Anda di halaman 1dari 68

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS BESAR STRUKTUR BETON BERTULANG


DESAIN SEKOLAH 5 LANTAI

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah


Struktur Beton Bertulang

Oleh :
Indry Sagita Bodhimantoro
1162004008
Novitryawati Adis Pratiwi Mansyurdin
1162004039

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Asisten

Jouvan Chandra Pratama P Meikel Ruben


NIP : 99151000362 NIM : 1152004006

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini tentang “Laporan Tugas Besar Struktur Beton Bertulang Sekolah 5 Lantai”
ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Bpk. Jouvan Chandra


Pratama P. selaku dosen mata kuliah Struktur Beton Lanjut di Universitas Bakrie.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kitamengenai bahan bahan struktur beton. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Jakarta, 11 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Tujuan dan Sasaran .......................................................................................... 2
1.2.1. Tujuan ........................................................................................................ 2
1.2.2. Sasaran ....................................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.4. Gambaran Umum Proyek ................................................................................ 2
BAB II PENGOLAHAN DATA ...................................................................................... 5
2.1. Teori Dasar ........................................................................................................ 5
2.1.1. Definisi Beton ............................................................................................ 5
2.1.2. Definisi Beton Bertulang .......................................................................... 5
2.1.3. Sifat Mekanis Beton Bertulang ................................................................ 6
2.1.4. Kriteria Standar Perencanaan Beton ...................................................... 7
2.1.5 Definisi Balok ............................................................................................ 9
2.1.6. Definisi Kolom ......................................................................................... 11
2.1.7. Definisi Pelat ............................................................................................ 11
2.1.8. Pembebanan ............................................................................................ 12
2.2. Perencanaan Dimensi Balok .......................................................................... 13
2.2.1. Balok 1 Ujung Menerus .......................................................................... 13
2.2.2. Balok 2 Ujung Menerus .......................................................................... 14
2.3. Analisis Tributary Area.................................................................................. 15
2.3.1. Contoh Perhitungan Tributary Area .................................................... 15
2.3.2. Tabel ......................................................................................................... 15
2.4. Perhitungan Dimensi Kolom .......................................................................... 22
2.4.1. Perhitungan Untuk Lantai 1 sampai 5 .................................................. 22
2.5. Perencanaan Dimensi Pelat ............................................................................ 26
2.5.1. Tebal Pelat ............................................................................................... 26
BAB III PROSEDUR MODELING .............................................................................. 28
3.1. Spesifikasi Material ........................................................................................ 28

iii
3.2. Pembebanan .................................................................................................... 28
3.3. Acuan Peraturan dan Software yang digunakan ......................................... 29
3.4. Permodelan Struktur Menggunakan ETABS .............................................. 29
BAB IV PENULANGAN ................................................................................................ 48
4.1. Penulangan Utama .......................................................................................... 48
4.2. Penulangan Pada Balok .................................................................................. 49
4.3. Penulangan Pada Kolom ................................................................................ 51
4.4. Penulangan Pada Pelat ................................................................................... 53
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 62
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 62
5.2. Saran ................................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 64

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan infrasturuktur merupakan salah satu aspek penting
dan vital untuk mempercepat proses pembangungan di Indonesia.
Infrastruktur juga memegang peranan yang penting sebagai salah satu roda
penggerak ekonomi di Indonesia. Ini mengingatkan gerak laju dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh
karena itu pembangunan di sektor ini, menjadi pondasi dari pembangunan
infrastruktur di Indonesia. Pemerintah daerah disini sangat berperan penting
untuk menangani masalah pembangunan infrastruktur di Indonesia ini.
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah Struktur Beton Lanjut
Teknik Sipil Universitas Bakrie yang ada pada semester 6. Kami memilih
untuk merancang dan merencanakan bangunan sekolah 5 lantai ini
dikarenakan saat ini dalam hal pembangunan dan tingkat pendidikan yang
melesat tinggi, sangat dibutuhkan pembangunan tempat belajar seperti
sekolah lima lantai ini. Selain itu juga tujuan perencanaan ruko dua lantai
ini untuk menentukan dimensi balok, menentukan letak kolom dan balok,
menentukan dimensi pelat, menentukan dimensi kolom serta menetukan
tulagan pelat, balok dan kolom. Adapun dalam pengolahan data dari
perencanaan struktur ruko dua lantai ini kami menggunakan beberapa
software seperti Microsoft Excel, Autocad serta ETABS. Dalam
perencanaan elemen struktur sekolah lima lantai ini kami mengacu kepada
persyaratan beton struktural yang sudah ditentukan yaitu SNI 03-2847-
2013.

1
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
a. Menentukan dimensi balok menggunakan persyaratan beton struktural
untuk bangunan gedung yaitu SNI 03-2847-2013.
b. Menentukan letak kolom dan balok.
c. Menentukan dimensi kolom.
d. Menentukan dimensi pelat.
e. Menentukan tulangan pelat, balok dan kolom.

1.2.2. Sasaran
Untuk bangunan sekolah 5 lantai tahan gempa.

1.3. Batasan Masalah


Laporan ini menganalisis dimensi dan penulangan pada balok,
kolom dan plat dengan menggunakan beban gempa dan beban gravitasi.

1.4. Gambaran Umum Proyek

Nama Proyek : Perencanaan dan Perancangan Bangunan Ruko Dua Lantai

Lokasi Proyek : Jl. Harapan Indah Raya, Bekasi, Jawa Barat

Pemilik : Muhammad Maskawih, ST

Konsultan : PT. Bayung Satria

2
Gambar 1.1 Gambar Lokasi Proyek

Gambar 1.2 Denah Lantai 1-5

3
Gambar 1.3 Tampak Samping Kanan dan Kiri

Gambar 1.4 Tampak Depan dan Belakang

4
BAB II

PENGOLAHAN DATA

2.1. Teori Dasar


2.1.1. Definisi Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat. (SNI 03-2847–2002, Pasal 3.12).
Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban ekan, tetapi juga
bersifat getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik.
Dalam perhitungan struktur, kuat tarik beton ini biasanya diabaikan.

2.1.2. Definisi Beton Bertulang


Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulanganyang tidak kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan
atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.
(SNI 03- 2847 – 2002, Pasal 3.13)
Sifat utama dari baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik
maupun beban tekan. Karena baja tulangan harganya mahal, maka sedapat
mungkindihindari penggunaan baja tulangan untuk memikul beban tekan.
Dari sifat utama tersebut dapat dilihat bahwa tiap-tiap bahan
mempunyaikelebihan dan kekurangan, maka jika kedua bahan (beton dan
baja tulangan) dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit, akan
diperoleh bahan baruyang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini
mempunyai sifat sesuai dengansifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat
terhadap beban tarik maupun bebanntekan. Beban tarik pada beton
bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan cukup ditahan
oleh beton. Beton juga tahan terhadap kebakaran danmelindungi baja
supaya awet.

5
2.1.3. Sifat Mekanis Beton Bertulang
Sifat-sifat mekanis beton keras dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Sifat jangka pendek, seperti kuat tekan, tarik, dan geser, serta modulus
elastisitas.
a. Kuat Tekan
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian
standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban
tekan bertingkat pada benda uji silinder beton (diameter 150 mm,
tinggi 300 mm) sampai hancur. Tata cara pengujian yang umum
dipakai adalah standar ASTM (American Society for Testing
Materials) C39-86. Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara
10-65 Mpa. Untuk beton bertulang pada umumnya menggunakan
beton dengan kuat tekan berkisar 17-30 Mpa.
b. Kuat Tarik
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Selama
bertahun-tahun, sifat tarik beton diukur dengan memakai modulus
keruntuhan (modulus of rupture). Baru-baru ini, hasil dari percobaan
split silinder beton, umumnya memberikan hasil yang lebih baik dan
mencerminkan kuat tarik sebenarnya.
c. Kuat Geser
Kekuatan geser lebih sulit diperoleh, karena sulitnya
mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini merupakan
salah satu sebab banyaknya variasi kekuatan geser yang dituliskan
dalam berbagai literature, mulai dari 20% dari kekuatan tekan pada
pembebanan normal, sampai sebesar 85% dari kekuatan tekan,
dalam hal terjadi kombinasi geser dan tekan.
d. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas merupakan kemiringan dari bagian awal
grafik yanglurus dari diagram regangan-tegangan, yang akan
bertambah besar dengan bertambahnya kekuatan beton.

6
3. Sifat jangka panjang, seperti rangkak dan susut.
a. Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana beton mengalami
perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang
bekerja padanya. Rangkak timbul dengan intesitas yang semakin
berkurang untuk selang waktutertentu dan akan berakhir setelah
beberapa tahun berjalan. Besarnya deformasi rangkak sebanding
dengan besarnya beban yang ditahan dan juga jangka waktu
pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan
dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi
akanmengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban
kerja dankemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan
lendutan (defleksi).
b. Susut
Susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan
volume beton yang tidak berhubungan dengan beban. Pada
dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut plastis dan susut
pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jamsetelah beton segar
dicor ke dalam cetakan (bekisting). Sedangkan susut pengeringan
terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya, dan proses hidrasi
pasta semen telah selesai. Laju perubahannya berkurang terhadap
waktu, karena beton semakin berumur akan semakin tahan
tegangan dan semakin sedikit mengalami susut.

2.1.4. Kriteria Standar Perencanaan Beton


Kriteria standar perencanaan beton diatur dalam SNI (Standar
Nasional Indonesia) yang memuat beberapa syarat-syarat yang harus
dipenuhi dan diperhatiakan sebelum merancang atau merencanakan sebuah
bangunan.
Standar perencanaan beton bertulang diatur dalam SK-SSNI 2002.
Di dalam perencanaan struktur, harus memiliki kriteria-kriteria sebagai
berikut :

7
1. Struktur harus kuat didalam memikul beban yang bekerja
2. Ekonomis
3. Struktur memenuhi syarat keamanan sesuai fungsinya
4. Mudah perawatannya (durabililas tinggi)

Pada dasarnya ada 2 filosofi di dalam perencanaan elemen struktur beton


bertulang, yaitu :

1. Metode tegangan kerja, dimana struktur direncanakan demikian


sehingga yang diakibatkan oleh beban kerja nilainya lebih kecil
daripada teganganyang diijinkan. Beberapa kendala yang dihadapi pada
metode tegangan kerja adalah :
a. Karena pembatasan yang dilakukan pada tegangan total di bawah
beban kerja, maka sulit untuk menperhitungkan perbedaan tingkat
ketidak pastian di dalam variasi pembebanan. Misal, pada beban
mati umumnya dapat diperkirakan lebih tepat dibandingkan
dengan beban hidup, beban gempa dan beban-beban lainnya.
b. Rangkak dan susut yang berpengaruh terhadap beton dan
merupakan fungsi waktu tidak mudah diperhitungkan dengan cara
perhitungan tegangan yang elastis.
c. Tegangan beton tidak berbanding lurus dengan regangan sampai
padakekuatan hancur, sehingga faktor keamanan yang tersedia
tidak diketahui apabila tegangan yang didijinkan diambil sebagai
suatu prosentase f’c.
2. Metode kekuatn batas (ultimit)
Pada metode ini, unsur struktur direncanakan terhadap beban terfaktor
sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut mempunyai
kekuatanultimit yang diinginkan, yaitu

Mu≤∅Mn

Peraturan beton bertulang indonesia, SK-SNI-T-15-1991-03 atau SNI


BETON 2002 menggunakan konsep perencanaan kekuatan batas ini.

8
Pada konsep ini ada beberapa kondisi batas yang perlu diperhatikan,
yaitu :

a. Kondisi batas ultimit yang disebabkan oleh hilangnya


keseimbangan lokal maupun global, hilangnya ketahanan geser dan
lentur elemen-elemen struktur, keruntuhan progesiv yang
diakibatkan oleh adanya keruntuhan local maupun global,
pembentukan sendi plastis, ketidakstabilan struktur, berupa
defleksi berlebihan, lebar retak berlebihan vibrasi/getaran yang
mengganggu.
b. Kondisi batas khusus, yang menyangkut masalah
beban/keruntuhan/kerusakan abnormal, seperti keruntuhan akibat
gempa ekstrim, kebakaran, ledakan, tabrakan kendaraan, korosi,
dll.

2.1.5 Definisi Balok


Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban
yang mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi
(regangan) lentur di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok
tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok,
tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar
stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang menahan
lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena
tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat
terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik
saja (Dipohusodo,1996).
Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di
daerah momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan
supaya antara batang tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen

9
di suatu tempat menurun, jarak batas ini dapat digandakan menjadi 300 mm.
Oleh karena itu, dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya harus
terdapat empat batang tulangan dipasang pada tiap sudut penampang,
batang-batang disudut ini dan yang membentang sepanjang balok dilingkari
oleh sekang-sekang. Agar mendapatkan kekakuan secukupnya bagi
sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan batang-batang yang
diameternya tidak kurang dari 6 mm.
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar
badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih
dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum
10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut
tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm
pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak
boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-
sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut
tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang
sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak
dan 5 mm pada jenis baja keras.

10
2.1.6. Definisi Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan
yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil.

2.1.7. Definisi Pelat

Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja
tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif
sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang/lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya
horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik
sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan
maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup).
Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus
balok).
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja
tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif
sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang/lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya

11
horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik
sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan
maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup).
Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus
balok).
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok)
menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat
pada balok, yaitu sbb :
1. Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau
antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat
berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh tembok
juga termasuk dalam kategori terletak bebas.
2. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup
kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
3. Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk
mencegah terjadinya rotasi pelat.

2.1.8. Pembebanan
Pada bangunan, beban dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu :
1. Dead Load (DL) Dead Load adalah berat struktur itu sendiri
𝑘𝑔 𝑚
𝐷𝐿 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚3 𝑥 2400 𝑥 9.81
𝑚3 𝑠2

12
2. Super Imposed Dead Load (SDIL)
Super Imposed Dead Load adalah beban-beban yang ikut memberikan
tambahan beban pada seluruh struktur. SIDL termasuk ke dalam
beban mati.

𝑘𝑔 𝑚
𝐷𝐿 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑥 𝑆𝐼𝐷𝐿 2
𝑥 9,81 2
𝑚 𝑠

3. Live Load (LL) Live Load adalah beban hidup yang bekerja pada
struktur gedung dan sifatnya tidak konstan (tetap). Live load
diasumsikan sebagai besar beban tambahan rata-rata yang diterima
oleh struktur akibat adanya beban dari luar beban struktur itu sendiri.

2.2. Perencanaan Dimensi Balok


2.2.1. Balok 1 Ujung Menerus
A. Perhitungan
Balok 1 Ujung Menerus (L = 5000)
𝐿
 ℎ=
18.5
5000
ℎ= 18.5

ℎ = 270.27 mm
dibulatkan menjadi 300 mm

2
 𝑏= ×ℎ
3
2
𝑏= × 270.27
3

𝑏 = 180.18mm
dibulatkan menjadi 250 mm

13
2.2.2. Balok 2 Ujung Menerus
A. Perhitungan
Balok 2 Ujung Menerus (L = 5000)
𝐿
 ℎ= 21
3000
ℎ= 21

ℎ = 238,10 mm
dibulatkan menjadi 250 mm
2
 𝑏= ×ℎ
3
2
𝑏= × 238,10
3

𝑏 = 158,73 mm
dibulatkan menjadi 250 mm
2.2.3. Tabel

Tabel 2.1 Dimensi Balok

Lantai 1 - 5
1 ujung menerus 2 ujung menerus
b h b
No L h h bulat b h b
bulat bulat bulat
1,6,14,19,27,32,
40,45,53,58,66,7
5000 270,27 300 180,18 250
1,79,84,92,97,10
5,110
2-5,15-18,28-
83,93-96,106- 5000 238,10 250 158,73 250
109
7-13, 3000 162,16 200 108,11 250
20-91, 3000 142,86 200 95,24 250
98-104 4000 216,22 250 144,14 250

14
2.3. Analisis Tributary Area
2.3.1. Contoh Perhitungan Tributary Area

Gambar 2.1 Tributary Area

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 (𝑚2 ) =
4
5𝑚𝑥3𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 (𝑚2 ) = = 12 𝑚
4
2.3.2. Tabel

Tabel 2.2 Perhitungan Tributary Area

beban tebakan luas tributary beban merata beban kumulatif


No lantai
(kg/m2) (m2) (kg/m2) (kg/m2)
lantai 5 1400 3,75 5250 5250
lantai 4 1400 3,75 5250 10500
1 lantai 3 1400 3,75 5250 15750
lantai 2 1400 3,75 5250 21000
lantai 1 1400 3,75 5250 26250
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
lantai 4 1400 7,5 10500 21000
2 lantai 3 1400 7,5 10500 31500
lantai 2 1400 7,5 10500 42000
lantai 1 1400 7,5 10500 52500
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
lantai 4 1400 7,5 10500 21000
3 lantai 3 1400 7,5 10500 31500
lantai 2 1400 7,5 10500 42000
lantai 1 1400 7,5 10500 52500
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
4 lantai 4 1400 7,5 10500 10500
lantai 3 1400 7,5 10500 10500

15
lantai 2 1400 7,5 10500 10500
lantai 1 1400 7,5 10500 10500
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
lantai 4 1400 7,5 10500 21000
5 lantai 3 1400 7,5 10500 31500
lantai 2 1400 7,5 10500 42000
lantai 1 1400 7,5 10500 52500
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
lantai 4 1400 7,5 10500 21000
6 lantai 3 1400 7,5 10500 31500
lantai 2 1400 7,5 10500 42000
lantai 1 1400 7,5 10500 52500
lantai 5 1400 3,75 5250 5250
lantai 4 1400 3,75 5250 10500
7 lantai 3 1400 3,75 5250 15750
lantai 2 1400 3,75 5250 21000
lantai 1 1400 3,75 5250 26250
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
lantai 4 1400 7,5 10500 21000
8 lantai 3 1400 7,5 10500 31500
lantai 2 1400 7,5 10500 42000
lantai 1 1400 7,5 10500 52500
lantai 5 1400 15 21000 21000
lantai 4 1400 15 21000 42000
9 lantai 3 1400 15 21000 63000
lantai 2 1400 15 21000 84000
lantai 1 1400 15 21000 105000
lantai 5 1400 15 21000 21000
lantai 4 1400 15 21000 42000
10 lantai 3 1400 15 21000 63000
lantai 2 1400 15 21000 84000
lantai 1 1400 15 21000 105000
lantai 5 1400 15 21000 21000
lantai 4 1400 15 21000 42000
11 lantai 3 1400 15 21000 63000
lantai 2 1400 15 21000 84000
lantai 1 1400 15 21000 105000
lantai 5 1400 15 21000 21000
lantai 4 1400 15 21000 42000
12 lantai 3 1400 15 21000 63000
lantai 2 1400 15 21000 84000
lantai 1 1400 15 21000 105000
lantai 5 1400 15 21000 21000
13
lantai 4 1400 15 21000 42000

16
lantai 3 1400 15 21000 63000
lantai 2 1400 15 21000 84000
lantai 1 1400 15 21000 105000
lantai 5 1400 7,5 10500 10500
lantai 4 1400 7,5 10500 21000
14 lantai 3 1400 7,5 10500 31500
lantai 2 1400 7,5 10500 42000
lantai 1 1400 7,5 10500 52500
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
15 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
16 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
17 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
18 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
19 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
20 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
21 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
22 lantai 5 1400 12,5 17500 17500

17
lantai 4 1400 12,5 17500 35000
lantai 3 1400 12,5 17500 52500
lantai 2 1400 12,5 17500 70000
lantai 1 1400 12,5 17500 87500
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
23 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
24 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
25 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
26 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
27 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 12,5 17500 17500
lantai 4 1400 12,5 17500 35000
28 lantai 3 1400 12,5 17500 52500
lantai 2 1400 12,5 17500 70000
lantai 1 1400 12,5 17500 87500
lantai 5 1400 12,5 17500 17500
lantai 4 1400 12,5 17500 35000
29 lantai 3 1400 12,5 17500 52500
lantai 2 1400 12,5 17500 70000
lantai 1 1400 12,5 17500 87500
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
30 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000

18
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
31 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
32 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
33 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
34 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 12,5 17500 17500
lantai 4 1400 12,5 17500 35000
35 lantai 3 1400 12,5 17500 52500
lantai 2 1400 12,5 17500 70000
lantai 1 1400 12,5 17500 87500
lantai 5 1400 12,5 17500 17500
lantai 4 1400 12,5 17500 35000
36 lantai 3 1400 12,5 17500 52500
lantai 2 1400 12,5 17500 70000
lantai 1 1400 12,5 17500 87500
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
37 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
38 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
39
lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000

19
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
40 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 25 35000 35000
lantai 4 1400 25 35000 70000
41 lantai 3 1400 25 35000 105000
lantai 2 1400 25 35000 140000
lantai 1 1400 25 35000 175000
lantai 5 1400 12,5 17500 17500
lantai 4 1400 12,5 17500 35000
42 lantai 3 1400 12,5 17500 52500
lantai 2 1400 12,5 17500 70000
lantai 1 1400 12,5 17500 87500
lantai 5 1400 11,25 15750 15750
lantai 4 1400 11,25 15750 31500
43 lantai 3 1400 11,25 15750 47250
lantai 2 1400 11,25 15750 63000
lantai 1 1400 11,25 15750 78750
lantai 5 1400 22,5 31500 31500
lantai 4 1400 22,5 31500 63000
44 lantai 3 1400 22,5 31500 94500
lantai 2 1400 22,5 31500 126000
lantai 1 1400 22,5 31500 157500
lantai 5 1400 22,5 31500 31500
lantai 4 1400 22,5 31500 63000
45 lantai 3 1400 22,5 31500 94500
lantai 2 1400 22,5 31500 126000
lantai 1 1400 22,5 31500 157500
lantai 5 1400 22,5 31500 31500
lantai 4 1400 22,5 31500 63000
46 lantai 3 1400 22,5 31500 94500
lantai 2 1400 22,5 31500 126000
lantai 1 1400 22,5 31500 157500
lantai 5 1400 22,5 31500 31500
lantai 4 1400 22,5 31500 63000
47 lantai 3 1400 22,5 31500 94500
lantai 2 1400 22,5 31500 126000
lantai 1 1400 22,5 31500 157500
lantai 5 1400 22,5 31500 31500
48 lantai 4 1400 22,5 31500 63000
lantai 3 1400 22,5 31500 94500

20
lantai 2 1400 22,5 31500 126000
lantai 1 1400 22,5 31500 157500
lantai 5 1400 11,25 15750 15750
lantai 4 1400 11,25 15750 31500
49 lantai 3 1400 11,25 15750 47250
lantai 2 1400 11,25 15750 63000
lantai 1 1400 11,25 15750 78750
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
50 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
51 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
52 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
53 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
54 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 20 28000 28000
lantai 4 1400 20 28000 56000
55 lantai 3 1400 20 28000 84000
lantai 2 1400 20 28000 112000
lantai 1 1400 20 28000 140000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
56 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 5 7000 7000
57
lantai 4 1400 5 7000 14000

21
lantai 3 1400 5 7000 21000
lantai 2 1400 5 7000 28000
lantai 1 1400 5 7000 35000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
58 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
59 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
60 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
61 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 10 14000 14000
lantai 4 1400 10 14000 28000
62 lantai 3 1400 10 14000 42000
lantai 2 1400 10 14000 56000
lantai 1 1400 10 14000 70000
lantai 5 1400 5 7000 7000
lantai 4 1400 5 7000 14000
63 lantai 3 1400 5 7000 21000
lantai 2 1400 5 7000 28000
lantai 1 1400 5 7000 35000

2.4. Perhitungan Dimensi Kolom


2.4.1. Perhitungan Untuk Lantai 1 sampai 5
Adapun jenis mutu beton adalah :
Beban : 1100 𝑘𝑔/𝑚2 Jenis Mutu Beton = 𝑓𝑐 ′ 30 𝑀𝑝𝑎

a) Perhitungan Lantai 1 sampai 5


 𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙

22
𝑊 = 1100 𝑥 3 𝑥 2

𝑊 = 6600 𝑘𝑔

10
 𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83

10
𝐾 = 30 𝑥
0,83

𝐾 = 361.45 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

𝑤
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝐾
3

6600
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361.45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 54.78

 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = √𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚


𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = √54.78
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 7.401 ~ dibulatkan menjadi 300 mm

b) Tabel
Tabel 2.1 Perhitungan Dimensi Kolom

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 3,75 1400 30 5250 361,45 43,575 6,60 15
4 2 3,75 1400 30 10500 361,45 87,15 9,34 15
1&7 3 3 3,75 1400 30 15750 361,45 130,725 11,43 15
2 4 3,75 1400 30 21000 361,45 174,3 13,20 15
1 5 3,75 1400 30 26250 361,45 217,875 14,76 15

23
jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 7,5 1400 30 10500 361,45 87,15 9,34 15
4 2 7,5 1400 30 21000 361,45 174,3 13,20 15
2-6,
3 3 7,5 1400 30 31500 361,45 261,45 16,17 20
8,14
2 4 7,5 1400 30 42000 361,45 348,6 18,67 20
1 5 7,5 1400 30 52500 361,45 435,75 20,87 25

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 15 1400 30 21000 361,45 174,3 13,20 15
4 2 15 1400 30 42000 361,45 348,6 18,67 20
9-13. 3 3 15 1400 30 63000 361,45 522,9 22,87 25
2 4 15 1400 30 84000 361,45 697,2 26,40 30
1 5 15 1400 30 105000 361,45 871,5 29,52 30

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 10 1400 30 14000 361,45 116,2 10,78 15
21,50, 4 2 10 1400 30 28000 361,45 232,4 15,24 20
56,58- 3 3 10 1400 30 42000 361,45 348,6 18,67 20
62 2 4 10 1400 30 56000 361,45 464,8 21,56 25
1 5 10 1400 30 70000 361,45 581 24,10 25

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 20 1400 30 28000 361,45 232,4 15,24 20
16- 4 2 20 1400 30 56000 361,45 464,8 21,56 25
20,51- 3 3 20 1400 30 84000 361,45 697,2 26,40 30
55 2 4 20 1400 30 112000 361,45 929,6 30,49 35
1 5 20 1400 30 140000 361,45 1162 34,09 35

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
22, 5 1 12,5 1400 30 17500 361,45 145,25 12,05 15

24
28- 4 2 12,5 1400 30 35000 361,45 290,5 17,04 20
30,35, 3 3 12,5 1400 30 52500 361,45 435,75 20,87 20
36,42 2 4 12,5 1400 30 70000 361,45 581 24,10 25
1 5 12,5 1400 30 87500 361,45 726,25 26,95 30

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 25 1400 30 35000 361,45 290,5 17,04 20
23- 4 2 25 1400 30 70000 361,45 581 24,10 25
27,31-
3 3 25 1400 30 105000 361,45 871,5 29,52 30
34,37-
41 2 4 25 1400 30 140000 361,45 1162 34,09 35
1 5 25 1400 30 175000 361,45 1452,5 38,11 40

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 11,25 1400 30 15750 361,45 130,725 11,43 15
4 2 11,25 1400 30 31500 361,45 261,45 16,17 20
43 &
3 3 11,25 1400 30 47250 361,45 392,175 19,80 20
49
2 4 11,25 1400 30 63000 361,45 522,9 22,87 25
1 5 11,25 1400 30 78750 361,45 653,625 25,57 30

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 22,5 1400 30 31500 361,45 261,45 16,17 20
4 2 22,5 1400 30 63000 361,45 522,9 22,87 25
44-48 3 3 22,5 1400 30 94500 361,45 784,35 28,01 30
2 4 22,5 1400 30 126000 361,45 1045,8 32,34 35
1 5 22,5 1400 30 157500 361,45 1307,25 36,16 40

jumlah
luas
lantai beban fc luas kolom
No lantai tributary w (kg) k square result
yang (kg/m2) (Mpa) (m2)
(m2)
dipikul
5 1 5 1400 30 7000 361,45 58,1 7,62 15
4 2 5 1400 30 14000 361,45 116,2 10,78 15
57 3 3 5 1400 30 21000 361,45 174,3 13,20 15
2 4 5 1400 30 28000 361,45 232,4 15,24 20
1 5 5 1400 30 35000 361,45 290,5 17,04 20

Dimensi kolom yang digunakan adalah 300x300mm.

25
2.5. Perencanaan Dimensi Pelat

2.5.1. Tebal Pelat

A. Perhitungan Nilai Konstanta pada Inersia Balok

𝑏𝑒 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏𝑒 ℎ𝑓 3
1 + ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 [4 − 6 𝑥 ( ) + 4 ( ) + 4 𝑥 ( − 1) 𝑥 ( ) ]
𝑏𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 𝑏𝑤 ℎ𝑤
𝑘=
𝑏𝑒 ℎ𝑓
1+( − 1) 𝑥 ( )
𝑏𝑤 ℎ𝑤

 Tebal Rencana (hf)


Asumsi = 120 mm
 Tinggi Balok (hw) = 300 mm
 Batang Pendek (be)

𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝑏𝑒 =
4

3000
𝑏𝑒 = = 750 𝑚𝑚
4

 Lebar Balok (bw) = 250 mm

750 120 120 120 2 750 120 3


1+( ) 𝑥 (200) 𝑥 [4 − 6 𝑥 (200) + 4 𝑥 (200) + (200 − 1) 𝑥 (200) ]
250
𝑘=
750 120
1+( − 1) 𝑥 (200)
250

 Inersia Balok
1
I balok = 𝑏ℎ3 k
12
1
I balok = . 250 . 3003 . 0.53
12

I balok = 300500000 𝑚𝑚4

 Inersia Pelat
𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑥 ℎ𝑓 3
I plat = 12
3000 𝑥 1203
I plat = 12

I plat = 432000000 𝑚𝑚4

26
 Nilai afm
𝑖 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
afm = 𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡
300500000
afm = 432000000

afm = 0.70

 Nilai Pelat (h)


Karena αfm
𝑓𝑦
ℓ𝑛 𝑥 (0.8 )
1400
h =36+5𝛽(𝑎𝑓𝑚−0.20)
400
4750 𝑥 (0.8 )
1400
h=
36+5𝑥(0,70−0.20)

= 134,03 ~ dibulatkan menjadi 150 mm

B. Tabel

Tabel 2.4 Perhitungan Dimensi Pelat

ln
hw be (batang
hf (tebal (bentang
(tinggi terpendek bw ln (balok) In (plat) alphafm k
rencana) panjang - h
balok) / 4)
b balok)
120 300 750 250 300500000 432000000 0,70 0,53 0,96 4750 134,03 5157,14
1,8 150 mm 38,48

27
BAB III

PROSEDUR MODELING

3.1. Spesifikasi Material


Material Properties yang akan digunakan adalah :
Berikut ini adalah spesifikasi material yang akan digunakan:

Tabel 3.1 Spesifikasi Material Beton

Beton
Beton untuk Balok fc' 25 Mpa
Beton untuk Kolom fc' 30 Mpa
Massa Jenis Beton yc' 2400 kgf/m3

Tabel 3.2 Spesifikasi Material Tulangan Baja

Tulangan Baja
Tegangan Leleh fy 400 Mpa
Tegangan Ultimate fu 400 Mpa
Modulus Elastisitas Es 262505,1 Mpa
Massa Jenis Baja ys 7850 kg/m3

3.2. Pembebanan
Berikut ini adalah pembebanan yang akan diasumsikan:

Tabel 3.3 Data Pembebanan Lantai 1

Live 250 Kg/m2


SIDL 180 Kg/m2

Tabel 3.4 Data Pembebanan Atap

Live 100 Kg/m2


SIDL 100 Kg/m2
SIDL 4,8 kN/m2

28
3.3. Acuan Peraturan dan Software yang digunakan
Pada perancangan bangunan sekolah 5 lantai ini, digunakan SNI 03-
2847 2013 sebagai acuan peraturan konstruksi beton dan SNI 03-1727
2013 sebagai acuan pembebanan.
Dalam pembuatan laporan ini, digunakan 3 program software untuk
membantu perancangan :
1. ETABS V.16.2.0
2. Microsoft Excel
3. AutoCad 2017

3.4. Permodelan Struktur Menggunakan ETABS


Berikut ini adalah prosedur dalam melakukan permodelan struktur
dengan menggunakan program ETABS:
1. Untuk memulai membuat struktur pada ETABS, Klik menu File> New
Model> kemudian akan terdapat kotak dialog seperti dibawah (model
initialization), lalu pilih Use Built-in settings with> pilih display units
menjadi Metric SI>OK :

Gambar 3.1 Model Initialization (Penentuan Satuan)

Sesuaikan satuan yang akan digunakan dalam membuat permodelan.


2. Akan muncul kotak dialog yang bertuliskan Building Plan Grid System
and Story Definition seperti dibawah ini, dialog ini berfungsi untuk
menentukan grid dan story (tingkatan) yang akan kita desain:

29
Gambar 3.2 Building Plan Grid System and Story Definition

Setelah itu masukan data jumlah lantai, ketinggian, dan satuan


berdasarkan model struktur yang telah dirancang. Bila jarak dari antar
ruang berbeda maka akan lebih mudah menggunakan Custom Grid
Spacing (untuk x dan y) dan Costum Story Data (untuk z), pilih option
Edit>Edit Stories and Grid System, lalu akan terdapat kotak dialog
sebagai berikut, menu ini berfungsi untuk menentukan grid dan story
yang lebih flexible disbanding menu diawal:

Gambar 3.3 Grid System Data Custom

30
Gambar 3.4 Story Data Custom

Sesuaikan data diatas dengan dimensi dari denah yang telah direncanakan.

3. Setelah data disesuaikan maka akan muncul gambar Plan View dan 3D
View seperti dibawah ini:

Gambar 3.5 Plan View and 3D View

31
4. Setelah itu hubungkan dari titik satu ke titik lainnya dengan
menggunakkan tools Draw Beam/Coloumn/ Brace (plan, elv, 3D) yang
terletak dipojok kiri layar.
5. Tentukan Jenis perletakan yang akan digunakan di dalam struktur
sekolah 5 lantai tersebut. Untuk menentukan jenis perletakan pada
bagian bawah struktur, maka pilih semua joint/titik yang berada pada
level pondasi (base) lalu klik menu Assign> Joint>Restraint. Pilih
perletakan Jepit, perletakan jepit membuat struktur menjadi kaku.

Gambar 3.6 Assign Restraint

6. Mendefinisikan jenis material yang akan digunakan melalui toolsbar


menu Define > Material Properties > Add New Material. Lalu ubah unit
satuan dalam Milimeter (N-mm).
7. Input data spesifikasi material beton yang akan digunakan, yaitu untuk
balok dan dengan spesifikasi beton fc’25 Mpa, dan untuk kolom fc’ 30
Mpa, pada kotak dialog Material Property Data. Menu ini berfungsi
untuk menginput dimensi spesifikasi dari property.

32
Gambar 3.7 Material Property Data fc’25

Gambar 3.8 Material Property Data fc’30

8. Meng-input jenis properti frame yang akan digunakan Klik toolsbar


menu> Define>Section properties>Frame Section>Add New Property
(Add Rectangular). Menu ini berfungsi untuk menginput dimensi dari
kolom maupun balok.

33
9. Setelah itu input data spesifikasi balok yang akan digunakan, yaitu
Balok 250 x 200, balok 250 x 250, balok 250 x 300 dan seterusnya,
dengan jenis material yang sudah dibuat sebelumnya yaitu fc’25.

Gambar 3.9 Frame Section Property Data Balok 250x200

Gambar 3.10 Frame Section Property Data Balok 250x250

34
Gambar 3.11 Frame Section Property Data Balok 250x300

10. Mengubah momen inersia pada bagian Set Modifiers menjadi 0,35 dan
mengubah ketebalan selimut beton menjadi 5 cm pada bagian
Reinforcement Data.

Gambar 3.12 Analysis Property Modification Factors dan Reinforcement Data untuk Balok

11. Setelah itu input data spesifikasi kolom yang akan digunakan, yaitu
Kolom 300x300 dengan jenis material yang sudah dibuat sebelumnya
yaitu fc’30.

35
Gambar 3.13 Frame Section Property Data Kolom 300x300

12. Mengubah momen inersia pada bagian Set Modifiers menjadi 0,7 dan
mengubah ketebalan selimut beton menjadi 5 cm pada bagian
Reinforcement Data.

Gambar 3.14 Analysis Property Modification Factors dan Reinforcement Data untuk Kolom

36
13. Setelah itu input frame yang telah dibuat pada garis line yang telah kita buat
sebelumnya, sesuaikan dengan perhitungan balok dan kolom yang telah di
operasikan. Cara menginput dengan cara kilik line yang akan di beri frame lalu
pilih menu Assign>Frame>Section Properties, lalu pilih sesuai data tributary
dan pilih OK.

Gambar 3.15 Frame Assigment – Section Property

14. Meng-input jenis properti frame yang akan digunakan meng-klik


toolsbar menu Define>Wall/Slab/Deck>Add New Property (Add Slab).
Menu ini berfungsi untuk menambahkan property pelat.

Gambar 3.16 Slab Properties

37
15. Input spesifikasi pelat yang digunakan, yaitu PELAT dengan jenis
material yang telah ditentukan sebelumnya yaitu fc’25, serta dengan
jenis plat Slab dengan ketebalan 200 mm. menu ini berfungsi untuk
menginput dimensi tebal plat yang akan kita gunakan sesuai dengan
hasil hitungan sebelumnya.

Gambar 3.17 Slab Property Data

16. Lalu masukkan properties pelat yang telah dibuat sebelumnya dengan
cara Assign>Shell>Slab Section, lalu pilih sesuai property yang telah
dibuat, lalu OK.

Gambar 3.18 Shell Assigment – Slab Section

38
17. Meng-Input jenis beban yang akan digunakan. Pertama Klik toolsbar
menu Define>Load Patterns. Input beban-beban yang telah ditentukan
beserta tipe dan self weight multiplier-nya seperti berikut.

18. Menambahkan beban Super Imposed Dead Load (SIDL) dengan Self
Weight Multiplier = 0.

Gambar 3.19 Define Load Patterns.

Self weight multiplier untuk DL (Dead Load) diisi dengan nilai 1 yang
berarti aplikasi ETABS nantinya akan secara otomatis menghitung
berat sendiri struktur berdasarkan info luas penampang elemen dan
berat jenis material yang dipakai. Jika nilai Self weight multiplier adalah
0, maka perhitungan berat sendiri struktur tidak akan dilakukan oleh
program. Dalam pelatihan ini, diingikan program ETABS untuk
menghitung berat sendiri struktur.

19. Selanjutnya kita membuat beban gempa atau Response Spectrum dengan cara
Define>Function>Response Spectrum. Lalu Add New Function. Lalu masukan
data sesuai gambar

Gambar 3.20 Define Response Spectrum Functions

39
Gambar 3.21 Response Spectrum ASCE 7-10 Function Definition

20. Lalu kita membuat Load Cases yang akan berfungsi untuk beban kombinasi.
Dalam Load Cases ini terdapat 5 Load yakni Dead, Live, SIDL, RSXECC dan
RSYECC. RSXECC dan RSYECC ini adalah beban terhadap sumbu X dan
sumbu Y. Cara membuat Load tersebut dengan cara Define>Load Cases, lalu
pilih Add new Cases. Setelah itu ubah nama Load menjadi RSXECC atau
RSYECC, lalu ubah Function dengan Function (JAKARTALUNAK) yang
telah kita buat sebelumnya, setelah itu masukkan Scale Factor dengan harga
1,23 dan ubah Directional Combination Type dengan CQC3.

Gambar 3.22 Load Cases

40
Gambar 3.23 Load Case Data

21. Meninjau beban ultimate dari beban-beban yang mungkin terjadi pada
struktur dengan cara melakukan kombinasi beban terfaktor. Klik
toolsbar menu Define>Load Combinations>Add New Combo. Lalu
memasukkan beberapa kemungkinan kombinasi beban yang akan terjadi
pada struktur seperti berikut:

Gambar 3.24 Combination 1 & Combination 2

22. Melakukan pembebanan pada struktur yang telah digambar, beban yang
dikenakan adalah beban yang telah ditentukan.

41
23. Klik setiap plat yang ada, lalu klik shell/area loads>uniform, lalu pilih
tipe beban, seperti gambar berikut.
24. Meng-Input Load sesuai pada tabel yang ada di Bab Pembebanan. Input
sesuai pembebanan per lantai.

Gambar 3.25 Shell Load Assignment

Gambar 3.26 Slab Information base

42
Gambar 3.27 Slab Information Story 1

Gambar 3.28 Slab Information Story 2 (Atap)

43
25. Melakukan analisis terhadap struktur yang dirancang dengan menu
Analyze > Run Analyze

Gambar 3.29 Run Analyze

26. Memeriksa kekuatan tegangan untuk struktur dengan membuka menu Design
> Concrete Frame Design > Start Design Check.

Gambar 3.30 Design Check

44
27. Lalu kita cek tulanga dengan menu Design > Concrete Frame Design >
Display Design Ibformation. Ganti option Longitudinal Reinforcing menjadi
Rebar Percentage.

Gambar 3.31 Display Concrete Frame Design Result

Gambar 3.32 Concrete Frame Design Check Logitudinal Reinforcing

45
28. Kemudian gaya dalam yang terjadi pada struktur dapat diperoleh dengan
meng-klik menu Display>Show Tables. Centang pada bagian Frame
output.

Gambar 3.33 Frame output

29. Kemudian, klik Copy Entire Table lalu Paste di MS Excel untuk
masing-masing gaya baik yang terjadi pada Coloumn maupun yang
terjadi pada Beam. Lalu olah data di MS Excel sehingga didapatkanlah
nilai maksimum dari masing-masing gaya dalam yang bekerja pada
komponen struktur rumah 2 lantai tersebut. Dalam perancangan, akan
digunakan gaya dalam maksimum tersebut untuk menentukan jumlah
tulangan yang dibutuhkan untuk masing-masing balok dan kolom per
lantainya.

46
Gambar 3.34 Frame output display

Pilih Beam Force dan Coloumn Force lalu klik Edit> Copy Entire
Table lallu klik Paste di MS Excel.

47
BAB IV

PENULANGAN

4.1. Penulangan Utama


Berdasarkan hasil permodelan dan perhitungan preliminery design
diketahui bahwa selain melakukan perhitungan dalam merencanakan
bangunan kita perlu engineering judgement. Maka dari itu setiap hasil
perhitungan yang didapatkan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan,
seperti kasus saat kami merancang sekolah 5 lantai pada perhitungan balok,
kolom, dan pelat kami melakukan engineering judgement seperti hasil balok
perhitungan kami adalah 231,081 mm namun dibulatkan menjadi 250 mm.
Perhitungan pada kolom awalnya adalah 10,28 mm kami bulatkan menjadi
30 mm dikarekan dimensi yang terlalu kecil. Perhitungan pelat yang kami
dapatkan adalah 111,70 dibulatkan menjadi 150 mm.
 Balok
Dimensi balok:
Disini kami menggunakan beberapa jenis dimensi balok yaitu:
(a) Balok 250x200 mm
(b) Balok 250x250 mm
(c) Balok 250x300 mm
 Kolom : Disini kami menggunakan kolom dengan dimensi
300x300mm
 Pelat : Untuk pelat, setelah kami melalui proses perhitungan kami
membulatkan hasil perhitungan kami, yaitu setebal 150mm untuk
semua lantai.

Hasil analisis dari aplikasi ETABS memberi data bahwa kolom kami
kuat menahan beban yang diindikasikan dengan garis as kolom bewarna
ungu, namun warna ungu ini belum dapat dikatakan aman, maka kami harus
menambah dimensi kolom untuk merubah indikasi warna kolom pada
aplikasi etabs dengan warna hijau yang mengindikasikan bahwa kolom
tersebut aman dari beban. Pada balok, hasil design dan dimensi kami hijau
yang berarti aman, namun masih terlalu boros. Kita dapat

48
mengoptimalkannya dengan cara memperkecil dimesi balok. Dari data data
etabs kami dapat memperoleh tulangan yang harus digunakan untuk balok,
kolom dan pelat sebagai berikut :

4.2. Penulangan Pada Balok


Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan
sebesar, nilai ini akan digunakan untuk mencari jumlah tulangan yang akan
digunakan:

Tabel 4.1 Data Concrete Frame Design Result

Longitudinal Longitudinal
L Torsi Atas Torsi Bawah Shear
Atas Bawah

0 3,57 2,08 0,0000 0,00 0,0000

½L 1,14 1,84 0,0000 0,00 0,0000

L 3,26 2,08 0,0000 0,00 0,0000

Diketahui :

 Longitudinal Atas : 3,57 kg/cm


 Longitudinal Bawah : 2,08 kg/cm
 Torsi : 0 kg/cm
 Shear : 0,00037 kg/cm

 L Longitudinal atas

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 3,57 +
2

𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 3,57 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

49
 L Longitudinal bawah

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,08 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,08 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

 Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠

= 0,00037 + 0

= 0,00037

 Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
3,57
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 2,69 ≈ 4 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
2,08
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 1 = 1,57 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)

= karena luas tulangan sama dengan 0, jadi jumlah tulangan


diasumsikan 3D-13/3d-200

50
Gambar 4.1 keperluan tulangan sengkang pada balok

4.3. Penulangan Pada Kolom

Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan


sebesas

Luas tulangan longitudinal kolom = 30 x 30 x 1%

Luas tulangan longitudinal kolom = 9 cm2

 Jumlah Tulangan (JL)


𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 9
𝐽𝑙 = = = 6,78 ≈ 8 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑙𝑢𝑎𝑠 1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 × 𝜋 × 132
4

Jadi desain tulangan longitudinal kolom menggunakan 8 Tulangan


berdiamter 13mm (8D13).

 ASH
ASH = Luas Tulangan Sengkang
Rumus 1
0,3 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓′𝑐 𝑎𝑔
𝐴𝑆𝐻 = 𝑥( − 1)
𝑓𝑦𝑡 𝑎𝑐ℎ
0,3 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30 900
𝐴𝑆𝐻 = 𝑥( − 1)
400 400
𝐴𝑆𝐻 = 562,5 mm2

51
Rumus 2
0,9 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓𝑐
𝐴𝑆𝐻 =
𝑓𝑦𝑡
0,9 𝑥 100 𝑥 250 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
400
𝐴𝑆𝐻 = 168,75 mm2

 Jumlah Tulangan Sengkang


𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1 2
4 𝑥𝜋𝑥(𝐷)
𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(16)
= 2,79

300 mm

300 mm

Gambar 4.2 Keperluan Tulangan Sengkang pada Kolom

Tebal Selimut : 50 mm

Diameter Tulangan : 13 mm

Dimensi : 300 x 300 mm

Tulangan : 8D-13

Sengkang : 4p8 – 200 mm

52
4.4. Penulangan Pada Pelat

Gambar 4.3 Momen yang Terjadi Pada Pelat Akibat Beban Mati dan Beban Hidup

Dari hasil analisis tersebut didapatkan Momen Ultimate (Mu) = 6,8KNm


Digunakan tulangan polos P10 – P150
1 𝑏
Luas tulangan terpakai, As = 4 𝜋𝑑 2 × 𝑠

1 1000
= 4 𝜋(10)2 × = 523,33 𝑚𝑚2
150

𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, a = 0,85 ×𝑓𝑐 ′ ×𝑏

523,33 ×400
= 0,85 ×25×1000 = 9,86 𝑚𝑚

𝑎
Momen nominal, Mn = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2) × 10−6

9,86
= 523,33 × 400 × (85 − ) × 10−6
2

= 16,76 𝐾𝑁𝑚

Syarat : ø Mn ≥ Mu

0,8 x 16,76 ≥ 6,8 KNm

53
13,408 ≥ 6,8 KNm OK, Plat mampu menerima
beban yang telah direncanakan.

4.5. Perhitungan

Gambar 4.4 Potongan A

Gambar 4.5 Potongan B

54
Gambar 4.6 Potongan C

Gambar 4.7 Potongan D

55
Gambar 4.8 Potongan E

Gambar 4.9 Potongan F

56
Gambar 4.10 Potongan G

Gambar 4.11 Potongan H

57
Gambar 4.12 Potongan I

Gambar 4.13 Potongan J

58
Gambar 4.14 Potongan K

Gambar 4.15 Potongan L

59
Gambar 4.16 Potongan M

Gambar 4.17 Potongan N

60
Gambar 4.18 Potongan O

Gambar 4.19 Potongan P

61
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan desain struktur bangunan


sekolah 5 lantai ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penentuan dimensi balok dipilih dari nilai h terbesar yang telah


dibulatkan menjadi 250 mm dan nilai b terbesar yang telah
dibulatkan yaitu 250 mm.
2. Kolom pada perancangan desain kami sama yakni 300x300 mm.
3. Pada balok menggunakan 3 tulangan yang berdiameter 13 mm
sedangkan pada balok menggunakan 8 tulangan dan berdiameter 13
mm.
4. Makin kecil beban yang di tompang kolom, balok dan pelat maka
semakin kecil dimensi yang kita perlukan.
5. Dalam hasil aplikasi Etabs, kami melakukan pengecekan dan
hasilnya adalah aman yang diindikasikan dengan warna ungu pada
kolom dan hijau pada balok.
6. Desain kolom, balok dan pelat berbanding lurus dengan dimensi
yang direncanakan. Semakin besar bangunan dan gaya yang bekerja
pada bangunan, maka semakin besar pula dimensi yang dibutuhkan.
7. Pada bangunan sekolah ini kami membuat kolom dan balok pada
tegangan Rebar Precentage sebesar 1% - 3% agar optimal. Nilai
tersebut ditentukan berdasarkan kondisi lapangan saat pemasangan
tulangan, nilai ini membantu pekerja dalam menyambung tulangan
dari bawah ke atas serta nilai ini dapat dikatakan sudah aman dari
overstress atau keruntuhan struktur.
8. Dari hasil desain kami dalam aplikasi Etabs, rata-rata struktur kami
berwarna hijau dan ungu, hal itu menandakan bahwa struktur kami
tergolong aman terhadap beban yang di input salah satunya beban
gempa.

62
5.2. Saran
1. Untuk memudahkan perhitungan kolom, balok dan pelat sebaiknya
menggunakan aplikasi Miscrosoft Excel.
2. Pada saat memulai desain pada aplikasi Etabs, perhatikan stauan yang
akan digunakkan.
3. Untuk memudahkan saat mendesain, lebih baik menggunakan aplikasi
AutoCad terlebih dahulu untuk memudahkan

63
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 2013, Persyaratan Beton Struktural untuk


Bangunan Gedung, SNI 2847-2013, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, 2013, Beban Minimum untuk Perancangan


Bangunan, SNI 1727-2013, Jakarta.

Dipohusodo, I. 1999, Struktur Beton Bertulang, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

McCormac,Jack C. 2003. Desain Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga.

64

Anda mungkin juga menyukai