Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN DAN

KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Kesehatan
Kerja

Disusun Oleh :
1. Adita Novitasari A22020243
2. Endang Rini Astuti A22020174
3. Etik Yulita Suberti A22020175
4. Furry Hermintarsih A22020177
5. Heri Budianto A22020181
6. Nur Azizah A22020193
7. Susi Trianingsih A22020226
8. Robertus Eka W A22020212
9. Yuyun Ika Setiati A22020233

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA REGULER B16


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan kondisi keselamatan yang


bebas dari risiko kecelakaan kerja yang mencakup kondisi tempat
kerja, peralatan kerja, dan pekerja. Perawat adalah pekerja medis
yang banyak memiliki potensi bahaya baik fisik, ergonomi, biologi,
kimia, psikososial yang dapat mengakibatkan penyakit maupun
kecelakaan kerja. Banyak potensi bahaya dan risiko K3 yang bisa
ditimbulkan di dalam aktifitas pelayanan kesehatan yang ada di
Rumah Sakit. Manajemen risiko digunakan untuk mencegah
tejadinya kejadian yang tidak diinginkan (kecelakaan atau tertular
penyakit).

Ke celakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya


persyaratan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara Negara
mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja. Hal ini direalisasikan pemerintah dengan
dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No. 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai
sistem manajemen K3.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pentingnya manajemen risiko K3 dalam


keperawatan?

2. Bagaimana proses manajemen risiko K3 dalam keperawatan?

3. Bagaimana hirarki pengendalian risiko K3 dalam keperawatan?

4. Bagaimana manajemen risiko k3 di dalam gedung ?

5. Bagaimana manajemen risiko k3 di luar gedung?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pentingnya manajemen risiko K3 dalam


keperawatan.

2. Mengetahui proses manajemen risiko K3 dalam keperawatan.

3. Mengetahui hirarki pengendalian risiko K3 dalam keperawatan.

4. Mengetahui manajemen risiko k3 di dalam gedung.

5. Mengetahui manajemen risiko k3 di luar gedung.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Risiko Dalam Keperawatan

Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian,


kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya.
Manajemen risiko adalah alat untuk melindungi
perusahaan/RS/Puskesmas dari setiap kemungkinan yang merugikan.
Manajemen Risiko secara umum didefinisikan sebagai proses,
mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan
mengembangkan strategi untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam hal
ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode dan
teknik yang membantu manajer proyek maksimumkan probabilitas
dan konsekuensi dari event positif dan minimasi probabilitas dan
konsekuensi event yang berlawanan.

B. Sumber-sumber Penyebab Risiko


Menurut sumber-sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan
itu sendiri.
2. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan
atau lingkungan luar perusahaan.
3. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-
faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat
bunga, dan mata uang.
4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk
risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-
faktor manusia, alam, dan teknologi.

C. Manajemen Resiko K3 di Dalam Gedung


1. Ruang bangunan dan fisik RS
2. Lingkungan keperawatan dan bangsal RS
3. Lingkungan bangsal keperawatan RS harus bebas dari banjir
4. Dalam RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak becek, atau
tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka
dan tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan
luas halaman.
5. Pencahayaan dari dalam RS cukup.

D. Manajemen Risiko K3 di Luar Gedung


1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman yang
ada dalambatas pagar RS (bangunan fisik dan kelengkapannya )
yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi di
daerah rawan banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju
ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk
dan disesuiakan dengan luas halaman.
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan
bangunan RS harus dilengkapi penerangan dengan intensitas
cahaya yang cukup terutama pada area dengan bayangan kuat dan
yang menghadap cahaya yang menyilaukan.
6. Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Dengan menanam
pohon (green belt), meninggikan tembok dan meninggikan tanah
(bukit buatan) yang berfungsi untuk penyekatan/ penyerapan bising.
7. Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko minimum untuk
terjadinya infeksi silang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

8. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan air limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan, sehingga tesedia tempat parkir yang memadai
dan dilengkapi dengan rambu parker
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah
11. Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas
yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat berenang dan berkembang
biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu
lainnya.
12. Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
Jalur pejalan kaki :lebar, tidak licin, mengakomodasi
penyandang cacat, memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas
penghalang dan memiliki rel pemandu.
13. Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur),marka
jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar maksimum,
memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan
penyebrangan bagi pejalan kaki.
14. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefenisikan; polutan: limbah padat dibuang ke tanah,limbah
cair dibuang ke tanah atau saluran air, dibuang ke atmosfir, bising
dalam komunitas masyarakat, limbah terkendali: limbah rumah
tangga, limbah industri, limbah usaha komersial, limbah khusus:
limbah terkendali yang berbahaya sehingga membutuhkan prosedur
pembuangan khusus.
15. Kriteria limbah berbahaya: dapat menyala/mudah menyala, iritan,
berbahaya, beracun, karsinogenik, korosif, dan produk obat-obatan
yang hanya diresepkan.

E. Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko


1. Tujuan
a. Mengantisipasi dan menangani segala bentuk resiko secara efektif dan
efisien
b. Mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko serta
memantau kinerja manajemen risiko.
c. Mengintegrasikan proses manajemen risiko kedalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kinerja
2. Manfaat
a. Menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diharapkkan dalam bentuk
keluhan maupun keberatan dari para pemangku kepentingan
(stakeholder)
b. Memberikan perlindungan kepeda unit Eselon I sbagai akibat
kegagalan manusis, proses dan sistem
c. Meningkatkan efisiensi, reputasi, tingkat kepercayaan dari para
pemengku kepentingan (stakeholder)
d. Meningkatkan pengetahuan dan pemehaman tentang risiko yang
dihadapi organisasi.
e. Mengurangi kejadian “mengejutkan” yang memerlukan biaya besar.
f. Meningkatkan manajemen sumber daya
g. Meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan.
h. Membentuk organisasi yang lebih perhatian dan memiliki persiapan
yang lebih matang dalam menghadapi resiko.

F. Proses Manajemen Risiko Diluar dan Didalam Gedung


1. Penetapan Konteks
Latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan lingkungan pengendalian.
2. Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi risiko, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa
risiko
3. Analisis Risiko
Mencermati risiko dan tingkat pengendalian serta menilai risiko
4. Evaluasi Risiko
Dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai penanganan risiko.
5. Penanganan Risiko
Mengidentifikasikan opsi penanganan risiko dan memilih opsi terbaik.
6. Monitoring dan Review
Memastikan penanganan dan langkah-langkah lanjutan yang diperlukan.
7. Komunikasi dan konsultasi
Dilakukan terus menerus dengan cara mengembangkan metode
komunikasi dan pelaporan kepada stakeholder internal maupun ekternal.

G. Langkah Pengelolaan Manajemen Risiko


1. Identifikasi bahaya
a. Pertimbangan :
✓ Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan bahaya didalam
gedung
✓ Jenis kecelakaan yang mungkin dapat terjadi didalam gedung
b. Aktifitas yang digunakan dalam idenifikasi bahaya:
✓ Konsultasi dengan pekerja di ruang
✓ Konsultasi dengan tim K3 di tempat kerja
✓ Melakukan pertimbangan kemungkingan risiko terjadi
✓ Melakukan savety audit
✓ Melakukan pengujian
✓ Evaluasi Teknis dan keilmuan
✓ Analisis rekaman data
✓ Mengumpulkan informasi dari desaigner, konsumen. Supplier
dan organisasi
✓ Pemantauan tempat gedung yang dapat menganggu kesehatan
✓ Melakukan survey terhadap teman kerja di ruang kerja
2. Menilai risiko dan seleksi prioritas di dalam gedung
Merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap
tingkat risiko kecelakaan akibat kerja didalam gedung. Tujuannya,
menentukan prioritas untuk tindak lanjut karena tidak semua aspek bahaya
didalam ruangan/gedung potensial dapat ditindak lanjuti.
3. Menetapkan pengendalian
Perencanaan pengelolaan dan pengendalian kegiatankeperawatan dan
hasilnya yang dapat menimbulkan resiko bahaya kecelakaan.
Metode Pengendalian Risiko
a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene dan sanitasi saat melakukan tindakan keperawatan di
ruangan
b. Pendidikan dan pelatihan keperawatan
c. Pembangunan kesadaran motivasi klien dan keluarga
d. Evaluasi melalui internal audit / evaluasi tindakan keperawatan
e. Penegakan hukum

F. Penerapan Langkah Hirargi Pengendalian Risiko K3


• APD
1. Alat Pelindung diri
Tujuannya, sebagai alat untuk melindungi diri perawat dan klien saat
melakukan tindakan keperawatan
a. kacamata safety
b. perlindungan pendengaran,
c. pelindung wajah
d. respirator, dan
e. sarung tangan.
2. Komunikasi
Menginformasikan pada perawat dan klien saat melakukan tindakan
keperawatan didalam ruang atau di luar ruangan
3. Menyediakan Pelatihan
Agar pekerja dan personel lainnya lebih mengenal alat pengendali yang
diterapkan
4. Pengawasan
Memastikan alat pengendali bahaya potensial digunakan olleh klien dan
perawat digunakan secara benar.

• ADMINISTRASI
1. Pemantauan dan tinjauan risiko bahaya kecelakaan pada pekerja diliat
dari alur prosedur yang benar
2. Catat hasil tindakan yang menyebabkan risiko sebagai hasil dokumen
administrasi pekerja.
3. Buat SOP untuk disosialisasikan kepada semua karyawan.
4. Terapkan SOP setiap tindakan keperawatan
5. Setiap ruangan terpasang SOP
a. Pemberian tanda-tanda keselamatan,
b. daerah berbahaya tanda,
c. tanda-tanda foto-luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki,
peringatan sirene / lampu,
d. alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem
yang aman, penandaan, dan ijin kerja.
• PERANCANGAN
Rancangan / rekayasa bila terjadi hal yang kurang diinginkan
1. Sasaran
semua tempat, orang dan alat tindakan keperawatan di sediakan alat
atau tempat untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau hasil
tindakan yang kurang diharapkan pekerja.
2. Tujuan
Memudahkan pekerja untuk mengatasi masalah jika ada hal yang
kurang baik pada pekerja dan klien
Tehnisnya: buat petunjuk arah dan tempat untuk penanggulangan
kedaruratan, menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan

• SUBSTITUSI
Menentukan penggantian :
1. Monitor alat jika rusak di lakukan penggatian
2. Sehabis pakai alat di ganti dengan yang bersih
3. Ada alat untuk monitor batas waktu kedaluwarsa.
4. Perawat jaga 3 shif pagi, sore dan malam
5. Pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem
(misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu

• ELIMINASI
Jika sudah dipakai :
1. Perlu dilakukan pemisahan alat untuk dipisahkan alat yang terpapar
oleh penyakit mular dan tidak menular
2. Di lakukan perendaman dengan alat disinfektan sesuai waktu yang
ditentukan
3. Lakukan pencucian
4. Lakukan set sesuai dengan kebutuhan
5. Lakukan sterilisasi
6. Letakkan pada tempat yang sudah di sediakan
7. Memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya,
memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk
menghilangkan penanganan bahaya manual

• PEMANTAUAN DAN TINJAUAN


1. Dievaluasi tindakan dengan menggunakan SOP yang digunakan di
tiap ruangan
2. Dijaga agar benar-benar perawat mematuhi aturan yang telah
diterapkan
3. Untuk melihat efisiensi alat yang digunakan pada tindakan
keperawatan tersebut
4. Mengurangi risiko bahaya yang terjadi selama tindakan keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Risiko secara umum didefinisikan sebagai
proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan
mengembangkan strategi untuk mengelolah risiko tersebut. Dalam
hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode
dan teknik yang membantu manajer proyek maksimumkan
probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan minimasi
probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan.
Kemdian ada 5 cara untuk mengendalikan manajemen-
manajemen risiko yaitu eliminasi, substitusi, engineering,
administratif dan alat peling diri.

B. Saran
Para perawat dan tenaga medis lannya, sebaiknya untuk
memperhatikan K3 untuk mengurangi risiko-risko hazard yang
dapat terjadi. Sebelum membrei tindakan ke pasien, perawat dan
tenaga medis lainnya harus memperhatikan diri sendiri terutama
untuk masalah personal hygiene.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar,A.2010.Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 3.


Tangerang : Binarupa Aksara

Depkes RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah


Sakit. Jakarta : Bakti Husada

Nursalam & Efendi., F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan


Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Vol.1 Jakarta : EGC

Sumarni. 2017. Analisis Implementasi Patien Safety Terkait


Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai