OLEH : KELOMPOK 2
Luh Gede Ary Darmawathi (203221151)
Kadek Aryani (203221152)
Ni Putu Chynthia Purna Dewi (203221154)
Ni Made Budi Astiti (203221155)
I Gusti Ayu Wintan (203221156)
Sri Astiti Padma Parashita (203221157)
Luh Ayu Dwi Prapthi Maharani (203221158)
Dewi Edy Tirtawati (203221159)
Ni Wayan Ekayanti (203221160)
Putu Eka Setiawati (203221161)
Ni Wayan Meya Widianti (203221162)
Ni Kadek Rikayanti (203221163)
Ni Made Sri Meira Utami (203221164)
Ni Luh Ketutu Ayuniati (203221165)
A A Made Ria Suarmayanti (203221166)
I Gusti Putu Kristiawati (203221167)
I Dewa Ayu Rai Widiari (203221168)
I Komang Budi Mahendra (203221169)
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
menyelesaikan makalah ini tepat waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku
dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terimaksih kepada pihak yang telah membantu
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurna karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan dating.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan dan Penanganan Tanah Longsor dan Banjir .......................... 7
2.2 Jenis Banjir dan Karakteristik Kejadian Longsor dan Banjir ..................... 10
2.3 Data Kejadian dan Permasalahannya ......................................................... 16
2.4 Karakteristik Korban dan Penanganan Yang Diperlukan........................... 19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Banjir dan tanah longsor merupakan salah satu bencana yang termasuk
longsor perlu dilakukan. Besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan
bencana adalah upaya sistematis dan terpadu untuk mengelola bencana dan
darurat serta upaya pemulihan berupa rehabilitasi dan rekontruksi (Andri, 2017).
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana serta pemberian
bantuan hidup dasar. Peran perawat dapat dimulai sejak tahap mitigasi
hingga tahap recovery. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh perawat
bencana alam yang berpotensi didaerah yang rawan terjadi bencana (Sutha, dkk,
2021).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini selanjutnya akan
4
1,2 Rumusan Masalah
2. Apa saja jenis-jenis dan karakteristik kejadian banjir dan tanah longsor?
yang diperlukan?
1. Tujuan Umum
longsor.
2. Tujuan Khusus
longsor.
c. Untuk mengetahui data kejadian dan perasalahan banjir dan tanah longsor.
5
tujuan, dan sistematika penulisan)
6
BAB II
PEMBAHASAN
tak sedikit korban yang tewas karenanya. Badan Penanggulangan Bencana sudah
sering melakukan upaya penanggulangan tanah longsor, namun kita tidak tahu kapan
bencana itu akan terjadi. Indonesia mempunyai rekor masalah bencana longsor salah
satu yang terbesar adalah longsor di Banjarnegara pada 2015 kemarin. Inilah sebabnya
perlu dilakukan upaya dan strategi penanggulangan tanah longsor antara lain adalah
dengan:
kawasan lereng
3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari
longsor
7
5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam
yang tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bisa
6. Relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar ini adalah upaya
dareh longsor. Peringatan sebelum longsor bisa dilakukan kepada warga untuk
10. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,
menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke
luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau
11. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras –
teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
8
12. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa
di minimalisir.
13. Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan
14. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat
kedalam tanah.
B. PENANGGULANGAN BANJIR
1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai dan
selokan adalah tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari dengan
9
5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan
menyebabkan bumi ini akan semakin sulit menahan bebanya dan membuat
menebang pohon tidak dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut
A. Macam-Macam Banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah
meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi
daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus
2. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir
cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat
banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera
mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat
10
terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan
3. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga
mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya
daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah
banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan
apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat
pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut
terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan
Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah
sekitar pegunungan.
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti
ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan
menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan
menggenangi daratan.
11
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini
biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan
lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar
dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah
6. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo.
Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari
dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan
merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang
berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat
diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran
yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
12
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada
2. Longsoran Rotasi
3. Pergerakan Blok
blok batu.
4. Runtuhan Batu
13
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain
5. Rayap Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
miring ke bawah.
14
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran
sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
15
2.3 Data Kejadian dan Permasalahannya
kawasan rawan bencana longsor dibedakan atas zona - zona berdasarkan karakter
dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap zona akan berbeda dalam
penentuan struktur ruang dan pola ruangnya serta jenis dan intensitas kegiatan yang
dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan
luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas manusia sebagai faktor pemicu
air lereng, curah hujan, jenis dan penggunaan lahan yang melebihi daya dukung,
serta dampak yang ditimbulkan. Setiap tipe zona berpotensi longsor, ditetapkan
16
longsor, serta kemungkinan besarnya korban dan kerugian apabila terjadi bencana
alami dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia atau tingkat resiko.
menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian Timur.
Wilayah yang termasuk rawan bencana banjir yaitu wilayah NAD, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, wilayah pantai Utara Jawa dan
Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya
b. Banjir lokal yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang
17
a. Regular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh hujan.
b. Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti
1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama
berhari-hari.
2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir
atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.
5. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak tanaman
6. Didaerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa
18
2.4 Karakteristik Korban dan Penanganan Yang Diperlukan
1. Tertimbun tanah
3. Luka-luka
C. Penanganan Korban
Pada kondisi bencana baik sering ditemukan korban, dan memerlukan tindakan
yang cepat dan tepat, tindakan awal terutama dipra-hospital sangat menentukan
merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada korban yang mengalami trauma
fisik maupun psikologis, yang dapat disebabkan karena berbagai hal seperti
terjadi serta mencegah kecacatan dan kematian korban (Austin, Rudy and Barry,
2016).
Pada saat penolong berusaha memberikan pertolongan kepada korban bencana hal
ada beberapa tahapan dan prinsip yang harus diperhatikan, terutama terkait
keamanan diri, keamanan korban dan kondisi lingkungan, untuk keselamatan diri
antara lain : kemampuan diri, mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan
19
dilakukan, penggunaan alat proteksi diri (APD) seperti sarung tangan (handscoen)
Muskuloskeletal
Vulnus atau luka merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan kontinuitas
sebelumnya normal, tanda umum pada kejadian luka antara lain: nyeri disebabkan
oleh karena trauma pada sistem saraf, adanya perdarahan, sampai dengan timbulnya
Adapun penyebab dari luka antara lain: trauma mekanis yang disebabkan oleh
karena adanya gesekan, terpukul, tertusuk, terbentur, dan terjepit, Trauma elektris
penyebabnya yaitu oleh karena cedera listrik dan petir, Trauma termis disebabkan
oleh panas dan dingin, serta Trauma kimia disebabkan oleh zat kimia yang bersifat
Pembagian luka menurut Anglo-Saxon antara lain: Abrasi yaitu luka paling
superfisial, dengan sedikit perdarahan, Laserasi yaitu bentuk luka yang tidak teratur
oleh karena ditimbulkan benda tumpul, tepi luka bervariasi dari rata hingga tak
teratur. Penetrating Wound terjadi karena benda tajam atau peluru, Avulsi yaitu
bentuk luka seperti flap, bila sirkulasi baik maka luka lekas sembuh begitu juga
sebaliknya jika sirkulasi tidak baik maka luka akan menjadi nekrosis, Open
Tatalaksana Luka Akut, Adapun tujuan dari perawatan luka antara lain: Mencegah
20
memberikan rasa nyaman dan aman pada pasien mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan dari luka. Adapun alat-alat yang diperlukan antara lain:
Satu set perawatan luka/packing set (2 buah pinset anatomis, 1 buah pinset
chirurgis), gunting hecting, kom kecil sebanyak 2 buah, bengkok, gaas steril, cairan
untuk menutup luka serta salep/obat sesuai orderan. Tahapan Perawatan Luka Akut
1. Mencuci tangan.
6. Kaji kondisi luka pasien, kaji luas luka bakar dengan rumus Rule of Nine
dan kedalaman luka, serta apakah ada luka terbuka yang perlu dilakukan
hecting.
7. Bersihkan luka sesuai kondisi luka tetap steril dengan menggunakan gaas
jaringan steril.
9. Apabila ada bulla, bulla tidak boleh dipecahkan terutama pada fase akut
21
10. Berikan tulle yang telah dicampur dengan sukralfat / wound dress untuk
luka bakar/luka akut, kemudian tutup luka dengan gaas lembab yang diisi
kering.
11. Balut luka dengan menggunakan gaas gulung dari arah distal ke proksimal.
12. Buka sarung tangan, fiksasi perban dengan plester dan rapikan pasien
seperti semula.
Pembalutan dan pembidaian dilakukan pada kasus trauma terutama fraktur yaitu
dengan melakukan tindakan look, listen dan move, adapun tanda dari fraktur antara
dan hal yang mengancam jiwa serta kecacatan contohnya apakah ada tanda-tanda
compartment, amputasi, bahkan kematian karena terjadi syok) antara lain: kaji
status neurologi, imobilisasikan bagian yang cedera dengan pemasangan bidai atau
pembidaian, diperlukan tindakan kolaborasi dengan medis atau tidak terkait operasi
pada area fraktur, dan proses rehabilitasi. (Hammond and Zimmermann, 2013).
22
Prinsip tindakan pembidaian antara lain: pastikan diukur dari bagian yang tidak
cedera, ikuti aturan bidai bagian yang cedera apa adanya, sesuai kondisi saat itu,
jangan meluruskan bagian yang cedera, kecuali terjadi angulasi yang berat dan
atau sendi di atas atau bawah cedera juga terimobilisasi (jika trauma terjadi pada
sendi harus melewati dua tulang, dan jika terjadi pada tulang harus melewati dua
terhadap PMS (Pulsasi, Motorik dan Sensorik di area trauma), perlu dilakukan
pemberian analgetic atau perawatan luka jika ada ada luka terbuka. Adapun alat-
alat yang dapat digunakan untuk pembalutan dan pembidaian antara lain: mitela,
bidai rigid atau soft, elastic bandage, balut cepat (luka yang terbuka) (Hammond
pertama, restore safety yakni membawa ke tempat yang aman dan nyaman untuk
mengungsi dan melakukan evakuasi yang aman juga disertai pemenuhan kebutuhan
dasar seperti makananan, minuman, pakaian pengganti, dan MCK. Kedua facilitate
function yakni upaya memberikan rasa nyaman selama mengungsi dengan berbagai
korban trauma healing terutama kelompok balita dan anak-anak. Ketiga, empower
23
alternatif-alternatif yang memungkinkan mereka kembali beraktivitas pasca
bencana. Selain itu sangat mendesak untuk dilakukan pendidikan bencana menjadi
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
pemetaan tanah longsor perlu dilakukan. Besar angka kejadian dan dampat
2017).
meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap koban bencana serta
pemberian bantuan hidup dasar. Peran perawat dapat dimulai sejak tahap
rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran rombakan.
Jenis golongan longsoran dan rotasi yang paling banyak terjadi di Indonesia.
3.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Sutha, dkk. 2021. Program Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor Akibat
IAIN Jember.
https://www.harianbhirawa.co.id/memahami-karakteristik-bencana-banjir/
2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor
https://bpbd.wonogirikab.go.id/2019/02/22/cara-menanggulangi-bencana-banjir/
http://bpbd.pamekasankab.go.id/penanggulangan/
26