Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TENTANG RANCANGAN PENELITIAN CROSS SECTIONAL

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK II
FITRI EDIKA PARAPAT
SRIAMA SIDAURUK
YETTY LENTINA SITORUS

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2020 / 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Rancangan
Penelitian Cross Sectional dengan baik.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Rancangan
Penelitian Cross Sectional dengan baik.

Dalam hal ini pun penyusun masih dalam tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah dari awal sampai akhir.

Batam , April 2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain penelitian berdasar pada studi cross sectional yaitu study yang sifatnya mengambil
sampel waktu, sampel perilaku, sampel kejadian pada suatu saat tertentu saja (Muhadjir, 2011:
43)Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dilandasi oleh motif peneliti yang
berupaya mengungkap dan memahami suatu fenomena sosial yang kompleks (Strauss, 2007: 5).
Pada penelitian ini, peneliti menyajikan hasil penelitian secara kualitatif deskriptif yaitu data
yang dikumpulkan berupakata-kata bukan angka atau hasil uji statistik.

Data tersebut berasal dari transkip wawancara, cacatan lapangan, interpretasi, foto,
dokumen pribadi,arsip, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2005: 11). Pendekatan penelitian
ini menggunakan fenomenologi yaitu berusaha untuk mengungkapkan dan mempelajari serta
memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu
hingga tataran“keyakinan” individu yang bersangkutan.

Dengan demikian, dalam mempelajari dan memahami fenomena berdasarkan sudut


pandang,paradigma dan keyakinan langsung dari individu yang bersangkutan sebagai subyek
yang mengalami langsung (first-hand experiences) (Herdiansyah, 2010: 66-67).Sesuai dengan
tradisi fenomenologi, penelitian ini dilakukan secaraalamiah dengan kondisi yang direncanakan
ataupun tidak, terlibat langsung dengan kehidupan informan.

Penelitian ini mulai dilakukan sejakbulan September 2012-Februari 2014. Peneliti pertama
kali berkunjung ke PLUSH. Saat itu, peneliti sudah mempunyai tema dan niatan, namun belum
mempunyai fokus kajian. Fokus kajian mulai muncul berdasarkanpengamatan dan melakukan
kajian literatur mengenai tema homoseksual di Indonesia sekitar bulan September
2013.Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,analisis dokumen dan
wawancara dengan informan yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama jenis (laki-laki
terhadap laki-laki dan perempuan terhadap perempuan).

Peneliti secara langsung mengamati serta melakukan wawancara mendalam dengan semua
informan yang dilakukan di beberapa tempat berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan
informan guna menciptakan suasana nyaman saat wawancara berlangsung.Wawancara tersebut
membantu peneliti mengetahui karakteristik informan sehingga teknik wawancara disesuaikan
dengan informan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Hasil wawancara kemudian
dikodekan, dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan temuan yang ada dengan
mempertimbangkan teori yang mendukung.

DESAIN METODOLOGI OBSERVASIONAL ANALITIK

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur
penelitian. Desain penelitian yang umumnya digunakan dibidang keperawatan adalah rancangan
penelitian observasional.

Rancangan penelitian observasional analitik, terdiri dari:

a Rancangan penelitian cross sectional

b Rancangan penelitian case control

c Rancangan penelitian kohort

BAB II
RANCANGAN PENELITIAN CROSS SECTIONAL

A.Defenisi Rancangan Penelitian Cross Sectional

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang pada saat melakukan desain


penghimpunan data dilaksanakan pada satu waktu, bila dilihat dari kejadian yang sedang diteliti
maka penghimpunan data dilaksanakan dalam satu waktu. Cross-sectional memiliki fungsi
kegunaan untuk menjabarkan status kejadian atau keterkaitan kejadian dalam satu waktu.

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali,
tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan
variabel dependen (efek).

Studi yang mempelajari hubungan faktor penyebab(Variabel bebas/Independen) dan


faktor akibat(Varibel Terikat/Dependen) secara serentak/suatu Waktu dalam suatu
populasi.Serentak/Satu waktu → semua variabel baik variable independen maupun variabel
dependen diobservasi/diukur pada waktu yang sama.Hasil pengukuran/observasi dari variable
independent maupun dependen mengambarkan kondisi saat itu juga.

B.Rancangan Penelitian Cross Sectional

Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan


pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian
ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian.

Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,


maupun hubungan penyakit dengan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status
paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-
individu dri suatu populasi pada satusaat.

Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang


termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada
waktu yangsama. Studi cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau survey, merupakan
studi yangsederhana yang sering dilakukan.

Dalam sebuah desain cross-sectional , adalah sulit untuk menemukan apakah variabel
paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada
pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis
sebagaisebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai
adaptasi darisakit tulang belakang yang diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat
berguna untuk mengidentifikasi hubungan paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk
menentukankausalitas.Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah
untuk dikerjakanoleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada
karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk:
menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen
yang seringdigunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian
kuesioner.Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan
pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian
ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian.

Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,


maupun hubungan penyakit dengan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status
paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-
individu dri suatu populasi pada satusaat.

Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang


termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada
waktu yangsama. Studi cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau survey, merupakan
studi yangsederhana yang sering dilakukan.

Dalam sebuah desain cross-sectional , adalah sulit untuk menemukan apakah variabel
paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada
pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis
sebagaisebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai
adaptasi darisakit tulang belakang yang diderita).

Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat berguna untuk mengidentifikasi hubungan
paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk menentukankausalitas.Penelitian lintas-
bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakanoleh peneliti dan amat
berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu.
Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang
pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang seringdigunakan untuk memperoleh
data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuesioner.

C.Tujuan Cross Sectional

Ketiga tujuan ini merupakan pendapat dari Budiarto (2004.

1. Mendapatkan kebiasaan dan insidensi satu atau lebih dari suatu masalah yang telah
ditetapkan pada satu waktu di dalam masyarakat.
2. Terjadinya sebab akibat akan diperhitungkan secara jelas pada sebuah permasalahan yang
ada di masyarakat.
3. Memperkirakan risiko pada setiap golongan, relatif, risiko dan atribut
D.Langkah – langkah penelitian cross sectional :

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan


faktor efek
2. Menetapkan subjek penelitian
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko
dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4. Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-
kelompok hasil observasi (pengukuran)

Contoh judul penelitian cross sectional adalah

“Kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu”

Peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap kualitasmenyusui, ketiganya


diukur secara bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI setelah melihat variabel yang
termasuk dalam kualitas menyusui tersebut.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian


crosssectional:

Penelitian: “Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI”

1. Mengidentifikasi variabel penelitianBerdasarkan judul tersebut, maka variabel yang


dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Variabel Independen : kualitas menyusui

Variabel dependen : kelancaran pengeluaran ASI

Variabel kendali : usia, paritas

Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan
kelancaran pengeluaran ASI.

2. Mengidentifikasi subjek penelitian

Contoh: Subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sampel yang
telah ditentukansesuai dengan teknik sampling.

3. Mengobservasi variabel

Contoh: Mengukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan
frekuensinyatermasuk dalam kualitas baik atau kurang. Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI
dilakukandengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak,
lalukeduanya diamati dan diukur.

4. Melakukan analisis data

Contoh: Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik atau
kurang. Hal ini dapat memengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau
tidak.

Contoh lain penelitian cross sectional:

“Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan


dengan KejadianThypoid.”

Pada kasus thypoid, dalam studi ini populasi dikelompokan lagi dengan cara
random,kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu jajan sembarangan & tidak cuci
tangan(E+D+), jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E+D-), tidak jajan
sembarangan &tidak cuci tangan (E-D+), dan tidak jajan sembarangan & cuci tangan sebelum
makan (E-D-).Maka dapat diketahui bahwa sakit thypoid ditunjukan dengan E+D+ dan E-D+.
Untuk yang tidak sakit thypoid ditunjukan dengan E+D- dan E-D-.

Ø prevalence kelompok terpapar (Po) dapat dicari dari = (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)

Ø Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) dapat dicari dari = (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)

Ø Rasio Prevalence = Po / P1

Desain studi cross sectional pada kasus di atas :

Kelebihan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong lintang) adalah:

1. Mudah untuk dilakukan.


2. Murah.
3. Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat
merugikan kesehatan(faktor resiko) dan tidak ada subyek yang kehilangan
kesempatan untuk memperoleh terapi yangdiperkirakan bermanfaat.

Kelemahan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potonglintang) adalah:

1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi
yang akurat,oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
2. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan.
3. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang
dipelajari banyak.
4. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung,
karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek
untuk mendapatkan suatu kasus

Pada penelitian ini data akan dikumpulan dalam satu kali jalan. Artinya adalah peneliti
akan melakukan penelitian cross sectional dan memasukan data yang telah dihimpun dan diolah
dalam satu waktu, tanpa batas tanpa penundaan. Keterkaitan setiap variabel yang ada dapat
menciptakan berbagai topik. Agar lebih mendalam mengenai penelitian ini, peneliti bisa melihat
cara kerja dari penelitian eksperimental, dimana data akan dihimpun dan dianalisis pada waktu
yang runtut.

BAB III

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas bila ditarik kesimpulannya maka penelitian cross sectional
memiliki misi untuk memperoleh sampel dari populasi dalam satu waktu. Selanjutnya peneliti
akan mengamati status data (individu) yang ada pada satu waktu pada sampel. Ini
mengindikasikan bahwa setiap subjek yang telah diperiksa akan diobservasi satu kali dan
pengukuran akan dilakukan kepada status yang memiliki sifat variabel subjek.

Anda mungkin juga menyukai