Di susun oleh :
Nuning Pratiwie
( 2021-01-14901-048 )
PEMBIMBING PRAKTIK
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Serjana Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yangberjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. A
Dengan Diagnosa Medis P4 A1 2 Jam Post Partum Diruangan VK Puskesmas
Pahandut Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Isna Wiranti S.Kep.,Ners Selaku Koordinator Program Profesi Ners
Angkatan IX
4. Ibu Siti Faridah, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bantuan dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan dan laporan
pendahuluan ini.
5. Ibu Ayu Puspita, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan dan
laporan pendahuluan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit 3
1.1.1 Definisi 3
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi 3
1.1.3 Etiologi 6
1.1.4 Klasifikasi 6
1.1.5 Patofisiologi 7
1.1.6 Manifestasi Klinis 10
1.1.7 Komplikasi 10
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang 10
1.1.9 Manifestasi Klinis 11
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 13
1.2.1 Pengkajian 13
1.2.2 Diagnosa Keperawatan 14
1.2.3 Intervensi 16
1.2.4 Implementasi 18
1.2.5 Evaluasi 18
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian 19
2.2 Analisa Data 24
2.3 Prioritas Masalah 26
2.4 Rencana Keperawatan 27
2.5 Implentasi dan Evaluasi 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
2. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
3. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora,
berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah
melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan
semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora
licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
4. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional
atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.
Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
5. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans
dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris
menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari
kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap
sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
7. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen
8. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
1.1.2.2 Struktur interna
1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
2. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan
luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat
lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus
uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana
terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada
uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
4. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama
selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil
dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks
steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.
1.1.3 Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan.
1.1.3.1 Partus dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam sedangkan untuk multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; hal. 173).
Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase laten berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lamban
sampai servik membuka sampai 3 cm
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
a. Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan cm menjadi 5 cm.
b. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 5 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam 2 jam
pembukaan 9 cm menuju lengkap (10 cm).
2. Kala II
Kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir sampai bayi lahir. Kala II disebut juga kala pengeluaran bayi.
(JNPK-KR Depkes RI, 2008; hal. 77). Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Yeyeh, 2009; hal. 6)
3. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Saifuddin, 2008; hal. 101)
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; hal. 96) tanda- tanda lepasnya
plasenta yaitu adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat
memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. (Saifuddin, 2008; hal. 101)
Observasi yang harus dilakukan adalah :
1) Tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Adanya perdarahan
5) Kandung kencing
5. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.
1) Faktor Ibu
a. Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2013, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28
minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat
jumlah anaknya ( Oxorn, 2013). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada
primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang
berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2014).
b. Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan
dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2014). Ibu
mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi
tertentu (JHPIEGO, 2012).
2) Faktor Janin
a. Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2011). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko
trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan
fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum
(Rayburn, 2011).
b. Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,
2012).
c. Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya
adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi
bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2013).
d. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.
Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan
bregma dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah
adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter
antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2013).
e. Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya
adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut (Oxorn, 2013).
3) Faktor Persalinan Pervaginam
a. Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat
vacum yang dipasang di kepalanya ( Mansjoer,2012).
b. Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer,
2012). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan
ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur
perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina
(Oxorn, 2013).
c. Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu
pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar
untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2012).
d. Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada
keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada
saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang
sangat kuat (Cunningham, 2012).
1.1.4 Klasifikasi
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur
perineum dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
1.1.4.1 Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah:
1. Vagina
2. Komisura posterior
3. Kulit perineum
1.1.4.2 Ruptur perineum derajat dua, dengan robekan yang mengalami robekan
adalah :
1. Mukosa Vagina
2. Komisura posterior
3. Kulit perineum
4. Otot perineum
1.1.4.3 Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami
robekan adalah:
1. Sebagaimana ruptur derajat dua
2. Otot sfingter ani
1.1.4.4 Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan
adalah :
1. Sebagaimana ruptur derajat tiga
2. Dinding depan rectum
1.1.5 Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
Seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti
sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1.1.5.1 Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
1.1.5.2 Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
1.1.5.3 Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
1.1.6 Manifestasi Klinis
1.1.6.1 Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
1.1.6.2 Keluar darah segar terus menerus setelah persalinan
1.1.6.3 Nyeri yang hebat
1.1.6.4 Peningkatan suhu
1.1.6.5 Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan mengosongkan
1.1.6.6 Perluasan hematoma
1.1.6.7 Muka pucat,dingin, kulit lembab, peningkatan HR , chest pain, batuk.
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Pembengkakan payudara
1.1.7.2 Mastitis (peradangan pada payudara)
1.1.7.3 Endometritis (peradangan pada endometrium)
1.1.7.4 Post partum blues
1.1.7.5 Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir
selam persalinan atau sesudah persalinan
1.3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik (sobekan pada
jalan lahir) (SDKI D.0077)
2.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 November 2021,
pukul 10.30 WIB. Di ruang VK Puskesmas Pahandut Palangka Raya,
dengan tehnik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan
data dari buku keperawatan klien, di dapatkan data-data sebagai berikut.
Nuning Pratiwie
2.2 Analisis Data
Tim Pokja SDKI DPP PPNI Cetakan I 2016 Cetakan II 2017, Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLLKI DPP PPNI Cetakan II 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM.