Oleh:
2215164039
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
Analisis Waste Material Besi Tulangan Pada Struktur Beton Bertulang Dengan
Metode Bar Bending Schedule tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan proposal
ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan DIV
Manajemen Proyek Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga proposal skripsi ini
dapat selesai. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Bapak I Nyoman Abdi, SE, M.e Com selaku Direktur Politeknik Negeri Bali
3. Ibu Dr. Ir. Putu Hermawati, MT selaku Ketua Program Studi D4 Manajemen
Proyek Konstruksi yang telah memberikan banyak masukan dan saran
sehingga proposal ini selesai tepat pada waktunya.
4. Ibu Anak Agung Putri Indrayanti, ST., MT selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan pengarahan, petunjuk dan bimbingan selama penyusunan
proposal skripsi.
5. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan moral serta sarana
dan prasarana yang dapat menunjang terselesaikannya proposal skripsi ini.
6. Serta semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
proses penyusunan proposal skripsi yang penulis tidak dapat sebutkan satu
persatu.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna mengingat masih terbatasnya pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan
proposal skripsi ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
bending schedule (BBS) adalah metode perencanaan pembesian yang mengandung
informasi tentang detail bentuk besi tulangan, panjang besi tulangan, dimensi dan
jumlah besi tulangan yang akan digunakan pada pekerjaan struktur yang mengacu
pada gambar Shop Drawing yang telah disetujui oleh perencana. Bar bending
schedule menghasilkan kebutuhan besi dalam satuan batang kemudian diperoleh
satuan berat. Pola-pola pemotongan besi tulangan dikombinasikan sehingga
mendapatkan pola yang paling optimal dan menghasilkan sisa material yang
seminimal mungkin. Sedangkan metode building information modelling (BIM)
adalah suatu metode kerja berbentuk 3D dari sebuah bangunan yang mampu
mensimulasikan informasi proyek konstruksi. Menurut Bryde dkk., (2014) dasar
pemikiran BIM adalah kolaborasi pada berbagai fase siklus hidup oleh pemangku
kepentingan yang berbeda, pelaksanaannya mulai dari memasukan data,
mengekstrak, memperbaharui atau memodifikasi informasi pada BIM.
Pengurangan biaya, penghematan waktu dan kontrol yang lebih efisien. Metode
BIM menggunakan perangkat lunak TRB Cubicost yang menampilkan segi fisik
bangunan, menghitung kebutuhan material dan informasi yang lebih terintegrasi.
Setiap metode memiliki keterbatasan dan membutuhkan tingkat ketelitian dalam
perhitungannya. Semakin banyak variasi potongan material besi tulangan semakin
lama waktu yang dibutuhkan dan semakin tinggi tingkat ketelitian dalam
pengerjaannya.
2
sisa material besi yang dihasilkan. Dengan menerapkan metode bar bending
schedule (BBS) dan building information modelling (BIM) tidak hanya untuk
mengetahui jumlah kebutuhan besi tulangan dan waste materialnya tetapi juga
dapat digunakan dalam membuat perencanaan yang lenih teliti dan mempermudah
untuk memaso material besi tulangan sesuai dengan kebutuhan. Maka dengan
kedua metode tersebut termasuk sebagai upaya untuk mengefisiensi pembesian
pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Politeknik Negeri
Banyuwangi.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni bersumber dari
rumusan masalah:
1. Mengetahui kebutuhan besi tulangan yang diperoleh dengan menggunakan
metode bar bending schedule dan metode building information modelling
pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Politeknik
Negeri Banyuwangi.
2. Mengetahui prezentase sisa material besi tulangan yang diperoleh dengan
menggunakan metode bar bending schedule dan metode building
information modelling pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu
(GKT) Politeknik Negeri Banyuwangi.
3. Mengetahui besar biaya kebutuhan besi tulangan yang diperoleh dengan
menggunakan metode bar bending schedule dibandingkan dengan biaya
menggunakan metode building information modeling dan biaya total
pekerjaan pembesian yang direncanakan pada Rencana Anggaran Biaya
(RAB) proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Politeknik
Negeri Banyuwangi.
4
3. Bagi Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan mengenai ilmu
menajemen material khususnya optimalisasi besi dan bar bending schedule
dan building information modelling serta mengembangkan pengetahuan
mengenai pekerjaan struktur beton bertulang, khususnya pada pekerjaan
pembesian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Apabila terdapat perubahan di salah satu dari ketiga hal tersebut maka akan
mempengaruhi hal yang lainnya. Disamping ketiga pengelolaan tersebut juga
diperlukan pengelolaan dalam manajemen lingkungan, risiko, sistem informasi dan
sumber daya proyek.
Dalam manjemen proyek terdapat sumber daya yang harus dikelola secara
efektif dan efisien agar tercapainya tujuan proyek dengan hasil kerja yang
maksimal. Sumber daya proyek adalah potensi-potensi yang bisa dimanfaatkan
untuk suatu proyek konstruksi. Menurut Widiasanti dan Lenggogeni, secara umum
sumber daya proyek konstruksi terdiri dari 5M yaitu Manpower (tenaga kerja),
Methode (metode), Material (material), Money (uang), Machines (alat dan
peralatan). Sumber daya tersebut perlu dikelola dengan sistem manajemen sehingga
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Adapun deskripsi dari kelima sumber daya
tersebut sebagai berikut.
1. Method (metode)
Metode dalam suatu proyek konstruksi merupakan metode pelaksanaan
yang menjadi acuan oleh seluruh pekerja yang terlibat. Metode perlu diterapkan
untuk mengelola setiap elemen agar lebih terstruktur.
3. Material (material)
Material atau bahan adalah salah satu bagian yang memiliki pengaruh cukup
besar dalam proyek konstruksi. Presentase biaya material dalam satu proyek
berkisar antara 50-70% dari biaya proyek itu sendiri. Untuk itu diperlukan
manajemen yang tepat dalam mengatur material dari proses perencanaan,
perhitungan kebutuhan, dan penyimpanan.
7
4. Money (uang)
Uang atau biaya merupakan modal awal yang digunakan untu seluruh
kegiatan perusahaan. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah biaya
yang digunakan. Oleh karena itu biaya merupakan alat yang sangat penting dan
harus diperhitungkan secara teliti.
5. Machines (alat)
Peralatan atau alat dalam proyek konstruksi merupakan sumber daya
penunjang yang sangat penting dalam mencapai tujua proyek. Peralatan yang
termasuk yaitu peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi, seperti crane, truck, back hoe, scraper dan lain sebagainya. Dengan
adanya peralatan tersebut dapat membantu jalannya suatu proyek secara efektif dan
efisien sehingga mendapat hasil yang optimal [3].
8
manajemen material yaitu pemilihan material, pemilihan pemasok material,
pembelian material, pengiriman material, penerimaan material, penyimpanan
material, pengeluaran material, serta menjaga persediaan material. Rangkaian
tahapan manajemen material dapat membantu mengendalikan semua pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat berlangsung secara berlanjut tanpa henti.
Deretan kegiatan manajemen material sangat berpengaruh pada proses
pelaksanaan proyek konstruksi. Sistem manajemen yang tidak sesuai untuk material
konstruksi akan berdampak buruk pada kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi bahan tidak tersedia saat dibutuhkan, kualitas material yang akan
digunakan buruk dan material yang tersedia tidak sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan. Hal tersebut akan menyebabkan kerugian baik dari segi waktu, biaya
maupun mutu. Maka dari itu diperlukan manajemen material yang tepat dalam
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengendalian material agar tercapainya
tujuan dari suatu proyek konstruksi.
Terdapat 2 jenis besi beton berdasarkan bentuknya yaitu besi beton polos dan besi
beton sirip/ulir (deform).
9
1. Besi Beton Polos
Besi tulangan polos dinotasikan dengan (BjTP). Besi tulangan polos
memiliki penampang bundar dengan permukaan yang rata tidak
bersirip/berulir. Besi tulangan ini biasanya digunakan pada penulangan geser
atau tulangan sengkang.
10
Gambar 2.2 Besi Tulangan Sirip/Ulir (deform)
Sumber: Suara Teknik, 2020
Terdapat berbagai ukuran diameter besi tulangan mulai dari besi diameter 6
mm, 8, 10, 13, 16, 19, 22, 25 hingga 50 mm. Spesifikasi diameter dan berat per
meter besi beton polos tercantum pada Tabel 2.1. Spesifikasi diameter, ukuran
sirip/ulir dan berat per meter besi beton ulir tercantum pada Tabel 2.2.
11
Tabel 2.2 Spesifikasi Besi Beton Sirip/Ulir
2.5 Pembesian/Penulangan
Pembesian/Penulangan dalam pekerjaan struktur biasanya ditentukan
berdasarkan perencanaan dan mengacu pada peraturan atau standar yang digunakan
dalam suatu proyek. Peraturan atau standar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Standar Detail Pekerjaan Struktur pada Shop Drawing, RKS Struktur Proyek
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Politeknik Negeri Banyuwangi.
Dalam pekerjaan pembesian pada struktur bangunan beton terdapat
beberapa jenis tulangan yaitu :
12
1. Tulangan Utama/Pokok
Tulangan utama atau biasa disebut tulangan pokok merupakan tulangan
memanjang searah dengan panjang kolom ataupun balok yang memiliki fungsi
untuk menahan gaya tarik.
2. Tulangan Tumpuan
Tulangan tumpuan adalah tulangan pokok yang posisinya berada pada daerah
tumpuan. Istilah tumpuan hanya digunakan pada penulangan balok dan plat.
Pada penulangan kolom tulangan ini disebut tulangan ujung atas atau bawah.
3. Tulangan Lapangan
Tulangan lapangan merupakan tulangan pokok yang posisinya berada di
tengah-tengah area suatu bentang.
4. Tulangan Geser atau Sengkang
Tulangan geser juga biasa disebut beugel, sengkang, ties dan stirrups.
Tulangan geser merupakan tulangan yang berada disekeliling tulangan utama
pada kolom dan balok. Tulangan ini berfungsi untuk mengikat tulangan utama
dan untuk menahan gaya geser.
5. Tulangan Ekstra
Tulangan ekstra adalah tulangan tambahan yang ditambahkan pada tulangan
tumpuan atau tulangan lapangan. Biasanya tulangan ini tidak dipasang pada
seluruh balok tetapi hanya pada daerah yang membutuhkan saja.
13
1. Demolition waste adalah sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran
atau penghancuran bangunan lama.
14
dalamnya berisi jumlah dan dimensi dari besi tulangan yang akan digunakan. Daftar
tersebut kemudian akan digunakan untuk pabrikasi dan sebagai pedoman
pengadaan material besi tulangan.
Dari sisa besi yang dihasilkan kemudian ditentukan apakah sisa besi tersebut masih
dapat dimanfaatkan kembali. Sisa (waste) besi yang tidak dapat digunakan akan
dikonversi sehingga didapatkan presentase besi sisa yang dihasilkan. Oleh karena
itu, metode Bar Bending Schedule ini dapat memudahkan dalam mengefisiensi
penggunaan material besi tulangan dalam suatu proyek konstruksi. Daftar
perhitungan tulangan menggunakan metode ini selain digunakan untuk pabrikasi,
15
juga digunakan dalam pedoman pengadaan pengadaan material besi tulangan.
Adapun format pengerjaan bar bending schedule dalam program Microsoft Excel
yang digunakan pada Tabel 2.4 berikut.
16
merupakan seperangkat teknologi, proses kebijakan yang seluruh prosesnya
berjalan secara terintegrasi dalam sebuah model digital yang kemudian
diterjemahkan sebagai gambar tiga dimensi. Penggunaan teknologi BIM dapat
mempermudah proses pelaksanaan proyek. Sejalan dengan hal tersebut Christian
(2016) menyatakan aplikasi berbasis BIM dalam merancang sebuah bangunan
dapat mempermudah proses analisis desain. Pembuatan model arsitektur dapat
sekaligus digunakan untuk menganalisis gaya dalam dan kebutuhan penulangan.
Setelah melalui proses yang terintegrasi, model akhir yang dibuat memiliki semua
informasi yang terdiri dari: denah arsitektur, struktur, hingga pembesian tulangan
dengan output volume secara otomatis.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18
Gambar 3.1 Peta Provinsi Jawa Timur
Sumber: Google Earth
19
bulan Juni 2023 – Juli 2023. Kemudian tahap penyusunan skripsi dari bulan Juni
2023 – Agustus 2023.
20
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk
mempermudah dalam proses pengumpulan data. Pada penelitian ini diperlukan
beberapa alat bantu dalam penyelesaiannya. Adapun instrumen penelitian yang
digunakan sebagai berikut:
1. Alat tulis kantor (ATK), yang digunakan untuk mencatat data-data yang
diperoleh saat melakukan observasi lapangan.
21
3. Pengumpulan data-data yang diperlukan dari proyek konstruksi baik data
primer maupun sekunder.
4. Melakukan analisis data menggunakan metode BBS (Bar Bending
Schedule). Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam menganalisis data
yang didapatan dari proyek:
a. Mengamati dan mempelajari gambar kerja pekerjaan struktur.
b. Mengidentifikasi spesifikasi tulangan berdasarkan gambar shop
drawing.
c. Membuat BBS (Bar Bending Schedule) sesuai dengan pola pemotongan
yang diperlukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Pada
program BBS (Bar Bending Schedule) akan dijabarkan pola atau bentuk
potongan tulangan, jenis besi tulangan, panjang potongan, serta jumlah
potongan besi tulangan.
d. Menentukan pemakaian material dan sisa material (waste materials)
agar dapat dimanfaatkan kembali. Pada pemotongan pola besi tulangan
dikombinasikan seoptimal mungkin sehingga dapat meminimalisir sisa
material besi tulangan.
e. Selanjutnya hasil dari perhitungan menggunakan metode BBS (Bar
Bending Schedule) dan optimalisasi bahan akan mendapatkan total
kebutuhan besi baik dalam satuan meter maupun dalam satuan kilogram.
Berat besi tulangan akan dihitung menggunakan satuan SNI.
f. Kemudian menghitung presentase sisa material (waste material) yang
sudah tidak dapat digunakan.
g. Pembuatan BIM (Building Information Modeling) dengan
menggunakan program TRB Cubicost. Pada program BIM (Building
Information Modeling) akan dijabarkan informasi biaya atau RAB pada
tiap komponen pekerjaaan, gambar 3 dimensi termasuk struktur
pembesian, volume pekerjaan, data pemotongan besi dan waste material
yang dihasilkan.
h. Yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung biaya kebutuhan besi
tulangan pada struktur pondasi berdasarkan Rencana Anggaran Biaya
22
dan menghitung perbandingan kedua biaya dari kebutuhan besi tulangan
tersebut dengan biaya pekerjaan pondasi mengacu pada Rencana
Anggaran Biaya.
5. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pembahasan mengenai hasil perhitungan kebutuhan
besi tulangan berdasarkan metode BBS (Bar Bending Schedule) dan BIM
(Building Information Modeling), presentase sisa (waste) material besi
tulangan pada struktur pondasi.
6. Simpulan dan saran
Setelah pembahasan yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian,
kemudian akan didapatkan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan.
23
3.6 Bagan Alur Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Data Primer
- Identitas Proyek
- Observasi - Gambar Kerja
Lapangan (shop drawing)
- RKS
- RAB
24
A
Analisis Data :
- Perhitungan kebutuhan besi tulangan
- Perhitungan sisa (waste) material besi tulangan
- Perhitungan biaya kebutuhan besi tulangan
Pembahasan
Selesai
25
DAFTAR PUSTAKA
[1] Intan, S., Alifen, R.S. dan Arijanto, L.S. 2005. Analisa dan Evaluasi Sisa
Material Konstruksi Sumber Penyebab Kuantitas dan Biaya.
Surabaya: Universitas Kristen Petra. Pp. pp-36.
https://ojs.petra.ac.id/ojsnew/index.php/civ/article/view/16124
[4] Siswanto, Agus B., K. Dewi. Penerapan Manajemen Material Pada Proyek
Konstruksi Di Sumba (Studi Kasus Di Kabupaten Sumba Tengah).
Semarang: Universitas 17 Agustus 1945.
http://sister.untagsmg.ac.id/index.php/jts/article/view/774
[5] Badan Standardisasi Nasional. 2017. Baja Tulangan Beton (SNI 2052:2017).
Jakarta: BSI.
26