Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH LAHAN BASAH KOLAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sains Lahan Basah

Dosen Pengampu:
Muhammad Fuad Syaban, M.Pd
Meliyana Aini, M. Pd

Oleh:
Kelompok IV
Fitriah (2110129320013)

Desy Puspita Sari (2110129220040)


Nor Aulia Azizah (2110129320004)
Nor Hidayah (2110129320019)
Serly Melati Irawan
(2110129220037) Yuliana Hasanah
(2110129220028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Lahan Basah
Kolam” untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains Lahan Basah Program Studi
Pendidikan IPA, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Fuad
Syaban, M.Pd dan Ibu Meliyana Aini, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Sains Lahan Basah. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik isi
maupun susunannya, maka dari itu penulis dengan terbuka menerima segala kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini. Di akhir kata,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 25 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................................... 4

BAB II PENDAHULUAN

A. Definisi Lahan Basah Kolam ................................................................... 5


B. Karakteristik Lahan Basah Kolam ........................................................... 6

C. Keanekaragaman Abiotik Kolam Taman Mathilda ................................. 7

D. Keanekaragaman Biotik Kolam Taman Mathilda ................................... 12

E. Potensi Organisme di Ekosistem Kolam Taman Mathilda ...................... 24

F. Solusi Pengolahan Ekosistem Kolam Taman Mathilda ........................... 27

G. Rancangan Praktikum Sederhana ............................................................. 28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 31
B. Saran ......................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem lahan basah merupakan ekosistem peralihan antara ekosistem
perairan (aquatic) dan ekosistem daratan (terrestrial), adanya dominasi rezim
air dan adanya tanaman (hidrofita) yang mempunyai daya adaptasi yang baik
terhadap kondisi lahan yang senantiasa jenuh (tergenang) air, secara fisik
berupa daerah-daerah seperti yang didefinisikan dalam Pasal 1 tersebut
Pemahaman karakteristik tentang ekosistem lahan basah mutlak untuk
diketahui agar pemanfaatan ekosistem ini tetap memperhatikan sifat dan
karakternya, sehingga dampak ekologis dapat diminimalisasi. Ekosistem lahan
basah dapat dikelompokkan menjadi ekosistem air tawar dan ekosistem
estuarin (muara). Ekosistem air tawar dapat berupa air yang tenang misalnya
rawa, empang, kolam maupun air mengalir yaitu sungai. Ekosistem estuarin
dipengaruhi pasang surut air laut, misalnya rawa payau, hutan mangrove, dan
laguna. Selain itu, ekosistem lahan basah dapat dikelompokkan menjadi lahan
basah alami dan buatan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
lahan basah perairan/laut (marine and coastal wetlands), lahan basah daratan
(inland wetlands), dan lahan basah buatan manusia (human-made wetlands)
(Anggara, 2018).
Lahan basah adalah lingkungan peralihan. Dalam konteks spasial
mereka bertautan antara lahan kering dan air terbuka. Di pantai, di sekitar
danau pedalaman dan ketika tanah basah terbentang melintasi lanskap. Dalam
konteks ekologi, lahan basah adalah antar-ekosistem antara ekosistem darat
dan perairan. Dalam konteks temporal, sebagian besar daratan ditakdirkan
untuk dipindahkan ke tanah kering sebagai akibat dari tabel air dengan kadar
rendah, sedimentasi dan suksesi tanaman, atau untuk ditenggelaman oleh
naiknya tabel air yang terkait dengan kenaikan permukaan air laut relatif atau
perubahan iklim. Lahan basah sering membentuk bagian dari rangkaian besar
tipe komunitas, dan oleh karena itu sulit untuk menetapkan batasan. Akibatnya
beberapa definisi yang cukup menggambarkan lahan basah dengan masalah

1
definisi biasanya timbul pada lahan basah, menuju kondisi air lebih banyak
atau lebih kering. Lahan basah buatan adalah sistem rekayasa yang telah
didesain dan dibangun dengan memanfaatkan proses alamiah yang melibatkan
tumbuhan, tanah, dan mikroba yang saling berhubungan untuk membantu
pengolahan limbah cair. Ada dua jenis lahan basah buatan, yaitu jenis aliran
permukaan (Surface flow) dan aliran bawah permukaan (Sub Surface Flow).
Lahan basah buatan memperkenalkan aspek lain yang bermanfaat dari siklus
nutrisi dan produksi ekosistem dalam proses keseluruhan, melalui hubungan
simbiotik antara tanaman dan mikroorganisme terkait (Haryani e.al., 2019).
Lahan basah buatan adalah sistem pengolahan air limbah yang
menerapkan proses-proses alami dengan menggunakan kolam atau saluran
dangkal (kurang dari 1 m), tanaman air, substrat padat (tanah, pasir dan
kerikil) serta mikroorganisme untuk memperbaiki kualitas air limbah. Lahan
basah buatan mendapat suplai oksigen dari akar tanaman yang masuk ke zona
rhizosfer dan udara yang masuk ke lahan basah secara difusi. Pelepasan
oksigen oleh sistem perakaran tanaman akan memperluas zona aerob di dalam
lahan basah buatan (Wimbaningrum et.al., 2020).
Kolam adalah area yang berisi air, baik alami maupun buatan yang
ukurannya lebih kecil dari danau. Hal ini tentu saja bisa muncul secara alami
di dataran banjir sebagai bagian dari sistem sungai, atau berupa depresi yang
agak terisolasi (seperti ketel, kolam vernal, atau lubang padang rumput).
Faktorfaktor yang mempengaruhi jenis kehidupan yang ditemukan di kolam
meliputi kedalaman dan durasi ketinggian air, nutrisi, naungan, ada atau
tidaknya saluran masuk dan keluar, efek hewan penggembalaan, dan salinitas.
Kondisi air kolam yang tidak memenuhi standar akan berbahaya bagi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan air tawar. Air kolam dengan kadar
keasaman (pH) yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kegagalan
budidaya ikan. Selain pH, suhu air juga berpengaruh terhadap tingkat
kematian ikan. Kolam adalah area kecil dengan air tawar yang tenang.
Berbeda dengan sungai atau jenis aliran sungai karena tidak memiliki air yang
bergerak dan berbeda dengan danau karena memiliki luas yang kecil dan

2
kedalaman tidak lebih dari 1,8 m.

3
Kolam juga bisa diartikan sebagai lahan pertanian basah buatan yang bisa
dikelola dan diatur langsung oleh manusia yang digunakan untuk kebutuhan
budidaya ikan (Nursobah et. al., 2022).
Kolam adalah wilayah perairan yang dibuat dengan ukuran tertentu sehingga
dapat dikelola oleh pemilik kolam itu sendiri. Contohnya kolam budidaya
yang merupakan suatu lahan yang sengaja digarap oleh manusia dengan tujuan
memelihara dan membudidayakan berbagai jenis hewan air seperti ikan dan
sebagainya (Putrawan et. al., 2019).
Kolam basah Lahan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
termasuk berbagai jenis ikan, amfibi, reptil, burung, dan tumbuhan udara.
Selain itu, lahan basah kolam juga berperan penting dalam menjaga kualitas
udara, mengendalikan banjir, serta menyediakan sumber daya alam seperti
ikan dan tumbuhan udara yang merupakan sumber pangan bagi masyarakat
lokal. Namun, banyak lahan basah di kolam mengalami ancaman serius akibat
urbanisasi, perubahan iklim, serta aktivitas manusia yang merusak ekosistem
ini.
Makalah ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat mengenai ekosistem
lahan basah kolam seperti mengetahui karakteristiknya dan juga abiotik dan
biotik yang ada pada ekosistem lahan basah kolam. Melalui pemahaman yang
lebih mendalam tentang ekosistem ini, diharapkan kita dapat menjaga dan
merencanakan pengelolaan lahan basah kolam yang lebih baik. Selain itu,
makalah ini juga akan membahas potensi manfaat ekonomi yang dapat
diperoleh melalui pengelolaan lahan basah kolam secara berkelanjutan, seperti
ekowisata, produksi ikan, dan layanan ekosistem lainnya, dan juga solusi
pengelolaan ekosistem lahan basah kolam. Oleh karena itu, makalah ini akan
memberikan gambaran holistik tentang pentingnya lahan basah kolam dalam
menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lahan basah kolam dan karakteristiknya?
2. Apa saja abiotik dan biotik pada lahan basah kolam?

4
3. Apa saja potensi dan organisme pada lahan basah kolam?
4. Bagaimana solusi pengelolaan ekosistem lahan basah kolam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan karakteristik lahan basah kolam
2. Untuk mengetahui abiotik dan biotik pada lahan basah kolam
3. Untuk mengetahui potensi dari organisme pada lahan basah kolam
4. Untuk mengetahui solusi pengelolaan ekosistem lahan basah kolam

5
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Definisi Lahan Basah Kolam
Lahan basah atau sering disebut Wetland merupakan wilayah dimana
air memiliki sifat permanen (menetap) maupun surut (musiman). Lahan basah
adalah sebuah ekosistem yang terbentuk oleh dominasi air dan karakteristik
serta prosesnya dikendalikan oleh air. Dimana lahan basah memiliki kadar air
yang tinggi sehingga tergenang air sepanjang waktu. Lahan basah merupakan
daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan, tetap atau sementara,
dengan air tergenang atau mengalir, tawar, payau, atau asin, termasuk wilayah
perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu
surut (Sutrisno, 2023).
Lahan basah memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia
karena potensinya sebagai sumber penghidupan. Konsep potensi lingkungan
lahan basah yang menjadi suatu konsep tentang lingkungan alam yang banyak
dikenal di beberapa kepulauan di Indonesia, termasuk di pulau Kalimantan.
Konsep Lahan basah atau Wetland dipahami sebagai lingkungan alam yang
dengan karakteritiknya basah, yakni yang tanahnya jenuh dengan air baik
permanen ataupun musiman. Lingkungan wilayah tersebut kadang tergenang
air kadang tidak. Dari karakteristiknya bahwa tanahnya kecenderungan selalu
basah oleh adanya air, salah satunya lingkungan kolam (Effendy, 2022).
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam
jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau
hewan air lainnya dan target produksinya. Kolam termasuk kubangan berisi air
buatan maupun alami yang luasnya lebih kecil atau terbatas tidak lebih luas
dari danau. Kolam sengaja dibuat untuk memelihara ikan yang jenisnya
bervariasi atau lainnya tergantung luas lahan ukurannya mulai dari kecil
sampai dengan besar dari hanya satu kolam sampai satu unit perkolaman.
Dalam kolam sangat difungsikan sebagai lahan basah buatan yang digunakan
untuk membudidayakan ekosistem yang ada pada kolam tersebut agar tetap
berfungsi
6
dengan baik dan juga terjaga kebersihannya adalah dengan menjaga
kebersihan sekitar kolam seperti, sampah-sampah atau dedaunan kering yang
ada kolam diambil. Pada kolam kadang juga ada banyak lumut yang
menempel sehingga ini juga perlu dibersihkan agar tidak menjadi berlebihan
(Raharjo, 2021).

B. Karakteristik Lahan Basah Kolam


Kolam adalah area kecil dengan air tawar yang tenang. Berbeda
dengan sungai atau jenis aliran sungai karena tidak memiliki air yang bergerak
dan berbeda dengan danau karena memiliki luas yang kecil dan kedalaman tidak
lebih dari 1,8 m. Kolam juga bisa diartikan sebagai lahan pertanian basah buatan
yang bisa dikelola dan diatur langsung oleh manusia yang digunakan untuk
kebutuhan budidaya ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis kehidupan
yang ditemukan di kolam meliputi kedalaman dan durasi ketinggian air, nutrisi,
naungan, ada atau tidaknya saluran masuk dan keluar, efek hewan
penggembalaan, dan salinitas (Nursobah et. al.,. 2022).
Kolam dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kolam air diam dan
kolam air deras (running water). Kolam biasa digunakan untuk memelihara ikan
atau katak hijau. Ikan pada kolam biasanya dipanen secara kontinyu dengan
periode produksi sekitar 3 -6 bulan. Jadi dalam setahun dapat empat atau dua
kali panen, ikan yang dipelihara di kolam biasanya secara campur atau secara
tunggal / satu jenis ikan. Kolam ikan ada yang bersifat komersial dan ada juga
bersifat hanya untuk keperluan keluarga saja (Muhsin, 2019).
Kolam air deras biasanya berukuran relatif kecil, kurang dari 100 m2.
Walaupun relatif sempit, padat penebaran ikan bisa lebih banyak karena airnya
mengandung oksigen dengan kadar yang tinggi. Kelebihan kolam air deras
adalah banyak mengandung oksigen terlarut. Meski begitu juga mempunyai
kekurangan, yaitu air miskin sumber pakan alami. Oleh sebab itu
pemeliharaan ikan di air deras membutuhkan tambahan pakan yang
berkualitas. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfungsi
sebagai sumber makanan

7
alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan
makanan alami (Saleh, 2020).

C. Keanekaragaman Abiotik Kolam Taman Mathilda


Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak
hidup, misalnya udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik
dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi
ekosistem antara lain. Adapun keanekaragaman abiotik di Kolam Taman
Mathilda yaitu sebagai berikut :
1. Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana
dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologiberfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-
obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.. Fungsi Tanah Menurut Rayes
(2019), fungsi utama tanah adalah:

1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran


2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh:
hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti
hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)

8
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena
terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan
primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak
negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.

Dua Pemahaman Penting tentang yaitu Tanah sebagai tempat tumbuh


dan penyedia kebutuhan tanaman, dan Tanah juga berfungsi sebagai
pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif
pestisida maupun limbah industri yang berbahaya . (Effendi , Salsabila , &
Malik, 2018)

2. Suhu dan Temperatur


Jika suhu tinggi maka kelembaban akan semakin rendah, tekanan
udara semakin tinggi , angin akan semakin kencang, serta ketersediaan air
semakin sedikit menyebabkan tingkat kehidupan dan keberagaman
ekosistem semakin rendah sedangkan pada suhu relative rendah
kelembaban semakin tinggi, tekanan udara semakin rendah, angin semakin
lambat ketersediaan air semakin banyak. Suhu merupakan salah satu
komponen penting bagi organisme untuk bertahan hidup di bumi. Setiap
organisme membutuhkan rentang tertentu suhu untuk bertahan hidup. Pada
umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran
suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup
dibawah 00C atau diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada
suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh
yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme
untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas
dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius.
Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang
penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman
dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur
lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak

9
membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity
Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh
temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses
kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya. Selama musim hujan, rata-rata
temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding
pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting
untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan
bagi ternak. Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban
berhubungan dengan masalah penyakit ternak serta parasit internal dan
eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi
perkandangan ternak. (Effendi , Salsabila , & Malik, 2018)
3. Cahaya Matahari
Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta.
Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya
yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi
berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari
menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya.
Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang
elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang
gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam
mikron (Effendi , Salsabila , & Malik, 2018)
Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai
penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya
matahari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk
berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk karbohidrat.
Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang
menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar
matahari, tanaman tidak dapat

10
memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang mengakibatkan tanaman
menjadi lemah atau mati. Bayangkan saja jika sinar matahari tidak ada,
mungkin tidak ada satupun makhluk yang dapat hidup.
Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperatur matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.

Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk


mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses
fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang
sesuai ditempati ternak.. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang
pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada
kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis
dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan
panas di antara tubuhnya dan lingkungan. (Effendi , Salsabila , & Malik,
2018)

4. Air
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini
digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan
osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan
manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti
transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
(Effendi , Salsabila , & Malik, 2018)

5. Udara

Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga


berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan
oleh

11
pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber
panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin
selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting
karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak
dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin. Menurun Masrun
(2018), udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2, 78 %), oksigen (O2,
21 %), karbon dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen
merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi. a. Nitrogen Unsur
Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk hidup untuk
membentuk protein, dan persenyawaan lainnya. Tumbuhan, hewan, dan
manusia tidak mampu memamfaatkan nitrogen yang ada di udara secara
langsung. Ada bakteri yang dapat menangkap nitrogen bebas dari udara
misalnya, bakteri rhizobium yang hidup bersimbiosis diakar tanaman
kacang, atau ganggang biru anabaena yang hidup bersimbiosis dengan
azolla (tumbuhan air). Tumbuhan lainnya memperoleh nitrogen dalam
bentuk nitrit atau nitrat. Nitrit dan nitrat secara alami terbentuk dari
nitrogen diudara yang terkena lecutan petir, secara alami tanah
memperoleh nitrit dan nitrat sehingga menjadi subur. b. Oksigen dan
karbon dioksida Oksigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses
pernapasan. Makanan, misalnya karbohidrat yang ada di dalam sel,
mengalami pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan energi. Oksidasi
tersebut sering disebut sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan
dihasilkan pula karbondioksida (CO2) dan air (H2O). baik tumbuhan
maupun hewan memerlukan oksigen dari udara bebas untuk
pernapasannya dlam rangka mendapatkan energi. (Effendi , Salsabila , &
Malik, 2018)

6. Mineral

Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat


(P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na),
dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk

12
ion-

13
ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk
berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan
dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-
reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh.
(Effendi , Salsabila , & Malik, 2018)

7. Batu

Batuan adalah benda alam yang tersusun dari satu atau lebih
mineral pembentuk kerak bumi. Kebanyakan batuan merupakan campuran
mineral yang tergabung secara fisik satu sama lain. Batuan umumnya
tersusun oleh gabungan mineral, bahan organik serta bahan-bahan
vulkanik. Berdasarkan proses pembentukannya, secara umum dibagi
kedalam 3 proses utama, yaitu proses kristalisasi, dari proses kristalisasi
akan terbentuk jenis batuan beku. Proses metamorfisme, dari proses
metamorfisme akan terbentuk jenis batuan metamorf. Proses terakhir
proses pengendapan, akan terbentuk jenis batuan sedimen. (Wibowo ,
Hidayat , & Arif , 2017)

D. Keanekaragaman Biotik Kolam Taman Mathilda


1. Udang vannamei

Udang vannamei di Indonesia merupakan jenis udang introduksi dari kawasan


sub-tropis sekitar perairan meksiko, Amerika latin. Meskipun asal udang
vannamei dari kawasan sub-tropis. Dalam pengembangannya dapat pula
dibudidayakan dikawasan tropis secara massal dengan penerapan teknologi
dari sederhana hingga intensif. Bila dibandingkan dengan jenis udang lainnya,
udang vannamei memiliki karakteristik spesifik seperti adaptasi tinggi
14
terhadap

15
lingkungan suhu rendah, perubahan salinitas, laju pertumbuhan yang relative
cepat pada bulan I dan II dan kelangsungan hudip tinggi. Dengan keunggulan
yang dimiliki tersebut, jenis udang ini sangat potensial dan prospektif
pengembangannya.
Nama ilmiah : Litopenaeus vannamei
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum :
Artrhopoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malascostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Infra ordo : Penaeidea
Super famili :Penaeioidea
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

2. Ikan patin

Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) mempunyai tubuh memanjang,


berwarna putih perak dengan punggung berwarna agak kebiruan, kepala ikan
relative kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak kebawah). Ikan patin
tidak memiliki sisik, hal ini merupakan ciri khas golongan catfish, panjang

16
tubuh mencapai 120 cm, sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang

17
berfungsi sebagai peraba. Pada permukaan punggung terdapat sirip lemak
dengan ukuran yang sangat kecil dan sirip ekornya membentuk cagak dengan
bentuk simetris
Nama ilmiah : Pangasius hypopthalmus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Schilbeidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius hypopthalmus

3. Ikan gabus

Ikan gabus disebut snakehead atau ikan kepala ular karena memiliki kepala
besar dan agak gepeng, mulut besar dengan gigi-gigi besar dan tajam serta
memiliki sisik besar diatas kepalanya. Tubuhnya berbentuk bulat gilig
memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor
membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ekor berwarna
gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih,
mulai dari dagu sampai ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata,
bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini sering kali menyerupai lingkungan
disekitarnya.
Nama ilmiah : Channa striata
Klasifikasi

18
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actynopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Channidae
Genus : Channa
Species : Channa striata

4. Ikan gurame

Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac) termasuk bangsa ikan Labyrinthici,


yaitu bangsa ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan (labirin) berupa
selaput tambahan berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama,
sehingga dapat mengambil oksigen langsung dari udara.
Nama ilmiah : Osphronemus goramy
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
SubOrder : Belontiidae
Family : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus gouramy Lac.

5. Ikan nila

19
Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari
golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut
induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan
ikan nila kedalam jenis Sarotherdon niloticus atau kelompok ikan tilapia yang
mengerami telur dan larvanya didalam mulut jantan dan betinanya. Para pakar
perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan
nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama Nilotika
menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika.
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila panjang
tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah
badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis
yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34
buah. Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam.
Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip
punggung berwarna abu-abu atau hitam
Nama ilmiah : Oreochromis niloticus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Percoidea

20
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

6. Ikan mas

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, memiliki badan dengan
bentuk panjang dan pipih kesamping serta memiliki daging yang lunak.
Nama ilmiah : Cyprinus carpio
Klasifikasi
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

7. Burung dara/merpati

21
Burung merpati (Columba livia) merupakan salah satu jenis burung yang
sudah lama dipelihara dan dibudidaya oleh para penggemar burung. Burung
merpati adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang memiliki bulu dan sayap yang mayoritas aktivitasnya adalah terbang di
udara. Burung merpati mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
jenis burung lainnya yaitu burung merpati mampu mengingat lokasi dengan
baik serta burung merpati mampu terbang hingga sekitar 65 – 80 km/jam dan
dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km
Nama ilmiah : Columbidae
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba Domestica

8. Tanaman pucuk merah

22
Tanaman ini dinamakan pucuk merah karena memiliki daun muda yang
berwarna merah dan warna hijau pada daun tua. Warna daunnya bervariasi
dari merah cerah, coklat, dan kamudian ke hijau bersamaan dengan perubahan
dari muda sampai daun tua. Batang tanaman pucuk merah dapat mencapai
ketinggian kurang lebih 5-9 meter dan berdiameter 30-40 cm. Daunnya
berbentuk oval dan pada ujungnya berbentuk lancip. Struktur daunnya
bertulang dan tumbuh pada tiap ranting pohon, bunga majemuk, buah
berbentuk bulat dan agak pipih. Tanaman pucuk merah dapat bertahan hidup
dalam kurun waktu yang cukup lama.
Nama ilmiah : Syzyginium myrtifolium Walp
Klasifikasi
Phylum : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Classis : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium oleana

9. Eceng gondok

Eeceng Gondok (Eichhornia crassipes)adalah salah satu jenis tumbuhan air


mengapung. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh
seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Phillip von Martius, seorang ahli
botani berkebangsaan jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan
ekspedisi disungai amazon, brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh
yang sangat tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat

23
merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dapat menyebar melalui saluran
air kebadan air lainnya.
Nama ilmiah : Eichhornia crassipes
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Super Divisi :
Embryophyta Divisi :
Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichornia kunth
Spesies : Eichornia crassipes

10. Pohon kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman serbaguna yang


seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia. Buah kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah dan air
kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk
industri. (Suhardiono, 2018). Kelapa merupakan salah satu keluarga Palmae.
Tanaman ini memiliki batang yang lurus dan umumnya tidak bercabang.
Tanaman kelapa merupakan tanaman monokotil dengan bentuk akar serabut
dan daun yang menyirip. Sedangkan bunga tanaman ini terletak diantara
ketiak daunnya yang disebut mayang

24
Nama ilmiah : Cocos nucifera L

25
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathopyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos Nucifera Linn

11. Pokon kersen

Pohon kersen (Muntingia calabura), adalah tanaman jenis neotropik yaitu


suatu jenis tanaman yang tumbuh baik di daerah tropis seperti Indonesia.
Tanaman kersen berasal dari Filipina dan dilaporkan masuk ke Indonesia pada
akhir abad ke19. Di Indonesia, pohon kersen sangat mudah tumbuh, tanpa
penanaman khusus. Sampai saat ini, pohon kersen hanya dimanfaatkan
sebagai tanaman peneduh di pinggir jalan karena daunnya yang rindang.
Berdasarkan klasifikasi botani, kersen termasuk familia Elaeocarpaceae.
Kersen adalah pohon yang selalu hijau (evergreen), tinggi pohon antara 3
sampai 12 meter, tumbuh dan berbuah sepanjang tahun pada ranting-ranting
yang mirip kipas. Percabangannya mendatar, menggantung ke arah ujung,
berbulu halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur 8 sampai berbentuk
lanset dengan panjang 4 – 14 cm dan lebar 1 – 4 cm dengan pangkal lembaran
daun yang nyata tidak simetris, tepi daun bergerigi, lembaran daun sebelah
bawah berbulu kelabu
Nama ilmiah : Muntingia calabura
Klasifikasi :
26
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales / Columniferae
Suku : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.

12. Hydrilla

Hydrilla (rumput air) adalah jenistanaman air yang hanya terdiri dari satu spesies.
Meskipun beberapa ahli botani membaginya menjadi beberapa spesies yaitu: H.
asiatica, H. japonica, Hlithuanica, danHovalifolica, Hydrilla verticillata memiliki
rimpang putih kekuningan yang tumbuh di sedimen bawah air sampai dengan
kedalaman 2 m. Panjang batang yang tumbuh sekitar 1-2 m.Hydrilla adalah tanaman
produktif dalam air yang dapat tumbuh dengan cepat dan dapat berkembang dalam air
dari beberapa sentimeter sampai 20 meter. Daun kecil (1/2-3/4 inci) berbentuk
segitiga-lancip yang berada di ulir dari 4-8 daun di sepanjang batang dengan lebar
masing-masing daun 5-20 mm dan panjang lebar 0,7-2 mm. Tidak seperti tanaman air
asli, daun Hydrilla memiliki tepi bergerigi atau duri kecil menonjol dan seperti
gundukan di sepanjang pelepah di bagian bawah, Hydrilla biasanya hijau, tapi karena
berada di bawah sinar matahari menjadi kuning atau coklat. Batang bercabang banyak
dekat permukaan dan tumbuh secara horisontal, membentuk tikar padat vegetasi.
Umbi kecil ada di dasar akar tanaman. Pelepah daun Hydrilla sering kemerahan jika
segar. Tanaman air ini termasuk monoecious, yaitu bunga jantan dan betina diproduksi
secara terpisah di sebuah tanaman tunggal. Bunga-bunga kecil dengan tiga sepal dan
tiga kelopak, panjang kelopak 3-5 mm, transparan dengan garis-garis merah.

27
Hydrilla adalah tumbuhan Spermatophyta yang hidup di air, sehingga ia memiliki
bentuk adaptasi yang berbeda dengan Spermatophyta darat. Dinding selnya tebal
untuk mencegah asmosis air yang dapat menyebabkan lisisnya sel. Sel Hydrilla
berbentuk segi empat beraturan yang tersusun seperti batu bata. Memiliki kloroplas
dan klorofil yang terdapat didalamnya. Pada daun Hydrilla, dapat pula diamati proses
aliran sitoplasma, yaitu pada bagian sel-sel penyusun ibu tulang daun yang
memanjang di tengah-tengah daun. Pada hydrilla juga terdapat trikoma yang berfungsi
untuk mencegah penguapan yang berlebihan. Hydrilla merupakan tumbuhan
tenggelam, biasanya berakar, hidup selamanya di air dengan panjang batang mencapai
9 m (30 kaki), Berasal dari rimpang dan berujung dengan umbi kecil, Hydrilla
memiliki resistensi yang tinggi terhadap salinitas (> 9-10ppt) dibandingkan dengan
tanaman air lain yang terkait di air tawar, Hydrilla mirip beberapa tanaman air lainnya,
termasuk Egeria dan Elodea.
Hydrilla memiliki beberapa metode reproduksi, didalam air, cabang atau akar fragmen
dari tanaman yang rusak dapat hanyut ke daerah baru, Selain itu, dapat menyebar ke
daerah lain melalui cabang/akar fragmen yang melekat pada perahu dan trailer. Tunas
kecil, kompak tunas yang terbentuk di axils daun sepanjang batang dapat melayang ke
daerah-daerah baru. Studi di University of Minnesota telah menunjukkan bahwa tunas
bentuk monoecious cenderung bertahan di iklim utara. Bentuk dioecious tampaknya
kurang toleran dingin, Hydrilla dapat tumbuh dalam berbagai kondisi, termasuk
cahaya rendah, masih mengalir air, dangkal dan mendalam. Hydrilla verticillata
merupakan ancaman serius bagi danau dan sungai karena adaptasi nya. Hydrilla
verticillata termasuk dalam Daftar Gulma beracun Federal Amerika Serikat, tapi
pasokan akuarium melanjutkan penjualan melalui Internet. Hydrilla verticillatatelah
diklasifikasikan sebagai Daftar spesies Tanaman nasional yang dilarang pada daerah
Selandia Baru (Steward, KK dan Van TK. 1987, 1987).
Tumbuhan ini asli dan hidup di perairan hangat hingga dingin dari Asia. Afrika
Australia. dan tersebar di Eropa. Hydrilla berasal dari Afrika dibawa ke AS sebagai
tanaman akuarium. Kemudian tersebar luas di negara-negara selatan Washington,
Indiana dan Maine Hydrilla kurang toleran dingin.
Nama ilmiah : Hydrilla
Klasifikasi :

28
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata sp.

E. Potensi Organisme di Ekosistem Kolam Taman Mathilda


Adapun organisme yang berpotensi hasil dari observasi yang telah
dilakukan seperti:
1. Daun kersen dijadikan sebagai teh
Buah kersen memiliki khasiat yang luar biasa dalam mengobati
beberapa jenis penyakit termasuk asam urat dan hal ini telah di ketahui
oleh masyarakat Jawa Tengah pada umumnya. Selain buahnya, ternyata
daun tanaman kersen juga memiliki khasiat, yaitu kelompok senyawa
lignanxantara lain flavonoid,xtannin, triterpene,xsaponin, danxpolifenol
yang menunjukkan aktivitas antioksidatif yang dapat dimanfaatkan
sebagai antioksidan alami apabila dikonsumsi Daun kersen adalah
tumbuhan yang memiliki manfaat yaitu potensinya dapat membantu
melindungi dan menjaga kesehatan tubuh. Daun kersen bisa dibuat
menjadi minuman yang memiliki manfaat menyembuhkan penyakit,
karena memiliki kandungan kimia berupa metabolit primer, mineral, dan
metabolit sekunder. Sebagian orang banyak yang belum mengetahui tidak
hanya buahnya saja yang dapat dikonsumsi tetapi daunnya dapat dijadikan
teh. Adapaun cara membuat teh daun kersen sebagai berikut:

29
a. Alat
- Oven 1 buah
- Blender 1 buah

b. Bahan
- Daun kersen muda secukupnya
- Kantong teh secukupnya

c. Cara Membuat:
1. Memilih daun kersen yang masih muda dan tidak di makan ulat.

2. Mencuci daun kersen sampai bersih.

3. Setelah dicuci, kemudian meletakkan daun kersen di dalam


wadah yang besar.
4. Lalu, menjemur Memotong kecil - kecil daun kersen yang telah
dicuci tadi.
5. Setelah itu, memasukkan daun kersen yang telah dipotong tadi
ke dalam oven yang bersuhu 300° C dalam waktu 20 menit.
6. Setelah 20 menit kemudian memasukkan daun kersen tadi
ke dalam blender untuk dihaluskan.
7. Setelah halus memasukkan bubuk daun kersen tersebut ke
dalam kantong teh dan siap disajikan.

2. Eceng gondok dijadikan sebagai tempat tissue


Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah tanaman air yang
sering kali dianggap gulma karena kemampuannya untuk tumbuh dengan
cepat di perairan. Meskipun eceng gondok dapat menjadi masalah
ekologis ketika tumbuh secara liar di perairan, tetapi dalam konteks
kerajinan,

30
tanaman ini memiliki banyak potensi kreatif. Eceng gondok memiliki
batang yang kuat dan serat yang fleksibel, sehingga sangat cocok untuk
dibentuk menjadi berbagai bentuk. Kemampuannya untuk dianyam. Salah
satunya dimanfaatkan sebagai kotak tissue.
a. Alat dan Bahan

Alat:

- Gunting 1 buah
- Pisau 1 buah
- Kuas 1 buah
- Jarum 1 buah
- Setrika 1 buah
- Penggaris Besi 1 buah

Bahan:
- Eceng gondok secukupnya
- Lem secukupnya
- Tempat tissue bekas 1 buah
- Cat secukupnya
- Vernis secukupnya
- Tiner Benang secukupnya

b. Langkah Pembuatan:
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Membersihkan eceng gondok yang akan digunakan
3. Menjemur eceng gondok selama 4 hari sampai kering.
4. Menyetrika eceng yang sudah kering hingga lurus dan menjadi
tipis.
5. Mewarnai dengan cat (dengan ditambah tiner) eceng gondok
yang sudah disetrika.

31
6. Menjemur eceng gondok lagi hingga cat kering.
7. Setelah kering potong menjadi beberapa bagian.
8. Menempelkan eceng gondok di sisi kotak tissue hingga menutupi
permukaan sisi kanan,kiri, depan, dan belakang.
9. Mencat bagian permukaan atas dan bawah kotak tissue.
10. Membuka salah satu sisi samping kotak tissue untuk
memasukkan tissue, beri perekat.
11. Memberikan vernis seluruh bagian permukaan kotak tissue
supaya mengkilap, lalu keringkan.
12. Terakhir kotak tissue duri eceng gondok siap digunakan.

F. Solusi Pengolahan Ekosistem Kolam Taman Mathilda


Pengelolaan ekosistem kolam merupakan salah satu hal penting yang harus
dilakukan dan menjadikan tugas paling penting untuk menjaga keberlanjutan
ekosistem kolam dan keindahan taman mathilda ini. Beberapa solusi
pengelolaan ekosistem kolam yang perlu diterapkan di taman mathilda agar
tetap terjaga keberlanjutan dan keindahan ekosistemnya:
1. Perlu pemeliharaan kualitas air dengan menjaga kualitas air kolam yang
mana pada kolam taman mathilda ini airnya yang berwarna kecoklat maka
diperlukan adanya pemeliharaan kualitas air.
2. Pengelolaan sampah dengan menerapkan sistem pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan seperti pengomposan dari dedaunan yang terdapat di
kolam taman mathilda yang banyak ditumbuhi pepohonan dan daun yang
berjatuhan masuk kedalam kolam dan dapat mempengaruhi dampak
negatif dari kualitas air kolam taman mathilda.
3. Pengendalian hama dan penyakit dengan Melakukan pengendalian hama
dan penyakit dengan cara yang ramah lingkungan, seperti penggunaan
predator alami atau metode biologi.

32
4. Perlu ada nya pemilihan ikan yang sesuai agar menarik minat dari
wisatawan di kolam taman mathilda karena ikan yang ada disana Memilih
ikan yang sesuai dengan ukuran dan kondisi kolam dapat membantu
mencegah terjadinya persaingan sumber daya. Beberapa jenis ikan yang
tidak cocok untuk dipelihara di kolam taman Mathilda dapat dilihat pada
pernyataan sebelumnya.

G. Rancangan Praktikum Sederhana


Melakukan praktikum pada proses fotosintesis eceng gondok. praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen,
mengamati faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis.
Adapun alat dan bahannya yaitu :
Alat :
1 Gelas beker 500 ml 2 buah
2 Corong kaca 2 buah
3 Tabung Reaksi 2 buah
4 Termometer 1 buah
5 Kawat secukupnya
6 Baki 1 buah

Bahan :
1 Tanaman Hydrilla secukupnya
2 Aquadest secukupnya

Cara Kerja:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengambil 2 potong tanaman
3. Menyisipkan kawat berbentuk S kemudian, mengaitkan kawat dibagian
ujung tanaman Hydrilla verticillata.
4. Memasukkan masing - masing potongan tanaman Hydrilla verticillata
melalui bawah corong gelas kecil kemudian gantungkan kawat pada mulut
corong dan usahakan agar tanaman tidak menutupi tabung dari corong.
5. Memasukkan Aquadest ke dalam ke dua gelas beker sampai penuh, dan
33
memberikan label pada masing-masing gelas beker dengan nama terang
dan gelap.
6. Setelah itu, memasukkan tanaman hydrila tadi yang telah dimasukkan ke
dalam corong kaca ke dalam gelas beker yang telah terisi Aquadest.
7. Memasukkan Aquadest sampai penuh ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Lalu meletakkan tabung reaksi tadi ke bagian ujung corong kaca
dengan posisi tabung reaksi terbalik.
8. Mengukur suhu awal pada masing-masing gelas beker menggunakan
termometer, dan mencatatnya pada tabel pengamatan.
9. Kemudian menutup gelas beker yang dilabeli gelap menggunakan plastik
hitam untuk melihat reaksi gelap. Sedangkan, pada gelas beker yang
terdapat label terang, meletakkan di bawah sinar matahari.
10. Setelah itu, menyalakan stopwatch sekitar 15 menit untuk melihat reaksi
pada kedua perlakuan.
11. Setelah 15 menit, membuka plastik hitam pada reaksi gelap, dan mengukur
kembali masingmasing suhu kemudian mencatatnya.
12. Langkah terakhir mengamati kedua perlakuan dengan melihat gelembung
yang dihasilkan, dan mencatat hasil pengamatan pada tabel
hasil pengamatan.

TABEL PENGAMATAN
Suhu 󠇡°C
No Perlakuan Percobaan Awal Akhir Jumlah Gelembung Gas

1. Tempat terang

2. Tempat gelap

PERTANYAAN PESERTA DIDIK


1. Apa tujuan dari pemilihan tanaman Hydrilla sebagai tanaman untuk praktikum
fotosintesis?
2. Apa yang diperlukan oleh Hydrila untuk melakukan proses fotosintesis?
3. Apa yang akan terjadi pada tanaman Hydrila jika kita letakkan mereka
dalam gelap selama beberapa waktu?
4. Apayang akan terjadi pada tanaman Hydrilla jika kita letakkan di tempat yang
34
terang selama beberapa waktu?
5. Bagaimana cara mengetahui bahwa Hydrilla mengalami proses fotosintesis?

35
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lahan basah adalah sebuah ekosistem yang terbentuk oleh dominasi air
dan karakteristik serta prosesnya dikendalikan oleh air. Lahan basah
terbagi menjadi dua yitu lahan basah alami dan lahan basah buatan. Pada
lahan basah buatan contohnya yaitu kolam. Kolam merupakan lahan yang
dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat
digunakan untuk pemeliharaan ikan dan hewan air lainnya dan target
produksinya. Dalam kolam tentunya terdapat berbagai macam unsur biotik
dan abiotik yang menjadi penyusun dalam ekosistem kolam tersebut.
Faktor abiotik. adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak
hidup, misalnya udara, air, cahaya, dll.serta komponen faktor biotik adalah
komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Adapun
keanekaragaman abiotik pada kolam taman mathilda yaitu tanah, suhu atau
temperatur, cahaya matahari, air,udara,mineral,batu. Keanekaragaman
biotik di kolam taman mathilda yaitu udang,ikan patin,ikan gabus, ikan
nila, ikan mas, burung dara atau merpati, tanaman pucuk merah,eceng
gondok, pohon kelapa, dan pohon keren.
B. Saran
Dengan mengetahui tentang lahan basah dan juga contoh lahan basah yaitu
kolam beserta potensi dari komponen penyusun di dalamnya baik biotik
maupun abiotik, diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami
tentang lahan basah, komponen penyusun lahan basah kolam, serta potensi
yang dapat diambil dari lahan basah komponen penyusun tersebut. Penulis
sangat menerima saran dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah
yang akan dibuat selanjutnya, sehingga makalah akan lebih lengkap
setelah mendapatkan koreksi dan saran

36
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, A. S. (2018). Aspek hukum pelestarian lahan basah pada situs ramsar di
Indonesia (studi terhadap implementasi konvensi ramsar 1971 di Taman
Nasional Tanjung Puting). Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada, 30(2), 246-261.

Effendi , R., Salsabila , H., & Malik, A. (2018). Pemahaman Tentang Lingkungan
Berkelanjutan . Universitas Diponegoro, 75--82.

Haryani, M. F., Hadisoebroto, R., & Aryantie, M. H. (2019). Pengolahan air


limbah non kakus permukiman menggunakan lahan basah buatan sebagai
pilihan layanan dasar lingkungan perkotaan. In Seminar Nasional
Pembangunan Wilayah dan Kota Berkelanjutan (Vol. 1, No. 1).

M., Sihite, D., & Erliyani, R. (2022). Perlindungan Lingkungan Lahan Basah
Dalam Pranata Hukum Di Kabupaten Hulu Sungai Utara. JURNAL
ILMIAH MUQODDIMAH : Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan Humaniora,
1(1) : 167-175.

Muhsin, N. M. A. F. (2019). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH FUNGSI


LAHAN PERTANIAN DI KOTA TANGERANG (Doctoral dissertation,
Faculty of Social and Political Sciences).

Nursobah, N., Salmon, S., Lailiyah, S., & Sari, S. W. (2022). Prototype Sistem
Telemetri Suhu Dan Ph Air Kolam Budidaya Ikan Air Tawar (Ikan Nila)
Berbasis Internet Of Things (IOT). Sebatik, 26(2), 788-797.

Nursobah, N., Salmon, S., Lailiyah, S., & Sari, S. W. (2022). Prototype Sistem
Telemetri Suhu Dan Ph Air Kolam Budidaya Ikan Air Tawar (Ikan Nila)
Berbasis Internet Of Things (IOT). Sebatik, 26(2), 788-797.

Putrawan, IGH, Rahardjo, P., & Agung, IGAPR (2019). Sistem Monitoring
Tingkat Kekeruhan Udara dan Pemberi Pakan Otomatis pada Kolam
Budidaya Ikan Koi Berbasis NodeMCU. Majalah Ilmiah Teknologi
Elektro , 19 (1), 1.
37
Raharjo, S. (2021). Teknologi Pengolahan Air limbah Domestik dengan Lahan
Basah Buatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 22 (2) : 201-210.

Saleh, J. (2020). Prospek Kelayakan Pengembangan Budidaya Ikan Nila Di


Kolam Air Tenang Di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS BOSOWA).

Sutrisno, A. (2023). Pemetaan Daya Dukung Lingkungan Lahan Basah Desa


Tanjung Buka Dalam Penyediaan Air dan Pangan. Borneo Engineering :
Jurnal Teknik Sipil, 1(7) : 81-88.

Wibowo , S. N., Hidayat , B., & Arif , J. (2017). Identifikasi Jenis Batuan Beku
Melihat Bentuk Pola Batuan Menggunakan Metode Discrete Wavelet
Transform (DWT) dan K-Nearest Neithgbor (KNN). e-Procedding Of
Engineering , 1679.

Wimbaningrum, R., Arianti, I., & Sulistiyowati, H. (2020). Efektivitas Tanaman


Lembang (Typha angustifolia L.) di Lahan Basah Buatan dalam Penurunan
Kadar TSS, BOD dan Fosfat pada Air Limbah Industri Laundry. Berkala
Sainstek, 8(1), 25-28.

38

Anda mungkin juga menyukai