Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

KLIEN RESIKO BUNUH DIRI

OLEH KEL V :

 PITRI NATALIA SITORUS


 ROSLINA PERAWATI SINAGA
 RATNA KARUNIA SARI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK


JALUR TRANSFER STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau
lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan
masyarakat (Maslim & Maramis dalam Yusuf, 2015). Secara umum, klasifikasi gangguan
jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu
gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan gangguan jiwa ringan meliputi semua
gangguan mental emosional dan untuk skizofrenia termasuk dalam kelompok gangguan
jiwa berat (Yusuf,2015).
Skizofrenia adalah penyakit gangguan jiwa berat berupa hilangnya kontak dengan
kenyataan dan kesulitan membedakan hal yang nyata dengan yang tidak (Yuliana, 2013
dalam Wahyudi, 2016). Tipe skizofrenia terbanyak adalah tipe skizofrenia paranoid ( Fahrul,
2014).Menurut WHO prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia tahun 2013 meningkat
menjadi 2,6 per mil sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat ( psikosis atau skizofrenia)
di Jawa Tengah mencapai 2,3 per mil (Riskesdas,2013 dalam Wahyudi 2016). Skizofrenia
paranoid merupakan salah satu jenis dari skizofrenia. Pada penderita skizofrenia paranoid
gejala yang mencolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan
halusinasi (Nurarif & Kusuma,2015).Pada penderit skizofrenia paranoid seringterjadi resiko
bunuh diri daripada skizofrenia lainnya. Penderita skizofrenia diseluruh dunia sekitar 20-50%
dan 10% diantaranya meninggal karena bunuh diri (Hawari, 2012 dalam Wahyudi, 2016).
Penderita skizofrenia paranoid terkait dengan resiko bunuh diri memerlukan
penanganan secara tuntas terkait psikofarmaka untuk mengurangi gejala yang mengancam diri
sendiri maupun orang lain, motivasi dan lingkungkan yang mendukung dapat meningkatkan
harga diri pasien.Bunuh diri merupakan tindakan sadar yang dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya (Keliat,2011). Tipe skizofrenia yang terancam resiko bunuh diri
yaitu skizofrenia paranoid sebesar 40,5% (Fahrul, 2014). Data WHO tahun 2010, angka
bunuh diri di indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Jika tidak ada upaya
pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO meramalkan
pada pada 2020 angka bunuh diri diindonesia meningkat secara global menjadi 2,4 per
100.000 jiwa (Depkes, 2010).Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan
psikiatri. Hal ini mengidentifikasi bahwa tenaga kesehatan kurang memberikan intervensi
yang adekuat (Sukamto, 2014).Data statistik RSUD Banyumas dari bulan Januari sampai
bulan juni 2015 didapatkan data bahwa yang mengalami gangguan jiwa sebanyak
2218 kasus dimana presentase halusinasi paling besar yaitu sebanyak 40%, resiko bunuh
27,8%, perilaku kekerasan 27,5%, isolasi sosial 3%, harga diri rendah 2% dan lain lain 6%
(Ranitasari, 2016)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan jiwa
yang di tujukan untuk tugas akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan resiko bunuh
diri pada Nn.X dengan skizofrenia paranoid di Ruang Bima RSUD Banyumas”

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri pada Nn .X dengan
Skizofrenia Paranoid di Ruang Bima RSUD Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, dan tindakan
yang dilakukan dengan masalah asuhan keperawatan resiko bunuh diri pada
Nn.X dengan skizofrenia paranoid serta evaluasi masalah setelah dilakukan
tindakan pemecahan masalah.
b. Menganalisis atau membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur-prosedur
keperawatan –SOP, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi resiko bunuh diri pada pasien skizofrenia paranoid.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil laporan kasus ini di gunakan untuk memperluas wawasan dan keilmuan terutama
perawatan pasien risiko bunuh diri pada skizofrenia paranoid, dan merupakan
implementasi dari kuliah yang telah diajarkan selama proses pembelajaran.
2. Bagi Institusi
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya
dalam pengelolaan pasien risiko bunuh diri pada skizofrenia paranoid.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia


1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku aneh dan terganggu (Videbeck,
2008).Skizofrenia paranoid adalah salah satu jenis skizofrenia yang ditandai dengan
perasaan dianiaya, waham kebesaran, halusinasi kesalahan yang berlebihan dan marah
(Copel, 2007).

2. Gejala Skizofrenia

Menurut Baradero (2015) gejala skizofrenia di bagi atas dua kategori besar yaitu
gejala positif atau hard symptoms dan gejala negatif atau soft symptoms. Gejala positif
meliputi ambivalen, associative loosen, delusi, echopraxia, flight of idea, halusinasi, ideas of
referencedan perseverasi. Sedangkan gejala negatif meliputi alogia, anhedonia, apatis, katatonia,
afek datar dan keengganan.

3. Etiologi

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang
menderita skizofrenia. Penyebab skizofrenia menurut Baradero (2015) meliputi faktor
genetik, faktor neurokimia, faktor neuro-anatomik dan faktor imuno-virologi.

4. Jenis Skizofrenia

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) skizofrenia dibedakan menjadi 7 jenis,


yaitu meliputi skizofrenia simplek, skizofrenia hebefrenia, skizofrenia katatonia,
skizofrenia paranoid, skizofrenia akut, skizofrenia residual, skizofrenia skizo afektif.

5. Penatalaksanaan skizofrenia

Menurut Nuarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan skizofrenia antara lain


yaitu dengan penggunaan obat antipsikosis, terapi elektrokonvlusif (ECT), pembedahan
bagian otak, perawatan di rumah sakit (Hospitalization) dan psikoterapi.
B. Konsep Dasar Risiko Bunuh Diri

1. Pengertian Risiko Bunuh Diri


Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan
akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat ( Maramis dalam
Yosep&Titin, 2014 ). Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang mengancam nyawa ( Fitria,
2009 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa resiko bunuh diri adalah sesorang yang beresiko
menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri hidupnya secara sengaja dalam waktu yang singkat.

2. Tanda dan Gejala Risiko Bunuh Diri

Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala risiko bunuh diri meliputi mempunyai
ide bunuh diri, mengungkapkan keinginan untuk mati, mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusasaan, menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh), memiliki riwayat percobaan bunuh diri, verbal terselubung ( berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang obat dosis mematikan ), status emosional ( harapan, penolakan, cemas
meningkat, panik, marah, dan mengasingkan diri ), kesehatan mental (secara klinik, klien
terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol ), dan kesehatan
fisik ( biasanya pada pasien pada penyakit kronis atau terminal).

3. Rentang Respons Protektif Diri

Adaptif Maladaptif

peningkatan pertumbuhan perilaku pencideraan bunuh diri


diri peningkatan dekstruktif diri
beresiko tak langsung

Gambar 2.1 Rentang Respons Protektif Diri

Sumber : Yusuf (2015)

Keterangan :

a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,


dan kesadaran diri meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan beresiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
c. Perilaku destruktif tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti perilaku
merusak, merebut, berjudi, tindakan kriminal, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stress.
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja.
e. Bunuh diri, yaitu tindakan angresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan .

4. Klasifikasi Bunuh Diri


Menurut yusuf (2015), klasifikasi bunuh diri di bedakan menjadi 3 jenis, yaitu
meliputi isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri dan percobaan bunuh diri.

C. Pengelolaan Risiko Bunuh Diri

Klien risiko bunuh diri pada skizofrenia perlu pengelolaan untuk mencegah
tindakan bunuh diri. Pengelolaan dapat dilakukan dengan pemberian obat antipsikotik
tipikal dan atipikal yang digunakan untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia dan
psikotik lainnya), Electro Convlusif Theraphy (ECT),Terapi Kognitif, dan Terapi
Keluarga (Yusuf,2015).

D. Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri


a. Pengkajian

Menurut Stuart (2013), faktor predisposisi yang melatarbelakangi terjadinya


resiko bunuh diri meliputi diagnosa psikiatri, sifat kepribadian, lingkungan psikososial,
riwayat keluarga, faktor biokimia. Sedangkan faktor presipitasinya meliputi perilaku
desdruktif diri seperti stress berlebihan, kejadian yang memalukan, masalah interpersonal,
kehilangan pekerjaan atau ancaman pengangguran, melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri.

Menurut Fitria (2009), data yang perlu dikaji dalam masalah risiko bunuh diri meliputi :

a. Subjektif:
1) Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga.
5) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan.
6) Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
7) Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

b. Objektif
1) Implusif
2) Menunjukan perilaku mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
3) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
4) Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
5) Pengangguran(tidak bekerja kehilangan pekerjaan,atau kegagalan dalam
karier)
6) Umur 15-19 tahun atau diatas 45
7) Status perkawinan yang tidak harmonmis.

Dalam pengkajian risiko bunuh diri terdapat kriteria untuk menilai tingkat risiko bunuh
diri yang terjadi, yaitu SIRS (Suicidal Intention Rating Scale). ( Yusuf, 2015)

Tabel 1.1 Tabel Intensitas Bunuh Diri

Skor Intensitas

0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.

1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh
diri.

2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.

3: Mengancam bunuh diri, misalnya, “Tinggalkan saya sendirian atau saya bunun
diri”.

4 : Aktif mencoba bunuh diri.

Keterangan skor:

Skor 0: Resiko Rendah

Skor 1-2: Resiko Sedang

Skor 3-4: Resiko Tinggi

b. Diagnosa
Diagnosa perilaku desdruktif perlu pengkajian yangcermat. Penyangkalan dari pasien
terhadap sifat merusak diri tidak boleh mempengaruhi perawat dalam melakukan
intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan didasrkan pada hasil pengamatan
perawat, data-data yang dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatanlain dan
informasi yang diberikan oleh pasien dan keluarga (Riyadi&Teguh,
2009).Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) diagnosa perilaku desdruktif diri
memerlukan pengkajian yang cermat. Masalah yang mungkin muncul di diagnosa
NANDA yang berhubungan denganrespon proteksi diri maladptif adalah resiko bunuh
diri.

c. Perencanaan

Menurut Fitria (2009) perencanaan keperawatan untuk resiko bunuh diri pada
skizofrenia pareanoid adalah dengan menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) pasien dan
keluarga. (Terlampir)

d. Implementasi

Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat


mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan
tindakan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus
yang diperlukanuntuk melaksanakan intervensi atau program keperawatan (Kozier, 2010).

e. Evaluasi
1) Untuk pasien yang memeberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilanasuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien
yang tetap aman dan selamat.
2) Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan
kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga
yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3) Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan klien mampu mengungkapkan
perasaanya, klien mampu meningkatkan harga dirinya, dan klien mampu
menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
4) Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat
pasien dengan resiko bunuh diri. (Yusuf, 2015)

BAB III

TINJAUAN KASUS

Seorang perempuan berusia 19 tahun dirawat di RSJ karena melakukan percobaan


bunuh diri. Klien merasa dirinya malu dan tidak ada gunanya hidup lagi karena sudah
yatimpiatu. Orangtua klien meninggal bersama semua saudara kandungnya dalam
sebuah tragedy kecelakaan lalu lintas. Klien mengatakan pernah mencoba bunuh diri,
sudah bosan hidup dan ingin mengakhiri hidup, mengancam akan bunuh diri, merasa
hidupnya tidak berguna lagi dan putus asa. Saat dikaji, ada bekas sayatan/luka/goresan
pada pergelangan tangan, murung, tidak bersemangat, depresi, perubahan kebiasaan
hidup. Klien juga kadang menanyakan apakah perawat memiliki gunting atau pisau.

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


PROGRAM STUDI NERSSTIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Ruangan Rawat : Gunung Sinabung

Tanggal Dirawat : 10 Mei 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn . E
Tanggal pengkajian : 10 Juni
2021 Umur : 19 tahun
RM No 0110062021
Informan : Klien ( Nn.E)

II. ALASAN MASUK

Klien mengatakan pernah mencoba bunuh diri, sudah bosan hidup dan ingin mengakhiri
hidup, mengancam akan bunuh diri, merasa hidupnya tidak berguna lagi dan putus asa

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?


√ Ya tidak

2. Pengobatan sebelumnya.
berhasil √ kurang berhasil tidak berhasil

1. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Ananiaya fisik √ √

Ananiaya seksual

Penolakan

Kekekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal √
Jelaskan : Klien pernah mencoba bunuh diri, sudah bosan hidup dan ingin mengakhiri
hidup, mengancam akan bunuh diri, merasa hidupnya tidak berguna lagi dan putus asa

Masalah keperawatan : .Resiko bunuh diri

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : Nn.E menyadari tubuhnya sudah tidak cantik lagi , karena
disekujur tubuhnya terdapat luka sayatan dan goresan dibagian pergelangan tangan .

b. Identitas : Nn.E mengetahui tanggal lahir, jenis kelamin, alamat tinggalnya.

c. Peran : Sebagai pasien di RSJ, Sebagai anak yatimpiatu.

d. Ideal diri : Nn.E berharap bisa mengontrol dirinya agar tidak melakukan
tindakan bunuh diri

e. Harga diri : Nn.E merasa dirinya tidak berharga jika di RSJ

Jelaskan : konsep diri Nn.E cukup baik, menerima citra diri, identitas jelas, ideal
diri realistis, peran jelas namun kurang memuaskan karena dirawat di RSJ membuatnya hanya
bias sebagai pasien, harga diri rendah karena belum mampu mencapai harapannya.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah.

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti : -

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :Kurang bergaul dengan


masyarakat sekitar karena sering mendengar bisikan tetangga yang membicarakan dirinya. Nn.E
malu bertegur sapa dan lebih sering bekerja dalam rumah menjaga ternak peliharaannya.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Rasa malu akan statusnya yang
pernah dirawat di RSJ, ketakutan melihat orang asing, trauma dengan seragam angkatan.

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Nn.E beragama Kristen Protestan, meyakini ajaran-ajaran


Kristus, namun saat ini kurang konsentrasi berdoa. Keluarga mengatakan Nn.E harus diingatkan
berdoa sebelum makan dan tidur.

b. Kegiatan ibadah : Sebelum mengalami paranoid, Nn.E selalu beribadah ke


gereja, tetapi tidak focus mendengar khotbah.

Masalah keperawatan : -

IV. STATUS MENTAL


1. Penampilan
√ Tidak rapih Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan :Nn.E berpakaian seperti biasa namun tidak rapi, baju
keluar debagian dari pinggang, celana berlipat-lipat, kotor, jarang mandi, kuku
panjang.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
2. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan


Jelaskan : Ny. E bicara cepat dan ketakutan.
Masalah keperawatan :

3. Aktivitas motorik :
Lesu √ Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : Nn. E ketakutan dan tegang bila bicara dengan orang asing.
Masalah keperawatan :

4. Alam perasaaan
Sedih √ Ketakutan Putus asa √ Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan :Nn. E ketakutan melihat orang yang berada disekitarnya kecuali
perawat yg sering mengunjunginya , dan klien terus menundukkan kepalanya jika ia melihat
orang asing.
.
Masalah keperawatan :

5. Afek
Datar √ Tumpul √ Labil Tidak sesuai
Jelaskan : Alam perasaan Nn. E berubah serta ketakutan bila melihat orang
asing.
Masalah keperawatan :
6. Interaksi selama wawancara
√ Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
√ Kontak mata (-) Defensive √ curiga

Jelaskan : Nn.E takut saat berbicara, namun jika melihat orang asing
langsung ketakutan dan tidak mau berkomunikasi.

Masalah keperawatan :Waham curiga


7. Persepsi
Pendengar Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :Tidak ada masalah sensori persepsi
Masalah keperawatan :
8. Proses pikir
√ Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
√ Flight of idea Blocking √ Pengulangan pembicaraan/ persevarasi

Jelaskan : Nn.E selalu mengatakan curiga pada orang asing, dan Berpikir
tidak realistis.
Masalah keperawatan :
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondri
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatic Kebesaran √ Curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan : Nn.E selalu mengatakan curiga pada orang asing.
Masalah keperawatan :Waham curiga
10.Tingkat
Bingung Sedasi Stupor
kesadaran
√ Waktu √ Tempat √ Orang
Disorientasi

Jelaskan : tidak mampu berorientasi terhadap tempat,waktu


dan orang, serta mudah lupa
Masalah keperawatan :
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan :Tidak ada masalah memori/ingatan.
Masalah keperawatan :
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih √ Tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhan

Jelaskan :Nn.E tidak mampu konsentrasi dan mudah beralih.


Masalah keperawatan :

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : tidak ada masalah penilaian.
Masalah keperawatan :
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita √ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Nn.E Selalu menganggap orang asing adalah hal
yang mencurigakan.
Masalah keperawatan :
V. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
√ Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
3. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
√ Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
√ Tidur siang lama : 1 s/d 2 jam
Bantuan minimal :
Bantuan minimal/sesudah tidur
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya √ Tidak
Perawatan pendukung √ Ya Tidak
Jelaskan :Nn.E membutuhan pendampingan dan pengawasan minimal terkait ADL.

Masalah keperawatan :
8.Kegiatan didalam
rumah
Mempersiapkan makanan √ Ya Tidak
Menjaga kerapian rumah √ Ya Tidak
Mencuci pakaian √ Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya √ Tidak
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
9. Kegiatan diluar rumah

Belanja Ya √ Tidak
Transportasi √ Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Jelaskan :

Masalah keperawatan :

VI. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol


Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat / berlebih
Teknik relaksasi √ Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif √ Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya

Masalah keperawatan :

VII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik
Masalah dengan pendidikan. spesifik
Masalah dengan pekerjaan. spesifik
Masalah dengan perumahan. Spesifik
Masalah ekonomi .spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan. Spesifik
Masalah lainnya. Spesifik
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

VIII. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


√ Penyakit jiwa √ Sistem pendukung
√ Foktor presipitasi Penyakit fisik
√ Koping Obat-obatan
Masalah keperawatan: Kurangnya pengetahuan
IX. ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Skizofrenia
Paranoid Terapi medik :
Nama Obat Dosis Efek terapi Efek samping
Clozapine 1 x 12,5 mg (malam) antipsikotik bersendawa, maag,
kantuk.

X. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


 Resiko Bunuh Diri
 Resiko perilaku kekerasan
 Defisit perawatan diri
 Waham curiga
 Regimen terapeutik inefektif
 Kurang pengetahuan
 Post trauma stress disorder
XI. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Waham curiga
2. Harga diri rendah
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Defisit perawatan diri
5. Regimen terapeutik inefektif
6. Kurang pengetahuan
7. Post trauma stress disorder

Analisis Data
Data Masalah
Data Subjektif: Data Objektif: Resiko Bunuh Diri
Klien klien bicara lambat, kontak mata
kurang karena klien cenderung
mengatakan memandang satu titik, bukan
pernah mencoba memandang lawan bicaranya,
bunuh diri, sudah wajah tampak tegang, dan
murung.
bosan hidup dan
ingin mengakhiri
hidup, merasa
hidupnya tidak
berguna lagi dan
putus asa .

Pohon Masalah

Resiko cidera / kematian

Resiko bunuh diri

Halusinasi

Harga diri rendah Gangguan isi pikir waham


RENCANA KEPERAWATAN

INISIAL KLIEN : Nn.E RUANGAN: Gunung Sinabung RM NO : 0110062021

Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan keperawatan
Sp 1:
Resiko Bunuh Diri Klien mampu  Mampu berorientasi realita:  Latihan orientasi realita: orientasi
berorientasi realita orientasi orang,tempat dan waktu orang,tempat dan waktu (otw) serta
(otw) serta lingkungan sekitar lingkungan sekitar
 Mampu minum obat secara Sp 2:
teratur dengan pengawasan  Minum obat secara teratur
 Mampu memenuhi kebutuhan Sp 3:
dasar terutama kebersihan diri.  Latih cara pemenuhan kebutuhan dasar
 Mampu melatih hal positif/ Sp 4:
hobby yang dimiliki.  Latih kemampuan positif yang dimiliki
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI

Proses keperawatan

Kondisi klien :

Duduk di tempat tidur, sendirian, saat dipanggil namanya klien lama menoleh , sering menunduk
dan tampak ketakutan.

Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri

Tujuan khusus : Nn.E mampu berorientasi realita.

Tindakan keperawatan : Latihan orientasi realita: orientasi orang,tempat dan waktu (otw) serta
lingkungan sekitar.

Proses pelaksanaan tindakan ORIENTASI

1. Salam terapeutik : Selamat pagi Nn.E, bagaimana kabarnya hari ini?

2. Evaluasi/validasi :Apakah Nn.E masih ingat dengan Suster A? Saya ingin berbincang-
bincang dengan Nn.E boleh ya?

3. Kontrak : Topik Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kondisi Nn.E disini?
Apakah Nn.E tau ini dimana dan siapa-siapa saja disini teman Nn.E?

Waktu: Berapa lama kita bias berbincang-bincang? Tempat: Dimana kita berbincang-bincang
Nn.E?

KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)

1. Melatih Nn.E beorientasi realita dengan mengkaji kemampuan orientasi

2. Menanyakan tempat, orang dan waktu saat ini pada Nn.E


3. Memvalidasi kebenaran jawaban Nn.E sesuai realita.

4. Memberi pujian jika jawaban benar dan dukungan jika jawaban masih salah.

TERMINASI

 Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi klien(subyektif) : Bagaimana perasaan Nn.E setelah kita berdiskusi?

Evaluasi perawat(obyektif setelah reinforcement ) : Coba Nn.E uraikan lagi apa saja tadi yang
kita perbincangkan.

 Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah
dilakukan) :

Jadi Nn.E harus berorientasi realita ya, dimanapun dan kapanpun harus selalu ingat diri dan
sekitar. Jangan langsung takut pada orang asing ya pak? Harus dikaji dan dikenal dulu baru nanti
bias semakin dekat, sehingga Nn.E tidak ketakutan lagi.

 Kontrak yang akan datang :

Topik Langkah berikutnya yaitu Suster A akan mengajarkan minum obat teratur. Waktu
Apakah Nn.E mau besok kita berdiskusi lagi?Jam berapa?

Tempat Dimana kita akan berbincang-bincang tentang obatNn.E?


INISIAL KLIEN : Nn.E RUANGAN: Gunung Sinabung RM NO : 0110062021

Diagnosa Implementasi
Data Evaluasi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
DS: Klien mengatakan pernah Resiko Bunuh diri Tindakan: S: Nn.E mengatakan senang berbincang-bincang dengan perawat
mencoba bunuh diri, sudah bosan Sp 1:
hidup dan ingin mengakhiri hidup,  Latihan orientasi O: Nn.E mampu mengidentifikasi realita, mampu menyebutkan
merasa hidupnya tidak berguna lagi realita: orientasi lokasinya saat ini, mampu menyebut nama-nama klien yang satu
dan putus asa . orang,tempat dan kamar dengannya. Mampu menyebutkan hari, tanggal, bulan dan
waktu (otw) serta tahun hari ini.
DO: lingkungan sekitar Kontak mata mulai meningkat, klien mau berbicara dengan
klien bicara lambat, kontak perawat, mulai focus, afek sesuai, kooperatif namun masih mudah
mata kurang karena klien beralih, masih waspada dan khawatir akan adanya orang asing di
cenderung memandang satu RTL: sekitar.
titik, bukan memandang Menganjurkan klien
lawan bicaranya, wajah berorientasi dengan realita. A: Nn.E sudah mampu berorientasi
tampak tegang, dan murung.
realita

P: Klien: Evaluasi Sp 1
latih Sp. 2

Keluarga: Beri penkes tentang tindakan pada klien RBD


ANALISIS PROSES
INTERAKSI

INISIAL KLIEN : Nn.E RUANGAN: Gunung Sinabung RM NO : 0110062021

Komunikasi Analisis berpusat pada Analisis berpusat pada Rasional


Komunikasi verbal
nonverbal perawat klien
Komunikasi
P: Pagi Nn.E , terapeutik klien dan
bagaimana kabarnya hari perawat akan
ini? menjalin hubungan
saling percaya
K: Pagi suster A. hingga klien
Perawat berusaha
kooperatif dengan
membuat klien merasa
P Wah Nn.E ternyata masih tindakan
nyaman agar kooperatif
ingat ya sama saya suster A. keperawatan yang
dengan rencana
Gimana kabarnya bu? akan dilakukan
keperawatan yang telah Klien masih waspada,
Klien menoleh untuk pemulihan
disusun yakni untuk takut suatu saat ada orang
K. Baik suster. Ada apa suster perawat, berusaha sehat jiwa klien.
melatih klien berorientasi lain yang mencurigakan,
datang? senyum dan
realita. sehingga klien kurang
menjawab
focus namun masih tetap
P. Oh iya, bu, Suster hari ini pertanyaan perawat
bias menjawab pertanyaan
ingin berbincang-bincang dengan
perawat.
Nn.E seperti kontrak kita
kemarin pak. Kita mau
membahas dan
berdiskusi tentang kondisi ibu,
siapa orang-orang disini dan
dimana sekarang Ibu berada.
Mau kan bu? Berapa lama kita
berdiskusi ?

K: Boleh suster A, 15 menit saja


depan teras ini ya Suster?

P. Siap pak, Baik kita mulai ya


pak. Saya mau Tanya Ibu ini
tau gak dimana ini sekarang?

K: Pokoknya klo ada orang asing


itu mencurigakan suster.

P; Nn.E tenang dulu ya, Bapak


tau gak ini dimana? Coba lihat
Pak kesekitar yuk, ini dimana?

K: Rumah sakit jiwa ya suster?


P: Benar buu, wah ibu sudah
mulai cepat berorientasi, terus
teman-teman di kamar ibu ini
siapa namanya?

K: Si Anton sama Okta


Suster. Tapi si SAnti udah
pindah.

P: Wah ibu hebat ternyata


ya,masih ingat kalau ibu A sudah
tidak disini lagi. Kalau yang baju
putih itu siapa bu?

K: Suster disini yang jaga kan?

P: Benar Pak, mereka teman


Suster yang jaga disini. Trus
kalau hari ini tahu hari apa?

K: kalau gak salah sudah sebulan


saya disini suster, ini hari Kamis
tanggal 10 Juni kan. Atau 10
Agustus ya? Lupa saya tahunnya
2021 kan ?

P: Iya pak, salah ibu loh, hari ini


itu memang benar Kamis, tapi 10
Juni 2021, bukan Agustus ya bu.

K: Iya suster.
P: Jadi ibu sekarang sudah tau ini
dimana, waktunya juga, orang-
orangnya juga, jadi ibu jangan
lagi curiga ya, klo ada orang lain,
tidak masalah dipanggil lalu
kenalan ya bu? Jangan langsung
ketakutan.

K: Baik suster

P:Bagaimana perasaan Nn.E


setelah kita berbincang-bincang?
K; Senang suster

P; Nn.E bisa gak coba ulangi


lagi apa yang kita bahas
barusan?
K: hari ini Kamis 10 Juni 2021,
saya di rumah sakit jiwa Medan
suster ya, trus teman sekamar
saya Okta, yang jaga disini teman
suster pakai baju warna putih.

P: Hebat ya Nn.E, jadi harus


selalu berorientasi realita ya bu.
Nah, besok bias tidak kita
membahas obat yang ibu
minum? Supaya Bapak makin
paham apa efeknya jika diminum
dan jika tidak, kira-kira jam
berapa dan dimana kita besok
bu?

K: Jam 9 pagi saja ya suster habis


saya menyuci pakaian, dan mandi
biar wangi.
P: Baik bu, selamat istirahat ya
Nn.E.

Anda mungkin juga menyukai