A
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI
RUANG SOREK MERAPI RS JIWA PROF. M.
ILDREM
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan “Resiko Perilaku Kekerasan” untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah keperawatan jiwa. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak
pihak yang membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari
Mutiara Indonesia
3. Ibu Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Prodi
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
MutiaraIndonesia.
4. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J Selaku dosen
pembimbing dan Koordinator Profesi Ners.
5. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa
untukmenyelesaikan tugas makalah ini.
6. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah bersama-sama
menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan, hasil dari
kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang timbul pada
klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut,dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat, 2015).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan dengan perilaku
kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan baik secara
verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa
amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun kata-
kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).
Ket :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
2.3 Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
2.3.1 Faktor Predisposisi
Menurut (Yusuf, 2015), terdapat faktor predisposisi dan faktor
presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan hasil dari
dorongan insting
b. Psikologis
Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai
hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat
menyebabkan frustasi berekepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut :
d. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi
emosi serta perilaku seperti makan, agresif dan respons
seksual.Selain itu, mengatur, mengatur sistem informasi dan
memori.
e. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
f. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
g. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas
adalah serotonin, Dopamin, Neropineprin, Acetylcholine dan
GABA.
h. Perilaku
1. Kerusakan organ otak, retardasi mental dan gangguan
belajar mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam
berespon positif terhadap frustasi.
2. Penekanan emosi berlebihan pada anak-anak atau godaan orang
tua memengaruhi kepercayaan dan percaya diri individu.
3. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan
pada anak atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengarduhi penggunaan kekerasan sebagai koping.
i. Sosial Kultural
1. Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau
tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
2. Budaya asertif di masyartakat membantu individu yang
berespon terhadap marah yang sehat.
2.3.2 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik,
keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
2.4 Tanda Dan Gejala
Menurut (Keliat, 2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
3. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan
pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak
mau minum obat secara teratur (Keliat, 2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami
gangguan jiwa (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun
sebagai alternative serta memasung dan bila tidak berhasil
baru di bawa kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan
dan perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina,
dianiaya, penolakan dari lingkungan
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga
generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh
klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang
lain sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya
tersebut.
c. Identitas
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan
dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat
penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek
dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan
keluarga.
1. Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas
yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau
masyarakat dan biasanya klien tidak mampu melaksanakan
tugas dan peran tersebut dan merasa tidak berguna.
2. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat
kerja dan masyarakat.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah
klien berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami
gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah
c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a. Penampilan.
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan.
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
e. Aktivitas motorik
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubahubah,
gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
h. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah
tanpa sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan
bicara dan mudah tersinggung.
j. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas.
k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan
sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
o. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus
obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5 oC ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan 85 Kg.
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
: Klien
: Meninggal
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien jarang berdoa
3.5.5 Status Mental
a. Penampilan
Penjelasan : Klien berpenampilan bersih, dan rapi
b. Pembicaraan
Penjelasan : Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan lambat namun dapat dipahami
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien terlihat sedikit gelisah
d. Suasana perasaan
Penjelasan : Klien sedih jika melihat orng tua yang lewat depan
rumah sakit tempat klien di rawat.
Objektif :
Klien tampak memandang orang lain
dengan tatapan bermusuhan dan tampak
gelisah.
2 Subjektif : Halusinasi
Klien mengatakan mendengar suara suara Pendengaran
Objektif :
Klien tampak berbicara sendiri, tertawa dan
tersenyum sendiri
Objektif :
Klien tampak malu dan gelisah, dan
tanpak sedih saat di kaji
Risiko Perilaku
Kekerasan
Halusinasi Pendengaran
Jumat 1. Data : S:
20-1-2023 Tanda dan gejala : mudah senang
marahmarah, mudah
10.30 wib O:
tersinggung,tatapan sinis,
merasa tidak dihargai - Klien mampu melakukan
2. Diagnosa Keperawatan: komunikasi secara
Risiko Perilaku Kekerasan verbal : asertif/bicara
baik-
3. Tindakan keperawatan:
baikdengan motivasi
Sp 3 A : RisikoPerilaku kekerasan
- Mengevaluasi kemampuan (+)
klien untuk tarik nafas dalam
dan pukul kasur bantal P:
- Minum obat - Latihan tarik nafas
- Komunikasi secara verbal : dalam dan pukul
asertif/bicara baik-baik kasur bantal
1x/hari
4.RTL: - Berobat
Sp 4 Risiko Perilaku Kekerasan: - Klien melakukan
Spritual : Beribadah komunikasi secara
verbal : asertif/bicara
baik-baik
5. RTL :
Sp 2
Mengontrol halusinasi dengan
cara minum obat secara
teratur
selasa 1. Data S:
Tanda dan Gejala : Klien mengatakan
24-1-2023
- Klien berbicara sendiri, masih mendengar
mendengar suara-suara suara”
- Klien marah-marah tanpa
sebab O:
- Klien merasa gelisah - Klien mampu
- Klien sering tertawa mengontrol
sendiri halusinasi
- Klien sering menutup dengan
telinga menghardik
- Klien mendengar suara secara mandiri
yang menyuruhnya - Klien mampu
melakukan hal minum obat
berbahaya secara teratur
dengan motivasi
2. Kemampuan :
A: Halusinasi Pendengaran
Mencuci piring, bernyanyi
(+)
3. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran P :
- Latihan
4. Tindakan keperawatan menghardik 3x1
Sp2 : - Latihan
Mengontrol halusinasi minum obat
dengan cara minum obat Risperidone 2x1
secara teratur Clozapine 1x1
5. RTL:
Sp 3 :
Mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
Rabu 1. Data S:
25-1-2023 Tanda dan Gejala : Klien merasa senang
- Klien mengatakan sering
mendengar suarasuara O:
tanpa wujud, - Klien
- Klien merasa risih mampu
mendengar suara-suara mengontrol
tersebut halusinasi dengan
- Klien mengatakan ketika menghardik secara
suara itu datang tidak mandiri
dapat dikendalikan - Klien mampu
- Klien sering berbicara minum obat secara
sendiri teratur dengan
- Klien tampak tertawa motivasi
sendiri, - Klien mampu
- Klien sering termenung bercakapcakap
dengan orang lain
dengan motivasi
2. Kemampuan :
Mencuci piring, bernyanyi
A:
Halusinasi Pendengaran
3. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran (+)
4. Tindakan keperawatan P :
Sp3 : - Latihan menghardik
Mengontrol halusinasi 3x1
dengan ercakap-cakap - Latihan
dengan orang lain minum obat
Risperidone 2x1
5. RTL : Clozapine 1x1
Sp4 - Latihan bercakap-
Mengontrol halusinasi cakap dengan orang
dengan melakukan kegiatan lain 3x1
terjadwal hari
Kamis 1. Data S:
26-01- Tanda dan Gejala : Klien merasa senang dan
- Klien mengatakan sering antusias
2023
mendengar suarasuara
tanpa wujud, O:
- Klien merasa risih - Klien mampu
mendengar suara-suara mengontrol halusinasi
tersebut dengan menghardik
Klien mengatakan ketika secara mandiri
suara itu datang tidak - Klien mampu minum
dapat dikendalikan obat secara teratur
- Klien sering berbicara dengan motivasi
sendiri - Klien mampu
- Klien tampak tertawa bercakap cakap dengan
sendiri, orang lain dengan
- Klien sering termenung motivasi
- Klien mampu
2. Kemampuan : melakukan kegiatan
Bermain gitar, mencuci mencuci piring dan
piring, menggambar merapikan tempat tidur
secara mandiri
3. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran
A:
4. Tindakan keperawatan
Sp4 :
Mengontrol halusinasi Halusinasi Pendengaran (+)
dengan cara melakukan
kegiatan terjadwal
P:
5. RTL :
Follow up dan Evaluasi SP 1
- Latihan menghardik
– SP 4 Perubahan Persepsi
3x1
Sensori : Halusinasi
- Latihan minum obat
- Pendengaran
Risperidone2x1
Clozapine 1x1
- Latihan bercakap-
cakap dengan orang
lain 3x1 hari
-Latihan
melakukan kegiatan
terjadwal 2x1
Jumat 1. Data S:
27-01- Tanda dan Gejala : Klien merasa antusias dan
- Klien tampak gelisah dan bingung
2023
bingung, dan tampak
sedih saat di tanya O:
perasaannya -Klien
- Klien merasa malu karena mampu
mempunyai sakit
mengidentifikasi
gangguan jiwa
kemampuan dan
- Klien mengatakan tidak
berguna karena gagal aspek positif
menjadi anak yang baik yang dimiliki :
untuk orangtuanya membersihkan
- Klien tampak murung dan tempat tidur,
sedih mencuci piring,
- Klien tampak tidak bermain musik
bersemangat gitar
- Klien lebih senang - Klien mampu
menyendiri melakukan
- Saat di tanya tentang kegiatan sesuai
perasaannya klien sedih kemampuan yang
dan terdiam. dipilih 1 yaitu
merapikan
2. Kemampuan : tempat tidur
Mencuci piring, bernyanyi dengan mandiri
- Klien mampu
3. Diagnosa keperawatan : melakukan
Ganguan Konsep Diri : kegiatan sesuai
Harga Diri Rendah kemampuan yang
dipilih 2 yaitu
mencuci piring
4. Tindakan keperawatan
dengan mandiri
Sp 1 :
Mengidentifikasi A:
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki Harga Diri Rendah (+)
Sp 2
- Menilai kemamampuan P :
yang dapat di gunakan
-Menetapkan/memilih - Latihan
kegiatan sesuai kemampuan yang
kemampuan dimiliki 1 :
- Melatih kegiatan sesuai membersihkan
kemampuan yang tempat tidur 2 x 1
hari
dipilih 1
- Latihan
kemampuan yang
5. RTL : dimiliki 2 :
Sp 3 : mencuci pirig 3 x
Melatih kegiatan sesuai 1 hari
kemampuan yang dipilih 2 :
mencuci piring
Sp 4 :
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3 :
bernyanyi
Sabtu 1. Data S:
28-1-2023 Tanda dan Gejala : Klien merasa senang dan
- Klien tampak gelisah dan antusias
bingung, dan tampak
sedih saat di tanya O:
perasaannya - Klien mampu
- Klien merasa malu mengidentifikasi
karena mempunyai sakit kemampuan dan
gangguan jiwa aspek positif yang
- Klien mengatakan tidak dimiliki :
berguna karena gagal membersihkan
menjadi anak yang baik tempat tidur,
untuk orangtuanya mencuci piring,
- Klien tampak murung
dan sedih bernyanyi.
- Klien tampak tidak - Klien mampu
bersemangat melakukan kegiatan
- Klien lebih senang sesuai kemampuan
menyendiri yang dipilih 1 yaitu
- Saat di tanya tentang merapikan tempat
perasaannya klien sedih tidur dengan
dan terdiam. mandiri
- Klien mampu
2. Kemampuan : melakukan kegiatan
Mencuci piring, bernyanyi sesuai kemampuan
yang dipilih 2 yaitu
3. Diagnosa keperawatan : mencuci piring
dengan mandiri
Ganguan Konsep Diri :
- Klien mampu
Harga Diri Rendah
melakukan kegiatan
4. Tindakan keperawatan Sp sesuai kemampuan
3: yang dipilih 3 yaitu
Melatih kegiatan sesuai bernyanyi.
kemampuan yang dipilih 2
(mencuci piring) A:
Sp 4
Melatih kegiatan sesuai Harga Diri Rendah (+)
kemampuan yang dipilih 3
(bernyanyi) P:
- Latihan
5. RTL :
kemampuan yang
Follow up dan Evaluasi SP 1
dimiliki 1 :
– SP 4 Harga Diri Rendah membersihkan
tempat tidur 2 x 1
hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 2 : mencuci
piring 2 x 1 hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 3 yaitu
bernyanyi
Senin 1. Data S:
30-01- Tanda dan Gejala : Klien merasa senang dan
a. Klien tampak gelisah dan antusias
2023
bingung, dan tampak
sedih saat di tanya O:
perasaannya
b. Klien merasa malu - Klien mampu
karena mempunyai sakit mengidentifikasi
gangguan jiwa kemampuan dan
c. Klien mengatakan tidak aspek positif yang
berguna karena gagal dimiliki :
menjadi anak yang baik membersihkan
untuk orangtuanya tempat tidur,
d. Klien tampak murung mencuci piring,
dan sedih bernyanyi.
e. Klien tampak tidak - Klien mampu
bersemangat melakukan kegiatan
f. Klien lebih senang sesuai kemampuan
menyendiri yang dipilih 1 yaitu
g. Saat di tanya tentang merapikan tempat
perasaannya klien sedih tidur dengan
dan terdiam. mandiri
- Klien mampu
2. Kemampuan : melakukan kegiatan
Mencuci piring, bernyanyi sesuai kemampuan
yang dipilih 2 yaitu
mencuci piring
dengan mandiri
3. Diagnosa keperawatan : - Klien mampu
Ganguan Konsep Diri : melakukan kegiatan
sesuai kemampuan
Harga Diri Rendah
yang dipilih 3 yaitu
4. Tindakan keperawatan bernyanyi.
Evaluasi SP 2 resiko perilaku
kekerasan A:
P:
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 1 :
membersihkan
tempat tidur 2 x 1
hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 2 : mencuci
piring 2 x 1 hari
- Latihan
kemampuan yang
dimiliki 3 yaitu
bernyanyi
P:
- Latihan tarik nafas
dalam 1 x/hari
- Latihan pukul
kasur bantal 1 x/hari
- berobat
BAB 4
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
1. Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn.A dan
disimpulkan bahwa pasien dapat mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan terapi yang di ajarkan oleh mahasiwa. Dimana pasien dapat
melakukan tarik nafas dalam, memukul bantal secara mandiri untuk
mengontrol amarahnya. Pasien juga minum obat secara teratur dan
berbicara secara baik-baik jika ingin meminta sesuatu atau melakukan
penolakan, hingga pasien dapat melakukan spritual sesuai ajaran agama
yang dianut.
5.2 Saran
1. Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat dikonsumsi seta membawa pasien kontrol secara
teratur kepelayana kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.
2. Bagi mahasiswa /mahasiwi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khusus tentang keperawatan jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).
Implementasi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2), 146–155.
https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922
Darman, M., Silaen, P. E., Manulang, C., Waruwu, A. M., Putri, N., & Pardede, J.
A. (2022, April 9). Application of Group Activity Therapy in Schizophrenic
Patients with Risk Problems of Violent Behavior.
https://doi.org/10.31219/osf.io/bx3gu
Dwi, F., & Pratiwi, S. K. (2017). Mekanisme Koping Pada Pasien Perilaku
Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang Lain Dan Lingkungan (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52420
Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis tanda dan
gejala resiko perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1),65-74.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.478
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). The Symptoms of Risk of
Violence Behavior Decline after Given Prgressive Muscle Relaxation Therapy
on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 91-100.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534
Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With Schizophrenic
Patients through Socialization Group Activity Therapy International Journal
of Contemporary Medicine, 9(1), 7.
https://doi.org/10.37506/ijocm.v9i1.2925
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020).Beban dengan Koping Keluarga
Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku Kekerasan. Jurnal
Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166. https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.419
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. (2021). Self-Efficacy Dan Peran
Keluarga Berhubungan Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1), 57-66.
https://Doi.Org/10.32584/Jikj.V4i1.846
Rahayu, P. P., & Utami, R. (2019). Hubungan Lama Hari Rawat Dengan Tanda Dan
Gejala Serta Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(2), 106-115.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.106-115
Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E., Aisah, S., & Hidayati, E. (2021).
Perawatan halusinasi, dukungan keluarga dan kemampuan pasien mengontrol
halusinasi: literature review. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama, 10(3), 271-284.https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
Wandira, S. A., Alfianto, A. G., & Ulfa, M. (2022). Terapi Ners Generalis: Sesi 1
Pada Klien Dengan Kekambuhan Risiko Perilaku Kekerasan Dengan
Pendekatan Teori Peplau: Laporan Kasus. Jurnal Kesehatan Hesti Wira
Sakti, 10(1), 35-42.
https://doi.org/10.47794/jkhws.v10i1.361