Anda di halaman 1dari 46

MODUL

PRAKTIKUM BETON

Oleh:
Dadang Dwi Pranowo, S. T., M. Eng

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2022

1
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNYA
sehingga buku Modul Praktikum Beton untuk kalangan mahasiswa Program DIII
Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi ini dapat diselesaikan.
Modul praktikum ini disusun sebagai acuan bagi mahasiswa peserta
perkuliahan Praktikum Beton. Buku ini akan membantu mahasiswa dalam hal
persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan beton. Materi praktikum yang akan
dilaksanakan merupakan rangkuman dari berbagai sumber yang relevan dengan
mata kuliah Praktik Beton.
Menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini adanya kekurangan, maka
saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Dengan demikian diharapkan nantinya akan lebih menyempurnakan penyusunan
buku ini. Semoga dengan adanya buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa Program DIII Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi.

Penyusun,

2
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................. 2
Tata Tertib.................................................................................................................... 4
Bab I. Kuantitas Pekerjaan Beton. ............................................................................. 5
Bab II. Pekerjaan Persiapan ........................................................................................ 9
Bab III. Beton Decking ............................................................................................. 14
Bab IV. Besi Tulangan .............................................................................................. 18
Bab V. Bekisting/ Kotak Cetak. ............................................................................... 23
Bab VI. Pengecoran Beton........................................................................................ 28
Bab VII. Uji Slump ................................................................................................... 35
Bab VIII. Uji Tekan Beton ....................................................................................... 38
Bab IX. Pekerjan Beton Pracetak ............................................................................. 42
Daftar Pustaka............................................................................................................ 46

3
Tata Tertib

Setiap mahasiswa yang melaksanakan aktivitas dalam worshop atau


laboratorium disebut praktikan. Praktikum adalah kerja kelompok atau individu
yang diselenggarakan di laboratorium, workshop, studio/ lapang.
Praktikum dilaksanakan dalam bentuk percobaan laboratorium atau praktik
lapang sesuai dengan jadwal yang terintegrasi dalam kegiatan semester. Asistensi
dilaksanakan dalam hal yang khusus sesuai dengan jadwal yang terintegrasi dalam
kegiatan semester. Ketentuan dalam melaksanakan praktikum sebagai berikut:
1. Kelengkapan. Praktikan wajib membawa kelengkapan untuk beraktivitas
dalam laboratorium meliputi:
a. Buku modul praktikum.
b. Buku catatan.
c. Alat tulis meliputi: pensil, bulpoint, penggaris, alas kertas tulis, kalkulator,
dan alas papan tulis.
d. Mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) standar meliputi: cattlepack,
sepatu safety, helm, sarung tangan.

2. Persiapan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktikan adalah:


a. Membaca dan memahami isi dan prosedur buku modul praktikum.
b. Mengerjakan hal- hal yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum
praktikum dilaksanakan.

3. Pelaksanaan. Sebelum praktikum dimulai, praktikan wajib:


a. Hadir tepat waktu dan menandatangani daftar hadir. Sanksi keterlambatan
dan ketidakhadiran, merujuk ketentuan Pasal 25 dan Pasal 26 Buku
Pedoman Akademik 2022.
b. Bekerja sesuai prosedur dengan menerapkan aspek keselamatan kerja/ K3.
c. Mengikuti dan mengerjakan pre test.
d. Melaksanakan pengujian dan memanfaatkan waktu sebaik- baiknya. Sanksi
kerusakan dan kehilangan alat praktikum, merujuk Pasal 24 Buku Pedoman
Akademik 2022.
e. Mengikuti instruksi dosen pengampu dan laboran.
f. Mendokumentasikan praktikum melalui buku catatan, foto, dan video.
g. Tidak diperkenankan meninggalkan lokasi praktikum tanpa seijin Dosen
Pengampu.
h. Tidak membawa makanan di laboratorium atau lokasi praktikum.

4. Setelah praktikum. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh praktikan adalah:
a. Memastikan sudah melengkapi daftar hadir.
b. Memastikan laporan sementara mendapat persetujuan dosen pengampu.
c. Membersihkan, merapikan, dan mengembalikan alat uji praktikum yang
telah digunakan ke tempatnya.
d. Laporan akhir ditulis tangan beserta gambar alat dan sket. Sedangkan foto
dokumentasi yang ditempelkan/ dicetak warna.
e. Tata tulis laporan disusun sesuai yang tercantum dalam Buku Pedoman
Proyek Akhir.

4
Bab I. Kuantitas Pekerjaan Beton.

1.1. Pendahuluan.
Pemeriksaan kuantitas dan bahan/ material pekerjaan beton penting untuk
dilaksanakan pada tahap persiapan. Ruang lingkup pekerjaan beton meliputi:
pekerjaan pembesian, bekisting, dan penghamparan campuran beton. Dalam
konstruksi beton bertulang terbagi menjadi struktur bawah (sub structure) dan
struktur atas (upper structure). Komponen struktur konstruksi gedung yang
terbuat dari bahan beton meliputi:
a. Struktur bawah (sub structure): pondasi dan balok sloof.
b. Struktur atas (upper structure): kolom, balok ring, dan pelat lantai.

Metode perhitungan kuantias pekerjaan beton yaitu dengan cara mengalikan


ukuran penampang setiap elemen struktur yang dilihat dari gambar kerja
dengan panjang. Setelah diketahui kuantitas pekerjaan beton, maka selanjutnya
dihitung rincian kebutuhan masing- masing bahan penyusun beton bertulang
tersebut.

1.2. Tujuan.
Tujuan perhitungan kuantitas dan bahan/ material pekerjaan beton yaitu untuk
mengetahui volume total untuk pekerjaan beton dan kebutuhan bahan
penyusun beton bertulang.

1.3. Dasar Teori.


a. SNI 7394:2008 Tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan.
b. Tjokrodimulyo, Kadiyono, 1997, Teknologi Beton, Petunjuk Praktikum,
JTS, Yogyakarta: FT, UGM.

1.4. Benda Uji.


a. Gambar kerja konstruksi bangunan gedung.
b. Daftar koefisien dan analisa harga satuan.
c. Dokumen mix design.

1.5. Alat.
a. Kertas HVS.
b. Pensil dan bulpoint.
c. Kalkulator.
d. Laptop/ desktop PC.

1.6. Pelaksanaan.
a. Siapkan gambar kerja konstruksi bangunan gedung.
b. Buatlah tabel berisi informasi ukuran lebar, tinggi, panjang, luas, jumlah
penampang elemen konstruksi yang akan dihitung. Misalnya untuk struktur
bawah yang terdiri dari pondasi telapak, kolom pedestal, dan balok sloof.
c. Buatlah tabel berisi sub item pekerjaan beton meliputi pekerjaan besi,
bekisting, dan beton. Hitunglah masing- masing kebutuhan sub item
termasuk kebutuhan bahan bangunan.

5
d. Jumlahkan seluruh hasil perhitungan sehingga didapatkan total kuantitas
pekerjaan beton dalam m3, kg, dan m2.
e. Gunakan hasil perhitungan mix design pengujian sebelumnya.

1.7. Keselamatan Kerja.


a. Simpanlah alat-alat pada peti peralatan dengan baik dan teratur apabila
belum diperlukan.
b. Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti langkah kerja dengan teratur atau
sesuai petunjuk instruktur.
c. Hati-hati dan konsentrasi atau pusatkan perhatian/ pikiran pada pekerjaan.
d. Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
e. Memakai pakai pakaian dan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan lengkap.

1.8. Laporan.
a. Tuliskan rincian perhitungan kuantias dan kebutuhan bahan.
b. Tuliskan tabel rekapitulasi hasil perhitungan kuantitas pekerjaan beton dan
tabel kebutuhan bahan dalam bentuk Bar Bending Schedule (BBS).
c. Buatlah gambar detail untuk gambar rencana pembesian dan bekisting.
d. Tuliskan Kesimpulan hasil perhitungan.

6
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll
a. Rincian perhitungan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

b. Tabel rekapitulasi hasil

Tabel 1. Rincian Kuantitas Pekerjaan Beton


Luas Jumlah Jumlah
Dimensi (m)
No Uraian (m2) (unit) total
b h Panjang
1 Pondasi telapak
2 Balok sloof
3 Kolom struktur
4 U- ditch

Tabel 2. Bar Bending Schedule (BBS)


Dimensi (m) Berat/ Jumlah Jumlah
No Uraian
a b c d m‘ (unit) total
1 Footplat
2 Balok sloof
3 Kolom
4 U- ditch

Tabel 3. Rekapitulasi Kebutuhan Bekisting


Dimensi (m) Jumlah Jumlat
No Uraian Ket
a b c d (unit) total
1 Footplat
2 Balok sloof
3 Kolom
4 U- ditch

3. Kesimpulan
Isi Kesimpulan menjawab tujuan.

7
4. Lampiran
Gambar detail.

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

8
Bab II. Pekerjaan Persiapan

2.1. Pendahuluan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan utama pada proyek kontruksi, maka dilakukan
pekerjaan persiapan. Ruang lingkup pekerjaan persiapan relatif sama untuk
proyek pembangunan gedung bertingkat, bandara, jembatan, jalan, pelabuhan,
dermaga maupun proyek lainnya. Tingkat kesulitan bergantung masing-masing
proyek yang akan dikerjakan.

Pekerjan persiapan direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek


konstruksi. Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain persiapan alat, persiapan bahan dan
persiapan tenaga kerja, pekerjaan persiapan meliputi: direksi keet, pengukuran
dan bouwplank, dan mobilisasi.

2.2. Tujuan.
Tujuan pelaksanaan pekerjaan yaitu untuk mempersiapkan segala sesuatu
sebelum item pekerjaan utama mulai sehingga mempermudah mobilisasi alat
dan bahan. Selain itu juga untuk mengetahui kesesuaian kondisi eksisting/
lapangan terhadap dokumen perencanaan.

2.3. Dasar Teori.


Brinker, R. C., and Wolf, P., R. 1997. Dasar- Dasar Pengukuran Tanah.
Walijatun, Djoko., Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Surveying. Ed
ke- 7.

2.4. Benda Uji.


Lokasi pekerjaan beton.

2.5. Alat dan Bahan.


a. Kayu balok ukuran 5/7.
b. Kayu papan ukuran 2/20.
c. Benang.
d. Paku usuk.
e. Palu.
f. Sekop.
g. Cangkul.
h. Arco.
i. Rol meter.
j. Waterpass.
k. Selang.
l. Unting- unting.

2.6. Pelaksanaan.
Pengukuran dan bouwplank. Merupakan pekerjaan pemetaan dan survey lokasi
proyek. Pekerjaan tersebut meliputi pengukuran terhadap lokasi proyek yang
akan dikerjakan, seperti pengukuran batas luas lahan, pengukuran batas
bangunan, pengukuran as bangunan dan dilanjutkan dengan pemberesan dan

9
pembersihan lokasi proyek, untuk selanjutnya mengerjakan pekerjaan
timbunan dan galian, untuk pekerjaan galian dan timbunan dilakukan jika
diperlukan, salah satu contoh apabila tanah memiliki kontur yang tidak sesuai
yang direncanakan maka perlu dilakukan pekerjaan galian dan timbunan.

Bouwplank (papan bangunan) berfungsi untuk mendapatkan titik- titik


bangunan yang diperlukan sesuai hasil pengukuran. Syarat-syarat memasang
bouwplank :
a. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
b. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak goyang
akibat pelaksanaan galian
c. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
d. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan
bouwplank lainnya.
e. Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap kedalam
bangunan semua).
f. Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) daripada pondasi dan
dinding batu bata.

Berikut penjelasan secara singkat mengenai cara pemasangan bowplank


sebagai berikut :
a. Tentukan batas dan luas bangunan. Pertama kita tentukan luas bangunan
yang direncanakan dengan cara menandai batas-batas terpinggir bangunan
dan bagian yang akan dibuat pondasi. Ambil jarak keluar dari pinggiran
sekitar 1 meter untuk memasangkan patok tiang bowplank untuk lalu lintas
pekerja. Apabila tidak memungkinkan bowplank juga dapat dipasang
semepet mungkin dengan bangunan/ tembok tetangga.
b. Pasang patok. Tancapkan kayu patok/ tiang patok yang sudah diruncingkan
pada setiap sudut bangunan yang akan dibangun. Bila di lokasi sudah ada
perkerasan maka patok dapat dipaku agar tetap tegak dan tidak bergeser
selama masa penggunaan bowplank. Usahakan peletakan titik patok sudah
sesuai dengan gambar kerja atau arahan pengawas proyek.
c. Tentukan ketinggian dengan selang waterpass. Tentukan letak dan
ketinggian pondasi, gunakan bantuan selang waterpass untuk mencari
persamaan ketinggian yaitu dengan cara berikan tanda berupa garis spidol
pada satu tiang patok sesuai dengan tinggi pondasi lalu gunakan selang
waterpass untuk menyamakan ketinggian tersebut. Garis air pada selang
menunjukkan ketinggian, jadi posisikan air sama dengan garis tinggi
pondasi.
d. Pasang papan kayu. Pasang papan kayu pada tiang patok yang sudah
mengelilingi bangunan sehingga membentuk batas. Papan dipasangkan
pada arah memanjang. jika papan tidak cukup panjang maka dapat
disambung dengan menambahkan patok pada sambungan papan kayu.
Pastikan papan memiliki lebar dan tinggi yang sama karena akan menjadi
acuan dalam menentukan pondasi.
e. Pasang benang. Pasang paku pada papan kayu yang telah di atur posisi
titiknya, Kemudian bentangkan benang pada paku paku tersebut untuk
menentukan sudut atau siku bangunan. Apabila bangunan sudah menyiku

10
sesuai gambar barulah paku dipasang untuk menentukan lebar atas pondasi
dan garis as pondasi.
f. Tarik benang. pasangkan paku dan tarik benang membentuk gambar batas
pondasi yang akan dibuat. Benang tersebut dapat menjadi tanda bagi
pekerja untuk menggali pondasi dan menyusun batu pondasi.

Hasil dari pemasangan pemasangan bouwplank dapat dilihat pada gambar


berikut :

Gambar 1. Pemasangan bouwplank

Gambar 2. Posisi bouwplank terhadap pondasi dan dinding bata.

2.7. Keselamatan Kerja.


a. Simpanlah alat- alat pada peti peralatan dengan baik dan teratur apabila
belum diperlukan.
b. Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti langkah kerja dengan teratur atau
sesuai petunjuk instruktur.

11
c. Hati- hati dan konsentrasi atau pusatkan perhatian/ pikiran pada pekerjaan.
d. Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
e. Memakai pakaian dan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) dengan
lengkap.

2.8. Laporan.
Tuliskan proses pemasangan bouwplank dilengkapi foto dokumentasi hasil
pemasangan.

12
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

13
Bab III. Beton Decking

3.1. Pendahuluan.
Beton decking. Beton deking merupakan sebuah balok beton kecil dengan/
tanpa kawat yang berfungsi sebagai pengatur jarak agar penutup (selimut
beton). Tebal beton deking disesuaikan dengan tebal selimut beton rencana
karena selimut beton bertujuan untuk:
a. Melindungi tulangan teroksidasi karena pengaruh dari luar, seperti air
hujan, gas/ uap agresif, lingkungan dan sebagainya yang dapat membentuk
karat.
b. Melindungi tulangan terhadap kebakaran.

Tebal penutup (selimut) beton perlu diperhatikan apabila terlalu tipis atau
kurang rapat dapat menyebabkan tulangan akan berkarat sehingga akan
melemahkan tulangan, selain itu beton dapat mengelupas. Dan apabila terlalu
tebal juga tidak baik karena bahaya peretakan makin besar. Ketebalan beton
decking disesuaikan dengan hasil perhitungan struktur terhadap selimut beton
balok dan kolom. Gambar ilustrasi beton decking ditunjukan seperti Gambar 3
berikut ini.

Gambar 3. Beton decking.


Keterangan:
a. Sisi1: 50 mm.
b. Sisi2: 50 mm.
c. Tebal : 30 mm.

Penempatan beton decking khususnya di bagian bawah tulangan untuk elemen


balok berfungsi untuk penyangga dan selimut beton. Menjaga supaya tulangan
tetap berada pada posisi yang benar seperti pada Gambar 4a dan Gambar 4b
berikut ini.

Gambar 4a. Posisi beton decking pada balok tampak memanjang.

14
Gambar 4b. Posisi beton decking pada balok potongan melintang.

Beton deking disertai dengan kawat pengikat untuk mengikatkan pada tulangan
beton seperti yang terlihat pada Gambar 5a dan Gambar 5b berikut ini.

Gambar 5a. Bentuk pemasangan kawat pada beton decking.

Gambar 5b. Bentuk ikatan pada tulangan.

3.2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.
Agar mahasiswa dapat membuat beton deking untuk pekerjaan beton.
b. Tujuan Khusus:
1. Agar mahasiswa dapat memahami prosedur pelaksanaan pembuatan
beton decking.
2. Agar mahasiswa dapat menggunakan peralatan yang dipakai secara
benar,sesuai dengan fungsinya.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari beton decking.

3.3. Dasar Teori.


a. McCormac J. C., 2001, Desain Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta.
b. Idham N. C. 2013. Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah.
Yogyakarta. Graha Ilmu.

3.4. Benda Uji.


Semen, air, dan kawat baja pengikat.

3.5. Alat dan Bahan.

15
a. Sekop.
b. Gunting kawat.
c. Pacul
d. Rol meter.
e. Kayu pemadat.
f. Ember.
g. Palu.
h. Scraper.
i. Ruskam.
j. Semen.
k. Pasir.
l. Air.
m. Plastik/ kertas semen
n. Kawat pengikat Ø 1 mm panjang 20- 25 cm

3.6. Pelaksanaan.
a. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
b. Buat bekesting dengan ukuran 60 x 60 cm dan beri tanda pada bekisting
sesuai ukuran beton decking.
c. Letakkan bekisting diatas plastik/ kertas semen.
d. Siapkan kawat pengikat tulangan dengan ukuran yang sudah ditentukan dan
bentuk kawat tersebut dengan memutir kedua ujung kawat.
e. Aduk bahan hingga merata pencampurannya.
f. Sebelum adukan dituang kedalam bekisting, terlebih dahulu diolesi oli.
g. Tuangkan adukan kedalam bekisting dan padatkan.
h. Ratakan permukaan beton.
i. Biarkan beberapa menit hingga genangan air dipermukaan adukan
menjadi sedikit.
j. Masukkan kawat kedalam adukan (± ¾ tebal beton decking).
k. Rawat benda uji hingga genangan air tidak tampak diatas permukaan.
l. Potong adukan berdasarkan tanda yang sudah diberi sebelumnya.
m. Biarkan adukan mengeras (± 1 hari).
n. Buka bekisting dan pisahkan beton deking tersebut.

3.7. Keselamatan Kerja.


a. Simpanlah alat pada tempatnya dengan baik apabila belum diperlukan.
b. Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti langkah kerja dengan teratur atau
sesuai petunjuk instruktur.
c. Hati-hati dan konsentrasi atau pusatkan perhatian/ pikiran pada pekerjaan.
d. Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
e. Memakai pakai pakaian dan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan lengkap.

3.8. Laporan.
Tuliskan proses pembuatan beton decking secara lengkap. Disertai gambar alat
yang ditulis manual dan foto dokumentasi hasil pemasangan.

16
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

17
Bab IV. Besi Tulangan

4.1. Pendahuluan.
Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini
memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi
besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah
Pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga
pemasangan tulangan.

Pada konstruksi beton bertulang dari beton dan tulangan akan menghasilkan
keunggulan, dimana beton mempunyai kemampuan yang tinggi memikul
beban tarik, oleh karena besi tulangan membantu beton didaerah tekan
menerima gaya tekan. Menurut bentuknya, besi tulangan pada konstruksi beton
bertulang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Batang polos (BJTP).
Adalah batang prismatik berpenampang bulat persegi, lonjong, dan lain-
lain yang mempunyai permukaan lilin. Di Indonesia, paling banyak
digunakan bentuk bulat,karena baja bulat banyak terdapat didalam
perdagangan dan cara mengerjakannya mudah. Baja tulangan bulat
mempunyai ukuran diameter: 6; 8; 10; 12; 14; 16; 19; 22; 25; 28; 32mm.
b. Batang diprofilkan (BJTS).
Adalah batang prismatik atau dipuntir yang permukaannya diberi rusuk-
rusuk terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang dengan
rusuk- rusuk tidak lebih dari 0,7 kali garis tengah pengenalnya.

Tahapan pekerjaan penulangan secara umum adalah sebagai berikut:


a. Membuat daftar pembengkokkan (Bar Bending Schedule/ BBS).
b. Memotong besi tulangan menurut panjang yang telah ditentukan pada
daftar pembengkokkan (Bar Bending Schedule/ BBS).
c. Meluruskan dan membersihkan kotoran besi dari bagian- bagian karat.

Syarat- syarat pembengkokkan tulangan adalah sebagai berikut:


a. Batang tulangan tidak boleh bengkok atau diluruskan dengan cara yang
merusak tulangan.
b. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah bengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh bengkok lagi dalam jarat 60 cm dari bengkokkan sebelum.
c. Batang tulangan yang tertanam sebagian didalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan dilapangan,kecuali apabila ditentukan
didalam gambar- gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
d. Membengkokkan dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diizinkan perencana.
e. Apabila pemanasan diizinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam, tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850º C.
f. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 100º C yang
bukan pada waktu dilas, maka dalam perhitungan sebagai kekuatan baja

18
harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan
dingin.
g. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan,kecuali apabila
diizinkan oleh perencana.
h. Batang tulangan yang dibengkokkan dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
i. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak
8 kali diameter (diameter pengenal) batang setiap bagian dari bengkokkan.
Bentuk hasil pembengkokan tulangan ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Bentuk pembengkokan dan kait tulangan polos dan deform.

Adapun syarat kait tulangan adalah sebagai berikut:


a. Kait harus berupa kali penuh.
b. Kait- kait sengkang harus berupa kait miring yang melingkari batang-
batang sudut dan mempunyai bagian lurus paling sedikit 6 kali diameter
batang dengan minimal 5 cm.

Berkaitan dengan pemasangan dan pengikatan tulangan harus dilakukan


seakurat mungkin sesuai dengan gambar rencana agar sebelum dan sesaat
pengecoran tulangan tidak bergeser.

4.2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.

19
1. Agar mahasiswa dapat membuat kait dan membengkokkan tulangan.
2. Agar mahasiswa dapat memotong merangkai tulangan untuk pondasi,
sloof, dan kolom.

b. Tujuan Khusus.
1. Agar mahasiswa dapat memahami prosedur pelaksanaan membuat
kait dan membengkokkan tulangan.
2. Agar mahasiswa dapat memahami prosedur pelaksanaan memotong,
membengkokkan, dan merangakai tulangan pondasi, balok sloof, pelat,
dan kolom.
3. Agar mahasiswa dapat membuat kait dan bengkokkan tulangan dengan
benar.
4. Agar mahasiswa dapat menyetel tulangan pondasi, balok sloof, pelat,
dan kolom.
5. Agar mahasiswa dapat menggunakan peralatan yang digunakan dengan
baik dan sesuai dengan fungsinya.

4.3. Dasar Teori.


a. SNI 2052: 2017 Tentang Baja Tulangan.
b. SNI 2847:2019 Tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung dan Penjelasan.

4.4. Benda Uji.


Baja tulangan polos (BJTP) 6, 8, 10, dan 12 mm.

4.5. Alat dan Bahan.


a. Baja tulangan.
b. Kawat baja/ pengikat tulangan.
c. Rol meter.
d. Tang kakak tua.
e. Gunting pemotong besi tulangan.
f. Kunci pembengkok tulangan.
g. Siku.
h. Alas pembengkok tulangan.

4.6. Pelaksanaan.
a. Pemotongan tulangan. Proses pemotongan besi tulangan adalah sebagai
berikut:
1. Hitunglah kebutuhan tulangan (panjang, berat) yang akan digunakan.
2. Siapkan bahan dan peralatan sesuai ukuran yang telah ditentukan.
3. Potong batang baja tulangan menurut ukuran yang telah ditentukan.
4. Bentuklah batang baja tulangan dengan membengkokkannya menurut
gambar pada gambar kerja.
5. Kerjakan pemotongan besi tulangan untuk semua elemen struktur yang
dibutuhkan.

b. Pembengkokan dan perakitan tulangan.


1. Siapkan gambar detail penulangan.

20
2. Hitunglah kebutuhan besi tulangan yang akan digunakan sesuai dengan
Bar Bending Schedule (BBS).
3. Siapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan.
4. Potong batang besi tulangan dan dibengkokkan menurut gambar pada
gambar kerja.
5. Letakkan batang- batang tulangan utama pada posisi horizontal (pada
penyangga tulangan).
6. Masukkan tulangan sengkang pada batang tersebut.
7. Beri tanda pada tulangan utama tersebut sebagai perletakkan sengkang.
8. Atur sengkang menurut dengan yang dibuat sebelumnya.
9. Ikat sengkang pada tulangan utama.
10. Setelah terbentuk salah satu jaringan tulangan, maka dilanjutkan
dengan yang lainnya.Kemudian kedua jaringan tulangan tersebut saling
dihubungkan dengan tulangan stek (tulangan yang berbentuk sudut
90º).
11. Lalukan perakitan besi tulangan pada semua elemen struktur yang
dibutuhkan.

4.7. Keselamatan Kerja.


a. Simpanlah alat pada tempatnya dengan baik apabila belum diperlukan.
b. Pelajari dahulu gambar kerja dan ikuti langkah kerja dengan teratur atau
sesuai petunjuk instruktur.
c. Hati-hati dan konsentrasi atau pusatkan perhatian/ pikiran pada pekerjaan.
d. Pergunakan peralatan sesuai fungsinya.
e. Memakai pakai pakaian dan kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan lengkap.

4.8. Laporan.
Tuliskan proses pelaksanaan pekerjaan besi secara lengkap. Disertai gambar
alat yang ditulis manual dan foto dokumentasi hasil pemasangan.

21
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

22
Bab V. Bekisting/ Kotak Cetak.

5.1. Pendahuluan.
Acuan perancah atau bekisting adalah konstruksi pendukung yang merupakan
cetakan bagian sisi/ vertikal dan bawah/ horisontal dari bentuk beton yang
dibutuhkan. Konstruksi acuan perancah merupakan konstruksi sementara suatu
bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang
dikehendaki apabila betonnya telah menjadi keras. Pemilihan tipe acuan
perancah dilakukan dengan meninjau tipe, jenis, dan luasan bangunan yang
akan dibangun untuk bangunan bertingkat maupun bangunan yang memiliki
volume horizontal yang luas.

Persyaratan- persyaratan konstruksi acuan perancah yaitu:


a. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang
digunakan, berat sendiri, berat orang yang bekerja dan pengaruh kejutan.
b. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudah
goyang atau labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi
yang dizinkan.
c. Kokoh, sehingga mampu menghasilkan bentuk penampang beton seperti
yang diharapkan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh
karena itu maka ukuran dan kedudukan cetakan harus teliti atau sesuai
dengan gambar perencanaan.
d. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk
ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika
kotoran tidak naik maka akan melekat pada permukaan beton dan sulit
dibersihkan.
e. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat
digunakan berkali- kali. Rapat, Sambungan- sambungan pada cetakan
harus rapat dan lubang- lubang yang disebabkan oleh serangga harus
ditutup, sehingga cairan semen dan agregat tidak keluar dari celah- celah
sambungan.
f. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan
dalam membuat bagian cetakan harus mudah dirangkai sehingga dapat
dilaksanakan dengan tenaga kerja minimal yang pada akhirnya akan
memperoleh efisiensi waktu yang maksimal.
g. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien
mungkin yang akhirnya menguntungkan semua pihak

Bahan acuan perancah yang sering digunakan:


a. Kayu.
Menurut PBBI tahun 1971 bab 5 ayat 1, memberikan pedoman bahwa
acuan perancah harus terbuat dari bahan- bahan baik yang tidak mudah
meresap air dan direncanakan sedemikian rupa, sehingga mudah dilepas
dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton. Kayu yang akan
digunakan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
1. Sebaiknya kayu yang dipergunakan dengan kadar air 10 % s/d 20 %.
2. Partikel- partikel yang dikandung kayu reaktif dan tidak merusak beton.

23
3. Perubahan bentuk kayu akibat temperatur maupun kelembaban udara
setempat sekecil mungkin.
4. Kuat dan ekonomis.
5. Mudah dikerjakan dan mudah dipasang alat sambung.

b. Kayu lapis (plywood).


Untuk pekerjaan yang cukup besar, kayu lapis banyak dipergunakan
sebagai bahan papan acuan (cetakan). Pada acuan yang menggunakan kayu
lapis diusahakan meminimalisir penggunaan paku, agar pembongkarannya
dapat dengan mudah dilakukan dan dapat meminimalisir kerusakan bahan
akibat metode pembongkaran yang salah. Keuntungan dari kayu lapis
adalah bahwa kayu lapis dapat dibengkokkan dan ditempatkan pada
kerangka/ cetakan untuk pengecoran, dan dapat digunakan berulang- ulang.

c. Dolken.
Dikategorikan sebagai kayu bulat dengan diameter 5 cm – 10 cm.
Keuntungan penggunaan kayu dolken sebagai acuan perancah :
1. Mudah didapat dipasaran.
2. Karena bentuk penampang dolken bulat, maka kekuatan tekuk kearah
sumbu potongan melintang batang sama untuk semua arah.
3. Dapat digunkan berulang – ulang.

Kerugian penggunaan kayu dolken sebagai acuan perancah:


1. Diameter tidak merata dari pangkal sampai ujung batang.
2. Batang tidak lurus sehingga mengurangi kekuatan kayu bila menerima
gaya normal yang sentris akibat adanya gaya asentris pada batang.
3. Investasi yang tertanam besar, sebab bila konstruksi selesai, sisa kayu
sering tidak dapat digunakan kembali untuk konstruksi yang lain.
4. Karena bentuk penampang yang bulat, maka agak sulit dipasang alat
sambung dibandingkan dengan kayu olahan lainnya.

d. Aluminium.
Karena adanya sifat- sifat tertentu yang lebih menguntungkan seperti berat
dan biaya pemeliharaannya yang ringan, menyebabkan aluminium
cenderung lebih digunakan pada konstruksi acuan perancah bila
dibandingkan dengan logam lain. Tetapi karena harganya yang lebih mahal,
menyebabkan penggunaannya yang sangat dibatasi. Campuran aluminium
yang paling sesuai untuk konstruksi acuan perancah adalah tipe Al-Mg-Si
(campuran dengan kadar silisium yang rendah). Kadar patahnya dapat
dikatakan cukup baik (250- 400 N/mm2) dan ketahanan terhadap korosi
hamper sama dengan aluminium murni.

e. Baja.
Penggunaan baja sebagai acuan perancah pada konstruksi untuk beton
dengan syarat tertentu. Dalam teknik konstruksi acuan perancah, baja
digunakan dalam berbagai bentuk, baik sebagai alat sambung maupun
sebagai penyangga konstruksi. Pemilihan baja sebagai acuan perancah
dikarenakan oleh :

24
1. Pemakaian dalam jumlah yang sangat banyak.
2. Membutuhkan toleransi kesalahan yang sangat kecil.
3. Melibatkan tegangan (stress) yang tinggi.
4. Memerlukan beberapa tingkat mekanisasi pada sistem pekerjaan
konstruksi.

Keuntungan penggunaan baja sebagai acuan perancah:


1. Kekuatan, dan kekerasan yang tinggi.
2. Ketahanan terhadap keausan yang tinggi.
3. Dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, baja sangat sesuai untuk
pembuatan sambungan, dan untuk digabungkan dengan material
lainnya.
4. Memiliki nilai sisa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan
lain.
Kerugian penggunaan baja sebagai acuan perancah:
1. Berat yang tinggi.
2. Tidak tahan terhadap karat.
3. Perlu peralatan pendukung.
4. Hantaran panas yang tinggi.

5.2. Tujuan.
a. Tujuan Umum:
Menyiapkan dan membuat bekisting dan perancah pada lokasi pekerjaan.
b. Tujuan Khusus:
1. Menguasai rencana pembuatan bekisting dan perancah sesuai dengan
gambar kerja dan instruksi kerja (I.K).
2. Melakukan pekerjaan persiapan pembuatan bekisting dan perancah.
3. Melaksanakan pembuatan bekisting dan perancah.
4. Melakukan pemeriksaan kualitas hasil kerja.
5. Melaksanakan pembongkaran bekisting dan perancah.

5.3. Dasar Teori.


a. Petrus, F. 2018. Modul Formwork. Manado: Politeknik Negeri Manado.
b. [BPSDM PUPR] Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2005. Pelatihan
Tukang Bekisting dan Perancah Tahun 2005. Jakarta: BPSDM PUPR.

5.4. Benda Uji.


Kayu balok, kayu lapis (plywood), dan scafolding.

5.5. Alat dan Bahan.


a. 1 set scafolding besi terdiri dari: main frame, crossbraced, joint pin. U-
jack, dan jack- base.
b. Paku sekrup.
c. Palu kayu.
d. Waterpass batang.
e. Rol meter.

25
f. Siku besi.
g. Unting- unting.
h. Kayu balok/ usuk ukuran 5/7.
i. Kayu lapis (plywood) tebal 14- 18 mm
j. Penyokong cetakan (push-pull props set)

5.6. Pelaksanaan.
a. Siapkan peralatan dan bahan- bahan yang diperlukan. Pastikan semua
dalam keadaan baik.
b. Dirikan 2 lembar plat cetakan dan pasang saling tegak lurus pada bagian
ujung, dan sesuaikan dengan ukuran lebar kolom yang akan dibuat.
c. Kancing seluruh baut yang tersedia pada masing-masing plat cetakan dan
kencangkan dengan menggunakan palu kayu sehingga benar-benar kuat
dan kokoh. Cek kesikuannya.
d. Dirikan dan pasang dan hubungkan plat cetakan yang lain seperti pada
langkah ke-3 sehingga membentuk kubus atau persegi, sesuai dengan
bentuk dan ukuran kolom yang akan dibuat.
e. Kancing seluruh baut yang tersedia pada plat cetakan mulai dari bawah
sampai ke atas.
f. Cetakan kolom telah terbentuk, cek ketegakannya, posisi berdirinya, serta
jarak masing- masing antar kolom.
g. Pasang perancah/ penyokong cetakan (push-pull props set), diatur
ketegakannya.
h. Pemasangan acuan dan perancah kolom selesai, laporkan kepada
instruktur/dosen untuk diperiksa dan dinilai.

5.7. Keselamatan Kerja.


a. Gunakan pakaian kerja dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti
langkah
langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan
material terbuat dari besi/ baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

5.8. Laporan.
Tuliskan seluruh proses pelaksanaan pekerjaan bekisting secara lengkap
terhadap semua elemen struktur yang meliputi: pondasi, balok sloof, kolom,
balok ring, dan pelat. Lampiran berupa gambar alat konstruksi perancah ditulis
manual sedangkan foto dokumentasi bisa dicetak/ ditempel.

26
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

27
Bab VI. Pengecoran Beton

6.1. Pendahuluan.
Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku (SNI 03- 2847: 2002). Proses pengecoran harus dilaksanakan sekaligus
dan dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan
pada tempat- tempat yang aman. Untuk mendapatkan campuran beton yang
baik dan merata harus memakai mesin pengaduk beton (concrete mixer) untuk
mutu rendah/ non struktural. Sedangkan untuk kebutuhan mutu beton struktur,
maka harus menggunakan beton ready mix. Sebelum dilakukan pengecoran
maha lokasi harus dibersihkan. Pekerjaan pembersihan lokasi dimaksudkan
agar area yang akan di cor benar- benar bebas dari kotoran dan apabila
dilaksanakan pengecoran akan dihasilkan ikatan antara tulangan dengan beton
dengan kuat, sehingga beton akan kokoh sesuai perencanaan. Ketelitian dalam
membuat proporsi campuran mutlak dibutuhkan supaya didapatkan mutu beton
yang direncanakan. Tahapan pekerjaan beton adalah sebagai berikut:
a. Persiapan.
Pada kasus-kasus tertentu, persiapan lebih detail harus dilakukan. Untuk
pengerjaan beton pre-stressing misalnya, persiapan akan bahan kimia untuk
perekat antara lapisan beton baru dengan beton lama atau untuk
memperbaiki bagian-bagian keropos akibat kurangnya pemadatan atau
karena terjadinya segregasi harus dilakukan. Sebelum penuangan beton
dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih dahulu harus diperhatikan.
1. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus
bersih.
2. Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran- kotoran
yang mengganggu.
3. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh
dilapisi lapisan minyak mineral.
4. Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus
dibasahi air sampai jenuh.
5. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara
beton dengan tulangan.
6. Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang,
kecuali apabila penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin
pengawas ahli.
7. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton
yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras
tersebut.

b. Pencampuran.
Setelah didapatkan komposisi untuk kuat tekan tertentu, maka proses
selanjutnya adalah pencampuran. Komposisinya disesuaikan dengan
kapasitas alat aduk. Pengadukan dilakukan sampai didapatkan sifat yang
plastis dalam campuran beton segar, seperti warna adukan merata,

28
kelecakan yang cukup, dan tampak homogen. Metode pengadukan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pengadukan manual. Untuk skala yang sangat kecil, beton boleh
dicampur dengan menggunakan sekop. Harus dilakukan di tempat yang
datar dan bersih (maksudnya bebas dari ranting, daun, sampah, dan
material pengganggu lainnya). Kerikil, pasir, dan semen diaduk/
dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya
digali dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan
dicampur di wadah yang sisi-sisinya tertutup sehingga air bisa
dibendung, langsung saja tuang air ke wadah tersebut.
2. Pengadukan dengan mesin. Jika ditinjau dari sisi ekonomi, penggunaan
mesin aduk untuk pengerjaan beton yang besar justru akan menurunkan
biaya (cost). Campuran beton yang dihasilkan pun biasanya akan
bersifat lebih homogen dan plastis. Mesin pengaduk harus diputar
sesuai dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuatnya. Setelah pencampuran seluruh bahan dalam batching,
harus dilakukan pengadukan kembali minimal selama 1,5 menit,
kecuali bila dapat dibuktikan bahwa pengadukan yang lebih pendek
mampu memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi pengujian
keseragaman pengadukan yang ditetapkan.

c. Pengangkutan. Tahap pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga


ke tempat penyimpanan akhir (sebelum dituang) harus dilakukan
sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pemisahan dari bahan yang
telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan. Untuk beton ready-
mix, takaran yang sudah diukur di batching plant, kemudian dicampur dan
dimasukkan ke dalam truk. Selama perjalanan drum beton tersebut
terus diputar agar beton tidak mengalami setting di dalam drum. Kadang di
dalam perjalanan, bisa jadi karena lama di jalan, cuaca panas, atau
kelamaan diputar, temperatur di dalam drum meningkat sehingga air
menguap.

d. Penuangan adukan. Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding,


ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton:
1. Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin
dengan cetakan akhir.
2. Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang
diatur sedemikian rupa.
3. Campuran beton yang mengeras atau yang telah terkotori oleh material
asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
4. Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami
penambahan air tidak boleh dituangkan.
5. Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus
dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau
penampang.
6. Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal pada
umumnya harus terisi rata dengan campuran beton.

29
7. Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara
sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi
semua rongga beton.

Batas penundaan yang masih dapat ditoleransi adalah sesuai dengan lamanya
waktu pengikatan beton. Lamanya waktu pengikatan awal beton selama 2 jam
dan pengikatan akhir selama 4 jam.

Untuk penuangan beton atau pengecoran dalam air, dapat ditambahkan sekitar
10% semen untuk menghindari kehilangan pada saat penuangan. Penuangan
ini dapat dilakukan dengan alat bantu.

Penuangan beton atau pengecoran dengan pemompaan melalui pipa- pipa


sangat menguntungkan apabila cara lainnya tidak bisa dilakukan.

a. Pemadatan beton. Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang.


Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan rongga- rongga udara yang
terdapat dalam beton segar. Kebutuhan akan alat pemadat disesuaikan
dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan
dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam praktik
di lapangan, pengindikasian initial setting dilakukan dengan cara menusuk
beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk
sedalam 10 cm, berarti setting time belum tercapai.

b. Finishing. Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk memadatkan sebuah


permukaan beton yang rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
pada saat beton belum mencapai final setting, karena pada masa ini beton
masih dapat dibentuk. Alat yang digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat-
alat perata lainnya.

c. Perawatan beton (curing). Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai


final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar
proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Perawatan
dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi
minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi
lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat.

Perawatan yang dipercepat. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap


bertekanan atmosferik, pemanasan dan pelembaban atau proses lain yang dapat
diterima, boleh digunakan untuk mencapai kekuatan tekan dan mengurangi
waktu perawatan. Perawatan ini harus mampu menghasilkan kekuatan tekan
sesuai dengan rencana, dan prosesnya harus mampu menghasilkan beton yang
tegar. Untuk cuaca yang panas perlu diperhatikan bahan- bahan penyusunnya,
cara produksi, penanganan dan pengangkutan, penuangan, perlindungan dan
perawatan untuk mencegah suhu beton atau penguapan air yang berlebihan
sehingga dapat mengurangi kekuatan tekannya dan mempengaruhi kekuatan
struktur. Perawatan beton dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

30
a. Pembasahan. Perawatan dapat dilakukan dengan pembahasan atau
penguapan (steam) serta dengan menggunakan membran. Pemilihan cara
mana yang digunakan semata- mata mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan. Pembahasan dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan.
Pekerjaan perawatan dengan pembahasan ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab.
2. Menaruh beton segar dalam genangan air.
3. Menaruh beton segar dalam air.
4. Menyelimuti permukaan beton dengan air.
5. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
6. Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
7. Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.

b. Penguapan. Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu


perawatan dengan tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi.
Perawatan tekanan rendah berlangsung selama 10-12 jam pada suhu 40°-
55°C, sedangkan penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama 10-
16 jam pada suhu 65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C. Sebelum
perawatan dengan penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada
suhu 10°-30°C selama beberapa jam. Perawatan dengan penguapan
berguna pada daerah yang mempunyai musim singin. Perawatan ini harus
diikuti dengan perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam,
minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai
dengan rencana pada umur 28 hari.

c. Membran. Digunakan untuk penghalang fisik dan menghalangi penguapan


air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai final
setting time), dan membentuk selembar film yang kontinyu, melekat dan
tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus
dan tidak membahayakan beton. Lembaran plastik atau lembaran lain yang
kedap air dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan
menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada lapisan
perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera
mungkin setelah waktu pengikatan beton. Perawatan dengan cara ini dapat
juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan pembahasan.

d. Perawatan lainnya. Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan


adalah perawatan dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan
melakukan penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90°C. Hal tersebut
dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi.
Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan
untuk beton-beton pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65°C) dan perawatan
dengan karbonisasi. Proses curing (perawatan) pada beton memainkan
peran penting pada pengembangan kekuatan dan daya tahan beton , proses
curing dilaksanakan segera setelah proses pencetakan selesai. Proses curing
ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam

31
beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu . Proses
curing pada beton bertujuan memberikan kelembaban yang cukup pada
proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan, stabilitas volume,
ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi.

Lamanya proses curing tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:


a. Jenis semen yang digunakan.
b. Proporsi dari campuran.
c. Ukuran dan bentuk daripada beton.
d. Kondisi cuaca disekitarnya.
e. Kondisi cuaca setelahnya.

Temperatur curing yang tinggi dapat membantu perkembangan kuatan tekan


awal beton tetapi dapat menurunkan kekuatan pada umur 28 hari.
a. Jumlah air di dalam beton cair sebetulnya sudah lebih dari cukup (sekitar
12 liter per ak semen) untuk mnyelesaikan reaksi hidrasi.
b. Namun sebagian air hilang karena menguap sehingga hidrasi selanjutnya
terganggu.
c. Karena hidrasi relatif cepat pd hari-hari pertama, perawatan yg ling penting
adalah pada umur mudanya.
d. Kehilangan air yg cepat juga menyebabkan beton menyusut, terjadi
tegangan tarik pada beton yg sedang mengering sehingga dpt menimbulkan
retak.
e. Beton dirawat sebanyak 7 hri akan lebih kuat sekitar 50% daripada beton
tidak dirawat.

6.2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.
Agar diperoleh produk bangunan konstruksi yang baik, perlu penyiapan
yang cermat dan teliti sumber daya yang akan dipakai seperti peralatan
kerja, bahan yang digunakan maupun lokasi dan lingkungan kerja yang
sesuai.
b. Tujuan Khusus.
1. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan beton.
2. Menganalisa kebutuhan bahan sesuai dengan volume bangunan.
3. Mengetahui peralatan sesuai dengan fungsinya.
4. Mengetahui teknik pelaksanaan pekerjaan beton dengan benar.
5. Mengatasi permasalahan yang ditemui di lapangan

6.3. Dasar Teori.


1. Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Jakarta: Biro Penerbit Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada.
2. [BPSDM PUPR] Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2005. Materi
Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Bidang Tukang
Bangunan Gedung. Tahun 2011. Jakarta: BPSDM PUPR.
3. [Laboratorium Bahan dan Konstruksi Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik UPN Veteran] Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

32
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2005. Materi
Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Bidang Tukang
Bangunan Gedung. Tahun 2011. Jakarta: BPSDM PUPR.

6.4. Benda Uji.


-

6.5. Alat dan Bahan.


a. Timbangan kapasita 1.000 kg.
b. Takaran air.
c. Ember.
d. Cetok.
e. Palu karet.
f. Mesin molen.
g. Mesin pemadat/ vibrator roller.
h. Semen Portland jenis I.
i. Agregat halus/ pasir.
j. Agregat kasar/ batu pecah.
k. Air.
l. Bak tempat adukan basah.

6.6. Pelaksanaan.
a. Timbang semua bahan yang diperlukan.
b. Molen diisi dengan air secukupnya ( sekedar membasahi molen tersebut).
c. Masukkan batu pecah dan ¾ bagian dari air.
d. Setelah semua batu pecah terbasahi dengan rata masukkan semen lalu
masukkan pasir.
e. Masukkan air sisanya tadi dan aduk sampai rata.
f. Setelah beton tercampur homogen campuran tersebut dapat dikeluarkan
dari mesin molen.

6.7. Keselamatan Kerja.


a. Gunakan pakaian kerja dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti
langkah- langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan
material terbuat dari besi/ baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

6.8. Laporan.
Tuliskan seluruh proses pelaksanaan secara lengkap terhadap semua elemen
struktur yang meliputi: pondasi, balok sloof, kolom, balok ring, dan pelat.
Lampiran berupa gambar alat konstruksi perancah ditulis manual sedangkan
foto dokumentasi bisa dicetak/ ditempel.

33
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

34
Bab VII. Uji Slump

7.1. Pendahuluan.
Uji slump adalah suatu uji empiris/ metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/ kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar
(fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam
suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk
itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan,
atau cukup air.

Dalam suatu adukan/ campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena
menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu
cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan
campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan
sulit untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008 Tentang Uji
Slump Beton.

Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika


ready mix sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil dari uji slump beton yaitu
nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan
mempunyai standar.

7.2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.
Untuk mengetahui workability (kemampuan dikerjakan0 dari campuran
beton dan memperoleh keseragaman pemakaian air.
b. Tujuan Khusus.
Untuk mengetahui prosedur kerja dan hasil nilai uji slump beton
dilapangan.

7.3. Dasar Teori.


a. ASTM C.143a-97: Test Method For Slump Of Hydraulic Cement Concrete
b. SNI 1972: 2008 Tentang Cara Uji Slump Beton.
c. Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Jakarta: Biro Penerbit Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada.

7.4. Benda Uji.


Adukan beton basah.

7.5. Alat dan Bahan.


a. Tabungan kerucut besi (tabung abraham).
b. Alat perojok diameter 16 mm an panjang 60 cm.
c. Mistar.
d. Plat baja.
e. Cetok.
f. Campuran beton segar.

7.6. Pelaksanaan.

35
a. Bersihkan peralatan slump dengan alat bantunya, kemudian basahi dengan
lap lembab.
b. Letakan alat slump pada tempat yang datar/ rata.
c. Isikan beton yang di uji ke dalam alat, sebanyak 3 lapis, tiap lapis
dipadatkan dengan batang pemadat sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan
secara merata (memutar).
d. Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dan
singkirkan sisa benda uji disekitar alat.
e. Angkat cetakan secara perlahan dengan posisi tegak lurus.
f. Balikan alat slump dan letakan perlahan-lahan disamping benda uji, lalu
simpan batang penusuk diatas alat slump.
g. Ukur slump yang terjadi dengan cara mengukur yang paling dalam, paling
tinggi dan yang sedang, lalu dirata ratakan.

7.7. Keselamatan Kerja.


a. Gunakan pakaian kerja dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti
langkah- langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan
material terbuat dari besi/ baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

7.8. Laporan.
Tuliskan seluruh proses pelaksanaan secara lengkap terhadap semua elemen
struktur yang meliputi: pondasi, balok sloof, kolom, balok ring, dan pelat.
Lampiran berupa gambar alat konstruksi perancah ditulis manual sedangkan
foto dokumentasi bisa dicetak/ ditempel.

36
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

37
Bab VIII. Uji Tekan Beton

8.1. Pendahuluan.
Metode ini dimasukkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk
menentukan kuat tekan beton (compressive strength) beton dengan benda uji
berbentuk silinder atau kubus yang dibuat dan dicuring di laboratorium
maupun di lapangan. Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar (fresh
concrete) yang mewakili campuran. Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam
pengendalian mutu, dan perencanaan campuran beton. Kuat tekan beton adalah
besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Mutu
beton umumnya dietentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji kuat
tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder
beton dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus
dengan sisi 150 mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara
melakukan pengujian kuat tekan benda uji tersebut.

Frekwensi percobaan:
a. Untuk setiap mutu beton  1/hari.
 1/120 m3 tiap hari.
 1/ 100 m2
b. Bila tidak terkumpul 5 test  diatur secara random.
Pengambilan > 5 test atau tiap batch bila hanya ada < 5 batch.
c. Bila vol beton < 40 m3 test dapat ditiadakan sesuai judgment pengawas
bangunan (ada bukti yang memuaskan).
d. 1 hasil test = rata- rata kekuatan 2 silinder.

Mutu beton oke bila memenuhi ketentuan ACI 5.6.3.3:


a. Rata-rata dari 3 hasil uji  fc’
b. Tidak satupun  fc’ – 3,5

8.2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.
Pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang
benar.
b. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji.

8.3. Dasar Teori.


SNI 1974: 2011 Tentang Cara Uji Tekan Beton Dengan Benda Uji Silinder
Beton.

8.4. Benda Uji.


Silinder beton dengan diameter 150mm dan tinggi 300mm.

8.5. Alat dan Bahan.


a. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.

38
b. Timbangan elektrik/ manual kapasitas 100 kg.
c. Alat perata lapis atas silinder (capping). Bila dipakai benda uji kubus tidak
diperlukan perataan permukaan ini.

8.6. Pelaksanaan.
a. Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain:
1. Faktor semen.
2. Nilai slump.
3. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
4. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji (berdasarkan data tersebut,
perkirakanlah kuat tekannya).
b. Bila benda uji berupa silinder, ukurlah diameter rata-rata silinder ditengah
tengah tingginya, dan ukur pula tinggi rata- ratanya dengan ketelitian
sampai 0,1 mm (dengan kaliper).
c. Timbanglah dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
d. Ratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu dengan kaca atau plat.
Tunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
e. Uji sampel dengan kecepatan pembebanan 2- 4 kg/cm2 (SNI 03-1974-1990)
hingga benda uji hancur.
f. Catat beban maksimum yang dihasilkan dan gambarkan sketsa keruntuhan
benda uji.

8.7. Keselamatan Kerja.


a. Gunakan pakaian kerja dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti
langkah- langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan
material terbuat dari besi/ baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

8.8. Laporan.
Tuliskan seluruh proses pelaksanaan secara lengkap. Buatlah sketsa pecahnya
silinder beton. Hitunglah besarnya kuat tekan tekan beton silinder. Lampiran
berupa gambar alat konstruksi perancah ditulis manual sedangkan foto
dokumentasi bisa dicetak/ ditempel.

39
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................

2. Pembahasan

Tabel 1. Proporsi Bahan Adukan


Bahan Merk/ asal Berat satuan Berat (gr)
Air
Semen
Pasir
Kerikil

Faktor air semen :


Nilai slump :

Tabel 2. Spesifikasi Silinder Beton


Satuan Silinder 1 Silinder 2 Silinder 3
Berat kg
Tinggi mm
Diameter 1 mm
Diameter 2 mm
Diameter rata2 mm

3. Hasil Pengujian

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Tekan


Satuan Silinder 1 Silinder 2 Silinder 3
Luas tampang mm2
Berat jenis kg/ cm3
Beban maksimum kg
Kuat tekan kg/ cm2
Lama pembebanan detik
Kec. Pembebanan kg/ cm2 detik

4. Lampiran
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

40
(..........................) (..........................)

41
Bab IX. Pekerjan Beton Pracetak

9.1. Pendahuluan.
Beton pracetak atau beton precast adalah sebuah produk yang terbuat dari
material beton yang proses pembuatannya dilakukan di pabrik atau di lapangan.
Beton pracetak merupakan konstruksi yang komponen pembentuknya dicetak
atau difabrikasi. Pengolahannya baik di lahan produksi (bengkel) ataupun di
lapangan yang kemudian dipasang di lapangan, sehingga membentuk sebuah
bangunan (SNI 7833: 2012). Beton pracetak merupakan pencampuran semen
portland atau semen hidraulik lain, agregat halus (ukuran <5mm), aggregat
kasar (ukuran 5mm-40mm), dan air serta ditambah dengan bahan tambahan
yang dapat membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002). Beton pracetak dibuat
dan digunakan untuk beton pracetak non structural (paving block, buis beton,
pagar panel beton) dan beton pracetak structural (tiang pancang, balok
jembatan, Pelat lantai).

Keunggulan beton pracetak:


a. Kualitas beton lebih baik dan mutu lebih terjamin.
b. Memperkecil dimensi beton.
c. Waktu konstruksi lebih cepat.
d. Mereduksi biaya konstruksi.
e. Dapat diproduksi dengan beton/ material khusus.
f. Memenuhi konsep pembangunan berkelanjutan.

Kelemahan beton pracetak:


a. Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan
pihak arsitektur dan mekanikal/ elektrikal/ plumbing.
b. Keandalan sambungan antar komponen untuk sistem pracetak terhadap
beban gempa.
c. Memerlukan biaya transportasi yang cukup besar.
d. Memerlukan alat berat dengan kapasitas relatif besar untuk proses
perangkaian/ erection.
e. Memerlukan lahan yang luas untuk proses produksinya.

9.2. Tujuan.
a. Agar mahasiswa mengetahui defini dan fungsi dari beton pracetak
berbentuk U.
b. Agar mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan sesuai yang
dibutuhkan.
c. Agar dapat merakit beton pracetak berbentuk- U dan menerapkan di
lapangan.

9.3. Dasar Teori.


SNI 7833: 2012 Tentang Tata Cara Perancangan Struktur Beton Pracetak Dan
Prategang Untuk Bangunan Gedung.

9.4. Benda Uji.

42
-

9.5. Alat dan Bahan.


a. Gergaji.
b. Gunting pemotong besi.
c. Blending.
d. Meja blending.
e. Kapur.
f. Palu.
g. Kakak tua.
h. Ember.
i. Meteran.
j. Sendok spesi.
k. Sekop.
l. Pasir.
m. Semen.
n. Batu pecah/ kerikil.
o. Air.
p. Kawat bendrat.
q. Bekisting.
r. Plastik cor.
s. Besi tulangan 6, 8, dan 10.

9.6. Pelaksanaan.
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Hitung terlebih dahulu kebutuhan bahan baik tulangan maupun adukan dan
bekisting sesuai ukuran yang telah di tentukan.
c. Siapkan bekisting sesuai dengan gambar kerja..
d. Ukur, potong dan benggkokkan besi dan rakit sesuai dengan ukuran pada
gambar kerja.
e. Setelah dirangkai ambil beton tahu ikatkan pada tulangan.
f. Siapkan semen, air,pasir dan kerikil sesuai dengan perhitungan.
g. Letakkan tulangan dalam bekisting.
h. Isi bekisting dengan adukan beton, tusuk-tusuk pada saat pengecoran agar
tidak terjadi bolong dan keropos pada pelat.
i. Bersihkan tempat kerja praktek dan mengembalikan alat sesuai tempatnya

9.7. Keselamatan Kerja.


a. Gunakan pakaian kerja dan peralatan keselamatan kerja (K3).
b. Pelajari dahulu gambar kerja, hitung jumlah kebutuhan bahan dan ikuti
langkah- langkah kerja dengan seksama dan teliti.
c. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan
material terbuat dari besi/ baja.
d. Ikuti petunjuk-petunjuk dari Instruktur.

43
9.8. Laporan.
Tuliskan seluruh proses pelaksanaan secara lengkap. Lampiran berupa gambar
alat konstruksi perancah ditulis manual sedangkan foto dokumentasi bisa
dicetak/ ditempel.

44
Laporan Sementara

1. Judul Praktikum
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2. Pembahasan
Tulis tangan, tinta warna biru, kertas HVS ukuran A4, bisa dengan border/
tidak. Tuliskan penulisan yang rapi dan dapat terbaca. Tidak membahas
langkah kerja tapi hasil yang diperoleh dalam praktikum. Misal: perhitungan
volume, kebutuhan bahan, dll

3. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

4. Lampiran
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Tanggal : ......................... Waktu : .........................


Kelompok : ......................... Dosen/ teknisi : .........................

Dosen/ teknisi, Mahasiswa,

(..........................) (..........................)

45
Daftar Pustaka

SNI 7394:2008 Tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton
Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan.
Tjokrodimulyo, Kadiyono, 1997, Teknologi Beton, Petunjuk Praktikum, JTS,
Yogyakarta: FT, UGM.
Brinker, R. C., and Wolf, P., R. 1997. Dasar- Dasar Pengukuran Tanah. Walijatun,
Djoko., Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Surveying. Ed ke- 7.
McCormac J. C., 2001, Desain Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta.
Idham N. C. 2013. Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
SNI 2052: 2017 Tentang Baja Tulangan.
SNI 2847:2019 Tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan.
Petrus, F. 2018. Modul Formwork. Manado: Politeknik Negeri Manado.
[BPSDM PUPR] Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2005. Pelatihan Tukang
Bekisting dan Perancah Tahun 2005. Jakarta: BPSDM PUPR.
[BPSDM PUPR] Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2005. Materi Pelatihan Berbasis
Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Bidang Tukang Bangunan Gedung.
Tahun 2011. Jakarta: BPSDM PUPR.
[Laboratorium Bahan dan Konstruksi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
UPN Veteran] Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2005. Materi Pelatihan Berbasis
Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Bidang Tukang Bangunan Gedung.
Tahun 2011. Jakarta: BPSDM PUPR.
ASTM C.143a-97: Test Method For Slump Of Hydraulic Cement Concrete
SNI 1972: 2008 Tentang Cara Uji Slump Beton.
SNI 1974: 2011 Tentang Cara Uji Tekan Beton Dengan Benda Uji Silinder Beton.
SNI 7833: 2012 Tentang Tata Cara Perancangan Struktur Beton Pracetak Dan
Prategang Untuk Bangunan Gedung.

46

Anda mungkin juga menyukai