DI SUSUN OLEH :
KELEMPOK 3
Puji syukur saya panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Jangka
Panjang”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengajar Selain itu juga merupakan suatu standar pemberian
nilai pada mata kuliah yang bersangkutan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu, kritik saran yang membangun sangat saya harapkan, supaya
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan agar pembaca mendapat pengetahuan
tambahan mengenai materi “Pemenuhan Kebutuhan Jangka Panjang”.Atas
perhatiannya kepada makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii 1
BAB
PENDAHULUAN
2.1 Defenisi
Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia adalah unsure-unsur
yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan, baik secara fisiologis
maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan keseahatan.
Sandang adalah logistik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
melindungi tubuh berupa pakaian dan perlengkapan pribadi. Sedangakan pengungsi
adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat
tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk
bencana (BNPB, 2018).
Sehingga kebutuhan sandang pengungsi dapat didefenisikan sebagai segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh orang atau sekelompok orang yang terpaksa keluar dari
tempat tinggalnya berupa pakaian dan perlengkapan pribadi.
2.2 Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Kebutuhan dasar manusia merupakan kebutuhan utama yang harus diperhatikan
dalam mengatasi kekurangan dan keterbatasan korban bencana terutama pada
sekelompok pengungsi untuk menjaga kelangsungan hidup para pengungsi.
Pemenuhan kebutuhan dasar yang dimaksud telah diatur dalam Pasal 48 d meliputi
yang bantuan penyediaan kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang,
pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan penampungan dan tempat hunian.
Selanjutnya kebutuhan dasar menurut UU No 24 Tahun 2007, pasal 48 huruf d, dan
pasal 53, meliputi:
1. Pangan, antara lain:
1. Makanan anak, isinya: biskuit, susu, dan lainnya.
2. Kebutuhan air bersih, sanitasi, dan lainnya.
3. Makan dan minum yang cukup, dan lainnya.
4. Peralatan dapur, alat masak untuk makan, dan lainnya.
5
2. Sandang, antara lain:
1. Family kit, berisi: peralatan mandi, alat keluarga dan wanita lainnya.
2. Kit ware, isinya: pempers bayi, minyak telon, popok dan alat bayi lainnya.
3. Pakaian untuk anak, wanita, laki-laki, dan selimut.
4. Pelatan untuk mandi. 4
Tabel. 1
Standar minimal paket logistik kesiapsiagaan di setiap Provinsi.
10
2.4 Jenis Bantuan
Beberapa jenis bantuan yang diberikan kepada pengungsi menurut Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 7 tahun 2008 tentang
pedoman tata cara pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar adalah sebagai
berikut :
1. Bantuan Tempat Penampungan/Hunian Sementara
Bantuan penampungan/hunian sementara diberikan dalam bentuk tenda-tenda,
barak, atau gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung olah
raga, balai desa, dan sebagainya, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai
tempat tinggal sementara.
Standar Minimal Bantuan :
1. Berukuran 3 (tiga) meter persegi per orang.
2. Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan.
3. Memiliki aksesibititas terhadap fasilitas umum.
4. Menjamin privasi antar jenis kelamin dan berbagai kelompok usia.
2. Bantuan Pangan
Bantuan pangan diberikan dalam bentuk bahan makanan, atau masakan yang
disediakan oleh dapur umum. Bantuan pangan bagi kelompok rentan diberikan
dalam bentuk khusus.
Standar Minimal Bantuan :
1. Bahan makanan berupa beras 400 gram per orang per hari atau bahan
makanan pokok lainnya dan bahan lauk pauk.
2. Makanan yang disediakan dapur umum berupa makanan siap saji sebanyak 2
kali makan dalam sehari.
3. Besarnya bantuan makanan (poin a dan b) setara dengan 2.100 kilo kalori
(kcal).
3. Bantuan Non Pangan
Bantuan non pangan diberikan kepada korban bencana dalam status pengungsi di
tempat hunian sementara pada pasca tanggap darurat, dalam bentuk : 11
a. Peralatan Memasak dan Makan
Masing-masing rumah tangga korban bencana dapat memperoleh bantuan
peralatan memasak dan perlengkapan untuk makan.
Standar Minimal Bantuan :
1) Tiap rumah tangga memiliki :
a) Piranti pokok berupa 1 panci besar dengan pegangan dan penutup, 1
panci sedang dengan pegangan dan penutup, 1 baskom untuk
penyiapan dan penyajian, 1 pisau dapur, dan 2 centong kayu.
b) Sebuah ember tertutup dengan kapasitas 40 liter dan sebuah ember
terbuka dengan kapasitas 20 liter.
c) Sebuah jerigen dengan kapasitas 20 liter.
2) Tiap orang memiliki : 1 piring makan, 1 sendok makan, 1 cangkir atau
gelas.
3) Pemberian bantuan botol susu bayi hanya untuk kasus-kasus tertentu.
b. Kompor, Bahan Bakar, dan Penerangan
Masing-masing rumah tangga korban bencana dapat memperoleh sarana
memasak, yaitu kompor dan pasokan bahan bakar dan lampu penerangan
secara memadai.
Standar Minimal Bantuan :
1) Kompor dan bahan bakar yang tersedia secara rutin.
2) Tersedianya tempat penyimpanan bahan bakar yang aman.
3) Alat penerangan seperti : lampu lentera, lilin, atau penerangan lain yang
memadai.
c. Alat-alat dan Perkakas
Korban bencana dapat memperoleh bantuan alat-alat dan perkakas untuk
memperbaiki hunian sementara.
Standar Minimal Bantuan :
1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan bantuan alatalat dan
perkakas yang dibutuhkan, seperti martil, gergaji, cangkul, sekop, kapak,
parang, dan gerobak kayu.
2) Memperoleh pelatihan dan pembimbingan dalam penggunaan alat-alat dan
perkakas. 12
2.8 Penyediaan pangan, air bersih dan sanitasi, pernaungan, sandang, dan
berbagai layanan kesehatan penting yang memadai
1. Selama dan setelah tahap darurat dari sebuah bencana, harus disediakan pangan,
air bersih dan sanitasi, pernaungan, sandang, dan berbagai layanan kesehatan
penting yang memadai untuk orang-orang yang terkena dampak bencana alam
yang memerlukan barang-barang dan jasa-jasa ini. Penyediaan barang-barang dan
jasa-jasa harus dilakukan tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun berdasarkan
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, opini politik atau opini lainnya,
asal-usul kebangsaan atau sosial, properti, kelahiran, usia, cacat fisik, atau status-
status lainnya. Kelayakan barang-barang dan jasa-jasa ini artinya bahwa mereka
(i) tersedia, (ii) mudah diakses, (iii) bisa diterima, dan (iv) bisa disesuaikan:
a. Tersedia berarti bahwa barang-barang dan jasa-jasa itu tersedia untuk populasi
yang terkena dampak dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
b. Mudah diakses berarti bahwa barang-barang dan jasa-jasa itu
1) Diberikan tanpa diskriminasi kepada semua orang yang membutuhkan,
2) berada dalam jangkauan yang aman dan secara fisik dapat diakses oleh
siapapun, termasuk kelompok-kelompok rentan dan terpinggirkan, dan
3) diketahui oleh para penerima bantuan;
c. Bisa diterima merujuk pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa yang bisa
diterima baik secara kultural maupun mempertimbangkan aspek gender dan
usia;
d. Bisa disesuaikan mensyaratkan bahwa barang-barang dan jasa-jasa itu
disediakan melalui cara-cara yang cukup fleksibel untuk disesuaikan dengan
perubahan kebutuhan-kebutuhan dalam tahap-tahap berbeda yang mencakup
tahap pemberian bantuan darurat, tahap rekonstruksi, dan, dalam kasus
pengungsi, tahap kepulangan mereka. Selama tahap darurat awal, penyediaan
pangan, air bersih dan sanitasi, pernaungan, sandang, dan layanan-layanan
kesehatan dianggap memadai apabila bisa menjamin kelangsungan hidup
17
semua orang yang membutuhkannya.
2. Jika pangan, air bersih dan sanitasi, pernaungan, sandang, dan layanan-layanan
kesehatan tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi, barang-barang dan jasa-
jasa itu pertama-tama harus diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan.
Definisi kebutuhan harus berdasarkan pada dan dinilai dari kriteria non-
diskriminatif dan obyektif.
3. Jika populasi tuan rumah, yang tidak secara langsung terkena dampak bencana-
bencana alam, juga mengalami kekurangan air bersih dan sanitasi, pernaungan,
sandang, dan layanan-layanan kesehatan yang penting seperti mereka yang
terkena dampak bencana alam, maka bantuan harus juga disediakan bagi mereka
berdasarkan kesetaraan.
4. Hak mendapat pernaungan harus dimengerti sebagai hak untuk tinggal di suatu
tempat dalam keadaan aman, damai, dan bermartabat. Kriteria-kriteria ini harus
dipakai sebagai patokan-patokan dalam perencanaan dan implementasi program-
program pernaungan, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan yang berbeda
selama dan setelah tahap darurat.
5. Mereka yang terkena dampak bencana alam jika diperlukan harus diberikan akses
ke bantuan psiko-sosial dan layanan-layanan sosial. Perhatian khusus harus
diberikan kepada kebutuhan kesehatan kaum perempuan, termasuk penyediaan
sandang yang layak dan pasokan barang-barang yang higenis, akses ke para
penyedia barang-barang kesehatan bagi perempuan dan layanan-layanan lainnya
seperti alat-alat kesehatan reproduksi.
6. Perhatian khusus harus diberikan kepada penyediaan layanan psiko-sosial bagi
korban-korban penganiayaan seksual dan penganiayaan-penganiayaan lainnya.
7. Perhatian khusus harus diberikan kepada pencegahan penyakit menular dan yang
menyebarkan infeksi, termasuk HIV/AIDS, yang menjangkiti populasi yang
terkena dampak, khususnya mereka yang kehilangan tempat tinggal karena
bencana.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan
manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen
bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana di mulai dari tahap
prabecana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan
kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana
menggunakan prinsip triage. Serta pemenuhan kebutuhan dalam jangka panjang
sangat diperlukan untuk penanggulangan dalam bencana.
3.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah
atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari
masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut
berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
24
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 02.
Lampiran 03.
Lampiran 04.
Lampiran 05.
.
Lampiran 06
Lampiran 07.
Lampiran 08.
Lampiran 09.
Lampiran 10.