Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, Taufik dan
Hidayah-nya, sehingga laporan Tugas Besar “DINAMIKA STRUKTUR TAHAN
GEMPA” dapat terselesaikan dengan baik.
Salah satu tujuan penulis dalam penyusunan laporan tugas besar ini adalah sebagai
syarat kelulusan pada mata kuliah Dinamika Struktur Tahan Gempa dan memperoleh ilmu
pengetahuan serta pengalaman dari kegiatan perkuliahan.
Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut mendukung
proses pembuatan laporan ini hingga selesai, yaitu :
1. Bapak Dr. Hence Michael Wuaten.,ST.,MT Selaku Dosen mata kuliah
Dinamika Struktur Tahan Gempa.
2. Orang Tua penulis sebagai pendukung utama segala kegiatan yang penulis
lakukan.
3. Sahabat Dan teman-teman yang sudah saling membantu dalam
penyelesaian tugasbesar ini.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan tugas besar ini.
Namun penulis tetap berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca.
Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau
saran yang berguna. Terima kasih.
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………4
1.2 TUJUAN…………………………………………………………………….5
1.3 MANFAAT………………………………………………………………….5
2.1 STRUKTUR………………………………………………………………..7
2.3 PEMBEBANAN……………………………………………………………11
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………….31
3
4.5 MENGHITUNG PERIODE STRUKTUR………………………………….33
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………...46
5.1 KESIMPULAN…………………………………………………………….46
5.2 SARAN…………………………………………………………………….46
4
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu adalah hal penting yang yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa
adanya ilmu maka kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan baik. Ilmu
pengetahuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Di era globalisasi saat ini
menuntut setiap individu untuk mampu bersaing dalam mempertahankan eksistensi
dalam hal karir. Tidak hanya ilmu dalam bentuk teori yang dibutuhkan namun ilmu
dalam hal penerapan dilapangan juga diperlukan. Di dalam segala aspek bidang,
ilmu yang khususnya berhubungan dengan konstruksi membutuhkan suatu
pengalaman dan jam terbang dalam bekerja.
Rancangan struktur gedung tahan gempa ini adalah hasil analisa perhitungan
dengan bantuan software program ETABS, yang secara langsung dapat digunakan
dalam perencanaan dilapangan. Selain itu tugas ini juga untuk membekali
mahasiswa dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah :
a. Merancang struktur gedung tahan gempa dengan Program Software ETABS.
b. Mengetahui hasil akhir rancangan gedung tahan terhadap gempa atau tidak.
5
1.3 Manfaat
Penulisan tugas Dinamika Struktur dan Teknik Gempa ini diharapkan
bermanfaat untuk :
a. Sebagai referensi bagi siapa saja yang membacanya, khususnya bagi yang
mempunyai masalah yang sama.
b. Sebagai perbandingan, khususnya dalam rancangan gedung tahan gempa.
• BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, maksud
dan tujuan penulisan laporan, serta sistematika penulisan laporan.10
6
struktur gedung tahan gempa.
• BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang metode pelaksanaan pekerjaan dilapangan atau hal-
hal yang menjadi permasalahan dalam rumusan masalah.
• BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran isi laporan.
• DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang buku-buku referensi penunjang penulisan laporan.
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Struktur
Secara umum struktur disebut sebagai himpunan dari elemen-elemen bahan yang
berfungsi menyalurkan beban dan gaya dengan aman, sehingga dalam proses
perencanaan suatu struktur, perhitungan akan kombinasi beban dan gaya yang
bekerja dalam suatu struktur menjadi hal yang sangat penting.
Dalam sistem struktur, terdapat sifat khusus dari struktur yang berhubungan
dengan tingkat layanan bangunan akibat gempa yaitu sebagai berikut:
• Kekakuan (Stiffness)
8
digunakan untuk keperluan kantor, human, pertokoan, gudang, rumah sakit dan lain
sebagainya. Struktur gedung pada dasarnya dibuat dengan material beton bertulang,
baja, dan kayu dengan desain arsitektur yang memukau.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh Gempa Rencana dapat ditinjau
sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga analisisnya dapat
dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen. Sedangkan untuk struktur gedung
tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh
pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan
analisis respons dinamik. Didalam SNI 03-1726-2012 dijelaskan mengenai
ketentuan-ketentuan pengelompokan gedung beraturan dan tidak beraturan,
daktilitas struktur, pembehanan gempa nominal, wilayah gempa Indonesia beserta
respons spektrum gempa untuk masing-masing wilayah, kinerja struktur gedung,
dan lain-lain.
9
suatu struktur, adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan ruang, bentang, harus memenuhi kebutuhan pemakaian sehingga
struktur tersebut dapat selaras dan sesuai dengan estetika atau keindahan dan
lingkungan sekitarnya
b. Struktur yang didesain, harus diperhitungkan dan kuat untuk dapat
menerima semua kombinasi beban yang bekerja.
c. Struktur dan elernen struktur tidak boleh mengalami lendutan yang melebihi
nilai maksimum, terangkat pada elernen atau bagian struktur, bergetar, dan
retak yang berlebihan yang dapat mengganggu fungsi dari bangunan tersebu.
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih
bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu,
seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas dan waktu pengerasan.
(Mc Cormac, 2014).
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung
(Dipohusodo, 1999).
Beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan kekuatan tarik yang sangat
rendah. Beton bertulang adalah kombinasi beton dan baja dimana tulangan baja
memberikan kekuatan tarik yang kurang pada beton. Penguat baja juga mampu
menahan gaya tekan dan digunakan dalam kolom maupun dalam situasi lain. (Mc
Cormac, 2014).
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan
yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul
10
didalam sistem (Dipohusodo, 1999).
Dalam perencanaan struktur beton bertulang, beton diasumsikan tidak
memiliki kekuatan tarik sehingga diperlukan material lain untuk menanggung gaya
tarik yang bekerja. Material yang digunakan umumnya berupa batang-batang baja
yang disebut tulangan.
Untuk meningkatkan kekuatan lekat antara tulangan dengan beton di
sekelilingnya telah dikembangkan jenis tulangan uliran pada permukaan tulangan,
yang selanjutnya disebut sebagai baja tulangan deform atau ulir.
Mengacu SNI 2052 - 2017, disebutkan pengelompokan baja tulangan untuk beton
bertulang sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Jenis dan kelas baja tulangan menurut SNI 2052 - 2017
11
2.3 Pembebanan
Faktor beban merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perhitungan analisis struktur. Suatu struktur dan komponennya dapat memenuhi
syarat-syarat keamanan dan kelayakan pakai terhadap bermacam – macam
kombinasi beban yang ada, maka harus diperhitungkan faktor - faktor beban
tersebut, sesuai dengan sifat dan kebutuhan dan setiap faktor - faktor tersebut,
sehingga untuk setiap perhitungan faktor beban, mempunyai persamaan tersendiri
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang telah ditetapkan.
Beban mati adalah beban yang konstan berada pada satu titik. Mereka
termasuk berat struktur yang dipertimbangkan dan juga peralatan yang melekat
secara permanen padanya. Untuk bangunan beton bertulang, beberapa beban mati
adalah portal, dinding, lantai, plafon, tangga, atap, dan plumbing. (Mc Cormac,
2014)
Untuk merancang struktur, kebutuhan berat atau beban mati berbagai
komponen harus diestimasi untuk digunakan dalam analisis. Ukuran dan berat
bagian yang sesuai tidak diketahui sampai analisis struktur dibuat dan anggota
struktur dipilih. Bobotnya, seperti yang ditentukan dari desain sebenarnya, harus
dibandingkan dengan berat yang diharapkan. Jika ada perbedaan besar, perlu
diulang analisis dan desain dengan menggunakan bobot perkiraan yang lebih baik.
Beban hidup adalah beban yang bisa berubah dalam besaran dan posisi.
Mereka termasuk beban hunian, material gudang, beban konstruksi, crane layanan
overhead, beban operasi peralatan, dan banyak lainnya. Secara umum, mereka
disebabkan oleh gravitasi. (Mc Cormac, 2014)
Dalam SNI 1727-2020, disebutkan bahwa beban hidup yang digunakan
dalam perencanaan bangunan gedung dan struktur lain harus beban maksimum
yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung.
12
Akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan.
Tabel 2.2 Beban hidup terdistribusi min, Lo dan beban hidup terpusat minimum
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang timbul akibat percepatan getaran tanah pada saat gempa
terjadi.
Dalam studi permodelan ini, beban gempa dihitung menggunkan dua metode
yaitu, motode statik ekuivalen dan motede dinamik respons spektrum.
13
batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus
diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai
dengan Tabel 2.3, berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas.
Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di
laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwenang atau ahli desain
geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 2.3. Dalam hal ini, kelas situs dengan
kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data tanah yang
spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus diestimasi
oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki sertifikat/izin keahlian dengan
menyiapkan laporan penyelidikan tanah berdasarkan kondisi geotekniknya. Jika
sifat tanah yang memadai tidak tersedia untuk penentuan kelas situs, maka kelas
situs SE harus digunakan sesuai dengan persyaratan 0, kecuali otoritas yang
berwenang atau data geoteknik menunjukkan situs termasuk dalam kelas situs
lainnya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak diperkenankan jika
terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi dan
permukaan batuan dasar.
Tabel 2.3 Klasifikasi Situs
14
2.3.1.2 Penentuan Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk
Beban Gempa.
15
Tabel 2.4 Faktor Keutamaan Gempa
16
seismik-nya berdasarkan kategori risikonya dan parameter respons spektral
percepatan desainnya, SDS dan SD1, sesuai 0. Masing-masing bangunan dan
struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah, dengan
mengacu pada Tabel 8 dan Tabel 9, terlepas dari nilai periode fundamental getaran
struktur, T.
Apabila S1 lebih kecil dari 0,75, kategori desain seismik diizinkan untuk
ditentukan sesuai Tabel 8 saja, di mana berlaku semua ketentuan di bawah:
1. Pada masing-masing dua arah ortogonal, perkiraan periode fundamental
struktur, Ta, yang ditentukan sesuai dengan 0 adalah kurang dari 0,8Ts, di
mana Ts ditentukan sesuai dengan 0;
2. Pada masing-masing dua arah ortogonal, periode fundamental struktur yang
digunakan untuk menghitung simpangan antar tingkat adalah kurang dari Ts;
3. Persamaan (31) digunakan untuk menentukan koefisien respons seismik, Cs;
4. Diafragma struktural adalah kaku sebagaimana disebutkan di 0 atau untuk
diafragma yang fleksibel, jarak antara elemen-elemen vertikal pemikul gaya
seismik tidak melebihi 12 m.
17
Berdasarkan SNI 1726:2019, penentuan kategori desain seismik (KDS)
sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter respons percepatan
pada Periode.
18
Tabel 2.6 Koefisien Situs (Fa)
19
Tabel 2.8 Faktor R, Cd dan Ω0 untuk Sistem Rangka Penahan Gaya Gempa
20
21
Sumber: SNI 1726:2019, tabel 12
Catatan:
a. Koefisien modifikasi respons, R, untuk penggunaan pada keseluruhan
standar. Nilai R mereduksi gaya ke level kekuatan bukan pada level tegangan
izin.
b. Jika nilai pada tabel faktor kuat lebih, lebih besar atau sama dengan
2,5, maka diizinkan untuk direduksi setengah untuk struktur dengan
diafragma fleksibel.
c. Faktor pembesaran simpangan lateral Cd, untuk penggunaan dalam 0, 0, dan
0.
d. TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diizinkan.
e. Lihat 7.2.5.4 untuk penjelasan sistem pemikul gaya seismik yang dibatasi
sampai bangunan dengan ketinggian 72 m atau kurang.
f. Lihat 7.2.5.4 untuk sistem pemikul gaya seismik yang dibatasi sampai
bangunan dengan ketinggian 48 m atau kurang.
g. Dinding geser didefinisikan sebagai dinding struktural.
h. Definisi “Dinding Struktural Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cor
22
di tempat.
i. Penambahan ketinggian sampai 13,7 m diizinkan untuk fasilitas gudang
penyimpanan satu tingkat.
j. Rangka baja dengan bresing konsentrik biasa diizinkan pada bangunan satu
tingkat sampai ketinggian 18 m di mana beban mati atap tidak melebihi 0,96
kN/m2 dan pada struktur griya tawang (penthouse).
k. Lihat 0 untuk struktur yang dikenai kategori desain seismik D, E, atau F.
l. Lihat 0 untuk struktur yang dikenai kategori desain seismik D, E, atau F
m. Definisi “Rangka Momen Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cor di
tempat.
n. Definisi “Rangka Momen Khusus”, termasuk konstruksi pracetak dan cor di
tempat.
o. Sebagai alternatif, efek beban seismik dengan kuat lebih Emh, diizinkan
berdasarkan perkiraan kekuatan yang ditentukan sesuai dengan standar yang
berlaku.
p. Rangka pemikul momen biasa diizinkan untuk digunakan sebagai pengganti
rangka pemikul momen menengah untuk kategori desain seismik B atau C.
23
Dimana:
hn = ketinggian struktur (m) diatas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur.
Ct & x= koefisien yang ditentukan sesuai SNI 1726:2019, tabel
2.17.
Tabel 2.9 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x
Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar
struktur dibatasi tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk Batasan atas pada
periode yang dihitung (Cu) dari tabel 17 SNI 1726:2019 dan periode fundamental
pendekatan Ta.
Tabel 2.10 Koefisien Batas Atas Pada Perioda yang Dihitung
24
perhitungan struktur beban gempa yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar
dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga beban gempa diekuivalenkan menjadi
beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa struktur tiap lantai bangunan.
Analisa statik ekuvalen dilakukan dengan langkah - langkah berikut:
a. Perhitungan Berat Struktur
Berat struktur gedung (W) akibat berat sendiri secara manual dihitung
melalui program autocad , dengan cara menghitung masing-masing luasan lantai
pada struktur gedung. Dalam SNI 1726:2019, disebutkan bahwa berat efektif
struktur (W), harus menyertakan seluruh beban mati sendiri struktur dan beban
hidup bereduksi bereduksi minimal 25% beban hidup lantai.
b. Koefisien Respons Seismik
Dimana:
Cs = koefisien respons seismik
SDS = parameter percepatan desain respons spektrum dalam rentang periode
pendek
Ie = faktor keutamaan gempa
25
d. Distribusi Beban Gempa
𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 × 𝑉
Dimana:
Keterangan:
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total atau geser didasar
struktur Wi dan wx = berat seismik efektif tot al struktur ditingkat i atau
x hx dan hi = tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur
0,5 < T < 2,5, nilai k didapat dari interpolasi linear antara 1 dan 2
e. Eksentrisitas Rencana
Dimana:
eox dan eoy = eksentrisitas bawaan
0,05 B Ax dan 0,05 B Ay = eksentrisitas tak terduga
26
3. Analisa Dinamik Respons Spektrum
Gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan gempa
rencana dan massa total struktur. Dalam analisa gempa dinamik, massa bangunan
sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat beban gempa. Massa tambahan
berupa beban mati tambahan dan beban hidup harus direduksi sesuai fungsional
gedung.
27
d. Gaya geser dasar nominal
Menurut SNI 1726:2019, nilai akhir V dinamik harus lebih besar atau sama
dengan 85% Vstatik, sehingga persyaratan tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut: Vdinamik ≥ 0,85 Vstatik.
Jika nilai persyaratan belum terpenuhi, maka besarnya Vdinamik harus dikalikan
dengan faktor skala gempa 0,85 Vstatik/Vdinamik.
4. Simpangan Struktur
28
Keterangan:
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
Lr = Beban Hidup Atap
R = Beban Hujan
W = Beban Angin
E = Beban Gempa
Sistem Rangka Pemikul adalah sistem rangka ruang dalam mana komponen-
komponen struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi
lentur, geser dan aksial. Model Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM), jenis bangunan SRPMM akan direncanakan dengan konsep Strong
Column and Weak Beam (kolom kuat dan balok lemah), namun detailing tidak
seketat Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). (Purwono & Tavio,
2010)
2.5 Simpangan Struktur
Kriteria Persyaratan simpangan mengacu pada SNI Gempa 2019 dengan
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor pembesaran defleksi (Cd) untuk SRPMK
2. Faktor Keutamaan gempa (Ie)
3. Faktor redunansi untuk gedung dengan r
4. Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kategori resiko
II adalah 0,02 x H
29
BAB III
METODOLOGI
Data yang diperlukan dalam analisa gedung tahan gempa adalah sebagai
berikut :
1. Denah struktur gedung.
2. Nilai N-SPT hasil uji tanah.
3. SNI tentang gempa.
4. Nilai respons spektra berdasarkan klasifikasi tanah.
5. Software ETABS.
30
3.4 Bagan Alur Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data
Analisa Data :
Selesai
31
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Penentuan Kategori Resiko, Kelas Situs dan Respon Spektral Percepatan
32
4.2.2 Parameter Kelas Situs
33
SDS = 0,31 0,2
SD1 = 0,19
Kategori Resiko = IV
Berdasarkan nilai SDS didapatkan Kategori Desain Seismik
Berdasarkan nilai SDS KDS = C
Berdasarkan nilai SD1 KDS = C
Jadi Dipilih KDS = C
Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 18 untuk rangka beton pemikul momen biasa
di dapat :
Ct = 0,0466
X = 0,9
Hn = 27 m
Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 18 untuk rangka beton pemikul momen khusus
di dapat :
Ct = 0,0466
X = 0,9
Hn = 27 m
Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka pemikul momen yang bekerja
pada arah x :
Tax = Ct . Hnx
= 0,90493 detik
Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka pemikul momen yang bekerja
pada arah y :
TaY = Ct . Hnx
= 0,90493 detik
34
Nilai SD1 = 0,19
Jadi digunaka koefesien CU = 1,6 SNI 1726-2019 Tabel 17
Arah x
Ta max = CU . Ta
Ta max = 1,44788 detik
Arah y
Ta max = CU . Ta
Ta max = 1,44788 detik
35
Tabel 4.1 Hasil perhitungan berat sendiri tiap
lantai
Self Weight
Grup Self Mass (kg)
(kN)
All 3788687.304 37154.3302
Group1 525485.7388 5153.2547
Group2 652640.313 6400.2151
Group3 652640.313 6400.2151
Group4 652640.313 6400.2151
Group5 652640.313 6400.2151
Group6 652640.313 6400.2151
Group7 3788687.304 37154.3302
36
Σ 15806.25
37
4.7 Perhitungan Keofisien Respons Seismik
Parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang periode pendek SDS = 0.31
Faktor modifikasi respon arah x Rx = 8
Faktor modifikasi respon arah y Ry = 8
Faktor keutamaan gempa Ie = 1,5
Nilai koefisien respon seismik arah x (Cs = SDS/(Rx/Ie)) Csx = 0,058 .g
Nilai koefisien respon seismik arah y (Cs = SDS/(Ry/Ie)) Csy = 0,058 .g
CS
Nilai koefisien seismik minimum (CS min = 0.044.SDS.Ie) =
min 0,020
Syarat : CS min ≥ 0.01 OK
CS ≥ CS
min OK
Koefisien respon seismik maksimum
Perioda fundamental pendekatan arah x Tx = 1,355
Perioda fundamental pendekatan
Ty =
arah y 1,290
Parameter respon percepatan pada perioda 1
SD1 =
detik 0,190
CSx max = CSx
= .g
SD1/(Tx(R/Ie)) max 0,026
CSy max = CSy
= .g
SD1/(Ty(R/Ie)) max 0,028
Kontrol :
CS min < CSx < CSx max
0,020 < 0,058 < 0,026 >>> TIDAK OK
38
4.8 Perhitungan Gaya Geser Dasar
39
4 13.50 5247915.243 1734000.288 1.395 198062574.261 0.127 219492.397 1567201.833
5 18.00 5344921.056 1734000.288 1.395 301332822.631 0.193 333936.200 1347709.436
Lantai
22.50 5342884.806 1734000.288 1.395 411216396.979 0.263 455708.873 1013773.236
Atap
Atap 27.00 5073583.089 1734000.288 1.395 503578555.909 0.322 558064.362 558064.362
62789063.049 1564703679.119 1,000 1734000.288
Distribusi beban gempa yang bekerja pada struktur (Fx) disajikan pada tebel dibawah ini.
4.10 Penentuan Eksentrisitas Rencana
Ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung ( b) = 27 m
Tabel 4.10 Hasil perhitungan eksentrisitas
ed = 1,5.e + ed = e -
Pusat Massa Pusat Rotasi Eksentrisitas
Lantai 0,005.b 0,005.b
XCM YCM XCR YCR X Y X Y X Y
1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
2 12.020 19.795 12.020 19.795 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
3 12.020 19.795 12.020 19.795 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
4 12.050 19.743 12.050 19.743 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
5 12.050 19.743 12.050 19.743 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
Lantai Atap 12.051 20.009 12.051 20.009 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
Atap 12.441 25.095 12.441 25.095 0.000 0.000 1.350 1.350 -0.135 -0.135
40
2 10.670 18.445 11473.456 3442.037 42121.247 12636.374
3 10.670 18.445 34734.703 10420.411 124677.209 37403.163
4 10.700 18.393 61961.078 18588.323 219492.397 65847.719
5 10.700 18.393 95153.221 28545.966 333936.200 100180.860
Lantai Atap 10.701 18.659 130796.780 39239.034 455708.873 136712.662
Atap 11.091 23.745 161126.601 48337.980 558064.362 167419.309
41
Base 26 5.0603 0.5941 1.5181 0.1782
Base 27 5.161 0.6054 1.5483 0.1816
Base 28 5.335 0.5598 1.6005 0.1679
Base 29 5.4645 0.6318 1.6393 0.1895
Base 30 5.4691 1.0002 1.6407 0.3001
Jumlah 201.3581 11.2773 60.4073 3.3828
Tabel 4.14 Jumlah nilai geser dasar statik ekivalen dan respon spektrum
Gaya Geser Dasar Fx Fy 0,85 . Fx 0,85 . Fy
Fx 1650819.462 495245.839 1403196.543 420958.963
Fy 520200.086 1734000.288 442170.073 1473900.245
RSPx 201.358 11.277
Syarat Tidak Terpenuhi
RSPy 60.407 3.383
Nilai gaya geser dasar akibat beban respon spektra lebih kecil dari 85 persen nilai statik
ekivalen sehingga memerlukan perhitungan koreksi faktor skala.
Setelah melakukan analisis dan syarat tidak terpenuhi maka dilakukan
perhitungan faktor skala dengan rumus (0,85 x V/Vt)
Tabel 4.14 Jumlah nilai geser dasar statik ekivalen dan respon spektrum
Gaya Geser
Fx Fy 0,85 . Fx 0,85 . Fy FSx Fsy
Dasar
Fx 1650819.462 495245.839 1403196.543 420958.963 6968.662 37327.992
Fy 520200.086 1734000.288 442170.073 1473900.245 7319.812 435704.223
RSPx 1403196.543 420958.963
Syarat Terpenuhi
RSPy 442170.073 1473900.245
Nilai gaya geser dasar akibat beban respon spektra lebih besar dari 85 persen nilai statik ekivalen
sehingga tidak memerlukan perhitungan koreksi faktor skala.
42
Tabel 4.15 Hasil Output Simpangan Elastis
Load Maximum Perpindahan
Story Direction ∆ Ijin Kontrol
Case/Combo mm Yang Diperbesar
Story 6 Comb 10 Y 0.3 1.65 80 OK
Story 5 Comb 10 Y 0.5 2.75 80 OK
Story 4 Comb 10 Y 0.4 2.2 80 OK
Story 3 Comb 10 Y 0.3 1.65 80 OK
Story 2 Comb 10 Y 0.2 1.1 80 OK
Story 1 Comb 10 Y 0.1 0.55 80 OK
43
4.11.2 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 2
44
4.11.4 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 4
45
4.11.6 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 6
46
4.11.6 Simpangan pada struktur akibat beban kombinasi 7
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa perhitungan simpangan struktur gedung tahan gempa
dengan bantuan software ETABS didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja batas untuk gedung dengan fungsional hotel memenuhi persyaratan.
2. Dengan dimensi struktur gedung yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa
struktur gedung adalah tahan terhadap gempa.
5.2 Saran
Dari analisa perhitungan, saran-saran diperlukan untuk fungsional gedung
sebagai berikut :
1. Dimensi struktur gedung utama, yang meliputi balok, kolom, tie biem
disarankan untuk di sesuaikan standard yang ada di SNI yang terbaru.
2. Uji SPT mutlak harus dilakukan, untuk mengetahui kondisi tanah yang ada,
karena memberikan pengaruh terhadap kinerja gedung.
48
DAFTAR PUSTAKA
49