Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

KONSEP PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH


LONGSOR

OLEH : KELOMPOK 2
Luh Gede Ary Darmawathi (203221151)
Kadek Aryani (203221152)
Ni Putu Chynthia Purna Dewi (203221154)
Ni Made Budi Astiti (203221155)
I Gusti Ayu Wintan (203221156)
Sri Astiti Padma Parashita (203221157)
Luh Ayu Dwi Prapthi Maharani (203221158)
Dewi Edy Tirtawati (203221159)
Ni Wayan Ekayanti (203221160)
Putu Eka Setiawati (203221161)
Ni Wayan Meya Widianti (203221162)
Ni Kadek Rikayanti (203221163)
Ni Made Sri Meira Utami (203221164)
Ni Luh Ketutu Ayuniati (203221165)
A A Made Ria Suarmayanti (203221166)
I Gusti Putu Kristiawati (203221167)
I Dewa Ayu Rai Widiari (203221168)
I Komang Budi Mahendra (203221169)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu

menyelesaikan makalah ini tepat waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu

tugas dari Keperawatan Bencana.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan

dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari

semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku

dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui

media ini kami sampaikan ucapan terimaksih kepada pihak yang telah membantu

pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurna karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.

Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat

memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan dating.

Om Santih, Santih, Santih om

Denpasar, 17 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan dan Penanganan Tanah Longsor dan Banjir .......................... 7
2.2 Jenis Banjir dan Karakteristik Kejadian Longsor dan Banjir ..................... 10
2.3 Data Kejadian dan Permasalahannya ......................................................... 16
2.4 Karakteristik Korban dan Penanganan Yang Diperlukan........................... 19

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ..................................................................................................... 25
3.2 Saran ........................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banjir dan tanah longsor merupakan salah satu bencana yang termasuk

dalam jumlah kejadian bencana terbanyak di Indonesia sehingga pemetaan tanah

longsor perlu dilakukan. Besarnya angka kejadian dan dampak yang ditimbulkan

oleh bencana sehingga membutuhkan upaya penanggulangan. Penanggulangan

bencana adalah upaya sistematis dan terpadu untuk mengelola bencana dan

mengurangi dampak bencana, diantaranya penetapan kebijakan dalam bencana,

pengelolaan resiko berupa usaha pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap

darurat serta upaya pemulihan berupa rehabilitasi dan rekontruksi (Andri, 2017).

Penanggulangan bencana oleh perawat pada tahap tanggap darurat meliputi

pengkajian secara cepat dan tepat terhadap korban bencana serta pemberian

bantuan hidup dasar. Peran perawat dapat dimulai sejak tahap mitigasi

(pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase prehospital dan hospital,

hingga tahap recovery. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh perawat

pada persiapan menghadapi bencana yaitu dengan memberikan edukasi mengenai

bencana alam yang berpotensi didaerah yang rawan terjadi bencana (Sutha, dkk,

2021).

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini selanjutnya akan

dibahas mengenai konsep penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor.

4
1,2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah permasalahan dan penanganan tanah longsor dan banjir?

2. Apa saja jenis-jenis dan karakteristik kejadian banjir dan tanah longsor?

3. Bagaimana data kejadian dan perasalahan banjir dan tanah longsor?

4. Bagaimana karakteristik korban banjir dan tanah longsor serta penanganan

yang diperlukan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

dan wawasan mengenai konsep penanggulangan bencana banjir dan tanah

longsor.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui permasalahan dan penanganan tanah longsor dan banjir

b. Untuk mengetahui jenis-jenis dan karakteristik kejadian banjir dan tanah

longsor.

c. Untuk mengetahui data kejadian dan perasalahan banjir dan tanah longsor.

d. Untuk mengetahui karakteristik korban banjir dan tanah longsor serta

penanganan yang diperlukan

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan (terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

5
tujuan, dan sistematika penulisan)

BAB II : Pembahasan (menjabarkan isi makalah)

BAB III : Penutup (berisi simpulan dan saran)

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan dan Penanganan Tanah Longsor dan Banjir

A. PENANGGULANGAN TANAH LONGSOR

Kejadian tanah longsor seringkali terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan

tak sedikit korban yang tewas karenanya. Badan Penanggulangan Bencana sudah

sering melakukan upaya penanggulangan tanah longsor, namun kita tidak tahu kapan

bencana itu akan terjadi. Indonesia mempunyai rekor masalah bencana longsor salah

satu yang terbesar adalah longsor di Banjarnegara pada 2015 kemarin. Inilah sebabnya

perlu dilakukan upaya dan strategi penanggulangan tanah longsor antara lain adalah

dengan:

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan

terjadi tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di

kawasan lereng

3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari

dalam lereng keluar lereng

4. Pembuatan bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah penyebab

longsor

7
5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam

yang tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bisa

menjaga drainase air.

6. Relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar ini adalah upaya

penting yang harus dilakukan pemerintah ketika ancaman bencana bisa

merenggut nyawa dan kerugian yang besar.

7. Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor dengan menciptkan

alat-alat pendeteksi pergerakan tanah yang berisiko akan longsor di daerah-

dareh longsor. Peringatan sebelum longsor bisa dilakukan kepada warga untuk

melakukan tindakan mitigasi bencana.

8. Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di sekitar

lereng yang curam.

9. Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan bencana

terutama bencana tanah longsor

10. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,

menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke

luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau

meresapkan air ke dalam tanah

11. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras –

teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah

8
12. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam

yang tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa

di minimalisir.

13. Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan

kokoh saat terjadi bencana

14. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat

kedalam tanah.

15. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).

B. PENANGGULANGAN BANJIR

Berikut ini ada beberapa cara untuk penanggulangan bencana banjir :

1. Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai dan

selokan adalah tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari dengan

sampah atau menjadi tempat pembuangan sampah yang akhirnya menyebabkan

sungai dan selokan menjadi tersumbat.

2. Melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan pepohonan yang

dapat menyerap air dengan cepat.

3. Memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuar lahan hijau

untuk penyerapan air.

4. Berhenti membangun perumahan di tepi sungai, karena akan mempersempit

sungai dan sampah rumah juga akan masuk sungai.

9
5. Berhenti membangun gedung-gedung tinggi dan besar, karena akan

menyebabkan bumi ini akan semakin sulit menahan bebanya dan membuat

permukaan tanah turun.

6. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga di bantaran

sungai, karena pohon berperan penting untuk pencegahan banjir. Sebenarnya

menebang pohon tidak dilarang bila kita akan menanam kembali pohon tersebut

dan tidak membiarkan hutan menjadi gundul.

2.2 Jenis Banjir dan Karakteristik Kejadian Longsor dan Banjir

A. Macam-Macam Banjir

Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

1. Banjir air

Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah

meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi

daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus

sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.

2. Banjir “Cileunang”

Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir

cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat

banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera

mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat

10
terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan

(langsung terjadi saat hujan tiba).

3. Banjir bandang

Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga

mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya

daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah

banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan

apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat

pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut

terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan

menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar.

Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah

sekitar pegunungan.

4. Banjir rob (laut pasang)

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti

ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan

menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan

menggenangi daratan.

5. Banjir lahar dingin

11
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini

biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan

lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar

dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah

meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.

6. Banjir lumpur

Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo.

Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari

dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan

merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang

berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat

diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik

semburan lumpur utama.

B. Berbagai macam karakteristik tanah longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,

pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis

longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran

yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi

12
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuanpada bidang

gelincir berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang

gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi

blok batu.

4. Runtuhan Batu

13
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain

bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.Umumnya terjadi pada lereng

yang terjal hingga meng- gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu

besar yang jatuhdapat menyebabkan kerusakan yang parah.

5. Rayap Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis

tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir

tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis

rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah

miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan

14
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.

Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis

materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan

meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran

sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

15
2.3 Data Kejadian dan Permasalahannya

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PMPU) No.22/PRT/M/2007 menetapkan

kawasan rawan bencana longsor dibedakan atas zona - zona berdasarkan karakter

dan kondisi fisik alaminya sehingga pada setiap zona akan berbeda dalam

penentuan struktur ruang dan pola ruangnya serta jenis dan intensitas kegiatan yang

dibolehkan, dibolehkan dengan persyaratan, atau yang dilarangnya. Zona

berpotensi longsor adalah daerah/kawasan yang rawan terhadap bencana longsor

dengan kondisi terrain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan

luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas manusia sebagai faktor pemicu

gerakan tanah, sehingga berpotensi terjadinya longsor. Zonasi dibedakan

berdasarkan kemiringan lerengnya yaitu sebagai berikut:

1. Zona A : daerah dengan kemiringan lereng > 40% (>210 )

2. Zona B : daerah dengan kemiringan lereng 21- 40% (11-210 )

3. Zona C : daerah dengan kemiringan lereng 0-20% (0-110 ) 17

Ketiga tipe zona berpotensi longsor ( tipe A, tipe B, tipe C) dapat

menunjukkan tingkat kerawanan yang beragam dari tinggi hingga rendah,

tergantung kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah penyusun, struktur geologi, tata

air lereng, curah hujan, jenis dan penggunaan lahan yang melebihi daya dukung,

serta dampak yang ditimbulkan. Setiap tipe zona berpotensi longsor, ditetapkan

klasifikasinya, yakni pengelompokkan tipe – tipe zona berpotensi longsor ke dalam

tingkat kerawanannya. Tingkat kerawanan sendiri adalah ukuran yang menyatakan

besar kecilnya kemungkinan suatu zona berpotensi longsor mengalami bencana

16
longsor, serta kemungkinan besarnya korban dan kerugian apabila terjadi bencana

longsor yang diukur berdasarkan indikator – indikator tingkat kerawanan fisik

alami dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia atau tingkat resiko.

Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat yang

menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian Timur.

Wilayah yang termasuk rawan bencana banjir yaitu wilayah NAD, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, wilayah pantai Utara Jawa dan

sebagian Jawa Tengah bagian Selatan, sebagian daratan Timor, Kalimantan,

Sulawesi Selatan, dan Papua.

Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya

dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir :

1. Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya, terdiri dari :

a. Banjir kiriman (banjir bandang) yaitu banjir yang diakibatkan oleh

tingginya curah hujan didaerah hulu sungai.

b. Banjir lokal yaitu banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang

melebihi kapasitas pembuangan disuatu wilayah.

2. Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir yaitu

17
a. Regular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh hujan.

b. Irregular flood yaitu banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti

tsunami, gelombang pasang, dan hancurnya bendungan.

Penyebab banjir antara lain :

1. Hujan, dimana dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama

berhari-hari.

2. Erosi tanah, dimana menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir

deras diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

3. Buruknya penanganan sampah yaitu menyumbatnya saluran-saluran air

sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.

4. Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan

atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.

Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko

banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya

mempunyai daya serap tinggi.

5. Keadaan tanah dan tanaman dimana tanah yang ditumbuhi banyak tanaman

mempunyai daya serap air yang besar.

6. Didaerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga bisa

menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang

18
2.4 Karakteristik Korban dan Penanganan Yang Diperlukan

A. Karakteristik Korban Banjir

1. Terjangkit penyakit kulit.

2. Hanyut terbawa banjir.

3. Kesetrum karena aliran listrik.

B. Karakteristik Korban Tanah Longsor

1. Tertimbun tanah

2. Fraktur karena terjepit reruntuhan

3. Luka-luka

C. Penanganan Korban

Pada kondisi bencana baik sering ditemukan korban, dan memerlukan tindakan

yang cepat dan tepat, tindakan awal terutama dipra-hospital sangat menentukan

keberhasilan dalam penyelamatan korban. Pertolongan pertama (first aid)

merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada korban yang mengalami trauma

fisik maupun psikologis, yang dapat disebabkan karena berbagai hal seperti

kecelakaan, bencana dan lainnya, untuk meminimalkan komplikasi yang dapat

terjadi serta mencegah kecacatan dan kematian korban (Austin, Rudy and Barry,

2016).

Pada saat penolong berusaha memberikan pertolongan kepada korban bencana hal

ada beberapa tahapan dan prinsip yang harus diperhatikan, terutama terkait

keamanan diri, keamanan korban dan kondisi lingkungan, untuk keselamatan diri

pastikan penolong telah menggunakan dan memperhatikan kondisi diri sendiri

antara lain : kemampuan diri, mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan

19
dilakukan, penggunaan alat proteksi diri (APD) seperti sarung tangan (handscoen)

disposable, masker, skort dan lainnya.

Perawatan Luka Akut dan Tindakan Pembidaian Pada Kasus Trauma

Muskuloskeletal

Vulnus atau luka merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan kontinuitas

suatu jaringan, sehingga terjadi gangguan atau pemisahan jaringan yang

sebelumnya normal, tanda umum pada kejadian luka antara lain: nyeri disebabkan

oleh karena trauma pada sistem saraf, adanya perdarahan, sampai dengan timbulnya

syok hipovolemik dan sindroma kompartemen. (Alexander, 2005).

Adapun penyebab dari luka antara lain: trauma mekanis yang disebabkan oleh

karena adanya gesekan, terpukul, tertusuk, terbentur, dan terjepit, Trauma elektris

penyebabnya yaitu oleh karena cedera listrik dan petir, Trauma termis disebabkan

oleh panas dan dingin, serta Trauma kimia disebabkan oleh zat kimia yang bersifat

asam dan basa.

Pembagian luka menurut Anglo-Saxon antara lain: Abrasi yaitu luka paling

superfisial, dengan sedikit perdarahan, Laserasi yaitu bentuk luka yang tidak teratur

oleh karena ditimbulkan benda tumpul, tepi luka bervariasi dari rata hingga tak

teratur. Penetrating Wound terjadi karena benda tajam atau peluru, Avulsi yaitu

bentuk luka seperti flap, bila sirkulasi baik maka luka lekas sembuh begitu juga

sebaliknya jika sirkulasi tidak baik maka luka akan menjadi nekrosis, Open

Crushing Injury merupakan gabungan dari luka tersebut.

Tatalaksana Luka Akut, Adapun tujuan dari perawatan luka antara lain: Mencegah

kontaminasi dari kotoran atau mikroorganisme, membantu hemostasis,

20
memberikan rasa nyaman dan aman pada pasien mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan dari luka. Adapun alat-alat yang diperlukan antara lain:

Satu set perawatan luka/packing set (2 buah pinset anatomis, 1 buah pinset

chirurgis), gunting hecting, kom kecil sebanyak 2 buah, bengkok, gaas steril, cairan

NaCL untuk membersihkan luka cairan, korentang, Wound dressing/ Sukralfat

untuk menutup luka serta salep/obat sesuai orderan. Tahapan Perawatan Luka Akut

(Alexander, 2005) antara lain:

1. Mencuci tangan.

2. Membuka alat-alat steril dan persiapan cairan serta pertahankan

kesterilannya agar tidak terkontaminasi.

3. Mencuci tangan kedua kalinya.

4. Menggunakan sarung tangan dengan prinsip steril.

5. Lepaskan balutan luka menggunakan pinset.

6. Kaji kondisi luka pasien, kaji luas luka bakar dengan rumus Rule of Nine

dan kedalaman luka, serta apakah ada luka terbuka yang perlu dilakukan

hecting.

7. Bersihkan luka sesuai kondisi luka tetap steril dengan menggunakan gaas

basah yang diisi cairan NaCl 0,9 %.

8. Bersihkan jaringan nekrose atau yang lepas dengan menggunakan gunting

jaringan steril.

9. Apabila ada bulla, bulla tidak boleh dipecahkan terutama pada fase akut

(pada luka bakar).

21
10. Berikan tulle yang telah dicampur dengan sukralfat / wound dress untuk

luka bakar/luka akut, kemudian tutup luka dengan gaas lembab yang diisi

cairan NaCL 0,9 % kemudian tutup kembali luka mempergunakan gaas

kering.

11. Balut luka dengan menggunakan gaas gulung dari arah distal ke proksimal.

12. Buka sarung tangan, fiksasi perban dengan plester dan rapikan pasien

seperti semula.

Pembalutan dan pembidaian dilakukan pada kasus trauma terutama fraktur yaitu

terputusnya jaringan/kontinuitas tulang oleh karena trauma baik langsung maupun

tidak langsung yang menimbulkan berbagai manifestasi klinis, sebelum melakukan

pembidaian dan pembalutan penolong harus mengetahui tanda-tanda dari faktur

dengan melakukan tindakan look, listen dan move, adapun tanda dari fraktur antara

lain adanya deformitas (perbedaan bentuk dari sebelumnya), Tenderness (Nyeri),

swelling/edema (bengkak) dan krepitasi, serta perlu diketahui status neurovaskuler

dan hal yang mengancam jiwa serta kecacatan contohnya apakah ada tanda-tanda

syndrome compartment pada bagian ekstremitas, antara lain 6 P (Pain/Nyeri),

Pulseless/Pulsasi yang menurun, Pallor/pucat, Paresthesia/kesemutan,

Paralysis/kelumpuhan dan Pressure/Tekanan. Prinsip dalam tatalaksana korban

dengan fraktur untuk mencegah berbagi komplikasi yang terjadi (syndrome

compartment, amputasi, bahkan kematian karena terjadi syok) antara lain: kaji

status neurologi, imobilisasikan bagian yang cedera dengan pemasangan bidai atau

pembidaian, diperlukan tindakan kolaborasi dengan medis atau tidak terkait operasi

pada area fraktur, dan proses rehabilitasi. (Hammond and Zimmermann, 2013).

22
Prinsip tindakan pembidaian antara lain: pastikan diukur dari bagian yang tidak

cedera, ikuti aturan bidai bagian yang cedera apa adanya, sesuai kondisi saat itu,

jangan meluruskan bagian yang cedera, kecuali terjadi angulasi yang berat dan

mengganggu sirkulasi atau mempersulit pembidaian, pastikan bahwa ekstremitas

atau sendi di atas atau bawah cedera juga terimobilisasi (jika trauma terjadi pada

sendi harus melewati dua tulang, dan jika terjadi pada tulang harus melewati dua

sendi), sebelum dan setelah memasang bidai pastikan melakukan pengkajian

terhadap PMS (Pulsasi, Motorik dan Sensorik di area trauma), perlu dilakukan

pemberian analgetic atau perawatan luka jika ada ada luka terbuka. Adapun alat-

alat yang dapat digunakan untuk pembalutan dan pembidaian antara lain: mitela,

bidai rigid atau soft, elastic bandage, balut cepat (luka yang terbuka) (Hammond

and Zimmermann, 2013).

Pertolongan Psikologi, beberapa bentuk pertolongan psikologis antara lain

pertama, restore safety yakni membawa ke tempat yang aman dan nyaman untuk

mengungsi dan melakukan evakuasi yang aman juga disertai pemenuhan kebutuhan

dasar seperti makananan, minuman, pakaian pengganti, dan MCK. Kedua facilitate

function yakni upaya memberikan rasa nyaman selama mengungsi dengan berbagai

aktivitas yang menyenangkan agar tidak terjadi kebosanan dengan memberikan

interaksi positif, dukungan sosial guna meminimalisir tekanan psikologis yang

berlanjut serta bentuk pemulihan, rehabilitasi sosial hingga penanganan psikologis

korban trauma healing terutama kelompok balita dan anak-anak. Ketiga, empower

action yaitu mengajarkan perilaku hidup sehat selama di pengungsian,

mengidentifikasi kehilangan produktivitas seseorang dengan memberikan

23
alternatif-alternatif yang memungkinkan mereka kembali beraktivitas pasca

bencana. Selain itu sangat mendesak untuk dilakukan pendidikan bencana menjadi

sesuatu yang mutlak dilakukan dan diterapkan sejak dini(Supriyatno 2020).

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Banjir dan tanah longsor merupakan salah satu bencana yang

termasuk dalam jumlah kejadian bencana terbanyak di Indonesia sehingga

pemetaan tanah longsor perlu dilakukan. Besar angka kejadian dan dampat

yang ditimbulkan oleh bencana sehingga membutuhkan upaya

penanggulangan. Penanggulangan bencana adalah upaya sistematis dan

terpadu untuk mengelola bencana dan mengurangi dampak bencana (Andri,

2017).

Penanggulangan bencana oleh perawat pada tahap tanggap darurat

meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap koban bencana serta

pemberian bantuan hidup dasar. Peran perawat dapat dimulai sejak tahap

mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase prehospital dan

hospital, hingga pada tahap recovery (Shuta, 2017)

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni longsoran translasi, longsoran

rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran rombakan.

Jenis golongan longsoran dan rotasi yang paling banyak terjadi di Indonesia.

3.2 Saran

Penulis berharap dengan penyusunan makalah ini dapat menambah

pengetahuan pembaca terkait tinjauan teory yang terlampir.

25
DAFTAR PUSTAKA

Sutha, dkk. 2021. Program Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor Akibat

Cuaca Ekstrim di Desa Sade Lombok Tengah NTB. Universitas Mataram

Lombok : Jurnal Gema Ngabdi

Andri. 2017. Konsep Desain Pengurangan Risiko Bencana Longsor Berbasis

Komunitas. Jakarta : Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana

Maskud. 2016. Kearifan Lokal Dalam Penanggulangan Bencana Banjir Bandang

dan Tanah Longsor di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Jawa Timur:

IAIN Jember.

Martini, Made, dkk. 2021. Manajemen Bencana Dalam Keperawatan. Bandung:

CV Media Sains Indonesia.

Supriyatno, Helmi. 2020. Memahami Karakteristik Bencana Banjir. Diakses dari

https://www.harianbhirawa.co.id/memahami-karakteristik-bencana-banjir/

pada tanggal 16 November 2021.

Original Title:BANJIR.doc Uploaded byJordan Itoshii Date uploadedon Feb 05,

2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor

https://bpbd.wonogirikab.go.id/2019/02/22/cara-menanggulangi-bencana-banjir/

http://bpbd.pamekasankab.go.id/penanggulangan/

26

Anda mungkin juga menyukai