Disusun Oleh :
Fani Pranidasari (6411420059)
Penelitian cross sectional yang sering disebut juga penelitian transversal, merupakan
penelitian epidemiologi yang paling sering dikerjakan pada bidang kesehatan. Walaupun
sebenarnya paling lemah, hal ini disebabkan karena secara epidemiologi paling mudah dan
sederhana, tidak dijumpai hambatan yang berupa pembatasan tertentu. Pendekatan ini
dalam rangka memepelajari dinamika korelasi antara factor-faktor risiko dengan efek yang
berupa penyakit atau status kesehatan tertentu dengan model pendekatan point time.
Studi cross sectional ditandai dengan ciri-ciri bahwa pengukuran variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan secara simultan atau pada saat yang
bersamaan. Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan efek diobservasi sekaligus
pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama disini bukan berarti pada satu saat
observasi dilakukan pada semua subjek untuk semua variabel, tetapi tiap subjek hanya
diobservasi satu kali saja, dan faktor risiko dan efek diukur menurut keadaan atau status
waktu diobservasi.
Pengetahuan mengenai penelitian cross sectional hingga penjabaran ini bisa dikatakan
merupakan cara pengumpulan dan analisis data yang dilaksanakan satu waktu. Berikut
merupakan parameter dari penelitian cross-sectional yang wajib dimengerti oleh setiap
peneliti:
Penelitian ini bisa melakukan lebih dari satu masalah, penelitian ini dalam pelaksanaanya
bisa mengimplementasikan pada banyak variasi. Variasi yang dimaksud bisa berupa
masyarakat, keluarga, organisasi dsb. Variabel yang dikaitkan juga bisa bervariasi mulai dari
pendidikan, perolehan uang, pengeluaran dsb.
Pada penelitian ini data akan dikumpulan dalam satu kali jalan. Artinya adalah peneliti akan
melakukan penelitian cross sectional dan memasukan data yang telah dihimpun dan diolah
dalam satu waktu, tanpa batas tanpa penundaan. Keterkaitan setiap variabel yang ada dapat
menciptakan berbagai topik. Agar lebih mendalam mengenai penelitian ini, peneliti bisa
melihat cara kerja dari penelitian eksperimental, dimana data akan dihimpun dan dianalisis
pada waktu yang runtut.
Data dapat dihitung atau kuantitatif. Data jenis kuantitatif dapat dipakai untuk melakukan
penelitian cross sectional. Selain itu data kontekstual pada teks yang merupakan data
wawancara juga dapat dipakai asal nantinya bisa dihitung atau dikuantifikasi. Maksud dari
data kuantitatif ini adalah dalam pengukuran atau penilaiannya harus jelas, sehingga
penelitian ini sering digolongkan sebagai penelitian kuantitatif.
Penelitian cross sectional pada dasarnya menjadi salah satu jenis metode
penelitian observasional yang sifatnya menganalisis serangkaian data variabel penelitian yang
telah dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu dari seluruh jenis populasi dan sampel, oleh
karena itulah metodologi ini biasanya dikenal dengan subset yang telah ditentukan
sebelumnya.
Akan tetapi yang pasti, penelitian cross-sectional seorang peneliti mencatat informasi yang
ada dalam suatu populasi, tetapi mereka tidak memanipulasi variabel, sehingga jenis
penelitian ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik yang ada dalam suatu
komunitas, tetapi tidak untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antara variabel yang
berbeda.
Notoatmodjo (2002) , Cross sectional adalah sebagai suatu penelitian untuk mempelajari
suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu
pendekatan, observasi ataupun dengan teknik pengumpulan data pada suatu waktu tertentu
(point time approach).
Mendapatkan kebiasaan dan insidensi satu atau lebih dari suatu masalah yang telah
ditetapkan pada satu waktu di dalam masyarakat.
Terjadinya sebab akibat akan diperhitungkan secara jelas pada sebuah permasalahan
yang ada di masyarakat.
Memperkirakan risiko pada setiap golongan, relatif, risiko dan atribut.
d. Ciri Desain Cross Sectional
Beberapa karakteristik kunci dari studi cross-sectional meliputi:
1. Lebih dari satu kasus. Para peneliti yang menggunakan desain cross-sectional
biasanya tertarik pada variasi. Variasi itu bisa berkenaan dengan orang, keluarga,
organisasi, negara bangsa, atau apa pun. Variasi hanya dapat diketahui ketika lebih
dari satu kasus atau variabel diteliti. Peneliti yang menggunakan desain ini juga
cenderung memilih lebih dari dua kasus atau variabel karena berbagai alasan.
2. Pada satu titik waktu. Dalam desain penelitian cross-sectional, data variabel yang
dikumpulkan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Tentunya tidak mungkin
untuk benar-benar bersamaan, maka biasanya ditentukan durasi waktu tertentu, bisa
seminggu, beberapa minggu atau sebulan.
Ketika seorang individu mengisi kuesioner, yang mungkin berisi lima puluh atau lebih
item pertanyaan / pernyataan, jawabannya diberikan pada waktu yang hampir
bersamaan. Ini kontras dengan desain eksperimental yang diambil dari minimal dua
waktu yang berjarak. Dengan demikian, dalam desain eksperimental klasik, seseorang
atau kelompok diberikan pre-test, kemudian mendapatkan tindakan eksperimental,
dan kemudian dilakukan post-test. Hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun dapat
memisahkan fase pengambilan data tersebut.
3. Data kuantitatif. Untuk menetapkan variasi antar kasus dan kemudian untuk menguji
hubungan antar variabel, perlu memiliki sistematika dan standar yang jelas, serta
metode untuk mengukur variasi. Langkah yang paling umum dilakukan adalah
dengan mengkuantifikasi variabel. Salah satu keuntungan terpenting dari kuantifikasi
variabel adalah bahwa akan memberikan patokan yang konsisten untuk peneliti. Di
sini peran operasionalisasi variabel sangat penting, yang kemudian mengarahkan pada
kuantifikasi variabel yang tepat. Dengan kuantifikasi ini maka pengukuran variasi
menjadi mungkin untuk dilakukan.
4. Pola asosiasi. Dengan desain cross-sectional dimungkinkan untuk menguji hubungan
hanya antara variabel. Tidak ada kesempatan memanipulasi waktu pada suatu
variabel, karena data pada setiap variabel dikumpulkan kurang lebih secara
bersamaan, dan peneliti tidak akan bisa memanipulasi salah satu variabel.
Namun, di satu sisi hal tersebut dapat menciptakan masalah yang disebut sebagai
‘ambiguitas tentang arah pengaruh kausal’. Jika peneliti menemukan hubungan antara
dua variabel, ia tidak dapat memastikan apakah terjadi hubungan sebab akibat, karena
fitur dari desain eksperimental tidak ada. Yang bisa dikatakan hanyalah variabel yang
terkait. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menarik kesimpulan
kausal dari penelitian dengan desain cross-sectional. Karena ada beberapa cara di
mana peneliti mampu menarik kesimpulan tertentu tentang kausalitas, tetapi
kesimpulan ini jarang memiliki kredibilitas kausal seperti desain eksperimental.
Akibatnya, penelitian cross-sectional selalu tidak memiliki validitas internal yang
ditemukan dalam sebagian besar penelitian eksperimental.
5. Menganalisis data
Analisis hubungan atau perbedaan prevalensi antar kelompok yang diteliti dilakukan
setelah melakukan validasi dan pengelompokkan data. Analisis ini dapat berupa suatu
uji hipotesis atau analisis untuk memperoleh risiko relatif. Risiko relatif lebih sering
dihitung dalam studi cross sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko.
Yang dimaksud dengan risiko relatif pada studi cross sectional adalah perbandingan
antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko prevalensi pada
kelompok tanpa risiko. Pada studi cross sectional ini, risiko relatif yang diperoleh
bukan risiko relatif yang murni. Risiko relatif yang murni hanya dapat diperoleh
dengan penelitian kohort yaitu dengan membendingkan insidensi penyakit pada
kelompok dengan risiko dengan insidensi pada kelompok tanpa risiko.
Studi Cross Sectional dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Prevalence Ratio dipakai untuk penyakit yang periode berisikonya terbatas (restricted risk
period), yaitu biasanya penyakit akut, sebagai estimasi terhadap Incident Density Ratio (IDR)
Rasio Prevalens dapat dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok dengan
faktor risiko dengan prevalens efek pada kelompok tanpa
faktor risiko dengan rumus:
𝐴 𝐶
Rasio Prevalent (RP)= (𝐴+𝐵) : (𝐶+𝐷)
1. Bila RP = 1, maka faktor resiko tidak berpengaruh atas timbulnya efek atau dikatakan
bersifat netral.
Contohnya : semula diduga pemakaian kontrasepsi oral pada awal kehamilan merupakan
faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan pada bayi. Bila ternyata Rpnya=
1, maka berarti pemakaian kontrasepsi oral oleh ibu bukan merupakan faktor risiko untuk
terjadinya penyakit jantung bawaan pada bayi yang dilahirkan.
2. Bila RP = 1, maka faktor resiko merupakan penyebab timbulnya penyakit
Contohnya : RP pemakaian KB suntik pada ibu menyusui terhadap kejadian kurang gizi
pada bayi, yakni bayi yang ibunya akseptor KB suntik mempunyai risiko menderita
defisiensi gizi 2 kali lebih besar dibanding bayi yang ibunya bukan pemakai KB suntik.
3. Bila RP = 1, maka faktor resiko bukan menjadi penyebab timbulnya penyakit bahkan
merupakan faktor protektif
Contohnya : RP pemakaian ASI untuk terjadinya diare pada bayi, yakni bayi yang minum
ASI mempunyai risiko untuk menderita diare 0,3 kali apabila dibandingkan dengan bayi
yang tidak minum ASI.
1. Retail
Dalam retail, penelitian cross-sectional dapat dilakukan pada pria dan wanita dalam
rentang usia tertentu untuk mengungkap persamaan dan perbedaan tren pengeluaran
terkait gender.
2. Bisnis
3. Perawatan Kesehatan
Para ilmuwan dalam perawatan kesehatan dapat menggunakan penelitian lintas bagian
untuk memahami bagaimana anak-anak usia 2-12 tahun di seluruh Amerika Serikat
rentan terhadap kekurangan kalsium.
4. Pendidikan
5. Psikologi
Definisi studi cross-sectional dalam psikologi adalah penelitian yang melibatkan berbagai
kelompok orang yang tidak memiliki variabel minat yang sama (seperti variabel yang
Anda fokuskan), tetapi berbagi variabel lain yang relevan. Ini bisa mencakup rentang
usia, identitas gender, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2020, Juli 6). Desain Penelitian Cross Sectional. Retrieved from maglearning.id:
https://maglearning.id/2020/07/06/desain-penelitian-cross-sectional/
Hayati, R. (2020, Desember 1). Pengertian Cross Sectional, Kelebihan, Kekurangan, dan
Contohnya. Retrieved from penelitianilmiah.com : https://penelitianilmiah.com/cross-
sectional/