Anda di halaman 1dari 53

KEPERAWATAN BENCANA

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KEPERAWATAN BENCANA

OLEH :
KELOMPOK 2 (B13 B)

Ida Ayu Gede Swandewi (203221144)


Cokorde Istri Wulan Divyasita (203221145)
Ni Komang Wahyu Wulan Dewi (203221146)
Ni Made Nila Warsiki (203221147)
Putu Eka Diantari (203221148)
Ni Wayan Sintya Putri (203221149)
Ida Ayu Milla Brahmani (203221150)
Luh Gede Ary Darmawathi (203221151)
Kadek Aryani (203221152)
Ni Putu Chynthia Purna Dewi (203221154)
Ni Made Budi Astiti (203221155)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGREM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
A. ANALISIS JURNAL

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kesiapsiagaan Masyarakat


Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Akibat
Bencana Tanah Longsor

Evi Tunjung Fitriani , Febriana In Patmiati


STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung
(Analisis Jurnal Dilakukan Berdasarkan PICOT frame work)

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian telah dipaparkan secara jelas dalam jurnal ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap
sikap masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupaka penelitian menggunakan desain penelitian Pre
eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan pre test post
test.
3. Sampel
Pada penelitian ini populasinya adalah semua kepala keluarga di Desa Nglurup
Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 162 kepala keluarga.
Populasi diambil dari kepala keluarga karena mereka merupakan pemimpin dalam
anggota keluarga yang sudah mewakili anggota keluarga lain. Sampel dalam penelitian
ini adalah salah satu anggota keluarga di Desa Nglurup Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan sejumlah 40 sampel pada
penelitian ini.Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah quota sampling adalah
suatu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang ditentukan.
4. Intervensi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018 di Balai Desa Nglurup,
Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Analisa data dilakukan dengan uji
Wilcoxon Sign Rank Test untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Rancangan ini tidak menggunakan kelompok kontrol. Rancangan ini berupaya
mengungkap hubungan sebab akibat pada kelompok dengan membandingkanhasil pre
test dan post test tetapi tanpa melakukan pembanding dengan pengaruh yang dikenakan
dalam kelompok lain. Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain pre eksperimen
kelompok yang ada hanya kelompok intervensi yang diberi pendidikan kesehatan
tentang kesiapsiagaan dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah
longsor dan akan di teliti sebelum dan sesudah diberi intervensi pada responden dan
akan dilihat tingkat kesiapsiagaan dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana
tanah longsor yang berpotensi di wilayah tersebut.
5. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakuan pendidikan
kesehatan, sikap masyarakat memiliki kategori positif sebesar 67,5% (27 responden).
Sedangkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan jumlahnya meningkat menjadi 75%
(30 responden). Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Range Test tentang pendidikan
kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor didapat nilai ρ pada kolom
asymp.sig (2- tailed)sebesar 0,001 lebih kecil dari nlai level of significance (α) yaitu
0,05 (ρ<0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada pengaruh Pendidikan
kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor. Hal tersebut dikarenakan
responden telah mendapatkan tambahan informasi yang nantinya akan membentuk
sebuah pemahaman dalam pembentukan sikap. Dimana informasi yang diberikan oleh
peneliti adalah dengan menggunakan metode kelompok (ceramah) dengan media slide
(presentasi) dan leaflet.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Sikap responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang
kesiapsiagaan, dari 40 responden sebagian besar responden bersikap positif sebanyak
27 responden(67.5%). Sikap responden sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
tentang Kesiapsiagaan, dari 40 responden hampir seluruh dari responden bersikap
positif sebanyak 30 responden(75%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan terhadap sikap
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor di Desa
Nglurup, Kec. Sendang, Kabupaten Tulungagung Tahun 2018”. Hal ini dibuktikan dari
uji statistic Wilcoxon Sign Range Test didapat nilai p pada kolom asymp.sig(2- tailed)
sebesar 0,001 lebih kecil dari nlai level of significance (α) yaitu 0,05 (ρ<0,05). Dimana
dalam penelitian yang telah dilakukan mungkin bisa dibandingkan antara pemberian
informasi melalui pendidikan kesehatan dengan pemberian informasi melalui simulasi.
Diharapkan dengan metode yang berbeda mendapat hasil yang lebih baik dari penelitian
sebelumnya.
P I C O T

Comparison
Population Intervention Outcome Time
Intervention
Populasi Pemberian Pemberian Menganalisis Penelitian ini
penelitian ini pendidikan pendidikan apakah ada dilaksanakan pada
adalah anggota kesehatan tentang kesehatan tentang pengaruh bulan April 2018
keluarga di Desa kesiapsiagaan kesiapsiagaan pendidikan di Balai Desa
Nglurup yang masyarakat masyarakat kesehatan tentang Nglurup,
berjumlah 162 terhadap sikap terhadap sikap kesiapsiagaan Kecamatan
kepala keluarga, masyarakat dalam masyarakat dalam masyarakat Sendang,
dengan sampel mengatasi mengatasi terhadap sikap Kabupaten
sejumlah 40 masalah masalah masyarakat dalam Tulungagung.
responden yang kesehatan akibat kesehatan akibat mengatasi Analisa data
diambil dengan bencana tanah bencana tanah masalah dilakukan dengan
teknik quota longsor. Akan di longsor. Akan di kesehatan akibat uji Wilcoxon Sign
Sampling. teliti sebelum dan teliti sebelum dan bencana tanah Rank Test untuk
sesudah diberi sesudah diberi longsor mengetahui
Intervensi pada intervensi pada pengaruh variabel
responden dan responden dan independen
akan dilihat akan dilihat terhadap variabel
tingkat tingkat dependen.
kesiapsiagaan kesiapsiagaan
dalam mengatasi dalam mengatasi
masalah masalah
kesehatan akibat kesehatan akibat
bencana tanah bencana tanah
longsor yang longsor yang
berpotensi di berpotensi di
wilayah tersebut. wilayah tersebut.
Jurnal
JurnalKeperawatan
KeperawatanJiwa
JiwaVolume
Volume7 7No
No1 1,
Hal 7171
Hal - 78, Mei
- 78, 2019
Mei 2019 e-ISSN 2655-8106
FIKKes
FIKKes Universitas
UniversitasMuhammadiyah
Muhammadiyah Semarang
Semarang bekerjasama
bekerjasama dengan PPNI
dengan Jawa
PPNI Tengah
Jawa Tengah p-ISSN2338-2090

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KESIAPSIAGAAN


MASYARAKAT TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM MENGATASI
MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TANAH LONGSOR
Evi Tunjung Fitriani1, Febriana In Patmiati1
1
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung
evitunjungfitriani@gmail.com

ABSTRAK
Pendididikan kesehatan tentang kesiapsiagaan, mampu mempersiapkan masyarakat untuk
mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya
pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pre eksperimen dengan rancangan pre test post test. Populasi penelitian ini adalah anggota
keluarga di Desa Nglurup yang berjumlah 162 kepala keluarga, dengan sampel sejumlah 40 responden
yang diambil dengan teknik quota Sampling. Pengambilan data dengan menggunakan lembar kuisioner.
Selanjutnya dianalisa dengan uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian didapatkan
sejumlah 67,5% responden memiliki sikap positif terhadap kesiapsiagaan masyarakat sebelum diberikan
pendidikan kesehatan. Setelah diberikan pendidikan kesehatan sejumlah 75% masyarakat mempunyai
sikap positif. Berdasarkan uji statistic Wilcoxon diperoleh nilai p=0.001 (p value <0.05) sehingga H0
ditolak yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat terhadap
sikap masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor. Masyarakat mampu
menerapkan kesiapsiagaan bencana yang telah diberikan petugas kesehatan untuk mengetahui tindakan-
tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana.

Kata kunci: Bencana, tanah longsor, kesiapsiagaan.

HEALTH EDUCATION INFLUENCE ABOUT COMMUNITY PROSPERITY ON


COMMUNITY ATTITUDES IN OVERCOMING HEALTH PROBLEMS CAUSED BY
LAND DISASTER

ABSTRACT
Health education about preparedness, is able to prepare the community to anticipate possible health
problems. The research objective was to determine the effect of health education about community
preparedness on people's attitudes in overcoming health problems due to landslides. The design used in
this study was pre-experiment with the design of the pre-test post test. The population of this study was
family members in Nglurup Village, which amounted to 162 families, with a sample of 40 respondents
taken by quota sampling technique. Retrieving data using questionnaire sheets. Then analyzed by the
Wilcoxon Signed Rank Test statistical test. The results of the study found 67.5% of respondents had a
positive attitude towards community preparedness before being given health education. After being
given health education, 75% of the people have a positive attitude. Based on the Wilcoxon statistical
test, the value of p = 0.001 (p value <0.05) is obtained so that H0 is rejected, which means that there is
an influence of health education about community preparedness towards people's attitudes in
overcoming health problems due to landslides. The community is able to implement disaster
preparedness that has been given by health workers to know the actions that must be taken in the event
of a disaster.

Keywords: Disasters, landslides, preparedness.

PENDAHULUAN lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia,


Secara geografis Indonesia merupakan negara Benua Australia, lempeng Samudra Hindia dan
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan

71
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik Berdasarkan survei BNPB menunjukkan bahwa
(vulcanic arc) yang memanjang dari Pulau dalam tahun 2016 sampai Bulan November
Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara– Sulawesi, yang terjadi 2.151 kejadian bencana. Dengan angka
sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan kejadian terbanyak adalah banjir dengan 713
daratan rendah yang sebagian didominasi oleh kejadian diikuti oleh puting beliung dengan 608
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi kejadian dan tanah longsor dengan 552
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung kejadian. Dalam kejadian bencana tersebut
merapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah mengakibatkan korban meninggal dan hilang
longsor (Wiarto, 2017). sejumlah 567 jiwa, sedangkan korbanmenderita
danmengungsisejumlah
Menurut Ramli (2010) faktor-faktor kerentanan 2.771.303 jiwa, kerusakan pemukiman
Indonesia terhadap bencana antara lain faktor mencapai 36.296 unit.
geografis, faktor geologi, dan faktor
hidrometeorologi. Pengaruh iklim, badai tropis, Menurut Sutopo (2016) dampak yang
dan arus laut serta adanya pantai-pantai yang ditimbulkan bencana selama tahun 2016 adalah
memanjang disepanjang samudera menjadikan 375 orang tewas, 383 jiwa luka-luka, 2,52 juta
daerah Indonesia rawan terhadap bahaya jiwa menderita dan mengungsi, dan lebih dari
gelombang pasang dan tsunami. Dari sisi 34 ribu rumah rusak. Diprediksi dampak
geologi Indonesia tempat bertemunya empat bencana ini akan terus bertambah. Bencana
lempeng yang masing-masing mempunyai tanah longsor merupakan bencana yang
gerakan sendiri dengan arah berbeda dan saling menimbulkan korban tewas paling banyak yaitu
bergeser. Kondisi ini mengakibatkan 161 jiwa.
penumpukan energi yang jika tidak bisa ditahan
lagi akan menimbulkan gempa. Selain itu, dari Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
faktor hidrometeorologi, Indonesia terdiri atas Tulungagung, pada tahun 2015 sudah terjadi 5
pulau- pulau yang dialiri olehsungai-sungai (lima) kejadian bencana tanah longsor melanda
yang besar dan beraliran deras. Curah hujan di Kecamatan Pagerwojo (Desa Mulyosari,
Indonesia sebagai suatu kawasan tropis juga Gondanggunung, Gambiran) dan Kecamatan
tergolong tinggi sehingga menimbulkan Sendang (Desa Krosok). Tahun 2016 tercatat
kerawanan adanya bahaya banjir dan tanah sebanyak 12 (dua belas) kejadian bencana tanah
longsor. longsor di wilayah Kecamatan Pagerwojo (Desa
Wonorejo, Mulyosari, Kradinan, Samar,
Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan Pagerwojo, Segawe), Kecamatan Sendang
massa tanah atau batuan, ataupun percampuran (Desa Nyawangan, Kedoyo), dan Kecamatan
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat Besuki (desa Sedayugunung). Dampak yang
dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan ditimbulkan antara lain 13 rumah rusak ringan,
penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi 3 rumah rusak sedang, 2 rumah berat, akses
karena ada gangguan kestabilan pada jalan desa terganggu/terputus, rusaknya area
tanah/batuan penyusun lereng. Hujan deras ladang pekarangan milik warga setempat.
adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor.
Faktor lain yang memengaruhi terjadinya Dampak yang terjadi bila masyarakat tidak
bencana tanah longsor adalah ulah manusia, mengetahui Kesiapsiagaan menghadapi
seperti penebangan liar, penambangan tanah, bencana tanah longsor adalah masyarakat tidak
pasir, dan batu yang tidak terkendali. Bencana bisa maksimal dalam merespon secara cepat
tanah longsor merupakan salah satu bencana situasi bencana secara efektif dengan
alam geologi yang dapat menimbulkan korban menggunakan kapasitas sendiri. Selain itu, juga
jiwa dan kerugian material yang sangat besar, terdapat dampak yang dialami masyarakat
seperti terjadinyapendangkalan, terganggunya secara langsung yaitu berbagai masalah
jalur lalu lintas, rusaknya lahan pertanian, kesehatan pasca terjadinya bencana tanah
permukiman,jembatan, saluran irigasi dan longsor seperti penyediaan air bersih, sanitasi
prasaranafisik lainnya (Ramli, 2010). lingkungan juga permasalahan
mengenai suplai bahan makanan dan obat-
obatan yang akan menimbulkan berbagai

72
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

masalah lainnya, seperti kekurangan gizi dan diharapkan ikut berperan aktif dalam mengatasi
penyakit infeksi atau wabah berupa infeksi masalah kesehatan dan dampaknya terhadap
pencernaan (GED), infeksi pernapasan akut masalah kesehatan maupun lingkungan akibat
seperti influensa, dan penyakit kulit. Padahal bencana tanah longsor tersebut dapat
upaya penanggulangan pra bencana tanah diminimalkan dan di atasi dengan baik.
longsor dapat dilakukan dengan cara pemberian
Pendidikan Kesehatan Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti
(Penyuluhan) tentang Kesiapsiagaan bencana tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
pada tingkat masyarakat (Aminto, 2013). merumuskan dalam judul penelitian: “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan tentang Kesiapsiagaan
Upaya yang dilakukan dapat berupa Masyarakat terhadap Sikap Masyarakat dalam
Penyuluhan kesehatan atau bisa disebut juga Mengatasi Masalah Kesehatan Akibat Bencana
pendidikan kesehatan yang diartikan sebagai Tanah Longsor di Desa Nglurup, Kec. Sendang,
proses untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten Tulungagung Tahun 2018”.
masyarakat dalam memelihara dan Berdasarkan latar belakang di atas, maka
meningkatkan kesehatan agar orang mampu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
menerapkan masalah dan kebutuhan mereka “Apakah ada pengaruh Pendidikan Kesehatan
sendiri, mampu memahami apa yang dapat tentang Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap
mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan Sikap Masyarakat dalam Mengatasi Masalah
sumber daya yang ada pada mereka ditambah Kesehatan Akibat Bencana Tanah Longsor?”
dengan dukungan dari luar, dan mampu
memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk METODE
meningkatkan taraf hidup sehat dan Desain yang digunakan dalam penelitian ini
kesejahteraan masyarakat adalah eksperimen desain pada kelompok
(Notoadmodjo,2013). penelitian pre eksperimen (one grup pre post
test design). Rancangan ini tidak menggunakan
Oleh karena itu, penting adanya upaya kelompok kontrol. Rancangan ini
penanggulangan bencana berupa Pendidikan berupayamengungkap hubungan sebab akibat
Kesehatan tentang Kesiapsiagaan sebagai salah pada kelompok dengan membandingkanhasil
satu upaya yang dilakukan untuk pre test dan post test tetapi tanpa melakukan
mengantisipasi bencana baik pada masa pra pembanding dengan pengaruh yang dikenakan
bencana, saat dan pasca terjadinya bencanayang dalam kelompok lain (Nursalam, 2012).
memungkinkan pemerintah, organisasi,
masyarakat maupun individu untuk dapat Pada penelitian ini peneliti menggunakan
menghadapi bencana yang akanterjadi dengan desain pre eksperimen kelompok yang ada
cara cepat dan tepat. Di sisi lain, peran hanya kelompok intervensi yang diberi
masyarakat dalammelakukan upaya pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan
penanggulangan bencana akan sangat dalam mengatasi masalah kesehatan akibat
bermanfaat untuk mempersiapkan sebuah bencana tanah longsor dan akan di teliti
rencana tindakan dalam mengurangi dampak sebelum dan sesudah diberi intervensi pada
masalah kesehatan yang terjadi akibat bencana responden dan akan dilihat tingkat
tanah longsor (Dheny Prasetyo, 2013) kesiapsiagaan dalam mengatasi masalah
kesehatan akibat bencana tanah longsor yang
Di desa Nglurup kecamatan sendang sendiri berpotensi di wilayah tersebut.
merupakan daerah yang tergolong rawan
bencana dan merupakan salah satu daerah yang Pada penelitian ini populasinya adalah semua
berpotensi untuk terjadinya bencana tanah kepala keluarga di Desa Nglurup Kecamatan
longsor (BPBD, 2016). Pelaksanaan pendidikan Sendang Kabupaten Tulungagung yang
kesehatan (penyuluhan)tentang kesiapsiagaan, berjumlah 162 kepala keluarga. Populasi
diharapkan masyarakat mampu mempersiapkan diambil dari kepala keluarga karena mereka
dan mengantisipasi masalah kesehatan yang merupakan pemimpin dalam anggota keluarga
terjadi,baik pada masa pra bencana, saat yang sudah mewakili anggota keluarga lain.
bencana dan pasca terjadinya bencana.
Sehingga nantinya masyarakat

73
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Sampel dalam penelitian ini adalah salah satu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
anggota keluarga di Desa Nglurup Kecamatan 2018 di Balai Desa Nglurup, Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung yang Sendang, Kabupaten Tulungagung.Analisa data
memenuhi kriteria inklusi, didapatkan sejumlah dilakukan dengan uji Wilcoxon Sign Rank Test
40 sampel pada penelitian ini.Teknik penentuan untuk mengetahui pengaruh variabel
sampel yang digunakan adalah quota sampling independen terhadap variabel dependen.
adalah suatu teknik untuk menentukan sampel Derajat kemaknaan α = 0,05 artinya jika uji
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu statistik menunjukkanp ≤ 0,05 maka ada
sampai jumlah kuota yang ditentukan. pengaruh yang signifikan antara variabel
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar independen terhadap variabel dependen.
observasi hasil satuan acara pendidikan
kesehatan tentang kesiapsiagaan dan kuesioner HASIL
sikap masyarakat dalam mengatasi masalah Adapun hasil penelitian disajikan pada tabel
kesehatan akibat bencana tanah longsor. berikut:

Tabel 1.
Sikap responden menghadapi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat (n=40)
Sikap f %
Negatif 13 32.5
Positif 27 67.5

Tabel 1 memberikan informasi tentang sikap responden mempunyai sikap positif yaitu
masyarakat sebelum diberikan pendidikan sebanyak 27 responden (67,5%).
kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar

Tabel 2.
Sikap responden menghadapi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat (n=40)
Sikap f %
Negatif 10 25
Positif 30 75
Tabel 2 memberikan informasi tentang bahwa sebagian besar responden mempunyai

distribusi frekuensi sikap masyarakat setelah sikap positif yaitu sebanyak 30 responden
diberikan pendidikan kesehatan, menunjukkan (75%).

Tabel 3.
Tabulasi silang sikap responden menghadapi masalah kesehatan akibat bencana tanah longsor
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat (n=40)
Variabel independen Variabel dependen UjiStatistik P Value α
Pendidikan kesehatan Sikap masyarakat dalam Wilcoxon
0,001 0,05
tentang kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan Sign Rank
akibat bencana tanah longsor Test

Tabel 3 memberikan informasi tentang tabulasi 67,5% (27 responden). Sedangkan setelah
silang sikap masyarakat sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan jumlahnya
dilakukan pendidikan kesehatan. Dari tabel meningkat menjadi 75% (30
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum responden).Hasiluji statistik Wilcoxon Sign
dilakuan pendidikan kesehatan, sikap Range Test tentang pendidikan kesehatan
masyarakat memiliki kategori positif sebesar

74
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
tentangFIKKes Universitas Muhammadiyah
kesiapsiagaan Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
masyarakat terhadap
sikap masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan akibat bencana tanah longsor
didapat nilai ρ pada kolom asymp.sig (2-
tailed)sebesar 0,001 lebih kecil dari nlai level
of significance (α) yaitu 0,05 (ρ<0,05) maka
H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada
pengaruh pendidikan kesehatan tentang
kesiapsiagaan masyarakat terhadap sikap
masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan akibat bencana tanah longsor di

75
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Desa Nglurup, Kecamatan Sendang, Kabupaten Sikap masyarakat dalam mengatasi masalah
Tulungagung Tahun 2018. kesehatan akibat bencana tanah longsor
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
PEMBAHASAN tentang kesiapsiagaan
Sikap masyarakat dalam mengatasi masalah masyarakat.
kesehatan akibat bencana tanah longsor Berdasarkan table 2 diketahui bahwa dari 40
sebelum diberikan pendidikan kesehatan responden, sesudah diberikan pendidikan
tentang kesiapsiagaan kesehatan tentang kesiapsiagaan masyarakat,
masyarakat sebagian besar responden yaitu sebanyak 30
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 responden (75%) mempunyai sikap positif.
diketahui bahwa dari 40 responden, Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau
sebelumdiberikanpendidikan kesehatan tentang penerapan pendidikandalam bidang
kesiapsiagaan masyarakat terhadap sikap kesehatan.Secara operasional pendidikan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan adalahsemua kegiatan untuk
kesehatan akibat bencana tanah longsor, memberikan dan meningkatkan pengetahuan,
sebagian besar respondenmempunyaisikap sikap,praktik baik individu, kelompok atau
positif yaitu sebanyak 27 responden masyarakat dalam memelihara dan
(67,5%).Menurut Azwar (2012), sikap adalah meningkatkan kesehatan mereka sendiri
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), (Notoatmodjo, 2012).
pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di Menurut WHO (1954) tujuan pendidikan
lingkungan sekitarnya. Sikap merupakan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku
keadaan sikap, bertingkah laku, atau respon orang atau masyarakat dari perilaku tidak
yang diberikan atas apa yang terjadi, serta sehatmenjadi perilaku sehat. Terdapat tiga
bereaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi metode dalam memberikan pendidikan
oleh keadaan emosional terhadap objek, baik kesehatan yaitu metode individual, metode
berupa orang, lembaga atau persoalan tertentu kelompok dan metode massa. Salah satu metode
yang didalamnya terdapat tiga komponen, yaitu kelompok adalah ceramah dengan
komponen kognitif, komponen afektif, serta menggunakan media presentasi berupa slide
komponen tingkah laku. dan juga leaflet. Keberhasilan suatu penyuluhan
kesehatan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor
Berdasarkan fakta dan teori tersebut, peneliti yaitu faktorpenyuluh, sasaran dan proses
berpendapat bahwa sikap tidak hanya penyuluhan.
dipengaruhi oleh faktor emosional terhadap
objek. Tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa Berdasarkan fakta dan teori diatas peneliti
faktor lain yang bisa mempengaruhi berpendapat bahwa setelah dilakukan
terbentuknya sikap seseorang. Diantaranya pendidikan kesehatan/ penyuluhan, sebagian
adalah jenis kelamin, usia, pendidikan dan besar responden (30 responden) bersikap positif
sumber informasi yang diperoleh sebelumnya. dalam menghadapi masalah kesehatan akibat
Dalam penelitian inimasih ada sebagian dari bencana tanah longsor. Hal tersebut
responden yang memiliki sikap negatif, dikarenakan responden telah mendapatkan
walaupun sebagian besar dari responden tambahan informasi yang nantinya akan
memiliki sikap positif dari sebelum diberikan membentuk sebuah pemahaman dalam
pendidikan kesehatan.Halini dikarenakan pembentukan sikap. Dimana informasi yang
responden memiliki latar belakang yang diberikan oleh peneliti adalah dengan
berbeda. Baik dari segi jenis kelamin, usia, menggunakan metode kelompok (ceramah)
pendidikan dan sumber informasi yang dengan media slide (presentasi) dan leaflet.
diperoleh sebelumnya.Sehingga hal tersebut Melalui hasil penelitian ini peneliti
dapat mempengaruhi hasil akhir dari pemberian membuktikan bahwa terdapat peningkatan
perlakuan terhadap subjek penelitian. sebanyak 3 responden dalam jumlah sikap
positif yang dimiliki oleh responden.

76
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Sikap masyarakat dalam menghadapi mengenai sesuatu hal memberikan landasan


masalah kesehatan akibat bencana tanah kognitif baru bagi terbentuknya sikap.
longsor sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh
kesiapsiagaan masyarakat. Kurniawan (2016) dengan judul pengaruh
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.6 didapatkan penyuluhan kesehatan tentang donor darah
perubahan sikap positif yang meningkat dari 27 terhadap sikap berdonor darah mahasiswa S1
responden (67.5%) menjadi 30 responden Keperawatan. Hasil penelitian tersebut adalah
(75%). Sedangkan sikap negatif juga terjadi ada pengaruh penyuluhan kesehatan tehadap
perubahan dari 13 responden (32.5%) menjadi sikap mahasiswa S1 Keperawatan.Teori dan
10 responden (25%).Berdasarkan hasil analisis fakta diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh
komparatif sederhana menggunakan uji statistik Pendidikan Kesehatan tentang kesiapsiagaan
Wilcoxon sign rank test (SPSS 16.0 For masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam
Windows) dimana tingkat kemaknaan atau α = mengatasi masalah kesehatan akibat bencana
0,05 diperoleh Pvalue = 0,001 sehingga Pvalue tanah longsor di desa Nglurup Kec. Sendang
< nilai α atau 0,001< 0,05 hal ini dapat Kab. Tulungagung tahun 2018. Hal ini
disimpulkan bahwa H0 ditolak, H1 diterima membuktikan bahwa dengan bertambahnya
yang berarti ada PengaruhPendidikan informasi yang diperoleh melalui pendidikan
Kesehatan Tentang Kesiapsiagaan Masyarakat kesehatan tentang kesiapsiagaan mampu
Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Mengatasi mempengaruhi kepercayaan individu yang
Masalah Kesehatan Akibat Bencana Tanah mulanya bersikap negatif berubah menjadi
Longsor di Desa Nglurup, Kecamatan Sendang positif.
Kabupaten Tulungagung.Jadi pada hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh Hal tersebut juga dapat dilihat dari tabel 4.3
antara pemberian Pendidikan Kesehatan terjadi peningkatan jumlah responden yang
Tentang Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap bersikap positif dan terjadi penurunan
Sikap Masyarakat Dalam Mengatasi Masalah responden yang memiliki sikap negatif setelah
Kesehatan Akibat Bencana Tanah Longsor. diberikan penyuluhan. Jadi pendidikan
kesehatan merupakan salah satu faktor yang
Menurut Azwar S (2011) salah satu faktor yang penting dalam pembentukan sikap karena
mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi dianggap mampu meletakkan dasar
yang dapat menjadi dasar pembentukan sikap pemahaman, pengertian dan konsep moral
apabila pengalaman tersebut meninggalkan dalam diri individu. Dengan adanya Pendidikan
kesan yang kuat. Sesuai dengan teori di atas kesehatan, diharapkan adanya peningkatan
sikap bisa berubah tergantung faktor-faktor peran masyarakat dalam melakukan upaya
yang yang mempengaruhi dari komponen sikap penanggulangan bencana dan nantinya
(kognitif, afektif dan konatif) dengan cara bermanfaat untuk mempersiapkan sebuah
pemberian perlakuan, dalam penelitian ini rencana tindakan dalam mengurangi dampak
perlakuan untuk mempengaruhi sikap berupa masalah kesehatan yang terjadi akibat bencana
pendidikan kesehatan menggunakan metode tanah longsor. Sehingga ada perbedaan antara
kelompok berupa ceramah dengan media slide masyarakat yang sudah diberikan Pendidikan
dan leaflet. kesehatan dengan masyarakat yang tidak
mendapat pendidikan kesehatan dalam
Teori diatas berhubungan dengan teori yang mengatasi masalah kesehatan akibat bencana
dikemukakan oleh Depkes (2007) bahwa tanah longsor. Dan saran untuk peneliti
penyuluhan kesehatan adalah pemberian selanjutnya, diharapkan dapat digunakan
pengetahuan dan kemampuan seseorang sebagai referensi dalam melaksanakan
melalui teknik belajar atau instruksi dengan penelitian dengan sampel yang lebih banyak,
tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku juga dengancara yang berbeda. Di mana dalam
manusia secara individu, kelompok maupun penelitian yang telah dilakukan mungkin bisa
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam dibandingkan antara pemberian informasi
mencapai tujuan hidup sehat. hal tersebut melalui pendidikan kesehatan dengan
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh pemberian informasi melalui simulasi.
Azwar (2009) bahwa adanya informasi baru Diharapkan dengan metode yang

76
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

berbeda mendapathasil yang lebih baik dari Dimana dalam penelitian yang telah dilakukan
penelitian sebelumnya. mungkin bias dibandingkan antara pemberian
informasi melalui pendidikan kesehatan dengan
Hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan pemberian informasi melalui simulasi.
kesehatan tentang kesiapsiagaan terdapat Diharapkan dengan metode yang berbeda
peningkatan sikap masyarakat. Penelitian ini mendapat hasil yang lebih baik dari penelitian
dapat digunakan sebagai salah satu sumber sebelumnya.
informasi yang diharapkan masyarakat mampu
menerapkan kesiapsiagaan bencana yang telah DAFTAR PUSTAKA
diberikan petugas kesehatan dan dapat Aditya, Dodit (2012). Sosiologi Suatu
mengetahui tindakan-tindakan yang harus Pengantar. Bandung: Remaja Karya
dilakukan pada saat terjadi bencana.
Aminudin. (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan
SIMPULAN DAN SARAN Bencana Alam, Bandung: CV Angkasa
Simpulan
Sikap responden sebelum diberikan pendidikan Azwar, S. (2012). Sikap Manusia, Teori dan
kesehatan tentang kesiapsiagaan, dari 40 Pengukurannya. Edisi 2. Yogyakarta
responden sebagian besar responden bersikap :Pustaka Pelajar Offset.
positif sebanyak 27 responden(67.5%). Sikap
responden sesudah diberikan Pendidikan BNPB, 2016 BNPB. (2016). Rekapitulasi
Kesehatan tentang Kesiapsiagaan, dari 40 Kejadian Bencana Tahun 2016 di
responden hampir seluruh dari responden Indonesia . http://www.bnpb. go.id
bersikap positif sebanyak 30 responden(75%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Deny Haryati, dkk. (2013). Pintar Pengelolaan
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan Bencana. Jakarta: Rieneka Cipta
tentang kesiapsiagaan terhadap sikap
masyarakat dalam mengatasi masalah Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset
kesehatan akibat bencana tanah longsor di Desa Keperawatan dan Teknik Penulisan
Nglurup, Kec. Sendang, Kabupaten Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Tulungagung Tahun 2018”. Hal ini
dibuktikandariujistatistikWilcoxon Sign Range Munir, (2012). Multimedia konsep dan aplikasi
Test didapatnilai p padakolomasymp.sig(2- dalam pendidikan. Bandung : Alfabeta
tailed)sebesar 0,001 lebih kecil dari nlai level of
significance (α) yaitu 0,05 (ρ<0,05) Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Kesehatan
Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka
Saran Cipta.
Bagi institusi Pendidikan,dengan dilakukanya
penelitian ini diharapkan kepada institusi Notoadmojo, Soekidjo. (2012). Promosi
pendidikan untuk lebih meningkatkan sarana Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
dan prasarana untuk kegiatan penelitian seperti Rineka Cipta
dengan menambah sumber-sumber
Nurjanah. (2011). Manajemen Bencana.
pengetahuan (referensi) sehingga dapat
Bandung: Alfabeta
digunakan sebagai acuan dalam melakukan
penelitian berikutnya. Bagi pengembangan ilmu
Nurjanah. (2012). Manajemen Bencana.
keperawatan, diharapkan dapat lebih
Bandung: Alfabeta.
mengembangkan ilmu keperawatan dalam
bidang kebencanaan dalam sudut pandang Nursalam. 2013.Konsep & Metodologi
keperawatan, dan didukung dengan hasil Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
kajian-kajian yang sesuai dengan bidang Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
keilmuannya. Bagi peneliti selanjutnya, pada
penelitian ini diharapkan dapat digunakan PMI. (2008). Kesiapsiagaan Bencana Berbasis
sebagai referensi dalam melaksanakan Masarakat. Jl. Gatot Subroto Kav.96
penelitian selanjutnya dengan sampel yang Jakarta Selatan 12970
lebih banyak, dengan cara yang berbeda.

77
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 7 No 1 Hal 71 - 78, Mei 2019
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Ramli, (2010). Kenali tanda-tanda Bencana. Wiarto, Giri. (2017). Tanggap Darurat
Jakarta: SalembaMedika Bencana Alam. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Sutopo. (2016). Terampil Mengolah Data
Kualitatif. Penerbit Prenada Media
Group: Jakarta.

78
B. ANALISIS JURNAL

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN


DALAM MENGHADAPI BENCANA TANAH LONGSOR PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 6 MANADO
Fitri Saanun
Lucky T. Kumaat
Mulyadi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
(Analisis Jurnal Dilakukan Berdasarkan PICOT frame work)

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sudah dipaparkan secara jelas yaitu untuk mengetahui
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
tanah longsor pada siswa kelas XI SMK Negeri 6 Manado.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain penelitian
yaitu one group pre and post test dan menggunakan Multiple Choice Questions untuk
mendapatkan data dari responden.
3. Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI SMK Negeri 6
Manado yang berjumlah 434 siswa. Sampel di ambil dengan perhitungan sampel
eksperimental, dengan teknik pengambilan sampel Systematic Random Sampling dan
didapatkan sampel dalam penelitian ini yaitu 16 responden.
4. Intervensi
Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah, SMK Negeri 6 Manado
merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang berada di Kecamatan Wanea
Kota Manado dengan jumlah siswa sebanyak 1.264 siswa. Berdasarkan hasil survei
peneliti, sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang letaknya berdekatan dengan
kejadian tanah longsor di Kecamatan Wanea pada tahun 2012 dan 2013. Penyuluhan
kesehatan dilakukan pada siswa kelas XI SMK Negeri 6 Manado dengan cara ceramah
dan diskusi, serta menggunakan alat peraga power point (slide), leaflet dan pemutaran
video simulasi kesiapsiagaan bencana tanah longsor. Selain itu, lokasi sekolah ini
berada pada daerah yang terjal sehingga beresiko terjadi tanah longsor. Wakil Kepala
Sekolah mengatakan bahwa sebelumnya siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado belum
pernah dilakukan penyuluhan tentang bencana tanah longsor. Instrumen yang
digunakan yaitu Multiple Choice Question yang di kembangkan sendiri oleh peneliti
berdasarkan materi bencana tanah longsor untuk mengukur gambaran tingkat
kesiapsiagaan siswa di sekolah. Dimana terdapat 15 pertanyaan yang terdiri dari definisi
tanah longsor, penyebab terjadinya tanah longsor, dampak bencana tanah longsor,
upaya meminimalisir bencana tanah longsor, dan kesiapsiagaan (Tindakan sebelum,
saat dan setelah) tanah longsor, masing-masing 3 pertanyaan. Dengan bobot, setiap
nomor soal yang benar diberi skor 5 dan yang salah diberi skor 0. Selanjutnya penetapan
kategori berdasarkan perhitungan mean.
5. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
laki-laki dengan jumlah 9 (56,3 %) dan sisanya berjenis kelamin perempuan berjumlah
7 (43,8 %). Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapsiagaan sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan kesehatan pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado
menggunakan uji statistik uji urutan bertanda Wilcoxon (Signed Rank Test) dengan
tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yang menunjukkan hasil P-value 0,021. Nilai pvalue
digunakan untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Dengan P-value
= 0,021 < α = 0,05 maka Ho ditolak. Dapat juga dilihat bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai rata-rata sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dan nilai rata-
rata sesudah diberikan penyuluhan kesehatan dimana nilai rata-rata sesudah diberikan
penyuluhan (64,06) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata sebelum diberikan
penyuluhan (41,88). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
pemberian penyuluhan kesehatan terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
tanah longsor pada siswa kelas XI SMK Negeri 6 Manado, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan responden
sebelum diberikan penyuluhan kesehatan yaitu 12 siswa (75 %) berada pada kategori
tidak siap siaga dan 4 siswa (25 %) berada pada kategori siap siaga.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa penyuluhan kesehatan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan pengetahuan serta sikap siswa yang lebih baik atau terjadi
peningkatan kesipasiagaan siswa dalam menghadapi bencana tanah longsor. Peneliti
berpendapat bahwa seiring dengan meningkatnya pengetahuan siswa tentang bencana
tanah longsor maka kesiapsiagaan siswa akan lebih meningkat. Dengan demikian para
siswa dan siswi akan mampu mengelola resiko bencana dilingkungannya dan akan
adanya tindakan yang cepat dan tepat guna pada saat terjadi bencana tanah longsor
dengan begitu dapat meminimalisir korban dan kerugiaan akibat bencana tanah longsor
tersebut.
P I C O T

Comparison
Population Intervention Outcome Time
Intervention
Populasi pada Pemberian Penyuluhan Menganalisis Penelitian ini
penelitian ini materi bencana kesehatan pengaruh dilakukan di
adalah siswa dan tanah longsor dilakukan pada penyuluhan SMK Negeri 6
siswi kelas XI untuk mengukur siswa kelas XI kesehatan Manado pada
SMK Negeri 6 gambaran SMK Negeri 6 terhadap bulan
Manado yang tingkat Manado dengan kesiapsiagaan November
berjumlah 434 kesiapsiagaan cara ceramah dan dalam 2016.
siswa. Sampel di siswa di sekolah. diskusi, serta menghadapi Penyuluhan
ambil dengan Dimana terdapat menggunakan alat bencana tanah kesehatan
perhitungan 15 pertanyaan peraga power longsor pada dilakukan pada
sampel yang terdiri dari point (slide), siswa Kelas XI siswa kelas XI
eksperimental, definisi tanah leaflet dan SMK Negeri 6 SMK Negeri 6
dengan teknik longsor, pemutaran video Manado Manado
pengambilan penyebab simulasi dengan cara
sampel terjadinya tanah kesiapsiagaan ceramah dan
Systematic longsor, dampak bencana tanah diskusi, serta
Random bencana tanah longsor. menggunakan
Sampling dan longsor, upaya Pemberian materi alat peraga
didapatkan meminimalisir bencana tanah power point
sampel dalam bencana tanah longsor untuk (slide), leaflet
penelitian ini longsor, dan mengukur dan pemutaran
yaitu 16 kesiapsiagaan gambaran tingkat video simulasi
responden. (Tindakan kesiapsiagaan
sebelum, saat siswa di sekolah.
dan setelah) Dimana terdapat
tanah longsor, 15 pertanyaan
masing-masing yang terdiri dari
3 pertanyaan. definisi tanah
Dengan bobot, longsor, penyebab
setiap nomor terjadinya tanah
soal yang benar longsor, dampak
diberi skor 5 dan bencana tanah
yang salah diberi longsor, upaya
skor 0. meminimalisir
Selanjutnya bencana tanah
penetapan longsor, dan
kategori kesiapsiagaan
berdasarkan (Tindakan
perhitungan sebelum, saat dan
mean. setelah) tanah
longsor, masing-
masing 3
pertanyaan.
Dengan bobot,
setiap nomor soal
yang benar diberi
skor 5 dan yang
salah diberi skor
0. Selanjutnya
penetapan
kategori
berdasarkan
perhitungan
mean.
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP
KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BENCANA
TANAH LONGSOR PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 6 MANADO

Fitri Saanun
Lucky T. Kumaat
Mulyadi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: fitrisaanun@gmail.com
Abstract: A landslide is a serious problem that frequently occurs in the city of Manado. The
geographical condition of the hilly Manado city, an unstable geological condition, the reckless
use of land, and a high level of rain generates a risk of disaster, including landslides. The level
of risk, other than the potential for disaster, is determined by the preparedness in facing a
disaster. The location of SMK Negeri 6 Manado is on a steep area so there is a risk of landslides
occuring. The purpose is to know the effects of health education on the preparedness in facing
landslides on grade XI students of SMK Negeri 6 Manado. The research method is one group
pre and post test and using multiple choice questions to collect data from respondents. Sample
consists of 16 respondents using the systematic random sampling technique. The results of the
research using the Wilcoxon statistical test yields a P-Value of 0,021 (< α = 0,05). The
conclusion shows that health education affects the preparedness of facing landslides for grade
XI students at SMK Negeri 6 Manado.
Keywords: Health Education, Disaster Preparedness, Landslide
Abstrak: Longsor merupakan masalah serius yang sering terjadi di kota Manado. Kondisi
geografi Kota Manado yang berbukit, kondisi geologi tidak stabil, penggunaan lahan tidak
sesuai peruntukan, curah hujan yang tinggi memicu resiko terjadinya bencana, salah satunya
bencana tanah longsor. Tingkat resiko bencana selain ditentukan oleh potensi bencana juga
ditentukan oleh kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Lokasi SMK Negeri 6 Manado
berada pada daerah yang terjal sehingga beresiko terjadi bencana tanah longsor. Tujuan untuk
Mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi
Bencana Tanah Longsor Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado. Desain Penelitian yaitu
one group pre and post test dan menggunakan Multiple Choice Questions untuk mendapatkan
data dari responden. Sampel berjumlah 16 responden dengan menggunakan teknik Systematic
Random Sampling. Hasil penelitian menggunakan uji statistik Wilcoxon di dapat nilai P-Value
sebesar 0,021 (< α = 0,05). Simpulan menunjukan adanya pengaruh penyuluhan kesehatan
terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tanah longsor pada siswa kelas XI SMK
Negeri 6 Manado.
Kata kunci : Penyuluhan Kesehatan, Kesiapsiagaan Bencana, Bencana Tanah Longsor
PENEDAHULUAN lahan tidak sesuai peruntukan, curah hujan
Indonesia sebagai negara yang tinggi memicu resiko terjadinya
kepulauan berada pada posisi geografis, bencana, salah satunya yaitu bencana tanah
geologis, hidrologis, dan demografis yang longsor. Kejadian longsor ini telah
rawan bencana. Posisi geografis Indonesia berulang dan telah menyebabkan korban
masuk dalam pertemuan tiga lempengan material maupun jiwa (Kumajas, 2006).
bumi, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo- Berdasarkan data dari Badan
Australia. Posisi pertemuan itu membuat Penanggulangan Bencana Daerah Kota
wilayah Indonesia diberkahi dengan Manado pada tahun 2012 di Kota Manado
kesuburan dan kekayaan mineral di perut Kecamatan Wanea pernah mengalami
bumi, tetapi pada sisi lain posisi negara bencana tanah longsor yang
kita labil, mudah bergeser, dan tentu saja mengakibatkan 3 orang meninggal dunia
rawan bencana. Indonesia adalah negeri dan 3 rumah rusak berat.
yang telah dipastikan rawan bencana Tingkat resiko bencana selain
(Somantrie, 2010). Bencana merupakan ditentukan oleh potensi bencana juga di
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang tentukan oleh upaya mitigasi dan
mengancam dan mengganggu kehidupan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
dan penghidupan masyarakat yang Sebagai negara yang berada di daerah
disebabkan, baik oleh faktor alam dan rawan bencana, Indonesia harus
faktor non alam maupun faktor manusia melakukan tindakan peningkatan upaya
sehingga mengakibatkan timbulnya korban dalam kesiapsiagaan untuk meminimalkan
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, dampak bencana (Herdwiyanti &
kerugian harta benda, dan dampak Sudaryono, 2013).
psikologis (UU No.24 Tahun 2007 dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2007 menyatakan bahwa setiap orang
2016). berhak mendapatkan pendidikan,
Insiden terbaru yang terjadi pada pelatihan, penyuluhan, dan ketrampilan
bulan Mei 2014, di daerah pegunungan dalam penyelanggaraan penanggulangan
Utara Afganistan terjadi longsor yang bencana, baik dalam situasi tidak terjadi
mengakibatkan ratusan orang meninggal bencana maupun situasi terdapat potensi
dunia dan 2.000 orang hilang (Harooni, bencana. Melalui pendidikan diharapkan
2014). Malaysia juga telah mengalami agar upaya pengurangan risiko bencana
tanah longsor traumatis yang dapat mencapai sasaran yang lebih luas
mengakibatkan ratusan orang meninggal, dan dapat dikenalkan secara lebih dini
kerusakan jalan, bangunan dan infrastrukur kepada seluruh pelajar (Somantrie, 2010).
lainnya (Pan, 2012). Salah satu bentuk pendidikan kepada
Di Indonesia longsor menjadi pelajar adalah lewat penyuluhan kesehatan
bencana paling mematikan saat ini, hingga dimana penyuluhan yang dapat diberikan
awal bulan September 2016 terdapat 323 mengenai tanah longsor. Pelajar
kejadian longsor yang menyebabkan 126 merupakan agen informasi bagi keluarga,
orang meninggal dan 18.655 jiwa mereka paling cepat dan tidak hanya
menderita. Dibandingkan dengan tahun mampu memadukan pengetahuan baru
2015, jumlah korban meninggal dan hilang bagi kehidupan sehari-hari tetapi menjadi
pada tahun 2016 mengalami peningkatan sumber pengetahuan bagi orang di
54% (Badan Nasional Penanggulangan sekelilingnya (Khoirunisa, Rasyidin, &
Bencana, 2016). Onesia, 2014).
Longsor merupakan masalah serius Hasil wawancara dengan Wakil
yang terjadi di Kota Manado. Kondisi Kepala Sekolah, SMK Negeri 6 Manado
geografi Kota Manado yang berbukit, merupakan salah satu sekolah menengah
kondisi geologi tidak stabil, penggunaan kejuruan yang berada di Kecamatan
Wanea Kota Manado dengan jumlah siswa skor 0. Selanjutnya penetapan kategori
sebanyak 1.264 siswa. Berdasarkan hasil berdasarkan perhitungan mean.
survei peneliti, sekolah ini merupakan
salah satu sekolah yang letaknya HASIL dan PEMBAHASAN
berdekatan dengan kejadian tanah longsor Analisa Univariat
di Kecamatan Wanea pada tahun 2012 dan Tabel 5.1 Distribusi Responden
2013. Selain itu, lokasi sekolah ini berada Berdasarkan Jenis Kelamin
pada daerah yang terjal sehingga beresiko Jenis Kelamin n %
terjadi tanah longsor. Wakil Kepala
Laki - laki 9 56,3 %
Sekolah mengatakan bahwa sebelumnya
Perempuan 7 43,8 %
siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado
belum pernah dilakukan penyuluhan Total 16 100 %
tentang bencana tanah longsor. Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan latar belakang Hasil penelitian menunjukan
masalah di atas sehingga peneliti tertarik bahwa sebagian besar responden berjenis
untuk meneliti “Pengaruh penyuluhan kelamin laki-laki dengan jumlah 9 (56,3
kesehatan terhadap kesiapsiagaan dalam %) dan sisanya berjenis kelamin
menghadapi bencana tanah longsor pada perempuan berjumlah 7 (43,8 %).
siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado”
Tabel 5.2 Distribusi Responden
METODE PENELITIAN Berdasarkan Tingkat Kesiapsiagaan
Penelitian ini menggunakan desain Sebelum Diberikan Penyuluhan Kesehatan
penelitian Pre-experimen dengan Tingkat
n %
rancangan penelitian one group pre test- Kesiapsiagaan
post test. Penelitian ini dilakukan di SMK Siap Siaga 4 25 %
Negeri 6 Manado pada bulan November Tidak Siap Siaga 12 75 %
2016. Populasi pada penelitian ini adalah Total 16 100 %
siswa dan siswi kelas XI SMK Negeri 6 Sumber: Data Primer 2016
Manado yang berjumlah 434 siswa. Hasil penelitian menunjukkan
Sampel di ambil dengan perhitungan bahwa tingkat kesiapsiagaan responden
sampel eksperimental menurut Supranto J sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
(2000) dengan teknik pengambilan sampel yaitu 12 siswa (75 %) berada pada kategori
Systematic Random Sampling dan tidak siap siaga dan 4 siswa (25 %) berada
didapatkan sampel dalam penelitian ini pada kategori siap siaga.
yaitu 16 responden. Instrumen yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
digunakan yaitu Multiple Choice Question yang dikemukakan Lembaga Ilmu
yang di kembangkan sendiri oleh peneliti Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan United
berdasarkan materi bencana tanah longsor Nations Educational, Scientific, and
untuk mengukur gambaran tingkat Cultural Organization (UNESCO) bahwa
kesiapsiagaan siswa di sekolah. Dimana Pengetahuan merupakan faktor utama dan
terdapat 15 pertanyaan yang terdiri dari menjadi kunci untuk kesiapsiagaan.
definisi tanah longsor, penyebab terjadinya Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat
tanah longsor, dampak bencana tanah mempengaruhi sikap dan kepedulian
longsor, upaya meminimalisir bencana masyarakat untuk siap dan siaga dalam
tanah longsor, dan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana (Hidayati, dkk.
(Tindakan sebelum, saat dan setelah) tanah 2006).
longsor, masing-masing 3 pertanyaan. Hal tersebut sejalan dengan
Dengan bobot, setiap nomor soal yang penelitian yang dilakukan oleh Djafar,
benar diberi skor 5 dan yang salah diberi Mantu, & Patellongi (2013) dengan judul
pengaruh penyuluhan tentang
kesiapsiagaan bencana banjir terhadap kognitif merupakan domain yang sangat
pengetahuan dan sikap kepala keluarga di penting untuk terbentuknya tindakan
Desa Romang Tangaya Kelurahan seseorang. Dalam teori tersebut dijelaskan
Tamangapa Kecamatan Tanggala Kota pula bahwa sikap/perilaku merupakan
Makassar dimana nilai sebelum diberikan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi
penyuluhan lebih rendah dari pada sesudah kesehatan individu atau masyarakat. Selain
penyuluhan itu dibuktikan dalam itu, pengetahuan tentang suatu objek
penelitiannya yaitu sikap responden tertentu sangat penting bagi terjadinya
sebelum penyuluhan sebagian besar perubahan sikap yang merupakan proses
dikategorikan kurang (54,1%) sedangkan yang sangat kompleks. Sikap yang didasari
sesudah penyuluhan mayoritas sudah oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada
memiliki sikap yang baik (83,8%). sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan
Peneliti berpendapat, bahwa jika (Kairupan, dkk. 2012). Hasil penelitian
sikap akan dipengaruhi oleh pengetahuan, Lubis & Syahril (2013) dengan judul
maka pengetahuan siswa yang kurang penelitian pengaruh penyuluhan dengan
tentang bencana tanah longsor, akan metode ceramah dan diskusi terhadap
mempengaruhi tindakan siswa tersebut peningkatan pengetahuan dan sikap anak
dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana tentang PHBS di SD Negeri 065014
tanah longsor. Karena sebelumnya Kelurahan Namongajah Kecamatan
disekolah belum pernah diadakan Medan Tuntungan juga mendaptkan hasil
penyuluhan tentang bencana tanah longsor, bahwa adanya peningkatan penegetahuan
maka pengetahuan yang dimiliki para dan sikap setelah diberikan intervensi
siswa masih kurang, sehingga dalam hal ini penyuluhan.
mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan siswa Oleh Karena itu, peneliti
tersebut. berpendapat bahwa dengan diberikan
penyuluhan bencana tanah longsor akan
Tabel 5.3 Distribusi Responden meningkatkan pengetahuan tentang
Berdasarkan Tingkat Kesiapsiagaan bencana tanah longsor dan akan
Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan terbentuknya sikap dalam kesipasiagaan
Tingkat siswa dalam menghadapi bencana tanah
n %
Kesiapsiagaan longsor dan selain pengetahuan yang baik
Siap Siaga 12 75 % sesorang juga harus memiliki sikap yang
Tidak Siap Siaga 4 25 % baik karena itu akan menentukan
Total 16 100 % bagaimana kesiapan sesorang dalam
Sumber: Data Primer 2016 bertindak.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kesiapsiagaan responden Analisa Bivariat
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan Tabel 5.4 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
yaitu 4 siswa (25 %) berada dalam kategori Terhadap Kesiapsiagaan Dalam
tidak siap siaga dan 12 siswa (75 Menghadapi Bencana Tanah Longsor Pada
%) berada dalam kategori siap siaga. Siswa Siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado.
yang setelah diberikan penyuluhan masih
ada yang berada pada kategori tidak siap
siaga itu dikarenakna faktor sikap yang
kurang peduli, dimana sikap merupakan
kesiapan atau kesedian seseorang untuk
bertindak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori Benyamin Blum (1908) yang
menyatakan bahwa pengetahuan atau
Standar Standar
P- Hasil penelitian ini juga di dukung
Variabel n Mean deviasi Eror penelitian sebelumnya oleh Dien, Kumaat,
Value
(Sd) (SE)
& Malara (2015) dengan judul pengaruh
Sebelum penyuluhan kesehatan terhadap
diberikan 16 41,88 8,732 2,183 kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa
penyuluhan bumi pada siswa SMP Kristen Kakaskasen
0,021 Kota Tomohon dimana terdapat pengaruh
Sesudah di yang signifikan antara sebelum dan
berikan 16 64,06 7,793 1,948
Penyuluhan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan
tentang kesiapsiagaan gempa bumi.
Sumber: Data Primer 2016 Penyuluhan kesehatan dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan pada siswa kelas XI SMK Negeri 6
tingkat kesiapsiagaan sebelum dan sesudah Manado dengan cara ceramah dan diskusi,
diberikan penyuluhan kesehatan pada serta menggunakan alat peraga power
Siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado point (slide), leaflet dan pemutaran video
menggunakan uji statistik uji urutan simulasi kesiapsiagaan bencana tanah
bertanda Wilcoxon (Signed Rank Test) longsor.
dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yang Metode dalam penyuluhan ini
menunjukkan hasil P-value 0,021. Nilai p- sejalan dengan penelitian yang dilakukan
value digunakan untuk menentukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh
apakah hipotesis diterima atau ditolak. pengaruh penyuluhan dengan metode
Dengan P-value = 0,021 < α = 0,05 maka ceramah terhadap peningkatan
Ho ditolak. Dapat juga dilihat bahwa pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam
terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberantasan sarang nyamuk demam
nilai rata-rata sebelum diberikan berdarah dengue (PSN DBD) di
penyuluhan kesehatan dan nilai rata-rata Kecamatan Helvetia terbukti bahwa
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan penyuluhan dengan metode ceramah
dimana nilai rata-rata sesudah diberikan dengan leaflet maupun ceramah dengan
penyuluhan (64,06) lebih tinggi film (slide atau video) berpengaruh secara
dibandingkan nilai rata-rata sebelum signifikan terhadap peningkatan
diberikan penyuluhan (41,88). Dapat pengetahuan dan sikap dokter kecil.
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Penelitian Sefrizon (2011) dalam tesisnya
yang signifikan pemberian penyuluhan tentang pengaruh ceramah, diskusi
kesehatan terhadap kesiapsiagaan dalam kelompok dan demonstrasi terhadap
menghadapi bencana tanah longsor pada pengetahuan dan ketrampilan pencegahan
siswa kelas XI SMK Negeri 6 Manado, penularan tuberkolosis paru pada siswa
maka Ho ditolak dan Ha diterima. sekolah dasar di Kabupaten Solok juga
Hasil penelitian ini sejalan dengan menyebutkan pengaruh ceramah, diskusi
teori Green (1980) dimana pengetahuan kelompok dan demonstrasi dapat
yang baik tentang kesiapsiagaan akan memberikan perbedaan pengetahuan dan
membetuk perilaku atau sikap yang baik ketrampilan siswa disekolah dasar dalam
mengenai kesiapsiagaan. Pengetahuan pencegahan penularan tuberkolosis paru.
mempunyai peranan penting dalam Dari hasil di atas dapat dilihat
mengubah dan menguatkan faktor perilaku bahwa penyuluhan kesehatan sangat
(prediposisi, pendukung dan pendorong) berpengaruh terhadap pembentukan
sehingga menimbulkan perilaku positif. pengetahuan serta sikap siswa yang lebih
WHO (1988) menjelaskan bahwa baik atau terjadi peningkatan
pengetahuan juga merupakan penyebab kesipasiagaan siswa dalam menghadapi
sesorang berperilaku (Maulana, 2009). bencana tanah longsor. Peneliti
berpendapat bahwa seiring dengan
meningkatnya pengetahuan siswa tentang Tentang Kesiapsiagaan Bencana
bencana tanah longsor maka kesiapsiagaan Banjir Terhadap Pengetahuan Dan
siswa akan lebih meningkat. Dengan Sikap Kepala Keluarga Di Desa
demikian para siswa dan siswi akan Romang Tangaya Kelurahan
mampu mengelola resiko bencana Tamangapa Kecamatan Tanggala
dilingkungannya dan akan adanya tindakan Kota Makassar. Jurnal Bagian
yang cepat dan tepat guna pada saat terjadi Dokter Perusahan Kalimantan
bencana tanah longsor dengan begitu dapat Tengah, Bagian Spesialis Bedah
meminimalisir korban dan kerugiaan Anak RSUD. Wahidin
akibat bencana tanah longsor tersebut. Sudirohusodo & Bagian Fisiologi
FKM Uiversitas Hasanudin.
SIMPULAN Diakses pada tanggal 19 November
Tingkat Kesiapsiagaan siswa kelas 2016.
XI SMK Negeri 6 Manado sebelum
diberikan penyuluhan kesehatan yaitu Harooni, M. (2014). Hundreds Killed,
sebagian besar responden berada pada Thousands Missing In Afghan
kategori tidak siap siaga dan sisanya Landslide. Diakses Pada Tanggal
berada pada kategori siap siaga. Tingkat 02 Oktober 2016
Kesiapsiagaan siswa kelas XI SMK Negeri
6 Manado sesudah diberikan penyuluhan Herdwiyanti, F. & Sudaryono. (2013).
kesehatan yaitu sebagian besar berada pada Perbedaan Kesiapsiagaan
kategori siap siaga dan sisanya berada pada Menghadapi Bencana Di Tinau
kategori tidak siap siaga. Terdapat Dari Tingkat Self-Eficacy Pada
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap Anak Usia Sekolah Dasar Di
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Daerah Dampak Bencana Gunung
tanah longsor pada siswa kelas XI SMK Kelud. Jurnal Fakultas Psikologi
Negeri 6 Manado. Universitas Airlangga. Diakses
Pada Tanggal 23 September 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, dkk. (2014). Kajian
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam
(2016). Berita, Profil Pengetahuan Menghadapi Bencana Gempa Bumi
Bencana, dan Produk Hukum. dan Tsunami. Jakarta: Lembaga
www.bnpb.go.id. Diakses Pada Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tanggal 21 September 2016.
Kairupan, dkk. (2012). Buku Ajar Dasar-
Dien, J. R., Kumaat, T. L., & Malara, T.R. dasar Promosi Kesehatan Ilmu
(2015). Pengaruh Penyuluhan perilaku dan Kesehatan Jiwa.
Kesehatan Terhadap Manado: Universitas Sam
Kesiapsiagaan Menghadapi Ratulangi Fakultas Kesehatan
Bencana Gempa Bumi Pada Siswa Masyarakat.
SMP Kakaskasen Kota Tomohon.
Jurnal Program Studi Ilmu Khoirunisa, N., Rasydin, N.I., & Onesia, I.
Keperawatan Fakultas Kedokteran (2014). Tingkat Kesiapsiagaan dan
Universitas Sam Ratulangi Implementasi Mitigasi Bencana
Manado. Diakses Pada Tanggal 21 Bagi Pelajar Di Lereng Gunung
Agustus 2016. Berapi. Jurnal Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Diakses
Djafar M, Mantu N. F., & Patellongi J. I. Pada Tanggal 20 September 2016.
(2013). Pengaruh Penyuluhan
Kumajas, M. (2006). Inventarisasi dan Somantrie, H. (2010). Strategi
Pemetaan Rawan Longsor Kota Pengarustaman Penguranagan
Manado-Sulawesi Utara. Jurnal Resiko Bencana di Sekolah.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Jakarta: Kementrian Pendidikan
negeri Manado. Diakses Pada Nasional.
Tanggal 23 September 2016.

Lubis A. S. Z., Lubis L. N., & Syahril E.


(2013). Pengaruh Penyuluhan
Dengan Metode Ceramah Dan
Diskusi Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Dan Sikap Anak
Tentang PHBS Di SD Negeri
065014 Kelurahan Namongajah
Kecamatan Medan Tuntungan.
Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra
Utara. Diakses Pada Tanggal 19
November 2016

Maulana, J. H. (2009). Promosi


Kesehatan. Jakarta: EGC

Pan, A. (2012). A Study On Residents Risk


Perception In Abrupt Geological
Hazard. Journal Of Risk Analysis
And Crisis Response. Diakses Pada
Tanggal 02 Oktober 2016

Pulungan. (2007). Penhgaruh Metode


Penyuluhan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Dokter
Kecil dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Verdarah Dengue
(PSN DBD) di Kecamatan Helvita.
Tesis Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara.
Diakses Pada Tanggal 21
Desember 2016.

Sefrizon. (2011). Pengaruh Ceramah,


Diskusi Kelompok dan
Keterampilan Pencegahan
Penularan Tuberkolosis Paru Pada
Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten
Solok. Tesis Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Diakses Pada Tanggal
21 Desember 2016.
C. ANALISIS JURNAL

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Siswa


tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi
Tiurmaida Simandalahi, Emira Apriyeni, Ropendi Pardede
(Review jurnal dilakukan berdasarkan PICO frame work)

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian telah dipaparkan secara jelas dalam jurnal ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang
kesiapsiagaaan bencana gempa bumi.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan
desain studi penelitian quasi eksperiment dengan rancangan one group pretest-
posttest. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan siswa tentang
kesiapsiagaan bencana gempa bumi, sedangkan yang menjadi variabel independent
adalah pendidikan kesehatan.
3. Sampel
Populasi yang terlibat dalam penelitian ini yaitu kelas III dan IV sebanyak
48 orang yang semuanya dijadikan sampel (total populasi) sesuai dengan kriteria
inklusi yaitu siswa yang belum pernah mendapatkan pendidikan kebencanaan atau
simulasi gempa bumi dan tidak dalam keadaan sakit.
4. Intervensi
Penelitian ini menggunakan media power point dan leafleat sebagai bahan
dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana gempa bumi. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner
pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi sebanyak 10 item
pertanyaan yang telah disesuaikan dengan materi yang dikeluarkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2017. Kuisioner pengetahuan
pre-test dibagikan dengan waktu ± 10 menit. Setelah selesai diisi kuisioner pre-test
dikumpulkan dan selanjujutnya dilakukan pemberian pendidikan kesehatan tentang
kesiapsiagaan bencana gempa bumi telah disesuaikan dengan materi BNPB tentang
“Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana” yang telah dirancang
sebelumnya ke dalam Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan penggunaan media
alat, slide power point, & leaflet yang dilakukan selama ± 30 menit. Setelah
pendidikan kesehatan selesai diberikan, kuesioner pengetahuan yang sama dengan
pre test dibagikan kembali kepada reponden dengan waktu ±10 menit (post test),
setelah kuesioner diisi dikumpulkan kembali dan leafleat dibagikan kepada
responden setelah post test berakhir.
5. Intervensi Pembanding
Penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest-posttest, sehingga
tidak ada intervensi pembanding dalam penelitian ini.
6. Hasil Penelitian
Karakteristik responden penelitian (berdasarkan tingkat kelas) didapatkan
hasil bahwa 22 siswa kelas III dan 26 siswa kelas IV, dari 48 siswa, 58,33% adalah
laki-laki, 56,25% berusia 10 tahun, dan 54,2% berada di kelas IV. Rata-rata
pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan adalah 4,4, standar deviasi 1,821, nilai terendah 2 dan nilai
tertinggi 8, sedangkan rata-rata pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana
gempa bumi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 6,9, standar deviasi
1,603, nilai terendah 4 dan nilai tertinggi 10.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji t-test dependent didapatkan bahwa
ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang Kesiapsiagaan bencana
gempa bumi terhadap pengetahuan siswa, dimana rata-rata (mean) skor yang
didapatkan oleh responden menunjukkan adanya peningkatan, dimana sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata 4,44 dan setelah dilakukan pendidikan
kesehatan rata-rata 6,94, dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu
7,139>1,67 sedangkan nilai p value 0,001< 0,05, sehingga dapat disimpulkan ada
pengaruh pendidikan kesehatan tentang Kesiapsiagaan bencana gempa bumi
terhadap pengetahuan siswi di SDN 12 Naras 1 Kota Pariaman Tahun 2018.
7. Kesimpulan dan Rekomendasi
Responden penelitian ini didominasi oleh responden berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 58,33% dan rata-rata berusia 10 tahun. Pengetahuan siswa dapat
dilihat dari hasil analisis kuesioner, dimana 25,0% siswa mengatakan belum
memahami dengan benar tindakan apa yang mereka lakukan ketika terjadi gempa
bumi. Siswa mengatakan tidak mengetahui tindakan yang benar dilakukan saat
terjadi gempa bumi ketika berada di kelas dan karena meja tidak ada, dimana
mereka menyatakan akan berlindung di balik pintu dan pergi dekat jendela
sebanyak 35,4%. Pernyataan diatas terlihat bahwasannya pengetahuan
kesiapsiagaan bencana gempa bumi sangat penting diberikan kepada anak sekolah
karena dapat melindungi dan menyelamatkan diri dari bahaya bencana. Setelah
intervensi dilakukan, pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana gempa
bumi didapatkan rata-rata skor meningkat menjadi 6,94, dengan nilai skor
minimum adalah 4 dan skor maksimal adalah 10. Hasil uji t didapatkan 7,139,
dimana nilai t yang didapatkan lebih besar dari t tabel yaitu 1,67, sedangkan nilai p
value 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang Kesiapsiagaan bencana gempa bumi terhadap pengetahuan siswa SDN 12
Naras 1 Kota Pariaman.
Pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi wajib
diberikan pada siswa agar mereka dapat memahami dengan baik, ini dapat dilihat
dimana siswa yang sebelumnya tidak memahami menjadi mengerti tentang
kesiapsiagaan bencana gempa bumi bertambah pengetahuannya mencapai 6,94%,
yang artinya pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi
menjadi lebih baik. Pemberian pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan
bencana gempa bumi juga diiringi dengan pemberian media seperti power point,
leafleat, sehingga diharapkan responden tidak lagi hanya sekedar mengetahui
bahwa Kesiapsiagaan bencana gempa bumi itu penting tetapi juga sudah mampu
mengaplikasikan pengetahuannya menjadi tindakan yang nyata, yaitu bagaimana
bertindak dan berperilaku untuk kesiapsiagaan bencana gempa bumi.
P I C O T
Comparison
Population Intervention Outcome Time
Intervention
Populasi yang Pemberian Tidak ada Menganalisis Kuisioner
terlibat dalam Pendidikan intervensi pengaruh pengetahuan
penelitian ini yaitu kesehatan pembanding pendidikan pre-test
kelas III dan IV tentang dalam penelitian kesehatan dibagikan
sebanyak 48 orang kesiapsiagaan ini. terhadap dengan waktu
yang semuanya dalam pengetahuan ± 10 menit.
dijadikan sampel menghadapi siswa tentang Selanjujutnya
(total populasi) bencana gempa kesiapsiagaan dilakukan
sesuai dengan bumi bencana gempa pemberian
kriteria inklusi yaitu menggunakan bumi pada siswa pendidikan
siswa yang belum media power SDN 12 Naras 1 kesehatan
pernah mendapatkan point dan Kota Pariaman. tentang
pendidikan leafleat. kesiapsiagaan
kebencanaan atau Pengumpulan bencana gempa
simulasi gempa bumi data dilakukan bumi dengan
dan tidak dalam dengan penggunaan
keadaan sakit. membagikan media alat,
kuesioner slide power
pengetahuan point, & leaflet
tentang yang dilakukan
kesiapsiagaan selama ± 30
bencana gempa menit. Setelah
bumi sebanyak pendidikan
10 item kesehatan
pertanyaan yang selesai
telah disesuaikan diberikan,
dengan materi kuesioner
yang dikeluarkan pengetahuan
oleh Badan yang sama
Nasional dibagikan
Penanggulangan kembali
Bencana (BNPB) kepada
tahun 2017. reponden
dengan waktu
±10 menit
(post test).
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T
Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESIAPSIAGAAN
BENCANA GEMPA BUMI
Tiurmaida Simandalahi1, Emira Apriyeni2, Ropendi Pardede3
1,2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan & Ners,
STIKes Syedza Saintika, Padang, Indonesia
3
Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat & Manajemen Informasi Kesehatan,
STIKes Syedza Saintika, Padang, Indonesia

Korespondensi: tiurmaidamandalahi@gmail.com/ +6285263101000

ABSTRAK

Gempa bumi merupakan bencana yang menimbulkan korban luka-luka dan kematian
tertinggi dibandingkan dengan lainnya. Tingginya korban jiwa pada gempa bumi Sumatera Barat
September 2009 ditemukan 1.195 orang meninggal dunia dimana korban terbanyak adalah orang tua
dan anak-anak. Ini diduga kurangnya pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana, sehingga memerlukan suatu upaya pengurangan resiko bencana melalui
sosialisasi Pendidikan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaaan bencana gempa bumi. Jenis Penelitian adalah
Quasi Eksperiment dengan pendekatan One-Group Pre-Test-Post-Test, yang dilakukan di SDN 12
Naras 1 Kota Pariaman mulai Juli - Agustus 2018, dengan populasi siswa/siswi kelas III dan IV
sebanyak 48 orang yang semuanya dijadikan sampel (total populasi). Analisa data secara univariat
dan bivariat dengan memakai uji T-Test dependent. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
pengetahuan pretest 4,4, dan posttest 6,9. Uji statistik menunjukkan ada pengaruh pendidikan
kesehatan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi terhadap pengetahuan siswa dengan p value
0,01. Disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswa tentang
kesiapsiagaan bencana gempa bumi. Sosialisasi Pendidikan Kebencanaan harus selalu ditingkatkan
dan menjadikannya sebagai kurikulum inti dalam materi pembelajaran serta rutin melakukan
pelatihan atau simulasi yang berkolaborasi pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Kata kunci: Pendidikan Kesehatan; Pengetahuan; Kesiapsiagaaan Bencana

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON STUDENT


KNOWLEDGE ABOUT PROSPERITY
EARTHQUAKE DISASTER

ABSTRACT
An earthquake causes the highest number of injuries and deaths compared to other
disasters. The high number of fatalities in the September 2009 West Sumatra earthquake was found
in 1,195 people who died where the majority of victims were parents and children. This was
suspected of lack of knowledge and lack of preparedness in anticipating disasters, thus requiring an
effort disaster risk reduction through education dissemination. This study aims to determine the
effect of health education on students' knowledge of earthquake preparedness.The type of research
107
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T

Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

is Quasi Experiment with the One-Group Pre-Test-Post-Test approach, which was conducted at
SDN 12 Naras 1Pariaman City from March to August 2018, with a population of students of class
III and IV as many as 48 people who were all sampled (total population). Data analysis used
univariate and bivariate by using the dependent T-Test.The results showed that the average
knowledge pretest was 4.4, and posttest was conducted to 6.9. Statistical tests showed that there was
an effect of health education on earthquake disaster preparedness on students' knowledge with p
value 0.01. It was concluded that there was an effect of health education on students' knowledge
about earthquake disaster preparedness. Disaster Education Dissemination must always be
improved and make it a core curriculum in learning material and routinely conduct training or
simulations collaborating with the Regional Disaster Management Agency.

Keywords: Health Education; Knowledge; Preparedness Disaster

PENDAHULUAN prinsip dalam kegiatan Pengurangan Risiko


Indonesia terletak pada garis Ring of Bencana Berbasis Komunitas adalah
Fire menyebabkan banyak terjadi bencana masyarakat berisiko dan terkena bencana
gempa bumi (Rifai & Harnanto, 2016). Hal merupakan pelaku aktif dalam upaya
ini disebabkan karena Indonesia terletak pada pengurangan risiko bencana. Anak termasuk
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu dalam kelompok paling rentan dalam situasi
lempeng Benua Asia, Benua Australia, bencana (Herdwiyanti & Sudaryono, 2012).
lempeng Samudera Hindia,dan Samudera Mereka memiliki kemampuan dan sumber
Pasifik. Selain itu terdapat sabuk vulkanik daya terbatas untuk mengontrol atau
(volcanic arc) pada bagian selatan dan timur mempersiapkan diri ketika merasa takut
Indonesia yang memanjang dari Pulau sehingga sangat bergantung pada pihak-pihak
Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi diluar dirinya supaya dapat pulih kembali dari
(Kemenkes, 2014). Indonesia dalam dekade bencana (Herdwiyanti & Sudaryono, 2012).
terakhir ini termasuk dalam lima besar negara Gempa bumi juga mengakibatkan kerugian
dengan frekuensi bencana gempa bumi ekonomi, kerusaan fisik lingkungan, dan
tertinggi di seluruh dunia (Guha-sapir, ganguan psikologi pada korban yang
Hoyois, & Below, 2016). Centre for Research mengalami bencana tersebut (Konsorsium
on the Epidemiologi of Disasters juga Indonesia, 2008).
melaporkan bahwa kejadian gempa bumi Pada gempa bumi yang terjadi di
pada tahun 1990 – 2014 di Indonesia Sumatera Barat, 30 September 2009,
sebanyak 25,9 % yang merupakan kejadian merupakan satu gambaran betapa besar
tertinggi kedua setelah bencana banjir kerugian yang ditimbulkan akibat bencana di
(CRED, 2015). Indonesia. Terhitung 1.195 orang meninggal
Gempa bumi merupakan bencana dunia dan kerusakan 249.833 unit rumah
yang menimbulkan korban luka-luka dan (114.797 unit rusak berat), 2.512 unit fasilitas
kematian tertinggi dibandingkan dengan pendidikan (9.051 lokal), fasilitas kesehatan,
bencana lainnya (CRED, 2015). Beberapa 1.010 unit fasilitas pemerintahan, 2.104 unit
faktor penyebab utama timbulnya banyak fasilitas ibadah, 177 km jalan, 4,980 m
korban akibat bencana gempa adalah karena jembatan, 25 unit hotel, sarana irigasi, pasar,
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang putusnya jaringan listrik, jaringan
bencana dan kurangnya kesiapsiagaan telekomunikasi, jaringan air bersih, serta
masyarakat dalam mengantisipasi bencana sarana infrastruktur lainnya. Belum lagi
tersebut. Diantara korban jiwa tersebut, paling dampak kerugian lain, yakni pada sisi
banyak adalah orang tua dan anak-anak psikologis masyarakat serta sendi-sendi
(Pribadi & Yuliawati, 2008). kehidupan lainnya, seperti pendidikan,
Paripurno dalam Simandalahi, Ahsan, ekonomi, dan sosial (Konsorsium Indonesia,
& Prasetyadjati (2015) menyatakan bahwa 2008).
108
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T

Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

Gempa bumi juga dapat berdampak sekolah dasar karena pada umumnya siswa
pada psikologis yang dapat menyebabkan tidak memiliki pemahaman yang baik tentang
trauma pada korban maupun sukarelawan kesiapsiagaan bencana jika dibandingkan
yang mengalami bencana tersebut.Dampak dengan orang dewasa (Konsorsium Indonesia,
dan kerugian yang ditimbulkan oleh gempa 2008)
bumi disebabkan karena kurangnya kesiapan Salah satu bentuk pendidikan pada
masyarakat atau komunitas sekitar dalam siswa adalah lewat penyuluhan kesehatan
mengantisipasi masalah tersebut (Daud, Sari, dimana penyuluhan yang dapat diberikan
Milfayetty, & Diehamsyah, 2014). adalah penyuluhan tentang gempa bumi.
Kesadaran akan pentingnya Penelitian yang dilakukan oleh Emami (2015)
kesiapsiagaan bencana dapat meningkatkan tentang pengaruh penyuluhan kesiapsiagaan
tindakan individu dalam melindungi dan menghadapi bencana gempa bumi terhadap
menyelamatkan diri dari bahaya bencana pengetahuan siswa di SD Muhammadiyah
(Devi & Sharma, 2015). Kesiapsiagaan Trisigan Murtigading Sanden Bantul,
mempunyai empat komponen yang dijadikan ditemukan hasil bahwa pengetahuan siswa
parameter dalam mengevaluasi kesiapsiagaan sesudah dilakukan penyuluhan kesiapsiagaan
bencana gempa bumi, komponen tersebut menghadapi bencana gempa bumi di SD
yaitu: pengetahuan dan sikap tentang resiko Muhammadiyah Trisigan Murtigading
bencana gempa bumi, rencana tanggap Sanden Bantul diperoleh hasil dengan p value
darurat, sistem peringatan bencana, dan 0,001.
mobilisasi sumber daya (Rahmawati, 2016). Studi pendahuluan yang dilakukan di
Salah satu cara untuk meningkatkan tanggal 18 April 2018, jumlah siswa sebanyak
pengetahuan adalah melalui pendidikan. 138 orang yang terdiri dari siswa laki-laki
Pendidikan kebencanaan merupakan penentu sebanyak 86 orang dan siswa perempuan 52
dalam pengurangan resiko bencana. Pada orang. SD Negeri 12 Naras 1 Kota Pariaman
tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional terletak di pesisir pantai dan telah mengalami
telah mulai menerapkan Kurikulum bencana renovasi pada tahun 2010 akibat kerusakan
mulai dari SD hingga SMA.Namun pada yang cukup parah yang disebabkan oleh
prakteknya tidak dimasukkan langsung jadi peristiwa gempa 2009. Pada tahun 2012
mata pelajaran atau kurikulum khusus sekolah ini kembali direnovasi akibat
bencana, tetapi dimasukkan kedalam mata kerusakan ringan, sebab dari gempa pada
pelajaran secara faktual dalam memahami dan tahun 2011. Berdasarkan keterangan lebih
mengantisipasi kondisi alam. Pendidikan lanjut dari pihak sekolah, sebelumnya sekolah
kebencanaan dapat disisipkan pada mata ini belum pernah diberikan pendidikan
pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia. kesehatan tentang kesiapsiagaan bencana
Pendidikan kebencanaan ini mempunyai gempa bumi. Semenjak adanya musibah
tujuan umum untuk memberikan gambaran bencana gempa bumi, di sekolah ini hanya 1x
dan acuan dalam proses pembelajara siaga diberikan pelatihan simulasi gempa bumi oleh
bencana. Melalui pendidikan diharapkan BNPB, yaitu pada tahun 2010 dan semenjak
siswa mampu befikir dan bertindak cepat, itu belum pernah diberikan simulasi gempa
tepat, dan akurat saat menghadapi bencana. kembali, namun pada tahun 2017 siswa kelas
Pendidikan kebencanaan di sekolah IV dan V sudah pernah diundang dan
dasar menjadi strategi efektif, dinamis, dan mengikuti simulasi di SD lain di Kota
berkesinambungan dalam upaya Pariaman.
penyebarluasan pendidikan kebencanaan. Hasil wawancara yang peneliti
Sekolah merupakan wahana efektif dalam lakukan pada 10 orang siswa kelas IV SD
memberikan efek tular-informasi, Negeri 12 Naras 1 Kota Pariaman pada
pengetahuan, dan keterampilan kepada tanggal 4 Juni 2018, 8 orang tidak mengetahui
masyarakat terdekatnya. Pendidikan bagaimana tindakan yang harus dilakukan
kebencanaan penting diberikan kepada siswa pada saat gempa bumi ketika sedang belajar

109
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T

Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

di dalam kelas. Mereka mengatakan akan menandatangani lembar informed consent


langsung berlarian ke luar dan langsung kuisioner pengetahuan pre-test dibagikan
pulang ke rumah.Sementara hanya 2 orang dengan waktu ± 10 menit. Setelah selesai diisi
yang mengetahui bahwa kalau terjadi gempa kuisioner pre test dikumpulkan dan
tindakan awal yang dilakukan adalah selanjujutnya dilakukan pemberian
berlindung di bawahmeja yang terdekat. pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti bencana gempa bumi telah disesuaikan
tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan materi BNPB tentang “Tanggap
Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana”
Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi di SDN yang telah dirancang sebelumnya ke dalam
12 Naras 1 Kota Pariaman. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan
penggunaan media alat, slide power point, &
BAHAN DAN METODA leaflet yang dilakukan selama ± 30 menit.
Penelitian ini adalah Quasi Setelah pendidikan kesehatan selesai
Eksperiment denganOne-Group Pre-TestPost- diberikan, kuesioner pengetahuan yang sama
Test yang dilakukan pada siswa/siswi SDN 12 dengan pre test dibagikan kembali kepada
Naras 1 Kota Pariaman dengan populasi kelas reponden dengan waktu ±10 menit (post test),
III sebanyak 22 orang dan kelas IV sebanyak setelah kuisioner diisi dikumpulkan kembali
48 orang dengan jumlah keseluruhan 48 dan Leafleat dibagikan kepada responden
orang. Pengambilan sampel dilakukan secara setelah post test berakhir.
total populasi, dengan kriteria inklusi yaitu Selanjutnya data diolah melalui
siswa yang belum pernah mendapatkan proses pemeriksaan data (editing),
pendidikan kebencanaan atau simulasi gempa pengkodean data (coding), pemeriksaan data
bumi, dan tidak dalam keadaan sakit. (entry), pembersihan data (cleaning), dan
Pengumpulan data dilakukan dengan tabulasi data (tabulating) dan dianalisis
membagikan kuesioner pengetahuan tentang dengan komputerisasi. Analisa data secara
kesiapsiagaan bencana gempa bumi sebanyak univariat melihat nilai rata-rata variabel
10 item pertanyaan yang telah disesuaikan pengetahuan siswa pre dan post test,
dengan materi yang dikeluarkan oleh Badan kemudian dilakukan uji normalitas dan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) didapatkan data berdistribusi normal,
tahun 2017. Sebelumnya peneliti menjelaskan sehingga uji yang digunakan untuk analisis
terlebih dahulu tentang tujuan dan manfaat bivariat uji T-Test dependent, p value < alpha
penelitian serta aspek etik dalam penelitian ini (0,05) dianggap ada pengaruh secara statistik.
kepada calon partisipan. Setelah reponden

HASIL
Dari 48 siswa, 58,33% adalah laki-laki, 56,25% berusia 10 tahun, dan 54,2% berada di kelas IV.

Tabel 1. Rata-Rata Pengetahun Siswa Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan


Variabel Mean Sd Median Min Max N
Pre-test 4,4 1,821 4 2 8 48

Tabel 1 menunjukkan rata-rata pendidikan kesehatan adalah 4,4, standar


pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan deviasi 1,821, nilai terendah 2 dan nilai
bencana gempa bumi sebelum dilakukan tertinggi 8.

110
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T
Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

Tabel 2. Rata-Rata Pengetahun Siswa Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan


Variabel Mean Sd Median Min Max N
Post-test 6,9 1,603 7 4 10 48

Tabel 2 didapatkan rata-rata deviasi 1,603, nilai terendah 4 dan nilai


pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan tertinggi10.
bencana gempa bumi sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan adalah 6,9, standar

Tabel 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi


Terhadap Pengetahuan Siswi

Std
Kelompok Mean t p value
deviation

Pretest – Postest 2,500 0,350 7,139 0,001

Tabel 3 menunjukkan hasil uji t dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan


didapatkan 7,139, dimana nilai t yang kesehatan tentang Kesiapsiagaan bencana
didapatkan lebih besar dari t tabel yaitu 1,67, gempa bumi terhadap pengetahuan siswa SDN
sedangkan nilai p value 0,001 < 0,05, maka 12 Naras 1 Kota Pariaman.

PEMBAHASAN Dalam usia yang relatif masih kecil tentu


Pengetahuan siswa tentang mereka memiliki sifat yang pasif dalam
Kesiapsiagaan bencana gempa bumi sebelum mendapatkan pengetahuan. Jadi dalam hal ini
diberikan pendidikan kesehatan adalah 4,44, peran orang-orang terdekat masih rendah
dengan nilai skor minimum adalah 2 dan skor dalam usaha memberikan pemahaman kepada
maksimum adalah 8. Hasil penelitian ini mereka tentang kesiapsiagaan menghadapi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh bencana gempa. Pengetahuan siswa ini juga
Fahrizal, Khairuddin, & Ismail (2016) tentang dapat dilihat dari hasil analisis kuesioner,
pengaruh penyuluhan terhadap tingkat dimana 25,0% siswa mengatakan belum
pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan memahami dengan benar tindakan apa yang
bencana gempa bumi pada siswa kelas III mereka lakukan ketika melihat benda seperti
SDN Kasihan 1 Bantul, ditemukan lebih dari lemari atau pajangan dalam kelas saat terjadi
separuh responden (74,8%) masih memiliki gempa bumi, dimana mereka menyatakan
pengetahuan yang rendah. akan berlindung dekat benda tersebut. Siswa
Salah satu faktor yang mempengaruhi mengatakan tidak mengetahui tindakan yang
pengetahuan seseorang adalah keterpaparan benar dilakukan saat terjadi gempa bumi
informasi. Informasi bisa didapatkan dari ketika berada di kelas dan karena meja tidak
berbagai sumber, baik di sekolah maupun ada, dimana mereka menyatakan akan
dengan membaca dari berbagai media massa berlindung di balik pintu dan pergi dekat
seperti internet dan juga buku-buku ataupun jendela sebanyak 35,4%. Dari pernyataan
majalah dan koran. Asumsi peneliti, diatas terlihat bahwasannya pengetahuan
didapatkan rata-rata pengetahuan siswa kesiapsiagaan bencana gempa bumi sangat
sebelum diberikan pendidikan kesehatan penting diberikan kepada anak sekolah karena
masih rendah dikarenakan siswa belum dapat melindungi dan menyelamatkan diri
pernah diberikan pemahaman tentang gempa dari bahaya bencana.
bumi baik disekolah maupun di rumah.
111
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T

Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

Setelah intervensi dilakukan, terjadi gempa bumi, dengan didapatkan nilai


pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan pre-test sebanyak 50,0% dan setelah
bencana gempa bumi didapatkan rata-rata diberikan pendidikan kesehatan didapatkan
skor meningkat menjadi 6,94, dengan nilai nilai post-testsebanyak 95,8%, juga
skor minimum adalah 4 dan skor maksimal pertanyaan tentang ketika terjadi gempa bumi
adalah 10. Hasil penelitian ini juga sama saat ananda berada di tangga apa yang akan
dengan penelitian yang dilakukan oleh ananda lakukan, dari pertanyaan tesebut
Emami (2015) tentang Pengaruh Penyuluhan didapatkan nilai pre-test sebanyak 45,8% dan
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Gempa setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai
Bumi Terhadap Pengetahuan Siswa di SD post-test menjadi 70,8%. Dari analisis
Muhammadiyah Trisigan Murtigading pertanyaan diatas terlihat jelas adanya
Sanden Bantul, bahwa 68,3% responden peningkatan pengetahuan kesiapsiaagaan
ternyata memiliki pengetahuan tinggi setelah bencana gempa bumi setelah dilakukan
ada konseling kesehatan. pendidikan kesehatan.
Pendidikan merupakan salah satu cara Pengetahuan tentang Kesiapsiagaan
untuk meningkatakan pengetahuan seseorang. bencana gempa bumi yang telah diberikan
Orang yang memiliki pendidikan tinggi, juga pada siswa ternyata dapat mereka pahami
lebih cenderung mampu menganalisa dengan baik, ini dapat dilihat bahwa siswa
informasi yang ada menjadi sebuah ilmu yang sebelumnya tidak memahami, jadi
pengetahuan baru. Jadi dalam hal ini mengerti tentang Kesiapsiagaan bencana
pendidikan kesehatan tentang Kesiapsiagaan gempa bumi bertambah pengetahuannya
bencana gempa bumi ternyata mampu mencapai 6,94%, yang artinya pengetahuan
menambah pemahaman responden terhadap responden tentang Kesiapsiagaan bencana
Kesiapsiagaan bencana gempa bumi. gempa bumi menjadi lebih baik.
Pemberian pendidikan kesehatan tentang Dilihat dari hasil analisis bivariat
kesiapsiagaan bencana gempa bumi juga menggunakan uji T-Test dependent
diiringi dengan pemberian media seperti didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian
power point, leafleat, sehingga diharapkan pendidikan kesehatan tentang Kesiapsiagaan
responden tidak lagi hanya sekedar bencana gempa bumi terhadap pengetahuan
mengetahui bahwa Kesiapsiagaan bencana siswa, dimana rata-rata (Mean) skor yang
gempa bumi itu penting tetapi juga sudah didapatkan oleh responden menunjukkan
mampu mengaplikasikan pengetahuannya adanya peningkatan, dimana sebelum
menjadi tindakan yang nyata, yaitu dilakukan pendidikan kesehatan rata-rata 4,44
bagaimana bertindak dan berperilaku untuk dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
kesiapsiagaan bencana gempa bumi. rata-rata 6,94, dengan nilai t hitung lebih
Kesadaran akan pentingnya besar dari t tabel yaitu 7,139>1,67 sedangkan
kesiapsiagaan bencana dapat meningkatkan nilai p value 0,001< 0,05, sehingga dapat
tindakan individu dalam melindungi dan disimpulkan ada pengaruh pendidikan
menyelamatkan diri dari bahaya bencana kesehatan tentang Kesiapsiagaan bencana
(Devi & Sharma, 2015). Kesiapsiagaan gempa bumi terhadap pengetahuan siswi di
mempunyai empat komponen yang dijadikan SDN 12 Naras 1 Kota Pariaman Tahun 2018.
parameter dalam mengevaluasi kesiapsiagaan Sejalan dengan penelitian yang
bencana gempa bumi, komponen tersebut dilakukan oleh Emami (2015) tentang
yaitu: pengetahuan dan sikap tentang resiko Pengaruh Penyuluhan Kesiapsiagaan
bencana gempa bumi, rencana tanggap Menghadapi Bencana Gempa Bumi Terhadap
darurat, sistem peringatan bencana, dan Pengetahuan Siswa di SD Muhammadiyah
mobilisasi sumber daya (Rahmawati, 2016). Trisigan Murtigading Sanden Bantul, juga
Hal ini terlihat dari analisis ditemukan adanya hubungan pendidikan
pertanyaan tentang tindakan yang dilakukan kesehatan dengan kesiapsiagaan menghadapi
jika berada dilantai dua atau lebih tinggi saat

112
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T

Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

bencana gempa bumi dengan p value KESIMPULAN DAN SARAN


didapatkan sebesar 0,004 < 0,05. Terdapatnya perbedaan pengetahuan
Pendidikan berarti bimbingan yang siswa sebelum dan sesudah diberikan
diberikan seseorang terhadap perkembangan penyuluhan kesehatan tentang kesiapsiagaan
orang lain menuju cita-cita tertentu yang bencana gempa bumi sebelum di SDN 12
menentukan manusia untuk berbuat dan Naras 1 Kota Pariaman, dan pendidikan
mengisi kehidupan untuk mencapai kesehatan memiliki pengaruh yang kuat
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan siswa,
diperlukan untuk mendapat informasi ditunjang dengan penggunaan media power
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan point dan leafleat semakin menarik perhatian
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. siswa untuk mengetahui apa yang harus
Menurut YB Mantra yang dikutip dilakukan ketika gempa bumi terjadi.
Notoatmodjo (2012), pendidikan dapat Sosialisasi Pendidikan Kebencanaan harus
mempengaruhi seseorang termasuk juga selalu ditingkatkan dan sebaiknya ada dalam
perilaku seseorang akan pola hidup terutama kurikulum inti materi pembelajaran serta rutin
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta melakukan pelatihan atau simulasi yang
dalam pembangunan, pada umumnya makin berkolaborasi pihak Badan Penanggulangan
tinggi pendidikan seseorang makin mudah Bencana Daerah.
menerima informasi.
Pengetahuan tentang gempa bumi
yang dilakukanmelalui penyuluhan sudah DAFTAR PUSTAKA
mampu memberikan kontribusi yang baik
terhadap pemahaman siswa, ditambahkan CRED. (2015). The United Nations Office of
dengan penggunaan media saat penyuluhan Disaster Risk Reduction. Diakses dari
berupa power point dan leafleat semakin http://www.preventionweb
membuat siswa menjadi paham dan tertarik .net/countries/idn/data
untuk mengikuti penyuluhan. Pengetahuan
tentang gempa bumi merupakan modal dasar
Daud, R., Sari, S. A., Milfayetty, S., &
dalam konsep kesiapsiagaan terhadap
bencana. Hal ini menyadarkan siswa agar Diehamsyah, M. (2014). Penerapan
tidak hanya berpasrah terhadap bencana yang Pelatihan Siaga Bencana Dalam
datang tanpa berusaha untuk menghindarinya Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan
merupakan upaya penting yang harus Tindakan Komunitas SMA Negeri 5
dilakukan pada kesempatan pertama. Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan,
Bencana yang datang selalu ada sebab 1(1), 26–34.
dan akibatnya, dimana siswa masih memiliki
peluang untuk menghindari dan
merencanakan upaya penanggulangan jauh- Devi, A., & Sharma, D. (2015). Awareness on
jauh hari sebelum bencana terjadi. earthquake preparedness : A key to safe
Penyuluhan dalam penelitian ini bertujuan life. International Journal of Nursing
untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan Research and Practice, 2(2). Retrieved
yang ada hubungannya dengan tingkat from
kesiapan siswa sesuai dengan penelitian ini http://www.uphtr.com/IJNRP/home%0
dari siswa yang belum mengetahui tentang
AInternational
kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa
bumi menjadi lebih tahu tentang masalah
kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa Emami, S. B. (2015). Pengaruh Penyuluhan
bumi (Konsorsium Indonesia, 2008) Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Gempa Bumi Terhadap Pengetahuan
Siswa Di SD Muhammadiyah Trisigan

113
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

Jurnal Kesehatan Medika Saintika


A
E
D
T

Volume 9 Nomor 1 | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id

Murtigading Sanden Bantul. Sekolah Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan


Tinggi Ilmu Kesehatan ’Aisyiyah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Yogyakarta. Cipta.

Fahrizal, Khairuddin, & Ismail, N. (2016). Pribadi, K., & Yuliawati, A. . (2008).
PENGARUH PELATIHAN Pendidikan Siaga Bencana Gempa Bumi
PROGRAM PENGURANGAN Sebagai Upaya Meningkatkan.
RISIKO BENCANA TERHADAP Bandung.
PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA
SD NEGERI 3 TANGSE DALAM Rahmawati, N. F. (2016). Kesiapan Bencana
MENGHADAPI GEMPA BUMI. Gempa Bumi Pada Siswa SMP Siaga
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 16(2), Bencana Di Kabupaten Bantul (SMP
74–79. Negeri 2 Imogiri). Universitas Negeri
Yogyakarta.
Guha-sapir, D., Hoyois, P., Wallemacq, P., &
Below, R. (2016). Annual Disaster Rifai, A., & Harnanto, A. M. (2016). Analisis
Statistical Review 2016 The numbers Kapasitas Fungsional Perawat Dan
and trends. Belgium. Bidan Rsud Kota Surakarta Dalam
Pengembangan Program Hospital
Herdwiyanti, F., & Sudaryono, S. (2012). Preparedness For Emergency And
Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi Disaster Akhmad Rifai, Addi Mardi
Bencana Ditinjau dari Tingkat Self- Harnanto. Jurnal Terpadu Ilmu
Efficacy pada Anak Usia Sekolah Dasar Kesehatan, 5(1), 01-109.
di Daerah Dampak Bencana Gunung
Kelud. Jurnal Psikologi Kepribadian Simandalahi, T., Ahsan, & Prasetyadjati, A.
Dan Sosial, 1(03). (2015). PENGETAHUAN TENTANG
ISU PENGURANGAN RISIKO
Kemenkes. Penilaian Kerusakan, kerugian, BENCANA BERBASIS KOMUNITAS
dan kebutuhan Sumber Daya Kesehatan KELOMPOK SIAGA BENCANA DI
Pasca Bencana, Pub. L. No. 36 (2014). KECAMATAN PADANG BARAT
Indonesia. KOTA PADANG. The Indonesian
Journal of Health Science, 6(1), 63–72.
Konsorsium Indonesia. (2008). Kerangka
Kerja Sekolah Siaga Bencana.

114
D. ANALISIS JURNAL

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Siswa


dalam Menghadapi Bencana di Bantul Yogyakarta
Masta Hutasoit, Fiki Wijayanti, Noerma Shovei R
(Review jurnal dilakukan berdasarkan PICO frame work)

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian telah dipaparkan secara jelas dalam jurnal ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan mengenai
kesiapsiagaan siswa terhadap kejadian bencana gempa bumi di SD N 2 Padokan,
Bantul.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan
desain studi penelitian quasi eksperiment dengan rancangan pre test and post test
nonequivalent control group. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi, sedangkan yang
menjadi variabel independent adalah pendidikan kesehatan.
3. Sampel
Populasi yang terlibat dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD N 2
Padokan berjumlah 61. Pengambilan sample berdasarkan purposive sampling yang
sesuai dengan kriteria peneliti yaitu hadir saat penelitian dan setuju untuk menjadi
responden. Jumlah sampel pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
masing-masing sebanyak 27 siswa kelas V.
4. Intervensi
Pelaksanaan penelitian ini selama satu hari dimana peneliti memberikan
ceramah pendidikan kesehatan kemudian pemutaran video animasi mengenai
kesiapsiagaan saat terjadi bencana. Pada rancangan ini tidak dilakukan randomisasi,
kelas V grup A menjadi kelompok intervensi dan Kelas V grup B menjadi
kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner
dengan 17 item pertanyaan. Kuesioner tersebut terdiri dari 3 indikator yaitu
pengetahuan tentang bencana, pengetahuan tentang tindakan saat terjadi bencana
dan pengetahuan tentang tindakan pasca bencana. Siswa mengisi kuesioner untuk
mengukur pengetahuan anak mengenai kesiapsiagaan bencana. pembagian waktu
pemberian pre test dan post test tidak dijelaskan secara rinci.
5. Intervensi Pembanding
Penelitian ini menggunakan rancangan pre test and post test nonequivalent
control group. Rancangan tersebut dipilih karena peneliti melibatkan 2 kelompok,
yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada rancangan ini tidak
dilakukan randomisasi, sehingga tidak ada intervensi pembanding dalam penelitian
ini.
6. Hasil Penelitian
Karakteristik responden penelitian (berdasarkan tingkat kelas) didapatkan
hasil bahwa masing-masing berjumlah 27 siswa kelas V (kelas V grup A menjadi
kelompok intervensi dan Kelas V grup B menjadi kelompok kontrol). Responden
laki-laki lebih dominan daripada perempuan dimana pada kelompok intervensi
berjumlah 16 orang dan pada kelompok kontrol berjumlah 15 orang. Pengetahuan
kesiapsiagaan bencana pada kelompok kontrol dan intervensi sebelum diberikan
perlakuan pada kelompok intervensi ada 6 anak (22.2%) yang mempunyai
pengetahuan sedang dan sejumlah 21 anak (77.8%) mempunyai pengetahuan tinggi.
Sedangakan pada kelompok kontrol pengetahuan yang sedang 7 anak (25.9%) dan
yang mempunyai pengetahuan tinggi ada 20 anak (74.1%). Pengetahuan
kesiapsiagaan bencana pada kelompok kontrol dan intervensi setelah diberikan
perlakuan pada kelompok intervensi dengan kategori sedang ada 3 anak (11.1%)
dan kategori tingi 24 anak (88.9%) dan pada kelompok kontrol yang mempunyai
pengetahuan dengan kategori sedang 5 anak (18.5%) dan kategori tinggi 22 anak
(81.5%).
Uji kesetaraan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum
dilakukan perlakuan dengan p value 0,218 > α 0.05, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan yaitu
pendidikan kesehatan. Uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro wilk
karena skala data di pengetahuan adalah kategorik. Didapatkan hasil distribusi data
normal karena p value > 0.05. Perbedaan pengetahuan kesiapsiagaan bencana
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi dimana
sebelum diberikan perlakuan adalah 2.77 dan setelah diberikan perlakuan adalah
2.89. Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -1,342 dengan p-value
0.180 > α (0,05) menujukkan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan kesiapsiagaan
bencana pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan intervensi di SDN
Padokan.
Perbedaan pengetahuan kesiapsiagaan bencana sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan pada kelompok kontrol dimana ada kelompok intervensi
sebelum diberikan perlakuan adalah 2.74 dan setelah diberikan perlakuan adalah
2.81. Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -1,000 dengan p-value
0.371 > α (0,05) menujukkan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan kesiapsiagaan
bencana pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan intervensi di SDN
Padokan. Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan hasil p-value 0.480 > α (0.05)
menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
kesiapsiagaan bencana di SDN 2 Padokan kasihan Bantul.
7. Kesimpulan dan Rekomendasi
Responden penelitian ini didominasi oleh responden berjenis kelamin laki-
laki dan kebanyakan berusia 11 tahun. Sejumlah 21 responden (77,8%) dari 27
responden pada kelompok intervensi dan 20 responden (74,1%) dari 27 responden
dari kelompok kontrol memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kesiapsiagaan
bencana sebelum dilakukan intervensi. Responden pada kedua kelompok sudah
memiliki pemahaman yang tinggi tentang bencana. Variabel pengganggu pada
penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan. Pengetahuan sesudah dilakukan
intervensi pada kelompok intervensi sebesar 88.9% dan kelompok kontrol 81.5%.
sementara uji homogenitas untuk melihat kesetaraan antara kedua kelompok
dilakukan, dan hasilnya p-value 0,218 > α 0.05 artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antar kedua kelompok.
Analisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penkes
pada kelompok intervensi dilakukan uji wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -1,342
dengan p-value 0.180 > α (0,05) menujukkan bahwa tidak ada pengaruh
pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada kelompok intervensi sebelum dan setelah
diberikan intervensi di SDN Padokan. Pada kelompok kontrol nilai Z sebesar -1,000
dengan p-value 0.371 > α (0,05) menujukkan bahwa tidak ada pengaruh
pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada kelompok kontrol sebelum dan setelah
diberikan intervensi di SDN Padokan. Antara kedua kelompok sama-sama tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan baik kelompok intervensi yang diberikan
penkes ataupun tanpa diberikan penkes. Hal ini dikarenakan pengetahuan awal
sudah baik, jadi ketika diberikan tambahan pengetahuan lewat penkes tidak begitu
terlihat perbedaan yang bermakna lagi.
Pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi tetap
diberikan pada siswa walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan dikarenakan
informasi mengenai kesiapsiagaan bencana dapat berasal dari mana saja, setiap
responden juga memiliki beragam kesukaan sumber informasi yang didapatkan.
Sebanyak 34% responden lebih menyukai mendapatkan informasi mengenai
kesiapsiagaan bencana dari format kampanye atau penyuluhan, 34% lebih
menyukai program pelatihan, 2% lebih menyukai simulasi, 16% lebih menyukai
bermain peran, 2% lebih menyukai melalui lagu daerah, 48% lebih menyukai
program dari radio, 40% lebih menyukai dari program televisi, dan tidak ada yang
menyukai informasi tertulis melalui telepon genggam, pamflet, brosur, internet, dan
lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pilihan media yang paling banyak
dipilih dalam mengirimkan informasi mengenai kesiapsiagaan bencana diperoleh
dari radio.
P I C O T
Comparison
Population Intervention Outcome Time
Intervention
Populasi yang Pemberian Tidak ada Menganalisis Pelaksanaan
terlibat dalam pendidikan intervensi pengaruh penelitian ini
penelitian ini yaitu kesehatan pembanding pendidikan selama satu
siswa kelas V SDN 2 tentang dalam penelitian kesehatan hari dimana
Padokan berjumlah kesiapsiagaan ini. terhadap peneliti
61. Pengambilan dalam pengetahuan memberikan
sample berdasarkan menghadapi siswa tentang ceramah
purposive sampling bencana gempa kesiapsiagaan pendidikan
yang sesuai dengan bumi dimana bencana gempa kesehatan
kriteria peneliti yaitu peneliti bumi pada siswa kemudian
hadir saat penelitian memberikan SDN 2 Padokan pemutaran
dan setuju untuk ceramah Bantul video animasi
menjadi responden. kemudian Yogyakarta. mengenai
Jumlah sampel pada pemutaran video kesiapsiagaan
kelompok intervensi animasi saat terjadi
dan kelompok mengenai bencana. Siswa
kontrol masing- kesiapsiagaan mengisi
masing sebanyak 27 saat terjadi kuesioner
siswa kelas V. bencana. Pada untuk
rancangan ini mengukur
tidak dilakukan pengetahuan
randomisasi, anak mengenai
kelas V grup A kesiapsiagaan
menjadi bencana.
kelompok pembagian
intervensi dan waktu
Kelas V grup B pemberian pre
menjadi test dan post
kelompok test tidak
kontrol. dijelaskan
Pengumpulan secara rinci.
data dilakukan
dengan
membagikan
kuesioner
dengan 17 item
pertanyaan.
Jurnal Wacana Kesehatan
Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, JuliVolume
2019 4, Nomor 1, Juli 2019
e-ISSN 2544-6251

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA DALAM


MENGHADAPIBENCANADIBANTUL YOGYAKARTA

EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON STUDENT KNOWLEDGE IN DEALING DISASTER


INBANTUL YOGYAKARTA

Masta Hutasoit1, Fiki Wijayanti2, Noerma Shovei R3


1
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Email: hutasoitmasta@gmail.com
2
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Semarang
3
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Bantul merupakan salah satu wilayah rawan bencana yang ada di Yogyakarta. Hasil wawancara
dengan kepala SD N 2 Padokan diperoleh bahwa sekolah belum pernah ada pelatihan mengenai bencana dan
belum diberlakukan kurikulum mengenai mitigasi bencana. Anak merupakan kelompok usia yang sangat rentan
terhadap dampak bencana baik fisik maupun psikologis. Pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana penting
dilakukan untuk upaya preventif menghadapi bencana. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan mengenai kesiapsiagaan siswa terhadap kejadian bencana gempa
bumi di SD N 2 Padokan, Bantul. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi
experiment. Rancangan yang digunakan adalah pre test and post test nonequivalent control group.Jumlah sampel
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 27 siswa kelas V. Metode
pengambilan data dilakukan dengan purposive sampling sesuai dengan kriteria. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan menggunakan analisis statistik nonparametrik Wilcoxon dengan bantuan program
SPSS v.17 for Windows. Hasil: hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi di SD N 2 Padokan didapatkan hasil p value 0.480 dengan α
0.05. Pada kelompok intervensi perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah ditunjukkan dengan p value 0.180,
sementara untuk kelompok control 1.000. Kesimpulan: tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan kesiapsiagaan bencana di SD N 2 Padokan.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, pengetahuan, bencana,kesiapsiagaan

ABSTRACT

Background: Bantul is one of the areas in Yogyakarta that is at risk of disaster. The results of interviews with the
head of SD N 2 Padokan found that the school had never had any training on disaster and not yet implemented
the curriculum on disaster mitigation. Children are age groups that are very vulnerable to the impact of both
physical and psychological disasters. Knowledge of disaster preparedness is important for disaster prevention
The purpose of the study: to determine the effect of health education on knowledge of student preparedness to
earthquake disaster events in SD N 2 Padokan, Bantul.Method: This research is quantitative research with quasi
experiment design. The design used was pre test and post test nonequivalent control group. The number of
samples in the intervention group and the control group were 27 students of class V. The sampling were
collected by purposive sampling according to the criteria. Methods of data collection using questionnaires and
using nonparametric statistical analysis Wilcoxon with the help of SPSS v.17 for Windows program. Results:
The results showed no effect of health education on earthquake disaster preparedness knowledge in SD N 2
Padokan obtained p value 0.480 with α 0.05. In the intervention group the difference of knowledge before and
after is indicated by p value 0.180, while for the control group 1,000. Conclusion: there is no effect of health
education on disaster preparedness knowledge in SD N 2 Padokan.

Keywords: Health education, knowledge, disaster, preparedness.

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 411


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

Pendahuluan semakin bertambah pengetahuan semakin tinggi


Indonesia merupakan negara yang letak perilaku kesiapsiagaan menghadapi bencana.6
geografisnya sangat berpotensi untuk terjadinya Upaya mewujudkan kesiapsiagaan masyarakat
bencana seperti letusan gunung berapi, gempa terkendala berbagai persoalan, diantaranya
bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.Data adanya anggapan sebagian masyarakat yang
yang ditampilkan pada tahun 1986 menunjukkan memandang bencana sebagai suatu musibah dari
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara Sang Maha Pencipta yang harus diterima dengan
yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di ikhlas, sehingga tidak perlu meributkan upaya
dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan kesiapsiagaan.7
di Amerika Serikat.1,2 Anak merupakan individu yang rentan
Salah satu zona rawan bencana gempa bumi terhadap dampak bencana yang terjadi. Saat
di Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta kejadian bencana alam melanda, anak-anak
(DIY). Di DIY sendiri yang merupakan wilayah merupakan kelompok yang paling rentan terkena
rawan tercatat ada tiga wilayah, yaitu Bantul, dampaknya, baik fisik maupun psikis. Mereka
Gunung Kidul, dan Kulon Progo.3 Berdasarkan amat bergantung pada pertolongan orang-orang
data sejarah kegempaan, DIY telah 12 kali dewasa. Organisasi kemanusiaan Wahana Visi
mengalami bencana gempa bumi yang merusak, Indonesia (WVI) fokus melakukan program
yakni pada tahun 1840 dan 1859 yang juga terjadi penanganan bencana untuk kepentingan anak-
tsunami, 1867, 1875, 1937, 1943, 1957, 1981, anak. Menurut Seballos et al reaksi anak terhadap
1992, 2001, 2004, serta tahun 2006 lalu.4 Salah trauma menjadi perhatian khusus dan menjadi
satu wilayah di Yogyakarta yang merupakan masalah kesehatan pada anak setelah terjadi
wilayah rawan gempa bumi adalah Bantul. bencana.8 Bencana gempa bumi pada jam
Kejadian gempa bumi di Bantul menunjukkan sekolah, seperti yang terjadi pada 12 Mei 2008 di
wilayah yang rawan bencana terjadi di wilayah Sichuan, China. Gempa berkekuatan 7,9 skala
yang memiliki tingkat kepadatan penduduk dan richter itu menewaskan 87.000 orang dengan
kepadatan pemukiman yang tinggi. Kejadian sedikitnya 5.335 murid, itu berarti sekitar 6%
gempa bumi 27 Mei 2006 menguatkan predikat korban meninggal adalah anak-anak sekolah.9
Kabupaten Bantul sebagai wilayah yang termasuk SD Negeri 2 Padokan terletak di kelurahan
dalam kategori wilayah rawan bencana gempa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan Bantul
bumi. Bencana gempa bumi Bantul Yogyakarta. Salah satu SD yang berada di area
mengakibatkan total kerusakan rumah sebesar rawan bencana. Menurut wawancara yang
236.024 rumah dengan rincian 132.432 rumah dilakukan kepada Kepala SD Negeri 2 Padokan
rusak berat dan roboh, 37.233 rumah rusak mengatakan bahwa di sekolah ini belum pernah
sedang, dan 66.359 rumah rusak ringan.5 ada pelatihan mengenai bencana dan belum
Upaya preventif yang dapat dilakukan, salah diberlakukan kurikulum mengenai mitigasi
satunya adalah kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan bencana. Rumusan masalah pada penelitian ini
penanggulangan bencana dilaksanakan untuk adalah Bagaimanakah pengaruh pendidikan
memastikan terlaksananya tindakan yang cepat kesehatan terhadap kesiapsiagaan siswa terhadap
dan tepat pada saat terjadi bencana. Pengetahuan kejadian bencana di Sekolah Dasar Negeri
tentang kesiapsiagaan bencana penting dilakukan Padokan, Tirtonirmoli, Bantul?. Tujuan penelitian
untuk upaya preventif menghadapi bencana. adalah Untuk mengetahui pengaruh pendidikan
Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan kesehatan terhadap kesiapsiagaan siswa terhadap
pendidikan kesehatan tentang sekolah siaga kejadian bencana di Sekolah Dasar Negeri
bencana dan simulasi mengahadapi bencana. Padokan, Tirtonirmoli, Bantul.
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 412


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

Metode Tabel 1. Distribusi frekuensi


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin pada kelompok
kuantitatif dengan desain quasi eksperiment intervensi dan kelompok kontrol
dengan rancanganpre test and post test Kelompok Kelompok
Jenis
nonequivalent control group. Rancangan tersebut kelamin
intervensi kontrol
N % N %
dipilih karena peneliti melibatkan 2 kelompok, Laki – laki 16 59.3% 15 55.6%
yaitu kelompok intervensi dan kelompok Perempuan 11 40.7% 12 44.4%
kontrol.Pada rancangan ini tidak dilakukan Total 27 100% 27 100%
randomisasi, kelas V grup A menjadi kelompok
Berdasarkan data diatas jenis kelamin pada
intervensi dan Kelas V grup B menjadi kelompok
kelompok intervensi adalah laki – laki
control.Tempat penelitian dilakukan di SD Negeri
sejumlah 16 (59.3%) dan pada kelompok
Padokan, Tirtonirmolo, Bantul pada bulan Mei
kontrol adalah laki laki sejumlah 15 anak
2016. Pelaksanaan penelitian ini selama satu hari
(55.6%)
dimana peneliti memberikan ceramah pendidikan
kesehatan kemudian pemutaran video animasi
b. Karakteristik responden berdasarkan umur
mengenai kesiapsiagaan saat terjadi bencana.
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik
Sebelum dan sesudah siswa mendapatkan responden berdasarkan umur pada
pendidikan kesehatan dan video, siswa mengisi kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Umur Kelompok Kelompok kontrol
kuesioner untuk mengukur pengetahuan anak intervensi
mengenai kesiapsiagaan bencana. Populasi pada Umur N % N %
penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 2 10 tahun 3 11.1% 5 18.5%
Padokan berjumlah 61. Pengambilan sample 11 tahun 18 66.7% 19 70.4%
berdasarkan purposive sampling yangs esuai 12 tahun 5 18.5% 2 7.4%
dengan kriteria peneliti yaitu hadir saat penelitian 13 tahun 1 3.7% 1 3.7%
dan setuju untuk menjadi responden. Total 27 100% 27 100%
Kuesioner pengetahuan tentang kesiapsiagaan
bencana anak sekolah dasar di adopsi dari Berdasarkan data diatas umur terbanyak
penelitian Indriasari (2014) dengan 17 item pada kelompok intervensi adalah pada usia 11
pertanyaan. Kuesioner tersebut terdiri dari 3 tahun yaitu 18 anak (66.7%) dan pada kelompok
indikator yaitu pengetahuan tentang bencana, intervensi adalah usia 11 tahun yaitu 19 anak
pengetahuan tentang tindakan saat terjadi bencana (70.4%)
dan pengetahuan tentang tindakan pasca
2. Pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
bencana.Analisis data dilakukan dengan analisis
kelompok kontrol dan intervensi sebelum
univariate dan bivariate. Analisis bivariate
diberikan perlakuan
dengan uji non parametric menggunakan uji
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Wilcoxon, karena data tidak berdistribusi normal. Pengetahuan kesiapsiagaan bencana
pada kelompok kontrol dan intervensi
HASIL sebelum diberikan perlakuan

1. Karakteristik Responden Pengetahuan Kelompok Kelompok


a. Karakteristik responden berdasarkan jenis Kesiapsiagaa intervensi kontrol
n bencana N % N %
kelamin
Rendah 0 0 0 0
Sedang 6 22.2% 7 25.9%
Tinggi 21 77.8% 20 74.1%

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 413


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil bahwa bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
pengetahuan kesiapsiagaan pada kelompok pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
intervensi ada 6 anak (22.2%) yang mempunyai kelompok intervensi dan kelompok kontrol
pengetahuan sedang dan sejumlah 21 anak sebelum diberikan perlakuan yaitu pendidikan
(77.8%) mempunyai pengetahuan tinggi. kesehatan.
Sedangakan pada kelompok kontrol pengetahuan
yang sedang 7 anak (25.9%) dan yang 5. Uji normalitas data
mempunyai pengetahuan tinggi ada 20 anak Tabel 6.Tabel uji normalitas data pada
pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
(74.1%).
kelompok intevensi dan kontrol
Kelompok Shapiro-Wilk
3. Pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada Statistic df Sig.
kelompok kontrol dan intervensi setelah Intervensi pengetahuan pre test .516 27 .000
diberikan perlakuan. pengetahuan post test .368 27 .000
Kontrol pengetahuan pre test .549 27 .000
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan pengetahuan post test .476 27 .000
kesiapsiagaan bencana pada kelompok kontrol
dan intervensi setelah diberikan perlakuan
Berdasarkan tabel 6 didapatkan dari uji
Pengetahuan Kelompok Kelompok
Kesiapsiagaan intervensi kontrol normalitas data dengan menggunakan Shapiro
bencana N % N % wilk karena skala data di pengetahuan adalah
Rendah 0 0 0 0
Sedang 3 11.1% 5 18.5% kategorik. Didapatkan hasil distribusi data normal
Tinggi 24 88.9% 22 81.5% karena p value > 0.05.

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa 6. Perbedaan pengetahuan kesiapsiagaan


pengetahuan kesiapsiagaan terhadap bencana bencana sebelum dan sesudah diberikan
setelah diberikan perlakuan pada kelompok perlakuan pada kelompok intervensi di SDN
intervensi dengan kategori sedang ada 3 anak Padokan
(11.1%) dan kategori tingi 24 anak (88.9%) dan Tabel 7. Analisa Perbedaan pengetahuan
pada kelompok kontrol yang mempunyai kesiapsiagaan benca sebelum dan sesudah
pengetahuan dengan kategori sedang 5 anak diberikan perlakuan pada kelompok
(18.5%) dan kategori tinggi 22 anak (81.5%). intervensi

Variabel Intervensi N Mean Z P


4. Uji homogenitas Rank value
Pengetah Sebelum 27 2.77 -1.342 0.180
uan Sesudah 27 2.89
Tabel 5. Kesetaraan pengetahuan
kesiapsiagaan bencana pada anak
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa Mean
Variabel Kelompok rank pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
n p-value
kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan
Pengetahuan kontrol adalah 2.77 dan setelah diberikan perlakuan
kesiapsiagaan 18 0,218
bencana Intervensi 18 adalah 2.89. Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan
nilai Z sebesar -1,342 dengan p-value 0.180 > α
Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa uji (0,05) menujukkan bahwa tidak ada pengaruh
kesetaraan pada kelompok intervensi dan pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan kelompok intervensi sebelum dan setelah
dengan p value 0,218 > α 0.05, dapat disimpulkan diberikan intervensi di SDN Padokan

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 414


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

7. Perbedaan pengetahuan kesiapsiagaan merupakan wilayah rawan tercatat ada tiga


bencana sebelum dan sesudah diberikan wilayah, yaitu Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon
perlakuan pada kelompok kontrol di SDN Progo3. Selain hal tersebut, dapat juga dilihat dari
Padokan kejadian gempa bumi 27 Mei 2006 menguatkan
Tabel 8. Analisa Perbedaan pengetahuan predikat Kabupaten Bantul sebagai wilayah yang
kesiapsiagaan benca sebelum dan sesudah termasuk dalam kategori wilayah rawan bencana
diberikan perlakuan pada kelompok gempa bumi. Bencana gempa bumi Bantul
kontrol
mengakibatkan total kerusakan rumah sebesar
Variabel Intervensi N Mean Z P-
Rank value 236.024 rumah dengan rincian 132.432 rumah
Pengetahu Sebelum 27 2.74 - 0.317 rusak berat dan roboh, 37.233 rumah rusak
an 1.00
0 sedang, dan 66.359 rumah rusak ringan.5
Sesudah 27 2.81 Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SD
N Padokan dimana sebagian besar anak berusia
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa Mean
11tahun. Pendidikan kesehatan mengenai
rank pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
kesiapsiagaan bencana sangat tepat bila dimulai
kelompok intervensi sebelum diberikan perlakuan
dari dini. Menurut Murray & Monteiro, anak-
adalah 2.74 dan setelah diberikan perlakuan
anak dianggap sebagai kelompok yang rentan
adalah 2.81. Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan
selama bencana karena secara fisik, psikologis
nilai Z sebesar -1,000 dengan p-value 0.371 > α
dan kognitif anak sangat berbeda dengan dewasa
(0,05) menujukkan bahwa tidak ada pengaruh
sehingga membutuhkan pertimbangan khusus
pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
bagi tenaga kesehatan dalam merencanakan
kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan
mitigasi dan tahap persiapan bencana15. Lopez et
intervensi di SDN Padokan.
al menyatakan bahwa keterlibatan anak-anak
dalam manajemen bencana memberikan
8. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kontribusi yang positif terhadap penyelamatan,
pengetahuan kesiapsiagaan bencana di SDN
pemulihan dan rehabilitasi bencana. Keterlibatan
Padokan
anak-anak merupakan komponen dalam
Tabel 9. Pengaruh pendikan kesehatan 10
pengurangan risiko bencana.
terhadap pengetahuan kesiapsiagaan
bencana Pendidikan siaga bencana dapat diawali pada
Variabel Kelompok n Median P anak usia sekolah dasar karena menurut Piaget,
value pada masa ini merupakan fase operasional
(Min-max) konkret. Dalam dimensi ini anak-anak lebih
Pengeta Intervensi 27 1 (2-3) 0.480
huan Kontrol 27 1 (2-3) mengenal kenyataan dan mudah menirukan apa-
apa yang diberikan, selain itu kemampuan anak
Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat
hasil p-value 0.480 > α (0.05) menunjukkan tidak dan memiliki kemampuan belajar dari benda,
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap situasi dan pengalaman yang dijumpai.11
pengetahuan kesiapsiagaan bencana di SDN 2 Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan siaga
Padokan kasihan Bantul bencana pada anak usia sekolah dasar merupakan
langkah yang sangat strategis karena penanaman
PEMBAHASAN konsep sejak dini lebih baik dari pada setelah
SD N 2 Padokan terletak di daerah Bantul. dewasa, atau tua.
Kelompok memilih SD N 2 Padokan sebagai Kepala sekolah SDN 2 Padokan mengatakan
tempat penelitian karena di DIY sendiri yang bahwa kesiapsiagaan terhadap kejadian bencana

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 415


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

belum dimasukkan ke dalam kurikulum yang diberikan intervensi di SDN Padokan. Antara
baru dan sebelumnya belum pernah ada kedua kelompok sama-sama tidak menunjukkan
penyuluhan mengenai kesiapsiagaan bencana perbedaan yang signifikan baik kelompok
gempa bumi ataupun yang lainnya. Hal tersebut intervensi yang diberikan penkes ataupun tanpa
juga menguatkan peneliti untuk melakukan diberikan penkes. Hal ini dikarenakan
penelitian di SD N 2 Padokan karena di SD ini pengetahuan awal sudah baik, jadi ketika
belum memenuhi rekomendasi yang disarankan diberikan tambahan pengetahuan lewat penkes
oleh Dolan dan Krug yang menyatakan bahwa tidak begitu terlihat perbedaan yang bermakna
institusi sebaiknya memperdulikan anak dengan lagi.
harus mempertimbangkan untuk menambahkan Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
kesiapsiagaan bencana ke dalam kurikulum untuk pendidikan kesehatan pada siswa kelas V
keperluan melanjutkan pendidikan anak. Selain mengenai pengetahuan tentang persiapan
itu, diperlukan juga melibatkan anak dalam bencana, saat bencana dan pasca bencana tanpa
kurikulum program pelatihan sebagai peran melibatkan guru ataupun orangtua siswa. Untuk
pembelaan untuk kesiapsiagaan anak terhadap meningkatkan partisipasi anak dalam persiapan
bencana.12 bencana harus dikaji terlebih dahulu beberapa hal
Sejumlah 21 responden (77,8%) dari 27 seperti latar belakang keluarga anak, faktor
responden pada kelompok intervensi dan 20 budaya dan politik serta pengalaman masa lalu
responden (74,1%) dari 27 responden dari anak.10 Pada penelitian ini tidak dikaji bagaimana
kelompok kontrol memiliki pengetahuan yang orangtua memberikan pemahaman tentang
tinggi tentang kesiapsiagaan bencana sebelum bencana pada anak di rumah. Penelitian Orama
dilakukan intervensi.Responden Pada kedua menyebutkan bahwa orangtua mungkin melarang
kelompok sudah memiliki pemahaman yang anak untuk berpartisipasi dalam upaya
tinggi tentang bencana. Variabel pengganggu kesiapsiagaan bencana karena menganggap hal
pada penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan. itu akan melanggar hak anak dan asumsi orangtua
Pengetahuan sesudah dilakukan intervensi pada bahwa orangtua lah yang berkewajiban
kelompok intervensi sebesar 88.9% dan melindungi anak bila terjadi bencana. Bila anak
kelompok control 81.5%. sementara uji dilibatkan dalam hal ini bisa mempengaruhi
homogenitas untuk melihat kesetaraan antara pengambilan keputusan orangtua.10
kedua kelompok dilakukan, dan hasilnya p-value Penelitian Siegel et al. mencoba melihat
0,218 > α 0.05 artinya tidak ada perbedaan yang pentingnya penerapan kurikulum CBRNE
signifikan antar kedua kelompok. (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear or
Analisis perbedaan pengetahuan sebelum Explosive) pada pendidikan anak usia sekolah
dan sesudah dilakukan penkes pada kelompok serta perkembangannya.13 Kurikulum CBRNE ini
intervensi dilakukan uji wilcoxon didapatkan nilai merupakan pengembangan hasil konferensi
Z sebesar -1,342 dengan p-value 0.180 > α (0,05) National Center for Disaster Medicine and Public
menujukkan bahwa tidak ada pengaruh Health (NCDMPH).13 Kurikulum didasarkan
pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada pada asumsi bahwa anak adalah golongan yang
kelompok intervensi sebelum dan setelah rentan terhadap serangan CBRNE. Penelitiannya
diberikan intervensi di SDN Padokan. Pada menunjukkan hasil bahwa kurikulum CBRNE
kelompok kontrol nilai Z sebesar -1,000 dengan penting untuk diterapkan di pendidikan formal
p-value 0.371 > α (0,05) menujukkan bahwa tidak karena selain bisa meningkatkan pengetahuan
ada pengaruh pengetahuan kesiapsiagaan bencana anak tentang bencana, juga berisi cara diagnosis
pada kelompok kontrol sebelum dan setelah

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 416


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

serta intervensi untuk cedera dan luka akibat efek terjadi gempa bumi), serta hal yang boleh dan
CBRNE. tidak boleh dilakukan setelah gempa bumi terjadi.
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan Kurangnya kesiapsiagaan terhadap
resiko anak mengalami luka, cedera bahkan terjadinya bencana dapat mengakibatkan
kematian setelah terjadi bencana. Resiko banyaknya korban jiwa. Legarda meluncurkan
meningkat pada negara miskin atau masyarakat video kesiapsiagaan bencana yang bertujuan
yang belum maju, anak-anak yang bersekolah di untuk memberikan informasi yang berharga dan
sekolah dengan konstruksi yang tidak baik, anak memberikan informasi mengenai tindakan
yang mengalami malnutrisi dan kelaparan pencegahan kepada keluarga dan komunitas
sehingga penting juga bagi sekolah menyiapkan selama terjadinya angin topan, banjir, tanah
fasilitas yang baik untuk anak untuk menghindari longsor, gunung meletus, gempa bumi, dan
resiko yang buruk sangat terjadi bencana.15 tsunami. Video ini memberikan informasi kepada
Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, semua orang mengenai apa saja yang harus
peneliti mencoba memberikan pertanyaan kepada dilakukan sebelum, selama, dan setelah terjadinya
anak-anak seputar kejadian gempa bumi, baik bencana alam. Video yang disediakan untuk
dari pengertian, akibat terjadinya gempa bumi, anak-anak berupa video animasi.18
dan apa saja yang harus dilakukan saat terjadi Berdasarkan data tentang pengaruh
gempa bumi. Masih terdapat beberapa anak yang pemberian pendidikan kesehatan terhadap
belum dapat menjawab pertanyaan lisan tersebut pengetahuan kesiapsiagaan bencana dengan p
dengan benar, bahkan beberapa anak juga belum value 0,480 > α 0.05. sehingga tidak adanya
tahu. Penelitian yang dilakukan oleh Kirikkaya, hubungan yang signifikan. Pengetahuan
ditemukan bahwa siswa kelas 4 dan 5 mengenai kesiapsiagaan anak saat terjadi gempa
mendapatkan informasi yang salah dari sumber bumi dipengaruhi oleh banyaknya informasi
informal, sehingga dibutuhkan adanya informasi informal yang secara sengaja ataupun tidak
yang akurat untuk siswa melalui pendidikan sengaja didapatkan oleh anak. Adanya variabel
formal di sekolah mengenai kejadian gempa pengganggu yang tidak dikontrol oleh peneliti
bumi. Penelitian tersebut juga merekomendasikan dalam penelitian ini menjadi faktor yang
untuk merevisi kurikulum yang ada di sekolah mempengaruhi hasil penelitian menjadi tidak
karena mengingat banyaknya informasi yang signifikan, tidak berarti, dan tidak bermakna.
salah yang diterima oleh siswa.16 Variabel pengganggu terdiri dari umur,
Pelatihan mengenai gempa bumi dapat pendidikan, lingkungan, dan sosial budaya.17
diberikan sejak anak duduk di bangku sekolah Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel
dasar. Siswa dapat diperlihatkan berbagai macam pengganggu salah satunya adalah dengan adanya
animasi yang telah dipersiapkan oleh pengaruh yang ada di sekitar anak, yaitu adanya
16
pelatih. Rekomendasi dari penelitian tersebut sumber informasi informal. Sumber informasi
telah sesuai dengan metode pendidikan kesehatan informal yang mempengaruhi anak dalam
yang dipilih oleh peneliti, yaitu dengan penelitian ini adalah televisi, internet, radio, dan
memutarkan video untuk siswa yang ditampilkan koran.
di depan kelas.Video tersebut berisi tentang Variabel perancu yang tidak diteliti dalam
kejadian gempa bumi, akibat terjadinya gempa penelitian ini salah satunya dalah faktor
bumi, apa saja yang harus dilakukan saat terjadi pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua di
gempa bumi (tempat berlindung saat terjadi SDN 2 Padokan Kasihan Bantul bervariasi dari
gempa bumi dan tempat yang harus dihindari saat sarjana, diploma dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 417


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

Faktor pendidikan orang tua mempengaruhi pola DAFTAR PUSTAKA


pikir orang tua dalam mendidik anak sehingga
anak lebih mengetahui pengetahuan secara luas. 1. BNPB. (2015). Potensi Ancaman Bencana.
Informasi mengenai bencana alam dapat Diakses dari
http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-
diperoleh dari berbagai macam bentuk media,
bencana/potensi-ancaman-bencana pada
yaitu media cetak, radio, televisi, dan lainnya. tanggal 29 Maret 2016
Informasi mengenai kesiapsiagaan bencana dapat 2. BNPB. (2015). Data dan Informasi Bencana
berasal dari mana saja, setiap responden juga Indonesia. Diakses dari
http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana pada
memiliki beragam kesukaan sumber informasi
tanggal 29 Maret 2016
yang didapatkan. Sebanyak 34% responden lebih 3. RENAS PB. (2010). Rencana Nasional
menyukai mendapatkan informasi mengenai Penanggulangan Bencana, 2010 – 2014.
kesiapsiagaan bencana dari format kampanye atau BNPB
4. Gusti. (2009). DIY Pernah Alami 12 Kali
penyuluhan, 34% lebih menyukai program
Gempa Bumi Merusak. Diakses dari
pelatihan, 2% lebih menyukai simulasi, 16% https://ugm.ac.id/id/berita/816-
lebih menyukai bermain peran, 2% lebih diy.pernah.alami.12.kali.gempa.bumi.merusa
menyukai melalui lagu daerah, 48% lebih k pada tanggal 1 April 2015
menyukai program dari radio, 40% lebih 5. Gusti. (2011). Rawan Gempa dan Tsunami,
Bantul Perlu Perkuat Mitigasi. Diakses dari
menyukai dari program televisi, dan tidak ada http://ugm.ac.id/id/berita/3911
yang menyukai informasi tertulis melalui telepon rawan.gempa.dan.tsunami.bantul.perlu.perku
genggam, pamflet, brosur, internet, dan lain-lain. at.mitigasi pada tanggal 1 April 2015
6. Firmansyah, Iman, and Hanny Rasni.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pilihan
"Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
media yang paling banyak dipilih dalam Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana
mengirimkan informasi mengenai kesiapsiagaan Banjir dan Longsor pada Remaja Usia 15-18
bencana diperoleh dari radio.20 tahun di SMA Al-Hasan Kemiri Kecamatan
Panti Kabupaten Jember. Artikel
IlmiahHidayat, A. A. (2007). Metode
SIMPULAN Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Pada penelitian yang dilakukan tidak ada Data. Jakarta: Salemba Medika
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan 7. Nuryati, S. (2015). Pentingnya Pendidikan
Bencana. Diakses dari
kesiapsiagaan bencana pada kelompok intervensi
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=80278
dan kelompok kontrol sebelum diberikan pada tanggal 29 Maret 2015
perlakuan yaitu pendidikan kesehatan. 8. Seballos, F., Tanner, T., Tarazona, M., &
Gallegos, J. (2011).
Children and disasters: Understanding
SARAN
impact and enabling
Disarankan supaya sekolah menata ruang agency (p. 12). Brighton: Institute of
kelas harus diatur untuk kemudahan akses serta Development Studies
adanya denah jalur evakuasi. Perlu bekerjasama 9. SSB. (2011). Kerangka Kerja Sekolah Siaga
Bencana. Sekolah Siaga Bencana
dengan pemerintah pastikan kontruksi bangunan
bekerjasama dengan Konsorsium Pendidikan
sekolah yang tepat untuk menghadapi bencana Bencana
gempa bumi. Para siswa dilakukan pendidikan 10. Lopez, Y., Hayden, J., Cologoon, K., &
kesehatan secara kontinu untuk mempertahankan Hadley, F., 2012, Child participation and
disaster risk reduction, International Journal
dan mengoptimalkan pengetahuaan tentang
of Early Years Education Vol. 20, No. 3,
kesiapsiagaan bencana. September 2012, 300-308

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 418


Wacana Kesehatan Vol. 4, No.1, Juli 2019

11. Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan


Keluarga. Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta;
EGC.
12. Dolan, M.A. dan Krug, S.E. Pediatric
Disaster Preparedness in the Wake of
Katrina: Lessons to be Learned. Clin Ped
Emerg Med 7:59-66, 2006 Elsevier Inc
13. Siegel, D., Strauss, R.K., & Needle, S., 2014,
Prioritization of pediatric CBNE disaster
preparedness education and training needs,
Clin Pediatr Emerg Med. 2014 Dec
1;15(4);309-317
14. United Nation Centre for Regional
Development (UNCRD), 2009, Disaster
Management Planning, diakses pada tanggal
1 Juni 2015 dari
http://www.uncrd.or.jp/index.php?menu=229
15. Murray, J.S. & Monteiro, S., 2012, Disaster
risk and children : How pediatric healthcare
professional can help, Journal for Specialists
in Pediatric Nursing17 (2012) 258–260
16. Kirikkaya, E.B., Cakin, O., Imali, B., dan
Boxkurt, E. Earthquake Training Is Gaining
Importance: The Views Of 4th And 5th Year
Students On Earthquake. Procedia Social and
Behavioral Sciences 15 (2011) 2305–2313
17. Legarda. (2013). Legarda Launches
Instructional Video on Disaster
Preparedness. Diakses dari
http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id
/docview/1411519541?accountid=13771
pada tanggal 1 Juni 2015
18. Motoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
19. Kuppuswamy, S. Usage of Media in Disaster
Preparedness: With Reference toCoastal
Disasters in Chennai Tamil Nadu, India.
Asian Journal of Environment and Disaster
ManagementVol. 4, No. 3(2012) 269–

Masta Hutasoid, Pengaruh Pendidikan 419

Anda mungkin juga menyukai