.350 10.701 18.659
Atap 12.441 25.095 12.441 25.095 1.350 1.350 11.091 23.745

Tabel 4.12 Input beban gempa


Pusat Massa Gaya Lateral Statik Ekivalen
Lantai
X Y Fxx 0,3 . Fxx Fxy 0,3 . Fxy
1 -1.350 -1.350 0.000 0.000 0.000 0.000

40
2 10.670 18.445 11473.456 3442.037 42121.247 12636.374
3 10.670 18.445 34734.703 10420.411 124677.209 37403.163
4 10.700 18.393 61961.078 18588.323 219492.397 65847.719
5 10.700 18.393 95153.221 28545.966 333936.200 100180.860
Lantai Atap 10.701 18.659 130796.780 39239.034 455708.873 136712.662
Atap 11.091 23.745 161126.601 48337.980 558064.362 167419.309

Tabel 4.13 Rekapitulasi perhitungan base shear akibat beban respon


RSPx RSPy
Lantai Joint Label
FX kN FY kN FX kN FY kN
Base 1 4.5723 0.4674 1.3717 0.1402
Base 2 4.7405 0.6161 1.4221 0.1848
Base 3 4.881 0.5765 1.4643 0.1729
Base 4 4.9773 0.5861 1.4932 0.1758
Base 5 5.1443 0.5434 1.5433 0.163
Base 6 5.2366 0.6038 1.571 0.1811
Base 7 5.2501 0.4631 1.575 0.1389
Base 8 5.0618 0.1241 1.5185 0.0372
Base 9 7.8132 0.1522 2.3439 0.0457
Base 10 8.1239 0.1537 2.4372 0.0461
Base 11 8.3554 0.1433 2.5066 0.043
Base 12 8.5252 0.1474 2.5576 0.0442
Base 13 8.8054 0.1356 2.6416 0.0407
Base 14 8.9447 0.1475 2.6834 0.0442
Base 15 8.9526 0.1084 2.6858 0.0325
Base 16 5.0689 0.1766 1.5207 0.053
Base 17 7.9479 0.2242 2.3844 0.0672
Base 18 8.2673 0.2143 2.4802 0.0643
Base 19 8.5373 0.2095 2.5612 0.0628
Base 20 8.711 0.2123 2.6133 0.0637
Base 21 8.9992 0.1959 2.6997 0.0588
Base 22 9.1705 0.2181 2.7512 0.0654
Base 23 9.1861 0.3556 2.7558 0.1067
Base 24 4.7076 0.476 1.4123 0.1428
Base 25 4.8881 0.6349 1.4664 0.1905

41
Base 26 5.0603 0.5941 1.5181 0.1782
Base 27 5.161 0.6054 1.5483 0.1816
Base 28 5.335 0.5598 1.6005 0.1679
Base 29 5.4645 0.6318 1.6393 0.1895
Base 30 5.4691 1.0002 1.6407 0.3001
Jumlah 201.3581 11.2773 60.4073 3.3828

Tabel 4.14 Jumlah nilai geser dasar statik ekivalen dan respon spektrum
Gaya Geser Dasar Fx Fy 0,85 . Fx 0,85 . Fy
Fx 1650819.462 495245.839 1403196.543 420958.963
Fy 520200.086 1734000.288 442170.073 1473900.245
RSPx 201.358 11.277
Syarat Tidak Terpenuhi
RSPy 60.407 3.383
Nilai gaya geser dasar akibat beban respon spektra lebih kecil dari 85 persen nilai statik
ekivalen sehingga memerlukan perhitungan koreksi faktor skala.
Setelah melakukan analisis dan syarat tidak terpenuhi maka dilakukan
perhitungan faktor skala dengan rumus (0,85 x V/Vt)
Tabel 4.14 Jumlah nilai geser dasar statik ekivalen dan respon spektrum
Gaya Geser
Fx Fy 0,85 . Fx 0,85 . Fy FSx Fsy
Dasar
Fx 1650819.462 495245.839 1403196.543 420958.963 6968.662 37327.992
Fy 520200.086 1734000.288 442170.073 1473900.245 7319.812 435704.223
RSPx 1403196.543 420958.963
Syarat Terpenuhi
RSPy 442170.073 1473900.245
Nilai gaya geser dasar akibat beban respon spektra lebih besar dari 85 persen nilai statik ekivalen
sehingga tidak memerlukan perhitungan koreksi faktor skala.

Tabel 4.15 Hasil Output Simpangan Elastis


Load Maximum Perpindahan
Story Direction ∆ Ijin Kontrol
Case/Combo mm Yang Diperbesar
Lift Comb 10 X 5 27.5 80 OK
Lantai 5 Comb 10 X 4.7 25.81 80 OK
Lantai 4 Comb 10 X 4.2 23.3 80 OK
Lantai 3 Comb 10 X 3.3 18.9 80 OK
Lantai 2 Comb 10 X 2.1 11.55 80 OK
Lantai 1 Comb 10 X 0.9 4.56 80 OK

42
Tabel 4.15 Hasil Output Simpangan Elastis
Load Maximum Perpindahan
Story Direction ∆ Ijin Kontrol
Case/Combo mm Yang Diperbesar
Story 6 Comb 10 Y 0.3 1.65 80 OK
Story 5 Comb 10 Y 0.5 2.75 80 OK
Story 4 Comb 10 Y 0.4 2.2 80 OK
Story 3 Comb 10 Y 0.3 1.65 80 OK
Story 2 Comb 10 Y 0.2 1.1 80 OK
Story 1 Comb 10 Y 0.1 0.55 80 OK

Faktor amplikasi defleksi Cd = 5,5


Faktor keutamaan gedung Ie = 1,0
Lendutan massa elastik dihitung pada pusat massa tingkat 6 = (e.Cd)/Ie 6 = 1,65 mm
Lendutan massa elastik dihitung pada pusat massa tingkat 5 = (e.Cd)/Ie 5 = 2,75 mm
Simpangan antar lantai desain (Δ) : Δ6 = 6 - 5 Δ6 = -1,1 mm
Simpangan yang diijinkan : (Δa = 0.02.Hn) Hn = 4000 Δa = 80 mm

4.11 Simpangan Pada Struktur

4.11.1 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 1

43
4.11.2 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 2

4.11.3 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 3

44
4.11.4 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 4

4.11.5 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 5

45
4.11.6 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 6

46
4.11.6 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 7

47
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa perhitungan simpangan struktur gedung tahan gempa
dengan bantuan software ETABS didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja batas untuk gedung dengan fungsional hotel memenuhi persyaratan.
2. Dengan dimensi struktur gedung yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa
struktur gedung adalah tahan terhadap gempa.

5.2 Saran
Dari analisa perhitungan, saran-saran diperlukan untuk fungsional gedung
sebagai berikut :
1. Dimensi struktur gedung utama, yang meliputi balok, kolom, tie biem
disarankan untuk di sesuaikan standard yang ada di SNI yang terbaru.
2. Uji SPT mutlak harus dilakukan, untuk mengetahui kondisi tanah yang ada,
karena memberikan pengaruh terhadap kinerja gedung.

48
DAFTAR PUSTAKA

SNI 1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur


Bangunan Gedung dan Non Gedung
Wahyu, P., 2015. PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK 4
LANTAI TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM DAKTAIL PENUH
DI WILAYAH GEMPA 3, Universitas
Muhammdiayah, Surakarta.
Wuaten, Hance Michael. 2017. Dasar-Dasar Teknik Gempa Analisa dan
Desain Menurut SNI 1726-2012.

49

Anda mungkin juga menyukai