Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN OKSIGENASI

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)


RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERA ELFARINA


NIM : 2011133008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PKK KEPERAWATAN DASAR PROFESI
GANGGUAN OKSIGENASI

Pontianak, 04 Oktober 2021


Telah di persiapkan dan disusun oleh :

ERA ELFARINA
NIM. 2011133008

Telah disetujui
Tanggal :

Oleh :

Dosen Penanggung Jawab

Ns. Raju Kapadia,S.Kep.,M.Med.ED

iii
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
( Andarmoyo, sulistyo, 2012). Oksigen adalah salah satu komponen
gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen
akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar
berfungsi secara optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari
terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang
adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stress pada miokardium( Potter & Perry, 2006).
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari
kebutuhan fisiologis (Hurarki Maslow). Kebutuhan oksigen
diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka
terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan apabila hal tersebut
terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan kematian.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada
yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan terjadi
kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran
pernapasan dan sumbatan yang yang menghalangi masuknya
oksigen, memolihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
1
dapat berfungsi normal kembali. Prosedur pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, Masker dan
Keteter nasal.

B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.

C. Klasifikasi
Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri dari 3 tahapan,
yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merukpakan keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosver. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah maka tekanan udara
semakin meninggi.
b) Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli
yang terdiri atasberbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh system saraf otonom. Terjadinya rangsangan
simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi
vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan

2
kontraksi merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari
sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a) Luasnya permukaan paru
b) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial keduanya ini dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan.
c) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena
tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis, (Masuk dalam darah secara berdifusi) dan
paCOJ dalam arteri pulmonalisjuga akan berdifusi kedalam alveoli.
d) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling
mengikat Hb
3. Transportasi Gas
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya :
a) Kardiac Output
b) Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain

D. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
3
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner
& Suddarth, 2002).

E. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda
dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun

F. Komplikasi
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1)  Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/
menit karena paru-paru terjadi emboli.
2)  Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3)  Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme
yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga
terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-paru.
4)  Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5)  Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli
dalam penggunaan O2.

4
6)  Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7)  Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri.
8)  Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
c.  Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat
infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

G. Penatalaksanaan medis

Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah


konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang
bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan
oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal
500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 –  20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
1. Kanula nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan


oksigensecara kontinyu dengan aliran 1 –  6 liter/mnt
dengan konsentrasi 24% - 44%.

2. Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan


oksigen kontinyu dengan aliran 1 –  6 liter/mnt dengan
5
konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.

3. Sungkup muka sederhana

4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a.       Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b.      Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c.       Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d.      Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e.       Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f.       Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g.      Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h.      CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

6
BAB II
WOC

7
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Biodata Pasien
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b. Biodata Penanggungg jawab
Meliputi Nama, Umur, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan dan
hubungan dengan klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan
gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini
yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga
klien mengalami keluhan yang dirasakan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit –
penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
1) Alergi
2) Imunisasi
3) Kebiasaan/Pola hidup
4) Obat yang pernah digunakan
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau
sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan
klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya
8
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
e. Genogram
3. Pengkajian Biologis
a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga
mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga
mempertahankan kesehatannya.
b. Pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat
melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan
data yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang,
clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan
fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau
intake makanan dan minuman yang dikonsumsi.
c. Pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna,
konsistensi, bau, karakter)
d. Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi,
fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda :
penurunan kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan
kurangnya olahraga pada klien.
e. Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
f. Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal
diri, dan peran diri
g. Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
h. Pola peran & hubungan
i. Pola manajemen & koping stres
j. Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat

4. Pemeriksaan Fisik
9
a. Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
b. Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
1) Kepala
a) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan
kasar, penampilan, depigmentasi.
b) Muka/ Wajah, Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri
tekan? penampilan berminyak, diskolorasi bersisik,
bengkak; Kulit gelap di pipi Dan di bawah mata; Tidak
halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan mulut
c) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
d) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri
di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
e) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah
nyeri tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya?
f) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil?
Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?
2) Leher
Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
3) Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan?
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
10
4) Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
5) Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
6) Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar
stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
7) Ekstremitak
Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa
otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas?
8) Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah
ada kesulitan untuk berkemih?
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
b. Laboratorium
c. EEG, ECG, EMG, USG, CTScan.
6. Terapi Yangdiberikan
Sesuai Dengan Order Dokter
a)

11
B. Diagnosa dan Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan pemantauan
1. : keperawatan selama 3x24 jam respirasi
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi diharapkan gangguan pertukaran gas a. Observasi
1) Monitor frekuensi, irama,
b. Perubahan membrane-kapiler dapat teratasi dengan kriteria hasil:
kedalaman, dan upaya napas
1. Dapatmendemonstrasikan 2) Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
peningkatan ventilasi
hiperventilasi, Kussmaul,
2. oksigenasi yang adekuat, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik0
3. suara nafas bersih,
3) Monitor kemampuan batuk
4. tidak ada sianosis dan dispneu, efektif
4) Monitor adanya produksi
5. TTV dalam rentang normal
sputum
5) Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks
b. Terapeutik
1) Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai

1
kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil
pemantauan
3) Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2. Terapi Oksigen

a. Observasi
1) Monitor kecepatan aliran
oksigen
2) Monitor posisi alat terapi
oksigen
3) Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4) Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri, analisa
gas darah ), jika perlu
5) Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
6) Monitor tanda-tanda

2
hipoventilasi
7) Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelektasis
8) Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9) Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
b. Terapeutik

1) Bersihkan secret pada mulut,


hidung dan trachea, jika perlu
2) Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3) Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
4) Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
5) Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengat tingkat
mobilisasi pasien

c. Edukasi

1) Ajarkan pasien dan keluarga

3
cara menggunakan oksigen
dirumah

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
2) Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur

2. Gangguan Ventilasi Spontan Setelah dilakukan tindakan 1. DUKUNGAN VENTILASI (I.01002)


1.Gangguanmetabolisme. keperawatan selama 3x24 jam
    Observasi
2. Kelelahan otot pernafasan. diharapkan gangguan ventilasi spontan
 Identifikasi adanya kelelahan otot
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
bantu nafas
1. Dispnea menurun  Identifikasi efek perubahan posisi
terhadap ststus pernafasan
2. Pengguanaan alat bantu napas
 Monitor status respirasi dan oksigenasi
menurn
    Terapeutik
3.TTV normal
4. Pasien tidak gelisah lagi  Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Berikan posisi semi fowler atau fowler
5.
 Fasilitasi mengubah posisi senyaman
mungkin

4
 Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
 Gunakan bag- valve mask, jika perlu

    Edukasi

 Ajarkan melakukan tehnik relaksasi


nafas dalam
 Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
 Ajarkan tehnik batuk efektif

    Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu

2. PEMANTAUAN RESPIRASI
(I.01014)

    Observasi

 Monitor frekuensi, irama, kedalaman,


dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum

5
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

 Atur interval waktu pemantauan


respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

6
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international


Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-
2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.


(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai