DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK II
FITRI EDIKA PARAPAT
SRIAMA SIDAURUK
YETTY LENTINA SITORUS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Rancangan
Penelitian Cross Sectional dengan baik.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Rancangan
Penelitian Cross Sectional dengan baik.
Dalam hal ini pun penyusun masih dalam tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah dari awal sampai akhir.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain penelitian berdasar pada studi cross sectional yaitu study yang sifatnya mengambil
sampel waktu, sampel perilaku, sampel kejadian pada suatu saat tertentu saja (Muhadjir, 2011:
43)Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dilandasi oleh motif peneliti yang
berupaya mengungkap dan memahami suatu fenomena sosial yang kompleks (Strauss, 2007: 5).
Pada penelitian ini, peneliti menyajikan hasil penelitian secara kualitatif deskriptif yaitu data
yang dikumpulkan berupakata-kata bukan angka atau hasil uji statistik.
Data tersebut berasal dari transkip wawancara, cacatan lapangan, interpretasi, foto,
dokumen pribadi,arsip, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2005: 11). Pendekatan penelitian
ini menggunakan fenomenologi yaitu berusaha untuk mengungkapkan dan mempelajari serta
memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu
hingga tataran“keyakinan” individu yang bersangkutan.
Penelitian ini mulai dilakukan sejakbulan September 2012-Februari 2014. Peneliti pertama
kali berkunjung ke PLUSH. Saat itu, peneliti sudah mempunyai tema dan niatan, namun belum
mempunyai fokus kajian. Fokus kajian mulai muncul berdasarkanpengamatan dan melakukan
kajian literatur mengenai tema homoseksual di Indonesia sekitar bulan September
2013.Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,analisis dokumen dan
wawancara dengan informan yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama jenis (laki-laki
terhadap laki-laki dan perempuan terhadap perempuan).
Peneliti secara langsung mengamati serta melakukan wawancara mendalam dengan semua
informan yang dilakukan di beberapa tempat berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan
informan guna menciptakan suasana nyaman saat wawancara berlangsung.Wawancara tersebut
membantu peneliti mengetahui karakteristik informan sehingga teknik wawancara disesuaikan
dengan informan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Hasil wawancara kemudian
dikodekan, dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan temuan yang ada dengan
mempertimbangkan teori yang mendukung.
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur
penelitian. Desain penelitian yang umumnya digunakan dibidang keperawatan adalah rancangan
penelitian observasional.
BAB II
RANCANGAN PENELITIAN CROSS SECTIONAL
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali,
tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan
variabel dependen (efek).
Dalam sebuah desain cross-sectional , adalah sulit untuk menemukan apakah variabel
paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada
pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis
sebagaisebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai
adaptasi darisakit tulang belakang yang diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat
berguna untuk mengidentifikasi hubungan paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk
menentukankausalitas.Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah
untuk dikerjakanoleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada
karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk:
menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen
yang seringdigunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian
kuesioner.Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan
pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian
ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian.
Dalam sebuah desain cross-sectional , adalah sulit untuk menemukan apakah variabel
paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada
pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis
sebagaisebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai
adaptasi darisakit tulang belakang yang diderita).
Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat berguna untuk mengidentifikasi hubungan
paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk menentukankausalitas.Penelitian lintas-
bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakanoleh peneliti dan amat
berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu.
Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang
pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang seringdigunakan untuk memperoleh
data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuesioner.
1. Mendapatkan kebiasaan dan insidensi satu atau lebih dari suatu masalah yang telah
ditetapkan pada satu waktu di dalam masyarakat.
2. Terjadinya sebab akibat akan diperhitungkan secara jelas pada sebuah permasalahan yang
ada di masyarakat.
3. Memperkirakan risiko pada setiap golongan, relatif, risiko dan atribut
D.Langkah – langkah penelitian cross sectional :
Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan
kelancaran pengeluaran ASI.
Contoh: Subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sampel yang
telah ditentukansesuai dengan teknik sampling.
3. Mengobservasi variabel
Contoh: Mengukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan
frekuensinyatermasuk dalam kualitas baik atau kurang. Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI
dilakukandengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak,
lalukeduanya diamati dan diukur.
Contoh: Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik atau
kurang. Hal ini dapat memengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau
tidak.
Pada kasus thypoid, dalam studi ini populasi dikelompokan lagi dengan cara
random,kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu jajan sembarangan & tidak cuci
tangan(E+D+), jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E+D-), tidak jajan
sembarangan &tidak cuci tangan (E-D+), dan tidak jajan sembarangan & cuci tangan sebelum
makan (E-D-).Maka dapat diketahui bahwa sakit thypoid ditunjukan dengan E+D+ dan E-D+.
Untuk yang tidak sakit thypoid ditunjukan dengan E+D- dan E-D-.
Ø prevalence kelompok terpapar (Po) dapat dicari dari = (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)
Ø Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) dapat dicari dari = (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)
Ø Rasio Prevalence = Po / P1
Kelebihan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong lintang) adalah:
Kelemahan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potonglintang) adalah:
1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi
yang akurat,oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
2. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan.
3. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang
dipelajari banyak.
4. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung,
karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek
untuk mendapatkan suatu kasus
Pada penelitian ini data akan dikumpulan dalam satu kali jalan. Artinya adalah peneliti
akan melakukan penelitian cross sectional dan memasukan data yang telah dihimpun dan diolah
dalam satu waktu, tanpa batas tanpa penundaan. Keterkaitan setiap variabel yang ada dapat
menciptakan berbagai topik. Agar lebih mendalam mengenai penelitian ini, peneliti bisa melihat
cara kerja dari penelitian eksperimental, dimana data akan dihimpun dan dianalisis pada waktu
yang runtut.
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas bila ditarik kesimpulannya maka penelitian cross sectional
memiliki misi untuk memperoleh sampel dari populasi dalam satu waktu. Selanjutnya peneliti
akan mengamati status data (individu) yang ada pada satu waktu pada sampel. Ini
mengindikasikan bahwa setiap subjek yang telah diperiksa akan diobservasi satu kali dan
pengukuran akan dilakukan kepada status yang memiliki sifat variabel subjek.