Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME

MATA KULIAH DASAR EPIDEMIOLOGI

DESAIN CROSS SECTIONAL

Disusun Oleh :
Fani Pranidasari (6411420059)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2021
DESAIN CROSS SECTIONAL

a. Pengertian Penelitian Desain Cross Sectional


Studi cross sectional adalah jenis desain penelitian di mana peneliti mengumpulkan data dari
banyak individu yang berbeda pada satu titik waktu. Dalam penelitian cross-sectional,
peneliti mengamati variabel tanpa lagi dapat mempengaruhinya.

Penelitian cross sectional yang sering disebut juga penelitian transversal, merupakan
penelitian epidemiologi yang paling sering dikerjakan pada bidang kesehatan. Walaupun
sebenarnya paling lemah, hal ini disebabkan karena secara epidemiologi paling mudah dan
sederhana, tidak dijumpai hambatan yang berupa pembatasan tertentu. Pendekatan ini
dalam rangka memepelajari dinamika korelasi antara factor-faktor risiko dengan efek yang
berupa penyakit atau status kesehatan tertentu dengan model pendekatan point time.
Studi cross sectional ditandai dengan ciri-ciri bahwa pengukuran variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan secara simultan atau pada saat yang
bersamaan. Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan efek diobservasi sekaligus
pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama disini bukan berarti pada satu saat
observasi dilakukan pada semua subjek untuk semua variabel, tetapi tiap subjek hanya
diobservasi satu kali saja, dan faktor risiko dan efek diukur menurut keadaan atau status
waktu diobservasi.

Pengetahuan mengenai penelitian cross sectional hingga penjabaran ini bisa dikatakan
merupakan cara pengumpulan dan analisis data yang dilaksanakan satu waktu. Berikut
merupakan parameter dari penelitian cross-sectional yang wajib dimengerti oleh setiap
peneliti:

Penelitian ini bisa melakukan lebih dari satu masalah, penelitian ini dalam pelaksanaanya
bisa mengimplementasikan pada banyak variasi. Variasi yang dimaksud bisa berupa
masyarakat, keluarga, organisasi dsb. Variabel yang dikaitkan juga bisa bervariasi mulai dari
pendidikan, perolehan uang, pengeluaran dsb.

Pada penelitian ini data akan dikumpulan dalam satu kali jalan. Artinya adalah peneliti akan
melakukan penelitian cross sectional dan memasukan data yang telah dihimpun dan diolah
dalam satu waktu, tanpa batas tanpa penundaan. Keterkaitan setiap variabel yang ada dapat
menciptakan berbagai topik. Agar lebih mendalam mengenai penelitian ini, peneliti bisa
melihat cara kerja dari penelitian eksperimental, dimana data akan dihimpun dan dianalisis
pada waktu yang runtut.

Penelitian cross-sectional lebih banyak dilakukan dibanding penelitian longitudinal, karena


lebih sederhana dan lebih murah. Dalam penelitian crosssectional, peneliti hanya
mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Pada penelitian yang bersifat
eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan
hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan
suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling
pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan
untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya
dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.

Data dapat dihitung atau kuantitatif. Data jenis kuantitatif dapat dipakai untuk melakukan
penelitian cross sectional. Selain itu data kontekstual pada teks yang merupakan data
wawancara juga dapat dipakai asal nantinya bisa dihitung atau dikuantifikasi. Maksud dari
data kuantitatif ini adalah dalam pengukuran atau penilaiannya harus jelas, sehingga
penelitian ini sering digolongkan sebagai penelitian kuantitatif.

Penelitian cross sectional pada dasarnya menjadi salah satu jenis metode
penelitian observasional yang sifatnya menganalisis serangkaian data variabel penelitian yang
telah dikumpulkan pada satu titik waktu tertentu dari seluruh jenis populasi dan sampel, oleh
karena itulah metodologi ini biasanya dikenal dengan subset yang telah ditentukan
sebelumnya.

Akan tetapi yang pasti, penelitian cross-sectional seorang peneliti mencatat informasi yang
ada dalam suatu populasi, tetapi mereka tidak memanipulasi variabel, sehingga jenis
penelitian ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik yang ada dalam suatu
komunitas, tetapi tidak untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antara variabel yang
berbeda.

b. Pengertian Desain Cross Sectional Menurut Ahli


Adapun definisi cross sectional menurut ahli antara lain:

Notoatmodjo (2002) , Cross sectional adalah sebagai suatu penelitian untuk mempelajari
suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu
pendekatan, observasi ataupun dengan teknik pengumpulan data pada suatu waktu tertentu
(point time approach).

c. Tujuan Desain Cross Sectional


Ketiga tujuan ini merupakan pendapat dari Budiarto (2004)

 Mendapatkan kebiasaan dan insidensi satu atau lebih dari suatu masalah yang telah
ditetapkan pada satu waktu di dalam masyarakat.
 Terjadinya sebab akibat akan diperhitungkan secara jelas pada sebuah permasalahan
yang ada di masyarakat.
 Memperkirakan risiko pada setiap golongan, relatif, risiko dan atribut.
d. Ciri Desain Cross Sectional
Beberapa karakteristik kunci dari studi cross-sectional meliputi:

1. Penelitian berlangsung pada satu titik waktu


2. Riset cross sectional tidak melibatkan manipulasi variabel
3. Metode cross sectional memungkinkan peneliti untuk melihat banyak karakteristik
sekaligus (usia, pendapatan, jenis kelamin, dan lain-lain)
4. Cross sectional sering digunakan untuk melihat karakteristik yang berlaku dalam
populasi tertentu
5. Cross sectional dapat memberikan informasi tentang apa yang terjadi dalam populasi
saat ini

e. Elemen Penting dalam Desain Cross Sectional

Ada sejumlah elemen penting dari definisi ini, yaitu:

1. Lebih dari satu kasus. Para peneliti yang menggunakan desain cross-sectional
biasanya tertarik pada variasi. Variasi itu bisa berkenaan dengan orang, keluarga,
organisasi, negara bangsa, atau apa pun. Variasi hanya dapat diketahui ketika lebih
dari satu kasus atau variabel diteliti. Peneliti yang menggunakan desain ini juga
cenderung memilih lebih dari dua kasus atau variabel karena berbagai alasan.
2. Pada satu titik waktu. Dalam desain penelitian cross-sectional, data variabel yang
dikumpulkan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Tentunya tidak mungkin
untuk benar-benar bersamaan, maka biasanya ditentukan durasi waktu tertentu, bisa
seminggu, beberapa minggu atau sebulan.
Ketika seorang individu mengisi kuesioner, yang mungkin berisi lima puluh atau lebih
item pertanyaan / pernyataan, jawabannya diberikan pada waktu yang hampir
bersamaan. Ini kontras dengan desain eksperimental yang diambil dari minimal dua
waktu yang berjarak. Dengan demikian, dalam desain eksperimental klasik, seseorang
atau kelompok diberikan pre-test, kemudian mendapatkan tindakan eksperimental,
dan kemudian dilakukan post-test. Hari, minggu, bulan, atau bahkan tahun dapat
memisahkan fase pengambilan data tersebut.
3. Data kuantitatif. Untuk menetapkan variasi antar kasus dan kemudian untuk menguji
hubungan antar variabel, perlu memiliki sistematika dan standar yang jelas, serta
metode untuk mengukur variasi. Langkah yang paling umum dilakukan adalah
dengan mengkuantifikasi variabel. Salah satu keuntungan terpenting dari kuantifikasi
variabel adalah bahwa akan memberikan patokan yang konsisten untuk peneliti. Di
sini peran operasionalisasi variabel sangat penting, yang kemudian mengarahkan pada
kuantifikasi variabel yang tepat. Dengan kuantifikasi ini maka pengukuran variasi
menjadi mungkin untuk dilakukan.
4. Pola asosiasi. Dengan desain cross-sectional dimungkinkan untuk menguji hubungan
hanya antara variabel. Tidak ada kesempatan memanipulasi waktu pada suatu
variabel, karena data pada setiap variabel dikumpulkan kurang lebih secara
bersamaan, dan peneliti tidak akan bisa memanipulasi salah satu variabel.
Namun, di satu sisi hal tersebut dapat menciptakan masalah yang disebut sebagai
‘ambiguitas tentang arah pengaruh kausal’. Jika peneliti menemukan hubungan antara
dua variabel, ia tidak dapat memastikan apakah terjadi hubungan sebab akibat, karena
fitur dari desain eksperimental tidak ada. Yang bisa dikatakan hanyalah variabel yang
terkait. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menarik kesimpulan
kausal dari penelitian dengan desain cross-sectional. Karena ada beberapa cara di
mana peneliti mampu menarik kesimpulan tertentu tentang kausalitas, tetapi
kesimpulan ini jarang memiliki kredibilitas kausal seperti desain eksperimental.
Akibatnya, penelitian cross-sectional selalu tidak memiliki validitas internal yang
ditemukan dalam sebagian besar penelitian eksperimental.

f. Langkah-langkah Pesain Penelitian Cross sectional


Langkah-langkah penelitian desain cross sectional antara lain:
1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis
Pertanyaan penelitian yang akan dijawab harus dikemukakan dengan jelas dan
dirumuskan hipotesis yang sesuai. Dalam studi cross sectional analitik sebaiknya
dikemukakan hubungan antar-variabel yang diteliti.
2. Mengidentifikasi variabel penelitian
Semua variabel yang dihadapi dalam studi prevalensi harus diidentifikasi dengan
cermat. Untuk itu, perlu ditetapkan definisi operasional yang jelas, yang termasuk
dalam faktor risiko yang diteliti (variabel independen), faktor risiko yang tidak
diteliti, serta efek yang dipelajari (variabel dependen). Faktor yang mungkin
merupakan risiko namun tidak diteliti perlu diidentifikasi agar dapat dikurangi pada
waktu pemilihan subjek penelitian.
3. Menetapkan subjek penelitian
a. Menetapkan populasi penelitian
Bergantung kepada tujuan penelitian, maka ditentukan dari populasi terjangkau
mana subjek penelitian yang akan dipilih, apakah dari rumah sakit/ fasilitas
kesehatan atau dari masyarakat umum. Salah satu yang harus diperhatikan dalam
menentukan populasi terjangkau penelitian adalah besarnya kemungkinan untuk
memperoleh faktor risiko yang diteliti.
b. Menentukan sampel dan memperkirakan besar sampel
Penentuan sampel bertujuan agar objek penelitian yang dipilih dapat mewakili
populasi secara keseluruhan. Besar sampel harus diperkirakan dengan formula
yang sesuai. Berdasarkan perkiraan besar sampel serta perkiraan prevalensi
kelainan, dapat ditentukan apakah seluruh subjek dalam populasi terjangkau akan
diteliti atau dipilih sampel yang mewakili populasi terjangkau tersebut. Pemilihan
sampel harus dilakukan dengan cara yang benar agar mewakili populasi
terjangkau. Penetapan besar sampel untuk penelitian cross sectional yang mencari
rasio sama dengan penetapan besar sampel untuk studi kohort yang mencari risiko
relatif.
4. Melaksanakan pengukuran
Pengukuran variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek atau penyakit)
harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran.
a. Pengukuran faktor risiko
Penetapan faktor risiko dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, bergantung pada
sifat faktor risiko. Pengukuran dapat dilakukan dengan kuisioner, catatan medik,
uji laboratorium, pemeriksaan fisik atau prosedur pemeriksaan khusus. Bila faktor
diperoleh dengan wawancara, maka mungkin diperoleh informasi yang tidak
akurat atau tidak lengkap, yang merupakan keterbatasan studi ini. Oleh karena itu,
maka jenis studi ini lebih tepat untuk mengukur faktor risiko yang tidak berubah,
misalnya golongan darah, jenis kelamin dan HLA.
b. Pengukuran efek (penyakit)
Terdapat efek atau penyakit tertentu dapat ditentukan dengan kuesioner,
pemeriksaan fisik ataupun pemeriksaan khusus, bergantung kepada karakteristik
penyakit yang dpelajari. Cara apapun yang dipakai harus ditetapkan kriteria
diagnosisnya dengan batasan aperasional yang jelas. Harus selalu diingat bahwa
hal-hal yang akan mengurangi validitas penelitian, seperti subyek yang tidak ingat
akan timbul suatu penyakit, terutama pada penyakit yang timbul secara perlahan-
lahan. Untuk penyakit yang mempunyai eksaserbasi atau remisi, penting untuk
bertanya kepada subyek apakah pernah mengalami gejala tersebut sebelumnya.

5. Menganalisis data
Analisis hubungan atau perbedaan prevalensi antar kelompok yang diteliti dilakukan
setelah melakukan validasi dan pengelompokkan data. Analisis ini dapat berupa suatu
uji hipotesis atau analisis untuk memperoleh risiko relatif. Risiko relatif lebih sering
dihitung dalam studi cross sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko.
Yang dimaksud dengan risiko relatif pada studi cross sectional adalah perbandingan
antara prevalensi penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko prevalensi pada
kelompok tanpa risiko. Pada studi cross sectional ini, risiko relatif yang diperoleh
bukan risiko relatif yang murni. Risiko relatif yang murni hanya dapat diperoleh
dengan penelitian kohort yaitu dengan membendingkan insidensi penyakit pada
kelompok dengan risiko dengan insidensi pada kelompok tanpa risiko.

Studi Cross Sectional dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Gambar Alur Desain Cross Sectional


g. Perhitungan Rasio Prevalens
Prevalence Ratio dipakai untuk penyakit yang periode berisikonya terbatas (restricted risk
period), yaitu biasanya penyakit akut, sebagai estimasi terhadap Incident Density Ratio (IDR)
Perhitungannya adalah :

FAKTOR RESIKO EFEK JUMLAH


YA TIDAK
YA A B A+B
TIDAK C D C+D

A : Subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek


B : Subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
C : Subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
D : Subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Prevalence Ratio dipakai untuk penyakit yang periode berisikonya terbatas (restricted risk
period), yaitu biasanya penyakit akut, sebagai estimasi terhadap Incident Density Ratio (IDR)
Rasio Prevalens dapat dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok dengan
faktor risiko dengan prevalens efek pada kelompok tanpa
faktor risiko dengan rumus:
𝐴 𝐶
Rasio Prevalent (RP)= (𝐴+𝐵) : (𝐶+𝐷)

1. Bila RP = 1, maka faktor resiko tidak berpengaruh atas timbulnya efek atau dikatakan
bersifat netral.
Contohnya : semula diduga pemakaian kontrasepsi oral pada awal kehamilan merupakan
faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan pada bayi. Bila ternyata Rpnya=
1, maka berarti pemakaian kontrasepsi oral oleh ibu bukan merupakan faktor risiko untuk
terjadinya penyakit jantung bawaan pada bayi yang dilahirkan.
2. Bila RP = 1, maka faktor resiko merupakan penyebab timbulnya penyakit
Contohnya : RP pemakaian KB suntik pada ibu menyusui terhadap kejadian kurang gizi
pada bayi, yakni bayi yang ibunya akseptor KB suntik mempunyai risiko menderita
defisiensi gizi 2 kali lebih besar dibanding bayi yang ibunya bukan pemakai KB suntik.
3. Bila RP = 1, maka faktor resiko bukan menjadi penyebab timbulnya penyakit bahkan
merupakan faktor protektif
Contohnya : RP pemakaian ASI untuk terjadinya diare pada bayi, yakni bayi yang minum
ASI mempunyai risiko untuk menderita diare 0,3 kali apabila dibandingkan dengan bayi
yang tidak minum ASI.

h. Kelebihan dan Kekurangan Desain Cross Sectional


Kelebihan studi cross sectional :
1. Relatif mudah, murah, hasilnya cepat diperoleh.
2. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
3. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien saja,
sehingga lebih general.
4. Jarang terancam loss to follow-up (drop-out).

Kekurangan studi cross sectional:


1. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan data efek
yang dilakukan bersamaan.
2. Membutuhkan jumlah subyek yang banyak, terutama bila variabelnya banyak.
3. Studi prevalensi hanya menjaring subyek yang telah mengidap penyakit cukup lama.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens maupun prognosis.

i. Contoh Cross Sectional


Data yang dikumpulkan dalam studi cross-sectional melibatkan subjek atau partisipan yang
serupa di semua variabel kecuali yang sedang ditinjau. Variabel ini tetap konstan selama
penelitian cross-sectional. Ini tidak seperti studi longitudinal, di mana variabel dapat berubah
sepanjang penelitian. Berikut ini beberapa contoh studi cross sectional, diantaranya yaitu:

1. Retail

Dalam retail, penelitian cross-sectional dapat dilakukan pada pria dan wanita dalam
rentang usia tertentu untuk mengungkap persamaan dan perbedaan tren pengeluaran
terkait gender.

2. Bisnis

Dalam bisnis, peneliti dapat melakukan studi cross-sectional untuk memahami


bagaimana orang-orang dari status sosial ekonomi yang berbeda dari satu segmen
geografis menanggapi satu perubahan dalam suatu penawaran.

3. Perawatan Kesehatan

Para ilmuwan dalam perawatan kesehatan dapat menggunakan penelitian lintas bagian
untuk memahami bagaimana anak-anak usia 2-12 tahun di seluruh Amerika Serikat
rentan terhadap kekurangan kalsium.

4. Pendidikan

Sebuah studi cross-sectional di sekolah sangat membantu dalam memahami bagaimana


siswa yang mendapat nilai dalam kisaran nilai tertentu dalam kursus pendahuluan yang
sama bekerja dengan kurikulum baru.

5. Psikologi
Definisi studi cross-sectional dalam psikologi adalah penelitian yang melibatkan berbagai
kelompok orang yang tidak memiliki variabel minat yang sama (seperti variabel yang
Anda fokuskan), tetapi berbagi variabel lain yang relevan. Ini bisa mencakup rentang
usia, identitas gender, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2020, Juli 6). Desain Penelitian Cross Sectional. Retrieved from maglearning.id:
https://maglearning.id/2020/07/06/desain-penelitian-cross-sectional/

Harys. (2020, September 22). Cross Sectional. Retrieved from JOPGlass:


https://www.jopglass.com/cross-sectional/

Hayati, R. (2020, Desember 1). Pengertian Cross Sectional, Kelebihan, Kekurangan, dan
Contohnya. Retrieved from penelitianilmiah.com : https://penelitianilmiah.com/cross-
sectional/

Heryanto, Y. (2010, Desember 20). Stusi Cross Sectional. Retrieved from


perpustakaanrsmcicendo.com: http://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-
content/uploads/2019/05/Studi-Cross-sectional.Yayan-Heryanto.pdf
Nurdini, A. (2006). "Cross Sectional VS Longitudinal" : Pilihan Rancangan Waktu Dalam
Penelitian Perumahan Pemukiman. Dimensi Teknik Arsitektur, 52-58.

Nurhaedah, I. d. (2017). Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan : Metodeologi Penelitian .


Jakarta Selatan : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai