Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

A
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI
RUANG SOREK MERAPI RS JIWA PROF. M.
ILDREM
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:

FEBI SAPUTRI (220202001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FALKUTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan “Resiko Perilaku Kekerasan” untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah keperawatan jiwa. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak
pihak yang membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari
Mutiara Indonesia
3. Ibu Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Prodi
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
MutiaraIndonesia.
4. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J Selaku dosen
pembimbing dan Koordinator Profesi Ners.
5. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa
untukmenyelesaikan tugas makalah ini.
6. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah bersama-sama
menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Januari 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan gejala pola
perilakuatau pola psikologis yangdikaitkan dengan adanya rasa tidak nyaman
disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri,cacat atau
sesuatu yang penting yang berkaitan dengan kehilangan kebebasan pada
dirinya. Gangguan jiwa dapat terjadi pada semua usia, namun masyarakat
masih memiliki persepsi negatif terhadap gangguan jiwa, mereka dianggap
sebagai orang yang kurang waras, sehingga kehadiran pasien gangguan jiwa
terjadi akibat konstruksi pola pikir yang salah akibat ketidaktahuan pada
tindakan sehingga tidak membantu kesembuhan pasien gangguan jiwa (Livana
2020). Gangguan jiwa dibedakan menjadi dua yaitu gangguan mental
emosional dan gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa berat dikenal dengan
sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah Skizofrenia (Malfasari
et al., 2020).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat.


Skizofernia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, merasakan,
dan mengekspresikan emosi, serta gangguan otak yang ditandai dengan
pikiran yang tidak teratur, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede
2021).

Menurut WHO (2019) Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan


kronis yang menyerang 20 juta orang diseluruh dunia, sedangkan Negara
berkembang seperti Indonesia penderita gangguan jiwa menurut Riskesdas
tahun 2019 penderita skizofrenia mengalami peningkatan sebesar 5,3%
terutama untuk skizofrenia berat seperti gangguan perilaku hingga dengan
pasung. Kasus tertinggi terdapat di Provinsi Bali 11,1% dan nomor dua
disusul oleh Provinsi DI Yogyakarta 10,4%, NTB 9,6%, Provinsi Sumatera
Barat 9,1%, Provinsi Sulawesi Selatan 8,8%, Provinsi Aceh 8,7%, Provinsi
Jawa Tengah 8,7%, Provinsi Sulawesi Tengah 8,2%, Provinsi Sumatera
Selatan 8%, Provinsi Kalimantan Barat 7,9%. Sedangkan Provinsi Sumatera
Utara berada pada posisi ke 21 (Kemenkes, 2019).

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan hilanngya


dengan nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini karena jiwa yang
tergangangu maka di butuhkan adalah terapi, rehabilitasi serta dengan
konseling. Upaya terbesar untuk penangan penyakit gangguan jiwa terletak
pada keluarga dan masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik adalah bentuk
dukungan keluarga dalam mencegah kambuhnya penyakit skizofrenia
(Pitayanti, 2020). Tanda dan gejala yang timbul akibat skizofrenia berupa
gejala positif dan negatif seperti perilaku kekerasan (Pardede,2020).

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang


diespresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, marah, mudah tersinggung mengamuk dan bisa
mencederai diri sendiri Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis afektif,
hingga perilaku dan sosial hingga menyebabkan resiko perilaku kekerasan.
Berdasarkan data tahun 2017 dengan resiko perilaku kekerasan sekitar 0,8%
atau dari 10.000 orang menunjukkan resiko perilaku kekerasan sanggatlah
tinggi (Pardede, 2020).

Perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik factor


predisposisi ataupun presipitasi yang keduanya dapat memicu
terjadinya perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan terjadi karena
adanya hasil akumulasi frustasi yang berulang dan dikarenakan keinginan
individu yang tidak tercapai atau bahkan gagal, sehingga individu
berperilaku agresif (Pitiyanti 2020).

Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi gejala perilaku kekerasan yaitu


dengan memberikan tindakan asuhan keperawatan. Bentuk asuhan
keperawatan tersebut yaitu terapi generalis SP 1 sampai SP 4 (Wandira, 2021).

Berdasarkan Survei awal pada pembuatan askep pada skizofrenia ini


dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.DR.M. Ildrem Medan dengan pasien
resiko perilaku kekerasan dengan pasien nama inisial Tn.A, klien datang ke
rumah sakit jiwa di bawa kakak klien karena awalnya klien sering marah,
membanting barang yang ada di rumah, dan sklien juga memukul salah satu
keluarga yang di sekitar rumah klien.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah
saebagai berikut : Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn.A dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Prof.DR.M.
Ildrem Medan.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.A dengan
Risiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Prof.DR.M. Ildrem
Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, tanda & gejala,faktor
penyebab, mekanisme koping, penatalaksanaanpada pasien dengan
Risiko Perilaku Kekerasan.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan.
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan
pada Tn. A dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
d. mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada
Tn. A dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
e. Mahasiswamampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada
Tn. A dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan
asuhan keperawatan pada Tn.A dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
Tn.A dengan Risiko Perilaku Kekerasan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan, hasil dari
kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang timbul pada
klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut,dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat, 2015).

Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan dengan perilaku
kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan baik secara
verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa
amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun kata-
kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai


seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjai dalam dua bentuk yaitu
saat berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan merupakan respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu klien
untuk mengatasi strssor lingkungan yang dialaminya (Estika, 2021).

2.2 Rentang Respon Marah


Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Gambar 2.1 Rentang Respon Marah

Ket :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
2.3 Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
2.3.1 Faktor Predisposisi
Menurut (Yusuf, 2015), terdapat faktor predisposisi dan faktor
presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan hasil dari
dorongan insting
b. Psikologis
Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai
hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat
menyebabkan frustasi berekepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut :

d. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi
emosi serta perilaku seperti makan, agresif dan respons
seksual.Selain itu, mengatur, mengatur sistem informasi dan
memori.
e. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
f. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
g. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas
adalah serotonin, Dopamin, Neropineprin, Acetylcholine dan
GABA.
h. Perilaku
1. Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan
belajar mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam
berespon positif terhadap frustasi.
2. Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang
tua memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan
pada anak atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengarduhi penggunaan kekerasan sebagai koping.
i. Sosial Kultural
1. Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
2. Budaya asertif di masyartakat membantu individu yang
berespon terhadap marah yang sehat.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik,
keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
2.4 Tanda Dan Gejala
Menurut (Keliat, 2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
3. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.

2.5 Mekanisme Koping


Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme
koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping
yang konstruktif dalam mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping
yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.

Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain:


a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi
HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, kewaspadaan juga
meningkat, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif
adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan
perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
2.6 Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak
diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien
bila mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
2.7 Konsep Dasar Keperawatan
2.7.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal
pengkajian.

2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan
pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak
mau minum obat secara teratur (Keliat, 2016).

3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami
gangguan jiwa (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun
sebagai alternative serta memasung dan bila tidak berhasil
baru di bawa kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan
dan perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina,
dianiaya, penolakan dari lingkungan

4. Fisik Pengkajian fisik

a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah


akan bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat
cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada
saat pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar
dan ketus).

5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga
generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh
klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.

b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang
lain sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya
tersebut.

c. Identitas

Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas


dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik
disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal

d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan
dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat
penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek
dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan
keluarga.
1. Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas
yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau
masyarakat dan biasanya klien tidak mampu melaksanakan
tugas dan peran tersebut dan merasa tidak berguna.

2. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat
kerja dan masyarakat.

6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah
klien berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat.

7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami
gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah
c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.

8. Status mental
a. Penampilan.
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan.
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
e. Aktivitas motorik
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubahubah,
gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
h. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah
tanpa sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan
bicara dan mudah tersinggung.
j. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas.

k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan
sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
o. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya

9. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada
gangguan
c. Mandi
d. Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang
mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat
bau dan kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika
disuruh.
e. Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan
sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki
f. Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,
seperti: menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur
seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan
menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang
nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
g. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien
tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
h. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak
peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat
dirinya.
i. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian
sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.

10. Mekanisme koping


Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai
dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila
keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan
merusak alat-alat rumah tangga.

11. Masalah psikologis dan lingkungan


Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi
dengan lingkungan

12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus
obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Klien


Inisial : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
Status : Lajang
Tanggal pengkajian : 17 januari 2023
Informant : Status klien dan komunikasi dengan klien.

3.2 Alasan Masuk Rumah Sakit


Alasan klien masuk Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M. Ildrem Medan adalah klien
mengatakan klien sering marah-marah, melempar barang yang ada
dirumahnya, klien mengatakan pernah memukul ibu dan orang disekitarnya.

3.3 Faktor Predisposisi


Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 1 tahun yang lalu
tepatnya pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang.
Dirumah klien tidak rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga
timbul gejala-gejala seperti diatas. Keluarga klien tidak ada yang pernah
mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan:Resiko Perilaku kekerasan

3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5 oC ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan 85 Kg.
3.5 Psikososial

3.5.1 Genogram

Penjelasan : Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara


: Laki-laki
: Perempuan

: Klien

: Meninggal

3.5.2 Konsep diri


a. Gambaran diri : Tidak ada kecacatan
b. Identitas :klien anak ke 3, klien hanya lulusan SMA yang saat ini
dirawat di rumah sakit Ildrem Medan
c. Peran : Klien berperan sebagai anak dan masing lajang, klien
sebelumnya tinggal bersama keluarga.
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena di antarkan ke rumah sakit
jiwa Ildrem tersebut
e. Harga diri : Klien merasa apakah dirinya tidak dianggap sebagai
anak lagi karena, karena dirinya di tempatkan jauh dari keluarga.
Masalah keperawatan:Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3.5.3 Hubungan sosial


Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat
berarti dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Klien selalu mengikuti
kegiatan di rumah sakit jiwa tersebut. Klien mengatakan tidak
mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena
klien gampang bergaul
Masalah keperawatan:-

3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien jarang berdoa
3.5.5 Status Mental
a. Penampilan
Penjelasan : Klien berpenampilan bersih, dan rapi
b. Pembicaraan
Penjelasan : Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan lambat namun dapat dipahami
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien terlihat sedikit gelisah
d. Suasana perasaan
Penjelasan : Klien sedih jika melihat orng tua yang lewat depan
rumah sakit tempat klien di rawat.

Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah


a. Afek
Penjelasan :Afek klien labil, mudah emosi, mudah marah.
Masalah keperawatan :Risiko perilaku kekerasan
a. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Klien kooperatif, ada kontak mata pada lawan bicara,
mudah tersinggung dalam setiap interaksi.
b. Persepsi
Penjelasan : Klien mendengar suara-suara aneh
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori; Halusinasi
Pendengaran
c. Proses Pikir
Penjelasan : Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
d. Isi pikir
Penjelasan : Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak
mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham.
e. Tingkat kesadaran
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien
mengenali waktu, orang dan tempat.
f. Memori
Penjelasan : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan
yang baru terjadi.
g. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan
sederhana tanpa bantuan orang lain.
h. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang
buruk.
i. Daya tilik diri
Penjelasan : Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien
mengetahui bahwa dia sering marah.

3.6 Mekanisme Koping


Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik
dengan orang lain dan berkooperatif.
3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan di Rumah Sakit tersebut.
3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan klien tidak
tau apa obat yang dikonsumsinya.

3.9 Analisis Data


No Data Masalah Keperawatan
1 Subjektif : Risiko Perilaku
Klien mengatakan pernah melempar Kekerasan
barang-barang yang ada dirumahnya,
pernah memukul keluarganya dan
marahmarah kepada keluarganya.

Objektif :
Klien tampak memandang orang lain
dengan tatapan bermusuhan dan tampak
gelisah.

2 Subjektif : Halusinasi
Klien mengatakan mendengar suara suara Pendengaran

aneh yang membuatnya dapat emosi untuk


memukul orang yang tidak dia senangi.

Objektif :
Klien tampak berbicara sendiri, tertawa dan
tersenyum sendiri

3 Subjektif : Gangguan Konsep Diri


Klien mengatakan dibuang oleh : Harga diri rendah
keluarganya dan merasa minder dengan
orang lain karena di rawat diyayasan
pemenang jiwa

Objektif :
Klien tampak malu dan gelisah, dan
tanpak sedih saat di kaji

3.10 Daftar Masalah Keperawatan


a. Risiko Perilaku Kekerasan
b. Halusinasi Pendengaran
c. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3.11 Pohon Masalah

Risiko Perilaku
Kekerasan

Halusinasi Pendengaran

Haraga Diri Rendah

3.12 Diagnosa Prioritas


- Risiko Perilaku Kekerasan

3.13 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawata
n
Risiko Klien dapat Klien mampu Sp 1
Perilaku mengendalikan menyebutkan dan Latih klien
Kekerasan perilaku kekerasan menredemonstras melakukan
dengan cara i cara
relaksasi kan cara mengontrol
mengontrol Kemarahan:
nafas dalam perilaku 1.1. Ajarkan
dan pukul bantal kekerasan dengan tehnik
kasur cara relaksasi relaksasi
nafas dalam dan nafas dalam
pukul bantal 1.2. Pukul kasur
bantal
Klien dapat Klien mampu Sp 2 : Bantu
mengendalikan mengendalikan klien
perilaku perilaku kekerasan mengontrol
kekerasan dengan dengan minum perilaku
minum obat kekerasan pasien
obat secara dengan
teratur minum obat
secara teratur
klien paham dan Klien paham dan Lakukan SP 3
mampu mampu pasien risiko
mengendalikan menyampaikan perilaku
risiko perilaku amarah kekerasan :
dengan Ajarkan kepada
kekerasan dengan
cara berbicara klien bicara
cara berbicara yang baik bila
dengan baik
dengan baik sedang marah.
Ada tiga cara:
Meminta
dengan
baik tanpa
marah
• Menolak
dengan
baik
• Mengung
ka pkan
perasaan
kesal
Klien paham dan Klien paham dan Lakukan SP
mampu mampu 4 pasien
mengendlikan mengendalikan risiko
risiko perilaku risiko perilaku perilaku
kekerasan dengan kekerasan dengan kekerasan :
cara Diskusikan
cara beribadah
mempraktikan bersama
cara spiritual klien cara
(beribadah ) mengendalik
an risiko
perila
ku
kekerasan
dengan
cara
beribadah.
Halusinasi Klien dapat Ketika Membina
Pendengara membina dievaluasi klien hubungan
n hubungan saling mau membalas saling percaya
percaya salam, berjabat dengan cara
tangan, (menjelaskan
maksud dan
menyebutkan
tujuan
nama,
interaksi,
tersenyum, ada jelaskan
kontak mata, tentang
serta kontrak yang
menyediakan akan
waktu untuk dibuat,beri rasa
kunjungan aman dan
berikutnya sikap
empati)
Klien paham Klien paham dan Sp 1
dan mampu mampu 1. Diskusikan
mengendalikan memahami bersama
halusinasi halusinasi dan klien
dengan cara mengendalikan tentang
mempraktikan halusinasi dengan halusinasi
(isi,
cara menghardik cara
frekuensi,
mempraktikan
waktu
cara menghardik terjadi,
situasi
pencetus,
perasaan,
dan respon
halusinasi)
2. Latih klien
cara
menghardik
Klien pahamKlien paham dan Sp 2
dan mau minum mau Latih klien
obat minum obat minun obat
secara teratur secara teratur secara teratur
Klien paham dan Klien paham dan Sp 3
mampu
mampu mengendalikan Latih klien
mengendalikan halusinasi bercakapcakap
halusinasi dengan dengan cara dengan orang
cara bercakap- bercakap-cakap lain
cakap dengan dengan orang
orang lain lain
Klien paham dan Klien paham dan Sp 4
mampu mampu Latih klien
mengendalikan mengendalikan melakukan
halusinasi dengan halusinasi kegiatan
cara melakukan dengan cara terjadwal
kegiatan melakukan
terjadwal kegiatan
terjadwal
Harga Diri Klien paham Klien paham Sp 1
Rendah dan dan Diskusikan
mampu mampu bersama klien
mengindentifika mengindentifika tentang
si kemampuan si kemampuan
positif yang kemampuan positif
dimiliki positif yang yang dimiliki
dimiliki
Klien paham Klien paham Sp 2
dan mampu dan 1. Bantu
menilai mampu klien
kemampuan menilai menilai
yang kemampuan kemampua
dapat digunakan n yang
yang dapat
digunakan dapat
digunakan
2. Bantu
klien
menetapka
n
kemampua
n yang
dapat
digunakan
3. Melatih
kegiatan
sesuai
kemampua
n yang
dipilih 1
Klien paham Klien paham Sp 3
dan mampu dan mampu Latih kegiatan
melatih melatih sesuai
kegiatan yang kegiatan yang kemampuan
dapat digunakan dapat digunakan yang
dipilih 2
Klien paham Klien paham Sp 4
dan mampu dan mampu Latih kegiatan
melatih melatih sesuai
kegiatan yang kegiatan yang kemampuan
dapat digunakan dapat yang
digunakan dipilih 3
3.14 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Rabu 1. Data : S : Antusias dan agak gelisah
18-01-2023 Tanda dan gejala : mudah marah O:
11.00 WIB marah, mudah tersinggung,tatapan - Klien mampu
sinis, merasa tidak dihargai melakukan latihan fisik
2. Diagnosa Keperawatan tarik nafas dalam
Risiko Perilaku Kekerasan dengan mandiri
3. Tindakan keperawatan: - Klien mampu
Sp 1 pukul kasur bantal
- Menyebutkan cara mengontrol dengan mandiri
risiko perilaku kekerasan adalah -
dengan latihan fisik 1 : tarik napas A : Risiko Perilaku kekerasan
dalam latihan fisik 2 : pukul kasur (+)
bantal
- Membantu klien latihan tarik napas P : Latihan fisik :
dalam dan pukul kasur bantal. - Tarik nafas dalam 1x/
hari
4. RTL: - Pukul kasur bantal 1x/
Sp2 Risiko Perilaku Kekerasan:
hari
Mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan minum obat
secara teratur
Kamis 1. Data : S : senang
19-1-2023 Tanda dan gejala : mudah O:
10.00 wib marah marah, mudah - Klien mampu
tersinggung,tatapan sinis, melakukan tarik nafas
merasa tidak dihargai dalam dengan mandiri
2. Diagnosa Keperawatan - Klin mampu pukul
Risiko Perilaku Kekerasan kasur bantal secara
3. Tindakan keperawatan: mandiri
Sp 2 - Klien mampu ke poli
1. Mengevaluasi jika merasa kumat
kemampuan klienuntuk dan meminum obat
tarik nafas dalam dan secara teratur dengan
pukul kasur bantal bantuan perawat
2. Memberikan informasi
tentang penggunaan obat A : Risiko Perilaku kekerasan
(+)
4.RTL:
Sp 3 Risiko Perilaku Kekerasan
P:
Komunikasi secara
- Latihan tarik nafas
verbal:Asertif/bicara baik-baik. dalam 1 x/hari
- Latihan pukul
kasur bantal 1 x/hari -
berobat

Jumat 1. Data : S:
20-1-2023 Tanda dan gejala : mudah senang
marahmarah, mudah
10.30 wib O:
tersinggung,tatapan sinis,
merasa tidak dihargai - Klien mampu melakukan
2. Diagnosa Keperawatan: komunikasi secara
Risiko Perilaku Kekerasan verbal : asertif/bicara
baik-
3. Tindakan keperawatan:
baikdengan motivasi
Sp 3 A : RisikoPerilaku kekerasan
- Mengevaluasi kemampuan (+)
klien untuk tarik nafas dalam
dan pukul kasur bantal P:
- Minum obat - Latihan tarik nafas
- Komunikasi secara verbal : dalam dan pukul
asertif/bicara baik-baik kasur bantal
1x/hari
4.RTL: - Berobat
Sp 4 Risiko Perilaku Kekerasan: - Klien melakukan
Spritual : Beribadah komunikasi secara
verbal : asertif/bicara
baik-baik

Sabtu 1. Data : S :senang


21-1-2023 Tanda dan gejala : mudah O:
13.00 wib marah marah, mudah - Klien mampu
tersinggung,tatapan sinis, melaksanakan
merasa tidak dihargai kegiatan ibadah
dengan baik
2. Diagnosa Keperawatan: misalnya Sholat
Risiko Perilaku Kekerasan A : Perilaku kekerasan (+)
3.Tindakan keperawatan:
Sp 4 P:
- Mengevaluasi kemampuan Latihan tarik nafas dalam
klien dalam tarik nafas dan pukul kasur
dalam dan pukul kasur bantal
bantal, minum obat secara 2x/hari
teratur dan bicara baikbaik. - Berobat
- Melatih klien - Latihan melakukan
untuk melaksanakan komunikasi secara
verbal :
kegiatan spiritual yang
asertif/bicara baik-
sudah diatur. baik
- Latihan klien untuk
RTL : melaksanakan
Risiko Perilaku Kekerasan : kegiatan spiritual
Follow up dan evaluasi SP 1-4 yang sudah diatur.
risiko Perilaku
Kekerasan

Senin 1. Data S : klien merasa gelisah


23-1-2023 Tanda dan gejala :
- Klien berbicara sendiri, O:
mendengar suara-suara - Klien mampu
- Klien marah-marah tanpa mengenali halusinasi
sebab yang dialami nya isi,
- Klien merasa gelisah frekuensi, waktu terjadi,
- Klien sering tertawa situasi pencetus, perasaan
sendiri dan respon
- Klien sering menutup halusiasi secara mandiri
telinga - Klien mampu
- Klien mendengar suara mengontrol halusinasi
yang menyuruhnya dengan menghardik
melakukan hal secara mandiri
berbahaya
A : Halusinasi Pendengaran
2. Kemampuan : (+)
Mencuci piring, Bernyanyi
P:
3. Diagnosa Keperawatan : - Latihan
Halusinasi pendengaran mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu
4. Tindakan keperawatan Sp1 : terjadi, situasi
pencetus, perasaan
- Melatih pasien
dan respon halusiasi
mengidentifikasi isi,
1x1/hari
frekuensi, waktu terjadi,
- Latihan menghardik
situasi pencetus, perasaan
dan respon halusiasi halusinasi 2x1/hari
- Melatih cara
Menghardik

5. RTL :
Sp 2
Mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat secara
teratur
selasa 1. Data S:
Tanda dan Gejala : Klien mengatakan
24-1-2023
- Klien berbicara sendiri, masih mendengar
mendengar suara-suara suara”
- Klien marah-marah tanpa
sebab O:
- Klien merasa gelisah - Klien mampu
- Klien sering tertawa mengontrol
sendiri halusinasi
- Klien sering menutup dengan
telinga menghardik
- Klien mendengar suara secara mandiri
yang menyuruhnya - Klien mampu
melakukan hal minum obat
berbahaya secara teratur
dengan motivasi
2. Kemampuan :
A: Halusinasi Pendengaran
Mencuci piring, bernyanyi
(+)
3. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran P :
- Latihan
4. Tindakan keperawatan menghardik 3x1
Sp2 : - Latihan
Mengontrol halusinasi minum obat
dengan cara minum obat Risperidone 2x1
secara teratur Clozapine 1x1

5. RTL:
Sp 3 :
Mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
Rabu 1. Data S:
25-1-2023 Tanda dan Gejala : Klien merasa senang
- Klien mengatakan sering
mendengar suarasuara O:
tanpa wujud, - Klien
- Klien merasa risih mampu
mendengar suara-suara mengontrol
tersebut halusinasi dengan
- Klien mengatakan ketika menghardik secara
suara itu datang tidak mandiri
dapat dikendalikan - Klien mampu
- Klien sering berbicara minum obat secara
sendiri teratur dengan
- Klien tampak tertawa motivasi
sendiri, - Klien mampu
- Klien sering termenung bercakapcakap
dengan orang lain
dengan motivasi
2. Kemampuan :
Mencuci piring, bernyanyi
A:
Halusinasi Pendengaran
3. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran (+)

4. Tindakan keperawatan P :
Sp3 : - Latihan menghardik
Mengontrol halusinasi 3x1
dengan ercakap-cakap - Latihan
dengan orang lain minum obat
Risperidone 2x1
5. RTL : Clozapine 1x1
Sp4 - Latihan bercakap-
Mengontrol halusinasi cakap dengan orang
dengan melakukan kegiatan lain 3x1
terjadwal hari

Kamis 1. Data S:
26-01- Tanda dan Gejala : Klien merasa senang dan
- Klien mengatakan sering antusias
2023
mendengar suarasuara
tanpa wujud, O:
- Klien merasa risih - Klien mampu
mendengar suara-suara mengontrol halusinasi
tersebut dengan menghardik
Klien mengatakan ketika secara mandiri
suara itu datang tidak - Klien mampu minum
dapat dikendalikan obat secara teratur
- Klien sering berbicara dengan motivasi
sendiri - Klien mampu
- Klien tampak tertawa bercakap cakap dengan
sendiri, orang lain dengan
- Klien sering termenung motivasi
- Klien mampu
2. Kemampuan : melakukan kegiatan
Bermain gitar, mencuci mencuci piring dan
piring, menggambar merapikan tempat tidur
secara mandiri
3. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran
A:
4. Tindakan keperawatan
Sp4 :
Mengontrol halusinasi Halusinasi Pendengaran (+)
dengan cara melakukan
kegiatan terjadwal
P:
5. RTL :
Follow up dan Evaluasi SP 1
- Latihan menghardik
– SP 4 Perubahan Persepsi
3x1
Sensori : Halusinasi
- Latihan minum obat
- Pendengaran
Risperidone2x1
Clozapine 1x1
- Latihan bercakap-
cakap dengan orang
lain 3x1 hari
-Latihan
melakukan kegiatan
terjadwal 2x1
Jumat 1. Data S:
27-01- Tanda dan Gejala : Klien merasa antusias dan
- Klien tampak gelisah dan bingung
2023
bingung, dan tampak
sedih saat di tanya O:
perasaannya -Klien
- Klien merasa malu karena mampu
mempunyai sakit
mengidentifikasi
gangguan jiwa
kemampuan dan
- Klien mengatakan tidak
berguna karena gagal aspek positif
menjadi anak yang baik yang dimiliki :
untuk orangtuanya membersihkan
- Klien tampak murung dan tempat tidur,
sedih mencuci piring,
- Klien tampak tidak bermain musik
bersemangat gitar
- Klien lebih senang - Klien mampu
menyendiri melakukan
- Saat di tanya tentang kegiatan sesuai
perasaannya klien sedih kemampuan yang
dan terdiam. dipilih 1 yaitu
merapikan
2. Kemampuan : tempat tidur
Mencuci piring, bernyanyi dengan mandiri
- Klien mampu
3. Diagnosa keperawatan : melakukan
Ganguan Konsep Diri : kegiatan sesuai
Harga Diri Rendah kemampuan yang
dipilih 2 yaitu
mencuci piring
4. Tindakan keperawatan
dengan mandiri
Sp 1 :
Mengidentifikasi A:
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki Harga Diri Rendah (+)
Sp 2
- Menilai kemamampuan P :
yang dapat di gunakan
-Menetapkan/memilih - Latihan
kegiatan sesuai kemampuan yang
kemampuan dimiliki 1 :
- Melatih kegiatan sesuai membersihkan
kemampuan yang tempat tidur 2 x 1
hari
dipilih 1
- Latihan
kemampuan yang
5. RTL : dimiliki 2 :
Sp 3 : mencuci pirig 3 x
Melatih kegiatan sesuai 1 hari
kemampuan yang dipilih 2 :
mencuci piring
Sp 4 :
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3 :
bernyanyi
Sabtu 1. Data S:
28-1-2023 Tanda dan Gejala : Klien merasa senang dan
- Klien tampak gelisah dan antusias
bingung, dan tampak
sedih saat di tanya O:
perasaannya - Klien mampu
- Klien merasa malu mengidentifikasi
karena mempunyai sakit kemampuan dan
gangguan jiwa aspek positif yang
- Klien mengatakan tidak dimiliki :
berguna karena gagal membersihkan
menjadi anak yang baik tempat tidur,
untuk orangtuanya mencuci piring,
- Klien tampak murung
dan sedih bernyanyi.
- Klien tampak tidak - Klien mampu
bersemangat melakukan kegiatan
- Klien lebih senang sesuai kemampuan
menyendiri yang dipilih 1 yaitu
- Saat di tanya tentang merapikan tempat
perasaannya klien sedih tidur dengan
dan terdiam. mandiri
- Klien mampu
2. Kemampuan : melakukan kegiatan
Mencuci piring, bernyanyi sesuai kemampuan
yang dipilih 2 yaitu
3. Diagnosa keperawatan : mencuci piring
dengan mandiri
Ganguan Konsep Diri :
- Klien mampu
Harga Diri Rendah
melakukan kegiatan
4. Tindakan keperawatan Sp sesuai kemampuan
3: yang dipilih 3 yaitu
Melatih kegiatan sesuai bernyanyi.
kemampuan yang dipilih 2
(mencuci piring) A:
Sp 4
Melatih kegiatan sesuai Harga Diri Rendah (+)
kemampuan yang dipilih 3
(bernyanyi) P:

- Latihan
5. RTL :
kemampuan yang
Follow up dan Evaluasi SP 1
dimiliki 1 :
– SP 4 Harga Diri Rendah membersihkan
tempat tidur 2 x 1
hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 2 : mencuci
piring 2 x 1 hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 3 yaitu
bernyanyi

Senin 1. Data S:
30-01- Tanda dan Gejala : Klien merasa senang dan
a. Klien tampak gelisah dan antusias
2023
bingung, dan tampak
sedih saat di tanya O:
perasaannya
b. Klien merasa malu - Klien mampu
karena mempunyai sakit mengidentifikasi
gangguan jiwa kemampuan dan
c. Klien mengatakan tidak aspek positif yang
berguna karena gagal dimiliki :
menjadi anak yang baik membersihkan
untuk orangtuanya tempat tidur,
d. Klien tampak murung mencuci piring,
dan sedih bernyanyi.
e. Klien tampak tidak - Klien mampu
bersemangat melakukan kegiatan
f. Klien lebih senang sesuai kemampuan
menyendiri yang dipilih 1 yaitu
g. Saat di tanya tentang merapikan tempat
perasaannya klien sedih tidur dengan
dan terdiam. mandiri
- Klien mampu
2. Kemampuan : melakukan kegiatan
Mencuci piring, bernyanyi sesuai kemampuan
yang dipilih 2 yaitu
mencuci piring
dengan mandiri
3. Diagnosa keperawatan : - Klien mampu
Ganguan Konsep Diri : melakukan kegiatan
sesuai kemampuan
Harga Diri Rendah
yang dipilih 3 yaitu
4. Tindakan keperawatan bernyanyi.
Evaluasi SP 2 resiko perilaku
kekerasan A:

Harga Diri Rendah (+)

P:

- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 1 :
membersihkan
tempat tidur 2 x 1
hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 2 : mencuci
piring 2 x 1 hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 3 yaitu
bernyanyi

Selasa 1. Data : S : senang dan


31-02- Tanda dan gejala : mudah antusias
2023 marah marah, mudah O:
tersinggung,tatapan sinis, - Klien mampu
merasa tidak dihargai melakukan tarik nafas
2. Diagnosa Keperawatan dalam dengan mandiri
Risiko Perilaku Kekerasan - Klin mampu pukul
3. Tindakan keperawatan: kasur bantal secara
Sp 2 mandiri
a. Memberikan - Klien mampu ke poli
informasi tentang jika merasa kumat
penggunaan obat dan meminum obat
secara teratur dengan
bantuan perawat
4.RTL:
Sp 3 Risiko Perilaku Kekerasan
A : Risiko Perilaku kekerasan
Komunikasi secara
(+)
verbal:Asertif/bicara baik-baik.

P:
- Latihan tarik nafas
dalam 1 x/hari
- Latihan pukul
kasur bantal 1 x/hari
- berobat
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.A dengan Risiko


Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Prof. Dr. Ildrem Medan, maka penulis pada bab
ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.1 Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu
dari pasien dan perawat di ruang Sorik merapi. Mahasiswa mendapat sedikit
kesulitan dalam mmenyimpulkan data kerena keluarga pasien jarang
mengkunjungi pasien di RSJ Prof. Dr. M Ildrem. Maka mahasiwa melakukan
pendekatan pada pasien melalui komunikasi terapautik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaiut :
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak menemukan
kesenjangan karena di temukan hal sama seperti diteori bahwasanya
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan, hasil
dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang
timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak
berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat
& Yulia, 2015).
1.2 Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya
menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah
keperawatan yaitu :perilaku kekerasan. Pada tahap ini antara tinjauan teoritis
dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis dapat melaksanakan
tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan seringnya bimbingan
dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya
yang dilakukan penulis yaitu :

1. Risiko Perilaku Kekerasan


a. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal
b. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
c. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara
baik-baik dengan orang lain dan spritual
d. Spiritual

1.3 Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan di karenakan masalah
utama yang dialami klien. Pada diagnosa keperawatan Risiko Perilaku
Kekerasandilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi Perilaku
Kekerasan, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik napas dan pukul
kasur bantal. Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obar
secara teratur, strategi pertemuan ketiga yaitu latihan dengan cara komunikasi
secara verbal atau bicara baik-baik strategi pertemuan keempat yaitu spiritual.
1.4 Tahap evlaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :

1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis


2. Dapat mengidentifikasi dan mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
3. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan fisik,
4. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara minum
obat secara teratur
5. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara baik-
baik
6. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan spritual yang
terjadwal.

Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :

1. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan


fisik
2. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara pergi
ke poli jiwa untuk mendapatkan minum obat
3. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara
baik-baik dengan orang lain
4. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan melakukan
spiritual terjadwal.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn.A dan
disimpulkan bahwa pasien dapat mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan terapi yang di ajarkan oleh mahasiwa. Dimana pasien dapat
melakukan tarik nafas dalam, memukul bantal secara mandiri untuk
mengontrol amarahnya. Pasien juga minum obat secara teratur dan
berbicara secara baik-baik jika ingin meminta sesuatu atau melakukan
penolakan, hingga pasien dapat melakukan spritual sesuai ajaran agama
yang dianut.

5.2 Saran
1. Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat dikonsumsi seta membawa pasien kontrol secara
teratur kepelayana kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.
2. Bagi mahasiswa /mahasiwi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khusus tentang keperawatan jiwa
DAFTAR PUSTAKA

Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).
Implementasi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2), 146–155.
https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922

Atmojo, B. S. R., & Purbaningrum, M. A. (2021). Literature Review: Penerapan


Latihan Kemampuan Positif Terhadap Peningkatan Harga Diri Rendah Pada
Klien Yang Mengalami Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep Diri Harga
Diri Rendah. Nursing Science Journal (NSJ), 2(1), 55-62.
https://doi.org/10.53510/nsj.v2i1.63

Darman, M., Silaen, P. E., Manulang, C., Waruwu, A. M., Putri, N., & Pardede, J.
A. (2022, April 9). Application of Group Activity Therapy in Schizophrenic
Patients with Risk Problems of Violent Behavior.
https://doi.org/10.31219/osf.io/bx3gu

Dwi, F., & Pratiwi, S. K. (2017). Mekanisme Koping Pada Pasien Perilaku
Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang Lain Dan Lingkungan (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52420

Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes RI


Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Risiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149- 156.
https://doi.org/10.32584/jikj.v2i3. 226

Livana, P. H., Daulima, N. H. C., & Mustikasari, M. (2020). Karakteristik Keluarga


Pasien Gangguan Jiwa yang Mengalami Stres. Jurnal Ners Widya
Husada, 4(1), 27-34.
 https://doi.org/10.33666/jners.v4i1.299

Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis tanda dan
gejala resiko perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1),65-74.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478

Nazara, R., & Pardede, J. A. Application of Generalist Therapy in Providing Mental


Nursing Care Among Schizophrenic Patients with Violent Behavior Risk
Problems: A Case Study.
https://osf.io/q6fv7/download

Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). The Symptoms of Risk of
Violence Behavior Decline after Given Prgressive Muscle Relaxation Therapy
on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 91-100.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534

Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With Schizophrenic
Patients through Socialization Group Activity Therapy International Journal
of Contemporary Medicine, 9(1), 7.
https://doi.org/10.37506/ijocm.v9i1.2925

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020).Beban dengan Koping Keluarga
Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku Kekerasan. Jurnal
Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106

Pardede, J. A. (2019). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Risiko Perilaku


Kekerasan. December. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166. https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.419

Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy Dan Peran
Keluarga Berhubungan Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66.
https://Doi.Org/10.32584/Jikj.V4i1.846

Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent


Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3), 291-300. https://doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621

Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R. H. (2020). The Effects of


Cognitive Therapy on Changes in Symptoms of Hallucinations in
Schizophrenic Patients. Indian Journal of Public Health Research &
Development, 7(11),2696–2701. https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11i10.1
1153

Pardede, J. A. (2020). Beban keluarga berhubungan dengan koping saat merawat


pasien halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 445-452..
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
Pardede, J. A. (2020). Beban keluarga SP 1-4 Dengan Masalah Harga Diri Rendah
Kronis Pada Penderita Skizofrenia.
https://osf.io/y52rh/download
Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi Penyakit Skizofrenia Dalam Rangka
Mengurangi Stigma Negatif Warga di Desa Tambakmas Kebonsari-Madiun.
Journal of Community Engagement in Health, 3(2),300-303.
https://doi.org/10.30994/jceh.v3i2.83
Rahayu, S., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. (2019). Perubahan Tanda Gejala dan
Kemampuan Pasien Harga Diri Rendah Kronis Setelah Latihan Terapi
Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga. Journal Educational of Nursing
(Jen), 2(1), 39-51.
https://doi.org/10.37430/jen.v2i1.10

Rahayu, P. P., & Utami, R. (2019). Hubungan Lama Hari Rawat Dengan Tanda Dan
Gejala Serta Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(2), 106-115.
 https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.106-115

Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E., Aisah, S., & Hidayati, E. (2021).
Perawatan halusinasi, dukungan keluarga dan kemampuan pasien mengontrol
halusinasi: literature review. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama, 10(3), 271-284.https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842

Wandira, S. A., Alfianto, A. G., & Ulfa, M. (2022). Terapi Ners Generalis: Sesi 1
Pada Klien Dengan Kekambuhan Risiko Perilaku Kekerasan Dengan
Pendekatan Teori Peplau: Laporan Kasus. Jurnal Kesehatan Hesti Wira
Sakti, 10(1), 35-42.
https://doi.org/10.47794/jkhws.v10i1.361

Waruwu, Y. D. (2022). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. I Dengan


Masalah Halusinasi Pendengaran: Studi Kasus. https://osf.io/h4j3q/downloa
https://doi.org/10.47794/jkhws.v10i1.361

WHO (2019). Schizophrenia. Retrieved from.


https://www.who.int/newsroom/factsheets/%20detail/schizophrenia
Yusuf, AH. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan :
Salemba Medik.

Anda mungkin juga menyukai