Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk mengetahui proses
perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan proyek konstruksi gedung. Proyek yang
ditinjau adalah proyek pembangunan pabrik PT.PT.Toyoda Gosei Indonesia, dengan
lokasi proyek yang berada di Karawang International Industry City (MM-25). Tujuan
dari pembangunan ini adalah sebagai pabrik setir mobil. Luas tanah dari proyek ini
adalah 50,000.00 m², sedangkan luas bangunannya 20,149.61 m². Kegiatan konstruksi
yang ditinjau adalah pekerjaan Ground Slab, pekerjaan kolom dan pekerjaan balok.
Tinjauan yang diamati yaitu konsep perencanaan, perencanaan sistem konstruksi dan
waktu pelaksanaan, metode pelaksanaan, pengawasan terhadap bahan dan pengujian
mutu baja dan beton, sistem manajeman keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan.
Selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) berlangsung terdapat beberapa permasalahan
yang timbul diantaranya Beton keropos, Kolom tidak simetris, Retak halus pada Ground
Slab, lantai Ground Slab terkena cipratan pengecoran, Concrete pump rusak, Besi
penahan relat muncul kepermukaan lantai dan pekerja tidak menggunakan perlengkapan
APD. Dari semua permasalahan yang terjadi telah didapatkan beberapa solusi untuk
dilaksanakan.
1
ABSTRACK
The purpose of This field work practice (PKL) is to know the process of planning,
implementing and supervision of building construction projects. The project reviewed is the
plant development project of PT. PT.Toyoda Gosei Indonesia, with its project location located
in Karawang International Industry City (MM-25). The purpose of this development is as a
steering wheel factory. The land area of the project is 50,000.00m², while the building area is
20,149.61m². The construction activities reviewed are Ground Slabwork, column work and
beam work. The review is observed that the concept of planning, construction system planning
and execution time, methods of implementation, monitoring of materials and testing of steel
and concrete quality, occupational health safety Management system and environment. During
the field work practice (PKL), there are several problems that arise including concrete porous,
unsymmetrical columns, smooth cracking on ground slab, ground slab floor exposed to
Splashing foundry, Concrete Pump is broken, iron retaining retainer appears floor surface and
workers do not USE APD equipment. Of all the problems that occur have been obtained several
solutions to be implemented.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas nikmat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan yang berjudul “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Ground
Slab, Balok dan Kolom pada Proyek PT. PT.Toyoda Gosei Indonesia ini.
1. Ibu Ery Radya Juarti, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing dan Ketua penguji
Seminar yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan
laporan ini;
2. Tim penguji Seminar Praktik Kerja Lapangan yang telah memberikan masukan
dan perbaikan dalam penyusunan laporan ini;
4. Seluruh staf PT. Takenaka Indonesia di Proyek PT. PT.Toyoda Gosei Indonesia;
5. Orangtua penulis yang tiada henti memberikan doa, motivasi, dan dukungan;
6. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil yang telah berbagi pengalaman
serta memberikan bantuan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca.
Bandung, Oktober 2019
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK.........................................................................................................i
ABSTRACT......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
4
2.2.2 Data Administrasi....................................................................................8
2.4.1 Pemilik/Owner......................................................................................11
3.2.2 Site........................................................................................................21
3.5.1 Material................................................................................................34
3.5.2 Alat.......................................................................................................34
5
3.7.2 Pengendalian Mutu...............................................................................73
4.1 Pelaksanaan..............................................................................................87
4.2 Pengawasan..............................................................................................91
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................95
5.2 Saran........................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
7
DAFTAR GAMBAR
9
Gambar 3. 51 Safety Circle Activity ............................................................................. 79
Gambar 3. 52 Safety Induction and Warker Registration ............................................ 80
Gambar 3. 53 Tool box Meeting yang dilaksanakan di pagi hari antara Staff Takenaka
beserta seluruh Leader Subkontraktor ............................................................................ 80
Gambar 3. 54 Pelaksanaan senam pagi setelah Tool box Meeting ............................... 81
Gambar 3. 55 Penyampaian Kiken Yoshi kepada para pekerja sebelum pekerjaan
dilaksanakan ................................................................................................................... 81
Gambar 3. 56 Inspeksi peralatan dan supply listrik ...................................................... 82
Gambar 3. 57 Kegiatan Safety patrol di seluruh area proyek....................................... 83
Gambar 3. 58 Meeting Coordination yang dilakukan di ruang meeting ...................... 83
Gambar 3. 59 Cleaning total di seluruh area proyek .................................................... 84
Gambar 3. 60 Pengecekan Apar.................................................................................... 84
Gambar 3. 61 Rambu Keselamatan .............................................................................. 88
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Administrasi
Lampiran 2
Data Pendukung Proyek
1. Denah Ground Slab
2. Denah Kolom
3. Denah Balok
4. Detail Ground Slab
5. Detail Kolom
6. Detail Balok
7. Kurva S
8. Inspeksi Pengecoran
9. Hasil Uji Tarik Tulangan
10. Hasil Uji Tekan Beton
11
DAFTAR ISTILAH
A
As-Built Drawing : Gambar koreksi, perbaikan, revisi dari gambar
pelaksanaan yang ada
B
Body Hardness : Alat pelindung diri untuk bekerja pada ketinggian
Bar Bender : Alat pembengkok baja tulangan
Bar Cutter : Alat pemotong Baja Tulangan
Batching Plant : Tempat pembuatan campuran beton segar
C
Curing : Proses perawatan suatu material struktur
Orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan
Chief Engineer
yang berada di lapangan
:
Kegiatan untuk selalu membersihkan area kerja setelah
Cleaning
: mengerjakan sesuatu
Alat yang digunakan untuk menyalurkan adonan beton
Concrete pump segar ke tempat pengecoran yang letaknya sulit dijangkau
: oleh Truck Mixer
Mesin yang digunakan untuk memotong slab untuk
Cutter Machine
: membuat jalur contraction joint
D
Spesi beton yang dibentuk sesuai dengan ukuran selimut
Decking
: beton yang diinginkan
Drafter : Orang yang bekerja membuat gambar kerja
Dump truck biasa digunakan untuk mengangkut barang
Dump truck semacam pasir, kerikil, tanah dan keperluan konstruksi
: lainnya.
12
F
Factory Area : Area pabrik pada bangunan PT. PT.Toyoda Gosei
Finishing : Pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan pembangunan
I
Inspection Formulir yang berisi inspeksi pada setiap pekerjaan yang
Checlist dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
L
Kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan yang
ditawarkan sesuai dengan persyaratan yang disepakati
Lump sum
: (gambar Konstruksi, spesifikasi, schedule dan semua
Contract
persyaratan dokumen) dalam jangka waktu tertentu
dengan jumlah harga yang pasti.
M
Pekerjaan untuk pemberian tanda oleh Surveyor sebagai
Marking :
acuan dalam melaksanakan pekerjaan.
Meeting Rapat atau koordinasi antar staf divisi mengenai pekerjaan
:
Kordinasi dilapangan yang dilakukan pada setiap hari.
O
Owner : Orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan
pekerjaan dan membayar biaya pekerjaan tersebut.
P
Plat Bending : Merupakan plat yang dibengkokan dan digunakan untuk
memasang relat, memiliki ukuran 20.50.5
Orang yang bertugas untuk memimpin jalannya suatu
Project Manager : pekerjaan dan membuat strategi berjalannya pekerjaan
yang sedang berlangsung.
13
Q
Quality Control : Pihak yang berasak dari kontraktor yang bertugas untuk
mengawasi
Sebuah profesi yang mempunyai keahlian dalam
Quantity Surveyor : perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi,
administrasi kontrak sedemikian sehingga suatu
14
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini antara lain :
16
1.4 Metode Pelaksanaan dan Pelaporan Praktik Kerja Lapangan
a. Pekerjaan Bekisting.
b. Pekerjaan Pembesian.
c. Pekerjaan Pengecoran.
d. Pekerjaan pembongkaran bekisting.
e. Perawatan beton (curing).
Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari lima (5) bab, yang meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan dipaparkan Latar Belakang mengenai pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan, Tujuan, Ruang Lingkup, Metode Pelaksanaan dan Pelaporan
PKL, serta Sistematika Penulisan.
Pada Bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang proyek, data proyek
yang memuat data teknis proyek, data administrasi dan pendanaan proyek, lokasi
proyek, serta gambar – gambar kondisi lapangan, struktur organisasi proyek yang
memuat hubungan kerja antar organisasi dan struktur organisasi penyedia jasa,
serta tinjauan perencanaan proyek yang memuat metode perencanaan pekerjaan
dan perancangan waktu pelaksanaan pekerjaan.
17
BAB III PERENCANAAN DAN TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari isi laporan yang
telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, serta saran dari penulis berdasarkan
kegiatan yang telah dilakukan di lapang.
18
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
PT.Toyoda Gosei merupakan salah satu industri setir mobil (steering wheel)
dan airbag yang banyak memasok produknya ke beberapa produsen otomotif,
antara lain : PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Astra Daihatsu Motor,
PT Isuzu Astra Motor Indonesia, dan PT Hino Motors Manufacturing Indonesia,
PT Suzuki Indomobil Motor, PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, dan PT Asno
Horie Indonesia .
19
Gambar 2. 1 Lokasi proyek pembangunan PT.PT.Toyoda Gosei Indonesia
21
k. Tanggal Mulai : 1 Maret 2019
l. Tanggal Selesai : 31 Desember 2019
m. Masa Pemeliharaan : 1 Tahun
n. Luas Tanah : 50,000.00 m²
o. Luas Bangunan : 20,149.61 m²
22
Gambar 2. 2 Kondisi lapangan pada hari pertama PKL
23
Gambar 2. 4 Pekerjaan galian tanah untuk Slab On Pile
Hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam proyek
PT.Toyoda Gosei ini adalah sebagai berikut :
24
Berikut hubungan kerja dalam proyek dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Ada pun untuk proyek PT. PT.Toyoda Gosei, PT. PT.Toyoda Gosei
Indonesia sebagai Owner memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:
25
2) Mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapai melalui PT.
Takenaka Indonesia sebagai design and build
3) Mengeluarkan instruksi lain kepada PT. Takenaka Indonesia mengenai
proses pembangunan proyek
4) Memutuskan tindakan-tindakan yang diambil demi keberjalanan proyek
5) Menerima hasil pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan oleh pelaksana
proyek atau kontraktor
26
6) Melakukan dokumentasi berupa S-curve, Shop Drawing, As-Built Drawing, dan
dokumen-dokumen lain yang membuktikan pelaksanaan konstruksi proyek di
lapangan
7) Menyerahkan hasil pekerjaan konstruksi dengan tepat waktu, mutu yang
berkualitas, serta sesuai dengan kesepakatan kontrak.
27
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
Gambar 2. 6 Struktur Organisasi Pelaksana Site Office PT.Takenaka Indonesia Proyek PT.PT.Toyoda Gosei
28
Menurut struktur organisasi proyek pada Gambar.. pihak-pihak yang terlibat
memiliki tugas dan peranannya masing-masing yaitu sebagai berikut:
1. Project Manager
2. Chief Engineer
Chief Engineer adalah orang yang bertanggung jawab atas proyek yang
dipegang pada suatu wilayah. Tugas dari Chief Engineer adalah pengawasan dan
pengevaluasian bangunan dan mengoperasikan semua pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya.
3. Engineer
Engineer merupakan pihak yang melaksanakan pekerjaan dengan konsisten
sesuai dengan rencana mutu proyek (intruksi kerja), spesifikasi teknis dari
pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan mengarahkan tukang atau
sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat
waktu dan biaya seefisien mungkin.
Tugas dan wewenang pihak pelaksana yaitu:
Mengendalikan proyek sejak awal kegiatan sampai selesai pelaksanaan.
Memberikan semua intruksi kepada konsultan pengawas.
Menyetujui atau menolak pekerjaan tambahan atau pengurangan.
Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan.
14
4. Surveyor
Tugas Surveyor adalah melakukan pengukuran di lapangan seperti
menentukan titik-titik batas area proyek, membuat marking as kolom, marking as
setiap lantai, serta mengawasi dan mengevaluasi hasil pengukuran untuk
memastikan pengukuran dilakukan dengan akurat
5. Logistik
Tugas logistik adalah menyediakan tempat yang layak untuk penyimpanan
material dan alat yang dibutuhkan, menerima kedatangan material, mengatur
penggunaan material dan alat, dan bertanggung jawab atas penyimpanan barang
dan material.
6. Drafter
Tugas drafter adalah membuat gambar pelaksanaan atau shop drawing,
menyesuaikan gambar akhir pekerjaan atau asbuilt drawing.
7. QC (Quality Control)
Quality Control merupakan penanggung jawab dalam pengendalian mutu
pelaksanaan proyek. Dan mampu melaksanakan kegiatan Quality Control dengan
berpedoman pada rencana mutu dimulai dari kegiatan pemeriksaan, pengetesan,
pengujian bahan atau material dan hasil pekerjaan sehingga sesuai dengan
spesifikasi teknis, dan standar praktis yang berlaku serta melaporkan seluruh
kegiatan beserta hasilnya kepada pelaksana.
Tugas dan wewenang Quality Control (QC) yaitu :
Mempelajari dan memahami penugasan sebagai seorang Quality Control
Engineer.
Mempelajari dan menguasai spesifikasi teknis dan standar praktis yang
berlaku.
15
Menyiapkan dan memelihara peralatan pengukuran, pemeriksaaan dan
pengujian, serta memastikan bahwa masa kalibrasi peralatan yang digunakan
masih berlaku dan layak pakai.
Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian bahan / meterial yang akan
digunakan dalam pekerjaan.
Mempelajari metoda kerja dan standar pelaksanaan yang akan digunakan
dalam pekerjaan.
Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian setiap jenis pekerjaan baik
dilapangan maupun dilaboratorium.
Melakukan uji coba campuran untuk penerapan rencana campuran kerja,
berdasarkan bahan/material yang ada dilapangan dan persyaratan spesifikasi
teknis.
Menertibkan laporan ketidak sesuaian bila terjadi penyimpangan.
8. QS (Quantity Surveyor)
16
BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK
17
koordinasi sehingga menghasilkan kesepakatan mengenai mutu dan spesifikasi
yang ingin dicapai bersama.
18
19
Gambar 3. 1 Site Plan Evacuation Route and Assembly
20
21
Gambar 3. 3 Site Plan Proyek
22
3.3 Perancangan Sistem Konstruksi
a. Ground Slab
Ground Slab merupakan struktur arah horizontal yang berfungsi untuk
menyalurkan beban mati maupun beban hidup ke pondasi. Struktur Ground Slab
yang digunakan pada proyek konstuksi PT.Toyoda Gosei Indonesia berupa struktur
Slab On Pile, Slab On Pile dipilih karena area proyek memiliki jenis tanah expansif.
Spesifikasi Ground Slab adalah sebagai berikut :
Pada proyek ini menggunakan 5 tipe Slab On Pile dengan dimensi dan
jumlah tulangan yang berbeda. Pekerjaan Slab On Pile pada proyek ini
menggunakan metode konvensional (cor in-situ) dengan alat concrete pump, beton
yang digunakan pada proyek ini yaitu beton Readymix dari supplier penyedia beton
segar Adhimix/ Holcim. Denah Ground Slab dapat dilihat pada Lampiran 2-1, dan
detail penulangan setiap tipe Ground Slab dapat dilihat pada Gambar 3.4, Gambar
3.5, Gambar 3.6, Gambar 3.7, Gambar 3.8.
23
Sumber : Dokumen proyek PT. PT.Toyoda Gosei
Gambar 3. 4 Detail Ground Slab FSLA
24
Gambar 3. 5 Detail Ground Slab FS1B
25
Sumber : Dokumen proyek PT. Toyoda Gose
26
Gambar 3. 7 Detail Ground Slab FS2B
Sumber : Dokumen proyek PT. PT.Toyoda Gosei
27
Gambar 3. 8 Detail Ground Slab FS3A
28
Kolom
Pada proyek ini menggunakan 6 tipe kolom dengan dimensi dan jumlah
tulangan yang berbeda. Pekerjaan kolom pada proyek ini menggunakan metode
konvensional (cor in-situ) dengan alat bucket dan pipa termi, beton yang digunakan
pada proyek ini yaitu beton Readymix dari supplier penyedia beton segar Adhimix/
Holcim. Adapun detail penulangan untuk setiap tipe kolom dapat dilihat pada Tabel
3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6
29
Tabel 3. 2 Detail Kolom C60a
30
Posisi Tumpuan, Lapangan
31
Dimensi 600 x 700 (mm)
Posisi END MID END MID
Tulangan Utama 12D25 10D25
Sengkang D10-100 D10-150 D10-100 D10-125
Tie Bar D10-100 D10-150 D10-200 D10-450
b. Balok
Balok merupakan struktur bangunan yang berfungsi untuk menahan dan
menyalurkan beban menuju kolom dan sebagai pengikat kolom-kolom. Struktur
Balok yang digunakan pada proyek konstuksi PT.Toyoda Gosei Indonesia berupa
struktur beton bertulang dengan dua metode yaitu konvensional (cor in-situ) dan
pracetak (precast concrete) dangan spesifikasi balok konvensional dan pracetak
adalah sebagai berikut :
Tidak ada perbedaan desain dimensi dan jumlah tulangan untuk balok
konvensional dan pracetak, balok pracetak di gunakan untuk mempercepat
pelaksanaan dan dimensi panjang beton pracetak dibuat satu ukuran yaitu dengan
panjang 5 meter yang di produksi di lokasi proyek, sedangkan untuk balok
konvensional memiliki panjang yang berbeda-beda. Untuk denah balok
konvensional dan balok pracetak pada Gambar 3.9 Dan detail penulangan dan
ukuran balok dapat dilihat pada Tabel 3.7
32
Gambar 3. 9 Denah Balok Konvensional dan Balok Pracetak
33
Tabel 3. 7 Detail Balok
RB40, RG40
Posisi Tumpuan, Lapangan
34
3.5 Alat dan Material
3.5.1 Material
1. Baja Tulangan
Baja tulangan adalah material yang di gunakan sebagai tulangan dalam
konstruksi beton. Tulangan utama yang di gunakan pada pekerjaan Slab On Pile
menggunakan jenis tulangan BJTD 42, diameter tulangan utama D13 dengan nilai
Fy = 420 MPa. Lalu untuk dowel menggunakan tulangan D16 Fy = 420 MPa. Baja
tulangan diproduksi oleh PT. Hanwa Indonesia. Baja tulangan dapat dilihat pada
Gambar 3.10
2. Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi,
antara lain digunakan untuk pemasangan batu kali, lantai kerja dan plesteran. Selain
itu, semen jenis tertentu juga bisa dipakai untuk bahan Finishing . Semen yang
digunakan pada proyek PT.PT.Toyoda Gosei berasal dari Mortindo.
35
Gambar 3. 11 Semen Mortindo proyek PT.Toyoda Gosei
3. Beton Readymix
Readymix merupakan sebuah istilah untuk beton siap pakai. Keuntungan
menggunakan Readymix dapat mempercepat pekerjaan pengecoran karena lebih
praktis dan efisien . Mutu beton yang digunakan pada proyek PT. PT.Toyoda Gosei
adalah f’c 25 MPa .
Beton Readymix yang digunakan adalah beton dengan mutu f’c 25 MPa
(untuk Slab On Pile) dengan nilai Slump 12 ± 2. Di produksi oleh PT. Adhimix
Pracetak Indonesia dan PT. Merak Jaya Beton.
36
4. Kawat Bendrat
Kawat bendrat dapat diaplikasikan sebagai pengikat rangkaian baja
tulangan antara baja tulangan yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, kawat
bendrat juga bisa digunakan untuk hal-hal lain, seperti untuk mengikat beton
decking, mengikat tulangan ceker ayam, dan pengikatan besi beton yang lain.
Kawat bendrat dapat dilihat pada Gambar 3.13
5. Air Kerja
Untuk memenuhi kebutuhan air selama proyek berlangsung kontraktor
utama menyediakan air bersih yang bersumber dari air Kawasan KIIC .
6. Stop concrete
Pelaksanaan pekerjaan beton bertulang dengan volume besar seringkali
terpaksa berhenti di tengah jalan dan kemudian dilanjutkan, pekerjaan pengecoran
tidak mungkin dilakukan untuk satu lantai penuh, pengecoran dilakukan secara
bertahap berdasarkan zona pengecoran, pemberhentian ini sering disebut stop
concrete. Dalam proyek ini stop concrete yang digunakan untuk pekerjaan slab pile.
37
7. Plat Bending
Plat bending merupakan plat yang dibengkokan dan digunakan untuk
memasang relat, memiliki ukuran 20.50.5. Plat bending dapat dilihat pada Gambar
3.14
8. Beton Decking
Beton decking digunakan untuk membuat selimut beton pada pengecoran
dengan ketebalan 5 cm. Hal ini bertujuan agar tulangan akan terselimuti beton.
Karena jika tidak maka tulangan akan timbul keluar dari beton dan akan mengalami
karat dan keropos yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan pelat itu sendiri.
Bahan yang digunakan untuk membuat beton decking adalah sebagian campuran
beton yang akan digunakan untuk mengecor Slab On Pile itu sendiri dengan mutu
beton yang sama yaitu f’c 25 MPa. Beton decking dapat dilihat pada Gambar 3.15
38
Gambar 3. 15 Beton decking pada Proyek PT.Toyoda Gosei
9. Bonding Agent
Bonding Agent merupakan bahan pengikat beton lama dengan beton baru.
Bonding Agent yang digunakan yaitu SicaCim Bonding Adhesive. Cairan perekat
yang berwarna putih ini disebut juga dengan lem beton seperti terlihat pada
Gambar 3.16
39
3.6.2 Alat
40
dengan ukuran
yang diperlukan
3 Perancah/Sc Penyangga
affolding sementara struktur
yang telah dicor
sampai beton
setting.
41
4 Concrete Menghaluskan
Trowel permukaan beton
Machine yang telah dicor.
42
sebuah wahana
putar dan
digunakan untuk
penggalian.
Alat yang
digunakan untuk
melakukan
pekerjaan
pemadatan struktur
Vibro tanah. Karena efek
2
Roller dari alat ini
merupakan getaran
dinamis yang
membuat tanah
mengisi ke bagian
kosong
3 Crane Alat yang
Rafter digunakan untuk
pengangkut
material secara
vertikal dan
kemampuan
memindahkannya
secara horizontal
43
3.6 Pelaksanaan Proyek
Tahapan pelaksanaan pekerjaan slab on grade dapat dilihat pada diagram alir pada
Gambar 3.17
44
Gambar 3. 17 Diagram alir pekerjaan Ground Slab
A. Pekerjaan Persiapan
45
Pabrikasi tulangan utama untuk pelat dilakukan di workshop khusus
pabrikasi tulangan, Alat yang digunakan adalah meteran, Bar Cutter, dan Bar
Bender. Tulangan utama pada Slab On Pile menggunakan besi ulir tulangan
diameter 13. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
46
Gambar 3. 19 Tulangan dibengkokan menggunakan Bar Bender
Jika tanah yang akan dipadatkan belum sesuai dengan yang diinginkan,
maka excavator akan mengeruk tanahnya kembali dan kemudian dilakukan
pemadatan kembali oleh Vibro Roller, kemudian di check kembali elevasi tersebut
oleh Surveyor. Jika sudah sesuai maka base course dapat langsung dipasang
dudukan slab.
Dudukan slab berfungsi untuk pemisah/ antara beton dengan tanah. Karena
jika tanah mengembang atau menyusut, Slab On Pile tetap bertahan pada elevasi
nya dan tidak akan mengalami kerusakan. Dudukan slab dipasang setinggi 150 mm
dari lantai kerja dengan FL. -450. Dudukan slab menggunakan material plywood
dengan tebal 15 mm dan kayu palet. Material yang digunakan merupakan material
bekas, jadi untuk ukuran nya tidak pasti. Hal yang paling penting dalam
47
pemasangan dudukan slab ini yaitu pemasangan plywood nya harus benar-benar
rapat satu sama lain. Kemudian setelah itu dudukan slab dilapisi dengan plastik.
C. Pekerjaan Penulangan
Pekerjaan pemasangan tulangan Slab On Pile ini dilakukan secara langsung
di lokasi, sehingga kita hanya tinggal memasang rangkaian tulangan slab tersebut
pada posisi yang telah di rencanakan. Langkah-langkah yang dilaksanakan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Tulangan telah di pabrikasi di workshop khusus untuk pembesian.
2. Tulangan yang sudah dibengkokan dan dihitung sesuai dengan kebutuhan, lalu
dibawa ke lokasi dengan menggunakan Dump truck (untuk skala yang besar)
48
bisa juga dengan cara langsung dibawa oleh pekerja jika dari tempat fabrikasi
ke lokasi kerja cukup dekat dan skala nya kecil.
3. Pelaksana memberikan instruksi kepada mandor besi untuk melakukan
pekerjaan pada lokasi yang di tuju.
4. Mandor besi akan memberikan instruksi kepada tukang untuk memasang
tulangan sesuai dengan gambar kerja yang direncanakan. Gambar 3.22
5. Tukang akan memasang tulangan yang sudah dipotong dan dibengkokan sesuai
dengan gambar kerja.
6. Pasang rubber sheet pada sambungan beton sebagai expansion joint.
7. Pasang tulangan dengan jarak antar tulangan 200 mm. Ikat tulangan dengan
kawat bendrat. Panjang penyaluran pada pemasangan tulangan tersebut yaitu
400 mm. Panjang penyaluran ini bedasarkan mutu beton dan diameter
tulangan.
8. Pasang beton decking pada bagian bawah Slab On Pile dengan tebal 5 cm,
pasang setiap 1 m². Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar
sesuai dengan posisi yang diinginkan dan menghindari tulangan yang tidak
terselimuti beton karena akan mengakibatkan besi yang akan berkarat dan
keropos dan berdampak terhadap kekuatan struktur itu sendiri.
9. Pasang tulangan ceker ayam setiap setiap 1 m². Pemasangan ceker ayam
berfungsi sebagai pemisah untuk tulangan slab pile supaya tulangan atas dan
49
tulangan bawah tidak bersentuhan. Jika jaraknya tidak sesuai dengan gambar
kerja dan ikatan kawat besinya tidak kuat, maka harus diperbaiki atau
dikerjakan ulang. Gambar 3.23
1. Letakkan stop concrete tepat pada garis hasil marking. Gambar 3.24
2. Tanam stek besi, lalu ikat ke stop concrete dengan menggunakan kawat
bendrat. Pastikan hingga kuat dan stop concrete tidah berubah-ubah lagi posisi
nya.
3. Pasang dowel pada lubang yang terdapat pada stop concrete dengan jarak antar
dowel yaitu 450 mm Dowel merupakan baja tulangan yang digunakan sebagai
penghubung dua komponen struktur. Pada pelaksanaan nya, dowel dipasang
menggunakan baja tulangan dengan diameter 16 mm sepanjang 600 mm, 300
mm masuk pada bagian yang akan di cor, kemudian 300 mm sisanya berada di
luar pengecoran.
50
Gambar 3. 24 Pemasangan stop concrete
51
Gambar 3. 25 Pemasangan relat
Inspeksi
Sebelum dilakukan pengecoran, hal yang terpenting adalah melakukan
inspeksi. Inspeksi ini dilakukan Engineer dan Quality Control. Engineer QC
melakukan pengecekan terhadap pekerjaan pembesian dan bekisting melalui form
inspection checklist. Jika terdapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja
dan syarat yang ditentukan, maka harus diperbaiki atau dikerjakan ulang. Contoh
inspection checklist terdapat pada Lampiran 2-3
52
Gambar 3. 26 Pembersihan area yang akan dicor
53
Surat Jalan dan Actual Mix Formula
Pada saat pengecoran dan Truck Mixer datang, yang dicek oleh orang
lapangan adalah surat jalan yang dibawa oleh petugas Truck Mixer, yang berisi
volume pengiriman dan waktu keberangkatan. Selain itu, kita juga harus memeriksa
kesesuaian no Truck Mixer yang ada pada surat jalan dan no Truck Mixer yang ada
di lapangan. Batas waktu pengiriman beton dari batching plant sampai proyek tidak
boleh lebih dari 2 jam. Kemudian dilihat Actual Mix Formula untuk dihitung W/C
ratio, W/C ratio yang disyaratkan yaitu antara 45% - 65%.
Slump test
Slump test dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang disyaratkan, pada
proyek ini nilai Slump test yang disyaratkan adalah 12 ± 2 cm. Proses ini dilakukan
oleh pihak teknisi dari supplier Readymix dan diawasi oleh Engineer Quality
Control. Sebelum dilakukan Slump test, harus dilakukan pengecekan suhu beton
terlebih dahulu dengan suhu maksimum 38̊ C. Pengujian Slump dilakukan guna
mendapatkan nilai kekentalan/plastisitas beton segar. Berikut langkah-langkah
pengujian Slump :
1. Siapkan kerucut abrams dengan cara menyimpannya diatas sebuah plat besi
dengan posisi kerucut berdiri dan diameter lubang kerucut yang kecil di atas.
54
2. Isi alat Slump dengan campuran beton sebanyak 3 lapisan sampai penuh, dan
setiap lapisan ditumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
3. Angkat kerucut perlahan-lahan, lalu campuran beton akan jatuh berada diatas
plat besi.
4. Balikkan kerucut dan berdirikan disamping campuran beton.
5. Letakkan batang penumbuk diatas kerucut secara mendatar, lalu ukur nilai
Slump dengan cara mengukur panjang jarak dari batang penumbuk ke
permukaan atas campuran beton.
6. Jika didapatkan nilai panjang jarak yang sesuai dengan spesifikasi, maka
pengecoran dapat dilanjutkan. Namun jika belum, maka pengujian Slump harus
diulang. Dan jika masih belum sesuai spesifikasi, maka campuran beton harus
diganti dengan yang lain, maka beton segar ditambahkan dengan admixture
atau Truck Mixer akan dikembalikan ke supplier dan harus diganti dengan yang
baru agar mutu beton nya tetap memenuh syarat.
Setelah Slump test selesai, teknisi dari supplier Readymix langsung membuat
sample benda uji secara acak sebanyak 6 cetakan silinder setiap pengecoran 50 m³
untuk dilakukan uji kuat tekan beton (1 sampel diuji pada umur beton 7 hari, 1
sampel diuji pada umur beton 14 hari, 3 sampel diuji pada umur beton 28 hari, dan
1 sampel untuk cadangan). Sampel benda uji dpat dilihat pada Gambar 3.29
55
2. Pengecoran
56
3. Beton diratakan kemudian dipadatkan dengan alat vibrator. Tujuannya yaitu agar
udara yang berada pada beton bisa keluar sehingga tidak menimbukan rongga
atau lubang yang dapat menyebabkan beton keropos. Gambar 3.31
5. Leveling relat. Dilakukan pada saat setelah slab diratakan menggunakan jidar.
Tujuannya agar elevasi pada slab tersebut bisa sama dan permukaannya menjadi
rata. Leveling ini dilakukan oleh 2 orang Surveyor. Surveyor membidik relat agar
elevasi relat bagian atas tetap di FL 0.00 dengan cara menaik turunkan skrup
pada relat. Gambar 3.33
57
Gambar 3. 33 Levelling relat
58
D. Perawatan (Curing) Beton untuk Ground Slab
Curing atau perawatan beton dilakukan saat beton sudah mulai mengeras
yang bertujuan untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air dan sebagai
tindakan menjaga kelembaban/suhu beton sehingga beton dapat mencapai mutu
beton yang diinginkan. Sebelum proses curing, dilakukan marking terlebih dahulu.
Curing untuk slab dilakukan dengan cara digenangi dengan air selama 7 hari. Cara
pengerjaannya yaitu dengan membuat bendungan pada sisi-sisi slab.
1. Isi plastik dengan tanah, letakan mengelilingi slab yang telah di cor.
2. Setelah semua bagian slab terkelilingi, maka dapat digenangi dengan air.
Jika air telah surut, maka perlu ditambahkan air kembali hingga mencapai 7 hari.
Gambar 3.35
Pada saat proses curing, hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak boleh ada
material berat disimpan diatas beton yang berumur kurang dari 7 hari dan area yang
telah dilakukan pengecoran harus selalu bersih.
59
3.6.2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang
60
A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada pekerjaan kolom dibagi menjadi dua, yaitu
pekerjaan persiapan pembesian kolom dan persiapan sebelum pengecoran. Pada
tahap persiapan pembuatan tulangan untuk kolom, terlebih dahulu area pabrikasi
dibersihkan lalu setelah itu mempersiapkan tulangan yang akan digunakan sesuai
jumlah tulangan dan dimensi yang telah ditentukan.
Sedangkan untuk pekerjaan persiapan sebelum pengecoran kolom
dilakukan oleh seorang Quality Control . Pengecekan tersebut berupa :
a. Mutu baja tulangan
b. Tulangan utama
c. Panjang kait ujung atas kolom
d. Panjang vertikal rangka tulangan keseluruhan (mulai dari bagian bawah
pilecap hingga ujung kait)
e. Jarak antar sengkang
f. Jarak antar tie bar
B. Pekerjaan Pembesian
1. Tulangan dengan ukuran yang sesuai gambar kerja didatangkan oleh pihak
logistik ke lokasi proyek. Panjang tulangan dari supplier adalah 12 meter.
2. Pemotongan tulangan utama sepanjang tinggi kolom . Pemotongan tulangan
ini dengan menggunakan mesin Bar Cutter, sedangkan untuk membengkokkan
tulangan menggunakan mesin Bar Bender. Kebutuhan sengkang langsung
dibuat sebanyak yang dibutuhkan sehingga nantina tinggal didistribusikan saja.
3. Mendistribusikan baja tulangan secara langsung ke titik kolom yang akan
dibuat.
61
4. Pekerja memberi tanda pada tulangan utama dengan menggunakan kapur
ataupun spidol untuk pemasangan sengkang dan tulangan kait.
5. Sengkang dan tulangan kait diikatkan pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.
62
D. Pekerjaan Pelaksanaan Pengecoran
1. Tempat berhentinya pengecoran ditandai dengan kayu ataupun besi dengan cara
memasukkannya ke dalam lubang pada bekisting
2. Truck Mixer datang ke lokasi proyek, sebelum dilakukan pengecoran terlebih
dahulu dilakukan pengujian Slump test. Slump test dilakukan dengan mengambil
sampel beton segar dari Truck Mixer yang datang. Selain melakukan pengujian
Slump test, dilakukan pula pembuatan benda uji silinder yang nantinya akan
dilakukan pengujian kuat tekan beton. Setelah pengujian menunjukkan bahwa
nilai Slump rencana sesuai dengan nilai Slump aktual, dan pembuatan benda uji
selesai maka beton siap untuk digunakan pada pengecoran.
3. Beton yang berada dalam Truck Mixer dimasukkan ke dalam concrete bucket
yang memiliki volume 0,8 m3.
63
4. Setelah concrete bucket terisi penuh, operator mobile crane mulai mengangkat
concrete bucket tersebut ke area pengecoran. Gambar 3.37
5. Pekerja yang sudah ada di area pengecoran mulai mengarahkan pipa tremie
supaya masuk ke dalam bekisting yang tepat. Gambar 3.38
6. Proses pengecoran kolom dilakukan secara bertahap yaitu sesuai dengan beton
segar yang dibawa oleh concrete bucket.
7. Segera setelah beton dituangkan, setiap lapis beton digetarkan dengan
menggunakan concrete vibrator. Hal ini dimaksudkan untuk membuat hasil
64
pengecoran menjadi lebih padat dan tidak ada bagian yang bergelembung karena
bisa membuat hasil pengecoran tidak kuat dan keropos.
1. Bongkar semua pipe support yang menahan bekisting lalu wing nut dikendorkan
terlebih dahulu.
2. Setelah bekisting kolom terasa longgar, wing nut kembali dikencangkan. Lalu
pasang slink tower crane pada bekisting yang akan dibongkar tersebut.
3. Jika pemasangan sudah selesai dan dirasa sudah cukup kuat, maka bekisting
kolom sudah siap dilepaskan dengan cara mengangkat ke arah atas dengan
bantuan mobile crane.
4. Bekisting yang telah diangkat disimpan pada area cleaning fit untuk dibersihkan
terlebih dahulu.
Curing pada beton dilakukan setelah beton mengeras. Hal ini dilakukan agar
proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Bila hal ini terjadi, maka
beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.
Perawatan pada beton biasanya dilakukan 7 (tujuh) hari .
Pada saat proses curing ini beton dipertahankan pada kondisi lembab,
biasanya dilakukan dengan menyirami air pada permukaan beton. Adapula proses
curing dengan memakai tambahan bahan lain sehingga proses curing dapat
dilakukan lebih cepat.
65
3.6.3 Pekerjaan Balok
Balok merupakan bagian dari struktur atas yang memiliki fungsi sebagai
tumpuan lantai dan pengikat kolom. Pada proyek PT. PT.Toyoda Gosei pekerjaan
balok yang kami tinjau dilakukan secara pracetak untuk di area utility. Balok
pracetak adalah balok yang dibuat terpisah dari kolom atau dibuat diarea pabrikasi
yang kemudian dipasangkan pada kolom dengan mengunakan bantuan alat berat
(mobile crane). Penggunaan balok pracetak adalah untuk mempercepat proses
konstruksi. Pada tabel berikut ini dapat dilihat flowchart pelaksanaan pekerjaan
balok pracetak.
66
A. Pekerjaan Persiapan
1. Pastikan bahwa besi sudah terpasang sesuai dengan gambar detail.
2. Pastikan ukuran bekisting sesuai dengan ukuran pracetak balok yang berada di
gambar detail.
3. Pastikan besi tambahan yang digunakan untuk mengkaitkan sling pada crane
telah terpasang, yang nantinya akan digunakan untuk keperluan
pemasangan/pemindahan pracetak balok.
4. Pembersiha area pracetak balok yang akan dicor.
B. Pemasangan Scaffolding
Berbeda dengan pelaksanaan kolom yang memasang bekisting ketika
tulangan sudah dipasang, maka untuk pekerjaan balok pemasangan bekisting
dilakukan diawal pekerjaan setelah scaffolding terpasang. Scaffolding adalah
struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam
konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan besar lainnya. Dalam hal ini
scaffolding berfungsi untuk menahan beton yang belum mampu memikul beratnya
sendiri. Adapun bagian-bagian pada scaffolding adalah sebagai berikut.
Base Jack
Base Jack berfungsi sebagai penyangga dari konstruksi scaffolding. Base
jack ini berada dibawah main frame. Base jack bisa diatur ketinggiannya sesuai
dengan kebutuhan.
67
Main Frame
Main Frame adalah batang penyangga yang merupakan salah satu
konstruksi utama pada scaffolding. Main frame diletakkan diatas base jack untuk
menyusun scaffolding.
Cross Brace
Cross Brace merupakan bagian scaffolding yang dipasang menyilang antara
main frame satu ke main frame yang lainnya untuk mengunci kedudukan
scaffolding agar kokoh.
U-Head Jack
U-Head Jack merupakan bagian scaffolding yang berdiri diatas main frame.
Berfungsi untuk menopang balok. U-Head dapat diatur ketinggiannya sesuai
kebutuhan.
68
C. Pekerjaan Penulangan Balok Pracetak
Seperti pada pekerjaan tulangan balok konvensional, pekerjaan pemotongan
dan pembuatan sengkang untuk balok pun dikerjakan pada area lain. Adapun
langkah-langkah pekerjaan penulangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan ini diawali dengan pemasangan tulangan utama sesuai dengan tipe
balok, kemudiaan diikuti dengan pemasangan sengkang tulangan utama dengan
jarak yang telah ditentukan.
2. Pasang kembali tulangan utama atas dan bawah hingga jumlah yang telah
ditentukan
3. Lalu ikat dengan menggunakan kawat bendrat agar posisi sengkang tidak
berubah.
4. Setelah tulangan untuk beton selesai dirakit, selanjutnya pemasangan beton
decking pada sisi bawah dan sisi samping.
69
Gambar 3. 42 Pengecoran Balok Pracetak
2. Beton diratakan kemudian dipadatkan dengan alat vibrator. Tujuannya yaitu agar
udara yang berada pada beton bisa keluar sehingga tidak menimbukan rongga
atau lubang yang dapat menyebabkan beton keropos. Gambar 3.43
70
D. Pekerjaan Pemasangan Balok Pracetak
Setelah tahap pengecoran selesai dan beton sudah dilakukan curing selama 7
hari . Maka pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan balok pracetak dengan
menggunakan bantuan crane. Adapun langkah-langkah pemasangan balok pracetak
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kaitkan hook yang terdapat pada sling terhadap besi tambahan yang ada pada
balok pracetak. Untuk balok pracetak terdapat 2 titik besi tambahan sehinggan
memudahkan pemindahan.
2. Pindahkan balok pracetak tersebut diatas dua kolom yang sudah ada dengan
bantuan crane. Gambar 3.44
71
Gambar 3. 45 Penyettingan balok oleh 2 orang pekerja
4. Pada saat pemasangan balok pracetak, Surveyor memeriksa kelurusan dari
balok pracetak tersebut.
5. Kemudian setelah terpasang, dilakukan pemeriksaan/inspeksi sebelum
pengecoran (Detail sambungan, diberi material kalbon dan kebersihannya)
6. Pasang bekisting pada sambungan yang akan dicor. Kemudian setelah itu
dilakukan pekerjaan pengecoran pada sambungan kolom dengan balok.
Gambar 3.46
72
3.7 Pengawasan Proyek
a. Besi
Dalam struktur beton bertulsng, besi merupskan salah satu komponen utama
yang berfungsi untuk menahan tegangan tarik yang terjadi pada struktur bangunan.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penggunaan besi dilapangan dan
waste yang terlalu besar, maka sebelum melaksanakan pekerjaan beton bertulang
terlebih dahulu dilakukan perhitungan kebutuhan volume material besi sehingga
sebelumnya dapat dipersiapkan jumlah besi yang tepat. Perhitungan besi tersebut
dilakukan dengan membuat bar bending schedule (BBS).
BBS dibuat berdasarkan shop drawing yang sudah dibuat oleh kontraktor.
Dalam gambar termuat segala detail penulangan untuk kolom, balok, pelat dan
komponen struktur lainnya. Gambar kerja pemasangan tulangan dilengkapi pula
dengan daftar-daftar atau tabel yang memberikan informasi jumlah dan macam
bentuk penulangan, ukuran, tempat dan detail pemasangannya. Staf Quality
Surveyor (QS) bertugas untuk menghitung panjang total tulangan serta berat total
tulangan yang akan digunakan secara mendetail sehingga pelaksana lapangan dapat
mengaplikasikannya dalam pengerjaan dilapangan.
Setelah dibuat BBS, barulah dilakukan pemesanan kepada supplier. Besi
dari supplier didatangkan ke lapangan lalu dilakukan pengecekan terhadap diameter
besi tulangan tersebut. Besi tulangan polos dilakukan pengecekan dengan
menggunakan jangka sorong, sedangkan untuk besi ulir dilakukan pengecekan
dengan perhitungan rumus sebagai berikut.
𝑊
𝐷 = 12,74√ (𝑚𝑚)
𝑙
73
Keterangan:
b. Beton Readymix
Sebelum beton Readymix didatangkan ke lapangan, terlebih dahulu
dilakukan estimasi kebutuhan dari beton tersebut. Hal ini dilakukan agar saat
pengecoran berlangsung beton Readymix yang didatangkan tidak berlebihan
ataupun kekurangan dari volume area yang akan dicor. Setelah itu dilakukan
pengujian terhadap kelecakan beton segar yang datang.
Pengujian ini dilakukan pada setiap truck yang datang. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui nilai Slump beton yang datang, apakah sesuai
dengan perencanaan atau tidak. Apabila nilai Slump yanng datang tidak sesuai atau
kurang dari rencana, maka pihak kontraktor berhak menolak penerimaan beton
tersebut. Hal ini dikarenakan nilai Slump pada beton akan mempengaruhi
kemudahan dalam pengerjaan (workability).
74
3.7.2 Pengendalian Mutu
Kuat tekan beton adalah beban tekan maksimum yang dapat dipikul oleh
beton persatuan luas sampai beton itu hancur. Test ini dilakukan untuk mengetahui
mutu beton dari hasil rancangan, apakah memenuhi persyaratan atau tidak. Selain
itu kekuatan tekan beton digunakan untuk menilai dan mengendalikan mutu
pekerjaan pembetonan dilapangan dalam memenuhi persyaratan spesifikasi. Prinsip
pengujian kuat tekan beton dengan alat mesin tekan adalah mengukur besarnya
beban yang dapat dipikul oleh satu satuan luas beton (benda uji) sampai benda uji
itu hancur / rusak.
Benda uji silinder yang telah dibuat pada saat pengecoran berlangsung
didiamkan selama 24 jam. Kemudian cetakan tersebut dibuka lalu benda uji di
rendam ke dalam curing pool sampai waktu yang ditentukan. Jika umur beton sudah
memenuhi, maka beton perlu di uji kuat tekan nya. Pada pengujian kuat tekan beton
dilakukan di suppliers Readymix kemudian hasil dari uji kuat tekan dilaporkan
kepada Quality Control proyek untuk dilihat apakah hasil kuat tekan memenuhi
mutu beton yang di syaratkan atau tidak. Untuk hasil dari uji tekan terdapat pada
Lampiran 2-5
75
standar-standar dalam aspek kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan agar
kecelakaan kerja dapat dicegah. Penerapan aspek kesehatan keselamatan kerja dan
lingkungan ini atau biasa juga disebut aspek K3L di proyek pembangunan sangat
perlu diperhatikan, terlebih lagi pada bagian pekerjaan konstruksi. Pelaksana
konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai dengan
ketentuan dalam K3L yang diterapkan di lingkungan proyek pembangunan. Dalam
proyek pembangunan PT.PT.Toyoda Gosei mengeluarkan kebijakan K3L untuk
pekerjaan konstruksi adalah PT. Takenaka Indonesia selaku designer and builder
dalam proyek ini. Tujuan dari penerapan K3L adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan atau mengurangi bahaya kerja, kecelakanaan kerja dan atau
mencegah jatuhnya korban serta penyakit akibat kerja;
2. Melindungi aset dan lingkungan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh
adanya aktifitas pekerja;
3. Menjamin tidak terjadinya kerusakan pada lingkungan ditempat kerja dan
kerusakan lingkungan akibat pelaksanaan proyek; dan
4. Memastikan penerapan K3L sesuai dengan persyaratan Permenaker RI
PER05/MEN/1996 dan OHSAS 18001:1999 serta ISO 14001:1996.
3.8.1 Kebijakan K3L
Setiap perusahaan konstruksi tentunya memiliki kebijakan mengenai K3L
sehingga dalam keberjalanannya, proyek dapat dilaksanakan dengan tertib, aman,
dan terhindar dari berbagai macam bahaya. Berikut adalah Safety, Health, And
Enviromental Policy (SHE) yang diterapkan oleh PT. Takenaka Indonesia :
1) Menciptakan tempat kerja yang aman nyaman dan efisien
2) Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja
3) Mencegah pencemaran lingkungan
4) Mematuhi perundang-undangan K3L
5) Peningkatan berkelanjutan
PT. Takenaka Indonesia merupakan planner and general contractor dari
Jepang yang memiliki selogan “Zero Accident”. Oleh karena itu, PT. Takenaka
Indonesia menerapkan berbagai instruksi K3L yang banyak terpampang di lokasi
proyek seperti yang tergambar di bawah ini:
76
Gambar 3. 47 Poster Motto Keselamatan Kerja yang berada di lokasi proyek
Gambar 3. 48 Poster 10 Program Keselamatan dan Kerja Listrik yang berada di Lokasi
Proyek
77
Gambar 3. 49 Poster Kebijakan K3L yang berada di Lokasi Proyek
Agar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam proyek ini bisa
diterapkan oleh semua pihak maka PT. Takenaka Indonesia mempunyai Safety
Circle Activity. Ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan baik harian,
mingguan maupun bulanan. Gambar 3.51 menunjukan Safety Circle Activity PT.
Takenaka Indonesia .
78
Gambar 3. 51 Safety Circle Activity
79
Gambar 3. 52 Safety Induction and Warker Registration
Gambar 3. 53 Tool box Meeting yang dilaksanakan di pagi hari antara Staff Takenaka
beserta seluruh Leader Subkontraktor
80
Gambar 3. 54 Pelaksanaan senam pagi setelah Tool box Meeting
81
4) Electrical Working Permit dan Fire Working Permit
Program ini bertujuan untuk mempersiapkan pekerjaan yang berkaitan
dengan pekerjaan yang berhubungan dengan api dan pekerjaan yang berhubungan
dengan listrik. Program ini dilakukan dengan mengisi formulir khusus sebelum
pekerjaan dilaksanakan. Program ini diadakan lantaran untuk mengecheck dan
mencegah resiko bahaya pada pekerjaanpekerjaan tersebut.
5) Safety Patrol
Program ini merupakan kegiatan inspeksi K3L di lapangan saat pekerjaan
sedang berlangsung pada pukul 10.00 sd 11.00 WIB dan pukul 14.00 sd 15.00 WIB.
Inspeksi ini dilakukan langsung meninjau pekerjaan yang dilakukan oleh para
pekerja di lapangan, dan jika ada permasalahan dan pelanggaran peraturan Safety
langsung ditegur di tempat.
82
Gambar 3. 57 Kegiatan Safety patrol di seluruh area proyek
6) Coordination Meeting
Program ini dilakukan pada pukul 11.00 sd 12.00 WIB yang berisi tentang
meeting mengenai koordinasi pekerjaan di lapangan. Mulai dari Safety hingga
koordinasi pekerjaan di lapangan lainnya. Meeting ini dihadiri oleh seluruh leader
subkontraktor, Site Engineer, Quality Control, hingga Chief Operational jika
diperlukan hadir.
83
berserakan dan sisa-sisa material pekerjaan yang masih tergelatak dimana-mana.
Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh staff Takenaka dan para pekerja.
84
3.8.2 Alat-alat dan Sarana Keselamatan Kerja
Semua alat-alat dan perlengkapan keselamatan diatur dan disediakan oleh
SHE Officer. Perlengkapan tersebut meliputi perlengkapan pekerja, sarana maupun
rambu-rambu peringatan.
a. Perlengkapan Pekerja
Nama Perlengkapan
No Gambar/Foto Keterangan
K3
1 Safety Helmet Melindungi kepala dari
material atau alat yang
jatuh dari atas. Dipakai
pada saat melakukan
aktivitas di lapangan.
85
4 Masker Untuk melindungi
saluran pernafasan dari
debu,asap,gas dari alat
berat dan benda asing
lainnya yang dapat
menyebabkan ISPA.
b. Perlengkapan Sarana
APAR
Pagar Pengaman
Pagar proyek bertujuan agar proyek tidak menjadi tempat lalu lalang
masyarakat sekitar. Area proyek hanya boleh dimasuki untuk orang-orang
tertentu terkait pekerjaan dalam proyek tersebut.
Safety Net
Safety net yang dipasang pada sekeliling area proyek dari lantai
bawah hingga area pekerjaan paling atas dengan maksud untuk menahan
material yang jatuh agar tidak terjatuh ke area dipinggir proyek maupun
menimpa pekerja.
Rambu Peringatan
86
Rambu peringatan berfungsi untuk mengingatkan kepada seluruh
pekerja ataupun orang yang melintas untuk selalu memperhatikan dan
melaksanakan K3 di proyek. Adapun rambu-rambu tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
87
Gambar 3. 61 Rambu Keselamatan
88
BAB IV
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Pada saat proses pekerjaan pembangunan dalam sebuah proyek tidak selalu
berjalan dengan lancar, pada umumnya dalam setiap pelaksanaan proyek terdapat
beberapa masalah atau kendala yang sulit untuk dihindari. Begitu pun untuk proyek
PT.Toyoda Gosei yang tidak luput dari permasalahan. Permasalahan yang terjadi
pada saat pelaksanaan di lapangan dikelompokan permasalahan pelaksanaan dan
permasalahan pengawasan.
4.1 Pelaksanaan
Gambar
89
Uraian Terdapat beton yang keropos setelah setting time
- Tinggi jatuh beton saat pengecoran terlalu tinggi
sehingga
beton mengalami segregasi atau agregat kasar
Penyebab jatuh lebih dulu sehingga agregat halus naik ke
atas (tidak mengisi rongga)
- Penggunaan vibrator tidak optimal
- Pemasangan bekisting yang kurang baik
Terjadi keropos pada permukaan beton dan
Akibat
mengurangi kekuatan beton tersebut
Dilakukan grouting atau menyuntikkan mortar
Solusi
pada saat pekerjaan Finishing
- Memastikan volume beton sesuai/cukup
- Mengatur pipa tremi sehingga tinggi jatuh beton
tidak terlalu tinggi
Antisipasi/Pencegahan
- Melakukan pemadatan dengan vibrator secara
menyeluruh
- Memastikan bekisting rapat dan tidak bocor
Gambar
90
Uraian Terdapat sisi kolom yang bergeser sekitar 3 cm
- Penggunaan Bekisting yang tidak kuat
Penyebab - Sebelum pengecoran belum di leveling oleh
Surveyor
Terjadi penggeseran salah satu sisi kolom sebesar
Akibat
3 cm
Dilakukan perbaikan dengan menggunakan mortar
Solusi
expose atau di kikis dengan mesin gerinda.
- Memastikan ketegakan dan kelurusan sebelum
Antisipasi/Pencegahan melakukan pengecoran
- Memastikan bekisting lurus dan tegak
c. Permasalahan : Retak halus pada Ground slab
Gambar
91
Ditemukan retak rambut pada permukaan lantai
Uraian
Factory, dengan ukuran (0.1mm-0.3mm)
Penyebab Proses curing yang tidak maksimal
Akibat Timbul retak rambut
- Dilakukan pengecekan ukuran retak dan
ketebalan retak apabila melewati batas ketentuan
maka perlu di lakukan grouting,
Solusi - Dalam proyek ini keretakan masih di bawah
batas ketentuan sehingga tidak di lakukan
grouting, retak halus akan tertutup Finishing
lantai menggunakan material epoxy
- melakukan proses curing yang maksimal dengan
Antisipasi/Pencegahan
durasi waktu 7 hari.
d. Permasalahan : Lantai Ground Slab terkena cipratan pengecoran
Gambar
92
Lantai finish terkena cipratan pengecoran baru
Uraian
hingga mengeras
Pengecoran lt.3 Office tidak menggunakan
Penyebab proteksi pada lantai dan tidak segera dibersihkan
sehingga mengeras.
93
Akibat Permukaan menjadi tidak rata
Solusi Di bersihkan menggunakan mesin poles lantai
- Menggunakan penghalang/proteksi saat sedang
pengecoran berlangsung.
Antisipasi/Pencegahan - Lantai di proteksi menggunakan plastik/plywood
- Melakukan pembersihan sebelum beton
mengeras
e. Permasalahan : Concrete pump rusak
Gambar
94
4.2 Pengawasan
Gambar
95
Dilakukan repair surface dengan cutter sebelum
Solusi
diberi lapisan epoxy saat pekerjaan Finishing
- Memastikan tinggi penahan relat tidak lebih dari
selimut beton
Antisipasi/Pencegahan
- Melakukan pengecekan pemotongan pada besi
penahan relat
b. Permasalahan : Pekerja tidak menggunakan perlengkapan APD
Gambar
96
- Dilakukan pengawasan yang lebih ketat oleh K3
terkait penggunaan APD pada saat di lapangan
Solusi - Melakukan training keselamatan ulang
- Membuat efek jera dengan mencabut stiker emot
pada helm pekerja.
- Menanamkan budaya K3
- Diadakan training tentang pentinggnya
Antisipasi/Pencegahan penggunaan APD
- Memberikan sanksi tegas pada pekerja yang
melanggar
97
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktik kerja lapangan pada tanggal 15 Juli 2019 hingga
31 Agustus 2019, penulis mendapatkan wawasan ilmu pada saat dilapangan dimana
penulis tidak pernah dapatkan sebelumnya, kemudian penulis juga dapat terlibat
langsung dalam kegiatan proyek dan penulis dapat menerapkan ilmu yang penulis
dapatkan selama perkuliahan pada kegiatan proyek yang penulis tinjau. Setelah
melakukan peninjauan yang kami lakukan pada saat pekerjaan Ground Slab, kolom
dan balok pada Proyek Pembangunan Pabrik PT. PT.Toyoda Gosei Indonesia, maka
penulis dapat menyimpulkan:
1. Dari hasil yang telah kami amati di lapangan, metode pelaksanaan dalam
pekerjaan Ground Slab, kolom dan balok sudah cukup baik, meskipun
terdapat beberapa kekurangan karena pada saat melakukan pekerjaan
kurangnya pengawasan dari QC terutama pada saat dilakukan pekerjaan
pengecoran. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas dari mutu
yang telah direncanakan sebelumnya.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan melakukan
pengendalian bahan dan pengujian-pengujian terhadap material yang
digunakan. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian kuat tekan
beton, pengujian Slump, dan pengujian kuat tarik baja tulangan. Sebelum
dilaksanakan pengecoran, dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh QC
untuk mengetahui kesesuaian pekerjaan yang dikerjakan dilapangan dengan
perencanaan.
3. Pengarahan K3 sudah dilaksanakan, namun tidak diaplikasikan oleh
sebagian pekerja. Dapat dilihat dari kurangnya kesadaran pekerja dalam
memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan pekerjaan, tidak ada
rasanya ketidakpedulian satu sama lain baik antara pekerja ataupun dari
mandor itu sendiri.
98
5.2 Saran
99