E Dengan Risiko
Perilaku Kekerasan Pendekatan Terapi Generalis SP 1-4
*
Ira Agustyne Damanik1, Keren Aristha Laia2, Mei Yanti Malau3
kerenlaia02@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
Data dunia menyebutkan lebih dari 450 juta jiwa orang dewasa secara global
mengalami gangguan jiwa, dari jumlah itu hanya kurang dari separuh yang bisa
mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa dan ironisnya terdapat 25% penduduk dunia akan
mengalami gangguan jiwa selama hidupnya. Saat ini gangguan jiwa mencapai 13%
dari keseluruhan penyakit yang terjadi di dunia dan diperkirakan akan menjadi lebih
besar yaitu 15% dari keseluruhan penyakit di dunia (Maryati, Hasana, & Inayati.
2022). Menurut WHO (2019), Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari
populasi) menderita kesehatan jiwa. Sementara itu jumlah penderita depresi
sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi), lebih dari 55 juta
orang terkena bipolar, Skizofrenia yang bersifat berat dan kronis yang menyerang
20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019), Provinsi Sumatera Selatan 8%,
Provinsi Kalimantan Barat 7,9%. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara berada pada
posisi ke 21 dengan privalensi 6,3%.
Berdasarkan praktik dilakukan diruang rawat inap cempaka, terdapat 5 orang pasien
yang mengalami skizofrenia dengan masalah resiko perilaku kekerasan. akan tetapi
yang menjadi subjek di dalam asuhan keperawatan ini adalah Ny. E, penyebab Ny.
E dijadikan sebagai subjek di karenakan klien belum biasa mengatasi risiko perilaku
kekerasan. Maka tujuan asuhan keperawatan yang akan di lakukan ialah untuk
mengajarkan Strategi pelaksanaan masalah resiko perilaku kekerasan pada saat Ny.
E mengalami resiko perilaku tersebut. Sehingga penulis tertarik mengangkat kasus
Ny. E
2.1.3 Etiologi
Menurut Malfasari (2020), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan
seperti :
1. Faktor predisposisi Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang
merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak
terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau
sanksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement Yang diterima saat melakukan kekerasan,
dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Agresi dapat meningkatkan citra
diri serta memberikan arti dalam hidupnya.
d. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
meliputi :
a) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanya riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Sedangkan
menurut Sutejo (2017) dari faktor-faktor tersebut masih ada teori-
teori yang menjelaskan tiap faktor.
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat. Penelitian
neurobiologi mendapatkan bahwa adanyapemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem
limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
2) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon psikologi
terhadap stimulus eskternal maupun internal. Sehingga sistem
limbik memiliki peran sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b) Faktor Psikologi
Frustation aggresion theory
Menerjemahkan bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai
suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan
agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang
dirancang untuk melukai orang atau objek. Hal ini dapat terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat. keadaan frustasi dapat mendorong individu untuk
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang
melalui perilaku kekerasan.
c) Faktor Sosial Budaya
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan
dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (Social
learning theory). Social learning theory menerjemahkan bahwa
agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk
terjadi. Sehingga seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Pembelajaran tersebut bisa internal maupun
eksternal. Contoh internal: orang yang mengalami keterbangkitan
seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif
dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut; seorang
anak yang marah karena tidak boleh beli es krim kemudian ibunya
memberinya es agar si anak berhenti marah, anak tersebut akan
belajar bahwa bila ia marah maka ia akan mendapatkan apa yang
ia inginkan. Contoh eksternal : seorang anak menunjukan perilaku
agresif setelah melihat seorang dewasa mengekspresikan berbagai
bentuk perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural dapat
pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat
diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang aserif.
2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP, selain itu klien dapat membina hubungan saling percaya, klien
dapat mengenal RPKnya, klien dapat mengontrol RPK. Data objektif pasien
tampak berbicara sendiri saat RPK itu datang, pasien dapat berbincang- bincang
dengan orang lain, pasien mampu melakukan Tarik nafas dalam terjadwal, dan
minum obat secara teratur (Anggit, 2021).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.4. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda -tanda vital,
didapatkan hasil TD : 118/75 mmHg, HR : 90x/i, RR: 22x/i, S: 36,3OC. Klien
memiliki tinggi badan 166 cm dan berat badan 62 kg.
3.5. PSIKOSOSIAL
3.5.1. Genogram
Penjelasan : Klien merupakan anak ke 7 dari 7 bersaudara, klien sudah menikah
dan memiliiki 1 anak perempuan, tapi suaminya sudah meninggal 8 bulan yang
lalu dan anak nya meninggal 1 tahun yang lalu dan tidak ada pekerjaan. Ibu klien
meninggal 4 bulan yang lalu karena stroke.
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal :
3.5.4. Spritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien Beragama Kristem dan meyakini agamnya
b. Kegiatan ibadah : Tidak pernah ibadah
Masalah Keperawatan : Defisit Spritual
Resiko Perilaku
Kekerasan
Gangguan Persepsi
Sensori:Halusinasi
Pendengaran
Diagnosa Intervensi
Keperawatan
Kamis, 24 1. Data : S:
Februari Tanda dan gejala: Senang dan bersemangat
2022 mudah marah- marah, tidak dapat O:
15.45 menahan emosi, mudah tersinggung, -Klien mampu melakukan
tatapan sinis, suka menyendiri, merasa tarik nafas dalam dengan
tidak dihargai. Kemampuan : menerima mandiri
orang yang ingin megurut badan di - Klien mampu pukul kasur
rumahnya. bantal secara mandiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko - Klien mampu meminum
Perilaku Kekerasan obat secara teratur dengan
3. Tindakan Keperawatan bantuan perawat
Sp2: A:
1. Mengevaluasi kemampuan klien Risiko Perilaku kekerasan
untuk tarik nafas dalam dan pukul kasur (+)
bantal P:
2.Memberikan informasi tentang - Latihan tarik nafas dalam
penggunaan obat 1 x/hari
4. RTL - Latihan pukul kasurbantal
Sp 3 : Risiko Perilaku Kekerasan 1 x/hari
Komunikasi secara verbal: - Minum obat
Asertif/bicara baik-baik. Clozapine 1x1
Risperidone 2x1
Jumat, 25 1. Data : S:
Februari Tanda dan gejala: Antusias dan bersemangat
2022 mudah marah- marah, tidak dapat O:
16.10 menahan emosi, mudah tersinggung, - Klien mengetahui
tatapan sinis, suka menyendiri, merasa manfaat obat dan minum
tidak dihargai. Kemampuan : menerima obat secara teratur
orang yang ingin megurut badan di - Klien mampu bicara baik-
rumahnya. baik
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko A:
Perilaku Kekerasan Risiko Perilaku kekerasan
3. Tindakan Keperawatan (+)
Sp 3: P:
1. Mengevaluasi pengetahuan klien - Latihan tarik nafas dalam
tentang obat 1 x/hari
2. Komunikasi secara verbal : - Latihan pukul Kasur
Asertif/bicara baik-baik bantal 1 x/hari
4. RTL - Minum obat
Sp 4 : Risiko Perilaku Kekerasan Clozapine 1x1
Spiritual. Risperidone 2x1
Selasa, 01 1. Data : S:
Maret Tanda dan gejala: Senang dan bersemangat
2022 mudah marah- marah, tidak dapat O:
09.20 menahan emosi, mudah tersinggung, - Klien mampu berdoa dan
tatapan sinis, suka menyendiri, merasa yakin dengan agamanya.
tidak dihargai. Kemampuan : menerima A:
orang yang ingin megurut badan di Risiko Perilaku kekerasan
rumahnya. (+)
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko P:
Perilaku Kekerasan - Latihan tarik nafas dalam
3. Tindakan Keperawatan 1 x/hari
Sp 4: - Latihan pukul Kasur
1. Mengevaluasi cara bicara klien bantal 1 x/hari
2. Melatih spiritual - Minum obat
4. RTL Clozapine 1x1
Follow up dan Evaluasi Sp1-Sp4 Risperidone 2x1
-Berdoa 3x1
Rabu, 03 1. Data : S:
Maret Tanda dan gejala: Antusias dan bersemangat
2022 mudah marah- marah, tidak dapat O:
10.15 menahan emosi, mudah tersinggung, - Klien mampu melakukan
tatapan sinis, suka menyendiri, merasa latihan fisik tarik nafas
tidak dihargai. Kemampuan : menerima dalam dengan mandiri
orang yang ingin megurut badan di - Klien mampu pukul kasur
rumahnya. bantal dengan mandiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko - Klien mengetahui
Perilaku Kekerasan manfaat obat dan minum
Sp Resiko Perilaku Kekerasan obat secara teratur
: - Klien mampu bicara baik-
Evaluasi Sp1-Sp4 baik
- Klien mampu berdoa
A:
Risiko Perilaku kekerasan
(+)
P:
- Latihan tarik nafas dalam
1 x/hari
- Latihan pukul Kasur
bantal 1 x/hari
- Minum obat
Clozapine 1x1
Risperidone 2x1
-Berdoa 3x1
Jumat , 041. Data: S:
Maret Tanda dan gejala : Pasien mengatakan masih
2022 Berbicara sendiri, Mendengar suara- mendengar suara-suara
11.20 suara, Tertawa sendiri , Berbicara yang berkata “pukul dia,
sendiri apa kau, bakar dia,”
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi O:
pendengaran - klien tampak berbicara
3. Tindakan keperawatan tidak jelas
Sp 1: Halusinasi pendengaran - klien tampak gelisah dan
Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu ketakutan
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan A:
respon halusiasi Halusinasi Pendengaran
2. Melatih cara Menghardik (+)
4. RTL: Sp 2 Halusinasi Pedengaran P:
1. Minum obat secara teratur - Menghardik 3x1
Senin, 07 1. Data: S:
Maret Tanda dan gejala : pasien mengatakan masih
2022 mendengar suara-suara
15.20
Berbicara sendiri, Mendengar suara- yang berkata “pukul dia,
suara, Tertawa sendiri , Berbicara apa kau, bakar dia,”
sendiri O:
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi - klien tampak berbicara
pendengaran sendiri, klien tampak
3. Tindakan keperawatan ketakutan
Sp 2: - klien mampu minum obat
1. Minum Obat teratur secara teratur
4. RTL: Sp 3 Halusinasi Pedengaran - Klien mampu melakukan
1. Bercakap-cakap dengan orang lain cara menghardik dengan
motivasi
A:
Halusinasi Pendengaran
(+)
P:
-Menghardik 3x1
-Minum obat 2x1
Risperidone 2x1
Clozapine 1x1
Selasa , 08 1. Data: S:
Maret Tanda dan gejala : pasien mengatakan suara
2022 Berbicara sendiri, Mendengar suara- suara mulai berkurang
16.30 suara, Tertawa sendiri , Berbicara O:
sendiri - Klien mengetahui
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi manfaat obat
pendengaran - Klien mampu bercakap-
3. Tindakan keperawatan cakap dengan orang lain
Sp 3: A:
1. Evaluasi pengetahuan dan kepatuhan Halusinasi Pendengaran
minum obat (+)
2. Bercakap-cakap dengan orang lain P:
4. RTL: Sp 4 Halusinasi Pedengaran -Menghardik 3x1
1. Melakukan Kegiatan terjadwal -Minum obat 2x1
Risperidone 2x1
Clozapine 1x1
Rabu, 09 1. Data: S: Klien merasa senang
Maret Tanda dan gejala : O:
2022 Berbicara sendiri, Mendengar suara- Klien melakukan kegiatan
14.20 suara, Tertawa sendiri , Berbicara terjadwal
sendiri A:
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Halusinasi Pendengaran
pendengaran (+)
3. Tindakan keperawatan P:
Sp 4: -Menghardik 3x1
1. Melakukan Kegiatan terjadwal -Minum obat 2x1
4. RTL: Evaluasi Sp1-Sp4 Risperidone 2x1
Clozapine 1x1
Kamis, 10 1. Data S:
Maret Tanda dan gejala : Klien tampak malu Klien mengatakan senang
2022 dan gelisah, dan tanpak sedih saat di O: Klien mampu
15.20 kaji serta menundukkan kepala mengikdentifikasi
Merasa malu karena masuk rumah sakit kemampuan dan aspek
jiwa positif yang dimiliki klien
- Kontak mata kurang dengan bantuan yaitu
- Berbicara pelan dan lirih sholat, menyapu, menyuci
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri piring.
rendah
3. Tindakan keperawatan A: HDR (+)
Sp 1 HDR P:
2. Mengidentifikasi kemampuan dan - Latih klien merapikan
aspek positif yang dimiliki tempat tidur 1x1 hari
4. RTL: Sp 2 HDR - Latih klien menyapu
1. Menilai kemamampuan yang dapat bawah tempat tidur 2x1
di gunakan hari
2. Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
kemampuan
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1
Kamis, 10 1. Data S:
Maret Tanda dan gejala : Klien tampak malu Klien mengatakan senang
2022 dan gelisah, dan tanpak sedih saat di O: -Klien mampu
15.20 kaji serta menundukkan kepala membersihkan tempat tidur
Merasa malu karena masuk rumah sakit
jiwa A: HDR (+)
- Kontak mata kurang P:
- Berbicara pelan dan lirih -Membersihkan tempat
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri tidur 1x1 hari
rendah
3. Tindakan keperawatan
Sp 2 HDR
1. Menilai kemamampuan yang dapat
di gunakan
2. Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
kemampuan
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1
4. RTL: Sp 3 HDR
1. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
Jumat, 11 1. Data S:
Maret Klien mengatakan senang
2022 O:
08.20 Tanda dan gejala : Klien tampak malu -Klien mampu mencuci
dan gelisah, dan tanpak sedih saat di piring
kaji serta menundukkan kepala A: HDR (+)
Merasa malu karena masuk rumah sakit P:
jiwa -Membersihkan tempat
- Kontak mata kurang tidur
- Berbicara pelan dan lirih -Mencuci piring 1x1 hari
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri
rendah
3. Tindakan keperawatan
Sp 3 HDR
1. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
4. RTL: Sp 4 HDR
1. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 3
Jumat, 11 1. Data S
Maret Tanda dan gejala : Klien tampak malu : Klien mengatakan senang
2022 dan gelisah, dan tanpak sedih saat di O:
11.30 kaji serta menundukkan kepala -Klien mampu menyapu
Merasa malu karena masuk rumah sakit A: HDR (+)
jiwa P:
- Kontak mata kurang -Membersihkan tempat
- Berbicara pelan dan lirih tidur
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri -Mencuci piring 1x1/hari
rendah -Menyapu 2x1/hari
3. Tindakan keperawatan
Sp 4 HDR
1. Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 3
4. RTL: Sp 4 HDR
Evaluasi Sp1- Sp4
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Waham
2. Halusinasi
3. Berencana bunuh diri
5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Ny.E dan disimpulkan
bahwa klien dapat beroirentasi secara realita, dan mengatasi harga diri rendah
dengan terapi yang di ajarkan oleh mahasiwa. Dimana klien dapat melakukan
terapi generalis yang telah diajarkan oleh mahasiswa. Maka dapat diambil
keputusan sebagai berikut Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda
dengan pengkajian teoritis maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam
pengkajian klien.
1) Pengkajian yang dilakukan tidak banyak berbeda dengan pengkajian teoritis
dan penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian yang dilakukan
2) Dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien, mahasiswa mapu Menyusun
tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis yang ada.
3) Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan
dan dapat dilaksanakan walaupun belum sepenuhnya dapat terlaksana.
4) Pada tahap evaluasi masalah yang dihadapi klien tidak teratasi semua sesuai
dengan masalah klien.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
tahapan-tahapan dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa
pendidikan baik diakademik maupun dilapangan praktek.
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat mengontrol emosi dengan menerapkan strategi
pelaksanaan, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam dan
pukul bantal kasur, minum obat secara teratur, latihan cara komunikasi secara
verbal atau bicara baik-baik, dan spiritual untuk mendukung kelangsungan
kesehatan pasien.
3. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan sehingga
dapat mempercepat proses pemulihan klien.
4. Bagi keluarga
Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan
yang baik sesuai strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dirumah.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien-pasien yang mengalami Resiko Perilaku Kekerasan.
6. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pelayanan kesehatan yang baik dan membuat suasana lingkungan
menjadi lebih nyaman agar klien tidak melakukan risiko perilaku kekerasan.
Usahakan memberikan saran, nasehat dan motivasi kepada klien agar klien
mendapatkan cara tentang bagaimana mengontrol marah.
DAFTAR PUSTAKA