Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST PARTUM DI RUANG VK PUSKESMAS
PAHANDUT PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :

Mia Yohana
(2017.C.09a.0899)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Mia Yohana


NIM : 2017.C.09a.0899
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Diagnosa Medis Post
Partum di Ruang Vk Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan III Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Isna Wiranti, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga “Asuhan Keperawatan Post Partum “ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Post
Partum dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Post Partum
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan
Asuhan Keperawatan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan
ini.

Palangka Raya, 4 Mei 2020

Penyusun
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar


1.1.1 Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil .
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6
minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-
organ reproduksi seperti sebelum kehamilan.
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6
minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-
organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. Masa nifas ini dapat dibagi menjadi
tiga tahap yakni :
a. Immidiate post partum
Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam)
b. Early post partum
Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum
c. Late post partum
Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat post
partum
1.1.2 Anatomi Dan Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak
di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur
akibat rangsang hormon estrogen dan progesterone.
1.1.2.1 Stuktur eksterna

1.1.2.2 Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
1.1.2.3 Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
1.1.2.4 Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di
perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus
urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak
pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera
pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina
terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis
ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak
tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu
tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga
berfungsi selama rangsangan seksual.
1.1.2.5 Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila
ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
1.1.2.6 Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif
dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan
klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena
klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan
persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan
dan sensasi tekanan.
1.1.2.7 Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
1.1.2.8 Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen
1.1.2.9 Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
1.1.2.10 Struktur interna

1.1.2.11 Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita
normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa
usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.
1.1.2.12 Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi
setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba
fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian
oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi
dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
1.1.2.13 Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2. Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3. Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
1.1.2.14 Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik
diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina
1.1.3 Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan.
1.1.3.1 Partus dibagi menjadi 4 kala :
1. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8
jam.
2. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh
putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di
bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah
kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti
dengan sisa air ketuban.
3. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
4. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi
yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
1.1.3.2 Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.
1. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes, paritas adalah jumlah kehamilan yang
mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas
menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas
viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran
atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak
jarang berulang pada persalinan berikutnya).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan
memang ingin mengejang. Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih
efektif pada posisi tertentu.
2. Faktor Janin
a. Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir
dan robekan pada perineum .
b. Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu.
c. Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara
glabella dan bregma .
d. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter
verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior kepala
janin yang terpanjang.
e. Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah
sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut.
3. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat
vacum yang dipasang di kepalanya.
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin Komplikasi yang
dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur
uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post
partum, pecahnya varices vagina.
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada
bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi
Tersebut.
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas
kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang
sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu
tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat
1.1.4 Klasifikasi
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2. Puerperium intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
3. Remote puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bias
berminggu-minggu, berbulan atau tahunan.
1.1.5 Patofisiologi
1.1.5.1 Adaptasi Fisiologi
1. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
2. Kontraksi intensitas
Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
1.1.5.2 Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 2011 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold /
Ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari ketiga
setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi
sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru.
Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
PATHWAY
1.1.6 Manisfestasi Klinis ( Tanda dan Gejala )
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
1.1.6.1 Sistem reproduksi
1. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
2. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir.
3. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul
tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga
masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
4. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna
kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali
ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara.
1.1.6.2 Sistem endokrin
1. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
2. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum
hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil.
1.1.6.3 Sistem cerna
1. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
2. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
4. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
5. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada
hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
6. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan
keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
1.1.6.4 Sistem kardiovaskuler
1. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total
yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh
yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga
dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.
2. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum.
3. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan.
1.1.6.5 Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
1.1.6.6 Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-
hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat
ibu akibat pemsaran rahim.
1.1.6.7 Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan
menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari
500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram %
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24
jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi
kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri.
1.1.7.2 Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu
> 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah :
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
1.1.7.3 Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki
resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
1.1.7.4 Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan,
mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
2.1.7.4 Infeksi saluran kemih
Insidenmencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah
Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
2.1.7.5 Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya
terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan trombosis
(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
2.1.7.6 Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika
501 Post partum depresi.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Onset pendarahan post partum biasanya sangat cepat, dengan diagnosis
dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
labratorium atau radiologis dapat dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang sangat penting adalah untuk menilai Hb
darah. Tetap dilakukan pemeriksaan darah rutin , namun yang menjadi poin
pentng adalah Hb, terutama jika Hb kurang dari 8 gr/dL. Selain itu , jug perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah untuk keperluan tranfusi darah jika
nantinya diperlukan.
Pemeriksaan penunjang lainnya aadalah pemeriksaan radiologis yaitu
USG . Pemeriksaan USG dpat membantu u ntuk melihat adanya dan reteni sisa
plasenta. USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien
dengan resiko tinggi yang memiliki factor predisposisi terjadinya pendarahan post
partum , seperti plasenta previa.
2.1.9 Penatalaksnaan Medis
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-
bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain
itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta
lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir,
selanjutnya dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan
perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal ke
arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam
kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka
delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika
ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih
dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut
kemudian selaput lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-
putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan.
Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding
depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah
karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-
3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan
dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau
dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan
darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan
secara regional/ umum (Hamilton, 1995).
2.2 Mnajemen Keperawaan
2.2.1 Pengkajian
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f)  Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga
sampai kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran,
menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut
menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal :
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada
suhu matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung
kapan menyusui dimulai.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan
perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan
payudara
2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma
perineum dan saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan
kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil

1. Gangguan rasa Pasien a. Kaji tingkat a. Menentukan


nyaman mendemonstrasikan nyeri pasien intervensi
(nyeri) b/d tidak adanya nyeri. b. Kaji kontraksi keperawatan
peregangan uterus, proses sesuai skala
Kriteria hasil: vital
perineum; luka involusi uteri nyeri.
sign dalam batas
episiotomi; c. Anjurkan b. Mengidentifikasi
normal, pasien
involusi uteri; pasien untuk penyimpangan
hemoroid; menunjukkan membasahi dan kemajuan
pembengkaka peningkatan perineum berdasarkan
n payudara. aktifitas, keluhan dengan air involusi uteri.
nyeri terkontrol, hangat c. Mengurangi
payudara lembek, sebelum ketegangan pada
tidak ada berkemih luka perineum.
bendungan ASI. d. Anjurkan dan
latih pasien
cara merawat
payudara
secara teratur. d. Melatih ibu
e. Jelaskan pada mengurangi
ibu tetang bendungan ASI
teknik dan
merawat luka memperlancar
perineum dan pengeluaran ASI.
mengganti e. Mencegah infeksi
PAD secara dan kontrol nyeri
teratur setiap pada luka
3 kali sehari perineum.
atau setiap f. Mengurangi
kali lochea intensitas nyeri
keluar banyak. denagn menekan
f. Kolaborasi rangsnag nyeri
dokter tentang pada nosiseptor.
pemberian
analgesik bial
nyeri skala 7
ke atas.
2. Resiko defisit Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifikasi
volume cairan mendemostrasikan penyimpangan
b/d status cairan  Tanda- indikasi
pengeluaran tanda vital kemajuan atau
yang membaik. penyimpangan
setiap 4
berlebihan; dari hasil yang
Kriteria evaluasi: jam.
perdarahan; diharapkan.
tak ada manifestasi  Warna
diuresis; b. Mengidentifikasi
dehidrasi, resolusi urine.
keringat keseimbangan
oedema, haluaran  Berat
berlebihan. cairan pasien
urine di atas 30 badan secara adekuat
ml/jam, kulit setiap hari. dan teratur.
kenyal/turgor kulit
 Status c. Temuan-temuan
baik.
umum ini mennadakan
setiap 8 hipovolemia dan
jam perlunya
b. Pantau: cairan peningkatan
masuk dan cairan.
cairan keluar d. Mencegah pasien
setiap 8 jam. jatuh ke dalam
c. Beritahu kondisi kelebihan
dokter bila: cairan yang
haluaran urine beresiko
< 30 ml/jam, terjadinya oedem
haus, paru.
takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang
normal, urine
gelap atau
encer gelap
d. Konsultasi
dokter bila
manifestasi
kelebihan
cairan terjadi.
3. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji haluaran a. Mengidentifikasi
pola eleminasi (BAK) pasien urine, keluhan penyimpangan
BAK (disuria) teratur. serta dalam pola
b/d trauma keteraturan berkemih pasien.
Kriteria hasil:
perineum dan pola b. Ambulasi dini
eleminasi BAK
saluran kemih. berkemih. memberikan
lancar, disuria tidak
b. Anjurkan rangsangan untuk
ada, bladder
pasien pengeluaran urine
kosong, keluhan
melakukan dan pengosongan
kencing tidak ada.
ambulasi dini. bladder.
c. Anjurkan c. Membasahi
pasien untuk bladder dengan
membasahi air hangat dapat
perineum mengurangi
dengan air ketegangan
hangat akibat adanya
sebelum luka pada
berkemih. bladder.
d. Anjurkan d. Menerapkan pola
pasien untuk berkemih secara
berkemih teratur akan
secara teratur. melatih
e. Anjurkan pengosongan
pasien untuk bladder secara
minum 2500- teratur.
3000 ml/24 e. Minum banyak
jam. mempercepat
f. Kolaborasi filtrasi pada
untuk glomerolus dan
melakukan mempercepat
kateterisasi pengeluaran
bila pasien urine.
kesulitan f. Kateterisasi
berkemih. memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
4. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji pola a. Mengidentifikasi
pola eleminasi (BAB) teratur. BAB, penyimpangan
BAB kesulitan serta kemajuan
Kriteria hasil: pola
(konstipasi) BAB, warna, dalam pola
eleminasi teratur,
b/d kurangnya bau, eleminasi (BAB).
feses lunak dan
mobilisasi; konsistensi b. Ambulasi dini
warna khas feses,
diet yang tidak dan jumlah merangsang
bau khas feses,
seimbang; b. Anjurkan pengosongan
tidak ada kesulitan
trauma ambulasi dini. rektum secara
BAB, tidak ada
persalinan. c. Anjurkan lebih cepat.
feses bercampur
pasien untuk c. Cairan dalam
darah dan lendir,
minum jumlah cukup
konstipasi tidak
banyak 2500- mencegah
ada.
3000 ml/24 terjadinya
jam. penyerapan
d. Kaji bising cairan dalam
usus setiap 8 rektum yang
jam. dapat
e. Pantau berat menyebabkan
badan setiap feses menjadi
hari. keras.
f. Anjurkan d. Bising usus
pasien makan mengidentifikasik
banyak serat an pencernaan
seperti buah- dalam kondisi
buahan dan baik.
sayur-sayuran e. Mengidentifiakis
hijau. adanya
penurunan BB
secara dini.
f. Meningkatkan
pengosongan
feses dalam
rektum.
6. Resiko infeksi Infeksi tidak a. Pantau: vital a. Mengidentifikasi
b/d trauma terjadi. sign, tanda penyimpangan
jalan lahir. infeksi. dan kemajuan
Kriteria hasil: tanda
b. Kaji sesuai intervensi
infeksi tidak ada,
pengeluaran yang dilakukan.
luka episiotomi
lochea, warna, b. Mengidentifikasi
kering dan bersih,
bau dan kelainan
takut berkemih dan
jumlah. pengeluaran
BAB tidak ada.
c. Kaji luka lochea secara
perineum, dini.
keadaan c. Keadaan luka
jahitan. perineum
d. Anjurkan berdekatan
pasien dengan daerah
membasuh basah
vulva setiap mengakibatkan
habis kecenderunagn
berkemih luka untuk selalu
dengan cara kotor dan mudah
yang benar terkena infeksi
dan mengganti d. Mencegah
PAD setiap 3 infeksi secara
kali perhari dini.
atau setiap
kali
pengeluaran e. Mencegah

lochea kontaminasi
banyak. silang terhadap
e. Pertahnakan infeksi.
teknik septik
aseptik dalam
merawat
pasien
(merawat luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat
bayi).

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
2.2.5 Evaluasi Keperawatn
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran
evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai
dengan kriteria yang telah di tetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru, dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh
proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,
seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi
keperawatan.

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 04 Mei 2020, pukul
16.00 WIB. Di ruang perawatan Ny. A wilayah UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya, dengan tehnik anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan
fisik, dan data dari buku KIA klien, di dapatkan data-data sebagai berikut.
2.1.1 Identitas Klien dan Penanggung Jawab
1. Identitas Klien
Nama Ny. A, tempat/tanggal lahir Palangkaraya 20 Maret 1987, agama
Kristen, suku bangsa Dayak, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan IRT, golongan
darah O, alamat Jl. Kalimantan, diagnosa medis G2 P2 A0, tanggal pengkajian 04
Mei 2020.
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama Tn. K, umur 40 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Kristen, suku
bangsa Dayak, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan swasta, golongan darah B:
alamat Jl. Kalimantan, hubungan dengan klien suami.
2.1.2 Status Kesehatan
1. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama:
Klien mengatakan “Perutnya terasa nyeri (kontraksi), keluar cairan
bening berlendir
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST):
Klien mengatakan sebelum di bawa oleh keluarga ke Puskesmas Pahandut
klien merasakan nyeri pada perut dan keluar sedikit cairan bening berlendir
dari jalan lahir sejak pukul 14 .00 WIB. Karena nyeri yang dirasa semakin
kuat klien pun meminta keluarga untuk di bawa ke Puskesmas Pahandut.
Sampai di Puskesmas pada tanggal 04 Mei 2020 pukul 14:00 wib klien di
minta berbaring untuk dilakukan pemeriksaan DJJ dan VT, setelah
dilakukan VT oleh bidan di dapatkan hasil Ny. A sudah masuk pembukaan
5 lalu klien disarankan untuk berbaring miring atau berjalan- jalan di
sekitar ruangan sambil menunggu proses lahiran. TD: 130/80 mmHg, N:
80 x/m, RR: 20 x/m, S: 36,2 OC
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan persalinan ini anak kedua
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga
Genogram 3 generasi :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pesien

: Berhubungan

: Meninggal
: Tinggal serumah

5. Riwayat Obstetric dan Ginekologi


5.1 Riwayat Ginekologi
1. Riwayat Menstruasi :
Menarche: 14 tahun, Siklus : 28 hari, Lamanya Haid: 5 hari,
Banyaknya: 2-3 x/hari ganti pembalut, Sifat Darah (warna, bau,
cair/gumpalan, dysmenorhoe): merah tua, bau amis, dan cair,
Gangguan sewaktu menstruasi tidak ada, Gejala pre menstruasi
keputihan dan nyeri pada payudara, HPHT: 25 Agustus 2019, Taksiran
Persalinan: 18 Maret 2020.
2. Riwayat Perkawinan (suami dan isteri):
Usia Pernikahan 12 tahun, Lamanya Pernikahan 12 tahun.
3. Riwayat Keluarga Berencana:
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil KB Suntik dan
pil, Waktu dan lamanya penggunaan ± 5 tahun, Apakah ada masalah
dengan cara tersebut tidak ada, Jenis, kontrasepsi yang direncanakan
setelah persalinan sekarang KB Suntik, Berapa jumlah anak yang
direncanakan oleh keluarga 3.
5.2 Riwayat Obstetri
1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G2 P2 A0

Keadaan
Masalah
Anak

Tgl Umur Jenis Tempat/


No JK BB
partus hamil partus Penolong
Hami
Lahir Nifas Bayi
l

1. 01 Januari 38 Normal Puskesmas P 2.7 Tidak Tidak Tidak Tidak Normal


2010 minggu Kapuas 00 ada ada ada ada
gr

2. 04 Mei 39 Normal Puskesmas P 2.9 Tidak Tidak Tidak Tidak Normal


2020 minggu Pahandut 00 ada ada ada ada
gr

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


Keluhan waktu hamil pusing, Imunisasi : TT 5 kali, Penambahan BB
selama hamil 5 kg, Pemeriksaan kehamilan : teratur, Tempat pemeriksaan
dan hasil pemeriksaan Puskesmas Pahandut dengan hasil baik
3. Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal melahirkan 04 Mei 2020 jam 18.10 WIB, dengan jenis persalinan
spontan, 30 menit, tidak ada penyulit persalinan, tidak ada perdarahan, jenis
kelamin bayi perempuan, BB 2.9 gr.
5.3 Pemeriksaan Fisik
1. Ibu
1.1 Keadaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, tidak anemis, TD:
130/80 mmHg, N: 90 x/m, RR: 20 x/m, S: 36,5 OC, turgor kulit
cukup.
1.2 Kepala
Warna rambut hitam keadaan bersih
1.3 Muka
Tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
1.4 Mulut
Mukosa mulut dan bibir lembab, keadaan gigi bersih, fungsi
pengecapan baik, keadaan mulut baik, fungsi menelan baik.
1.5 Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tampak bening dan fungsi
penglihatan baik
1.6 Hidung
Tidak ada perdarahan atau peradangan, keadaan bersih
1.7 Telinga
Keadaan telinga bersih dan fungsi pendengaran baik
1.8 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena
jugularis dan pembesaran KGB.
1.9 Daerah Dada
1. Jantung dan Paru-paru
Suara nafas vesikuler, bunyi jantung reguler, retraksi dada tidak
ada.
2. Payudara
Payudara tampak membesar, bentuk payudara simetris,
hyperpigmentasi areola ada, keadaan puting susu menonjol, cairan
yang keluar tidak ada, keadaan bersih, tidak ada nyeri atau tegang,
tidak ada skala nyeri.

1.10 Abdomen
Tinggi FU 39 cm, kontraksi uterus tidak ada, konsistensi uterus
tidak ada
1.11 Genitalia Eksterna
Keluhan nyeri pada jalan lahir, oedema tidak ada, varises tidak ada,
ada pengeluaran lonchea berwarna mera, jumlah ± 150 cc, bau
amis.
Masalah Keperawatan: Nyeri akut
1.12 Anus
Ada hemoroid
1.13 Ekstremitas atas dan bawah
Reflek patela baik, tidak ada varises, oedema tidak ada,simetris kiri
dan kanan, kram ada
2. Bayi
2.1 Keadaan Umum
Bayi tampak putih bersih, rambut bayi cukup lebat, dada simetris,
dada baik, abdomen baik, genitalis baik, anus baik, ekstremitas
baik.
2.1.3 Pola Aktivitas Sehari-Hari
1. Pola nutrisi
Frekuensi makan 2-3 x/sehari, jenis makanan nasi, lauk, sayur dan buah,
makanan yang tidak disuka tidak ada, makanan yang disukai buah,
makanan pantang atau alergi tidak ada, nafsu makan baik, porsi makan 1
porsi, minum air mineral 6-7 gelas per hari.
2. Pola eliminasi
BAB 1x/hari, BAK sering, warna kuning jernih, bau khas amoniak
3. Pola tidur dan istirahat
Waktu tidur tidak menentu, lama tidur siang 1 jam, lama tidur malam 6-7
jam/hari, tidak ada kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat tidur tidak
ada, kesulitan saat tidur tidak ada
4. Pola aktivitad dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan tidak ada, olahraga tidak dilakukan, makan dan
minum bisa sendiri, kegiatan diwaktu luang menonton, menyusui dengan
posisi rebahan
5. Personal hygiene
Kulit bersih, rambut diikat, mulut dan gigi bersih, pakaian rapi dan bersih,
kuku pendek dan bersih
6. Ketergantungan fisik
Tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, tindak mengkonsumsi obat-
obatan
2.1.4 Aspek Psikososial dan Spiritual
1. Pola pikir dan persepsi
1.1 Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi
makanan tambahan pada bayi : iya
1.2 Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
1.3 Jenis kelamin yang diharapkan : Laki- laki
1.4 Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Suami
1.5 Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki : Iya
1.6 Apakah hamil ini diharapkan : Sangat di harapkan
1.7 Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : Iya
1.8 Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali
pusat : Iya.
2. Persepsi diri
2.1 Hal yang amat dipikirkan saat ini : Tidak ada
2.2 Harapan setelah menjalani perawatan : Cepat pulang dan berkumpul
dengan kelurga
2.3 Perubahan yang dirasa setelah hamil : Tidak ada
3. Konsep diri
3.1 Body image : Berharap sehat selalu
3.2 Peran : Ingin jadi ibu dan istri yang baik untuk anak-anak dan suami
3.3 Ideal diri : menyukai apa adanya dirinya
3.4 Identitas diri : sebagai ibu rumah tangga
3.5 Harga diri : Senang dengan anak dan suami.
4. Hubungan dan komunikasi
4.1 Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti
orang lain : iya
4.2 Bahasa utama : indonesia
4.3 Yang tinggal serumah : suami dan anaknya
4.4 Adat istiadat yang dianut : dayak\
4.5 Yang memegang peranan penting dalam keluarga :Suami
4.6 Motivasi dari suami : sangat memotivasi
4.7 Apakah suami perokok : Tidak
4.8 Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
5. Kebiasaan seksual
5.1 Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
5.2 Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : cukup
memahami
6. Sistem nilai – kepercayaan
6.1 Siapa dan apa sumber kekuatan : Keluarga dan suami
6.2 Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda :Sangat
penting
6.3 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam
frekuensi) sebutkan : solat di mesjid
6.4 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di
Rumah Sakit, sebutkan : Berdoa agar cepat sembuh
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Tidak ada
2. Urine
Tidak ada
3. Pemeriksaan tambahan
Tidak ada
2.1.6 Penatalaksanaan
Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi
04/05/2020 Amoxycilin Oral 3 x 500 Mg Antibiotic (mencegah
infeksi
Asam Oral 3 x 500 Mg Analgetik (mengurangi
mafenamat nyeri)

Parasetamol Oral 3 x 500 Mg merupakan obat generik


yang digunakan untuk
meredakan sakit kepala,
nyeri dan demam
fungsi sistem kekebalan
Vit A Oral 1 x 600 Mg
tubuh, membantu proses
pembentukan tulang,
memelihara kesehatan
reproduksi serta
membantu mempercepat
penyembuhan luka.

Palangka Raya, 04 Mei 2020


Mahasiswi

Mia Yohana

2.1.6 TABEL ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB

Ds : ibu mengatakan nyeri pada Agen injuri fisik Nyeri Akut


daerah kemaluan terutama
jika untuk bergerak dan
duduk, nyeri tajam, perih, Kontraksi uterus
lokasi pada daerah
perineum, nyeri sedang skala
4.
Do : pasien tampak kesakitan pada
saat menggerakan kedua
kakinya atau berpindah
posisi
P = nyeri dirasakan saat bergerak
Q = nyeri nyut-nyut
R = di bagian luka perineum
S = skala nyeri 4 (sedang)
Vs = TD: 130/80
S: 36
RR: 24 x/menit
N: 90

DS : klien mengatakan badannya


terasa lemas Kehamilan (37-42
DO : minggu) Keletihan
- klien tampak lemas ↓
- tanda-tanda vital Tanda-tanda inpartu
TD : 130/80 mmHg ↓
N : 90 x/m Proses persalinan
S : 36OC ↓
Kala I Fase Aktif

Kontraksi uterus

2.1.7 Prioritas Masalah

1. Nyeri Akut Berhubungan dengan agen injuri fisik, kontraksi uterus


yang di tandai dengan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk
bergerak dan duduk

2. Keletihan berhubungan dengan kontraksi uterus dibuktikan dengan


klien tampak lemas, tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg, N : 90
x/m, S : 36OC
2.1.8 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : ruang Vk. Puskesmas Pahandut

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Nyeri Akut Berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Obserpasi tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri pasien
dengan agen injuri fisik, keperawatan selama 6 jam 2. Monitor tekanan darah, frekuensi 2. Untuk mengetahui normalnya ttv
kontraksi uterus yang di tandai pertemuan. pernapasan dan denyut nadi pasien
dengan nyeri pada daerah Kriteria hasil: 3. Atur posisi pasien dan control 3. Untuk mendapatan posisi nyaman dan
kemaluan terutama jika untuk 1. Nyeri berkurang lingkungan yang dapat mempengaruhi dapat beristrahat dengan tenang.
bergerak dan duduk. 2. Menyatakan rasa nyaman nyeri. 4. Untu mengurangi rasa nyeri
setelah nyeri berkurng 4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi 5. Untuk mengatasi nyeri pasien
3. Tidak mengalami gangguan 5. Kolaborasi pemberian analgetik..
pola tidur

Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : ruang Vk. Puskesmas Pahandut

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


4. Keletihan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor dan catat pola ativits istirahat/ 1. Untuk mengetahui apakah pola
kontraksi uterus dibuktikan keperawatan selama 6 jam pola tidur pasien isstirahat dan tidur pasien
dengan klien tampak lemas, pertemuan. 2. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau terpenuhi.
tanda-tanda vital : TD : 130/80 Kriteria hasil: nyeri selama bergerak dan aktivitas 2. Untuk mengetahui penyebab
mmHg, N : 90 x/m, S : 36 OC 1. Tidak letih lagi 3. Catat aktivitas yang dapat menimbulkan keletihan yang dirasakan pasien.
2. Keseimbangan aktivitas dan keletihan 3. Agar mengetahui aktivitas apa saja
istrahat. 4. Jelaskan pada pasien hubungan keletihan yang meninbulkan keletihan pada
dengan proses penyakit. pasien.
4. Supaya pasien mengetahui
penyebab keletihan yang dirasakan
pasien.

2.1.9 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Senin, 4 mei 2020, 1. Mengobserpasi tingkat nyeri pasien S : ibu mengatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika
pukul 14.00 wib. 2. Memonitor tekanan darah, frekuensi untuk bergerak dan duduk, nyeri tajam, perih, lokasi
Diagnosa ke 1
pernapasan dan denyut nadi pada daerah perineum, nyeri sedang skala 4.
3. Mengatur posisi pasien
4. Mengedukasi tindakan paliatif O : pasien tampak kesakitan pada saat menggerakan kedua
5. Berkolaborasi pemberian obat. kakinya atau berpindah posisi.
P = nyeri dirasakan saat bergerak
Q = nyeri nyut-nyut Mia Yohana
R = di bagian luka perineum
S = skala nyeri 4 (sedang)
Vs = TD: 130/80
S: 36
RR: 24 x/menit
N: 90
A : Masalah belum teratasi

B : Intervensi dilanjutkan

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
2. Senin, 4 Mei 2020 1. Memonitor dan catat pola ativits istirahat/ S : klien mengatakan badannya terasa lemas
14.00 wib. pola tidur pasien
O:
Diagnosa ke 2 2. Memonitor lokasi ketidaknyamanan atau - klien tampak lemas
- tanda-tanda vital
nyeri selama bergerak dan aktivitas
TD : 130/80 mmHg
3. Mencatat aktivitas yang dapat menimbulkan N : 90 x/m
S : 36OC Mia Yohana
keletihan
4. Menjelaskan pada pasien hubungan
A : Masalah teratasi
keletihan dengan proses penyakit.

P : Hentikan Intervensi
DAPTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. (2011). Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri


patologis, Edisi 2, Jilid 1. Jakarta. EGC.
Bobak. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC.
Wikojosostro, Hanifa. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. cetakan 3. Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo.
Doengus, Merillyn E. ( 2010) . Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2. Jakarta.
EGC.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2011),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai