D EN G A N C A R A M ATRIKS
AT
FFRREED
DRRIIKK AALLLLO
O
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karuniaNya Bahan Ajar Mata Kuliah
Analisis Struktur dengan Metode Matriks dapat penulis selesaikan penyusunannya.
Ada dua materi pokok yang harus dikuasai oleh para mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah ini.
Pertama, Analisis Struktur yang tidak lain adalah membedah struktur yang menerima beban,
bagaimana respons dari struktur: (a) apakah mampu memikul beban (dengan aman) baik sebagai suatu
kesatuan dan/ataupun pada setiap bagian struktur, dan (b) apakah mengalami perubahan bentuk pada
setiap bagian atau secara keseluruhan struktur masih dalam batas-batas yang dapat ditolerir. Kedua,
aplikasi dari Matriks untuk menyelesaikan berbagai perhitungan dalam analisis struktur.
Dalam buku ini penulis ingin menanamkan konsep-konsep dasar saja dari mata kuliah ini sehingga
isinya lebih bersifat sebagai pengantar untuk dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para mahasiswa
peserta. Sebagai contoh, dalam materi ini semua struktur masih bersifat planar (struktur bidang, 2-
dimensi) yang menjadi dasar untuk dapat dikembangkan kemudian bagi struktur-struktur spatial
(struktur ruang, 3-dimensi).
Untuk memberikan pemahaman secara lebih aplikatif, maka diberikan contoh-contoh dan model-
model yang sering ditemukan di lapangan.
Kemudian, agar para mahasiswa dapat mengalami sendiri bagaimana proses menghitung/menganalisis
struktur, maka bagi setiap peserta kuliah diwajibkan mengerjakan tugas numerik.
Penulis menyadari bahwa luasnya analisis struktur apalagi dengan perkembangan teknologi bahan
maka masih ada kekurangan dalam materi ini, agar dapat menjadi bekal yang lengkap bagi para
mahasiswa setelah menyelesaikan kuliahnya. Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan untuk
perbaikan bahan ajar ini ke depan.
Akhirnya bagi para mahasiswa peserta dan pembaca diharapkan buku ini dapat bermanfaat dalam
mempersiapkan infrastruktur fisik yang handal bagi kemakmuran bangsa. Semoga.
Fredrik Allo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB 1 – KONSEP DASAR ANALISIS STRUKTUR ...........................................1-1
1. PENGANTAR ................................................................................................1-1
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ..................................................................1-1
3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ................................................................1-1
4. KONSEP DASAR
5. CONTOH SOAL.............................................................................................1-6
LAMPIRAN ..........................................................................................................L-1
iii
iv
BAB 1 – KONSEP DASAR ANALISIS STRUKTUR
1. PENGANTAR
Dalam modul ini akan direview kembali materi tentang Analisis Struktur sebagai
persiapan untuk materi utama yakni Analisis Struktur dengan Cara Matriks. Karena
umumnya materi telah diajarkan dalam Mekanika Teknik I, II, III, dan IV, maka dalam
uraian berikut ini hanya disampaikan hal-hal yang dianggap dapat memberikan
pemahaman yang baik terhadap materi pokok tersebut.
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan siap untuk mempelajari analisis
struktur dengan cara matriks.
4. KONSEP DASAR
Prosedur analisis seperti biasanya terdiri dari input-proses-output. Khusus dalam mata
kuliah ini yang akan dibahas adalah metode yang secara luas dan umum menggunakan
matriks. Agar hal ini dapat diuraikan dengan jelas, maka dasar-dasar analisis struktur
perlu diuraikan secara ringkas mengawali pembahasan.
a. Data dan Informasi untuk analisis struktur
Input atau masukan umumnya terdiri dari materi yang telah dipelajari sebelumnya dalam
Mekanika Teknik I, II, III, dan IV. Oleh karena fokus dari materi kuliah ini adalah
matriks, maka umumnya diasumsikan bahwa data dan informasi yang berkaitan dengan
input telah diketahui. Pembahasan secara mendalam dapat dilihat dari materi tentang
perencanaan konstruksi. Dengan demikian, maka data-data untuk input akan diambil dari
sumber-sumber sekunder di perpustakaan dan publikasi resmi atau publikasi ilmiah yang
terpercaya. Data dan informasi sebagai input harus riil dan paling tidak mendekati
kenyataan di lapangan karena sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari proses secara
lengkap berupa kesimpulan terhadap kemampuan struktur yang dianalisis (kuat, aman,
nyaman).
1-1
Dapat dibedakan atas hal-hal yang berkaitan dengan struktur serta hal-hal yang berkaitan
dengan muatan yang akan dipikulnya sepanjang umur struktur. Secara lebih rinci
pembebanan untuk setiap struktur mempunyai kekhususan dan hal ini akan diuraikan
lebih mendalam pada mata kuliah perencanaan struktur. Dalam contoh kasus yang akan
dibuat, diasumsikan muatan-muatan telah dihitung sesuai ketentuan.
1. Data dan informasi yang berkaitan dengan struktur
Jenis dan bentuk struktur. Struktur terdiri dari elemen-elemen struktur yang
digabung menjadi suatu kesatuan. Elemen-elemen tersebut dapat berupa batang
(memikul gaya normal saja), balok/portal, plat dan shell (menyerupai kulit
kerang) atau kombinasinya. Bentuk struktur bermacam-macam dari yang
sederhana berupa balok, rangka atap sederhana, rangka khusus, menara, rangka
jembatan, gedung bertingkat (portal), kubah, jembatan gantung, jembatan cable
stayed, sampai dengan bangunan dengan konfigurasi dan penyambungan elemen-
elemen yang lebih rumit.
Berdasarkan statika, maka dikenal adanya struktur statis tertentu dan statis tak
tentu. Struktur statis tertentu adalah struktur yang dapat dianalisis gaya-gaya
dalamnya cukup dengan syarat keseimbangan saja. Hal ini terjadi jika jumlah
gaya/reaksi yang belum diketahui sama dengan syarat keseimbangan.
Jika jumlah gaya/reaksi tersebut lebih besar dari syarat keseimbangan, maka
terdapat kelebihan gaya/reaksi (redundant) sehingga diperlukan tambahan syarat
berupa syarat deformasi. Struktur seperti ini disebut struktur statis tak tentu
dengan derajat ketidaktentuannya sama dengan jumlah tambahan persamaan
deformasi.
Secara kinematis maka dikenal juga kinematis tertentu dan kinematis tak tentu.
Suatu struktur disebut kinematis tertentu jika pada ujung-ujung elemen bagian
struktur terkecil yang dianalisis tidak diberi kebebasan. Sebagai contoh untuk
balok horisontal di atas dua perletakan jepit-jepit (dalam sistem gaya koplanar)
disebut kinematis tertentu. Jika jepitan pada kedua ujung diganti dengan dua
perletakan sendi dan jepit, maka secara kinematis terjadi tiga kebebasan yakni
untuk perletakan sendi ada satu kebebasan untuk rotasi dan untuk rool ada dua
kebebasan (rotasi dan translasi horisontal). Struktur disebut kinematis tak tentu
berderajat tiga. Perlu dipahami bahwa penentuan derajat ketidaktentuan kinematis
tergantung pada penentuan elemen terkecil yang dianalisis pada saat membuat
model diskrit dari struktur.
Dimensi struktur berupa ukuran-ukuran elemen, ukuran penampang
melintangnya.
Material struktur yang dapat digunakan terdiri dari berbagai macam namun yang
umum adalah pasangan batu, beton bertulang, beton prategang, kayu, baja, kabel
baja penggantung dan lain sebagainya. Sifat-sifat yang ingin diketahui adalah:
sifat-sifat elastis, kekuatan bahan, dan usia layanan dari bahan. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan struktur sesuai dengan prinsip-prinsip mekanika bahan,
maka asumsi dasar terhadap material untuk bahan struktur adalah:
o Bahan dianggap bersifat kontinyu, isotropik dan homogen
1-2
o Selama memikul beban bahan berada dalam kondisi elastis linier - berlaku
Hukum Hooke – kecuali ditentukan lain.
o Sifat mekanis bahan sama untuk kondisi menerima tekan dan tarik
o Selama muatan bekerja tidak terjadi perubahan bentuk geometrik dari struktur
- deformasi relatif kecil terhadap dimensi penampang
o Pengaruh tekuk diabaikan pada perhitungan struktur sebagai kesatuan. Tekuk
diperiksa dalam peninjauan elemen-elemen konstruksi yang memikul gaya
normal tekan.
2. Data dan informasi yang berkaitan dengan berkaitan dengan muatan, jenisnya,
besarnya, bagaimana kombinasi muatan yang mungkin terjadi. Di Indonesia telah ada
beberapa peraturan tentang pembebanan pada struktur. Mulai dari Peraturan Muatan
Indonesia 1970 NI-18, Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya, No 12/1970,
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, dan berbagai peraturan
perencanaan konstruksi yang di dalamnya juga diatur tentang muatan. Misalnya
dalam Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 dikenal 5 jenis beban:
Beban Mati (M)
Beban Hidup (H)
Beban Angin (A)
Beban Gempa (G)
Beban Khusus (K)
Dengan kombinasi pembebanan yang harus ditinjau adalah:
Pembebanan Tetap: M+H
Pembebanan Sementara: M+H+A
M+H+G
Pembebanan Khusus: M+H+K
M+H+A+K
M+H+G+K
b. Mekanisme prosedur perhitungan dalam Analisis Struktur
Proses adalah metodologi atau mekanisme dalam mencari solusi/penyelesaian masalah
yang dalam hal ini adalah untuk mengetahui apakah suatu struktur yang direncanakan itu
memenuhi syarat sesuai dengan fungsi dari struktur tersebut. Secara umum metode yang
digunakan adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan mekanisme respons dari struktur jika
memikul beban. Mekanisme tersebut harus mengikuti hukum-hukum mekanika dan
perhitungannya menggunakan metode-metode kalkulus baik secara analitik maupun
numerik. Dengan berkembangnya komputer dan teknologi maka metode-metode matriks
merupakan suatu metode yang umum bahkan pada saat ini telah dikembangkan berbagai
paket software analisis struktur seperti SAP, ETABS, STAAD, dlsb. Namun demikian
peran manusia tetap diperlukan dalam mengendalikan kegiatan input-proses-output agar
memberikan jawaban yang benar dan akurat. Untuk itu, maka perlu betul-betul dipahami
1-3
filosofi dari analisis struktur secara matriks sebelum dapat menggunakan paket-paket
software. Dalam modul ini akan diberikan dasar-dasarnya saja serta aplikasi sederhana
secara “manual” menggunakan spreadsheet Microsoft Excel.
Secara umum ada 2 metode yakni: metode gaya (metode fleksibilitas) dan metode
perpindahan (metode kekakuan). Secara prinsip analisis dilakukan untuk memeriksa
keseimbangan gaya-gaya yang bekerja di dalam struktur baik sebagai suatu kesatuan
maupun pada setiap bagian struktur secara terpisah, dan memeriksa kesesuaian
(kompatibilitas) fisik struktur pada saat terjadinya deformasi seperti masalah kontinuitas
sumbu struktur dan kondisi perletakan untuk melawan terjadinya perpindahan.
Untuk pengetahuan saja bahwa di samping perhitungan secara komputerisasi, pada masa
lalu telah dikembangkan prosedur perhitungan secara manual maupun dengan kalkulator.
Metode yang cukup populer dan dianjurkan untuk diketahui juga adalah metode Kani dan
Takabeya dalam analisis struktur bangunan bertingkat banyak.
Berikut ini adalah metode-metode yang digunakan dalam analisis struktur:
A. Metode analisis untuk struktur statis tertentu:
a. Untuk struktur berbentuk kerangka dengan titik hubung sendi:
keseimbangan titik buhul
metode potongan Culmann, Ritter
poligon gaya-Cremona, Maxwell (grafis)
Metode Hennerberg
cosinus arah
koefisien gaya tarik
b. Untuk struktur berupa balok (memikul berdasarkan kemampuan melawan lendutan)
integral matematis
metode potongan
poligon gaya
integral numerik
B. Metode-metode untuk perhitungan deformasi
a. Metode-metode kinematis (berdasarkan prinsip-prinsip kinematika)
Williot-Mohr (metode grafis)
integral matematis
integral numerik
momen area, conjugate beam, beban elastis
b. Metode-metode energi
unit load
energi komplementer
metode matriks
1-4
C. Metode-metode analisis untuk struktur statis tak tentu
a. Metode Gaya (Metode Fleksibilitas)
metode unit load
energi komplementer minimum dan teorema castigliano
persamaan tiga momen
metode pusat elastis (elastic center)
metode analogi kolom (column analogy)
metode matriks
b. Metode Perpindahan (Metode Kekakuan)
metode unit perpindahan
metode slope-deflection
metode distribusi momen
metode Kani
metode Takabeya
metode energi potensial minimum
metode matriks
Khusus dalam modul ini difokuskan pada metode kekakuan dengan cara matriks.
1-5
5. CONTOH SOAL
Karena perhitungan-perhitungan selanjutnya selalu menggunakan matriks, maka perlu direview kembali
beberapa penggunaan dan operasi matriks yang sering digunakan.
C1-1. Hitung:
(a) [A][B]
(b) [A][C]
(c) [B][A]
5 3 1 3 2
Jika: [𝐴] = 3 4 1 [𝐵] = 4 6 [𝐶] = 2 6 1
5 2 7
1 2 5 1 2
Penyelesaian
5 3
3 4 1 3×5+4×4+1×1 3×3+4×6+1×2 32 35
(a). [𝐴][𝐵] = 4 6 = =
5 2 7 5×5+2×4+7×1 5×3+2×6+7×2 40 41
1 2
1 3 2
3 4 1 3×1+4×2+1×5 3×2+4×1+1×2 16 34 12
(b). [𝐴][𝐶] = 2 6 1 = =
5 2 7 5×1+2×2+7×5 5×2+2×1+7×2 44 34 26
5 1 2
Terlihat bahwa:
[A][B]≠[B][A]
C1-2. Tentukan [A]T, [B]T, ([A][B])T, dan [B]T[A]T. Matriks [A] dan [B] sama dengan
contoh C1-1.
3 5
3 4 1
(a) Jika [𝐴] = , maka [𝐴] = 4 2
5 2 7
1 7
5 3
5 4 1
(b) Jika [𝐵] = 4 6 , maka [𝐵] =
3 6 2
1 2
32 35 32 40
(c) ([𝐴][𝐵]) = =
40 41 35 41
3 5
5 4 1 5×3+4×4+1×1 5×5+4×2+1×7 32 40
(d) [𝐵] [𝐴] = 4 2 = =
3 6 2 3×3+6×4+2×1 3×5+6×2+2×7 35 41
1 7
Terlihat bahwa (AB ) T B A
T T
1-6
3 4 1
C1-3 Hitunglah det [A] dari [𝐴] = 5 2 7
2 2 8
Penyelesaian:
3 4 1 1
[𝐵] = 5 2 7 2
2 3 5 1
9 3 6 7
Penyelesaian:
3 4 1 1
2 7 2
5 2 7 2
𝑀 = = 3 5 1 = 2 × 5 × 7 + 3 × 6 × 2 + 3 × 7 × 1 − 3 × 5 × 2 × −2 ×
2 3 5 1
3 6 7
9 3 6 7
6 × 1 − 3 × 7 × 7 = −62
3 4 1 1
4 1 1
5 2 7 2
𝑀 = = 3 5 1 = 4×5×7+3×6×1+3×1×1−3×5×1−4×
2 3 5 1
3 6 7
9 3 6 7
6 × 1 − 3 × 1 × 7 = 101
3 4 1 1
4 1 1
5 2 7 2
M = = 2 7 2 = 4×7×7+2×6×1+3×1×2−3×7×1−4×
2 3 5 1
3 6 7
9 3 6 7
6 × 2 − 2 × 1 × 7 = 131
1-7
3 4 1 1
4 1 1
5 2 7 2
M = = 2 7 2 = 4×7×1+2×5×1+3×1×2−3×7×1−4×
2 3 5 1
3 5 1
9 3 6 7
5 × 2 − 2 × 1 × 1 = 19
C 41 (1) 41 M 41 19
Maka
4
det[B] a
i 1
i1C i1 3 (62) 5 (101) 2 131 9 19 258
3 4 1
C1-5 Hitunglah matriks kofaktor dari [𝐴] = 5 2 7
2 2 8
2 7
C11 (1)11 M 11 28 27 2
2 8
5 7
C12 (1)1 2 M 12 (5 8 2 7) 26
2 8
5 2
C13 (1)13 M 13 5 2 2 2 6
2 2
4 1
C 21 (1) 21 M 21 (4 8 2 1) 30
2 8
3 1
C 22 (1) 2 2 M 22 3 8 2 1 22
2 8
3 4
C 23 (1) 23 M 23 (3 2 2 4) 2
2 2
4 1
C31 (1) 31 M 31 4 7 2 1) 26
2 7
3 1
C32 ( 1) 32 M 32 (3 7 5 1) 16
5 7
3 4
C33 (1) 33 M 33 3 2 5 4 14
5 2
3 4 1 2 −26 6
Jadi untuk [𝐴] = 5 2 7 matriks kofaktornya [𝐶] = −30 22 2
2 2 8 26 −16 −14
1-8
3 4 1
C1-6 Hitunglah matriks inversi dari [𝐴] = 5 2 7
2 2 8
Jawab
1
Gunakan rumus A1 adj[ A]
det[ A]
k
det[ A] a C
i 1
ij ij dapat dihitung dengan pengembangan dari 1 baris atau kolom tertentu.
3 4 1 2 −26 6
[𝐴] = 5 2 7 [𝐶] = −30 22 2
2 2 8 26 −16 −14
Matriks hasil perkalian elemen dan kofaktor untuk matriks di atas adalah:
Nilai [A] dapat dihitung dengan menjumlahkan elemen-elemen pada salah satu baris atau kolom
karena jumlahnya sama yakni=-92.
Jadi det[A]=-92
1
A1 adj[ A]
det[ A]
2 −30 26
𝑎𝑑𝑗[𝐴] = [𝐶] = −26 22 −16
6 2 −14
Maka
1 1 2 −30 26
[𝐴] = 𝑎𝑑𝑗[𝐴] = −26 22 −16
𝑑𝑒𝑡[𝐴] −92
6 2 −14
1-9
C1-7 Hitunglah det [A] dari
3 4 1 1
[𝐴] = 5 2 7 2
2 3 5 1
9 3 6 7
Penyelesaian
−62 44 38 −66
[𝑀] = 101 49 13 120
131 61 −47 102
−19 1 −5 −66
−62 −44 38 66
[𝐶] = −101 49 −13 120
131 −61 −47 −102
19 1 5 −66
Hitung det[A]
Dengan cara yang telah diuraikan didapat:
det[A]=−258
Hitung adj[A]
−62 −101 131 19
−44 49 −61 1
𝑎𝑑𝑗[𝐴] = [𝐶] =
38 −13 −47 5
66 120 −102 −66
Hitung [A]-1
−62 −101 131 19
1 1 −44 49 −61 1
[𝐴] = 𝑎𝑑𝑗[𝐴] =
𝑑𝑒𝑡[𝐴] −258 38 −13 −47 5
66 120 −102 −66
C1-9 Jelaskan tentang Aturan Cramer untuk suatu mencari jawaban dari persamaan
linier simultan dengan bentuk:
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎 𝑥 𝑏
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎 𝑥 𝑏
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ =
⋯
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎 𝑥 𝑏
1-10
Jawab:
Solusinya adalah:
𝐷
⎧ ⎫
𝑥 ⎪ 𝐷
⎪𝐷 ⎪⎪
𝑥
⋯ = 𝐷⎬
⎨⋯
𝑥 ⎪𝐷 ⎪
⎪
⎪
⎩𝐷⎭
dengan
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎
𝐷= ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ≠0
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎
𝑏 𝑎 ⋯ 𝑎
𝑏 𝑎 ⋯ 𝑎
𝐷 =
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝑏 𝑎 ⋯ 𝑎
𝑎 𝑏 ⋯ 𝑎
𝑎 𝑏 ⋯ 𝑎
𝐷 =
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝑎 𝑏 ⋯ 𝑎
dst…….
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑏
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑏
𝐷 =
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑏
3x1 + 4x2 + x3 + x4 = 3
5x1 + 2x2 + 7x3 + 2x4 = 47
2x1 + 3x2 + 5x3 + x4 = 24
9x1 + 3x2 + 6x3 + 7x4 = 67
Penyelesaian
3 4 1 1 𝑥 3
5 2 7 2 𝑥 47
𝑥 =
2 3 5 1 24
9 3 6 7 𝑥 67
1-11
Menghitung determinan
3 4 1 1 3 3 1 1
47 2 7 2 5 47 7 2
D1 516 D2 774
24 3 5 1 2 24 5 1
67 3 6 7 9 67 6 7
3 4 3 1 3 4 1 3
5 2 47 2 5 2 7 47
D3 1290 D4 1032
2 3 24 1 2 3 5 24
9 3 67 7 9 3 6 67
Sehingga didapat:
D 516 D2 774
x1 1 2 x2 3
D 258 D 258
D 1290 D 1032
x3 3 5 x4 4 4
D 258 D 258
C1-11 Bagaimana menyelesaikan PLS pada contoh C1-9 dengan metode inversi
matriks?
Jawab:
Jika persamaan linier simultan di atas ditulis secara lebih ringkas akan berbentuk:
[A][x]=[b]
Karena [A] adalah matriks bujur sangkar maka dapat dicari inversinya, [A]−1.
Jika inverse tersebut dikalikan dengan kedua ruas dari persamaan di atas akan di dapat:
Catatan:
Cek ordonya apa sesuai atau tidak.
Matriks [A] ordonya n×n
Matriks [x] ordonya n×1
Matriks [b] ordonya n×1
Jadi harus [A] −1[b] dan bukan [b][A] −1.
[I][x]=[A] −1[b]
[x]=[A] −1[b]
1-12
C1-12 Selesaikan contoh nomor C1-10 dengan metode inversi matriks.
Penyelesaian:
3 4 1 1 𝑥 3
5 2 7 2 𝑥 47
𝑥 =
2 3 5 1 24
9 3 6 7 𝑥 67
Telah diperoleh:
Sehingga:
Penyelesaian:
Misalkan struktur adalah statis tak tentu berderajat n, maka agar mendapat struktur statis
tertentu, harus dihilangkan n buah reaksi lebih, R1, R2, …., Rn.
Akibat muatan luar pada struktur statis tertentu maka terjadi perpindahan yang selaras dengan
Ri, adalah Δi.
Jika R1=1 dikerjakan pada struktur statis tertentu dasar maka akan terjadi perpindahan yang
selaras dengan Ri, adalah δi1. Demikian pula secara berturut-turut dikerjakan R2=1, R3=1,…,
Rn=1, maka akan didapat perpindahan yang selaras dengan Ri adalah δi2, δi3, …. , δin.
Dengan syarat konsistensi deformasi bahwa jumlah perpindahan yang selaras dengan Ri pada
tempat letak reaksi lebih adalah=0, maka akan didapat persamaan linier simultan:
𝛿 𝛿 ⋯ 𝛿 𝑅 −∆
𝛿 𝛿 ⋯ 𝛿 𝑅 −∆
=
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝛿 𝛿 ⋯ 𝛿 𝑅 −∆
1-13
C1-14 Analisa portal pada Gbr C1-1(a) dengan Metode Deformasi Konsisten jika
ditentukan sebagai reaksi kelebihan adalah HB, VB, dan MB.
Penyelesaian:
Portal Gbr C1-1(a) merupakan superposisi dari Gbr C1-1(b) + HB x Gbr C1-1(d) + VB x Gbr C1-1(f) + MB x
Gbr C1-1(h).
Akibat muatan luar terjadi perpindahan-perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan adalah:
ΔH, ΔV dan φ
Akibat reaksi kelebihan HB=1, terjadi perpindahan-perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan
adalah: δHH, δVH dan φH
Akibat reaksi kelebihan VB=1, terjadi perpindahan-perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan
adalah: δHV, δVV dan φV
Akibat reaksi kelebihan MB=1, terjadi perpindahan-perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan
adalah: δHM, δVM dan φM
Dengan syarat konsistensi deformasi, bahwa perletakan B tidak mengalami perpindahan horisontal,
perpindahan vertikal, dan rotasi (putaran sudut) maka diperoleh sistem persamaan linier simultan:
𝛿 𝛿 𝛿 𝐻 −∆
𝛿 𝛿 𝛿 𝑉 = −∆
𝜑 𝜑 𝜑 𝑀 −𝜑
Sekarang akan dihitung semua perpindahan dan rotasi ini dan perhitungan dilakukan dengan metode
conjugate beam berdasarkan diagram momen/EI sebagai beban. Lihat Gbr C1-1(c), (e), (g), dan (i).
Dengan substitusi nilai-nilai deformasi tersebut ke dalam persamaan linier simultan didapat:
1 182,25 141,75 47,25 𝐻 688,5
141,75 234 45 𝑉 = 1296
𝐸𝐼 −47,25 −45 −15 𝑀 −234
1-14
6m
2 t/m
D
C
EI
EI EI 4,5 m
(a)
A B
36
36
72
16
ΔV
(b) (c)
φ ΔH
4, 27 4,
4, 4,
10,1 10,1
δVH HB=1
φH (e)
(d) δHH
6
6
18
27
δVV
Gbr C1-1
φV
VB=1 (g)
(f)
δHV
1 6 1
1 1
4, 4,
δVM
φM (i)
(h) MB=1
δHM
1-15
Setelah diselesaikan didapat:
𝐻 −1,455
𝑉 = 6
𝑀 2,182
Catatan: Asumsi dalam perhitungan di atas, arah positif untuk H ke kanan, V ke atas, dan M berlawanan
arah jarum jam.
C1-16 Tulislah persamaan umum untuk menghitung gaya batang pada rangka batang
bidang statis tertentu yang mempunyai j titik buhul.
Penyelesaian:
Telah diketahui bahwa suatu rangka batang bidang akan bersifat statis tertentu jika jumlah
batangnya, m=2j-3. Dengan syarat keseimbangan untuk setiap titik buhul maka akan ada 2j buah
persamaan dengan variabelnya adalah gaya-gaya batang sebanyak m dan reaksi-reaksi perletakan
sebanyak 3 buah. Karena gaya batang dan reaksi merupakan fungsi linier dari setiap gaya yang
bekerja, maka akan ada 2j buah persamaan linier simultan dengan bentuk sebagai berikut:
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎 𝑆 𝑐
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎 𝑆 𝑐
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ = ⋯
⋯
𝑎 𝑎 ⋯ 𝑎 𝑆 𝑐
dengan
n=2j
akl=koefisien
S1 s.d. Sn-3 = gaya-gaya batang
Sn-2, Sn-1, Sn = reaksi-reaksi perletakan
Penyelesaian:
2000 kg
E 1000 kg
C 4
1 3 5 8
3m
7
A B
2 6 9
D F
6000 kg
3X4m
Gbr C1-2
1-16
Dengan syarat keseimbangan titik buhul:
Di titik A
Di titik D
Di titik C
Setelah substitusi harga cos α=0,8 dan sin α =0,6 ke dalam persamaan (a) s.d. (l) maka didapat persamaan
linier simultan sebagai berikut:
0,8 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 𝑆 0
⎡ 0,6 ⎧ ⎫
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0⎤ 𝑆 ⎧ 0 ⎫
⎢ 0 ⎥ ⎪ ⎪ ⎪
−1 0 0 0,8 1 0 0 0 0 0 0 ⎪𝑆 ⎪ 0 ⎪
⎢ ⎥ ⎪𝑆 ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0,6 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎪
⎢ ⎥ ⎪
⎢ −0,8 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ ⎪⎪
𝑆 ⎪
⎪ ⎪ 0 ⎪
⎢−0,6 0 −1 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 𝑆 2000
=
⎢ 0 0 0 −1 −0,8 0 0 0,8 0 0 0 0⎥ ⎨ 𝑆 ⎬ ⎨−1000⎬
⎢ 0 0 0 0 −0,6 0 −1 −0,6 0 0 0 0⎥ ⎪ 𝑆 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎢ 0 0 0 0 0 −1 0 0 1 0 0 0⎥ ⎪ 𝑆 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎢ 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0⎥ ⎪⎪𝐻
⎪
⎪ ⎪ 6000 ⎪
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 −0,8 −1 0 0 0⎥ ⎪ 𝑉 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎣ 0 0 0 0 0 0 0 0,6 0 0 0 1⎦ ⎩ 𝑉 ⎭ ⎩ 0 ⎭
1-17
Setelah diselesaikan diperoleh:
𝑆 −5139
⎧𝑆 ⎫ ⎧ 5111 ⎫
⎪ ⎪ ⎪ 1083 ⎪
⎪𝑆 ⎪ ⎪ ⎪
⎪𝑆 ⎪
⎪𝑆 ⎪ ⎪−4111⎪
⎪ ⎪ ⎪−1086⎪
𝑆 6556
=
⎨𝑆 ⎬ ⎨ 6000 ⎬
⎪𝑆 ⎪ ⎪−8194⎪
⎪𝑆 ⎪ ⎪ 6556 ⎪
⎪𝐻 ⎪ ⎪−1000⎪
⎪ ⎪
⎪𝑉 ⎪ ⎪ 3083 ⎪
⎩𝑉 ⎭ ⎩ 4917 ⎭
C1-18 Analisa portal pada Gbr C1-1(a) dengan Metode Slope Deflection.
Penyelesaian: 6m
2 t/m
Gunakan persamaan umum slope-deflection: C D
0 2 EI
M AB M AB ( 2 A 2 B 3R AB ) EI
L EI EI
dengan:
4,5 m
0 RAC RBD
M AB = momen primer pada ujung A dari balok AB yang terjepit
kedua ujungnya RAC= RBD=R
A = putaran sudut (rotasi) dari sumbu balok AB dititik A. A B
B = putaran sudut (rotasi) dari sumbu balok AB dititik B.
RAB=sudut relatif antara AB yang telah mengalami deformasi Gbr C1-3
terhadap sumbu garis AB mula-mula.
Struktur mempunyai 3 derajat kebebasan yakni: rotasi di C, D, dan perpindahan horisontal di D. Karena
asumsi bahwa balok tidak mengalami pertambahan panjang, maka perpindahan horisontal di D sama
dengan di C.
1-18
Syarat keseimbangan momen di titik C (lihat Gbr C1-4)
MCA MDB
Gbr C1-4
MCA+MCD=0
14 1 4
EI ( C D R ) 6 ....................................................................................................................... (a)
9 3 3
Syarat keseimbangan momen di titik D (lihat Gbr C1-4)
MDC+MDB=0
1 14 4
EI ( C D R ) 6 ............................................. (b)
3 9 3
Syarat keseimbangan horizontal dari portal (lihat Gbr C1-5)
HA+HB=0 MCA MDB
M AC M CA M BD M DB
0 MBD
4,5 4,5 MAC
12 8 12 8
EI ( C R ) EI ( D R ) 0
9 3 9 3 HA HB
4 4 16
EI ( C D R ) 0 ............................................... (c) Gbr C1-5
3 3 3
Jika persamaan (c) dikalikan dengan (-1) dan ketiga persamaan disusun dalam bentuk matriks,
bentuknya adalah:
14 1 4
⎡ − ⎤
⎢ 9 3 3⎥
1 14 4 𝜃 6
𝐸𝐼 ⎢ − ⎥ 𝜃 = −6
⎢ 3 9 3⎥ 0
⎢ 4 4 16 ⎥ 𝑅
⎣− 3 − 3 3 ⎦
Setelah diselesaikan didapat:
54
⎧ ⎫
𝜃 1 ⎪ 11 ⎪
𝜃 = 54
𝐸𝐼 ⎨− ⎬
𝑅 ⎪ 11⎪
⎩ 0 ⎭
Yang setelah disubstitusikan kembali ke dalam persamaan slope deflection untuk momen-momen pada
ujung balok/kolom didapat:
MAC=24/11=2,182 t.m
MCA=48/11=4,364 t.m
MCD=-48/11=-4,364 t.m
MDC=48/11=4,364 t.m
MDB=-48/11=-4,364 t.m
MBD=-24/11=-2,182 t.m
1-19
1-20
BAB 2 – METODE KEKAKUAN UNTUK RANGKA BATANG
1. PENGANTAR
Dalam modul ini akan diajarkan tentang aplikasi matriks dalam Analisis Rangka Batang.
Dalam uraian berikut ini analisis akan dilakukan untuk rangka batang bidang (yang dapat
dikembangkan dengan prinsip yang sama untuk rangka batang ruang) dengan metode
kekakuan.
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menganalisis rangka batang
bidang dengan cara matriks.
4. KONSEP DASAR
Kedua metode (metode gaya dan metode perpindahan) dapat menggunakan metode
matriks untuk menganalisis struktur namun pembahasan berikut akan dilakukan dengan
metode kekakuan.
Ada beberapa keunggulan metode kekakuan terhadap metode gaya dalam menggunakan
matriks:
Cara penggunaan untuk analisis struktur statis tertentu maupun statis tak tentu
tidak berbeda. Pada metode gaya formulasi metodenya berbeda untuk statis
tertentu dan statis tak tentu.
Dalam metode kekakuan akan didapat langsung nilai perpindahan dan gaya
sedangkan pada metode gaya, nilai perpindahan didapat secara tidak langsung.
Metode kekakuan lebih mudah dirumuskan dalam bentuk matriks untuk
dioperasikan dengan komputer. Sekali matriks-matriks dari strukturnya diperoleh
analisis dapat dilakukan secara efektif.
Dalam metode kekakuan, suatu struktur dibagi-bagi dalam berbagai elemen hingga (finite
elements) yang pengenalnya adalah titik-titik ujung (nodes) elemen yang untuk
memudahkan dinamakan sebagai simpul atau nodal. Dalam analisis rangka batang maka
elemen-elemennya adalah batang-batang dan simpul-simpulnya adalah titik-titik buhul
(pertemuan ujung-ujung batang). Sifat-sifat hubungan gaya dan perpindahan dari tiap
elemen ditentukan dahulu, kemudian dikaitkan satu sama lain menggunakan persamaan
keseimbangan gaya pada simpul-simpul. Hubungan-hubungan ini untuk seluruh struktur
2-1
kemudian dihimpun bersama dalam apa yang disebut sebagai matriks kekakuan struktur
K. Dengan diketahuinya K, perpindahan-perpindahan yang belum diketahui dari simpul-
simpul dapat dihitung untuk setiap pembebanan struktur. Jika perpindahan telah didapat,
maka gaya-gaya eksternal maupun gaya dalam struktur dapat dihitung berdasarkan
hubungan gaya dan perpindahan untuk setiap batang.
Dalam Metode Kekakuan, derajat kebebasan (degree of freedom – dof) yang tidak
diketahui dari rangka batang adalah bilangan anu (tidak diketahui) karena itu harus
ditentukan lebih dahulu. Ketentuan umumnya, secara logis terlihat bahwa ada 2 dof
(kemungkinan perpindahan) untuk setiap simpul. Dalam sket, untuk pengkodean setiap
2-2
dof pada rangka batang akan diberi nomor kode yang ditunjukkan pada titik dan mengacu
kepada arah positif koordinat global yang ditandai dengan panah.
Dari seluruh dof, ada yang telah diketahui dan ada yang belum diketahui. Disepakati untuk
kemudahan dalam analisis matriks nanti, maka penomoran dimulai dari dof yang belum
diketahui1. Lihat contoh pengkodean pada Gbr 2-1(a).
2-3
AE
q'F dN
L
Jika sebaliknya diberikan perpindahan positif sejauh dF pada ujung jauh dari batang,
Gbr 2-2(b), maka dengan cara yang sama di dapat:
AE
q '' N dF
L
dan
AE
q '' F dF
L
Dengan superposisi, Gbr 2-2(c) didapat gaya ujung batang resultan akibat perpindahan ke
dua ujung batang:
AE AE
qN dN d F .................................................................................... (2-1)
L L
AE AE
qF dN d F ................................................................................ (2-2)
L L
dengan
1 −1
𝐤′ = ........................................................................................ (2-4)
−1 1
Matriks k’ disebut matriks kekakuan batang, dan mempunyai bentuk yang sama untuk
setiap batang. Elemen-elemen matriks kij disebut koefisien pengaruh kekakuan batang.
Secara fisik kij adalah gaya pada simpul i jika simpul j diberi perpindahan sebesar satu
satuan perpindahan.
d. Matriks Transformasi
1. Umum x’
y
Rangka batang terdiri dari banyak batang yang dihubungkan F
dengan sendi, maka harus dikembangkan suatu cara untuk
mentransformasikan gaya batang q dan perpindahan d yang θy
telah ditetapkan dalam berbagai koordinat lokal ke dalam y’
θx
satu koordinat global. Untuk perjanjian tanda dalam
x
koordinat global, x positif ke kanan dan y positif ke atas. N
Sudut antara arah positif sumbu lokal x’,y’ terhadap sumbu
global x,y kita namakan θx dan θy seperti pada Gbr 2-3. Kita
Gbr 2-3
namakan λx = cos θx dan λy = cos θy.
2-4
xF xN xF x N ...................................................... (2-5)
x cos x
L ( xF x N ) 2 ( y F y N ) 2
y yN y F yN ...................................................... (2-6)
y cos y F
L ( x F xN )2 ( y F y N ) 2
Di sini indeks N untuk menyatakan simpul dekat (near) dan indeks F untuk simpul jauh
(far) dari batang yang ditinjau. Penentuan letak titik O (0,0) sebaiknya sedemikian rupa
sehingga semua koordinat simpul dalam rangka batang bernilai positif.
y
Dalam koordinat global setiap simpul mempunyai dua F
derajat kebebasan yakni DNx dan DNy pada simpul N dan
DFx dan DFy pada simpul F, seperti pada Gbr 2-5. Kita
akan meninjau masing-masing perpindahan tersebut θx
secara terpisah kemudian kita superposisikan. Pada Gbr DNxcos θx
x
2-5(a) dan 2-5(b) simpul jauh F tetap pada tempatnya N DNx
sedangkan simpul dekat mengalami perpindahan sebesar (a)
x’
DNx dan DNy (dalam arah positif). Diasumsikan perubahan
sudut θx dan θy sangat kecil sehingga dapat diabaikan y
F
maka:
θy
dN = DNxcos θx + DNycos θy
DNy DNycos θy
Jika sebaliknya simpul dekat N tetap pada tempatnya dan x
N
simpul jauh mengalami perpindahan sebesar DFx dan DFy (b)
(dalam arah positif) seperti pada Gbr 2-5(c) dan 2-5(d)
x’
maka dengan cara yang sama didapat:
DFxcos θx θx
y
dF = DFxcos θx + DFycos θy F
DFx
Secara lebih ringkas ditulis:
dN = DNxλx + DNyλy
dF = DFxλx + DFyλy x
N
(c)
Dalam bentuk matriks dapat ditulis:
𝐷 θy x’
𝑑 𝜆 𝜆 0 0 𝐷 ⎫
⎧ DFy
= .......................... (2-7) y DFycos θy
𝑑 0 0 𝜆 𝜆 ⎨𝐷 ⎬
⎩𝐷 ⎭ F
atau
d = TD ....................................................................... (2-8)
x
N
dengan (d)
Gbr 5
2-5
𝜆 𝜆 0 0
𝐓= ...................................................................................... (2-9)
0 0 𝜆 𝜆
θx
QFx = qFcos θx
x
QFy = qFcos θy N (b)
𝑄 𝜆 0
⎧𝑄 ⎫ ⎡𝜆 ⎤
0 𝑞
=⎢ ⎥ .............................................................................. (2-10)
⎨𝑄 ⎬ ⎢ 0 𝜆 ⎥ 𝑞
⎩𝑄 ⎭ ⎣ 0 𝜆 ⎦
atau lebih padat
dengan
𝜆 0
⎡ ⎤
𝜆 0
𝐓𝐓 = ⎢ ⎥ .............................................................................................. (2-12)
⎢0 𝜆 ⎥
⎣0 𝜆 ⎦
Dalam rumus ini TT mentransformasikan dua gaya lokal q yang bekerja pada ujung-ujung
simpul dari batang menjadi empat komponen gaya global Q sehingga dinamakan matriks
transformasi gaya yang tidak lain dari transposisi matriks transformasi perpindahan.
2-6
e. Matriks Kekakuan Batang Global
Sekarang kita akan melanjutkan pengembangan dari matriks-matriks yang telah dihasilkan
pada uraian sebelumnya untuk menentukan matriks kekakuan suatu batang dalam
hubungannya dengan komponen gaya batang global Q dengan perpindahan global D. Jika
kita substitusikan persamaan d = TD ke dalam persamaan q = k’d, akan dihasilkan gaya-
gaya batang q dalam suku-suku yang mengandung perpindahan global D pada simpul
ujung-ujungnya yakni:
Q = TT k’TD
atau
Q = kd ................................................................................................................. (2-14)
dengan
Matriks k adalah matriks kekakuan batang dalam koordinat global sehingga didapat:
𝜆 0
⎡ ⎤
𝜆 0 𝐸𝐴 1 −1 𝜆 𝜆 0 0
𝐤= ⎢ ⎥
⎢ 0 𝜆 ⎥ 𝐿 −1 1 0 0 𝜆 𝜆
⎣0 𝜆 ⎦
Setelah diselesaikan didapat:
N x N y Fx F y
𝜆 𝜆 𝜆 −𝜆 −𝜆 𝜆
⎡ ⎤
⎢𝜆 𝜆 𝜆 −𝜆 𝜆 −𝜆 ⎥
𝐤= ⎢ −𝜆 ....................................................... (2-16)
−𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 ⎥
⎢ ⎥
⎣−𝜆 𝜆 −𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 ⎦
Letak dari 4x4 elemen matriks mengacu kepada setiap dof global yang terkait dengan
simpul dekat N dan simpul jauh F. Hal ini ditandai dengan nomor kode notasi pada baris
(di atas) mau pun kolom (di kanan) yakni: Nx, Ny, Fx, Fy. Jadi k menyatakan hubungan
gaya – perpindahan untuk batang tersebut jika komponen gaya dan perpindahan pada
ujung batang mengacu pada sistem salib sumbu global x,y. Dengan demikian setiap suku
di dalam matriks adalah koefisien pengaruh kekakuan kij yang menunjukkan komponen
gaya x atau y di simpul i yang menyebabkan satuan komponen perpindahan x atau y di
simpul j. Hasilnya setiap kolom dari matriks tersebut menyatakan 4 komponen gaya yang
terjadi pada ujung batang jika ujung tersebut mengalami satuan perpindahan yang terkait
dengan kolom tersebut. Sebagai contoh, DNx = 1 akan menimbulkan empat komponen
gaya ( x 2 ) , ( x y ) , ( x 2 ) , ( x y ) yang bekerja pada batang (=kolom 1 matriks).
2-7
f. Matriks Kekakuan Rangka Batang
Setelah diperoleh matriks kekakuan semua batang dalam koordinat global, perlu disusun
kembali dalam urutan yang sesuai sehingga matriks kekakuan struktur K untuk rangka
batang secara lengkap dapat ditemukan. Proses ini dilakukan dengan menjumlahkan
matriks-matriks batang dengan memperhatikan indeks (kode) dari elemen yang sesuai.
Setiap batang mempunyai empat baris dan kolom untuk menyatakan indeks Nx, Ny, Fx, Fy
dari kedua ujung batang dalam derajat kebebasan global. Dengan demikian matriks
kekakuan struktur akan mempunyai derajat (ordo) yang sama dengan indeks terbesar yang
diberikan pada rangka baang yang merupakan jumlah derajat kebebasan pada struktur.
Jika matriks k disusun, setiap elemen dari k akan menempati baris dan kolom yang sama
dalam matriks kekakuan struktur K. Umumnya jika dua atau lebih batang bertemu pada
satu simpul, maka akan ada elemen-elemen matriks kekakuan batang k yang menempati
posisi yang sama sehingga di dalam menyusun K akan dijumlahkan secara aljabar. Secara
rasional dapat dimengerti bahwa k tidak lain dari perlawanan batang terhadap adanya
muatan pada ujung-ujung batang sehingga adalah jumlah perlawanan setiap titik simpul
struktur rangka sebagai suatu entitas terhadap satuan perpindahan dalam arah x atau y.
a. Umum
Begitu matriks kekakuan struktur telah terbentuk, komponen gaya global Q yang bekerja
pada rangka dapat dihubungkan dengan perpindahan global D yang sesuai, menggunakan
rumus:
Q = KD ............................................................................................................... (2-17)
Persamaan ini dinamakan persamaan kekakuan struktur. Karena sesuai perjanjian kita
selalu memberi nomor (indeks) yang terendah untuk dof yang belum diketahui2, maka kita
dapat melakukan partisi matriksnya menjadi sebagai berikut:
dengan
2
Jika pemberian indeks belum mengikuti aturan ini maka matriks Q, K, dan D perlu ditata ulang agar
memenuhi persamaan (18).
2-8
Dari persamaan (18) diperoleh:
Qk = K11Du
Karena elemen-elemen yang telah dipartisi dalam matriks K11 adalah total perlawanan
pada suatu titik buhul rangka terhadap satuan perpindahan dalam arah x atau y maka
persamaan di atas merupakan simbol dari himpunan semua persamaan keseimbangan yang
dikerjakan pada semua titik-titik buhul dengan semua gaya luar = nol atau mempunyai
nilai tertentu (Qk). Selanjutnya Du dapat dihitung dengan rumus:
Setelah didapat semua perpindahan yang tidak diketahui, dengan substitusi kembali ke
dalam persamaan (20) dengan Dk = 0 akan menghasilkan:
yang tidak lain dari pada reaksi-reaksi perletakan yang belum diketahui. Selanjutnya gaya-
gaya batang dapat dihitung menggunakan persamaan (2-13) yakni q = k’TD.
Dengan syarat keseimbangan, maka qN = −qF sehingga cukup dicari salah satunya dan kita
ambil qF karena asumsi arahnya tarik (positif) sehingga jika hasil perhitungannya negatif
maka batangnya adalah batang tekan. Dengan demikian persamaan di atas cukup diambil
persamaan untuk qF yakni:
𝐷
⎧𝐷 ⎫
𝑞 = [−𝜆 −𝜆 𝜆 𝜆 ] ............................................................. (2-23)
⎨𝐷 ⎬
⎩𝐷 ⎭
2-9
6. CONTOH SOAL
4m
6 5 3
seperti pada Gbr C2- 10 6 8
1. 1 9 5 7
x
1 2 2
Penyelesaian: 3
6m 6m
Model Analitis
10 t
Model analitis dari rangka batang Gbr C2-1
dapat dilihat pada Gbr C2-1. Di sini
terlihat bahwa komponen-
komponen perpindahan diberi indeks mulai berturut-turut dari titik 5, 4, 2, 3, dan terakhir 1 dalam angka-
angka italic, bold berwarna merah. Hal ini sesuai kesepakatan bahwa penomoran dimulai dari simpul (titik)
yang belum diketahui perpindahannya. Pada rangka ini perpindahan yang belum diketahui adalah D1, D2, D3,
D4, D5, D6, D7, sedangkan D8=D9=D10=0.
Batang 1:
60 00
x 1 y 0
6 6
Dengan persamaan (2-16), dengan membagi dengan L = 6 m didapat:
9 10 5 6
0,167 0 −0,167 0 9
0 0 0 0 10
k = 𝐸𝐴
−0,167 0 0,167 0 5
0 0 0 0 6
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k1 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 9 dan y adalah 10 dan pada ujung jauh x adalah 5 dan y adalah 6.
Indeks atau kode ini diperlukan untuk memudahkan dalam menyusun matriks kekakuan struktur K.
Batang 2:
Analog untuk batang 1 di dapat
5 6 7 8
0,167 0 −0,167 0 5
0 0 0 0 6
k = 𝐸𝐴
−0,167 0 0,167 0 7
0 0 0 0 8
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k2 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 5 dan y adalah 6 dan pada ujung jauh x adalah 7 dan y adalah 8.
2-10
Batang 3:
9 12 40
x 0,6 y 0,8
5 5
Dengan persamaan (2-16), dengan membagi dengan L = 5 m didapat:
7 8 3 4
0,072 −0,096 −0,072 0,096 5
−0,096 0,128 0,096 −0,128 6
k = 𝐸𝐴
−0,072 0,096 0,072 −0,096 7
0,096 −0,128 −0,096 0,128 8
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k3 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 7 dan y adalah 8 dan pada ujung jauh x adalah 3 dan y adalah 4.
Batang 4:
69 04
x 0,6 y 0,8
5 5
Dengan persamaan (2-16), dengan membagi dengan L = 5 m didapat:
3 4 5 6
0,072 0,096 −0,072 0,096 3
0,096 0,128 −0,096 −0,128 4
k = 𝐸𝐴
−0,072 −0,096 0,072 0,096 5
−0,096 −0,128 0,096 0,128 6
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k4 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 3 dan y adalah 4 dan pada ujung jauh x adalah 5 dan y adalah 6.
Batang 5:
36 40
x 0,6 y 0,8
5 5
Dengan persamaan (2-16), dengan membagi dengan L = 5 m didapat:
5 6 1 2
0,072 −0,096 −0,072 0,096 5
−0,096 0,128 0,096 −0,128 6
k = 𝐸𝐴
−0,072 0,096 0,072 −0,096 1
0,096 −0,128 −0,096 0,128 2
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k5 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 5 dan y adalah 6 dan pada ujung jauh x adalah 1 dan y adalah 2.
Batang 6:
03 04
x 0,6 y 0,8
5 5
Dengan persamaan (2-16), dengan membagi dengan L = 5 m didapat:
1 2 9 10
0,072 0,096 −0,072 −0,096 1
0,096 0,128 −0,096 −0,128 2
k = 𝐸𝐴
−0,072 −0,096 0,072 0,096 9
−0,096 −0,128 0,096 0,128 10
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k6 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 1 dan y adalah 2 dan pada ujung jauh x adalah 9 dan y adalah 10.
2-11
Batang 7:
93 44
x 1 y 0
6 6
Dengan persamaan (2-16), dengan membagi dengan L = 6 m didapat:
1 2 3 4
0,167 0 −0,167 0 1
0 0 0 0 2
k = 𝐸𝐴
−0,167 0 0,167 0 3
0 0 0 0 4
Perhatikan bahwa baris dan kolom dari k7 ditandai dengan dof x,y pada ujung dekat dan ujung jauh yakni
pada ujung dekat indeksnya x adalah 1 dan y adalah 2 dan pada ujung jauh x adalah 3 dan y adalah 4.
Matriks ini mempunyai ordo 10×10 karena ada 10 dof pada rangka batang Gbr C2-1. Elemen-elemen yang
sesuai pada ketujuh matriks kekakuan batang dijumlahkan secara aljabar. Sebaiknya jika elemen-elemen
yang tidak ada dalam k1 sampai dengan k7 diberi nilai nol agar mempunyai ordo 10×10 sehingga
memudahkan penjumlahan.
K = k1 + k2 + k3 + k4 + k5 + k6 + k7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
⎡0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎤ 2
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 3
⎢ ⎥
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 4
+⎢00 0 0
0 0
0
0
−0,167 0 −0,167 0 0
0 0 0 0 0
0⎥ 5
0⎥ 6
⎢
⎢0 0 0 0 −0,167 0 −0,167 0 0 0⎥ 7
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 8
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 9
⎣0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎦ 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
⎡0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎤ 2
⎢0 0 0,072 −0,096 0 0 −0,072 0,096 0 0⎥ 3
⎢ ⎥
⎢0 0 −0,096 0,128 0 0 0,096 0,128 0 0⎥ 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 5
+⎢
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 6
⎢0 0 −0,072 0,096 0 0 0,072 −0,096 0 0⎥ 7
⎢0 0 0,096 −0,128 0 0 −0,096 0,128 0 0⎥ 8
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 9
⎣0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎦ 10
2-12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
⎡0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎤ 2
⎢0 0 0,072 0,096 −0,072 −0,096 0 0 0 0⎥ 3
⎢ ⎥
⎢0 0 0,096 0,128 −0,096 −0,128 0 0 0 0⎥ 4
0 0 −0,072 0,096 0,072 0,096 0 0 0 0⎥ 5
+⎢
⎢0 0 −0,096 −0,128 0,096 0,128 0 0 0 0⎥ 6
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 7
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 8
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 9
⎣0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎦ 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,072 −0,096 0 0 −0,072 0,096 0 0 0 0 1
⎡−0,096 0,128 0 0 0,096 −0,128 0 0 0 0⎤ 2
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 3
⎢ ⎥
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 4
−0,072 0,096 0 0 0,072 −0,096 0 0 0 0⎥ 5
+⎢
⎢ 0,096 −0,128 0 0 −0,096 0,128 0 0 0 0⎥ 6
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 7
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 8
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 9
⎣ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎦ 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,072 0,096 0 0 0 0 0 0 −0,072 −0,096 1
⎡ 0,096 0,128 0 0 0 0 0 0 −0,096 −0,072 ⎤ 2
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ 3
⎢ ⎥
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ 5
+⎢
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ 6
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ 7
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ 8
⎢−0,072 −0,096 0 0 0 0 0 0 0,072 0,096 ⎥ 9
⎣−0,096 −0,128 0 0 0 0 0 0 0,096 0,128 ⎦ 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,167 0 −0,167 0 0 0 0 0 0 0 1
⎡ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎤ 2
⎢0,167 0 −0,167 0 0 0 0 0 0 0⎥ 3
⎢ ⎥
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 5
+⎢
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 6
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 7
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 8
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎥ 9
⎣ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0⎦ 10
2-13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,311 0 −0,167 0 −0,072 0,096 0 0 −0,072 −0,096 1
⎡ 0 0,256 0 0 0,096 −0,128 0 0 −0,096 −0,128 ⎤ 2
⎢−0,167 0 0,311 0 −0,072 −0,096 −0,072 0,096 0 0 ⎥ 3
⎢ ⎥
⎢ 0 0 0 0,256 −0,096 −0,128 0,096 −0,128 0 0 ⎥ 4
−0,072 0,096 −0,072 −0,096 0,477 0 −0,167 0 −0,167 0 ⎥ 5
=⎢
⎢ 0,096 −0,128 −0,096 −0,128 0 0,256 0 0 0 0 ⎥ 6
⎢ 0 0 −0,072 0,096 −0,167 0 0,239 −0,096 0 0 ⎥ 7
⎢ 0 0 0,096 −0,128 0 0 −0,096 0,128 0 0 ⎥ 8
⎢−0,072 −0,096 0 0 −0,167 0 0 0 0,239 0,096 ⎥ 9
⎣ 0,096 −0,128 0 0 0 0 0 0 0,096 0,128 ⎦ 10
C2-2. Hitung gaya batang dari rangka batang dengan ukuran dan pembebanan seperti
pada Gbr C2-1. Asumsi AE sama untuk semua batang.
Penyelesaian:
Menghitung Perpindahan
2-14
𝐷 0,311 0 −0,167 0 −0,072 0,096 0 7 121,806
⎧𝐷 ⎫ ⎡ 0 0,256 0 0 0,096 −0,128 0 ⎤ ⎧ −4 ⎫ ⎧−135,625⎫
⎪
⎪𝐷 ⎪⎪ ⎢ ⎥ ⎪
⎪ 0 ⎪⎪ ⎪
⎪ 46,806 ⎪⎪
1 ⎢−0,167 0 0,311 0 −0,072 −0,096 −0,072⎥ 1
𝐷 = ⎢ 0 0 0 0,256 −0,096 −0,128 0,096 ⎥ 0 = −108,75
⎨𝐷 ⎬ 𝐸𝐴 ⎢−0,072 0,096 −0,072 −0,096 0,477 0 −0,167⎥ ⎨ 0 ⎬ 𝐸𝐴 ⎨ 67,5 ⎬
⎪
⎪𝐷 ⎪
⎪ ⎢ 0,096 −0,128 −0,096 −0,128 0 0,256 0 ⎥ ⎪
⎪−10 ⎪
⎪ ⎪
⎪−189,375⎪⎪
⎩𝐷 ⎭ ⎣ 0 0 −0,072 0,096 −0,167 0 0,239 ⎦ ⎩ 0 ⎭ ⎩ 105 ⎭
Setelah perpindahan D didapat kita dapat mencari reaksi perletakan dengan persamaan partisi yang
kedua yakni persamaan (2-20): Qu = K21Du + K22Dk = K21Du karena Dk = 0.
121,806
⎧−135,625⎫
𝑄 0 0 0,096 −0,128 0 0 −0,096 1 ⎪ ⎪ 46,806 ⎪ ⎪ 8,333
𝑄 = 𝐸𝐴 −0,072 −0,096 0 0 −0,167 0 0 −108,75 = −7
𝐸𝐴 ⎨
𝑄 −0,096 −0,128 0 0 0 0 0 67,5 ⎬ 5,667
⎪
⎪−189,375⎪ ⎪
⎩ 105 ⎭
Menghitung Gaya Batang
Batang 1: λx = 1 λy = 0 L=6m
𝐷 0
𝐸𝐴 𝐷 𝐸𝐴 1 0
𝑞 = {−1 0 1 0} 𝐷 = {−1 0 1 0} = 11,25
6 6 𝐸𝐴 67,5
𝐷 −189,375
Batang 2: λx = 1 λy = 0 L=6m
𝐷 67,5
𝐸𝐴 𝐷 𝐸𝐴 1 −189,375
𝑞 = {−1 0 1 0} 𝐷 = {−1 0 1 0} = 6,25
6 6 𝐸𝐴 105
𝐷 0
2-15
Batang 6: λx = -0,6 λy = -0,8 L=5m
𝐷 121,806
𝐸𝐴 𝐷 𝐸𝐴 1 −135,625
𝑞 = {0,6 0,8 −0,6 −0,8} = {0,6 0,8 −0,6 −0,8} = −7,083
5 𝐷 5 𝐸𝐴 0
𝐷 0
Batang 7: λx = 1 λy = 0 L=6m
𝐷 121,806
𝐸𝐴 𝐷 𝐸𝐴 1 −135,625
𝑞 = {−1 0 1 0} 𝐷 = {−1 0 1 0} = −12,5
6 6 𝐸𝐴 46,806
𝐷 −108,75
2-16
BAB 3 - ANALISIS GELAGAR DENGAN METODE KEKAKUAN
1. PENGANTAR
Dalam modul ini akan diajarkan tentang aplikasi matriks dalam Analisis Balok Menerus.
Sebagaimana halnya dalam metode konvensional, maka untuk memudahkan, peninjauan
dilakukan untuk 2 dimensi (secara planar).
4. MODEL ANALITIS
a. Pemberian Indeks
y
(Untuk membedakannya dengan
rangka, maka titik-titik cabang P
8 7 4 10 1
atau pun pertemuan atau pada
3
gaya/perletakan kita namakan 9 6 5 2
x
nodal; kita buat juga kesepakatan 1 1 2 3 3 4 5
untuk segmen balok kita sebut
2 4
saja balok, sedangkan balok (a)
secara utuh kita sebut gelagar).
Agar dapat menggunakan metode y’
kekakuan, suatu gelagar harus
dibagi-bagi menjadi (segmen- (b)
segmen) balok yang merupakan x’
3 3 4
komponen elemen hingga. Secara
umum setiap elemen harus bebas
Gbr 3-1
dari muatan dan mempunyai
penampang melintang yang
prismatis. Untuk maksud itu maka nodal dalam setiap elemen terletak pada: (1) perletakan
atau tititk-titik tempat pertemuan balok-balok, (2) tempat bekerjanya muatan luar, (3)
tempat berubahnya penampang melintang secara tiba-tiba, atau (4) titik dimana
perpindahan vertical atau rotasi akan dihitung. Sebagai contoh lihat pada Gbr 3-1. Cara
pemberian indeks (pengkodean) sama dengan untuk rangka batang. Indeks untuk elemen
3-1
(segmen balok) ditulis dalam segiempat (1,2,3,4), untuk nodal ditulis dalam lingkaran
(1,2,3,4,5) dan gaya ujung elemen dimulai dengan nodal yang belum diketahui
perpindahannya1 untuk semua nodal (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10). Demikian juga pemberian arah
untuk membedakan nodal dekat dan nodal jauh. Khusus dalam sistem gelagar bidang
setiap nodal diasumsikan tidak mengalami perpindahan akibat pengaruh gaya normal.
Sistem koordinat global diidentifikasi dengan sumbu x,y,z yang titik asalnya berada pada
salah satu nodal sedemikan rupa sehingga semua nodal mempunyai koordinat positif.
Koordinat lokal atau koordinat bagian x’, y’, z’ mempunyai titik asal pada nodal dekat dan
mengarah ke nodal jauh, Gbr 3-1(a).
c. Derajat Kebebasan
a. Perpindahan y’
1
Sebenarnya pemberian indeks dapat dilakukan tanpa mengikuti syarat ini dan baru akan ditata ulang pada
saatnya nanti. Misalnya dof dapat diberi indeks sesuai dengan nomor indeks titik simpulnya. Komponen
kebebasan vertikal pada suatu titik simpul i dapat diberi indeks (2i-1) dan komponen rotasinya diberi indeks
2i.
3-2
Jika ujung dekat elemen mengalami perpindahan vertikal sejauh dNy’, Gbr 3-2, maka
berdasarkan perhitungan deformasi kita dapatkan:
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI
q Ny ' 3
d Ny ' ; q Nz ' 2 d Ny ' ; q Fy ' 3 d Ny ' ; q Fy ' 2 d Ny '
L L L L
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI
q Ny ' d Fy ' ; q Nz ' 2 d Fy ' ; q Fy ' 3 d Fy ' ; q Fz ' 2 d Fy '
L3 L L L
6 EI 4 EI 6 EI 2 EI
q Ny ' 2
d Nz ' ; q Nz ' d Nz ' ; q Fy ' 2 d Nz ' ; q Fz ' d Nz '
L L L L
q Ny '
qFy '
V
qFz '
Jika terjadi rotasi positif pada ujung
jauh dFz’, Gbr 3-5, maka akan didapat qNz '
d Fz '
reaksi-reaksi ujung balok sebagai
berikut: Gbr 3-5
6 EI 2 EI 6 EI 4 EI
q Ny ' 2
d Fz ' ; q Nz ' d Fz ' ; q Fy ' 2 d Fz ' ; q Fz ' d Fz '
L L L L
Dalam kenyataannya kemungkinan semua deformasi ujung yang diuraikan di atas (dNy’,
dFy’, dNz’, dFz’) terjadi bersamaan sehingga besar reaksi-reaksi ujung dapat dihitung dengan
prinsip superposisi yang menghasilkan:
3-3
Ny’ Nz’ Fy’ Fz’
𝑞 ′ − 𝑑 ′
⎧𝑞 ⎫⎡ ⎤ ⎧𝑑 ⎫
′ ′⎪
⎪𝑞 ⎪⎢ − ⎥⎪⎪ ⎪
′
=⎢ ⎥ 𝑑 ′
..................................... (3-1)
⎨𝑞 ′⎬ ⎢− − − ⎥ ⎨𝑑 ′⎬
⎪𝑞 ′⎪ ⎢ ⎥⎪⎪𝑑 ′⎪
⎪
⎩𝑞 ′⎭ ⎣ − ⎦ ⎩𝑑 ′⎭
q = kd ............................................................................................................ (3-2)
matriks k ini bersifat simetris dan dinamakan matriks kekakuan anggota atau (elemen)
balok. Ada 16 angka kekakuan kij yang merupakan gaya lintang dan momen pada ujung-
ujung akibat perpindahan-perpindahan ujung. Secara fisik angka ini adalah reaksi
(muatan) pada elemen balok jika balok mengalami satuan perpindahan tertentu. Sebagai
contoh jika ujung dekat balok mengalami satuan perpindahan, dNy’ = 1 dan perpindahan
lainnya = 0, maka ujung balok memikul reaksi sebesar angka-angka pada kolom 1 dari
matriks k. Perlu diperhatikan bahwa matriks ini pada sistem koordinat lokal x’,y’ sama
dengan pada sistem koordinat global x,y sehingga tidak diperlukan transformasi.
Setelah k untuk semua elemen balok diperoleh, kita dapat menyusun matriks kekakuan
struktur K dengan cara yang sama untuk rangka batang.
a. Umum
Begitu matriks kekakuan struktur telah terbentuk, komponen gaya global Q yang bekerja
pada gelagar dapat dihubungkan dengan perpindahan global D yang sesuai, menggunakan
rumus:
Q = KD
Persamaan ini dinamakan persamaan kekakuan struktur. Karena sesuai perjanjian kita
selalu memberi nomor (indeks) yang terendah untuk dof yang belum diketahui2, maka kita
dapat melakukan partisi matriksnya menjadi sebagai berikut:
2
Jika pemberian indeks belum mengikuti aturan ini maka matriks Q, K, dan D perlu ditata ulang agar
memenuhi persamaan (3-3).
3-4
dengan
Qk = K11Du
Karena elemen-elemen yang telah dipartisi dalam matriks K11 adalah total perlawanan
pada suatu nodal terhadap satuan perpindahan dalam arah x atau y maka persamaan di atas
merupakan simbol dari himpunan semua persamaan keseimbangan yang dikerjakan pada
semua nodal dengan semua gaya luar = nol atau mempunyai nilai tertentu (Qk).
Selanjutnya Du dapat dihitung dengan rumus:
Selanjutnya reaksi-reaksi ujung balok (gaya lintang dan momen) dapat dihitung dengan
menambahkan matriks q0 pada matriks persamaan (3-2) jika ada muatan antara, sehingga
akan didapat:
q = kd + q0 (3-8)
8. PROSEDUR ANALISIS
Model Analitis
3-6
9. CONTOH SOAL
C3-1 Analisis balok berikut, Gbr C3-1 dengan Metode Matriks Kekakuan.
Penyelesaian:
3m 3t
a. Model Analitis 1 t/m
Kemudian dilakukan 6 4
pengkodean untuk 3
elemen (2 elemen), titik
nodal/simul (3 nodal), 3t
5 1
gaya reaksi ujung (ada 6 2
reaksi nodal).
1 2 2 3
1
b. Beban Nodal
Ekivalen
(b)
Selanjutnya dihitung
beban nodal ekivalen
seperti pada Gbr C3-
3t 3t 1,5 t 1,5 t
1(c). Sesuai dengan
teori, maka beban antara 3t
pada setiap elemen
dapat diganti dengan
beban nodal pada ujung- 1 2
ujung elemen yang
diasumsikan ujung- 3 t-m 3 t-m 2,25 t-m 2,25 t-m
ujung tersebut terjepit.
Dengan demikian, maka (c)
beban ekivalen = minus
momen primer dan Gbr C3-1
minus reaksi pada
ujung-ujung elemen balok.
Pada elemen 1:
1 62 1 62 1 6 1 6
q5 3 ; q1 3; q6 3 ; q4 3
12 12 2 2
Pada elemen 2:
36 3 6 3 3
q1 2,25 ; q2 2,25 ; q4 1,5 ; q3 1,5
8 8 2 2
3-7
c. Matriks Kekakuan Elemen
Sekarang kita akan menghitung kekakuan setiap elemen dengan rumus umumnya:
Matriks kekakuan global didapat dengan menjumlahkan semua elemen yang sama pada semua elemen
matriks kekakuan lokal (elemen balok). Hasilnya adalah:
1 2 3 4 5 6
24 6 −3 0 6 3 1
⎡6 12 −3 3 0 0 ⎤2
𝐸𝐼 ⎢−3 −3 1 −1 0
⎥
0 ⎥3
𝐊= ⎢
18 ⎢ 0 3 −1 2 −3 −1⎥ 4
⎢6 0 0 −3 12 3 ⎥5
⎣3 0 0 −1 3 1 ⎦6
e. Menghitung Perpindahan
Dari uraian teori maka sekarang kita dapat menghitung D1 dan D2.
0, 75 1, 333 EI 0, 333 EI D1
2, 25 0, 333EI 0, 667 EI D2
3-8
Setelah diselesaikan didapat:
0,75 0,333EI
2,25 0,667 EI 0,75 0,667 EI 2,25 0,333EI 0,25
D1 0,321 / EI
1,333EI 0,333EI 1,333EI 0,667 EI 0,333EI 0,333EI 0,778 EI
0,333EI 0,667 EI
1,333EI 0,75
0,333EI 2,25 2,25 1,333EI 0,75 0,333EI 2,75
D2 3,536 / EI
1,333EI 0,333EI 1,333EI 0,667 EI 0,333EI 0,333EI 0,778 EI
0,333EI 0,667 EI
f. Menghitung Reaksi
Untuk mendapatkan reaksi Q kita ambil saja yang telah dipartisi yakni Q = K12D11:
𝑄 − 1,5 −3 −3 −0,536
𝑄 − 4,5 𝐸𝐼 0 3 −0,321/𝐸𝐼 0,589
= =
𝑄 −3 18 6 0 3,536/𝐸𝐼 −0,107
𝑄 −3 3 0 −0,054
𝑄 0,964
𝑄 5,089
=
𝑄 2,893
𝑄 2,947
Perhatikan bahwa karena sumbu lokal berimpit dengan sumbu global, maka d = D (d1=D1)
3,215 3t
0
1 3,214 2
2,893
Analisis selanjutnya dengan menggambarkan diagram gaya dalam dan garis elastis.
3-9
C3-2 Analisis contoh C3-1 dengan mengambil elemen-elemen balok seperti pada Gbr
C3-4(b).
a. Model Analitis
Pertama sekali dipilih model analitisnya seperti pada Gbr C3-4(b) dengan 3 buah elemen.
Kemudian dilakukan pengkodean untuk elemen (3 elemen), titik nodal/simpul (4 nodal), gaya reaksi ujung
(ada 8 reaksi nodal).
Selanjutnya dihitung beban nodal ekivalen dengan cara yang telah diuraikan pada contoh C4-1 yang hasilnya
dapat dilihat pada Gbr C4-4(c).
c. Matriks Kekakuan 3m 3t
Elemen 1 t/m
7 6
2 5
8 1 3
4
1 1 2 2 3 3 4
(b)
3t 3t 3t
1 2 3 3 4
3 t-m 3 t-m
(c)
Gbr C3-4
3-10
Kekakuan elemen (segmen balok) 2
6 1 2 3
12 6×3 −12 6×3 0,444 0,667 −0,444 0,667 6
𝐸𝐼 6 × 3 4×3 −6 × 3 2×3 0,667 11,333 −0,667 0,667 1
𝐤𝟐 = = 𝐸𝐼
3 −12 −6 × 3 12 −6 × 3 −0,444 −0,667 0,444 −0,667 2
6×3 2×3 −6 × 3 4×3 0,667 0,667 −0,667 1,333 3
Matriks kekakuan global didapat dengan menjumlahkan semua elemen yang sama pada semua elemen
matriks kekakuan lokal (elemen balok). Hasilnya adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8
2 −0,667 0,667 0 0 0,5 0,167 0,333 1
⎡−0,667 0,888 0 0,667 −0,444 −0,444 0 0 ⎤2
⎢ 0,667 0 2,667 0,667 −0,667 0,667 0 0 ⎥3
⎢ ⎥
0 0,667 0,667 1,333 −0,667 0 0 0 ⎥4
𝐾 = 𝐸𝐼 ⎢
⎢ 0 −0,444 −0,667 −0,667 0,444 0 0 0 ⎥5
⎢ 0,5 −0,444 0,667 0 0 0,5 −0,056 −0,167⎥ 6
⎢ 0,167 0 0 0 0 −0,056 0,056 0,167 ⎥ 7
⎣ 0,333 0 0 0 0 −0,167 0,167 0,667 ⎦ 8
e. Menghitung Perpindahan
Dari uraian teori maka sekarang kita dapat menghitung D1, D2, D3 dan D4. dengan persamaan yang telah
disekat (partisi): Qk = K11Du.
3 2 −0,667 0,667 0 𝐷
−3 −0,667 0,888 0 0,667 𝐷
= 𝐸𝐼
0 0,667 0 2,667 0,667 𝐷
0 0 0,667 0,667 1,333 𝐷
3-11
Setelah diselesaikan didapat:
𝐷 −0,331
𝐷 1 −6,297
=
𝐷 𝐸𝐼 −0,806
𝐷 3,554
Terlihat terdapat perbedaan antara cara I (D1 = - 0,321/EI; D2 = 3,536/EI) dan cara II (D1 = - 0,331/EI;
D4 = 3,554/EI) akibat pembulatan dalam proses perhitungan (D2 pada cara I = D4 pada cara II).
f. Menghitung Reaksi
Untuk mendapatkan reaksi Qu kita ambil saja yang telah dipartisi yakni Qu = K12D11:
𝑄 0,963
𝑄 5,092
=
𝑄 2,945
𝑄 2,890
Perhitungan dilakukan dengan rumus: q = k’d + q0. Perhatikan bahwa karena sumbu lokal berimpit dengan
sumbu global, maka d = D (d1=D1).
1 3,221
2,890
2,945 3,055
Gbr C3-5
Elemen (bagian balok) 2:
3-12
Freebody diagramnya dapat dilihat pada Gbr C3-6.
3,221 2,904
2,905 0
2 3
Terdapat selisih dengan contoh C3-1 karena adanya pembulatan-pembulatan dalam proses perhitungan
khususnya angka-angka kekakuan elemen balok. Diagram gaya lintang, momen serta garis elastis sudah
pernah dibuat untuk soal yang sama.
C3-3 Analisis balok menerus pada Gbr C3-8 dengan Metode Kekakuan secara matriks.
5m
3m 10 t 10 t
1 t/m
A D
EI 2EI EI
10 m B 10 m C 10 m
5
7,84 2,16 5 5 5
Gbr C3-8
3-13
Penyelesaian:
a. Model Analitis
Pertama sekali dipilih model analitisnya seperti pada Gbr C3-8(b) dengan 3 buah elemen. Kemudian
dilakukan pengkodean untuk elemen (3 elemen), titik nodal/simpul (4 nodal), gaya reaksi ujung (ada 8 reaksi
nodal).
Selanjutnya dihitung beban nodal ekivalen seperti pada Gbr C3-8(c). Beban nodal ekivalen adalah aksi pada
ujung-ujung elemen akibat beban antara jika kedua ujungnya dijepit (adalah negatif dari reaksi ujung-ujung
elemen terhadap beban antara jika kedua ujungnya dijepit – momen primer dan reaksinya). Dalam contoh
ini, maka:
Pada elemen 1:
10 3 7 2
q1 14,7
102
10 7 32
q2 6,3
10 2
10 7 14,7 6,3
q4 7,84
10 10
10 3 14,7 6,3
q5 2,16
10 10
Pada elemen 2:
1 102
q2 8,333
12
1 102
q3 8,333
12
1 10
q5 5
2
1 10
q6 5
2
Pada elemen 3:
10 10
q3 12,5
8
10 10
q8 12,5
8
10
q6 5
2
10
q7 5
2
3-14
Kekakuan elemen (segmen balok) 2
5 2 6 3
12 6 × 10 −12 6 × 10 0,024 0,120 −0,024 0,120 5
2𝐸𝐼 6 × 10 4 × 10 −6 × 10 2 × 10 0,120 0,800 −0,120 0,400 2
𝐤𝟐 = = 𝐸𝐼
10 −12 −6 × 10 12 −6 × 10 −0,024 −0,120 0,024 −0,120 6
6 × 10 2 × 10 −6 × 10 4 × 10 0,120 0,400 −0,120 0,800 3
Matriks kekakuan global didapat dengan menjumlahkan semua elemen yang sama pada semua elemen
matriks kekakuan lokal (elemen balok). Hasilnya adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8
0,400 0,200 0 0,060 −0,060 0 0 0 1
⎡ 0,200 1,200 0,400 0,060 0,060 −0,120 0 0 ⎤2
⎢ 0 0,400 1,200 0 0,120 −0,060 −0,060 0,200 ⎥ 3
⎢ ⎥
0,060 0,060 0 0,012 −0,012 0 0 0 ⎥4
𝐊 = 𝐸𝐼 ⎢
⎢ −0,060 0,060 0,120 −0,012 0,036 −0,024 0 0 ⎥5
⎢ 0 −0,120 −0,060 0 −0,024 0,036 −0,012 0,060 ⎥ 6
⎢ 0 0 −0,060 0 0 −0,012 0,012 −0,060⎥ 7
⎣ 0 0 0,2 0 0 0,060 −0,060 0,400 ⎦ 8
e. Menghitung Perpindahan
Dari uraian teori maka sekarang kita dapat menghitung D1, D2, D3 dengan persamaan yang telah disekat
(partisi): Qk = K11Du.
𝐷 1 −40,219
𝐷 = 6,937
𝐷 𝐸𝐼 −5,785
3-15
f. Menghitung Reaksi Perletakan
𝑄 5,843
⎧𝑄 ⎫ ⎧ ⎫
⎪ ⎪ ⎪ 9,295 ⎪
𝑄 = 9,515
⎨𝑄 ⎬ ⎨ 5,347 ⎬
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
⎩𝑄 ⎭ ⎩−13,657⎭
Perhitungan dilakukan dengan rumus: q = k’d + q0. Perhatikan bahwa karena sumbu lokal berimpit dengan
sumbu global, maka d = D (d1=D1).
10 t 10 t
11,569 1 t/m 10,186
0 11,569 10,186 13,657
5,843
4,157
5,138
4,862
4,653
5,347
Gbr C3-9
3-16
C3-4 Analisis balok pada Gbr C3-10 dengan Metode Kekakuan secara Matriks.
q = 2 t/m
Penyelesaian: A B C
2EI EI
a. Model Analitis
Pertama sekali dipilih model analitisnya 7,5 m 6m
seperti pada Gbr C3-10(b) dengan 2 buah
elemen. (a) Pembebanan
Kemudian dilakukan pengkodean untuk
elemen (2 elemen), titik nodal/simpul (3 5 6
nodal), gaya reaksi ujung (ada 6 reaksi 4
nodal). 2 3
1
b. Beban Nodal Ekivalen 1 1 2 2 3
3-17
d. Matriks Kekakuan Gelagar (Global)
Matriks kekakuan global didapat dengan menjumlahkan semua elemen yang sama pada semua elemen
matriks kekakuan lokal (elemen balok). Hasilnya adalah:
1 2 3 4 5 6
1,067 0,533 0 0,213 −0,213 0 1
⎡ 0,533 1,734 0,333 0,213 −0,046 −0,167⎤ 2
⎢ ⎥
0 0,333 0,667 0 0,167 −0,167⎥ 3
K = 𝐸𝐼 ⎢
⎢ 0,213 0,213 0 0,057 −0,057 0 ⎥4
⎢−0,213 −0,046 0,167 −0,057 0,113 −0,056⎥ 5
⎣ 0 −0,167 −0,167 0 −0,056 0,056 ⎦ 6
e. Menghitung Perpindahan
Q 6
6 0 0,167 0,167 0 0, 056 0, 056 0
Dari uraian teori maka sekarang kita dapat menghitung D1, D2, D3 dengan persamaan yang telah disekat
(partisi): Qk = K11Du.
0 1,067 0,533 0 𝐷
−6 = 𝐸𝐼 0,533 1,734 0,333 𝐷
6 0 0,333 0,667 𝐷
f. Menghitung Reaksi
Untuk mendapatkan reaksi Qu kita ambil saja yang telah dipartisi yakni Qu = K12D11:
𝑄 0,213 0,213 0 1 3,453 −0,737
𝑄 − 6 = 𝐸𝐼 −0,213 −0,046 0,167 −6,912 = 1,661
𝑄 −6 0 −0,167 −0,167 𝐸𝐼 12,446 −0,924
Sehingga didapat
𝑄 −0,737
𝑄 = 7,661
𝑄 5,076
Perhitungan dilakukan dgengan rumus: q = k’d + q0. Perhatikan bahwa karena sumbu lokal berimpit dengan
sumbu global, maka d = D (d1=D1).
3-18
Elemen (bagian balok) 1, Gbr C3-11(a):
𝑞 0,057 0,213 −0,057 0,213 0 −0,737
𝑞 0,213 1,067 −0,213 0,533 3,453/𝐸𝐼 0
𝑞 = 𝐸𝐼 −0,057 −0,213 0,057 −0,213 0
=
0,737
𝑞 0,213 0,533 −0,213 1,067 −6,912/𝐸𝐼 5,535
5,534 2 t/m
0
0 1 2 0
5,535
0,737
0,737
6,924
5,076
(a) (b)
Gbr C3-11
3-19
3-20
BAB 4 - ANALISIS PORTAL DENGAN METODE KEKAKUAN
1. PENGANTAR
Konsep-konsep yang telah diuraikan untuk rangka batang dan gelagar akan dikembangkan
untuk digunakan juga pada portal.
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan menguasai dan mampu menganalisis
portal bidang dengan cara matriks.
4-1
⎡ 0 0 − 0 0 ⎤
𝑞 ′ ⎢ 0 0 − ⎥ 𝑑 ′
⎧𝑞 ′
⎫ ⎢ ⎥ ⎧𝑑 ′⎪
⎫
⎪𝑞 ⎪ ⎢ 0 ⎥⎪⎪ ⎪
0 −
′
=⎢ ⎥ 𝑑 ′
.....................(4-1)
⎨𝑞 ′⎬ ⎢− 0 0 0 0 ⎥ ⎨𝑑 ′⎬
⎪𝑞 ′⎪ ⎢ ⎥⎪⎪𝑑 ′⎪
⎪
⎩𝑞 ′⎭ ⎢ 0 − − 0 − ⎥ ⎩𝑑
′⎭
⎢ ⎥
⎣ 0 0 − ⎦
q = k’d ...........................................................................................................(4-2)
Matriks kekakuan anggota portal terdiri dari 36 angka/koefisien yang secara fisik adalah
muatan pada anggota portal akibat satuan perpindahan tertentu.
Sedangkan perpindahan dalam arah z sumbu global berimpit dengan sumbu local z’ sehingga
tidak perlu ditransformasikan sehingga
dNz’ = DNz
4-2
Dengan cara yang sama jika dikerjakan perpindahan simpul jauh pada sistem koordinat
global DFx dan DFy, akan memberikan perpindahan pada koordinat local sebagai berikut:
dengan menamakan x = cos θx dan y = cos θy dengan prinsip superposisi kita dapatkan:
𝑑 ′ 𝜆 𝜆 0 0 0 0 𝐷
⎧𝑑 ⎫ ⎡ ⎤⎧ ⎫
⎪ ′⎪ ⎢−𝜆 𝜆 0 0 0 0⎥ 𝐷
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝑑 ′ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ 𝐷
=⎢ .............................................(4-3)
⎨𝑑 ′⎬ 0 0 0 𝜆 𝜆 0⎥ ⎨ 𝐷 ⎬
⎢ ⎥
⎪𝑑
⎪ ′⎪⎪ ⎢ 0 0 0 −𝜆 𝜆 0⎥ ⎪ 𝐷 ⎪
⎩𝑑 ′⎭ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 𝐷 ⎭
d = TD ...........................................................................................................(4-4)
y
Secara logika terlihat bahwa T
x’
mentransformasikan perpindahan D pada
koordinat global ke perpindahan d pada θy
sistem koordinat lokal sehingga T y’
dinamakan matriks transformasi
perpindahan. θx
QNx= qNx’cos
θx x
Matriks Transformasi Gaya
QNy=qNx’cos θy
qNx’
Jika dikerjakan setiap komponen gaya pada (a)
y
ujung dekat kita dapat menurunkan
bagaimana mentransformasikan komponen x’
muatan dari koordinat lokal ke koordinat
y’ θy
global.
qNy’
Pada Gbr 4-3(a) dikerjakan qNx’ pada sumbu
θx
lokal yang pada koordinat global,
x
komponennya adalah: QNx=qNy’cos θy
QNy=qNy’cos θx
QNx= qNx’cos θx (b)
QNy= qNx’cos θy Gbr 4-3
Demikian pula jika dikerjakan qNy’ pada sumbu lokal pada Gbr 4-3(b) maka komponennya
pada koordinat global adalah:
QNx= -qNy’cos θy
QNy= qNy’cos θx
4-3
QNz = qNz’
Dengan cara yang sama untuk gaya ujung bagian portal qFx’, qFy’, dan qFz’ diperoleh:
QFx= qFx’cos θx
QFy= qFx’cos θy
QFx= -qFy’cos θy
QFy= qFy’cos θx
QFz = qFz’
Semua persamaan ini dihimpun dan disusun dalam bentuk matriks akan menghasilkan:
𝑄 𝜆 −𝜆 0 0 0 0 𝑞 ′
⎧𝑄 ⎫ ⎡ ⎤
⎢𝜆 𝜆 0 0 0 0⎥ ⎧𝑞 ′
⎫
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝑄 ⎢0 0 1 0 0 0⎥ 𝑞 ′
=⎢ ..............................................(4-5)
⎨𝑄 ⎬ ⎢0 0 0 𝜆 −𝜆 0⎥ ⎨ 𝑞 ′⎬
⎥
⎪𝑄 ⎪ ⎢0 0 0 𝜆 𝜆 0⎥ ⎪ 𝑞 ′⎪
⎩𝑄 ⎭ ⎣0 ⎩𝑞 ′⎭
0 0 0 0 1⎦
Q = TTq..........................................................................................................(4-6)
TT disini berfungsi untuk mentransformasikan gaya pada sistem koordinat lokal menjadi
gaya-gaya pada sistem koordinat global.
Untuk mencari matriks kekakuan bagian portal yang berkaitan dengan pembebanan global Q
yang mengalami perpindahan global D maka kita substitusikan persamaan (4-4) (d = TD ke
dalam persamaan (4-2), (q= k’d).
q = k’TD ........................................................................................................(4-7)
Q = TTk’TD ...................................................................................................(4-8)
Q = kD
dengan:
k = TTk’T.......................................................................................................(4-9)
4-4
dengan substitusi nilai-nilai k’, T, TT didapat:
Nx Ny Nz Fx Fy Fz
⎡ 𝜆 + 𝜆 − 𝜆 𝜆 − 𝜆 − 𝜆 + 𝜆 − − 𝜆 𝜆 − 𝜆 ⎤𝑁
⎢ ⎥
− 𝜆 𝜆 𝜆 + 𝜆 𝜆 − − 𝜆 𝜆 − 𝜆 + 𝜆 𝜆 𝑁
⎢ ⎥
⎢ − 𝜆 𝜆 − 𝜆 − 𝜆 ⎥𝑁
k=⎢ ⎥
⎢− 𝜆 + 𝜆 − − 𝜆 𝜆 𝜆 𝜆 + 𝜆 − 𝜆 𝜆 𝜆 ⎥ 𝐹
⎢ ⎥
⎢ − − 𝜆 𝜆 − 𝜆 + 𝜆 − 𝜆 − 𝜆 𝜆 𝜆 + 𝜆 − 𝜆 ⎥
𝐹
⎢ ⎥ 𝐹
⎣ − 𝜆 𝜆 𝜆 − 𝜆 ⎦
..............................................................................................................................(4-1)
Langkah-langkah Penyelesaian
Langkah ini dapat digunakan untuk menyelesaikan portal statis tertentu mau pun statis
tertentu.
4-5
Mencari Perpindahan dan Reaksi Perletakan
Buat partisi matriks sesuai dengan cara pada analisis rangka batang dan gelagar. Hasilnya
adalah:
Q k K11 K12 D u
Q K
u 21 K 22 D k
Perpindahan yang belum diketahui dicari dengan persamaan pertama. Kemudian gaya/reaksi
dapat dihitung dengan persamaan kedua dengan substitusi nilai-nilai Du yang telah didapat.
Gaya-gaya dalam pada ujung-ujung nodal dapat dihitung dengan rumus q = k’TD.
4-6
8. CONTOH SOAL
C4-1 Analisis portal berikut, Gbr C4-1 dengan Metode Matriks Kekakuan.
Penyelesaian: 2m 6m
1,5 t/m
a. Model Analitis
4,5 m
A=62,5 cm2
elemen), titik nodal/simpul (3 nodal), Jadi:
indeks untuk gaya reaksi/perpindahan EI=(2.106.10-3/10-4)(20000.10-8)=4000 t.m2
ujung (ada 9 reaksi nodal/perpindahan). EA=(2.106.10-3/10-4)(62,5.10-4)=125000 t
b. Beban Nodal Ekivalen
(a)
Selanjutnya dihitung beban nodal
ekivalen seperti pada Gbr C4-1(c).
Beban nodal ekivalen adalah aksi pada 2 6
ujung-ujung elemen akibat beban 3 1 4 5
antara jika kedua ujungnya dijepit
(adalah negatif dari reaksi ujung-ujung 2 1
elemen terhadap beban antara jika 3
kedua ujungnya dijepit – momen
primer dan reaksinya).
Akibat balok kantilever, bekerja pada
2
titik nodal 2, momen positif sebesar 3
t.m dan gaya vertical ke bawah sebesar
3 t. (b) Model Analitis
8
Pada elemen 1:
9 7
q11 0
1,5 6 1
q12 4,5
2
1,5 6 2 3 4,5
q13 4,5 4,5
12
1,5 6 2
q14 4,5 1
12 2
4,5
q51 0 3 4.5 3
1,5 6
q16 4,5
2
Pada elemen 2: 2
q12 0 (c) Beban titik ekivalen
q22 0
q32 0
q72 0
1
q82 0 Gbr C4-1
q92 0
4-7
c. Matriks Kekakuan Elemen
Kekakuan elemen 1
60 0
x 1 y 0 EA=4000 EI=125000
6 6
EA 125000 12 EI 12.4000 6EI 6.4000
20833 222 667
L 6 L3 63 L2 62
4 EI 4.4000 2 EI 2.4000
2667 1333
L 6 L 6
1 2 3 5 6 4
20833 0 0 −20833 0 0 1
⎡ 0 222 667 0 −222 667 ⎤ 2
⎢ ⎥
0 667 2667 0 −667 1333 ⎥ 3
k =⎢
⎢−20833 0 0 20833 0 0 ⎥5
⎢ 0 −222 −667 0 222 −667⎥ 6
⎣ 0 667 1333 0 −667 2667 ⎦ 4
Kekakuan elemen 2
0 4,5
x 0 y 1 EA=4000 EI=125000
4,5 4,5
EA 125000 12 EI 12.4000 6EI 6.4000
27778 527 1185
L 4,5 L3 4,53 L2 4,52
4 EI 4.4000 2 EI 2.4000
3556 1778
L 4,5 L 4,5
7 8 9 1 2 3
527 0 −1185 −527 0 −1185 7
⎡ 0 27778 0 0 −27778 0 ⎤8
⎢ ⎥
0 0 3556 1185 0 1778 ⎥ 9
k =⎢
⎢−1185 0 1185 527 0 1185 ⎥ 1
⎢ −527 −27778 0 0 27778 0 ⎥2
⎣ 0 0 1778 1185 0 3556 ⎦ 3
4-8
d. Matriks Kekakuan Portal (Global)
Matriks kekakuan global didapat dengan menjumlahkan semua elemen yang sama pada semua elemen matriks
kekakuan lokal. Hasilnya adalah:
1 2 3 4 5 6 7 8 9
21360 0 1185 0 −20833 0 −527 0 1185 1
⎡ 0 28000 667 667 0 −222 0 −27778 0 ⎤2
⎢ ⎥
1185 667 6223 1333 0 −667 −1185 0 1778 3
⎢ ⎥
⎢ 0 667 1333 2667 0 −667 0 0 0 ⎥4
𝐾 = ⎢−20833 0 0 0 20833 0 0 0 0 ⎥5
⎢ 0 −222 −667 −667 0 222 0 0 0 ⎥6
⎢ −527 0 −1185 0 0 0 527 0 −1185⎥ 7
⎢ 0 −27778 0 0 0 0 0 27778 0 ⎥8
⎣ 1185 0 1778 0 0 0 −1185 0 3556 ⎦ 9
e. Menghitung Perpindahan
0 21360 0 1185 0 𝐷
−7,5 0 28000 667 667 𝐷
=
−1,5 1185 667 6223 1333 𝐷
4,5 0 667 1333 2667 𝐷
4-9
f. Menghitung Reaksi Perletakan
𝑄 −20833 0 0 0 −0,768
⎧𝑄 − 4,5⎫ ⎡ 0,000037 ⎧ ⎫
⎪ ⎪ ⎢ 0 −222 −667 −667⎤ ⎪ −0,887⎪
⎥ −0,000302
𝑄 = ⎢ −527 0 −1185 0 ⎥ = 0,768
⎨ 𝑄 ⎬ ⎢ 0 −0,000664 ⎨ 8,387 ⎬
⎪ ⎪ −27778 0 0 ⎥ ⎪ ⎪
0,002095
⎩ 𝑄 ⎭ ⎣ 1185 0 1778 0 ⎦ ⎩−1,138⎭
𝑄 −0,768
⎧𝑄 ⎫ ⎧ ⎫
⎪ ⎪ ⎪ 3,613 ⎪
𝑄 = 0,768
⎨𝑄 ⎬ ⎨ 8,387 ⎬
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
⎩𝑄 ⎭ ⎩−1,138⎭
Perhitungan dilakukan dengan rumus: q = k’d + q0. Perhatikan bahwa karena sumbu lokal tidak berimpit
dengan sumbu global sehingga d ≠ D dan dihitung dengan persamaan:
𝑑 ′ 𝜆 𝜆 0 0 0 0 𝐷
⎧𝑑 ⎫ ⎡ ⎤⎧ ⎫
⎪ ′ ⎪ ⎢ −𝜆 𝜆 0 0 0 0⎥ 𝐷
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝑑 ′ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ 𝐷
=⎢
⎨𝑑 ′ ⎬ ⎢ 0 0 0 𝜆 𝜆 0⎥ ⎨ 𝐷 ⎬
⎥
⎪
⎪ 𝑑 ′⎪⎪ ⎢ 0 0 0 −𝜆 𝜆 0⎥ ⎪ 𝐷 ⎪
⎩𝑑 ′ ⎭ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 𝐷 ⎭
𝐸𝐴 𝐸𝐴
⎡ 0 0 − 0 0 ⎤
⎢ 𝐿 𝐿 ⎥
⎢ 0 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 ⎥
0 −
𝑞 ′ ⎢ 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 ⎥ ⎧𝑑 ′
⎫
⎧𝑞 ′
⎫ ⎢ 6𝐸𝐼 4𝐸𝐼 6𝐸𝐼 2𝐸𝐼 ⎥ ⎪𝑑 ′⎪
⎪𝑞 ⎪ ⎢ 0 0 − ⎪ ⎪
′
=⎢ 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 ⎥ 𝑑 ′
⎥ 𝑑
⎨𝑞 ′⎬ 𝐸𝐴 𝐸𝐴
0 ⎥⎨
′⎬
⎪𝑞 ′⎪
⎢− 0 0 0
⎪𝑑 ′⎪
⎩𝑞 ⎢ 𝐿 𝐿 ⎥⎪ ⎪
′⎭ 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 ⎥ ⎩ 𝑑
⎢ 0 ′⎭
− − 0 −
⎢ 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 ⎥
⎢ 6𝐸𝐼 2𝐸𝐼 6𝐸𝐼 4𝐸𝐼 ⎥
⎣ 0 𝐿 𝐿
0 −
𝐿 𝐿 ⎦
Elemen 1:
20833 0 0 −20833 0 0
⎡ 0 222 667 0 −222 667 ⎤
⎢ ⎥
0 667 2667 0 −667 1333 ⎥
k =⎢
⎢−20833 0 0 20833 0 0 ⎥
⎢ 0 −222 −667 0 222 −667⎥
⎣ 0 667 1333 0 −667 2667 ⎦
𝑑 1 0 0 0 0 0 𝐷 0,000037
⎧𝑑 ⎫ ⎡0 ⎧ ⎫ ⎧−0,000302⎫
⎪ ⎪ 1 0 0 0 0⎤ ⎪𝐷 ⎪
⎢ ⎥ 𝐷 ⎪ ⎪
𝑑 0 0 1 0 0 0⎥ −0,000664
=⎢ =
⎨𝑑 ⎬ ⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎨𝐷 ⎬ ⎨ 0 ⎬
⎪𝑑 ⎪ ⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎪𝐷 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎩𝑑 ⎭ ⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩𝐷 ⎭ ⎩ 0,002095 ⎭
4-10
20833 0 0 −20833 0 0 0,000037 0,771
⎡ 0 222 667 0 −222 667 ⎤ ⎧−0,000302⎫ ⎧ 0,887 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 667 2667 0 −667 1333 ⎥ −0,000664 0,820
k𝑑=⎢ =
⎢−20833 0 0 20833 0 0 ⎥⎨ 0 ⎬ ⎨−0,771⎬
⎢ 0 −222 −667 0 222 −667⎥ ⎪ 0 ⎪ ⎪−0,887⎪
⎣ 0 667 1333 0 −667 2667 ⎦ ⎩ 0,002095 ⎭ ⎩ 4,501 ⎭
𝑞 0 0,771 0,771
⎧𝑞 ⎫ ⎧ 4,5 ⎫ ⎧ 0,887 ⎫ ⎧ 5,387 ⎫
⎪𝑞 ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪
4,5 0,820 5,320
=𝑞 +𝑘 𝑑 = + =
⎨𝑞 ⎬ ⎨ 0 ⎬ ⎨−0,771⎬ ⎨−0,771⎬
⎪𝑞 ⎪ ⎪ 4,5 ⎪ ⎪−0,887⎪ ⎪ 3,613 ⎪
⎩𝑞 ⎭ ⎩−4,5⎭ ⎩ 4,501 ⎭ ⎩ 0,001 ⎭
Elemen 2:
27778 0 0 −27778 0 0
⎡ 0 527 1185 0 −527 1185 ⎤
⎢ ⎥
0 1185 3556 0 −1185 1778 ⎥
k′ = ⎢
⎢−27778 0 0 27778 0 0 ⎥
⎢ 0 −527 −1185 0 527 −1185⎥
⎣ 0 1185 1778 0 −1185 3556 ⎦
𝑑 0 1 0 0 0 0 0 0
⎧𝑑 ⎫
⎪ ⎪
⎡−1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 0 ⎫ ⎧ 0 ⎫
𝑑 ⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ 0 0
=⎢ =
⎨𝑑 ⎬ ⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎨ 0,000037 ⎬ ⎨−0,000302⎬
⎪𝑑 ⎪ ⎢0 0 0 −1 0 0⎥ ⎪−0,000302⎪ ⎪−0,000037⎪
⎩𝑑 ⎭ ⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−0,000664⎭ ⎩−0,000664⎭
Catatan: Karena ada pembulatan-pembulatan, maka terdapat error pada hasil perhitungan.
Diagram Gaya Lintang, Momen, dan Gaya Normal dapat dilihat pada Gbr C4-3.
4-11
3,000 5,387 3,613
-3,000 0
0,768 -0,768
-8,387 1
5,320
0,768
-2,320
-1,137
-0,768
8,387
Gbr C4-2
4-12
5,387
2,409
3,000 3,613
0,768
5,320
3,000
2,319
4,351
-0,768
-8,387
Gbr C4-3
4-13
0,000037 m
0,00032 m
0,000664 rad 0,002095 rad
●
Gbr C4-4
C4-2 Analisalah portal pada Gbr C4-5 ini dengan Metode Matriks Kekakuan!
L= 6m
h1 = 8 m
h2 = 5 m
H= 6t
q = 2 t/m
Untuk soal ini diambil:
EA berbanding lurus dengan EI
EI=100 tm2
EA=100EI
Gbr C4-5
Penyelesaian Versi 1 (Penomoran dof dimulai dari komponen perpindahan/gaya yang bebas)
b. Langkah-langkah Analisis
4-15
Kekakuan Elemen pada Sumbu Lokal
Elemen 1
2500 0 0 −2500 0 0 7
⎡ 0 4.6875 18.75 0 −4.6875 18.75 ⎤ 8
⎢ ⎥
[𝑘 ′] = ⎢ 0 18.75 100 0 −18.75 50 ⎥ 9
⎢−2500 0 0 2500 0 0 ⎥1
⎢ 0 −4.6875 −18.75 0 4.6875 −18.75⎥ 2
⎣ 0 18.75 50 0 −18.75 100 ⎦ 3
Elemen 2
5000 0 0 −5000 0 0 1
⎡ 0 16.66667 50 0 −16.66667 50 ⎤ 2
⎢ ⎥
[𝑘 ′] = ⎢ 0 50 200 0 −50 100 ⎥ 3
⎢−5000 0 0 5000 0 0 ⎥4
⎢ 0 −16.66667 −50 0 16.66667 −50⎥ 5
⎣ 0 50 100 0 −50 200 ⎦ 6
Elemen 3
2000 0 0 −2000 0 0 10
⎡ 0 9.6 24 0 −9.6 24 ⎤ 11
⎢ ⎥
0 24 80 0 −2.4 40 ⎥ 12
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−2000 0 0 2000 0 0 ⎥ 4
⎢ 0 −9.6 −24 0 9.6 −24⎥ 5
⎣ 0 24 40 0 −24 80 ⎦ 6
Matriks transformasi untuk elemen 1 dan 3 sama karena arahnya sama yakni 90˚.
0 1 0 0 0 0 1 10
⎡−1 0 0 0 0 0⎤ 2 11
⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ 3 12
[𝑇 ] = [𝑇 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 1 0⎥ 4 7
⎢0 0 0 −1 0 0⎥ 5 8
⎣0 0 0 0 0 1⎦ 6 9
4-16
Matriks kekakuan elemen pada sumbu global menjadi:
Elemen 1
0 −1 0 0 0 0 2500 0 0 −2500 0 0 0 1 0 0 0 0
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 4.6875 18.75 0 −4.6875 18.75 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 18.75 100 0 −18.75 50 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
[𝑘 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎢−2500 0 0 2500 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎢ 0 −4.6875 −18.75 0 4.6875 −18.75⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 18.75 50 0 −18.75 100 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
Elemen 2
5000 0 0 −5000 0 0 1
⎡ 0 16.66667 50 0 −16.66667 50 ⎤ 2
⎢ ⎥
[𝑘 ] = ⎢ 0 50 200 0 −50 100 ⎥ 3
⎢−5000 0 0 5000 0 0 ⎥4
⎢ 0 −16.66667 −50 0 16.66667 −50⎥ 5
⎣ 0 50 100 0 −50 200 ⎦ 6
Elemen 3
0 −1 0 0 0 0 2000 0 0 −2000 0 0 0 1 0 0 0 0
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 9.6 24 0 −9.6 24 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 24 80 0 −2.4 40 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
[𝑘 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎢−2000 0 0 2000 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎢ 0 −9.6 −24 0 9.6 −24⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 24 40 0 −24 80 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
4-17
9.6 0 −24 −9.6 0 −24 10
⎡ 0 2000 0 0 −2000 0 ⎤ 11
⎢ ⎥
⎢ −24 0 80 24 0 40 ⎥ 12
[𝑘 ] =
⎢−9.6 0 24 9.6 0 24 ⎥ 4
⎢ 0 −2000 0 0 2000 0 ⎥ 5
⎣ −24 0 40 24 0 80 ⎦ 6
Setelah dihimpun semua matriks kekakuan elemen menjadi matriks kekakuan struktur didapat suatu matriks berordo 12 x 12.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5004.688 0 18.75 −5000 0 0 | −4.6875 0 18.75 0 0 0
⎡ ⎤ 1
0 2516.667 50 0 −16.667 50 | 0 −2500 0 0 0 0
⎢ ⎥ 2
⎢ 18.75 50 300 0 −50 100 | −18.75 0 50 0 0 0 ⎥ 3
⎢ −5000 0 0 5009.6 0 24 | 0 0 0 −9.6 0 24 ⎥ 4
⎢ 0 −16.667 −50 0 2016.667 −50 | 0 0 0 0 −2000 0 ⎥ 5
⎢ 0 50 100 24 −50 280 | 0 0 0 −24 0 40 ⎥ 6
[𝐾] = ⎢ − − − −−− −−− −−− −−− −−− | −−− − − − − − − − − − − − − − − −⎥
⎢ −4.6875 0 −18.75 0 0 0 | 4.6875 0 −18.75 0 0 0 ⎥ 7
⎢ 0 −2500 0 0 0 0 | 0 2500 0 0 0 0 ⎥ 8
⎢ ⎥
⎢ 18.75 0 50 0 0 0 | −18.75 0 100 0 0 0 ⎥ 9
⎢ 0 0 0 −9.6 0 −24 | 0 0 0 9.6 0 −24 ⎥ 10
⎢ 0 0 0 0 −2000 0 | 0 0 0 0 2000 0 ⎥ 11
⎣ 0 0 0 0 0 40 | 0 0 0 −24 0 80 ⎦ 12
4-18
e. Menghitung momen primer dan reaksinya serta beban titik nodal {{Q}} yang dipartisi menjadi {Q
{ K} dan
{QU}
×( ) ( , , )
𝐻 =− + = −1,556
556 t
2×6
𝑀 = = 6 tm
12
𝑀 = −𝑀 = −6 tm
×
𝑉 =𝑉 = = 6t
Beban Nodal adalah jumlah beban di titik nodal yang terdiri 2 5
dari beban pada titik dan beban ekivalen. Beban ekivalen 1 4
adalah nilai negative dari momen/reaksi primer (balok pada 3
kondisi jepit-jepit – tanpa kebebasan/terkekang). 2
6
Q7 = 4,444 t
3
Q8 = 0
Q9 =-7.111 tm 11
1 10
Q1 = 1.556 t
Q2 = -6 t 12
Q3 = -2.444 tm
Q4 = 0 t 8
Q5 = -6 t
7
Q6 = 6 tm 9
Q10 = 0 t Gbr C4-6
6
Q11 = 0 t
Q12 = 0 tm
4-19
Untuk dapat dimasukkan ke dalam persamaan, maka matriks beban nodal juga harus dipartisi agar indeksnya
sesuai dengan kekakuan strukturnya.
𝑄 1,556
⎧ 𝑄 ⎫ ⎧ −6 ⎫
⎪ ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪−2,444⎪
⎪ ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ −6 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 6 ⎪
−− = −−−
⎨ 𝑄 ⎬ ⎨ 4,444 ⎬
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪−7,111⎪
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎩𝑄 ⎭ ⎩ 0 ⎭
4-20
Pada kasus ini:
Sehingga:
5004.688 0 18.75 −5000 0 0 𝐷 1,556
⎡ ⎧ ⎫
0 2516.667 50 0 −16.667 50 ⎤ ⎪𝐷 ⎪
⎧ −6 ⎫
⎢ ⎥ ⎪ ⎪
⎢ 18.75 50 300 0 −50 100 ⎥ 𝐷
= −2,444
⎢ −5000 0 0 5009.6 0 24 ⎥ ⎨𝐷 ⎬ ⎨ 0 ⎬
⎢ 0 −16.667 −50 0 2016.667 −50⎥ ⎪𝐷 ⎪ ⎪ −6 ⎪
⎣ 0 50 100 24 −50 280 ⎦ ⎩𝐷 ⎭ ⎩ 6 ⎭
Perpindahannya adalah:
𝐷 5004.688 0 18.75 −5000 0 0 1,556 0.10338
⎧𝐷 ⎫ ⎡
⎪ ⎪ 0 2516.667 50 0 −16.667 50 ⎤ ⎧ −6 ⎫ ⎧−0.00238⎫
⎢ ⎥ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝐷 18.75 50 300 0 −50 100 ⎥ −2,444 −0.02143
=⎢ =
⎨𝐷 ⎬ ⎢ −5000 0 0 5009.6 0 24 ⎥ ⎨ 0 ⎬ ⎨ 0.103085 ⎬
⎪𝐷 ⎪ ⎢ 0 −16.667 −50 0 2016.667 −50⎥ ⎪ −6 ⎪ ⎪−0.00303⎪
⎩𝐷 ⎭ ⎣ 0 50 100 24 −50 280 ⎦ ⎩ 6 ⎭ ⎩ 0.020129 ⎭
4-21
g. Menghitung reaksi perletakan dari struktur, {QU}=[D21]{DU} dan kontrol keseimbangan
h. Menghitung gaya-gaya ujung pada setiap elemen – gaya dalam (pada system koordinat lokal), {q}={-q0}+[k’][T]{D}
0 2500 0 0 −2500 0 0 0 1 0 0 0 0 0. 5.946
⎧ 4,444 ⎫ ⎡ 0 4.6875 18.75 0 −4.6875 18.75 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 0 ⎫ ⎧ 4.527 ⎫
⎪ ⎪ ⎢ ⎥⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
7,111 0 18.75 100 0 −18.75 50 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ 0 7.978
[𝑞 ] = +⎢ =
⎨ 0 ⎬ ⎢−2500 0 0 2500 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥ ⎨ 0.10338 ⎬ ⎨−5.946⎬
⎪ 1,556 ⎪ ⎢ 0 −4.6875 −18.75 0 4.6875 −18.75⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥ ⎪−0.00238⎪ ⎪ 1.473 ⎪
⎩−3,556⎭ ⎣ 0 18.75 50 0 −18.75 100 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−0.02143⎭ ⎩−3.760⎭
4-22
0 2000 0 0 −2000 0 0 0 1 0 0 0 0 0 6.054
⎧0 ⎫ ⎡ 0 9.6 24 0 −9.6 24 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 0 ⎫ ⎧ 1.473 ⎫
⎪ ⎪ ⎢ ⎥⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 ⎢ 0 24 80 0 −2.4 40 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ 0 3.279
[𝑞 ] = + =
⎨0⎬ ⎢−2000 0 0 2000 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥ ⎨ 0.103085 ⎬ ⎨−6.054⎬
⎪0 ⎪ ⎢ 0 −9.6 −24 0 9.6 −24⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥ ⎪−0.00303⎪ ⎪−1.473⎪
⎩0 ⎭ ⎣ 0 24 40 0 −24 80 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 0.020129 ⎭ ⎩ 4.084 ⎭
i. Menghitung gaya-gaya ujung setiap elemen pada system koordinat global, {Q}=[T]T{q}
0 −1 0 0 0 0 5.946 −4.527
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 4.527 ⎫ ⎧ 5.946 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
[𝑄 ] = ⎢0 0 1 0 0 0⎥ 7.978
=
7.978
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎨−5.946⎬ ⎨−1.473⎬
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎪ 1.473 ⎪ ⎪−5.946⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−3.760⎭ ⎩−3.760⎭
1 0 0 0 0 0 1.473 1.473
⎡0 1 0 0 0 0⎤ ⎧ 5.946 ⎫ ⎧ 5.946 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ 3.760 3.760
[𝑄 ] = ⎢ =
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎨−1.473⎬ ⎨−1.473⎬
⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎪ 6.054 ⎪ ⎪ 6.054 ⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−4.084⎭ ⎩−4.084⎭
0 −1 0 0 0 0 6.054 −1.473
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 1.473 ⎫ ⎧ 6.054 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ 3.279 3.279
[𝑄 ] = ⎢ =
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎨−6.054⎬ ⎨ 1.473 ⎬
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎪−1.473⎪ ⎪−6.054⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 4.084 ⎭ ⎩ 4.084 ⎭
j. Menggambar diagram freebody dari setiap elemen sekaligus kontrol keseimbangan pada setiap titik pertemuan (Gbr C4-7)
k. Menggambar diagram gaya dalam (N, D, M) dan Garis Elastis (Lihat Gbr C4-8a,b,c,d)
4-23
3,760 t-m 6m 4,087 t-m
6,054 t
5,946 t B 2 t/m C
B 1,473 t 1,473 t C
1,473 t 1,473 t
5,946 t 6,054 t
5m
3,759 t-m 4,087 t-m
8m 1,473 t
6t
D 6,054 t
8/3 m
4,527 t 3,278 t-m
5,945 t
A 7,974 t-m Gbr C4-7
2,97
3m
5,946 t
2,973 m
4,084 t-m
3,760 t-m
1,473 t
3,760 t-m 4,084 t-m
5,257 t-m
3,278 t-m
6,055 t
-1,473 t
0,10338 0,103085
(-)
4-24
C4-3 Analisalah portal pada Gbr C4-9 ini dengan Metode Matriks Kekakuan!
3m
Penyelesaian
1,5 t/m
6t
a. Pembuatan Model Diskrit
B C
Derajat kebebasan
Ambil semua titik-titik pertemuan balok/kolom dan
3m
titik-titik perletakan sebagai nodal sehingga
diperoleh:
60º D
4 nodal dan A 45º
3 elemen (segmen/member) Gbr C4-9
Dengan demikian, maka untuk portal bidang ini dengan setiap nodal mempunyai 3 buah kebebasan (dof)
sehingga ada 12 dof dan semua perletakan-perletakan dalam keadaan tidak bebas (jepit). Jadi jumlah kebebasan
yang akan dihitung adalah 6 buah.
Pemberian nama/notasi2
2
Pemberian nama tidak dimulai dari nodal yang bebas sehingga matriks kekakuannya akan ditata ulang pada
saat akan menghitung perpindahan.
4-25
b. Langkah-langkah Analisis
Rumus umum:
𝐸𝐴 𝐸𝐴
⎡ 0 0 − 0 0 ⎤
⎢ 𝐿 𝐿 ⎥
⎢ 0 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 ⎥
0 −
⎢ 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 ⎥
⎢ 6𝐸𝐼 4𝐸𝐼 6𝐸𝐼 2𝐸𝐼 ⎥
⎢ 0 𝐿 𝐿
0 −
𝐿 𝐿 ⎥
[𝑘′] = ⎢ ⎥
𝐸𝐴 𝐸𝐴
⎢− 0 0 0 0 ⎥
⎢ 𝐿 𝐿 ⎥
⎢ 0 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 12𝐸𝐼 6𝐸𝐼 ⎥
− − 0 −
⎢ 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 ⎥
⎢ 6𝐸𝐼 2𝐸𝐼 6𝐸𝐼 4𝐸𝐼 ⎥
⎣ 0 𝐿 𝐿
0 −
𝐿 𝐿 ⎦
Elemen 1
144337.6 0 0 −144337.6 0 0 1
⎡ 0 144.3376 250 0 −144.3376 250 ⎤ 2
⎢ ⎥
0 250 577.3503 0 −250 288.6751⎥ 3
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−144337.6 0 0 144337.6 0 0 ⎥4
⎢ 0 −144.3376 −250 0 144.3376 −250 ⎥ 5
⎣ 0 250 288.6751 0 −250 577.3503⎦ 6
4-26
Elemen 2
166666.7 0 0 −166666.7 0 0 4
⎡ 0 222.2222 333.3333 0 −222.22227 333.3333 ⎤ 5
⎢ ⎥
0 333.3333 666.6667 0 −333.3333 333.3333 ⎥ 6
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−166666.7 0 0 166666.7 0 0 ⎥7
⎢ 0 −222.2222 −333.3333 0 222.2222 −333.3333⎥ 8
⎣ 0 333.3333 333.3333 0 −333.3333 666.6667 ⎦ 9
Elemen 3
117851.1 0 0 −117851.1 0 0 10
⎡ 0 78.56742 166.6667 0 −78.56742 166.6667 ⎤ 11
⎢ ⎥
0 166.6667 471.4045 0 −166.6667 235.7023 ⎥ 12
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−117851.1 0 0 117851.1 0 0 ⎥ 13
⎢ 0 −78.56742 −166.6667 0 78.56742 −166.6667⎥ 14
⎣ 0 166.6667 235.7023 0 −166.6667 471.4045 ⎦ 15
Karena system salib sumbu struktur (global) diambil sumbu x horizontal dan sumbu y vertical, maka arah dari
elemen 1 dan elemen 3 sumbu lokalnya tidak searah dengan sumbu global dan harus ditransformasikan.
0,5 0,866025 0 0 0 0 1
⎡−0,866025 0 0 0 0 0⎤ 2
⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ 3
[𝑇 ] = ⎢
⎢ 0 0 0 0 0,866025 0⎥ 4
⎢ 0 0 0 −0,866025 0 0⎥ 5
⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ 6
0.707107 −0.707107 0 0 0 0 7
⎡0.707107 0.707107 0 0 0 0⎤ 8
⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ 9
[𝑇 ] = ⎢
⎢ 0 0 0 0.707107 −0.707107 0⎥ 10
⎢ 0 0 0 0.707107 0.707107 0⎥ 11
⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ 12
4-27
Matriks kekakuan elemen pada sumbu global menjadi:
Elemen 1
0,5 −0,8660 0 0 0 0 144337.6 0 0 −144337.6 0 0 0,5 0,8660 0 0 0 0
⎡0,8660 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 144.3376 250 0 −144.3376 250 ⎤ ⎡−0,8660 0 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
[𝑘 ] = ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 250 577.3503 0 −250 288.6751⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
⎢ 0 0 0 0 −0,8660 0⎥ ⎢−144337.6 0 0 144337.6 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 0,8660 0⎥
⎢ 0 0 0 0,8660 0 0⎥ ⎢ 0 −144.3376 −250 0 144.3376 −250 ⎥ ⎢ 0 0 0 −0,8660 0 0⎥
⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 250 288.6751 0 −250 577.3503⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
Elemen 2
166666.7 0 0 −166666.7 0 0 4
⎡ 0 222.2222 333.3333 0 −222.22227 333.3333 ⎤ 5
⎢ ⎥
0 333.3333 666.6667 0 −333.3333 333.3333 ⎥ 6
[𝑘 ] = ⎢
⎢−166666.7 0 0 166666.7 0 0 ⎥7
⎢ 0 −222.2222 −333.3333 0 222.2222 −333.3333⎥ 8
⎣ 0 333.3333 333.3333 0 −333.3333 666.6667 ⎦ 9
Elemen 3
0.7071 0.7071 0 0 0 0 117851.1 0 0 −117851.1 0 0 0.7071 −0.7071 0 0 0 0
⎡−0.7071 0.7071 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 78.56742 166.6667 0 −78.56742 166.6667 ⎤ ⎡0.7071 0.7071 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 166.6667 471.4045 0 −166.6667 235.7023 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
[𝑘 ] = ⎢
⎢ 0 0 0 0.7071 0.7071 0⎥ ⎢−117851.1 0 0 117851.1 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0.7071 −0.7071 0⎥
⎢ 0 0 0 −0.7071 0.7071 0⎥ ⎢ 0 −78.56742 −166.6667 0 78.56742 −166.6667⎥ ⎢ 0 0 0 0.7071 0.7071 0⎥
⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 166.6667 235.7023 0 −166.6667 471.4045 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
4-28
d. Penyusunan matriks kekakuan struktur, [K]
Setelah dihimpun semua matriks kekakuan elemen menjadi matriks kekakuan struktur didapat suatu matriks berordo 12 x 12.
Matriks kekakuan struktur ini harus ditata ulang untuk memisahkan elemen-elemen untuk perpindahan yang belum diketahui dan yang sudah diketahui. Hasil penataannya
adalah seperti pada matriks di bawah.
4 5 6 7 8 9 1 2 3 10 11 12
202859.3 62437.5 216.5064 −166667 0 0 | −36192.6 −62437.5 216.5064 0 0 0
⎡ ⎤ 4
62437.5 108511.5 208.3333 0 −222.222 333.3333 | −62437.5 −108289 −125 0 0 0
⎢ ⎥ 5
⎢ 216.5064 208.3333 1244.017 0 −333.333 3333.333 | −216.506 125 288.6751 0 0 0 ⎥ 6
⎢ −166667 0 0 225631.5 −58886.3 117.8511 | 0 0 0 −58964.8 58886.28 117.8511 ⎥ 7
⎢ 0 −222.222 −333.3333 −58886.3 59187.07 −215.482 | 0 0 0 58886.28 −58964.8 117.8511 ⎥ 8
⎢ 0 333.3333 333.3333 117.8511 −215.482 1138.071 | 0 0 0 −117.8511 −117.8511 235.7023 ⎥ 9
[𝐾] = ⎢ − − − − −−−− −−− −−− −−−− −− | −−−− −−− −−− −− −−− −− ⎥
⎢−36192.6 −62437.5 −216.506 0 0 0 | 36192.64 62437.5 −216.506 0 0 0 ⎥ 1
⎢−62437.5 −108289 125 0 0 0 | 62437.5 108289.3 125 0 0 0
⎥ 2
⎢ ⎥
⎢ 216.5064 −125 288.6751 0 0 0 | −216.506 125 577.3503 0 0 0 ⎥ 3
⎢ 0 0 0 −58964.8 58886.28 −117.851 | 0 0 0 58964.85 −58886.3 −117.851⎥ 10
⎢ 0 0 0 58886.28 −58964.8 −117.851 | 0 0 0 −58886.3 58964.85 −117.851⎥ 11
⎣ 0 0 0 117.851 117.851 235.7023 | 0 0 0 −117.851 −117.851 471.4045 ⎦ 12
4-29
e. Menghitung momen primer dan reaksinya -{q0} serta beban titik nodal {Q} yang dipartisi menjadi
{QK} dan {QU}
Yang ada beban antara adalah pada elemen batang 1 dan 2 sehingga perlu dihitung momen dan reaksi primernya
yang akan digunakan dalam menghitung beban nodal ekivalen dan akhirnya beban nodal.
Beban Nodal adalah jumlah beban di titik nodal yang terdiri dari beban pada titik dan beban ekivalen. Beban
ekivalen adalah nilai negative dari momen/reaksi primer (balok pada kondisi jepit-jepit – tanpa
kebebasan/terkekang).
Q1 = 0
Q2 = 0
Q3 = 0
Q4 = 6 t
Q5 = -2,25 t
Q6 = -1,125 tm
Q7 = 0
Q8 = -2,25 t
Q9 = 1,125 tm
Q10 = 0
Q11 = 0
Q12 = 0
Untuk dapat dimasukkan ke dalam persamaan, maka matriks beban nodal juga harus dipartisi agar indeksnya
sesuai dengan kekakuan strukturnya.
𝑄 6
⎧ 𝑄 ⎫ ⎧ −2,25 ⎫
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝑄
⎪ ⎪ ⎪−1,125⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ −2,25 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 1,125 ⎪
−− = −−−
⎨𝑄 ⎬ ⎨ 0 ⎬
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎩𝑄 ⎭ ⎩ 0 ⎭
4-30
f. Menghitung perpindahan nodal, {DU}=[K11]-1{QK}
Sehingga:
202859.3 62437.5 216.5064 −166667 0 0 𝐷 6
⎡ 62437.5 ⎧ ⎫ ⎧ −2,25 ⎫
108511.5 208.3333 0 −222.222 333.3333 ⎤ ⎪𝐷 ⎪
⎢ ⎥ ⎪ ⎪
⎢216.5064 208.3333 1244.017 0 −333.333 3333.333 ⎥ 𝐷 −1,125
=
⎢−166667 0 0 225631.5 −58886.3 117.8511 ⎥ ⎨𝐷 ⎬ ⎨ 0 ⎬
⎢ 0 −222.222 −333.3333 −58886.3 59187.07 −215.482⎥ ⎪𝐷 ⎪ ⎪ −2,25 ⎪
⎣ 0 333.3333 333.3333 117.8511 −215.482 1138.071 ⎦ ⎩𝐷 ⎭ ⎩ 1,125 ⎭
4-31
Perpindahannya adalah:
𝐷 202859.3 62437.5 216.5064 −166667 0 0 6 0.006411
⎧𝐷 ⎫ ⎡ ⎧ −2,25 ⎫ ⎧ −0.0037 ⎫
⎪ ⎪ ⎢ 62437.5 108511.5 208.3333 0 −222.222 333.3333 ⎤
⎥ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝐷 216.5064 208.3333 1244.017 0 −333.333 3333.333 ⎥ −1,125 −0.00044
=⎢ =
𝐷
⎨ ⎬ ⎢ −166667 0 0 225631.5 −58886.3 117.8511 ⎥ ⎨ 0 ⎬ ⎨ 0.006378 ⎬
⎪𝐷 ⎪ ⎢ 0 −222.222 −333.3333 −58886.3 59187.07 −215.482⎥ ⎪ −2,25 ⎪ ⎪ 0.006302 ⎪
⎩𝐷 ⎭ ⎣ 0 333.3333 333.3333 117.8511 −215.482 1138.071 ⎦ ⎩ 1,125 ⎭ ⎩ 0.002736 ⎭
h. Menghitung gaya-gaya ujung pada setiap elemen – gaya dalam (pada system koordinat lokal), {q}={q0}+[k’][T]{D}
4-32
0 117851.1 0 0 −117851.1 0 0 0.7071 −0.7071 0 0 0 0 0.006378 6.407
⎧0⎫ ⎡ 0 78.56742 166.6667 0 −78.56742 166.6667 ⎤ ⎡0.7071 0.7071 0 0 0 0⎤ ⎧0.006302 ⎫ ⎧ 1.160 ⎫
⎪ ⎪ ⎢ ⎥⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 ⎢ 0 166.6667 471.4045 0 −166.6667 235.7023 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ 0.002736 2.784
[𝑞 ] = + =
0
⎨ ⎬ ⎢ −117851.1 0 0 117851.1 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0.7071 −0.7071 0⎥ ⎨ 0 ⎬ ⎨−6.407 ⎬
⎪0⎪ ⎢ 0 −78.56742 −166.6667 0 78.56742 −166.6667 ⎥ ⎢ 0 0 0 0.7071 0.7071 0⎥ ⎪ 0 ⎪ ⎪−1.160 ⎪
⎩0⎭ ⎣ 0 166.6667 235.7023 0 −166.6667 471.4045 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 0 ⎭ ⎩ 2.139 ⎭
4-33
i. Menghitung gaya-gaya ujung setiap elemen pada system koordinat global, {Q}=[T]T{q}
1 0 0 0 0 0 5.351 5.351
⎡0 1 0 0 0 0⎤ ⎧ 0.790 ⎫ ⎧ 0.790 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ −1.594 −1.594
[𝑄 ] = ⎢ =
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎨−5.351⎬ ⎨−5.351⎬
⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎪ 3.710 ⎪ ⎪ 3.710 ⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−2.784⎭ ⎩−2.784⎭
j. Menggambar diagram freebody dari setiap elemen sekaligus kontrol keseimbangan pada setiap titik
pertemuan (Gbr C4-11)
k. Menggambar diagram gaya dalam (N, D, M) dan Garis Elastis (Lihat Gbr C4-12a,b,c,d)
5,351 5,351
0,649 5,351
0,790 3,710
1,723 2,139
Gbr C4-11
4-34
0,958 0,790 1,160
3,710 2,784
0,958 1,160
(a) Diagram D
1,594
-5,351 1,723
(b) Diagram M
2,139
-6,407
-0,360 0,006378
0,006411
0,002736
0,002736
(c) Diagram N
0,00044
0,00044
Gbr C4-12
(d) Garis Elastis
4-35
C4-4 Analisalah portal pada Gbr C4-13 ini dengan Metode Matriks Kekakuan!
6m
Untuk soal ini diambil:
0,8 t/m
EA berbanding lurus dengan EI 2t C D
EI=500 tm2 3I
EA=10000EI 2I
2I
4m
1 t/m
Penyelesaian 4t
B 4I E
a. Pembuatan Model Diskrit (Lihat Gbr C4-14)
2I
4m
4I
6m
Derajat kebebasan
F
Ambil semua titik-titik pertemuan balok/kolom dan titik-
titik perletakan sebagai nodal sehingga diperoleh:
6 nodal dan A
6 elemen (segmen/member) Gbr C4-13
Dengan demikian, maka untuk portal bidang ini dengan setiap nodal mempunyai 3 buah kebebasan (dof)
sehingga ada 18 dof dan semua perletakan-perletakan dalam keadaan tidak bebas (jepit). Jadi jumlah kebebasan
yang akan dihitung adalah 12 buah.
8 11
Pemberian nama/notasi3 7 10
9
6 12
Pemberian nama untuk titik pertemuan (nodal) dan batang
4
disamakan dengan yang tertera pada Gbr C4-14. 5
System pemberian nama untuk variable perpindahan dan gaya ujung 5 14
adalah berdasarkan nomor nodalnya dimulai dari titik A=1, B=2, 4 13
6
C=3, D=4, E=5, dan F=6 dengan ketentuan untuk titik i: 3
Di, perpindahan horizontal 15
Di+1, perpindahan vertikal 2
1
Di+2, rotasi 17
Qi, gaya horizontal 16
Qi+1, gaya vertical 18
2
Qi+2, gaya momen
1
3
Data Geometri dan Dimensi Struktur Gbr C4-14
3
Pemberian nama tidak dimulai dari nodal yang bebas sehingga matriks kekakuannya akan ditata ulang pada
saat akan menghitung perpindahan.
4-36
b. Langkah-langkah Analisis
Elemen 1
3333333 0 0 −3333333 0 0 1
⎡ 0 111.1111 333.3333 0 −111.1111 333.3333 ⎤ 2
⎢ ⎥
0 333.3333 1333.333 0 −333.3333 666.6667 ⎥ 3
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−3333333 0 0 3333333 0 0 ⎥4
⎢ 0 −111.1111 −333.3333 0 111.1111 −333.3333⎥ 5
⎣ 0 333.3333 666.6667 0 −333.3333 1333.333 ⎦ 6
Elemen 2
2500000 0 0 −2500000 0 0 16
⎡ 0 187.5 375 0 −187.5 375 ⎤ 17
⎢ ⎥
⎢ 0 375 1000 0 −375 500 ⎥ 18
[𝑘 ′] =
⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥ 13
⎢ 0 −187.5 −375 0 187.5 −375⎥ 14
⎣ 0 375 500 0 −375 1000 ⎦ 15
4-37
Elemen 3
3333333 0 0 −3333333 0 0 4
⎡ 0 111.1111 333.3333 0 −111.1111 333.3333 ⎤ 5
⎢ ⎥
0 333.3333 1333.333 0 −333.3333 666.6667 ⎥ 6
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−3333333 0 0 3333333 0 0 ⎥ 13
⎢ 0 −111.1111 −333.3333 0 111.1111 −333.3333⎥ 14
⎣ 0 333.3333 666.6667 0 −333.3333 1333.333 ⎦ 15
Elemen 4
2500000 0 0 −2500000 0 0 4
⎡ 0 187.5 375 0 −187.5 375 ⎤ 5
⎢ ⎥
⎢ 0 375 1000 0 −375 500 ⎥ 6
[𝑘 ′] =
⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥7
⎢ 0 −187.5 −375 0 187.5 −375⎥ 8
⎣ 0 375 500 0 −375 1000 ⎦ 9
Elemen 5
2500000 0 0 −2500000 0 0 13
⎡ 0 187.5 375 0 −187.5 375 ⎤ 14
⎢ ⎥
0 375 1000 0 −375 500 ⎥ 15
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥ 10
⎢ 0 −187.5 −375 0 187.5 −375⎥ 11
⎣ 0 375 500 0 −375 1000 ⎦ 12
Elemen 6
2500000 0 0 −2500000 0 0 7
⎡ 0 83.33333 250 0 −83.33333 250 ⎤ 8
⎢ ⎥
0 250 1000 0 −250 500 ⎥ 9
[𝑘 ′] = ⎢
⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥ 10
⎢ 0 −83.33333 −250 0 83.33333 −250⎥ 11
⎣ 0 250 500 0 −250 1000 ⎦ 12
Karena system salib sumbu struktur (global) diambil sumbu x horizontal dan sumbu y vertical, maka arah dari
elemen 1, 2, 4 dan 5 sumbu lokalnya tidak searah dengan sumbu global dan harus ditransformasikan.
[k]=[T]T[k’][T]
cos 𝛼 sin 𝛼 0 0 0 0
⎡− sin 𝛼 cos 𝛼 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥
[𝑇] = ⎢
⎢ 0 0 0 cos 𝛼 sin 𝛼 0⎥
⎢ 0 0 0 − sin 𝛼 cos 𝛼 0⎥
⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
0 1 0 0 0 0 1 16 4 13
⎡−1 0 0 0 0 0⎤ 2 17 5 14
⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ 3 18 6 15
[𝑇 ] = [𝑇 ] = [𝑇 ] = [𝑇 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 1 0⎥ 4 13 7 10
⎢0 0 0 −1 0 0⎥ 5 14 8 11
⎣0 0 0 0 0 1⎦ 6 15 9 12
4-38
Matriks kekakuan elemen pada sumbu global menjadi:
Elemen 1
0 −1 0 0 0 0 3333333 0 0 −3333333 0 0 0 1 0 0 0 0
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 111.1111 333.3333 0 −111.1111 333.3333 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
[𝑘 ] = ⎢0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 333.3333 1333.333 0 −333.3333 666.6667 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎢−3333333 0 0 3333333 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎢ 0 −111.1111 −333.3333 0 111.1111 −333.3333⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 333.3333 666.6667 0 −333.3333 1333.333 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
Elemen 2
0 −1 0 0 0 0 2500000 0 0 −2500000 0 0 0 1 0 0 0 0 16
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 187.5 375 0 −187.5 375 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤ 17
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 375 1000 0 −375 500 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥ 18
[𝑘 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥ 13
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎢ 0 −187.5 −375 0 187.5 −375⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥ 14
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 375 500 0 −375 1000 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦ 15
4-39
Elemen 3
3333333 0 0 −3333333 0 0 4
⎡ 0 111.1111 333.3333 0 −111.1111 333.3333 ⎤ 5
⎢ ⎥
0 333.3333 1333.333 0 −333.3333 666.6667 ⎥ 6
[𝑘 ] = ⎢
⎢−3333333 0 0 3333333 0 0 ⎥ 13
⎢ 0 −111.1111 −333.3333 0 111.1111 −333.3333⎥ 14
⎣ 0 333.3333 666.6667 0 −333.3333 1333.333 ⎦ 15
Elemen 4
0 −1 0 0 0 0 2500000 0 0 −2500000 0 0 0 1 0 0 0 0
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 187.5 375 0 −187.5 375 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 375 1000 0 −375 500 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
[𝑘 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎢ 0 −187.5 −375 0 187.5 −375⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 375 500 0 −375 1000 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
Elemen 5
0 −1 0 0 0 0 2500000 0 0 −2500000 0 0 0 1 0 0 0 0
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎡ 0 187.5 375 0 −187.5 375 ⎤ ⎡−1 0 0 0 0 0⎤
⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥
0 0 1 0 0 0⎥ ⎢ 0 375 1000 0 −375 500 ⎥ ⎢ 0 0 1 0 0 0⎥
[𝑘 ] = ⎢
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥⎢ 0 0 0 0 1 0⎥
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎢ 0 −187.5 −375 0 187.5 −375⎥ ⎢ 0 0 0 −1 0 0⎥
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎣ 0 375 500 0 −375 1000 ⎦ ⎣ 0 0 0 0 0 1⎦
4-40
Elemen 6
2500000 0 0 −2500000 0 0 7
⎡ 0 83.33333 250 0 −83.33333 250 ⎤ 8
⎢ ⎥
0 250 1000 0 −250 500 ⎥ 9
[𝑘 ] = ⎢
⎢−2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥ 10
⎢ 0 −83.33333 −250 0 83.33333 −250⎥ 11
⎣ 0 250 500 0 −250 1000 ⎦ 12
Setelah dihimpun semua matriks kekakuan elemen menjadi matriks kekakuan struktur didapat suatu matriks berordo 18 x 18.
4-41
3333632 0 −41.6667 −187.5 0 −375 0 0 0 −3333333 0 0 | −111.111 0 333.3333 0 0 0
⎡ 4
0 5833444 333.3333 0 −2500000 0 0 0 0 0 −111.111 333.3333 | 0 −3333333 0 0 0 0 ⎤ 5
⎢ ⎥
−41.6667 333.3333 3666.667 375 0 500 0 0 0 0 −333.333 666.6667 | −333.333 0 666.6667 0 0 0
⎢ ⎥ 6
⎢ −187.5 0 375 2500188 0 375 −2500000 0 0 0 0 0 | 0 0 0 0 0 0 ⎥ 7
⎢ 0 −2500000 0 0 2500083 250 0 −83.3333 250 0 0 0 | 0 0 0 0 0 0 ⎥ 8
⎢ −375 0 500 375 250 2000 0 −250 500 0 0 0 | 0 0 0 0 0 0 ⎥ 9
⎢ 0 0 0 −2500000 0 0 2500188 0 375 −187.5 0 375 | 0 0 0 0 0 0 ⎥ 10
⎢ 0 0 0 0 −83.3333 −250 0 2500083 −250 0 −2500000 0 | 0 0 0 0 0 0 ⎥ 11
⎢ 0 0 0 0 250 500 375 −250 2000 −375 0 500 | 0 0 0 0 0 0 ⎥ 12
[𝐾] = ⎢−3333333 0 0 0 0 0 −187.5 0 −375 3333708 0 0 | 0 0 0 −187.5 0 375 ⎥ 13
⎢ 0 −111.111 −333.333 0 0 0 0 −2500000 0 0 5000111 −333.333 | 0 0 0 0 −2500000 0 ⎥ 14
⎢ 0 333.3333 666.6667 0 0 0 375 0 500 0 −33 − 3.333 3333.333 | 0 0 0 −375 0 500 ⎥ 15
⎢ ⎥
− − − − − − − − − − − − − − − − − − − −
⎢ ⎥ 1
−111.111 0 −333.333 0 0 0 0 0 0 0 0 0 | 111.1111 0 −333.333 0 0 0
⎢ ⎥
⎢ 0 −3333333 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 | 0 3333333 0 0 0 0 ⎥ 2
⎢ 333.3333 0 666.6667 0 0 0 0 0 0 0 0 0 | −333.333 0 1333.333 0 0 0 ⎥ 3
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 −187.5 0 −375 | 0 0 0 187.5 0 −375⎥ 16
⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 −2500000 0 | 0 0 0 0 2500000 0 ⎥ 17
⎣ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 375 0 500 | 0 0 0 −375 0 1000 ⎦ 18
4-42
e. Menghitung momen primer dan reaksinya -{q0} serta beban titik nodal {Q} yang dipartisi menjadi
{QK} dan {QU}
Yang ada ban antara adalah pada elemen batang 3 dan 6 sehingga perlu dihitung momen dan reaksi primernya
yang akan digunakan dalam menghitung beban nodal ekivalen dan akhirnya beban nodal.
Q1 = 0 t
Q2 = 0 t
Q3 = 0 tm
Q4 = 4 t
Q 5 ( q 0 ) 5, 3 3 t
Q 6 ( q 0 ) 6 , 3 3 t
Q7 = 0 t
Q8 ( q 0 ) 8, 6 2,4 t
Q9 ( q 0 ) 9 ,6 2,4 t.m
Q10 = 0 t
Q11 ( q 0 )11,6 2,4 t
Q12 ( q 0 )12, 6 2,4 t.m
Q13 = 0 t
Q14 ( q 0 )14 ,3 3 t
Q15 ( q 0 )15,3 3 t.m
Q16 = 0 t
Q17 = 0 t
Q18 = 0 tm
Untuk dapat dimasukkan ke dalam persamaan, maka matriks beban nodal juga harus dipartisi agar indeksnya
sesuai dengan kekakuan strukturnya.
4-43
𝑄 4
⎧ 𝑄 ⎫ ⎧ −3 ⎫
⎪ ⎪ ⎪
⎪
𝑄
⎪ −3 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 2 ⎪
⎪ ⎪
𝑄 ⎪
⎪ ⎪ −2,4 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ −2,4 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ −2,4 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 2,4 ⎪
𝑄 = 0
⎨ 𝑄 ⎬ ⎨ −3 ⎬
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 3 ⎪
⎪− − −⎪ ⎪ ⎪
−−−
⎪ ⎪ ⎪ ⎪
𝑄 0 ⎪
⎪ ⎪ ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎪ 𝑄 ⎪ ⎪ 0 ⎪
⎩ 𝑄 ⎭ ⎩ 0 ⎭
4-44
Pada kasus ini:
Sehingga:
4-45
Perpindahannya adalah:
0.02875
⎧ 0.00000 ⎫
⎪−0.00404⎪
𝑅 =𝑄 ⎪ ⎪
−111.111 0 −333.333 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎪ 0.04475 ⎪ −1.847
⎧𝑅 ⎫ ⎡ ⎤
⎪
=𝑄
⎪ 0 −3333333 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎪ 0.00000 ⎪ ⎧ 2.121 ⎫
𝑅 =𝑄 ⎢ ⎥ ⎪ ⎪
333.3333 0 666.6667 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥ −0.00314 6.888
=⎢ =
⎨𝑅 =𝑄 ⎬ ⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 −187.5 0 −375⎥ ⎨ 0.04475 ⎬ ⎨−4.153⎬
⎪𝑅 =𝑄 ⎪ ⎢ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 −2500000 0 ⎥ ⎪ 0.00000 ⎪ ⎪ 8.679 ⎪
⎩𝑅 =𝑄 ⎭ ⎣ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 375 0 500 ⎦ ⎪−0.00019⎪ ⎩ 9.130 ⎭
⎪ 0.02874 ⎪
⎪ 0.00000 ⎪
⎩−0.00330⎭
4-46
h. Menghitung gaya-gaya ujung pada setiap elemen – gaya dalam (pada system koordinat lokal), {q}={q0}+[k’][T]{D}
4-47
0 2500000 0 0 −2500000 0 0 1 0 0 0 0 0 0.04475 1.693
⎧ 2,4 ⎫ ⎡ 0 83.33333 250 0 −83.33333 250 ⎤ ⎡0 1 0 0 0 0⎤ ⎧ 0 ⎫ ⎧ 1.567 ⎫
⎪ ⎪ ⎢ ⎥⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
2,4 0 250 1000 0 −250 500 ⎥ ⎢0 0 1 0 0 0⎥ −0.00314 −0.839
[𝑞 ] = +⎢ =
⎨ 0 ⎬ ⎢ −2500000 0 0 2500000 0 0 ⎥ ⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎨ 0.04475 ⎬ ⎨−1.693⎬
⎪ 2,4 ⎪ ⎢ 0 −83.33333 −250 0 83.33333 −250⎥ ⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎪ 0 ⎪ ⎪ 3.233 ⎪
⎩−2,4⎭ ⎣ 0 250 500 0 −250 1000 ⎦ ⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−0.00019⎭ ⎩−4.162⎭
i. Menghitung gaya-gaya ujung setiap elemen pada system koordinat global, {Q}=[T]T{q}
0 −1 0 0 0 0 2.121 −1.847
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 1.847 ⎫ ⎧ 2.121 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
[𝑄 ] = ⎢0 0 1 0 0 0⎥ 6.888
=
6.888
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎨−2.121⎬ ⎨ 1.847 ⎬
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎪−1.847⎪ ⎪−2.121⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 4.195 ⎭ ⎩ 4.195 ⎭
0 −1 0 0 0 0 8.679 −4.153
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 4.153 ⎫ ⎧ 8.679 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
[𝑄 ] = ⎢0 0 1 0 0 0⎥ 9.130
=
9.130
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎨−8.679⎬ ⎨ 4.153 ⎬
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎪−4.153⎪ ⎪−8.679⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 7.481 ⎭ ⎩ 7.481 ⎭
1 0 0 0 0 0 2.460 2.460
⎡0 1 0 0 0 0⎤ ⎧ 0.554 ⎫ ⎧ 0.554 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ −4.585 −4.585
[𝑄 ] = ⎢ =
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎨ −2.460 ⎬ ⎨ −2.460 ⎬
⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎪ 5.446 ⎪ ⎪ 5.446 ⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−10.090⎭ ⎩−10.090⎭
0 −1 0 0 0 0 1.567 −0.307
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 0.307 ⎫ ⎧ 1.567 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
[𝑄 ] = ⎢0 0 1 0 0 0⎥ 0.390
=
0.390
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎨−1.567⎬ ⎨ 0.307 ⎬
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎪−0.307⎪ ⎪−1.567⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 0.839 ⎭ ⎩ 0.839 ⎭
4-48
0 −1 0 0 0 0 3.233 −1.693
⎡1 0 0 0 0 0⎤ ⎧ 1.693 ⎫ ⎧ 3.233 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ 2.609 2.609
[𝑄 ] = ⎢ =
⎢0 0 0 0 −1 0⎥ ⎨−3.233⎬ ⎨ 1.693 ⎬
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎪−1.693⎪ ⎪−3.233⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩ 4.162 ⎭ ⎩ 4.162 ⎭
1 0 0 0 0 0 1.693 1.693
⎡0 1 0 0 0 0⎤ ⎧ 1.567 ⎫ ⎧ 1.567 ⎫
⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎪ ⎪
0 0 1 0 0 0⎥ −0.839 −0.839
[𝑄 ] = ⎢ =
⎢0 0 0 1 0 0⎥ ⎨−1.693⎬ ⎨−1.693⎬
⎢0 0 0 0 1 0⎥ ⎪ 3.233 ⎪ ⎪ 3.233 ⎪
⎣0 0 0 0 0 1⎦ ⎩−4.162⎭ ⎩−4.162⎭
4-49
j. Menggambar diagram freebody dari setiap elemen sekaligus control keseimbangan pada setiap
titik pertemuan – angka-angka dapat diambil dari [𝑄] atau [𝑞]. (Lihat Gbr C-4-15)
k. Menggambar diagram gaya dalam (N, D, M) pada Gbr C4-16a,b,c dan Garis Elastis pad Gbr C4-
17.
6m
0,8 t/m
1,693 1,693
1,567
4,162
0,839
3,233
1,567 3,233
0,839 4,162
69
1,
1,693
2t
4m
4m
0,307
1,693
0,390
3,233
1,567
2,609
1 t/m
2,460 2,460
4,195
0,554 5,446
2,121
8,679
7,481
4,585 10,090
2,153
4,153
4t
4m
4,153
6m
1,847
8,679
9,130
2,121
6,888
Gbr C4-15
4-50
1,567 4 -1,693
0,839
4,162
0,307
0,839
3,233 10,09
-1,567
-3,233
-2,460
1,693
0,390
4,195
7,481
0,554
2,609
4,585
5,446
-8,679
4,153
-2,121
9,130
1,847
6,888
(a) Diagram Gaya Lintang (b) Diagram Momen (c) Diagram Gaya Normal
Gbr C4-16
4-51
0,04475
0,00019
0,00314
0,02875
0,00330
0,00404
0,02874
0,04475
Gbr C4-17
52
DAFTAR PUSTAKA
Kassimali, A., Structural Analysis Fourth Edition, SI, Cengage Learning, Stamford, 2011.
Hariandja, B., Analisis Struktur Berbentuk Rangka dalam Formulasi Matriks, Penerbit
Aksara Husada, Bandung, 1997.
Hibbeler, R.C., Structural Analysis. Prentice Hall, Upper Saddel River NJ, 1998.
Holzer, S. M. Computer Analysis of Structures, Elsevier Science PublishingCo., Inc., New
York, 1985.
Mukhopadhyay, M, Matrix, Finite Element, Computer and Structural Analysis, Oxford &
IBH Publishing Co. PVT. Ltd, New Delhi, 1993.
Tuma, J. J., Structural Analysis. McGraw-Hill, New York, 1969.
Wang, C. K., Statically Indeterminate Structures, McGraw-Hill International Kogakusha,
Ltd., Tokyo, 1983.
A-1
A-2
LAMPIRAN
a2 a1=α1L 𝜃 = − + ;
q a2=α2L 𝜃 = −
a1 Atau
𝜃 = {4(𝛼 − 𝛼 ) − 4(𝛼 − 𝛼 ) + (𝛼 − 𝛼 )}
θA θB
𝜃 = {2(𝛼 − 𝛼 ) − (𝛼 − 𝛼 )}
L
( ) ( )
𝜃 = ;𝜃 = atau
a 𝜃 = (4𝛼 − 4𝛼 + 𝛼 ) ; 𝜃 = (2𝛼 − 𝛼 )
q Kondisi Istimewa a=L atau α=1
𝜃 = ;𝜃 =
θA θB Kondisi Istimewa a=L/2 atau α=1/2
L 𝜃 = ;𝜃 =
𝑞𝐿
q 𝜃 =
45𝐸𝐼
7𝑞𝐿
𝜃 =
360𝐸𝐼
θA θB
L
M 𝑀𝐿
𝜃 =
3𝐸𝐼
𝑀𝐿
θB 𝜃 =
θA 6𝐸𝐼
L
Balok Putaran Sudut
( ) ( )
𝜃 = ;𝜃 =
a b Atau
M 𝜃 = ( −𝛼+ ) ;𝜃 =( − )
Kondisi istimewa: α=0: 𝜃 = ;𝜃 =
θA θB
L Kondisi istimewa: α=1: 𝜃 = − ;𝜃 =−
a P b 𝜃 = ;∆ = +
Atau
𝜃 =( ) ;∆ =( )
ΔB
L θB Keadaan istimewa: a=L: 𝜃 = ;∆ =
Keadaan istimewa: a=L/2: 𝜃 = ;∆ =
𝜃 = 𝐿 (𝑎 − 𝑎 ) − 𝐿(𝑎 − 𝑎 ) + (𝑎 − 𝑎 )
a2
𝑞 3𝐿 1
q a1 ∆ = 2𝐿 (𝑎 − 𝑎 ) − (𝑎 − 𝑎 ) + (𝑎 − 𝑎 )
6𝐸𝐼 2 4
Atau
ΔB (𝛼 − 𝛼 ) − (𝛼
𝜃 = − 𝛼 ) + (𝛼 −𝛼 )
L θB
∆ = 2(𝛼 − 𝛼 ) − (𝛼 − 𝛼 ) + (𝛼 −𝛼 )
Kondisi a1=0 dan a2=L: 𝜃 = dan ∆ =
𝛼 = dan 𝛼 =
Kondisi a1=0 dan a2=L/2: 𝜃 = dan ∆ =
Kondisi a1=L/2 dan a2=L: 𝜃 = dan ∆ =
q 𝑞𝐿
𝜃 =
24𝐸𝐼
ΔB 𝑞𝐿
∆ =
L θB 30𝐸𝐼
L-2
B. Reaksi Ujung-Ujung Balok akibat Berbagai Muatan
𝑃𝐿
𝑀 =
L/2 L/2 8
𝑃𝐿
P 𝑀 =
8
𝑃
MA RA L RB MB 𝑅 =
2
𝑃
𝑅 =
2
𝑞𝐿
𝑀 =
12
q 𝑞𝐿
𝑀 =
12
𝑞𝐿
MA RA L RB MB 𝑅 =
2
𝑞𝐿
𝑅 =
2
𝑞𝐿
𝑀 =
q 20
𝑞𝐿
𝑀 =
30
7𝑞𝐿
𝑅 =
MA RA L RB MB 20
3𝑞𝐿
𝑅 =
20
5𝑞𝐿
𝑀 =
L/2 L/2 96
5𝑞𝐿
q 𝑀 =
P 96
𝑞𝐿
𝑅 =
MA RA RB 4
L MB 𝑞𝐿
𝑅 =
4
a 𝑀 = (6𝐿 − 8𝑎𝐿 + 3𝑎 ); 𝑀 = (4𝐿 − 3𝑎)
q
𝑉 =𝑞 𝑎− + ;𝑉 =𝑞 −
MA RA RB atau
L MB
𝑀 = (6𝛼 − 8𝛼 + 3𝛼 ); 𝑀 = (4𝛼 − 3𝛼 )
𝑎
𝛼= 𝑅 = 𝑞𝐿 𝛼 − 𝛼 + ; 𝑅 = 𝑞𝐿 𝛼 −
𝐿
L-3
Balok dan Muatannya Reaksi Ujung Balok
( ) ( )
a 𝑀 = ;𝑀 =
𝑅 =− ;𝑅 =
M
atau
𝑀 = (1 − 4𝛼 + 3𝛼 )𝑀; 𝑀 = (2𝛼 − 3𝛼 )𝑀
MA RA L RB MB
𝑅 = −(6𝛼 + 6𝛼 ) ; 𝑅 = (6𝛼 + 6𝛼 )
2𝐸𝐼
𝑀 =−
𝐿
θ=1 rad 4𝐸𝐼
𝑀 =
𝐿
6𝐸𝐼
𝑅 =−
MA RA L RB MB 𝐿
6𝐸𝐼
𝑅 =
𝐿
3𝐸𝐼
𝑀 =−
𝐿
𝑀 =0
θ=1 rad 3𝐸𝐼
MA 𝑅 =−
RA RB MB 𝐿
L 3𝐸𝐼
𝑅 =
𝐿
6𝐸𝐼
𝑀 =−
𝐿
6𝐸𝐼
Δ=1 𝑀 =
MB 𝐿
12𝐸𝐼
MA 𝑅 =−
𝐿
RA RB 12𝐸𝐼
L 𝑅 =
𝐿
3𝐸𝐼
𝑀 =−
𝐿
Δ=1 𝑀 =0
MB 3𝐸𝐼
𝑅 =−
MA 𝐿
RA RB 3𝐸𝐼
L 𝑅 =
𝐿
L-4
C. Tabel Profil Baja
Standard Sectional Dimension of Equal Angle Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-5
Standard Sectional Dimension of Double Angle Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-6
Standard Sectional Dimension of Star Angle Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-7
Standard Sectional Dimension of H-steel and Its Sectional
Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-8
Standard Sectional Dimension of H-welded Steel and Its Sectional
Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-9
Standard Sectional Dimension of I-steel and Its Sectional
Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-10
Standard Sectional Dimension of Single Channel Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-11
Standard Sectional Dimension of Double Channel Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Notes :
L-12
Standard Sectional Dimension of Double Angle Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
L-13
Standard Sectional Dimension of SGP Pipe Steel Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
Material : JIS G 3452
Carbon Steel Pipe for Ordinary Use
Note :
JIS G 3454 - Pressure Service
JIS G 3454 - High Pressure Service
JIS G 3454 - High Temperature Service
L-14
Standard Sectional Dimension of Pipe Steel SCH-80 Steel and Its
Sectional Area, Unit Weight and Sectional Characteristic
Note :
JIS G 3454 - Pressure Service
JIS G 3454 - High Pressure Service
JIS G 3454 - High Temperature Service
L-15