Anda di halaman 1dari 19

MODUL KULIAH

STRUKTUR BETON BERTULANG I

Minggu ke : 1

PENDAHULUAN

Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA 2009

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI I Rencana Perkuliahan I.1 Pendidikan di FTSP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I.1.1 I.1.2 I.2 Tujuan Umum Pendidikan di FTSP . . . . . . . . . . . . . . . . Tujuan Khusus Pendidikan di Teknik Sipil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

i 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 5 5 7 7 7 8 10 11 11 12 12 14 14 14 15

Beton Bertulang I.2.1 I.2.2 I.2.3

Deskripsi Singkat Mata Kuliah . . . . . . . . . . . . . . . . . . TujuanUmum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . TujuanKhusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I.3 I.4 I.5

Organisasi Materi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Literatur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Aktivitas-Evaluasi-Aturan Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . I.5.1 I.5.2 I.5.3 I.5.4 Aktitas Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Fungsi Tugas dan Quiz . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sistim Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Aturan Pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

II

Pendahuluan II.1 Material Beton Bertulang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.1.1 Kelebihan & Kekurangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

II.1.2 Material Linier Vs Nonlinier . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.1.3 Sifat Material Beton . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.1.4 Model Konstitutif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.1.5 Sifat Baja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.1.6 Prinsip Dasar Beton Bertulang . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.2 Elemen-elemen Struktur Beton Bertulang . . . . . . . . . . . . . . . . . II.3 Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.3.1 Konsep Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II.3.2 Peraturan-Peraturan Terkait Disain Struktur Beton Bertulang . II.3.3 Metoda Perencanaan Beton Bertulang . . . . . . . . . . . . . .

II.3.4 Perencanaan batas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

15

ii

BAB I

Rencana Perkuliahan

I.1 I.1.1

Pendidikan di FTSP Tujuan Umum Pendidikan di FTSP

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan bertujuan menghasilkan sarjana yang : 1. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan teknik sehingga dapat menyelesaikan masalah teknik dan desain. 2. Berkemampuan mengembangkan ilmu, keterampilan, dan sikapnya sesuai dengan tuntutan profesinya; 3. Mampu mengikuti perkembangan ilmu dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan zaman.

I.1.2

Tujuan Khusus Pendidikan di Teknik Sipil

Tujuan khusus pendidikan di jurusan Teknik Sipil adalah menghasilkan lulusan yang berkemampuan akademik dan profesional yang cukup dalam bidang : 1. Perancangan dan pembangunan struktur gedung dan bangunan spesik seperti bangunan pabrik, rumah sakit, fasilitas lapangan terbang dan dermaga. 2. Perancangan dan pelaksanaan bangunan-bangunan sarana transportasi, analisis dan perencanaan sistem transportasi, dan manajemen transportasi. 3. Perancangan dan pelaksanaan jaringan irigasi dan bangunan air, seperti bendungan, waduk, tanggul sungai, dan sejenisnya. 4. Manajemen pelaksanaan dan metode pelaksanaan konstruksi segala jenis bangunan sipil.

I.2

Beton Bertulang

Beton bertulang merupakan bahan struktur yang merupakan kombinasi dari beton dan tulangan baja yang saling bekerja sama. Struktur beton bertulang merupakan struktur yang terbuat dari beton bertulang. Pada perkuliahan ini akan dibahas perilaku elemen struktur yang terbuat dari beton bertulang serta bagaimana cara merencanakan elemen tersebut.

I.2.1

Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Studi mengenai kekuatan, kemampuan layanan, perilaku dan disain elemen struktur dari beton bertulang, dengan penekanan pada perilaku elemen terhadap gaya lentur, gaya geser dan gaya torsi.

I.2.2

TujuanUmum

Tujuan Umum Pembelajaran Beton Bertulang : Agar mahasiswa memahami teori dasar karakteristik elemen Beton Bertulang yang mengalami gaya lentur, geser dan torsi.

I.2.3

TujuanKhusus

Tujuan Khusus Pembelajaran Beton Bertulang : Agar mahasiswa mampu merencanakan pelat dan balok Struktur Beton Bertulang berdasarkan teori umum beton bertulang dan Standar/Aturan khusus yang berlaku di Indonesia.

I.3

Organisasi Materi
Materi Pendahuluan Lentur pada Penamp. Persegi Analisis Balok Tulangan Tunggal Disain Tulangan Tunggal pada Balok Perencanaan Pelat Beton Bertulang Analisis Balok T Disain Tulangan pada Balok T Ujian Tengah Semester Analisis Balok Tulangan Rangkap Disain Balok Tulangan Rangkap Persyaratan Pendetailan Tulangan Memanjang Balok tatap muka, Diskusi, Tugas tatap muka, diskusi, Tugas tatap muka, Diskusi, Tugas tatap muka, Diskusi, Quiz Kegiatan tatap muka, diskusi tatap muka, diskusi, Quiz tatap muka, diskusi, Tugas tatap muka, diskusi, Tugas tatap muka, diskusi, Tugas tatap muka, diskusi, Tugas tatap muka, diskusi, Quiz

Pertemuan 1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8 9. 10. 11.

12. 13.

Geser pada Balok Beton Bertulang Persyaratan Pendetailan Tulangan Melintang Balok

tatap muka, Diskusi, Quiz tatap muka, diskusi, Tugas tatap muka, diskusi, Quiz

14. 15. 16.

Torsi pada Balok Beton Bertulang Kemampuan layan Beton Bertulang Ujian Akhir Semester

I.4

Literatur

Adapun literatur utama yang digunakan pada perkuliahan ini adalah : Dept. Kimpraswil, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002 MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, PrenticeHall,Inc, New Jersey. Wang, C. K., Salmon, C. G. 1979, Reinforced Concrete Design, Thomas Y. Crowell, Harper Row, Pub., New York.

Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta. Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Grak dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta.

I.5 I.5.1

Aktivitas-Evaluasi-Aturan Pembelajaran Aktitas Pembelajaran

Aktitas pembelajaran terdiri dari : 1. Perkuliahan, dengan kehadiran 75% untuk kelas reguler dan 65% untuk kelas karyawan. 2. Quiz. 3. Tugas.

I.5.2

Fungsi Tugas dan Quiz

Tugas merupakan salah satu cara pencapaian tujuan pembelajaran, agar mahasiswa mengerti konsep struktur beton bertulang yang tertuang pada penerapan dalam bentuk tugas. Tugas ini perlu dikerjakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan, agar pemahaman materi terlaksana dengan baik (tidak menumpuk) sehingga tujuan pembelajaran juga tercapai dengan baik. Mahasiswa dapat bertanya ke ruang dosen jika mempunyai kesulitan dalam mengerjakan tugas. Sedangkan Quiz merupakan salah satu bentuk evaluasi pencapaian tujuan pembelajaran, baik untuk mahasiswa maupun untuk dosen sendiri.

I.5.3
1. 2. 3. 4. 5.

Sistim Evaluasi
10 % 30 % 10 % 25 % 25 %

Bentuk Evaluasi persentase nilai Kehadiran Tugas Quiz UTS UAS

I.5.4

Aturan Pembelajaran

1. Kehadiran minimal 75% untuk kelas reguler dan 65% untuk kelas karyawan, bila kurang dari kehadiran minimal, maka otomatis nilai akhir = E. 2. Toleransi keterlambatan kehadiran mahasiswa maksimal 15 menit. 3. Mahasiswa harus berpakaian sopan dan berperilaku sopan, dilarang berpakaian kaos oblong, dan memakai sandal di lingkungan kampus. 4. Mahasiswa dilarang makan, minum, merokok, dan mencorat coret tembok, kursi dan melakukan aktivitas lain yang mengganggu di dalam kelas. 5. Segala bentuk alat komunikasi selama perkuliahan berlangsung di non aktifkan atau dibuat getar. 6. Mahasiswa harus memberi tahu dosen jika akan keluar ruang kelas untuk keperluan tertentu. 7. Mahasiswa yang keluar ruang kelas tanpa sepengetahuan dosen dianggap tidak hadir. 8. Jika mahasiswa berhalangan hadir, tugas tetap dikerjakan, dengan berkonsultasi pada teman atau ketua kelas atau dosen ybs, tentang materi dan soal tugas terkait. 9. Agar fungsi tugas tercapai, maka pengumpulan tugas harus sesuai dengan jadwal yang telah disepakati/ditentukan.

10. Bagi yang mengumpulkan tugas melewati dari jadwal ditentukan, maka akan dikenakan sanksi pemotongan nilai tugas 5 % setiap hari keterlambatan, kecuali bagi yang sakit dengan menunjukkan surat keterangan istirahat dari ahli medis.

BAB II

Pendahuluan

II.1

Material Beton Bertulang

Beton bertulang merupakan material kombinasi antara bahan beton dengan baja. Material ini banyak dan lazim digunakan di Indonesia.

II.1.1

Kelebihan & Kekurangan

Secara umum material beton mempunyai lebih banyak kelebihannya dibandingkan dari kekurangannya. Dibandingkan dengan material struktur lainnya, kayu dan baja, beton mempunyai kelebihan sebagai berikut : 1. Lebih murah. 2. Mudah dibentuk (memudahkan arsitek untuk berkreasi). 3. Tahan terhadap api yang tinggi. 4. Mempunyai kekakuan yang tinggi. 5. Biaya perawatan yang rendah. 6. Bahan bakunya mudah didapat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa beton juga mempunyai kekurangan, yakni : Kekuatan tariknya rendah. Membutuhkan bekisting dan penumpu sementara selama konstruksi. Rasio kekuatan terhadap berat yang rendah. Stabilitas volumenya relatif rendah.

Gambar II.1. Bentuk Kolom dan Pelat/plafon Beton yang Mudah Dibentuk

II.1.2

Material Linier Vs Nonlinier

Jika hubungan antara beban yang diberikan pada suatu benda terhadap perpanjangan yang terjadi bersifat linier, maka material/bahan benda tersebut disebut linier (lihat Gambar II.2 a). Jika hubungan beban dengan perpanjang bahan bersifat linier maka

Gambar II.2. a. Hubungan linier antara Beban dengan Perpanjangan, b. Hubungan Linier antara Tegangan dengan Regangan Bahan hubungan antara tegangan ( ) dengan regangan ( ) bahan tersebut juga bersifat linier

(Gambar II.2 b), mengingat : = dimana : N = besarnya beban yang bekerja A = luas penampang benda (bernilai tetap walaupun beban bertambah) = pertambahan panjang = panjang semula Pada umumnya hubungan linier antara tegangan dengan regangan ini terjadi pada bahan yang masih dalam kondisi elastik. Kondisi elastik adalah kondisi dimana bahan akan kembali pada bentuk semula setelah tidak ada beban lagi. N A = (II.1)

dan

Selain itu ada juga bahan yang hubungan antara tegangan dengan regangannya tidak linier, seperti terlihat pada Gambar II.3 a, dan ada juga bahan dengan sifat hubungan tegangan dengan regangannya merupakan kombinasi antara linier dengan nonlinier, seperti terlihat pada Gambar II.3 b.

Gambar II.3. a. Hubungan Nonlinier antara Tegangan dengan Regangan, b. Kombinasi Hubungan Linier dengan Nonlinier

II.1.3

Sifat Material Beton

Beton merupakan material yang terbuat dari pasta semen dan agregat. Bahan dasar beton ini mempunyai sifat hubungan tegangan dan regangan yang linier dan getas dalam menahan gaya tekan. Material yang getas, kuat menerima tekan namun lemah dalam menerima tarik.

Walaupun bahan dasar beton (pasta semen dan agregat) mempunyai sifat elastik linier serta getas, namun hasil uji coba tekan beton menunjukkan kurva hubungan tegangan dengan regangan beton tidak linier dan sepertinya mempunyai sifat yang daktail. Hal ini disebabkan oleh adanya retak-retak kecil yang terbentuk antara bidang agregat dan pasta semen, retak kecil ini disebut retak lekatan (bond cracks ). Retak kecil ini pada umumnya disebabkan oleh phenomena susut pada saat pembentukan beton.

Jika beton dikenai beban uniaksial tekan maka,

Gambar II.4. Hubungan Tegangan-Regangan Beton

1. Sebelum beton diberi beban sampai dengan 30 40 % nilai tekan maksimumnya (fc atau kekuatan batasnya), kurva hubungan tegangan dengan regangannya masih linier. 2. Setelah beton dibebani melebihi 3040 % fc , retak-retak lekatan mulai terbentuk, kurva hubungan tegangan-regangan mulai tidak linier.

10

3. Pada saat tegangan mencapai 7590 % fc , retak-retak lekatan tersebut merambat ke mortar sehingga terbentuk pola retak yang menerus. Pada kondisi ini kurva hubungan tegangan-regangan beton semakin tidak linier.

II.1.4

Model Konstitutif

Dalam bentuk matematis, hubungan tegangan dengan regangan beton dapat dinyatakan dalam persamaan yang diusulkan Hognestad,
2 c c c c

fc = fc 2 dimana : fc = tegangan tekan beton.


c

= regangan tekan beton pada saat tegangan = fc .

fc = kuat tekan uniaksial beton.


c

= regangan tekan beton pada tegangan fc .

II.1.5

Sifat Baja

Gambar II.5. Hubungan Tegangan-Regangan Baja Baja mempunyai sifat yang linier selama masih dalam kondisi elastik, dimana tegangan dan regangannya belum mencapai batas leleh (yield ). Setelah melewati batas lelehnya 11

maka baja bersifat nonlinier.

II.1.6

Prinsip Dasar Beton Bertulang

Karena beton merupakan material yang kuat menahan tekan, namun lemah dalam menahan tarik, maka beton akan mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kekuatan tariknya. Kemudian timbul ide untuk mengkombinasikan material beton ini dengan material baja yang mempunyai kelebihan yang kuat menahan tarik. Dengan menanamkan material baja seperlunya pada beton diperoleh material beton bertulang dengan baja sebagai andalan pemikul tarik dan beton sebagai andalan pemikul tekan.

II.2

Elemen-elemen Struktur Beton Bertulang

Gambar II.6. Struktur Beton Bertulang dengan 3 Macam Elemen Untuk gedung, pada umumnya struktur beton bertulang bagian atas terdiri dari 3 macam elemen utama : Pelat, merupakan elemen struktur beton bertulang yang langsung memikul beban lantai.

12

Balok, dapat terdiri dari balok anak (joist ) dan balok induk (beam ), atau hanya balok induk saja. Balok berfungsi sebagai pemikul pelat dan beban yang berada diatasnya. Kolom, merupakan elemen struktur yang berfungsi sebagai pemikul balok serta beban lateral pada struktur. Sebagai ilustrasi lihat Gambar II.6. Pada perkuliahan Struktur Beton Bertulang I ini, akan dibahas perilaku dan desain elemen pelat dan balok beton bertulang saja, sedangkan untuk elemen kolom beton bertulang dibahas khusus pada perkuliahan Beton Bertulang II. Namun ada juga bentuk struktur beton bertulang yang tidak mempunyai balok, seperti terlihat pada gambar II.7. Pada struktur seperti ini bagian pelat yang terletak pada jalur kolom bertindak sebagai balok.

Gambar II.7. Struktur Beton Bertulang tanpa Balok (Flat Plate)

13

II.3 II.3.1

Perencanaan Konsep Perencanaan

Struktur yang didisain pada dasarnya harus memenuhi kriteria-kriteria berikut : 1. Bentuknya pantas/cocok. Dari segi perencaan tata ruang, bentangan, tinggi plafon, akses dan arus lalu lintas. Struktur harus seimbang dengan yang dibutuhkan. 2. Ekonomis. 3. Kuat, dalam menahan beban yang akan dipikulnya (beban yang direncanakan). 4. Mudah perawatannya.

II.3.2

Peraturan-Peraturan Terkait Disain Struktur Beton Bertulang

Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi diatur oleh pemerintah dalam bentuk standar. untuk bangunan di Indonesia berlaku Standar Nasional Indonesia (SNI). Tujuan dari standar ini adalah : Untuk menjamin keseragaman, keamanan di bidang teknik dan keselamatan umum. Mengakomodasi teknologi mutakhir. Sehingga dalam selang waktu tertentu setiap standar perlu diperbaharui, sesuai dengan perkembangan IPTEK terkait berdasarkan penelitian- penelitian para ahli. Menjadi tempat rujukan. Menjadi sarana untuk mencapai esiensi dan efektitas suatu kegiatan. SNI terbaru yang mengatur perencanaan struktur beton bertulang adalah SNI 032847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung, yang diterbitkan oleh Departemen Kimmpraswil Indonesia.

14

II.3.3

Metoda Perencanaan Beton Bertulang

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 10 ayat 1, perencanaan elemen struktur beton bertulang dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metoda berikut, 1. Metoda Beban Kerja. Dengan metoda Beban Kerja, elemen struktur beton bertulang direncanakan kuat memikul beban-beban yang bekerja pada elemen tersebut, dimana pengertian kuat disini ditandai dengan lebih kecil atau sama dengannya tegangan yang terjadi pada elemen akibat beban kerja tersebut dibandingkan dengan tegangan yang diizinkan, dimana tegangan izin adalah tegangan batas/ultimit material yang sudah dibagi dengan suatu faktor keamanan.

2. Metoda Kekuatan Batas/Ultimit. Dengan menggunakan metoda Kekuatan Batas, elemen struktur direncanakan harus kuat memikul beban terfaktor. Beban terfaktor adalah kombinasi beban-beban yang bekerja, dimana masingmasing beban sudah dikalikan dengan suatu faktor (keamanan) tertentu. Tegangantegangan yang terjadi pada elemen tidak boleh melebihi tegangan batas/ultimit dari material. Atau secara umum dapat dikatakan, bahwa Kuat perlu Kuat rencana Metoda yang pertama (metoda Tegangan Kerja) merupakan metoda lama dalam merencanakan elemen struktur beton bertulang. SNI 03-2847-2002 lebih menyarankan untuk menggunakan metoda kedua (metoda Kekuatan Batas), karena lebih realistis.

II.3.4

Perencanaan batas

Ada beberapa kondisi yang dapat dijadikan batasan pada perencanaan elemen beton bertulang, 1. Kondisi Batas Ultimit, yang dapat disebabkan oleh : 15

Hilangnya keseimbangan lokal atau global. Rupture : hilangnya ketahanan lentur dan geser elemen-elemen struktur. Keruntuhan progressive akibat adanya keruntuhan lokal pada daerah sekitarnya. Pembentukan sendi plastis. Ketidakstabilan struktur. Fatique. 2. Kondisi Batas Kemampuan Layan, yakni menyangkut berkurangnya fungsi struktur, anntara lain, Deeksi yang berlebihan pada kondisi layan. Lebar retak yang berlebih. Vibrasi yang mengganggu. 3. Kondisi Batas Khusus, yaitu menyangkut kerusakan/keruntuhan akibat beban abnormal, antara lain Keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim. Kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan. Korosi atau jenis keruntuhan lainnya akibat lingkungan. Perencanaan yang memperhatikan kondisi-kondisi batas di atas disebut perencanaan batas. Konsep perencanaan batas ini digunakan sebagai prinsip dasar peraturan beton Indonesia (SNI 03-2847-2002).

16

Anda mungkin juga menyukai