Anda di halaman 1dari 88

RANCANGAN Disampaikan oleh:

PENELITIAN Yusnilasari, SKM,


M.Kes
KUANTITATIF
PENGERTIAN DESAIN
PENELITIAN
Desain penelitian pada
hakikatnya merupakan suatu Secara luas, desain penelitian
adalah semua proses yang
strategi untuk mencapai tujuan
diperlukan dalam
penelitian yang telah perencanaan dan pelaksanaan
ditetapkan dan berperan penelitian. Dalam konteks ini
sebagai pedoman atau komponen desain dapat
penuntun peneliti pada seluruh mencakup semua struktur
proses penelitian (Nursalam, penelitian yang diawali sejak
ditemukannya ide sampai
2003 : 81).
diperoleh hasil penelitian
(Sukardi, 2004 : 183).
DESAIN PENELITIAN YANG
TEPAT
Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain
ditentukan oleh desian penelitian yang dipakai. Oleh karena itu
desain yang dipergunakan dalam penelitian harus desain yang
tepat.
Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau
memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat (Machfoedz,
2007: 101-102) ., yaitu :
1. Dapat dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk
penelitian kuantitatif analitik)
2. Dapat mengendalikan atau mengontrol varians
PEMILIHAN DESAIN
PENELITIAN
Burns dan Grovers (Nursalam, 2003: 80) telah mengidentifikasi seperangkat pertanyaan
berkenaan dengan pemilihan desain peleitian, yaitu :
1. Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok berdasarkan
situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab akibat pada situasi tertentu?
2. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3. Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4. Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
5. Apakah sampel akan diseleksi secara random?
6. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok?
7. Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8. Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9. Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?
10. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11. Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time?
12. Apakah variable sudah diidentifikasi? 13. Apakah data yang sedang
dikumpulkan memiliki banyak variable?
14. Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi?
15. Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau
kelompok?
16. Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dijawab secara cermat agar tidak terjadi


kesalahan dalam menentukan penelitian.
DIAGRAM ALUR PENETAPAN RANCANGAN
PENELITIAN
JENIS RANCANGAN
PENELITIAN
Jenis rancangan penelitian keperawatan dibedakan menjadi empat (Nursalam, 2008), yaitu:
1. Deskriptif. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi, atau
fenomena dalam menemukan ide baru.
2. Faktor yang berhubungan (relationship). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan
hubungan antarvariabel dan menjelaskan hubungan yang ditemukan. Penelitian ini disebut juga
penelitian tahap kedua setelah suatu fenomena ditemukan. Hubungan tersebut tidak selalu
memiliki mekanisme yang menjelaskan (secara ko-insiden/kebetulan timbul bersamaan).
Rancangan yang sering digunakan adalah cross sectional.
3. Faktor yang berhubungan (asosiasi). Penelitian ini disebut juga explanatory atau
correlational, bertujuan untuk menentukan faktor apakah yang terjadi sebelum atau bersama-
sama tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti. Rancangan yang dipergunakan bisa
menggunakan cross-sectional atau jenis rancangan lainnya (kohort, case control)
4. Pengaruh (causal). Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
RANCANGAN PENELITIAN
NON–EKSPERIMEN
A. Rancangan Penelitian Deskriptif
1) Rancangan Penelitian Studi Kasus
2) Rancangan Penelitian Survei
B. Rancangan Penelitian Korelasional  Cross Sectional
C. Desain Penelitian Kausal-komparatif
1) Kohort
2) Kasus Kontrol (Case Control)
RANCANGAN PENELITIAN NON–
EKSPERIMEN
A. RANCANGAN PENELITIAN DESKRIPTIF
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini.. Fenomena disajikan secara apa adanya
tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan
adanya suatu hipotesis.
Hasil penelitian deskriptif sering digunakan atau dilanjutkan dengan melakukan
penelitian analitik. Hubungan antarvariabel diidentifikasi untuk menggambarkan secara
keseluruhan suatu peristiwa yang sedang diteliti, tetapi pengujian mengenai tipe dan
tingkat hubungan bukan merupakan tujuan utama dari suatu penelitian deskriptif.
Cara menghindari bias dalam suatu penulisan dilakukan dengan: (1)
menghubungkan antara konsep dan operasional definisi variabel, (2) seleksi
sampel dan besarnya sampel, (3) instrumen yang valid dan reliabel, dan (4)
prosedur pengambilan data dengan adanya suatu kontrol lingkungan.
JENIS RANCANGAN PENELITIAN
DESKRIPTIF
1) RANCANGAN PENELITIAN STUDI KASUS
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian
secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun
jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena
itu, sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap
mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya
dikaji secara rinci.
Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun
jumlah responsdennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas.
Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan klien dengan infark miokard akut pada hari
pertama serangan di RS. Peneliti akan mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus di atas
mulai dari menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual.
2) RANCANGAN PENELITIAN SURVEI
Survei adalah suatu rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi
yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi, dan hubungan antarvariabel
dalam suatu populasi. Pada survei, tidak ada intervensi.
Terdapat tiga metode yang sering digunakan dalam mengumpulkan data survei:
(1) wawancara melalui telepon,
(2) wawancara langsung—tatap muka, dan
(3) tanya jawab dengan penyebaran kuesioner melalui surat.
Keuntungan survei adalah dapat menjaring responsden secara luas dan dapat
memperoleh berbagai informasi serta hasil informasi dapat dipergunakan untuk
tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat dari survei seringkali cenderung
bersifat superfisial. Oleh karena itu, pada penelitian survei akan lebih baik jika
dilaksanakan analisis secara bertahap.
B. RANCANGAN PENELITIAN KORELASIONAL
(HUBUNGAN/ASOSIASI)

Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari,


menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada.
Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai yang ada.
Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel.
Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh
variasi variabel yang lain. Dengan demikian, pada rancangan penelitian korelasional peneliti
melibatkan minimal dua variabel.
Contoh penelitian deskriptif korelasional dalam keperawatan meneliti tentang hubungan
antara dukungan sosial dan kecemasan klien kanker serviks yang menjalani radioterapi.
“Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara dukungan sosial dan
kecemasan klien kanker serviks yang menjalani radioterapi”.
SKEMA PENELITIAN
DESKRIPTIF KORELASIONAL
Penelitian korelasional biasanya dilakukan bila variabel-variabel yang
diteliti dapat diukur secara serentak dari suatu kelompok subjek.
Hubungan antarvariabel ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang
bergerak dari –1 sampai dengan +1.
Korelasi –1 berarti korelasi negatif sempurna, sedangkan korelasi +1
berarti positif sempurna.
Variabel dikatakan berkorelasi positif apabila variasi suatu variabel
diikuti sejajar oleh variabel yang lain.
Pada contoh , makin tua usia pemberi perawatan, maka makin tinggi
risiko merasa jenuh. Bila variasi suatu variabel diikuti terbalik oleh variasi
variabel lainnya, maka kedua variabel tersebut berkorelasi negatif.
CROSS SECTIONAL
(HUBUNGAN DAN ASOSIASI)
Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada
satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan
pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian
harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel
independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja.
Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel
dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen).
Misalnya, peneliti ingin mempelajari hubungan antara sikap perawat dan tingkat
kecemasan klien infark miokard akut yang dirawat di ruang UGD. Peneliti pada saat
itu menilai atau menanyakan sikap perawat (sebagai variabel independen) kemudian
menilai tentang kecemasan klien pada saat itu juga, misalnya dengan menggunakan
instrumen kecemasan dari Hamilto Anxiety Rating Scale (HARS) (Nursalam, 2008).
C. DESAIN PENELITIAN
KAUSAL-KOMPARATIF
Istilah rancangan penelitian non-eksperimen: komparatif
dalam ilmu keperawatan sering digunakan pada penelitian
klinis maupun komunitas.
Jenis rancangan ini mempunyai makna yang hampir sama
dengan yang dilakukan dalam epidemiologi, yang dikenal
dengan istilah kohort dan kasus kontrol.
Rancangan ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan
terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subjek tanpa adanya
suatu perlakuan dari peneliti.
JENIS RANCANGAN PENELITIAN
KOMPARATIF
1) KOHORT
Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian kohort adalah pendekatan
waktu secara longitudinal atau time period approach. Sehingga jenis penelitian
ini disebut juga penelitian prospektif.
Peneliti mengobservasi variabel independen terlebih dahulu (faktor risiko),
kemudian subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat terjadinya pengaruh
pada variabel dependen (efek atau penyakit yang diteliti). (Menurut Sastroasmoro &
Ismail (1995)
Contoh rancangan Kohort,
Peneliti ingin menilai bayi yang secara alamiah diberi susu buatan dan ASI.
Peneliti mengikuti sampai batas waktu tertentu (misalnya 1 tahun), kemudian
mengobservasi kejadian asma bronkial pada kedua kelompok tersebut.
Ternyata ditemukan bahwa angka kejadian asma bronkial pada kelompok
subjek yang diberi susu buatan lebih tinggi dibandingkan pada bayi berusia
kurang dari 1 tahun yang mendapatkan ASI.
2) Kasus Kontrol (Case Control)
Desain penelitian kasus kontrol merupakan kebalikan dari desain penelitian
kohort, dimana peneliti melakukan pengukuran pada variabel terikat terlebih
dahulu. Sedangkan variabel bebas dteliti secara retrospektif untuk
menentukan ada tidaknya pengaruh pada variabel terikat. Desain penelitian
kasus kontrol secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.
Contoh Rancangan Case Kontrol (ingin meneliti efek, misalnya
asma bronkial), sedangkan variabel independen ditelusuri secara
retrospektif untuk menetukan ada tidaknya faktor (variabel
independen) yang berperan, misalnya minum susu buatan.
RANCANGAN PENELITIAN
EKSPERIMENTAL
Penelitian eksperimental adalah suatu rancangan penelitian yang
digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan adanya
keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel
bebas.
Eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat, sedangkan pada
penelitian kohort atau kasus kontrol hanya sampai pada tingkat dugaan
kuat dengan landasan teori atau telaah logis yang dilakukan peneliti.
Akan tetapi studi ini pada umumnya mahal dan pelaksanaanya rumit,
sehingga penggunaannya terbatas.
JENIS RANCANGAN PENELITIAN
EKSPERIMENTAL

(1) Pra-eksperimental
(2) eksperimental semu
(3) eksperimental sungguhan.
RANCANGAN PENELITIAN PRA-
EKSPERIMENTAL
Menurut Babbie (1999) rancangan penelitian pra-
eksperimental dibedakan menjadi tiga, yaitu
(1) one-shot case study;
(2) one-group pre-post test design; dan
(3) static-group comparison design.
1) One–shot case study
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan intervensi/tindakan
pada satu kelompok kemudian diobservasi pada variabel dependen
setelah dilakukan intervensi. Misalnya, peneliti melakukan observasi
pada percepatan penyembuhan luka pascaoperasi (dependen) setelah
dilakukan mobilisasi (independen)
2) Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-group pra-
post test design)
Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi.
Misalnya, peneliti mengobservasi proses involusi ibu pascasalin
sebelum melakukan senam nifas, kemudian keadaan involusi uterinya
diobservasi setelah senam.
Suatu kelompok sebelum dikenai perlakukan tertentu diberi pra-
tes, kemudian setelah perlakuan, dilakukan pengukuran lagi untuk
mengetahui akibat dari perlakukan. Pengujian sebab akibat
dilakukan dengan cara membandingkan hasil pra-tes dengan
pasca-tes. Namun tetap tanpa melakukan pembandingan dengan
pengaruh perlakuan yang dikenakan pada kelompok lain.
Penelitian ini dipandang masih sangat lemah karena tidak
melibatkan kelompok kontrol dan temuan penelitian sangat
ditentukan oleh karakteristik subjek.
Apabila ditemukan atau tidak ditemukan perbedaan antara pra-tes
dan pasca-tes, maka tidak dapat dipastikan apakah perbedaan itu
memang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan ataukah tidak.
3) Static-group comparison design
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dari suatu
tindakan pada kelompok subjek yang mendapat perlakuan, kemudian
dibandingkan dengan kelompok subjek yang tidak mendapatkan
perlakuan.
RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN SEMU
(QUASY-EXPERIMENT)

Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab


akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok
eksperimental. Tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan
teknik acak.
Rancangan ini biasanya menggunakan kelompok subjek yang telah
terbentuk secara wajar (teknik rumpun), sehingga sejak awal bisa saja
kedua kelompok subjek telah memiliki karakteristik yang berbeda.
Apabila pada pasca-tes ternyata kedua kelompok itu berbeda, mungkin
perbedaannya bukan disebabkan oleh perlakukan tetapi karena sejak
awal kelompok awal sudah berbeda.
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan diawali dengan
pra-tes, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali
(pasca-tes)
RANCANGAN EKSPERIMENTAL SUNGGUHAN
(TRUE-EXPERIMENT)

Ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan


cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimental yang
dipilih dengan menggunakan teknik acak.
Pada kelompok perlakuan dilakukan suatu intervensi tertentu kemudian
kelompok kontrol tidak dilakukan tindakan. Penelitian ini biasanya
dilakukan pada binatang percobaan. Misalnya, peneliti ingin meneliti
pengaruh pemberian obat A terhadap penyembuhan penyakit pada kelompok
perlakuan yang telah diberi bakteri penyakit tertentu. Kemudian
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi bakteri penyakit
tertentu, tetapi tidak diberikan obat jenis A (hanya plasebo). Pada
penelitian ilmu keperawatan jenis penelitian ini jarang dipergunakan.
JENIS RANCANGAN PENELITIAN
EKSPERIMENTAL

1. Pasca-tes dengan kelompok eksperimen dan 
kontrol yang diacak.
2. Pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok eksperimen 
dan kontrol yang diacak  
2. Gabungan keduanya (Rancangan Solomon)
1) Pasca-tes dengan pemilihan
Pada rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan
sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok tidak diawali
dengan pra-tes.
Pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian perlakuan selesai.
2. Pra-tes dan pasca-tes dengan pemilihan
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan
sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali
dengan pra-tes, dan setelah pemberian perlakuan selesai diadakan
pengukuran kembali (pasca-tes).
Rancangan penelitian ini mengikuti urutan prosedural yang sama
dengan rancangan eksperimental semu sejenis. Perbedaan terletak pada
pemilihan subjek dengan menggunakan teknik acak.
3. Rancangan Solomon

Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan dua rancangan


eksperimental sebelumnya sehingga terbentuk rancangan yang
melibatkan empat kelompok.
Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen dan dua lainnya sebagai
kelompok kontrol.
Pada kedua kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan
pada kedua kelompok kontrol tidak.
Pada satu pasangan kelompok eksperimen dan kontrol diawali dengan
pra-tes, sedangkan pada pasangan yang lain tidak. Setelah pemberian
perlakuan selesai diadakan pengukuran atau pasca-tes pada keempat
kelompok.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang kuat dan cermat
terhadap hasil penelitian dibandingkan penelitian lainnya, dan memungkinkan
adanya suatu perbandingan yang kompleks antara kelompok dan pengkajian
efek dari pra-tes pada nilai pasca-tes.
Rancangan ini juga mampu menetralkan kelemahan-kelemahan
rancangan sebelumnya. Misalnya, untuk rancangan eksperimental
sungguhan yang kedua, dengan memasukkan langkah pemberian pra-tes
dapat membuat subjek menjadi peka dalam memberikan jawaban dalam
pasca-tes.
HIPOTESIS,
VARIABEL DAN
PENGUKURAN
HIPOTESIS
Terminologi Kata : Dalil/ Hukum/ Teori yang belum diuji kebenarannya secara
empiris.
Jawbabn sementara terhadap Masalah penelitian (Argumen Teoritik)
Dugaan sementara tentang hubungan antar veriabel yang logis memungkinkan
dibuktikan secra empiris.

Masalah Hipptesis Tesis


•Didasari teori kuat
•Bersifat Operasional Uji Hipotesis
•(Variabel Terukur)
MERUMUSKAN HIPOTESIS
Tentukan Variabel
penelitian

Membangun Kerangka Konsep


(Teori untuk melandasi mekanisme hubungan antar
veriabel secar logis)

Hipotesis Konseptual

Operasionalisasi
Hipotesis
Hipotesis Operasional
OPERASIONALISASI
HIPOTESIS
Menjabarkan Hipotesis Konseptual menjadi Variabel-variabel yang terukur.

Hipotesis Konseptual
Tiamfenikol lebih efektif daripada Kloramfenikol untuk
pengobatan Demam Tifoid pada anak

Hipotesisi Opersional
Angka Kesembuhan demam tifoid pada anak umur 5-10 tahun dengan terapi
Tiamfenikol dosis 35 mg/hari selama 5 hari lebih tinggi dari pada terapi
kloramfenikol dengan dosis yang sama.
KEGUNAAN HIPOTESIS
Menetapkan Rancangan Penelitian :

1. Jenis Penelitian
2. Subjek Penelitian
3. Instrumentasi
4. Model Analisis
VARIABEL PENELITIAN
Konsep yang mempunyai Variabilitas Nilai
Karaktersitik Subjek yang berubah dari subjek satu ke subjek yang lain

Variabel Variabel
Tergantung/dependen
Bebas/Independen
• Independen • Depernden
• Faktor Risiko • Efek
V. Perantara
• Kausa • Hasil
• Perlakuan • Outcame
• Pengaruh • Respon

Variabel Luar Variabel Luar


PEMBAGIAN VARIABEL BERDASARKAN PADA
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL:

1. Variabel Bebas 2. Variabel Moderator


L. Kerja

Upah Semangat
Kerja

Upah Semangat
Kerja

2. Variabel Tergantung 4. Variabel Intervening


Prestasi Kekaya
Karir
Akademik an
Semangat
Upah
Kerja
5. Variabel Kontrol

Kebiasaan
Merokok
Umur

•Kebiasaan Makan
•Pola Hidup
•Penyakit turunan
VARIABEL BERDASARKAN PADA
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Variabel
Intervening

Variabel Variabel
Bebas Tergantung

Variabel
Moderator
PEMBAGIAN VARIABEL BERDASARKAN
SIFATNYA:
1.Variabel Dikotomis
Variabel yang mempunyai dua nilai kategori yang saling berlawanan.
Laki-Laki :1
Perempuan :2
2. Variabel Kontinyu
Variabel yang mempunyai nilai-nilai dalam satu variabel tertentu.
Berat badan Didi : 50Kg
Berat badan Dodo : 62,75Kg
Bagaimana variabel dapat diukur ?
Varibel terukur langsung (Observeb Variable)
Variabel tidak terukur langsung (Latent Variable).
DESAIN SKALA
Skala dalam penelitian ada Empat tingkatan:
1. Skala Nominal
2. Skala Ordinal
3. Skala Interval
4. Skala Rasio
SKALA NOMINAL
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk
memberikan kategori saja
Contoh:
Wanita 1
Laki-laki 2
SKALA ORDINAL
Adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar
tingkatan, akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas.
Contoh:
Berilah peringkat supermarket berdasarkan kualitas pelayanannya !
Sri Ratu……………………… 1
Moro ………………………… 3
Matahari ………………….. 5
Rita I ………………………. 2
Rita II ……………………… 4
Super Ekonomi ………….6
SKALA INTERVAL
Adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
antar tingkatan sudah jelas, namun belum memiliki nilai 0
(nol) yang mutlak.
Contoh:
1. Skala Pada Termometer
2. Skala Pada Jam
3. Skala Pada Tanggal
SKALA RASIO
Adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval
antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang
mutlak .
Contoh:
1. Berat Badan
2. Pendapatan
3. Hasil Penjualan
RINGKASAN TENTANG SKALA
Skala Tipe Pengukuran

Kategori Peringkat Jarak Perbandingan

Nominal Ya Tidak Tidak Tidak

Ordinal Ya Ya Tidak Tidak

Interval Ya Ya Ya Tidak

Rasio Ya Ya Ya Ya
VARIABEL
Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang memiliki
variasi atribut atau nilai. Contoh:
Jenis kelamin adalah variabel yang memiliki variasi atribut
laki-laki dan perempuan.
Umur adalah variabel yang memiliki variasi nilai (tahun).
Depresi adalah variabel yang memiliki variasi nilai (skor).
JENIS VARIABEL
Jenis variabel

Kategorikal Kontinu

Nominal (Seks, ras) Interval Dependen Independen


(Suhu skala C) (Ca rongga mulut) (Merokok)

Ordinal Rasio
(Stadium kanker, kelas sosial) (denyut nadi, elektrolit
serum) -------- = Area abu-abu
VARIABEL DEPENDEN
DAN INDEPENDEN

Variabel dependen adalah variabel yang dihipotesiskan


dipengaruhi (dependen) oleh variabel lain.
Variabel independen adalah variabel yang dihipotesiskan
mempengaruhi variabel lainnya.
VARIABEL DEPENDEN
DAN INDEPENDEN
Variabel dependen Variabel independen
Variabel terikat (tergantung) Variabel bebas
Variabel terpengaruh (efek) Variabel yang mempengaruhi
Variabel yang dijelaskan (explained variable) Variabel yang menjelaskan (explanatory
variable)

Variabel hasil (outcome variable) Faktor penelitian (study factor)


Regresan Regresor
Prediktan Prediktor
Respons Stimulus
Endogen Eksogen, variabel luar
(extraneous variable)
VARIABEL PERANCU
Faktor perancu (confounding factor) merupakan “faktor ketiga”
(“third factor”) yang memenuhi syarat sbb:
1)Merupakan faktor risiko penyakit,
2)Berhubungan dengan paparan,
3)Bukan merupakan variabel antara dalam mekanisme kausal
paparan-penyakit.
VARIABEL PERANCU
Urutan kelahiran Down syndrome
(Paparan) 3 (Penyakit)

2 1

Umur ibu
(Faktor perancu)
VALIDITAS DAN
RELIABILITAS
PENGUKURAN
Upaya menghubungkan konsep dan realitas
Apa bedanya dengan definisi operasional?
langkah awal pengukuran.
Apa yang dilakukan dalam pengukuran?
Dalam penelitian sosial ada 4 aktivitas:
1. Menentukan dimensi konsep  menentukan
indikator  INGAT DEFINISI OPERASINAL
2. Merumuskan ukuran/item-item/pertanyaan
untuk setiap dimensi/ indikator
3. Menentukan tingkat ukuran yang digunakan
NOIR
DEFINISI OPERASIONAL

 Dalam penelitian empirik, terutama yang


menggunakan pendekatan kuantitatif, konsep-
konsep yang relevan dan bernilai sentral harus
dibuat operasional.
 Artinya konsep-konsep tersebut tidak cukup
hanya didefinisikan secara eksplisit.
 Mengapa demikian? Hal ini terkait dengan fungsi
ketiga dari konsep yaitu fungsi pragmatic atau
operasional (mengendalikan dan mengarahkan
perilaku individu)
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN
DEFINISI OPERASIONAL?
Operasional adalah penegasan ada tidaknya suatu
realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut
konsepnya.
OLEH KARENA ITU
 Definisi operasional, merupakan salah satu
tahap dalam proses penelitian yang sangat penting
guna meningkatkan kegunaan konsep.
 Mungkin tidaknya membuat definisi operasional
suatu konsep ditentukan oleh kenyataan apakah
konsep tersebut memiliki rujukan empiris ataukah
tidak.
KAPAN SUATU KONSEP DINYATAKAN
SUDAH DIDEFINISIKAN SECARA
OPERASIONAL?
Menurut Bernard S. Philips

 Apabila konsep itu sudah menyatakan secara eksplisit dan


spesifik konsekuensi metode observasinya, yaitu tentang “apa yang
akan/ harus diobservasi dan dihitung atau diukur; bilamana serta
bagaimana caranya”.

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi

 Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana


caranya mengukur suatu konsep atau variable

 Operasional adalah suatu informasi ilmiah yang dapat dan sangat


membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variable yang sama.
ADA 2 STRATEGI MENGHUBUNGKAN
KONSEP DAN REALITAS
1. Strategi “empiris”
Konsep diukur dengan sebanyak mungkin indikator
yang diharapkan dapat menunjukkan konsep
yang akan diteliti.
2. Strategi “rasional”
o Meneliti literature yang membahas konsep
untuk memahami definisi penulis
o Mencari hubungan antara konsep yang diteliti
dengan konsep lain yang berkaitan, sehingga
dapat mengukur validitas instrumen.
ADA 2 VARIASI STRATEGI
“RASIONAL”

1. Peneliti menyusun instrumen dengan


menganggap bahwa indicator yang
digunakan sudah mencakup seluruh
aspek konsepnya, biasanya dengan
pertanyaan “tunggal” untuk setiap
konsep.
2. Peneliti menyusun instrumen dengan
anggapan awal bahwa konsep yang
hendak diukur bersifat “multidimensional”
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis shg dapat digunakan sebagai
alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variabel
penelitian.
Ciri Instrumen yang Baik :
1. Valid (shahih)  validitas
2. Reliabel (ajeg)  reliabilitas
3. Sensitif
4. Obyektifitas tinggi
VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Validitas dan reliabilitas merupakan tahap yang


sangat penting dalam semua pengukuran.

VALIDITAS (KEABSAHAN)
1.Apakah yang dimaksud dengan validitas?
2.Apakah kita benar-benar mengukur apa (konsep)
yang hendak kita ukur?
3.Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur itu mengukur apa yang hendak diukur.
VARIABEL • Apa namanya? Bisakah diukur?

TEORI • Seperti apa konsepnya? Dari siapa saja?

KONSTRUK • Susun sendiri kalimat atau pernyataannya

DEFINISI KONSEPTUAL • Sama persis dengan rumusan konstruk

• Sama dgn definisi konseptual


DEFINISI OPERASIONAL • Termasuk bagaimana cara mengukur

PENETAPAN INSTRUMEN • Kuesioner, skala sikap, tes, lembar observasi

KISI-KISI INSTRUMEN • Sajikan dalam bentuk matriks


PENULISAN BUTIR INSTRUMEN Membuat pernyataan/pertanyaan

UJICOBA INSTRUMEN Dilakukan thd calon sampel yg setara

Diketahui item yg memenuhi syarat


ANALISIS HASIL UJICOBA & item yg harus didrop :
uji validitas & reliabilitas

REVISI INSTRUMEN Perbaiki item yg kurang baik

FINALISASI INSTRUMEN Penyempurnaan instrumen, format, dsb

Gandakan sesuai kebutuhan


PERBANYAKAN INSTRUMEN
VARIABEL

TEORI A TEORI B TEORI C TEORI D

KONSTRUK/DEFINISI KONSEPTUAL

DEFINISI OPERASIONAL

INDIKATOR

ITEM / BUTIR
Motivasi Berprestasi

Teori Maslow Teori Muray Teori Hezberg Teori Mc Cleland

Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau


daya dorong seseorang untuk berbuat
lebih baik dari apa yang pernah dibuat
atau diraih sebelumnya maupun
yang dibuat atau diraih orang lain

1. Berusaha untuk unggul dalam kelompoknya


2. Menyelesaikan tugas dengan baik
3. Rasional dalam meraih keberhasilan
4. Menyukai tantangan
5. Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses,
6. Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi,
umpan balik, dan resiko tingkat menengah

Butir Pertanyaan/Pernyataan
BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA
VALIDITAS DAN RELIABILITAS?

Validitas
Mempermasalahkan kesesuaian antara konsep
dan kenyataan empiris
Reliabilitas
Kesesuaian hasil-hasil pengukuran di tingkat
kenyataan empiris

Karena itu  valid pasti reliable, tapi tidak


sebaliknya
UJI RELIABILITAS
Suatu questionare disebut reliabel/handal jika jawaban-jawaban
seseorang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Contoh pertanyaan:

Apakah gaji/upah yang diterima memuaskan?

Jawab: memuaskan

Apakah yang krusial untuk diatasi?

Jawab: Kenaikan upah.

Ini menunjukkan ketidak konsistenan pertanyaan dalam


mengungkap sikap atau pendapat responden.
Reliabilitas dapat diukur dengan jalan mengulang
pertanyaan yang mirip pada nomor-nomor
berikutnya, atau dengan jalan melihat
konsistensinya (diukur dengan korelasi) dengan
pertanyaan lain.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dgn dua
cara, yaitu :
1. Repeated Measure atau pengukuran ulang
2. One shot atau pengukuran sekali saja :
Hasil pengukuran dibandingkan dengan pertanyaan
lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan.
Suatu konstruk /variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70
VARIABEL HASIL KETERANGAN
CRONBACH ‘S
ALPHA
X1 0.673 TIDAK
RELIABEL
X2 0.754 RELIABEL
Y 0.819 RELIABEL
PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN

Untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.


Pada setiap instrumen baik test maupun non test terdapat
butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tsb.
PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN
Mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara :
1.Melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan (indikator)
dengan total skor konstruk atau variable.
uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan r hitung
(hasil kolom Correlated Item-Total Correlation) dengan
hasil perhitungan r tabel untuk degree of freedom (df) =
n-2, dimana n adalah jumlah sampel.
Kriteria :
butir pertanyaan/indikator dinyatakan valid jika nilai r hitung
> r tabel
Dilihat dari output hasil signifkansi untuk semua indikator
menunjukan hasil yang sigfinikan ( 0.000 < 0.005) sehingga
disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah
VALID
METODE DAN INSTRUMEN
PENGUMPULAN DATA
Metode /Teknik Pengumpulan Data
 
Jenis data dilihat dari cara memperolehnya:
Data Primer
Data Sekunder
 
Metode pengumpulan data yang dapat dilakukan peneliti:( Efferin, 2004)
•Wawancara (interview)
•Kuesioner (questionnaire)
•Dokumentasi (documentations)
•Observasi (observation)
3.1 Wawancara (interview)

Jenis wawancara :
•Structured interview
•Unstructured interview
Materi yang ingin diketahui peneliti adalah materi yang memerlukan pendapat pribadi, atau
sesuatu yang memelukan klarifikasi dan investigasi lebih jauh, sehingga peneliti memerlukan
berbagai pertanyaan pendahuluan (preliminary questions) terhadap setiap responden yang
bentuknya antara satu responden dengan yang lainnya berbeda.
Fungsi preliminary questions adalah untuk membuka komunikasi (ice breaking) serta
mempersiapkan responden terhadap pertanyaan utama yang akan dilakukan setelah peneliti
mendapatkan respon dari preliminary questions.

•Semi-structured interview
 
3.2 Questionaire
Merupakan teknik yang paling sederhana. Peneliti perlu memperhatikan hal -hal : berupaya
sedapat mungkin mempersingkat questionnaire (menanyakan hal yang penting),
kmenggunakan kalimat yang sesuai dengan situasi dan kondisi responden.
 
3.3 Documentation
Dokumentation adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan
analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi terpilih sebagai
objek penelititan, atau data dari individu sebagai objek penelititan.

3.4 Observation
Adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek
penelitian. Teknik ini mengharuskan peneliti melakukan pengamatan secara langsung
terhadap object penelitian, tanpa berusaha melakukan intervensi terhadap keadaan dan
kejadian yang sedang berlaku pada objek.
Metode pengumpulan data (Umar, 2001):
• Metode pengamatan
• Metode Metode test
• Metode Pertanyaan
 
Kriteria pertanyaan yang efektif menurut fox yang dikutip Sevilla (1988) terdiri atas:
• Kejelasan bahasa yang digunakan
• Ketegasan isi dan periode waktu
• Bertujuan tunggal
• Bebas dari asumsi
• Bebas dari saran
• Kesempurnaan dan konsistensi tata bahasa
Cara membuat kuesioner

Komponen inti kuesioner, Emory (1995):


• Subyek
• Adanya ajakan
• Adanya petunjuk pengisian kuesioner
• Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi
jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka.
Formulir
Formulir merupakan secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi, berupa blangko-
blangko untuk mencatat suatu transaksi. Formulir yang telah diisi dan dijadikan arsip
dinamakan dokumen.
 
Formulir dapat digolongkan berdasarkan tujuan penggunaannya, misalnya minta
dilakukannya tindakan, bukti permintaan, penawaran dll.
 
Kapan formulir diperlukan
• Jika kejadian harus dicatat
• Jika informasi tertentu harus dicatat berulang kali
• Jika berbagai informasi yang saling berhubungan perlu disatukan dalam tempat
yang sama
• Jika dibutuhkan untuk menetapkan tanggung jawab terjadinya transaksi.
 
Formulir

Faktor dalam merancang formulir.


a.siapa yang membutuhkan atau yang mendapatkan informasi dlm formulir
b.adakah formulir lain yang sekarang digunakan memiliki informasi yang sama
c.elemen apa yang hrs dicantumkan dlm formulir
d.apakah formulir tsb memerlukan tulisan tangan atau pemrosean mesin
e.apakah formulir tersebut diisi dengan pinsil, tinta, mesin ketik dll
f.apakah formulir akan diarsip
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai