Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN RISIKO K3 DI LUAR

GEDUNG RS
Adisurya Saputra
Pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
Suatu keadaan yang menunjukan kondisi yang
aman atau selamat dari risiko penderitanan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Pengertian manajemen risiko dan
manajemen K3
1. Manajemen risiko
manajemen risiko adalah proses pengukuran atau
penilaian risiko serta pengembangan strategi
pengeloalaannya.
2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
manajemen sebagai suatau ilmu perilaku yang
mencakup aspek sosial dan spiritual yang tidak
terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja,baik dari segi perencanaan, maupun
pengambilan keputusan dan organisasi sehingga
dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
Asas manjemen Keselamatan dan
kesehatan kerja
Suatu asas yang rasional untuk manajemen
keselamatan dan kecelakaan kerja harus
mencakup kenyataan bahwa baik perencanaan
maupun keputusan-keputusan manajerial dan
organisasi keseluruhannya tidak terlepas dari
manusia dan lingkungan kerjanya.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan operasional yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan.
Faktor Risiko K3 di luar gedung RS
1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman
yang ada dalam batas pagar RS (bangunan fisik dan
kelengkapannya ) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi di
daerah rawan banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju
ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air
masuk dan disesuiakan dengan luas halaman
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang,
lingkungan bangunan RS harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup terutama pada area
dengan bayangan kuat dan yang menghadap cahaya yang
menyilaukan
6. Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
Dengan menanam pohon (green belt), meninggikan
tembok dan meninggikan tanah (bukit buatan) yang
berfungsi untuk penyekatan/ penyerapan bising
7. Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimum untuk terjadinya infeksi silang, masalah
kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus
tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan
langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus
disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan, sehingga
tesedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan
tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah
harus disediakan tempat sampah
11. Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus selalu
dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi
secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan
sebagai tempat berenang dan berkembang biaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang
pengganggu lainnya.
12. Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
Jalur pejalan kaki :lebar, tidak licin, mengakomodasi
penyandang cacat, memiliki rambu atau marka yang jelas,
bebas penghalang dan memiliki rel pemandu
Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi
tidur),marka jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau
lebar maksimum, memungkinkan titik perlintasan dan parkir,
menyediakan penyebrangan bagi pejalan kaki

13. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefenisikan :
 Polutan : limbah padat dibuang ke tanah,limbah cair dibuang ke tanah
atau saluran air, dibuang ke atmosfir, bising dalam komunitas
masyarakat
 Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri, limbah
usaha komersial
 Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahaya sehingga
membutuhkan prosedur pembuangan khusus
14. Kriteria limbah berbahaya
 Dapat menyala/mudah menyala
 Iritan
 Berbahaya
 Beracun
 Karsinogenik
 Korosif
 Produk obat-obatan yang hanya diresepkan
Alur Penanganan Limbah Berbahaya

pengirim pengangkut penerima badan


Proses Manajemen Resiko
Pengertian
• Manajemen resiko adalah budaya, proses dan
struktur yang diarahkan untuk mewujudkan
peluang-peluang sambil mengelola efek yang
tidak diharapkan.
• Manajemen resiko adalah kegiatan terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan resiko.
• Resiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang
akan mempunyai dampak pada pencapaian
tujuan.
Proses manajemen resiko
• Proses manajemen resiko terdiri dari :
1. Identifikasi resiko
Identifikasi resiko adalah proses menemukan, mengenal
dan mendeskripsikan resiko. Identifikasi resiko terbagi
menjadi dua, yaitu identifikasi resiko proaktif dan
identifikasi resiko reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi
yang dilakukan dengan cara proaktif mencari risiko yang
berpotensi menghalangi rumah sakit mencapai
tujuannya. Metode yang dapat dilakukan diantaranya:
pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain,
survey.
• Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang
dilakukan setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam
bentuk insiden/gangguan. Metoda yang dipakai biasanya adalah
melalui pelaporan insiden.
• Bagi rumah sakit, cara paling mudah dan terstruktur untuk
melakukan identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit
diminta untuk mengidentifikasi risikonya masing-masing. Setelah
terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan menjadi
satu dan menjadi identifikasi risiko rumah sakit
2. Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko. Analisa risiko dilakukan dengan cara
menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul; serta berat
ringannya dampak yang ditimbulkan. Analisa peluang dan dampak
ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif.
3. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan
antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko
untuk menentukan apakah risiko dan/atau
besarnya dapat diterima atau ditoleransi.
Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola
oleh orang yang bertanggung jawab sesuai
dengan peringkatnya.
4. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi
risiko. Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya:
• . Menghindari risiko dengan memutuskan untuk
tidak memulai atau melanjutkan aktivitas yang
menimbulkan risiko;
• Mengambil atau meningkatkan risiko untuk
mendapat peluang (lebih baik, lebih
menguntungkan);
• Menghilangkan sumber risiko; . Mengubah
kemungkinan; . Mengubah konsekuensi; Berbagi
risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan
pembiayaan risiko); Mempertahankan risiko dengan
informasi pilihan.
5. Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review)
• Pengawasan dan tinjauan memang merupakan
kegiatan yang umum dilakukan oleh organisasi
manapun. Alat bantu itu adalah Risk Register (daftar
risiko). Risk Register adalah alat manajemen yang
memungkinkan suatu organisasi memahami profil
resiko secara menyeluruh, ini merupakan sebuah
tempat penyimpanan untuk semua informasi resiko.

Anda mungkin juga menyukai