Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH EKOLOGI LAHAN BASAH

(AKBK 6255)

“WADUK”

Dosen Pengampu:
Drs. H. Hardiansyah, M.Si.
Mahrudin, S. Pd.
Nurul Hidayati Utami, S. Pd. M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok XII (Kelas A)
Aulia Alfina (2010119120009)
Betni Putrini (2010119120015)
Mau'izatil Hasanah (2010119120019)
Muslimah (2010119220027)
Nurma Eriani (2010119220019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIK DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,


karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah
berjudul “Waduk” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ekologi Lahan Basah (AKBK 6255)
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih banyak kepada
Bapak Drs. H. Hardiansyah, M.Si., Mahrudin, S. Pd. M. Pd. Dan ibu Nurul
Hidayati Utami, S. Pd, M. Pd. selaku dosen pengasuh mata kuliah Ekologi Lahan
Basah serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Banjarmasin, Februari 2022

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................2
D. MANFAAT PENULISAN....................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
A. PENGERTIAN WADUK.....................................................................................3
B. KLASIFIKASI WADUK.....................................................................................4
C. KARAKTERISTIK KHAS PENGKLASIFIKASIAN WADUK......................6
D. KOMPONEN LAHAN BASAH (FLORA DAN FAUNA)..............................12
E. FUNGSI DAN MANFAAT WADUK...............................................................19
F. HAMBATAN DAN ANCAMAN.......................................................................24
G. SOLUSI PERMASALAHAN.............................................................................26
BAB III...........................................................................................................................29
A. KESIMPULAN...................................................................................................29
B. SARAN................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat
dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air
bagi kehidupan kita antara lain untuk kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai
air minum dan MCK. Kebutuhan industri, air irigasi untuk pertanian sampai
pembangkit listrik tenaga air. Air di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-
1,4 milyar km3 dengan 97.5% berupa air laut dan 1,75% berbentuk es serta
0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan
sebagainya. Kenyataannya, hanya air di daratan seperti air sungai, air danau,
air tanah yang telah dimanfaatkan secara besar besarnya untuk kepentingan
manusia. Di Indonesia, dari potensi air yang ada (100%) yang menjadi
aliran mantap dan yang termanfaatkan baru sebesar 28% sedangkan sisanya
72% terbuang percuma (langsung ke laut).
Air merupakan sumberdaya alam yang terbaharui melalui daur
hidrologi. Namun keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan
musim. Ketersediaan air di daerah tropis (dekat dengan katulistiwa) sangat
besar dibandingkan dengan daerah lain misalnya daerah gurun atau padang
pasir. Ketersediaan air pada saat musim basah (Oktober s/d April) lebih
besar dibandingkan pada saat musim kering (April s/d Oktober) dimana
ketersediaan airnya sudah mulai berkurang. 2 Rekayasa manusia untuk lebih
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air adalah dengan merubah
distribusi air alami menjadi distribusi air secara buatan yaitu diantaranya.
Dengan membangun waduk.
Waduk merupakan suatu bangunan air yang digunakan untuk
menampung debit air berlebih pada saat musim basah supaya kemudian
dapat dimanfaatkan pada saat debit rendah saat musim kering Pada
pengelolaan sumberdaya air waduk sering dijumpai permasalahan
permasalahan yang menyangkut aspek perencanaan, operasi dan

1
pemeliharaan. Salah satu persoalan utama yang terjadi dalam operasi waduk
untuk penyediaan air irigasi dan bidang lainnya adalah semakin langkanya
Ketersediaan air (water scarcity) pada waktu-waktu tertentu. Pada
sisi lain. Permintaan air untuk berbagai kebutuhan cenderung semakin
meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk beragamnya
pemanfaatan air. Berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan
menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh berbagai kegiatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari waduk?
2. Bagaimana klasifikasi waduk?
3. Bagaimana karakteristik khas pengklasifikasian waduk?
4. Bagaimana komponan lahan basah flora dan fauna dari waduk?
5. Apa saja fungsi dan manfaat waduk?
6. Bagaimana hambatan dan ancaman terhadap waduk?
7. Bagaimana solusi permasalahan terhadap waduk?

C. TUJUAN PENULISAN
1 Untuk mengetahui pengertian waduk.
2 Untuk mengetahui klasifikasi waduk.
3 Untuk mengetahui karakteristik khas pengklasifikasian waduk.
4 Untuk mengetahui komponen lahan basah flora dan fauna dari waduk.
5 Untuk mengetahui fungsi dan manfaat waduk.
6 Untuk mengetahui hambatan dan ancaman terhadap waduk
7 Untuk mengetahui solusi permasalahan terhadap waduk.

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekologi Lahan Basah dan agar pembaca mengetahui tentang waduk
pada lingkungan. Kami berharap melalui makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan pengetahuan khususnya bagi pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WADUK
Waduk atau reservoir (etimologi: bahasa Prancis réservoir, "wadah")
adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau pembendungan
sungai yang bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di
lembah sungai pada saat pembangunan sebuah bendungan atau penggalian
tanah atau teknik konstruksi konvensional seperti pembuatan tembok atau
menuang beton. Istilah 'reservoir' dapat juga digunakan untuk menjelaskan
penyimpanan air di dalam tanah seperti sumber air di bawah sumur minyak
atau sumur air. Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada
permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi
kelebihan air/ musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada
musim kering. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran
permukaan ditambah dengan air hujan langsung. Mulyana dan Rahmat
(2006) “Pola pengoperasian waduk yang optimal untuk fungsi tujuan
meminimalkan kekurangan air mengacu kepada elevasi tampungan yang
harus dicapai tiap bulan”.
Waduk adalah kolam besar tempat penyimpanan air persediaan untuk
berbagai kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat
manusia. Waduk buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu
dialiri air sampai waduk tersebut penuh. Waduk menurut pengertian umum
adalah tempat pada permukaantanah yang digunakan untuk menampung air
saat terjadi kelebihan air / musim penghujan sehingga air itu dapat
dimanfaatkan pada musim kemarau. Sumber air waduk terutama berasal dari
aliran permukaan ditambah dengan air hujan langsung.
Menurut Jangkara (2000), waduk adalah wilayah yang digenangi badan
airsepanjang tahun serta dibentuk atau di bangun atas rekayasa manusia.
Waduk dibangun dengan cara membendung aliran sungai sehingga air sungai
tertahansementara dan menggenangi bagian daerah aliran sungai atau water

3
shed yang rendah. Waduk dapat dibangun di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Beberapa waduk dapat dibangun disepanjang aliran sungai. Waduk
yang dibangun di dataran tinggi atau hulu sungai akan memiliki bentuk
menjari, relatif sempit danbertebing curam serta dalam. Waduk yang
dibangun di dataran rendah atau hilirsungai berbentuk bulat, relatif luas dan
dangkal. Danau/waduk mempunyai fungsi penting baik secara ekologis,
ekonomis,estetika, wisata alam maupun religi dan tradisi. Waduk merupakan
suatu bangunan air yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada
saat musim basah supaya kemudian dapat dimanfaatkan pada saat debit
rendah saat musim kering (Sudjarwadi, 1987).
Pada pengelolaan sumberdaya air waduk sering dijumpai permasalahan-
permasalahan yang menyangkut aspek perencanaan, operasi dan pemeliharaan
(Sudjarwadi, 1987). Salah satu persoalan utama yang terjadi dalam operasi
waduk untuk penyediaan air irigasi dan bidang lainnya adalah semakin
langkanya ketersediaan air pada waktu-waktu tertentu. Pada sisi lain
permintaan air untuk berbagai kebutuhan cenderung semakin meningkat
sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, beragamnya pemanfaatan air,
berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan menurunnya kualitas air
akibat pencemaran oleh berbagai kegiatan (Bustomi, 2003)

B. KLASIFIKASI WADUK
1. Waduk lembah
Penentuan tingkat kesuburan perairan merupakan hal yang
penting dalam upaya pengelolaan perairan yang berkelanjutan karena
tingkat kesuburan akan menggambarkan baik buruknya suatu perairan.

4
Status trofik perairan dapat ditentukan berdasarkan unsur hara
Bendungan juga dibangun di lembah dengan memanfaatkan
topografinya dan mendapatkan air untuk waduk. Bagian pinggir
lembah dimanfaatkan sebagai tembok dan bendungannya terletak di
bagian yang paling sempit, yang biasanya memberikan kekuatan lebih
besar dengan biaya yang lebih rendah. Di banyak tempat,
pembangunan waduk lembah melibatkan pemindahan penduduk dan
artifak bersejarah, seperti misalnya pemindahan kuil Abu Simbel saat
pembangunan Bendungan Aswan.Pembangunan waduk lembah juga
melibatkan pemecahan sungai saat prosesnya, biasanya dengan
membangun terowongan atau saluran khusus. Di wilayah berbukit,
bendungan biasanya dibangun dengan memperluas danau yang sudah
ada. Bila topografi lokasinya kurang cocok untuk waduk besar,
2. Waduk Sisi Sungai
Waduk sisi sungai dibangun dengan memompa air dari sungai.
Waduk seperti ini biasanya dibangun melalui eskavasi dan konstruksi
pada bagian tanggul yang biasanya mencakup lebih dari 6 km. Air
yang disimpan di waduk seperti ini biasanya diendapkan selama
beberapa bulan agar kontaminanan dan tingkat kekeruhannya
berkurang secara alami. Sungai yang mengalir ke waduk memiliki
konsentrasi berbeda. Telah ditunjukkan sebelumnya bahwa angin
dapat menyebabkan pencampuran pada kolam air Waduk dapat
dianggap sebagai kolam fakultatif, dimana angin membantu
pencampuran dan oksigenasi dari kolam air. Proses oksigenasi ini
akan berkontribusi terhadap degradasi bahan organik dan transformasi
kimia senyawa nitrogen dari bentuk tereduksi menjadi teroksidasi
(Apridayanti, 2016).
3. Waduk Pelayanan
Umur pelayanan waduk merupakan fungsi dari volume
tampungan aktif Semakin menyusut volume tampungan aktif
menandakan semakin pendek umur pelayanan waduk. Waduk

5
pelayanan adalah waduk yang dibangun dekat dengan titik distribusi,
dengan air yang sudah disterilkan dan dibersihkan. Waduk pelayanan
biasanya dibangun berbentuk menara air yang dibangun di atas pilar
beton di wilayah datar. Beberapa lainnya dibangun di bawah tanah,
terutama untuk waduk pelayanan di negara-negara yang dipenuhi
bukit atau pegunungan.Kapasitas waduk saat direncanakan
berdasarkan perhitungan volume tampungan air tanpa adanya
sedimentasi. Namun seiring berjalannya waktu pengoperasian waduk
terjadi pendangkalan kapasitas waduk akibat laju sedimentasi
(Apridayanti, 2016).
Berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
a. Waduk eka guna (single purpose)

Waduk eka guna adalah waduk yang dioperasikan untuk memenuhi


satu kebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air irigasi, air baku
atau PLTA. Pengoperasian waduk eka guna lebih mudah
dibandingkan dengan waduk multi guna dikarenakan tidak adanya
konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka guna pengoperasian
yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan satu
kebutuhan.

b. Waduk multi guna (multi purpose)

Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi


berbagai kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air,
irigasi, air baku dan PLTA. Kombinasi dari berbagai kebutuhan ini
dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan fungsi waduk dan
meningkatkan kelayakan pembangunan suatu waduk.

C. KARAKTERISTIK KHAS PENGKLASIFIKASIAN WADUK


Karakteristik suatu waduk merupakan bagian pokok dari waduk yaitu
volume hidup (live storage), volume mati (dead stroage), tinggi muka air
(TMA) maksimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit

6
rencana. Dari karakteristik waduk didapatkan hubungan antara elevasi dan
volume tampungan yang disebut juga liku kapasitas waduk. Liku kapasitas
tampungan waduk merupakan data yang menggambarkan volume
tampungan air didalam waduk pada setiap ketinggian muka air..

1. Waduk lembah
Waduk lembah memiliki karakteristik khas yang berbeda
dengan waduk lainya antara lain;
a. Dibangun diatas lembah
Bramantyo dan Bandono (2006) menyatakan bahwa lembah
merupakan bentang alam dengan topografi cekungan yang
diakibatkan adanya proses endogen dan eksogen dari geomorfologi
daratan yang memiliki aspek relief dengan morfologi negatif
b. Bagian pinggir lembah dimanfaatkan sebagai tembok
Bagian pinggir lembah yang memiliki topografi lebih tinggi
digunakan sebagai pondasi tembok waduk
c. Terdapat saluran khusus
Saluran khusus berbentuk terowongan yang berfungsi untuk
mengalirkan air hasilpemecahan dari sumber air yaang biasanya
berasal dari sungai
d. Berfungsi sebagai perluasan waduk utama
Efisiesnsi pembangunan waduk memanfaatkan lembah untuk
menampung volume air yang lebih banyak dengan membangun
kontruksi waduk di daerah topografi lembah
2. Waduk sisi sungai
Sungai merupakan tipe ekosistem yang memiliki karakteristik
airmengalir yang berasal dari mata air sampai muara yang dibatasi oleh
garis sempadan atau dibatasi dengan batas wilayah Daerah Aliran
Sungai (Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1991). Waduk yang
dibangun di sisi sungai memliki karakteristik antara lain;
a. Air dipompa dari sungai

7
Air yang disimpan dalam waduk berasal dari sungai yang dipompa
dan dialirkan menuju waduk
b. Proses sedimentasi
Meningkatkan tingkat kejerniahan air dengan mengendapkan
materi yang bercampur dengan air
3. Waduk pelayanan
Jenis waduk ini diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu
penggunaan air yang menyusut. Penggunaan air digunakan untuk
berbagai keperluan seperti irigasi, perikanan, dan konservasi. Waduk
pelayanan memiliki ciri-ciri antara lain;
a. Dibatasi oleh waktu
Waktu atau umur pelayanan yang digunakan berdasarkan
penyusutan volume yang digunakan
b. Dibangun di daerah distribusi
Waduk dibangun di daerah dekat distribusi sehingga memudahkan
proses pendistribusian air.
Tipe Waduk atau Bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya
1. Waduk eka guna/tujuan tunggal (single purpose) merupakan waduk
yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya untuk
pembangkit tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir, atau tujuan
lainnya tetapi hanya untuk satu tujuan saja.
2. Waduk multi guna/ serba guna (multi purpose) merupakan waduk 
yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya :
pembangkit tenaga listrik (PLTA) dan irigasi, pengendali banjir dan
PLTA, air minum dan irigasi, air baku, PLTA dan irigasi dan lain
sebagainya.
Tipe waduk/ bendungan/ berdasarkan penggunaannya :
c. Bendungan penampung air (storage dam) adalah bendungan yang
digunakan untuk menyimpan air pada masa surplus dan dipergunakan
pada masa kekurangan, termasuk dalam bendungan penampung
adalah tujuan rekreasi, perikanan, pengendali banjir dan lain – lain.

8
d. Bendungan pembelok (diversion dam) adalah bendungan yang
digunakan untuk meninggikan muka air, biasanya untuk keperluan
mengalirkan air ke dalam sistem aliran menuju ke tempat yang
memerlukan.
e. Bendungan penahan (detention dam) adalah bendungan yang
digunakan untuk memperlambat dan mengusahakan seminimal
mungkin efek aliran banjir yang mendadak. Air ditampung secara
berkala / sementara, dialirkan melalui pelepasan (outlet). Air ditahan
selama mungkin dan dibiarkan meresap di daerah sekitarnya.
Tipe waduk/ bendungan berdasarkan jalannya air
a. Bendungan untuk dilewati air (overflow dam) adalah bendungan
yang dibangun untuk dilimpasi air pada bangunan pelimpah
(spillway).
b. Bendungan untuk menahan air (non overflow dam) adalah bendungan
yang sama sekali tidak boleh dilimpasi air.

Tipe waduk/ bendungan berdasarkan material pembentuknya


c. Bendungan urugan (rock fill dam, embankment dam) adalah
bendungan yang dibangun dari hasil penggalian bahan (material)
tanpa tambahan bahan lain yang bersifat campuran secara kimiawi,
jadi betul – betul bahan pembentuk bangunan asli. Bendungan ini
masih dibagi lagi menjadi dua yaitu bendungan urugan serba sama
(homogeneous dam) adalah bendungan apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir
sejenis dan mempunyai gradasi (susunan ukuran butiran) hampir
seragam. Kedua adalah bendungan zonal, adalah bendungan apabila
timbunan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan
dengan gradasi (susunan ukuran butiran) yang berbeda – beda dalam
urut – urutan pelapisan tertentu.
d. Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dari
konstruksi beton baik dengan tulangan maupun tidak. Kemiringan

9
permukaan hulu dan hilir tidak sama pada umumnya bagian hilir lebih
landai dan bagian hulu mendekati vertikal dan bentuknya ramping.
Bendungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu bendungan beton
berdasarkan berat sendiri stabilitas tergantung pada massanya,
bendungan beton dengan penyangga (buttress dam) dimana
permukaan hulu menerus dan di hilirnya pada jarak tertentu ditahan,
bendungan berbentuk lengkung serta bendungan beton kominasi.

Lengkungan Kapasitas Waduk


Lengkung kapasitas waduk (storage capacity curve of reservoir)
merupakan suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara luas muka
air (reservoir area), volume (storage capacity) dengan elevasi (reservoir
water level). Dari lengkung kapasitas waduk ini akan diketahui berapa
besarnya tampungan pada elevasi tertentu, sehingga dapat ditentukan
ketinggian muka air yang diperlukan untuk mendapatkan besarnya volume
tampungan pada suatu elevasi tertentu, kurva ini juga dipergunakn untuk
menentukan besarnya kehilangan air akibat perkolasi yang dipengaruhi
oleh luas muka air pada elevasi tertentu.

Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses kelanjutan dari peristiwa erosi atau
peristiwa terkikisnya permukaan tanah akibat air hujan. Tanah tesebut
mengalir melalui cekungan-cekungan, saluran-saluran air, kemudian masuk
ke sungai. Sungai selain berfungsi sebagai sarana mengalirkan air juga
dapat berfungsi sebagai pengangkut bahan-bahan material yang berupa
sedimen. (Yang, 1976).
Tidak semua sedimen yang terangkut akan terendapkan di dalam
waduk, tetapi ada sebagian yang ikut aliran keluar melewati bangunan
pelimpah atau bangunan pengambilan. Dengan menjumlahkan besar
suspended load dan bed load didapat jumlah sedimen yang terangkut ke
dalam waduk. Namun jumlah sedimen yang terangkut juga berdasarkan

10
besar butiran dan kekuatan kecepatan air yang akan membawa sedimen
terlarut tersebut.(Yang, 1976).
Untuk mengatasi sedimentasi tersebut, pada suatu perancangan
waduk harus disediakan kapasitas waduk tambahan yang berfungsi untuk
menampung jumlah sedimen yang masuk. Kapasitas tambahan ini disebut
sebagai kapasitas waduk mati (dead storage). Umur operasi waduk akan
berakhir bila kapasitas mati yang tersedia sudah penuh oleh sedimen. Hal
ini disebabkan karena operasional waduk setelah kapasitas matinya penuh
dengan sedimen akan menjadikan pengoperasian waduk itu menjadi tidak
ekonomis lagi. (Yang, 1976).
Menurut Varshney (1979), faktor-faktor yang menentukan atau
mempengaruhi hasil sedimen adalah sebagai berikut :
1. Jumlah dan intensitas curah hujan
2. Tipe tanah dan formasi geologi
3. Lapisan tanah
4. Tata guna lahan
5. Topografi
2. Jaringan sungai yang meliputi : kerapatan sungai, kemiringan, bentuk,
ukuran dan jenis saluran.

Laju Sedimentasi Pada Waduk


Laju sedimentasi dapat diartikan sebagai jumlah sedimen dari
sungai yangmasuk ke tampungan yang pada umumnya berada di hilir
sungai dalam satuperiode waktu tertentu. Hubungan antara laju
sedimentasi dan erosi yang terjadidi aliran sungai menjadi cukup
kompleks, mengingat banyaknya parameter yangberpengaruh dalam
penentuan rasio transportasi sedimen yang terjadi.
Proses estimasi laju sedimentasi sudah dilakukan selama beberapa
dekade untuk menghitung volume tampungan sedimen pada perencanaan
bendungan dan waduk. Namun hasil estimasi ini sering didapati waduk

11
yang mengalami sedimentasi jauh lebih cepat di bandingkan rencana awal
(Morris, 1997:7.1).
Laju sedimentasi pada waduk dapat di hitung dengan melakukan
pengukuran pada waduk maupun dengan melakukan pengukuran sedimen
pada aliran sungai. Walaupun kedua metode ini memiliki potensi faktor
kesalahan yang penting, namun secara umum survey dan pengukuran di
waduk dapat menampilkan data yang lebih dapat dipercaya untuk
menentukan laju sedimentasi terutama pada periode waktu yang panjang
(Morris, 1997:7.18).

Pengukuran Kapasitas Tampung Waduk


Pengukuran kapasitas tampungan waduk secara berkala dilakukan
untukmengetahui berapa volume sedimen yang terakumulasi di waduk,
polasedimentasi pada waduk dan perubahan kapasitas tampungan waduk.
2.16 (Morris, 1997:3.8).
Seiring dengan usia guna waduk dan proses sedimentasi yang
terjadi,perubahan grafik kapasitas tampungan waduk dan pola sedimentasi
pada potongan memanjang waduk akan tampak secara signifikan.

D. KOMPONEN LAHAN BASAH (FLORA DAN FAUNA)


Waduk merupakan perairan tergenang sehingga ciri-ciri
ekologisnya (termasuk keanekaragaman hayatinya) mirip dengan danau. 
Pada awal penggenangan, ekosistem waduk didominasi oleh jenis-jenis
ikan sungai dan ikan pemakan plankton.  Hal ini disebabkan oleh
perubahan tipe ekosistem dari ekosistem mengalir menjadi tergenang, dan
meningkatnya kesuburan perairan pada awal pembendungan yang memicu
pertumbuhan plankton.
1. Flora
Perairan waduk termasuk perairan tergenang sehingga waduk
merupakan perairan yang potensial bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan air.  Tumbuhan air yang ditemukan di

12
ekosistem waduk dapat bersifat mencuat, mengapung, atau melayang. 
Tanaman air mencuat yang dapat ditemukan antara lain Kangkung
(Ipomoea aquatica), Pangeor (Ludwigia ascendens), Mendong
(Scirpus grossus), dan Teki (Cyperus rotundus). Tanaman air
mengapung yang dapat ditemukan antara lain Eceng gondok
(Eichhornia crassipes), Kiambang (Salvinia molesta), Apu-apu (Pistia
stratiotes), Mata lele (Azolla pinnata), dan Lemna sp..  Sedangkan
Ganggeng (Hydrilla verticilata) dan Ceratophilum demersum
merupakan jenis tanaman air melayang yang biasa ditemukan di
waduk (Tjitrosoedirjo dan Widjaja, 1991).
Tabel 1.1 Jenis-jenis tanaman air yang dominan di beberapa waduk
Nama waduk Lokasi Jenis yang dominan
Saguling Jawa Barat Eichhornia crassipes,
Salvinia molesta
Wlingi Jawa Timur Eichhornia crassipes
Bureng Jawa Timur Eichhornia crassipes,
Salvinia molesta
Way Rarem Lampung Salvinia molesta
Way Jepara Lampung Salvinia molesta
Sumber:   Tjitrosoedirdjo dan Widjaya (1991)
Tumbuhan air memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat
cepat. Keberadaannya di waduk sangat mempengaruhi mata rantai
ekosistem sebagai salah satu unsur yang mendukung kehidupan ikan,
antara lain sebagai tempat berlindung, mencari makan, memijah, dan
bahkan juga sebagai makanan bagi jenis-jenis ikan tertentu.  Namun
jika pertumbuhannya berlebihan (sampai populasinya menutupi
permukaan waduk), maka keberadaan tanaman air akan sangat
merugikan, karena dapat menganggu jalur transportasi air,
menurunkan produktifitas perairan, serta meningkatkan evaporasi dan
sedimentasi.  Di banyak waduk keberadaan tumbuhan air telah sangat
merugikan karena telah mengganggu fungsi waduk.

13
Selain tumbuhan air, jenis flora lain yang terdapat di ekosistem
waduk adalah berbagai jenis fitoplankton. Fitoplankton merupakan
pelaku utama fotosintesis dalam ekosistem perairan.  Sifat perairan
waduk yang tergenang menyebabkan waduk menjadi habitat yang
baik bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis
fitoplankton.  Kelimpahan dan keragaman fitoplankton dalam suatu
perairan sangat dinamis, artinya mudah berubah-ubah menurut kondisi
perairannya.  Dinamika struktur komunitas fitoplankton ini sangat
dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan, khususnya
persediaan nutrien.  Dominasi suatu jenis fitoplankton ditentukan oleh
perbandingan jenis nutrien yang terlarut dalam air. Cholophyceae,
Dinophyceae, Baccilariophyceae, dan Cyanophyceae merupakan
kelompok-kelompok fitoplankton yang biasa dijumpai dalam
ekosistem waduk (Garno, 1999).

2. Fauna
Ekosistem waduk dihuni oleh berbagai jenis fauna, baik yang
bersifat permanen (seluruh siklus hidupnya dihabiskan dalam
ekosistem waduk) maupun yang bersifat sementara (hanya sebagian
dari siklus hidupnya berada dalam ekosistem waduk, misalnya untuk
beristirahat, mencari makan, dan berkembang biak).  Ikan, benthos,
zooplankton, serangga, dan burung air merupakan kelompok-
kelompok fauna yang hidup dalam (atau terkait dengan keberadaan)
ekosistem waduk.
Jenis-jenis ikan yang biasanya dijumpai dalam ekosistem
waduk adalah jenis-jenis ikan sungai yang telah beradaptasi dengan
lingkungan perairan tergenang, beberapa diantaranya juga merupakan
jenis-jenis ikan yang sengaja diintroduksi untuk keperluan budidaya. 
Jenis ikan yang mendominasi perairan waduk umumnya adalah ikan-
ikan dari kelompok Cyrinid (misalnya Puntius, Hampala, dan
Mystacoleucus), Siluid (misalnya Macrones, dan Ophiocephalus),

14
serta Chiclid (misalnya Oreochromis mossambicus) (Kartamihardja,
et.al, 1992).
Untuk meningkatkan produksi ikan di waduk, biasanya
dilakukan kegiatan penebaran ikan (restocking) baik jenis asli
(indigeneus) maupun bukan asli (introduksi).  Jenis ikan yang biasa
diintroduksi antara lain: ikan Mas (Cyprinus carpio), Mujair
(Oreochromis mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus), Sepat
siam (Trichogaster pectoralis), Sepat rawa (Trichogaster
trichopterus), Tawes (Puntius javanicus), Nilem (Osteochilus haselti),
Gurame (Osphronemus gouramy), Lele (Clarias batrachus), dan
Tambakan (Helostoma temmincki).  Jenis-jenis ikan yang diintroduksi
di waduk ini sebagian berhasil hidup dan berkembang biak, sedangkan
sebagian lagi mengalami kegagalan akibat kondisi lingkungan yang
tidak cocok dan tingginya populasi ikan pemangsa.
Selain kegiatan penebaran ikan secara lepas ke dalam waduk,
produksi ikan dapat ditingkatkan melalui kegiatan budidaya ikan
dalam karamba jaring apung (KJA).  Jenis-jenis ikan yang biasa
dipelihara di KJA adalah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Nila
(Oreochromis niloticus), Jambal (Pangasius pangasius), dan Gurami
(Osphronemus gouramy) (Adiwilaga, 1999).
Benthos, sebagai hewan dasar perairan juga banyak ditemukan
di ekosistem waduk.  Benthos ini umumnya terdiri dari berbagai jenis
cacing, udang, kepiting, dan gastropoda.  Benthos biasanya banyak
ditemukan di tempat-tempat yang relatif tidak terganggu; sebagian
dari mereka berperan sebagai hewan pengurai dan sebagian lagi
sebagai karnivora. Beberapa jenis benthos juga dapat menjadi sumber
makanan bagi manusia, misalnya Udang Galah (Macrobrachium
pilimanus) dan Siput Godang (Pila spp.) (Whitten et al., 1999).
Sebagai ekosistem perairan tergenang, waduk merupakan
habitat yang sangat cocok bagi zooplankton.  Zooplankton ini
umumnya terdiri dari kelompok-kelompok krustasea berukuran kecil,

15
rotifera, dan protozoa (Whitten et al., 1999).  Arcella discoides,
Brachionus caudatus, Ceriodaphnia cornuta, Chaetonotus formosus,
Coleps hirtus, Difflugia lebes, Filinia opoliensis, Keratella procurva,
Lecane depressa, dan Notholca acuminata merupakan beberapa jenis
zooplankton yang dijumpai pada Waduk Saguling (Jawa Barat)
(International Lake Environment Commitee Foundation, 2004).
Pada ekosistem waduk juga dapat ditemukan berbagai jenis
serangga, walaupun jumlahnya relatif sedikit.  Serangga-serangga ini
umumnya memanfaatkan ekosistem waduk sebagai tempat untuk
berkembang biak, mencari makan, dan beristirahat.  Kumbang hitam
(Gyrinidae), Kumbang penyelam (Dysticidae), Kumbang air
(Hydrophylus), nyamuk, dan capung (Odonata) merupakan beberapa
jenis serangga yang dapat dijumpai di ekosistem waduk (Whitten et
al., 1999).
Burung air merupakan jenis hewan lain yang dapat dijumpai
pada ekosistem waduk.  Burung air biasanya singgah di waduk untuk
mencari makan, beristirahat, dan berbiak.  Waduk merupakan habitat
yang sangat penting bagi burung air.  Hampir 100 situs lahan basah
buatan ditetapkan sebagai situs penting bagi kehidupan burung air
berdasarkan konvensi Ramsar, dan sebagian besar dari situs lahan
basah buatan tersebut merupakan waduk (World Commision on
Dams, 2000).

Tabel 1.2 Beberapa jenis burung air yang dapat dijumpai pada
ekosistem waduk

16
Kelompok Spesies
Sumber: Grebes Titihan telaga (Tachybaptus ruficollis), Titihan
Sonobe australia (T.
and Usui,
1993 novaehollandiae), Titihan jambul (Podiceps
cristatus)

4. Jenis Pelicans Undan australia (Pelacanus conspicillatus)

Jenis Cormorants Pecuk-padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris),


Pecuk-padi belang (P. melanoleucos), Pecuk-padi
kecil (P. niger)
Darters Pecuk-ular asia (Anhinga melanogaster)
Herons Cangak abu (Ardea cinerea), Cangak merah (A.
purpurea), (Kowakmalam abu (Nycticorax
nycticorax), Kokokan laut (Butorides striatus)
Egrets Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul kecil (E.
garzetta)
Ibises Ibis rokoroko (Plegadis falcinellus)
Ducks Itik gunung (Anas superciliosa)
Sandpipers Trinil rawa (Tringa stagnatilis), Trinil hijau (T.
ochropus), Trinil semak (T. glareola), Trinil bedaran
(Xenus cinereus), Trinil pantai (Actitis hypoleucos)
Gulls Camar kepala coklat (Larus brunnicephalus)
Terns Dara-laut kumis (Chlidonias hybridus), Dara-laut
sayap-putih (C.

leucoptera), Dara-laut biasa (Sterna hirundo)


Waduk
Secara umum jenis jenis waduk antara lain sebagai berikut :
a. Waduk Lembah
Bendungan juga dibangun di lembah dengan memanfaatkan
topografinya dan mendapatkan air untuk waduk. Bagian pinggir lembah

17
dimanfaatkan sebagai tembok dan bendungannya terletak di bagian yang
paling sempit, yang biasanya memberikan kekuatan lebih besar dengan biaya
yang lebih rendah. Di banyak tempat, pembangunan waduk lembah
melibatkan pemindahan penduduk dan artifak bersejarah, seperti misalnya
pemindahan kuil Abu Simbel saat pembangunan Bendungan Aswan.
Pembangunan waduk lembah juga melibatkan pemecahan sungai saat
prosesnya, biasanya dengan membangun terowongan atau saluran khusus. Di
wilayah berbukit, bendungan biasanya dibangun dengan memperluas danau
yang sudah ada. 

b. Waduk Sisi Sungai


Waduk sisi sungai dibangun dengan memompa air dari sungai. Waduk
seperti ini biasanya dibangun melalui eskavasi dan konstruksi pada bagian
tanggul yang biasanya mencakup lebih dari 6 km. Air yang disimpan di waduk
seperti ini biasanya diendapkan selama beberapa bulan agar kontaminanan dan
tingkat kekeruhannya berkurang secara alami.

a. Waduk Pelayanan
Waduk pelayanan adalah waduk yang dibangun dekat dengan titik
distribusi, dengan air yang sudah disterilkan dan dibersihkan. Waduk
pelayanan biasanya dibangun berbentuk menara air yang dibangun di atas pilar
beton di wilayah datar. Beberapa lainnya dibangun di bawah tanah, terutama

18
untuk waduk pelayanan di negara-negara yang dipenuhi bukit atau
pegunungan.

E. FUNGSI DAN MANFAAT WADUK


1. Fungsi Waduk
Waduk adalah tampungan yang berfungsi untuk menyimpan air
pada waktu kelebihan agar dapat dipakai pada waktu yang diperlukan.
Usaha untuk mengatur keluar dan masuknya air pada waduk disebut
manajemen air (water management). Hal ini bertujuan agar pengaturan air
untuk kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan baik. Air yang diatur
adalah air hujan atau sungai yang ditampung di waduk, sehingga air dapat
disediakan dalam waktu atau tempat yang tepat dalam jumlah yang
diperlukan.
Bagian utama waduk berdasarkan fungsinya terbagi menjadi tiga bagian
utama yaitu :
a. Tampungan mati (dead storage)
Tampungan mati (dead storage) adalah tampungan yang berada
dibawah genangan minimum yang berfungsi untuk menampung
sedimen, dan apabila volume sedimen yang ditampung lebih besar dari
kapasitas yang dicadangkan berarti usia guna waduk tersebut telah
berakhir
b. Tampungan efektif (effective storage)
Tampungan efektif (effective storage) adalah tampungan yang
berada diantara genangan minimum dan genangan normal

19
c. Tampungan tambahan yang biasanya dimanfaatkan untuk
pengendalian banjir (flood storage)
Volume tampungan banjir (flood storage) adalah sebagian dari
volume waduk aktif yang digunakan untuk mengontrol (meredam)
banjir yang terjadi. Tampungan tambahan yang biasanya dimanfaatkan
untuk pengendalian banjir (flood storage)
Fungsi utama waduk adalah menampung kelebihan air saat
musim penghujan, selanjutnya digunakan pada musim kemarau ketika
mengalami kekurangan air. Dalam suatu perancanaan diperlukan
perhitungan dan analisis kapasitas waduk yang layak, baik secara
tingkat kebutuhan, ketersediaan air maupun tingkat keandalannya.
Penentuan kapasitas waduk disebut juga suatu penelaahan operasi
(operation study) dan merupakan simulasi dari suatu waduk untuk
jangka waktu yang sesuai aturan yang telah ditetapkan. Data bulanan
paling umum digunakan, tetapi untuk waduk dengan skala besar
kapasitas tampungannya seperti waduk sermo, interval tahunan akan
lebih akhurat dan memuaskan. Kapasitas waduk ditentukan
berdasarkan besarnya inflow, release yang diharapkan serta
kehilangan-kehilangan yang terjadi akibat evaporasi dan rembesan.

2. Manfaat Waduk
a. Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan
air sebagian besar akan mengalir ke sungai-sungai, air itu dapat
ditampung sehingga pada musim kemarau air yang tertampung
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain
untuk irigasi lahan pertanian.

20
b. Penyediaan Air Baku
Waduk selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan juga
dimanfaatkan Sebagai bahan baku air minum dimana diperkotaan
sangat langka dengan air Bersih.
c. Sebagai PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola
untuk mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu sistem pembangkit listrik yang
biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan memanfaatkan energi
mekanis aliran air untuk memutar turbin, diubah menjadi energi listrik
melalui generator.

d. Pengendali Banjir
Sungai dengan debit air yang besar jika tidak dikendalikan dengan
cermat maka akan membahayakan masyarakat sekitar sungai itu
sendiri, maka permasalahan itu dapat dijadikan sebagai latarbelakang
dari pendirian waduk. Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di

21
daerah tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungai-sungai
yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai yang tidak jarang
mengakibatkan banjir di kawasan hilir dari sungai tersebut, apabila
kapasitas tampung bagian hilir sungai tidak memadai. Dengan
dibangunnya bendungan-bendungan di bagian hulu sungai maka
kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan dapat dikurangi dan
pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembangkit listrik tenaga
air, untuk irigasi lahan pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata
dan lain sebagainya.

e. Perikanan
Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk desa yang
desanya ditenggelamkan untuk pembuatan waduk yang dulu bermata
pencaharian sebagai petani sekarang beralih ke dunia perikanan
dengan memanfaatkan waduk ini, para penduduk dapat membuat
rumah apung yang digunakan untuk peternakan ikan air tawar sehingga
ikan tersebut dipelihara di dalam jaring apung ataupun dalam karamba
karamba.

22
f. Pariwisata dan Olahraga Air
Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat rekreasi dan selain tempat rekreasi juga dimanfaatkan
sebagai tempat Olahraga air maupun sebagai tempat latihan para atlet
olahraga air. Pembangunan suatu waduk dimaksudkan untuk
menyimpan air. Demikian pula halnya dengan pembangunan Waduk
Wadaslintang bertujuan untuk menampung dan kemudian
mendayagunakan air yang melimpah pada musim hujan untuk
keperluan pertanian dan berbagai keperluan lainnya pada saat musim
kemarau.

g. Penyediaan Air Langsung


Banyak sungai yang dibendung dan kebanyakan bagian sisi waduk
digunakan untuk menyediakan pakan air baku instalasi pengolahan air
yang mengirim air minum melalui pipa-pipa air. Waduk tidak hanya
menahan air sampai tingkat yang dibutuhkan, waduk juga dapat
menjadi bagian pertama dalam proses pengolahan air. Waktu ketika air
ditahan sebelum dikeluarkan dikenal sebagai waktu retensi. Ini
merupakan salah satu fitur desain yang memudahkan partikel dan
endapan lumpur untuk mengendap seperti ketika melakukan perawatan
biologi alami menggunakan alga, bakteri, dan zooplankton yang hidup
secara alami dengan air. Namun, proses alami limnologis dalam danau
beriklim sedang menghasilkan stratifikasi suhu di dalam badan air
yang cenderung membagi kedalam beberapa elemen seperti mangan
dan fosfor kedalam air anoxic dingin selama bulan musim panas.

23
Dalam musim gugur dan musim dingin danau menjadi bercampur lagi
secara penuh. Selama kondisi kekeringan, danau kadang perlu menarik
ke bawah air dingin dan terutama meningkatkan kadar mangan yang
menyebabkan masalah dalam pengolahan air.
h. Hidroelektrisitik
Sebuah waduk membangkitkan hidroelektrisitas termasuk turbin
air yang terhubung dengan penahan badan air dengan pipa berdiameter
besar. Turbin ini membangkitkan perangkat yang mungkin berada
pada dasar bendungan atau lainnya yang jauh jaraknya. Beberapa
waduk menghasilkan hidroelektrisitas menggunakan pompa yang diisi
ulang seperti waduk tingkat tinggi yang diisi dengan air menggunakan
pompa elektrik berkinerja tinggi pada waktu kerika permintaann listrik
rendah dan kemudian menggunakan air yang tersimpan untuk
membangkitkan elektrisitas dengan melepas air yang tersimpan
kedalam waduk tingkat rendah ketika permintaan listrik tinggi. Sistem
seperti ini disebut skema pump-storage.

F. HAMBATAN DAN ANCAMAN


Ekosistem waduk, yang pada dasarnya hampir sama dengan
ekosistem danau alami, merupakan habitat bagi berbagai jenis sumberdaya
hayati (baik tumbuhan maupun hewan). Berbagai jenis ikan, tumbuhan air,
plankton, burung air, mamalia, reptilia, serangga, dan amfibi hidup,
berkembang biak, serta mencari makan di ekosistem waduk. Beberapa
diantaranya juga merupakan jenis hewan dan tumbuhan endemik (Lani, et
al, 2005).

Pada awal pembentukan waduk terjadi peralihan jenis-jenis hewan


dan tumbuhan, dari jenis-jenis yang biasa hidup di ekosistem perairan
mengalir (sungai) menjadi jenis-jenis yang biasa hidup di ekosistem
perairan tergenang. Di beberapa daerah, pembangunan waduk telah
menyebabkan hilangnya jenis-jenis ikan sungai endemik karena jalur
ruaya-nya (migrasi) terganggu (Lani, et al, 2005).

24
Pembangunan waduk tidak hanya berpengaruh pada biodiversitas
flora dan fauna di ruas perairan yang dibendung, tetapi juga pada
biodiversitas di ekosistem terestrial (daratan) yang tergenang akibat
pembangunan waduk dan di ekosistem lain sebelah hilir waduk (misalnya
dataran banjir dan muara sungai) yang sangat tergantung pada masukkan
(berupa air atau nutrien) dari sungai yang dibendung (Lani, et al, 2005).
Pembendungan massa air sungai oleh waduk menyebabkan
perubahan kecepatan aliran air. Pada pembendungan ini aliran air sungai
yang deras berubah menjadi lambat dan tergenang dalam bangunan
pelimpah. Dalam proses awal pembendungan, daerah daratan yang
bervegetasi akan digenangi air sehingga vegetasi-vegetasi tersebut mati,
membusuk, dan terkumpul di dasar perairan. Berbagai material dari sungai
dan daratan (run off) yang terdiri dari bahan organik dan anorganik juga
akan mengendap di dasar perairan. Proses dekomposisi yang terjadi akan
meningkatkan kandungan unsur hara sehingga memacu peningkatan
kesuburan perairan (eutrofikasi). Proses eutrofikasi ini mengakibatkan
meningkatnya populasi ikan-ikan pemakan plankton secara drastis. Setelah
proses pembusukan awal ini selesai, populasi plankton akan menurun, dan
kemudian diikuti oleh penurunan populasi ikan-ikan pemakan plankton
sehingga terjadi kesetimbangan ekologi yang baru (Lani, et al, 2005).
Pada awal pembangunannya, waduk telah menimbulkan dampak
sosial yang sangat besar terhadap masyarakat yang tanahnya tergusur.
Selain kehilangan rumah, mereka juga kehilangan mata pencaharian
karena tanah garapan tempat mereka bertani terendam. Walaupun
pemerintah telah menyediakan dana kompensasi dan melakukan kegiatan
relokasi (transmigrasi) bagi masyarakat yang tergusur, sering kali hal ini
tidak dapat diterima oleh masyarakat karena dana kompensasi dinilai tidak
sesuai atau mereka enggan dipindahkan ke daerah lain (terutama jika
daerah transmigrasi yang disediakan terletak di luar pulau) (Lani, et al,
2005).

25
Dampak pembangunan waduk terhadap lingkungan hidup juga
sangatlah besar dan kompleks. Dampak pembangunan waduk dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan: (1) perubahan kondisi fisika, kimia,
dan geomorfologi lingkungan sebagai konsekuensi pembendungan sungai
serta perubahan distribusi dan kecepatan aliran sungai; (2) perubahan
produktivitas primer, termasuk ekosistem sungai dan tanaman tepian
sungai, serta ekosistemekosistem di sebelah hilir waduk (seperti dataran
banjir); dan (3) perubahan terhadap fauna (misalnya ikan) (Lani, et al,
2005).

Kegiatan budidaya ikan di waduk pada awalnya tidak mengganggu


fungsi waduk karena masih dilakukan dalam skala yang tidak terlalu besar
(masih dalam daya dukung waduk). Namun jumlah KJA yang kemudian
bertambah pesat telah menimbulkan masalah lingkungan. Pengoperasian
KJA telah mengakibatkan pencemaran bahan organik dalam perairan
waduk melalui sisa makanan (pelet) dan kotoran yang dikeluarkan ikan.
Hal ini akhirnya menimbulkan ancaman bagi kelangsungan kegiatan
budidaya itu sendiri, meningkatkan proses sedimentasi waduk (yang
berakibat pada pengurangan daya tampung waduk), serta mempercepat
kerusakan tembok dan meterial logam pada instalasi pembangkit listrik.
Ancaman terbesar dari Waduk dan Danau dari berbagai kegiatan adalah
sedimentasi dan eutrofikasi. Penurunan kualitas air yang disebabkan oleh

26
kegiatan perikanan dan pariwisata akan mengancam daya dukung
lingkungan (Lani, et al, 2005).

G. SOLUSI PERMASALAHAN
Permasalahan Pada Waduk menurut (Komite Nasional Pengelolaan
Ekosistem Lahan Basah, 2004)
1. Terjadinya sedimentasi pada daerah waduk
2. Tekanan pencemaran dari kegiatan industri, pertanian, perikanan,
pariwisata, rumah tangga, dan introduksi spesies asing
3. Mengalami eutrofikasi dan pendangkalan akibat erosi, serta kehilangan
spesies endemik akibat masuknya spesies asing yang invasive.
Solusi/strategi untuk permasalahan sedimentasi menurut
(Marhendi, 2013):
a. Menekan laju erosi kawasan hulu yang dapat dilakukan dengan secara
struktural yaitu perlakuan sipil dan vegetasi,maupun tindakannon
struktural /sosial .Usaha tersebut untuk menekan sentuhan /perusakan
manusia pada lahan kawasa hulu
b. Meminimalkan beban sedimen yang masuk ke waduk
Cara yang dapat dilakukan dengan 2 cara :
 Penangkapan sedimen melalui sistem alur cekungan,dengan
membangun checkdam dan kantong pasir,
 Pengalihan sedimen yang akan masuk ke waduk tersebut ke daerah
lain di luar waduk dengan cara membangun sudetan atau sand
bypass
Namun hal ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu ketersediaan
aliran air, dan jenis sedimen yang dapat ditahan oleh bangunan-
bangunan tersebut.
c. Meminimalkan jumlah sedimen yang mengendap di waduk cara
mencegah terjadinya deposisi sedimen yang masuk tersebut ke dasar
waduk. Dapat dilakukan dengan pelewatan (sluicing) sejumlah sedimen
yang masuk ke waduk tersebut. Namun keberhasilan pada teknik

27
tersebut dipengaruhi tersedia volume air yang cukup selama waktu
pelewatan sedimen, bentuk kolam waduk memanjang dan jenis sedimen
yang akan dikeluarkan mempunyai ukuran relatif kecil (fraksi lumpur
atau lempung).
d. Mengeluarkan endapan sedimen diwaduk dengan cara penggelontoran
(flushing) melalui fasilitas keluaran bawah (bottom outlet), serta
pengerukan (dredging). Persyaratan tindakan penggelontoran sedimen
adalah volume air yang cukup selama waktu penggelontoran sedimen,
jenis sedimen yang akan dikeluarkan mempunyai ukuran relatif kecil
(fraksi lumpur atau lempung), hanya sedimen yang berada di dekat
daerah pintu pengambilan saja yang dapat digelontor dan perlu disertai
dengan penguraian sedimen yang terlanjur memadat, misalnya dengan
metode penyemprotan dengan bubble jet.
Persyaratan tindakan pengerukan atau dredging adalah volume
sedimen yang akan dikeruk, lokasi pengerukan yang tidak membahayakan
stabilitas struktur bendungan, lokasi tempat pembuangan bahan hasil
pengerukan dan masalah lingkungan lainnya (pencemaran jalan akses, dll).
Solusi pencemaran dan eutrofikasi
a. Menggunakan sarana pengolahan limbah yang baik dan memadai yang
dapat menyaring fosfat dari alirah limbah industri atau sarana pengolah
limbah lainnya sampai 90%, sebelum air buangannya mengalir ke
danau/waduk.
b. Menentukan batas limit kandungan fosfat yang diperbolehkan dalam
detergen dan digunakan dalam rumah tangga dan bahan pencuci lainnya
untuk mengurangi jumlah fosfat yang terbuang dalam sarana
pengolahan limbah.
c. Mengawasi penggunaan lahan, meningkatkan konservasi tanah,
pembersihan jalan-jalan secara teratur untuk mengurangi larutan tanah
yang mengandung pupuk, kotoran hewan dan tanah teremar yang
terbawa arus air dan mengalir ke danau. Petani diwajibkan menanam
pepohonan di perbatasan antara  tanahnya dengan danau atau waduk

28
untuk menahan larutan tanah dari lahan mereka yang mengalir ke dalam
danau.
d. Melindungi dan menjaga lahan sekitar pantai dan danau dengan jalan
menanam pohon bakau atau tanaman keras lainnya untuk menyaring
bahan pencemar atau unsur nutrisi dari aliran air yang mengalir ke
danau.

29
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Waduk adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau
pembendungan sungai yang bertujuan untuk menyimpan air. Waduk
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu waduk lembah, waduk sisi sungai, dan
waduk pelayanan. Waduk berfungsi untuk menyimpan air pada waktu
kelebihan agar dapat dipakai pada waktu yang diperlukan. Usaha untuk
mengatur keluar dan masuknya air pada waduk disebut manajemen air (water
management).
Pemanfaatan waduk bagi masyarakat yaitu, sebagai lokasi budidaya
perikanan, pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), obyek wisata, sumber
pengairan lahan maupun sawah, dan sebagai pengendali banjir dll..

B. SARAN
Dari hasil pembuatan makalah ini, kita dapat mengetahui tentang apa itu
waduk. Dalam pembuatan makalah ini, kami masih perlu belajar dikarenakan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Apabila terdapat kesalahan
mohon memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
C.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ana, Chy. 2016. Manfaat Waduk bagi Kehidupan Manusia. Diakses melalui
https://manfaat.co.id/ pada tanggal 3 Maret 2021.

Asmoro, W. (2007). Evaluasi Kinerja Waduk Wadaslintang (Doctoral


dissertation, Fakultas Teknik UNDIP.

Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor


Kabupaten Malang Jawa Timur Universitas Diponegoro.
Semarang

Brahmantyo, B. dan Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)


untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan
Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Geoaplika. 1(2): 71-78.

Bustomi, (2003). Pandangan Petani Daerah Irigasi Glapan Timur Mengenai Hak
AtasAir Irigasi, Jurnal Ilmiah VISI, PSI-SDALP Universitas
Andalas, Padang.

Chen, L., McBranch, D. W., Wang, H. L., Helgeson, R., Wudl, F., & Whitten, D.
G. (1999). Highly sensitive biological and chemical sensors based
on reversible fluorescence quenching in a conjugated polymer.
Proceedings of the National Academy of Sciences, 96(22), 12287-
12292.

Dandekar, M.M. & Sharma, K.N., 1991, Pembangkit Listrik Tenaga Air. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.

Elva, Anggita. 2014. Analisis Potensi Pariwisata Bendungan Gonggang Guna


Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Magetan.
Jurnal Akuntansi dan Pendidikan. 3(1): 1-10.

Lubis, S. (2019). Dampak Pembanguan Waduk Serbaguna Di Rokan Kiri


Kabupaten Rokan Hulu Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Doctoral dissertation,
Univeritas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim).Pemeliharaan”. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Goldberg, J. F., Garno, J. L., Leon, A. C., & Portera, L. (1999). A history of
substance abuse complicates remission from acute mania in bipolar
disorder. The Journal of clinical psychiatry, 60(11), 733-740.

Hadidahardjaja, J., 1997, Irigasi dan Bangunan Air. ISBN: 979-8382-463,

31
Penerbit Gunadarma, Jakarta.

Hakim, Siti Riskayanti. (2015). Studi Laju Sedimentasi Waduk Bili-Bili Pasca
Pengembangan Bangunan Penahan Sedimen. Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Makassa.

Hickley, P., Muchiri, M., Boar, R., Britton, R., Adams, C., Gichuru, N., & Harper,
D. (2004). Habitat degradation and subsequent fishery collapse in Lakes
Naivasha and Baringo, Kenya. International Journal of Ecohydrology &
Hydrobiology, 4(4), 503-517.

Kartamihardja, E. S. (2017). Perubahan Komposisi Komunitas Ikan dan Faktor-


faktor Penting yang Memengaruhi Selama Empat Puluh Tahun Umur
Waduk Djuanda [Change of Fish Community Composition and the
Influencing Important Factors During Fourty Years of the Djuanda
Reservoir Impounded]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 8(2), 67-78.

Kartini, Tintin dan Permana, Sulwan. 2016. Analisis Operasional Waduk


Ir.H.Djuanda. ISSN : 2302-7312 Vol. 14 No. 1

Linsley, Ray K. & Franzini, Joseph B., 1995, Teknik Sumber Daya Air, Water
Resources Engineering, Penerbit Erlangga, Jakarta

Morris, G.L., & Fan J. (1997), Design and Management of Dams, Reservoirs, and
Watersheds for Sustainable Use, McGraw Hill, USA.
Pemeliharaan”. Penebar Swadaya. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1991. Sungai. 14 Juni 1991. JDIH BPK:


Jakarta.

Sonobe, K., & Usui, S. (1993). A field guide to the waterbirds of Asia. Wild bird
society of Japan, Tokyo, 11(46), 12

Sudjarwadi. (1987). Dasar-dasar Teknik Irigasi. Yogyakarta: UGM press.

Surono, S., & Tunggul HN, TH (2005). Evaluasi Perencanaan Reservoir Dan
Dam Ketro Di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah (Evaluasi
Perencanaan Waduk Dan Bendungan Ketro Di Kabupaten Sragen
Jawa Tengah) (Disertasi Doktor, F. TEKNIK UNDIP).

Tjitrosoedirdjo, S. S., & Widjaja, F. (1991). Aquatic weed management in


Indonesia. BIOTROP Special Publication (Indonesia).

World Commission on Dams. (2000). Dams and development: A new framework


for decision-making: The report of the world commission on dams.
Earthscan.

32

Anda mungkin juga menyukai