Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR


“KONSERVASI DAS”

DOSEN PENGAMPU :
RIRI SUSANTI, M.Pd.T
NIDN.1010101010

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


1. ALDI RISKI ANUGRAH (19070036)
2. IFDIANTI RESTI SAFITRI (19070028)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Kuasa,
kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Manajemen sumber daya air tentang
Konservasi DAS dengan baik. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Riri Susanti, M.Pd.T, yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Dan kami juga mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan semangat dalam membuat makalah ini sehingga makalah ini dapat
tersusun dan selesai tepat waktu. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Batam, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 1
1.4 Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................. 1
1.5 Manfaat Penulisan Makalah................................................................................ 2
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II. LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian DAS .................................................................................................. 3
2.2 Tujuan Konservasi DAS ..................................................................................... 3
2.3 Pengelolaan DAS ................................................................................................ 4

BAB III. PEMBAHASAN


3.1 Permasalahan pada DAS ................................................................................... 6
3.2 Teknologi Pengelolaan DAS ............................................................................. 8

BAB IV. PENUTUP


4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 10
4.2 Saran ................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berjalannya waktu, fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) mulai menurun. Penurunan
funsgi tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kegiatan deforestasi, penebangan hutan
secara liar, sistem pertanian yang tidak ramah lingkungan, dan sebagainya.

Penurunan fungsi DAS tidak boleh terus dibiarkan, mengingat fungsi DAS sangat berguna
bagi kehidupan manusia atau masyarakat. DAS berperan penting dalam menjaga lingkungan dan
menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat.

Selain itu, DAS juga berperan menjaga kualitas air, mencegah banjir dan kekeringan saat
musim hujan dan kemarau, serta mengurangi aliran massa tanah dari hulu ke hilir. Agar penurunan
fungsi DAS tidak terus terjadi, maka harus dilakukan upaya untuk menjaga dan melestarikan
kondisi DAS. Salah satunya dengan cara konservasi DAS.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian DAS?
2. Apa yang dimaksud dengan Konservasi DAS?
3. Apa saja permasalahan Daerah Aliran Sungai?

1.3 Batasan Masalah


Agar pembahasan permasalahan diatas tidak meluas, perlu adanya batasan permasalahan.
Maka dapat diambil batasan masalah sebagai berikut :
1. Teknologi apa saja yang digunakan untuk pengelolaan DAS?

1.4 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian DAS.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Konservasi DAS.
3. Mengetahui hal-hal yang menjadi permasalahan DAS.

1
1.5 Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami materi Konservasi DAS.
2. Memberikan informasi tentang permasalahan DAS.

1.6 Sistematika Penulisan


Agar makalah ini tersusun dengan baik, maka dalam penulisannya diperlukan suatu
sistematika penulisan yang baik. Makalah ini disusun atas beberapa bab, dimana setiap bab terdiri
atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah,dan
sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Berisi tentang dasar-dasar teori mengenai Konservasi DAS.

BAB III PEMBAHASAN


Berisi pembahasan mengenai Konservasi DAS.

BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar dari buku-buku, link website, yang di ambil sebagai bahan
referensi dalam penyelesaian makalah ini.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian DAS


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut
dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).
Menurut PP no.37 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pasal 1: Daerah Aliran
Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas
yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh
masyarakat di daerah hilir.
Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, konservasi hutan menjadi lahan pertanian
mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan
erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi positif terhadap tata air dalam
ekosistem DAS (Noordwijk dan Farida,2004).

2.2 Tujuan Konservasi DAS


Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari
bahasa Inggris, conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan (Reif, J.A. Levy, Y. 1993).
Konservasi DAS diartikan sebagai upaya-upaya pelestarian lingkungan yang didasari pada peran
dan fungsi setiap wilayah dalam DAS dan mencakup aspek perlindungan pemeliharaan dan
pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan.
Konservasi DAS diartikan sebagai upaya-upaya pelestarian lingkungan yang didasari pada
peran dan fungsi setiap wilayah dalam DAS dan mencakup aspek perlindungan,

3
pemeliharaan dan pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan. Berbagai ilmu pengetahuan dan
informasi mengenai berbagai upaya-upaya konservasi untuk menyelamatkan ekosistem dan
lingkungan dalam DAS telah banyak berkembang dan penting untuk disebarluaskan ke masyarakat
luas melalui berbagai media.
Tujuan Pengelolaan DAS adalah terkendalinya hubungan timbal balik antara sumberdaya
alam dan lingkungan DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam penerapannya di lapangan, konsepsi tersebut memerlukan upaya
yang tidak sederhana. Untuk itu diperlukan keterpaduan pengelolaan oleh berbagai sektor/multi
pihak mulai dari hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan, kondisi
biofisik dan sosial ekonomi yang ada dalam suatu DAS.

2.3 Pengelolaan DAS


Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan, misalnya hutan,
lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi sehingga
perlu dikelola.
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di dalam
suatu DAS.
Pengelolaan DAS terpadu adalah proses formulasi dan implementasi suatu kegiatan yang
menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan manusia dalam suatu DAS dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan di dalam dan disekitar DAS termasuk
untuk mencapai tujuan sosial tertentu.
Landasan hokum pengelolaan DAS:
1) UUD 1945 pasal 33 ayat 3
2) UU No. 41 tahun 1999 ttg Kehutanan
3) UU No. 5 tahun 1990 ttg Konservasi Alam Hayati dan Ekosistemnya
4) UU No. 23 tahun 1997 ttg Pengelolaan Lingkungan Hidup
5) UU No. 26 tahun 2007 ttg Penataan Ruang
6) UU No. 7 tahun 2004 ttg Sumberdaya Air
7) UU No. 32 tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah
8) PP No. 38 tahun 2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
9) PP No. 6 Tahun 2007 ttg Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan.
10) PP No. 3 tahun 2008 ttg Perubahan atas PP No 6 tahun 2007
11) PP No 76 tahun 2008 ttg Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
12) Kep. Menhut No. 52 tahun 2001 ttg Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS.

4
Prinsip-prinsip dasar pengelolaan DAS:
1) Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan, pembangunan, perlindungan dan
pengendalian sumberdaya alam DAS.
2) Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas keterpaduan, kelestarian, pemanfaatn, keadilan,
kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas.
3) Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
4) Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip satu DAS, satu rencana, satu sistem pengelolaan dengan memperhatikan sistem
pemerintahan yang desentralisasi sesuai jiwa otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi:


1) Penatagunaan lahan
2) Pengelolaan sumber daya air
3) Pengelolaan lahan dan vegetasi
4) Pengelolaan dan pengembangan sumber daya buatan
5) Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan pada DAS


Permasalahan pada DAS pada umumnya sangat serius di negara-negara berkembang,
karena laju pertambahan penduduk memberikan tekanan yang sangat besar terhadap sumber daya
lahan. Sebagian terbesar penduduk di daerah ini tinggal dan bekerja di kawasan pedesaan dan
sangat tergantung dari sumberdaya lahan. Karena jumlah penduduk bertambah banyak maka lahan
yang dulu digunakan untuk usaha pertanian secara ekspensif, sekarang berubah menjadi pertanian
yang instensif. Tanah yang dulu sering diberakan kemudian ditanami secara terus- menerus
menjadi sangat peka terhadap esrosi.
Perusahaan pertanian instensif juga sering diikuti dengan penggunaan pupuk dan pestisida
yang tidak jarang menggunakan dosis tinggi. Praktek ini bisa mencemari sistem perairan baik
didaerah hulu maupun daerah hilir, karena mungkin ada sebagian yang terangkut aliran air melalui
limpasan permukaan dan aliran bawah tanah.
Demikian pula penggunaan lahan penggembalaan secara salah dapat mengakibatkan
kesusakan DAS. Penebangan hutan khususnya didaerah hulu dengan alas an apapun (misalnya
pengembangan pemukiman, pertanian, peternakan, pariwisata, industry, dsb atau untuk
pengusahaan hutan) dapat menurunkan fungsi hidrologi hutan sehingga mengakibatkan erosi dan
kerusakan lahan di daerah hulu maupun hilir. Perubahan yang terjadi di dunia pada akhir
millennium kedua berlangsung sangat cepat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggal
didalamnya. Penduduk yang sangat banyak ini tentu saja memerlukan pangan, tempat tinggal dan
tempat bergerak. Kegiatan manusia yang snagat dinamis untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya, sehingga membawanya ke dalam suatu kondisi di mana seolah-olah terjadi
“kekurangan” lahan. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang menjadi masalah
utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
a. Kuantitas air
1) Banjir dan kekeringan
2) Menurunnya tinggi muka air tanah
3) Tingginya fluktasi debit puncak dengan debit dasar.

b. Kualitas air
1) Tingginya erosi dan sedimentasi di sungai
2) Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
3) Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)

Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS. Sebagi contoh,
apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai untuk menggerakkan

6
turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon secara intensif tidak akan
mampu meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan terdahulu, pohon-pohonan
mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian semusim dan tajukpohon-
pohonan mengintersepsi sebagian air hujan dan menguapkannya kembali ke udara sebelum
mencapai permukaan tanah.
Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap bajir maka teknik yang
dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih banyak meresap ke dalam tanah di
hulu dan di bagian tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh dengan menanam pohon dan/atau
dengan tindakan konservasi sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, rorak dan sebagainya.
Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai maka pilihan teknik
konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki fungsi filter dari DAS.
Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput, belukar dan pohon
pohanan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen (sediment trap). Apabila menggunakan
metode vegetative, maka penempatan tanaman di dalam suatu DAS menjadi penting. Penanaman
tanaman permanen pada luasan sekitar 10% saja dari luas DAS, mungkin sudah sangat efektif
dalam mengurangi sedimentasi ke sungai asalkan tanaman tersebut ditanam pada tempat yang
benar-benar menjadi masalah, misalnya pada zona riparian (zona penyangga dikiri kanan sungai).
Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak terlalu
memberikan arti dalam menurunkan sedimentasi. Table berikut di bawah ini memberikan
ringkasan masalah DAS dan alternative teknologi yang dapat dipilih untuk mengatasinya.

7
3.2 Teknologi Pengelolaan DAS
Permasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi dan degradasi
lahan, kekeringan dan banjir, penurunan kualitas air sungai, dan pendangkalan sungai, danau atau
waduk. Pemilihan teknologi untuk pengelolaan DAS tergantung pada sifat DAS yang mencakup
tanah, iklim, sungai, bukit dan masyarakat yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu tidak ada resep
umum yang bisa diberikan dalam memecahkan permasalahan DAS.
Pertimbangan pemilihan teknologi itu adalah tercapainya sasaran konservasi lahan dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya. Peningkatan jumlah penduduk
berdampak pada semakin meningkatnya permintaan akan kebutuhan manusia terutama pangan.
Semakin intensif dan ekstensifnya penggunaan lahan pertanian membuat banyak lahan pertanian
terdegradasi, sehingga timbul kesan bahwa pertanian itu eksploitatif terhadap lahan dan
mengabaikan pelestarian lingkungan.
Hasil penelitian Abbas (1997), Mulyana (1998), dan Cahyono (2001) menunjukkan bahwa
pembukaan areal padi mulai mengarah ke lereng-lereng DAS hulu dan lahan marjinal. Begitu pula
dengan tanaman palawija, hortikultura, tembakau, dan tanaman bernilai ekonomis tinggi lainnya.
Misal, kentang di Dieng Wonosobo, Tembakau di Temanggung yang sangat menguntungkan
secara ekonomi (Kurnia, 2000), meskipun menyebabkan erosi (Donie, 2002). Akibatnya, terjadi
penggundulan hutan, penebangan pohon, dan pemanfaatan lahan secara intensif.
Untuk memaksimalkan keuntungan dan pendapatan, maka upaya konservasi diminimalkan
oleh pengusaha dan petani. Menurut Arifin (1996) dan Cahyono (2002), petani mau mengadopsi
suatu teknologi konservasi hanya jika terdapat manfaat ekonomis dari kegiatan tersebut. Petani
dengan pendapatan rendah, mungkin sadar bahwa teknologi konservasi akan bermanfaat dan
mengurangi erosi, tetapi mereka tidak mampu untuk menerapkan teknologi konservasi tersebut.
Sebaliknya bagi petani di lereng bukit yang cenderung erosi akan enggan untuk mengadopsi
teknologi konservasi jika penghasilan dari usaha taninya tidak terpengaruh oleh erosi yang terjadi.
Oleh karena itu, kebijakan konservasi tanah perlu diintegrasikan dengan kebijakan pangan dan
pertanian secara keseluruhan.
Pertanian sering dianggap eksploitatif akibat dari pelaksanaan konservasi tanah yang belum
merupakan bagian dari pengelolaan lahan maupun pengelolaan tanaman. Untuk itu, maka sistem
pertanian harus merupakan bagian dari pengelolaan lahan dalam satuan DAS. Pertanian
merupakan suatu sistem yang menggunakan input produksi (lahan, tenaga kerja, modal, dan
manajemen) melalui sebuah proses alam dan menghasilkan produk pertanian. Hal ini identik
dengan pengelolaan DAS yang dapat dianggap pula sebagai sebuah sistem produksi.
Pengelolaan DAS dapat dilihat sebagai sebuah sistem perencanaan produksi yang
menggunakan pengelolaan input dengan input alam untuk menghasilkan output berupa barang dan
jasa, dengan konsekuensi efek pada sistem alam di on-site dan off site (Gambar 1). Dari sisi
ekonomi, sistem pengelolaan DAS adalah suatu cara proses produksi dengan mengeluarkan biaya
untuk input dan pengelolaan serta mendapat manfaat ekonomi dari output yang dihasilkan. Gambar
1 juga menunjukkan prinsip dasar analisis manfaat biaya.

8
Pengelolaan DAS dapat menghasilkan dampak positif berupa produksi pertanian, hasil
hutan, peternakan, rekreasi, air dan sebagainya. Selain itu pengelolaan DAS dapat pula
menghasilkan efek negatif berupa erosi, sedimentasi, kehilangan unsur hara, longsor, dan
sebagainya. Penurunan pada dampak negatif pengelolaan DAS akan meningkatkan output. Apabila
dampak positif yang dapat diperoleh dari pengelolaan DAS lebih besar dibandingkan dengan
dampak negatifnya, maka pengelolaan DAS tersebut memberikan manfaat bersih yang positif.
Jadi, tujuan pengelolaan DAS adalah untuk memaksimumkan manfaat sosial ekonomi bersih pada
kegiatan penggunaan lahan di dalam DAS.
Manfaat bersih dari pengelolaan DAS akan berkelanjutan apabila disertai dengan kegiatan
konservasi tanah. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2000). Konservasi tanah
bukan berarti penundaan atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis
penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tanah berfungsi secara lestari. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang
tanah akan mempengaruhi tata air, sehingga usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan
konservasi air.
Selain penerapan teknologi dalam pengelolaan SDA dan implementasi praktek konservasi,
pengelolaan DAS juga mencakup kelembagaan para pihak yang terkait dalam pengelolaan SDA.
Kelembagaan tidak hanya menyangkut organisasi tetapi juga aturan main antar-organisasi,
kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi dan jejaring kerja antar-organisasi.
Persoalan kelembagaan inilah yang sekarang menjadi lebih dominan daripada penerapan
teknologi, mengingat adanya perubahan tatanan politik. Tumpang tindihnya kewenangan dan tidak
adanya jejaring kerja yang baik membuat pengelolaan SDA tidak efisien bahkan cenderung bersifat
eksploitatif.
Pengelolaan DAS yang baik membutuhkan adanya jejaring kerja yang baik antar institusi
pengelola SDA di DAS dalam suatu kerangka kerja yang disepakati bersama. Konsensus akan
kerangka kerja tersebut perlu dibangun dari seluruh pihak yang terkait. Namun pengalaman juga
menunjukkan bahwa konsensus sulit diharapkan untuk dapat terjadi secara alamiah, tetapi di
banyak kasus dibutuhkan suatu tekanan dari salah satu pihak yang dominan. Yang penting dalam
hal ini adalah, apabila konsensus kerangka kerja telah disepakati, semua pihak perlu
mengimplementasikan secara konsisten sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada pembahasan Makalah Konservasi DAS, yaitu:
1. Pengelolaan DAS harus dilakukan melalui satu sistem yang dapat memberikan :
produktivitas lahan yang tinggi, kelestarian DAS, peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
2. Pemasalahan pada DAS pada umumnya karena kerusakan Sumber Daya Alam yang
diakibatkan ulah manusia yang dalam pemanfaatan sumberdaya alam tersebut tidak
dilakukan secara arif dengan mendasarkan kaedah konservasi sumberdaya alam.
3. Pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, terutama dalam
membina masyarakat.
4. Dengan memahami permasalahan pada DAS, maka teknologi yang sesuai dapat
dilakukan untuk pengelolaan DAS secara berkelanjutan.
5. Dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS terpadu dengan
memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor terkait, pada tingkat lokal, regional
dan nasional.

4.2 Saran
Demikian yang dapat kami berikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
Makalah Konservasi DAS ini, masih banyak kekurangan dalam paparan materi yang kami buat,
kerena keterbatasan ilmu dan pengetahuan kami tentang materi ini dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami sebagai pembuat makalah ini banyak berharap kepada para pembaca menyampaikan
atau memberikan kepada kami kritik dan saran yang membangun kepada kami sebagai pembuat
makalah ini demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan
berikutnya jika ada waktu. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi penulis dan
terkhusus bagi para pembaca dan semoga kita dapat memahami dan bertambah ilmu pengetahuan
kita tentang Konservasi DAS.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Ashdak Chay, 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta :

UGM Press

2. Pratama, Cahya Dicky, Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS), Jakarta : Kompas.com

3. Slamet, Bejo. 2007. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.

4. Priyono, C.N.S dan S. A. Cahyono. 2003. Status dan strategi pengembangan pengelolaan
DAS di masa depan di Indonesia. Alami 8(1):1-5.

5. balittanah.litbang.pertanian.go.id. (2018, 02 April). Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran


Sungai: Cakupan, Permasalahan, dan Upaya Penerapannya, Diakses pada 25 November
2021, dari
https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp2004/nugroho.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai