Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL

Disusun Oleh:

RISMA YOLANDA PUTRI


201133057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2020/2021
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dengan judul “Intranatal Care” dalam penulisan ini telah melibatkan
bantuan moril dan material dari banyak pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan, kerja sama,
terutama yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S. Gz., M. Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurbani, S. Kp., M. Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan.
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Bapak Ns. Mather, S.Kep, M.Sos selaku pembimbing maternitas
5. Semua dosen Program Studi Ners Keperawatan Pontianak yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang
bermanfaat.
6. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Pontianak dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran mahasiswa di Prodi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes
Pontianak.

Pontianak, Oktober 2020

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL CARE

Telah Mendapatkan Persetujuan dari Dosen Pembimbing (Clinical Teacher)


Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Pontianak, Oktober 2020

Mahasiswa

Risma Yolanda Putri


NIM. 201133057

Mengetahui,

Clinic Teacher Clinic Instruktur

Ns. Mather, M.Kep. M.Sos Ngadiono. S. Kep. Ners


NIP. 197103061992032000 NIP. 197311181995011001
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk,
2016).
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah
pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan
antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi
yang baik. Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan
tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung dalam
18-24 jam dengan letak janin belakang kepala. (Varney, 2010)
2. Etiologi
Penyebab terjadinya proses persalinan :
a) Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun
mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.
b) Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban,
semakin merangsang terjadinya kontraksi.
c) Peningkatan beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan
estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin,
oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Selain itu penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum di
ketahui secara pasti/jelas. Namun terdapat beberapa teori antara lain :
a. Teori keregangan/distensia rahim. Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat mulai
b. Teori penurunan progesteron. Proses penuaan plasenta terjadi mulai
umur 28 minggu dimana terjadi penimbunan jaringn ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron
mengalami penurunn, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap
oxitocin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
c. Teori oksitosin internal. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hypofise parst
posterior. Menurunnnya progesteron akibat tuannya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatnya aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai
d. Teori protaglandin. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15
minggu, yang dikeluarkan oleh decidua. Pemberian prostaglandin saat
hamil menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan.
e. Teori hipotalamus pituitary dan glandula suprarenalis. Teori ini
menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbetnuk hipotalamus, teori ini
dikemukakan oleh Linggin (1979).
f. Induksi partus.
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan lain :
- Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang fleksus frenkenhauser.
- Amniotomi : pemecahan ketuban
- Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus
3. Klasifikasi
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin
yang dilahirkan sebagai berikut:
a. Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus immaturus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan antara 22-28 minggu atau
dengan berat badan antara 500-999 gram.
c. Partus prematurus
Pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup pada usia kehamilan antara
28-37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000-2999 gram.
d. Partus maturus atau partus aterm
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan 37 minggu dan 42 minggu
atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus post maturus atau partus serotinus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah:
1. Gravida: Wanita yang sedang hamil
2. Primigravida: Wanita yang hamil untuk pertama kali.
3. Para: Wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
4. Primipara: Wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak 1x
5. Multipara: Wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali.
dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 x.
6. Grandlemultipara : wanita yang telah melahirkan janin aterm kebih dari 5x
4. Tanda dan Gejala
1) Tanda-tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum
persalinan adalah:
a. Lightening/settling/dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul. Pada primigravida terjadi saat 4-6 minggu terakhir
kehamilan, sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung
kemihtertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari
uterus.
e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinya pun
akan bertambah bisa bercampur darah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. 2014)
2) Tanda-tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum
persalinan adalah:
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat:
1. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2. Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin
besar.
3. Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak
karenarobekan kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban
pecah, dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam kemudian.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan
telah ada (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan dan kelahiran
- Usia Ibu
- Berat badan ibu
- Jarak kelahiran
- Berat bayi dan usia gestasi
- Posisi fetus
- Kondisi selaput ketuban
- Tempat menempelnya plasenta dan Faktor psikologi
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan persalinan:
a) Power (kekuatan yang mendorong janin keluar). Power pertama pada
persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi otot rahim yang
terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu:
1. His (kontraksi otot rahim pada persalinan).
2. Tenaga mengejan.
Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB
namun lebih kuat). Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul
suatu reflek pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragma kebawah. Hal ini berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada kontraksi.
b) Passage (jalan lahir).
Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak
(serviks dan vagina).
c) Passanger (janin).
Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu
panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang.
Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pap; kepala,
bokong, bahu, muka.
d) Psikologi.
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan
mengalami kondisi yang tidak baik, disebabkan saat stress dapat
menyebabkan disekresinya epineprin yang dapat menghambat aktifitas
miometrial sehingga mengakibatkan tidak terkoordinasinya aktivitas
uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon ibu harus diberikan
support dan dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa support
emosional dan fisik mempunyai hubungan signifikan dalam
mempercepat persalinan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2014).
5. Patofisiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan
kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan penenang
bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2minggu
sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi
(Wiknjosostro, 2010).
a. Tanda-tanda permulaan persalinan menurut Rukiyah, dkk (2012), tanda-
tanda permulaan peralinan:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit diperut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi
lemah di uterus, kadang-kadang di sebut “traise labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
juga bercampur darah (bloody show).
b. Tanda-tanda inpartus, menurut (Nugroho, 2011).
1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur
2) Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4) Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada
WOC

6. Komplikasi
Menurut Wiknjosostro (2010) komplikasi adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan masa nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah
perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua
jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan dan perdarahan nifas. Perdarahan post partum dalam 24 jam
pertama biasanya masih berada dalam pengawasan ketat dokter. Dalam
dua jam pertama kondisi terus dipantau, salah satunya untuk mengetahui
apakah terdapat perdarahan post partum. Sementara itu, perdarahan masa
nifas dapat terjadi ketika sudah tidak berada di rumah sakit lagi oleh
karena itu harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan
post partum.
b. Infeksi paska persalinan (post partum)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada
dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama
setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak
ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa
telah terjadi infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung
berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah
sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan.
c. Ruptur uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau Rahim tidak
utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri,
misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.
Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan
peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat
pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek.
d. Trauma Perineum
Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan
anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat
proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin
secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
b. Pemeriksaan ultrasonografi.
c. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
d. Amniosentesis dan kariotiping
8. Penatalaksanaan
1.  Kala I
a. Mengukur TTV dan PF
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan, serta perineum.
2. Kala II
1. Mengajari ibu untuk mengejan
3. Kala III
1. Pengawasan terhadap pendarahan
2. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
1. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan keadaan umum
2. Kontraksi rahim
3. Letakan bayi yang telah dibersihkan sebelah ibu

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
2. Keluhan saat pengkajian
3. Riwayat kesehatan lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola nutrisi dan cairan
d. pola eliminasi
e. pola personal hygiene
f. pola istirahat dan tidur
g. pola aktivitas
h. pemeriksaan fisik (head to toe)
i. penatalaksanaan medis/ hasil LAB
2. Masalah Keperawatan
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan nyeri, perineum
tertekan,kontraksi uterus ditandai dengan proses persalinan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan kurang tentang
prosedur pemeriksaan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses persalinan

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan Dan
Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri berhubungan  Mengungkapkan 1. Identifikasi 1. Mengklarifikasi
dengan intensitas penurunan nyeri derajat kebutuhan;
kontraksi.  Menggunakan ketidaknyamanan memungkinkan
teknik yang tepat dan sumbernya. intervensi yang tepat
untuk 2. Pantau dan catat 2. Memberikan
mempertahankan aktifitas uterus informasi legal
control pada setiap tentang kemajuan
 Istirahat diantara kontraksi kontinu; membantu
kontraksi 3. Berikan mengindentifikasi
informasi dan pola kontraksi
dukungan yang abnormal,
berhubungan memungkinkan
dengan kemajuan pengkajian dan
persalinan intervensi segera
4. Kolaborasi: kaji 3. Pertahankan supaya
kepenuhan pasangan tetap
kandung kemih. mendapatkan
Kateterisasi informasi tentang
diantara kontraksi perkiraan kelahiran
bila distensi 4. Meingkatkan
terlihat dan klien kenyamnan,
tidak mampu memudahkan
menghindari turunnya janin, dan
5. Dukung dan menurunkan resiok
posisikan blok trauma kandung
sadel atau kemih yang
anastesi spinal, disebabkan oleh
lokal, pudendal, presentasi janin
sesuai indikasi 5. Posisi yang tepat
menjamin
penempatan tepat
dari obat- obatan
dan membantu
mencegah
komplikasi
Ansietas Tujuan: dalam 1x24 1. Beri dukungan 1. Continuitas
berhubungan jam kecemasan turun profesoinal intra perawatan dan
dengan kurang partum continue pengkajian dapat
pengetahuan sesuai indikasi menurunkan stress
kurang tentang 2. Berikan 2. Pendidikan dapat
prosedur informasi tentang menurunkan stress
pemeriksaan perubahan dan ansietas serta
psikologis dan meningkatkan
fisiologis pada kemajuan
persalinan sesuai persalinan
kebutuhan 3. Berikan informasi
3. Kaji tingkat dan dasar
penyebab 4. Stress mengaktifkan
ansietas, kesiapan sistem
untuk melahirkan adrenokortikal
anak dan peran hipofisis
orang terdekat/ hipotalamik, yang
pelatih meningkatkan
4. Pantau tekanan retensi dan
darah dan nadi reabsorbsi natrium
sesuai indikasi dan air serta
5. Anjurkan klien meningkatkan
untuk ekskresi kalium
mengungkapkan 5. Stress, rasa takut,
perasaan, dan ansietas
masalah, dan rasa mempunyai efek
takut yang dalam pada
proses persalinan
Kerusakan Kriteria hasil : 1. Bantu klien/ 1. Membantu
integritas kulit - Otot parieneal pasangan dengan meningkatakan
berhubungan rileks semua posisi tepat peregangan
dengan proses selama upaya pernapasan, dan bertahap dari
persalinan mengejan upaya untuk parieneal dan
- Bebas dari rileks jaringan vagiana.
laserasi yang 2. Tempatkan klien 2. Menurunkan
dapat dicegah pada posisi sim tegangan perineal,
lateral kiri untuk meningkatan
melahirkan bila peregangan
nyaman bertahap, dan
3. Angkat kaki menurunkan
secara stimultan, perlunya episiotomy
bila peninjak 3. Menurunkan
kaki digunakan, regangan otot;
dan tepat telapak mencegah tekanan
kaki dan kaki betis dan ruangan
dengan tepat politeal yang dapat
pada posisi menimbulkan
rendah terjadinya
4. Kolaborasi : trombophlebitis
bantu dengan pasca partum
episiotomi garis 4. Meskipun
tengah atau kontroversial,
mediolateral, bila episiotomi dapat
perlu mencegah robekan
perineoum pada
kasus bayi besar,
persalinan cepat,
dan ketidakcukupan
relaksasi parineal
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Cetakan Pertama.
Jakarta: Trans Info Media; 2012.
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensip
Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinkes.
Nugroho, Taufan. “Buku Ajar Obstetri”. Yogyakarta : Nuha Medika; 2011.
Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.
Wiknjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai