Anda di halaman 1dari 27

Makalah keperawatan maternitas

Dengan gangguan aborsi


Dosen pembimbing: Rizka Yunit, S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun oleh:
1.Qudsiyatul umniyah
2.Bunga destiana
3.Ahnaf zidane

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah dengan asuhan keperawatan pendarahan awal kehamilan dan
pendarahan kehamilan lanjut ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta
salam tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, juga segenap keluarga,
dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Ketua Yayasan
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketua STIKes Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Nafolion nur rahmat., S.Kep., Ns., M.Kes selaku Kepala Prodi Sarjana Keperawatan
STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
4. Wardatul washilah., S.Kep., Ns., M.Kep selaku wali kelas prodi sarjana keperawatan
stikes hafshawaty zainul hasan proboliggo.
5. Rizka Yunit, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
maternitas II.
6. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
7. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong semester IV.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan terselesaikan.
Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga makalah ini
dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini.

Probolinggo, 01 oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kematian Ibu merupakan peristiwa kompleks yang disebabkan oleh berbagai
penyebab, penyebab tersebut dibedakan menjadi determinan dekat, determinan antara,
dan determinan jauh. Penyebab yang berhubungan langsung dengan kematian ibu,
disebut dengan determinan dekat, yaitu kematian ibu yang disebabkan karena gangguan
obstetric seperti pendarahan, preeklamsi/eklamsi, dan infeksi atau penyakit yang diderita
ibu selama kehamilan, persalinan maupun masa nifas. Determinan dekat dipengaruhi oleh
determianan antara yaitu status Kesehatan, status reproduksi, akses pelayanan Kesehatan,
sedangkan determinan jauh berhubungan dengan factor demografi dan sosiokultural
(Susiana, 2019).
Menurut Manuaba dalam Indonesia Journal of Midwifery (2021) Pendarahan
merupakan salah satu penyebab dari kematian ibu, pendarahan menjadi penyebab utama
dan terbanyak kematian maternal. World Health Organization (WHO) menyebutkan
bahwa salah satu penyebab perdarahan dikarenakan retensio plasenta. Retensio plasenta
menyumbang sebesar 2-3% kematian ibu dinegara berkembang (Ulya et al., 2021).
Retensio Plasenta menurut Rukiyah dalam Scientia Journal (2019) adalah keadaan
dimana plasenta belum terlepas saat 30 menit setelah bayi lahir. Berdasarkan Juraida
dalam The Indonesian Journal of Health Promotion (2021) retensio plasenta
menyumbang angka sebanyak 16-17% yang menyebabkan perdarahan.
2 Faktor predisposisi yang menyebabkan retensio plasenta adalah umur, paritas, uterus
terlalu besar, jarak kehamilan yang pendek dan sosial ekonomi. Literatur lain
menyeburkan bahwa Pendidikan, Riwayat komplikasi persalinan dan status anemia
sebagai factor predisposisi kejadian retensio plasenta (Misnawati & Rosdiana, 2021).
2.1 Rumusan masalah
1) Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien abortus?
2) Mengetahui tentang anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita?
3) Apa saja penyebab dan faktor abortus dengan resiko perdarahan?
4) Apa saja penatalaksanaa pada klien abortus?
5) Bagaimana melakukan pengkajian pada pasien abortus?
2.2 Tujuan
 Mengetahui landasan teori abortus dan resiko perdarahan
 Melakukan pengkajian pada klien abortus dengan resiko perdarahan
 Melakukan perumusan masalah keperawatan yang di temukan pada klien
abortus dengan resiko perdarahan
 Melakukan perencanaan keperawatan pada pasien abortus
 Melakukan pemberian tindakan keperawatan pada pasien abortus dengan
resiko perdarahan
 Menggambarkan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada pasien
abortus dengan resiko perdarahan
2.3 Manfaat
1. Teoritis
Memberikan informasi dan memperluas ilmu keperawatan khususnya
mengenai pasien abortus dengan fokus studi resiko perdarahan
2. Praktis
Bagi perawat
Menambah pengetahuan dan menerapkan teori yang di dapatkan tentang asuhan
keperawatan pada klien abortus dengan fokus studi resiko perdarahan.
3. Bagi rumah sakit
Sebagi bahan masukan dan evaluasi dalam pelaksaan praktik pelayanan
keperawatan khususnya pada klien abortus dengan fokus studi resiko perdaran
4. Bagi institusi pendidikan
Menjadikan hasil makalah ini wawasan dan bahan baca bagi mahasiswa
5. Bagi klien dan keluarga
Mengetahui mengenai abortus terutama masalah keperwatan resiko perdarahan
pada klien abortus sehingga tidak terjadi pada anggota yang lainnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI FISIOLOGI

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2017).
1. Stuktur eksterna
1) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata Ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai
klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
2) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons
pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam,
kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.
3) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons
pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah.
Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak
berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan
anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan
bahkan introitus vena terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan
arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam
sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum.
Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia
mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan
saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
4) Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris
dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus
fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat
banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
5) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm
atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya.
Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris di anggap sebagai kunci seksualitas wanita.
Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif
terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis
dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah
gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina.
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.
8) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
a. Struktur interna
 Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi
krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke
uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.
Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara
interval selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon
seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
 Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah
lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap
ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi
lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
 Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin
dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di
bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
-Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Endometrium
yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran mukosa
yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang
berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
b) Miometrum
yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga
arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak
ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi
pada persalinan.

c) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan
anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan
bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
9) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa
hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan
sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang
terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina. menstruasi dan
selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
2.2 DEFINISI
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
rahim, sebagai batasan yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim, dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.

abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar


kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari
28 minggu.
Dapat disimpulkan bahwa abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi, pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab abortus disebabkan karena beberapa faktor umumnya abortus didahului oleh
kematian janin.
1. Faktor janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot,
embrio, janin bentuk awal, atau kadang- kadang plasenta .
 Kelainan telur (Blighted ovum)
Pada separuh embrio mengalami degenerasi atau tidak sama sekali, kerusakan
embrio, atau kelainan kromosom (trisomi autosom, monosomi).
 Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implementasi hasil konsepsi dan gizi
ibu yang kurang karena anemia atau jarak kehamilan yang terlalu dekat.
 Pengaruh luar
Infeksi endometrium yaitu endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi dan hasil
konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi yang menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.
2. Faktor ibu
 Umur ibu
Faktor abortus secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia
kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun.
 Jumlah anak lahir
Pada jumlah anak lahir juga mempengaruhi peningkatan terjadinya abortus apabila
wanita atau klien hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan aterm.
 Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetes militus.
 Penyakit infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan menyebabkan abortus seperti herpes simplek
yang dapat menyebabkan abortus setelah terjadi infeksi genetalia pada awal kehamilan,
HIV dalam darah ibu.
Infeksi maternal dapat membawa resiko tinggi bagi janin yang sedang berkembang,
terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.
 Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada
penyakit disfungsi tiroid dan defisiensi insulin.
 Anemia ibu memalui gangguan nutrisi dan perdarahan oksigen menuju sirkulasi
retroplasenter.
 Defisiensi progesterone
Kurangnya sekresi progesterone oleh korpus luteum atau plasenta yang dapat
menyebabkan peningkatan kejadian abortus.
3. Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak berfungsi,
gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya DM, sedangkan hipertensi yang
menyebabkan perdarahan darah plasenta sehingga mengakibatkan keguguran atau
abortus.
 Gamet yang menua
Peningkatan insiden abortus yang relative terhadap kehamilan normal apabila
insiminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3 hari sesudah saat pergeseran suhu tubuh basal.
Pada penuaan gamet didalam saluran genetalia wanita sebelum pembuahan
meningkatkan terjadinya abortus.
4. Trauma
Kasus trauma ini jarang terjadi, umumnya abortus terjadi, umumnya abortus terjadi
segera setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan yaitu pengangkatan
ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum sebelum minggu ke-8,
pembedahan intra abdominal dan operasi pada uterus disaat hamil.
5. Nutrisi
Tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi atau defisiensi
sedang semua nutrient merupakan penyebab abortus yang penting. Mual dan muntah
yang timbul agak sering pada awal kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya,
jarang diikuti oleh abortus spontan.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
tanda dan gejala abortus adalah :
 Adanya keterlambatan datang bulan
 Terjadinya perdarahan
 Disertai sakit perut
 Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
 Pemeriksaan hasil tes positif dapat masih positif atau sudah negative.

Gejala klinis Abortus incomplete :


 Perdarahan memanjangsampai terjadi keadaan anemis
 Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
 Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
 Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).

2.4 KLASIFIKASI
Jenis-jenis abortus menurut Kusumawati (2014) , diantaranya:
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
2. Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
3. Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena indikasi medis seperti
riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.
4. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan– tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
5. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk abortus dimana hanya
sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta. Perdarahan berlangsung banyak, dan dapat membahayakan ibu.
6. Abortus imminens Abortus yang mengancam terjadi di mana perdarahan kurang dari
20 minggu, dengan atau tanpa kram perut bagian baway tanpa dilatasi serviks.
7. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana ekspulsi hasil
konsepsi belum terjadi tetapi telah ada dilatasi serviks. Kondosi ini ditandai pada
wanita hamil dengan perdarahan banyak, disertai nyeri kram peut bagian bawah.
8. Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed abortion adalah
kondisi dimana embrio atau janin nonviable tetapi tidak dikeluarkan secara
spontan dari janin (kurun waktu sekitar 8 minggu).
2.5 PATOFISIOLOGI
Keguguran atau abortus terjadinya dimulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
hasil konsepsi jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan oksigenasi. Bagian yang terlepas dianggap benda asing,
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut
dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan
berbagai penyulit. Oleh karena itu, keguguran memiliki gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil
konsepsi (Manuaba, 2019).
Pada abortus spontan biasanya kematian embrio terjadi paling lama 2 minggu
sebelum perdarahan. Oleh karena itu pengobatan untuk mempertahankan janin tidak
layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.
Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke 10 villi korialis belum menanamkan diri dengan erat ke
dalam desidua hingga telur mudah lepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion
tumbuh dengan cepat dan hubungan villi korialis dengan desidua makin erat hingga
mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta).
2.3 PATHWAY

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel darah
putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
 Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
 Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.
2.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum Abortus incomplete
a) Menentukan besar uterus (taksiran usia gestasi), kenali dan atasi setiap
komplikas.
b) Hasil konsepsi yang telah tertangkap pada servik yang disertai perdarahan hingga
ukuran sedang. Setelah itu evaluasi perdarahan
 Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 gr per
oral.
 Bila perdarahan terus berlangsung, evaluasi hasil konsepsi dengan ANM atau
D&K tergantung dari usia gestasi, pembukaan servik dan keberadaan bagian-
bagian janin.
 Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri anti biotik profilaksis (ampisiilin 500gr
oral atau disisiklin 100 gr).
 Bila terjadi infeksi beri ampisilin 1 gram dan metranodazole 500
mg setiap jam.
 Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu segera lakukan
evkuasi dengan AVM.
 Bila pasien tanpak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2
minggu pada anemia sedang atau transfuse darah pada anemia berat
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi atau penyuliat abortus diantaranya:
 Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi sedikit dalam waktu yang panjang atau lama yang mendadak banyak
sehingga menyebabkan syok.
 Penyulit saat melakukan curettase
Dapat terjadi perforase dengan gejala kuret terasa tembus, penderita kesakitan, penderita syok,
dan dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen.
 Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan Karena infeksi berat
(syok endoseptik).
 Degenerasi ganas
Keguguran dapat terjadi korio karsinoma sekitar 15-20%. Gejala korio karsinoma adalah terdapat
perdarahan berlangsung lama, terjadi pembesaran atau perlunakan rahim, terhadapa metatase ke vagina atau
lainnya).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
Pengkajian yaitu tahapan awal dari proses keperawatan, data dikumpulkan secara sistematis
yang digunakan untuk menentukkan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilaksanakan
secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, sosial, dan Spiritual.

 Identitas

Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Suku, Agama,
No.Rekam Medis, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, dan Tanggal
Pengkajian.
 Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa kehamilan. Pada
pasien abortus imminens biasanya pasien akan mengeluhkan kram perut dan adanya perdarahan
atau perdarahan flek, pasien akan merasa cemas akan kehamilannya.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Untuk mengetahui tentang pengalaman perawatan kesehatan pasien mencakup riwayat
penyakit yang pernah dialami pasien, riwayat rawat inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat,
kebiasaan, dan gaya hidup. Bila pasien pernah mengalami abortus pada kehamilan sebelumnya,
besar kemungkinan pasien akan mengalami abortus pada kehamilan berikutnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut atau
kronis, seperti: penyakit jantung, DM, hipertensi, dan asma yang dapat mempengaruhi kehamilan.
4) Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah yang
sah atau tidak karena bila melahirkan tanpa status akan berkiatan dengan psikologis ibu sehingga
dapat mempengaruhi kehamilan.
5) Riwayat obstetric
 Riwayat menstruasi: umur menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyak ataupun
karakteristik darah yang keluar, keluhan yang dirasakan saat menstruasi, dan mengetahui
Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT) .
 Riwayat pernikahan: jumlahnya pernikahan dan lamanya pernikahan.
 Riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas yang lalu: riwayat kehamilan sebelumnya
(umur kehamilan dan factor penyulit) , riwayat persalinan sebelumnya (jenis,
penolong,dan penyulit), komplikasi nifas (laserasi, infeksi, dan pendarahan), serta
jumlah anak yang dimiliki.
 Riwayat keluarga berencana: jenis akseptor KB dan lamanya menggunakan KB.
6) Pola Kebutuhan dasar (Bio-psiko-sosial-kultural-spiritual)
Pola manajemen kesehatan dan persepsi: persepsi sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status
kesehatan pasien saat ini, perlindungan terhadap kesehatan (kunjungan ke pusat pelayanan
kesehatan, manajemen stress), pemeriksaan diri sendiri (riwayat medis keluarga, pengobatan yang
sudah dilakukan), perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.

Pola nutrisi metabolik:menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,jenis
makanan, serta makanan pantangan. Nutrisi yang baik akan menjadikan pertumbuhan hasil konsepsi
maksimal.

a) Pola eliminasi: menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan


buang air besar, meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau, serta
kebiasaan buang air kecil meliputi, frekuensi, warna, dan jumlah.
b) Pola aktivitas-latihan: menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-
hari. Pada pola ini yang perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Aktivitas yang terlalu banyak dan berat dapat
membahayakan kehamilan dan menyebabkan perdarahan.
c) Pola istirahat-tidur: menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan tidur siang, serta penggunaan waktu
luang. Istirahat yang cukup dapat menjaga kehamilan dan
meminimalisir terjadinya perdarahan.
d) Pola persepsi-kognitif: menggambarkan tentang pengindraan
(penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,dan peraba).
e) Pola konsep diri-persepsi diri: menggambarkan tentang keadaan sosial
(pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), identitas personal
(kelebihan dan kelemaha diri) , keadaan fisik (bagian tubuh yang
disukai dan tidak), harga diri (perasaan mengenai diri sendiri), riwayat
yang berhubungan dengan masalah fisik atau psikologis pasien.
f) Pola hubungan-peran: menggambarkan peran pasien terhadap keluarga,
kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran, struktur dan
dukungan keluarga, proses pengambilan keputusan, dan hubungan
dengan orang lain.
g) Pola seksual-reproduksi: masalah pada seksual-reproduksi, menstruasi,
jumlah anak, pengetahuan yang berhubungan dangan kebersihan
reproduksi, dan riwayat kehamilan.
h) Pola toleransi stress-koping: menggambarkan tentang penyebab, tingkat
respons stres, strategi koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi
stress.
i) Pola keyakinan-nilai: menggambarkan tentang latar belakang budaya,
tujuan hidup pasien, keyakinan yang dianut, serta adat budaya yang
berkaitan dengan kesehatan.
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda- tanda vital
(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh),
berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA) .
b) Pemeriksaan Head to Toe
(1) Kepala: amati wajah pasien (pucat atau tidak) , adanya kloasma
(2) Mata: sclera (putih atau kuning) , konjungtiva (anemis atau tidak
anemis) .
(3) Leher: adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya
pembengkakan kelenjar limpha atau tidak.
(4) Dada: payudara (warna areola [menggelap atau tidak]), puting
(menonjol atau tidak), pergerakan dada (simetris atau asimetris),
ada atau tidaknya penggunaan otot bantu pernapasan, auskultasi
bunyi pernapasan (vaskuler atau adanya bunyi nafas abnormal) .
(5) Abdomen: adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau
abnormal) , kandung kemih (bisa buang air kecil atau tidak) ,
apakah perubahan ukuran uterus tampak atau teraba sesuai usia
kandungan, dan apakah denyut jantung janin sudah terdengar dan
terdengar normal.
(6) Genetalia: kaji kebersihan genetalia, adanya hemoroid atau tidak,
cairan yang mungkin keluar dari genetalia, seperti lendir, darah,
flek, atau mungkin organel bakal janin atau jaringan lain, apakah
serviks sudah membuka dan ada perubahan pada portio vaginalis.
(7) Ekstremitas: adanya oedema, varises, CRT, dan refleks patella.
8) Data penunjang
a) Darah: pemeriksaan hemoglobin dan hematocrit (jika Hb<10g%
dibutuhkan suplemen FE) eritrosit, leukosit, trombosit.
b) USG: memeriksa kondisi janin dan dalam rahim.
9) Data fokus
Fokus pengkajian pada pasien abortus, yaitu meliputi:
a) Kontraksi uteri
b) Pembukaan serviks
c) Jumlah perdarahan
d) Rasa nyeri pada abdomen kuadran 3 dan 4 yang tidak
tertahankan
Anamnesis yang dilakukan pada pasien abortus imminens menurut
HK. Joseph & M. Nugroho S. (2010), yaitu sebagai berikut:
a. Amenorea, dengan PP test (+)
b. Vaginal spotting, keluarnya darah minimal/light
c. Diikuti nyeri abdomen (lower abdominal pain/abdominal
cramping) dalam beberapa jam hingga hari setelah vaginal
spotting. Nyeri biasanya terletak di anterior dan berirama seperti
pada persalinan biasa, serangan nyeri biasanya berupa nyeri
pinggang bawah persisten disertai perasaan tekanan pada panggul,
atau bisa berupa nyeri tumpul pada daerah simfisis pubis yang
disertai nyeri tekan di daerah uterus.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami ataupun
proses kehidupan yang dialami baik bersifat aktual atau risiko, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga, dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan ( Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2019) .
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien abortus
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan
c. Resiko syok b.d hipotensi
d. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive
e. hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
f. ansietas b.d kurangnya terpapar informasi
g. intoleransi aktifitas b.d kelemahan
Dari banyaknya diagnosa keperawatan yang mungkin ada pada
klien dengan abortus imminens, penulis berfokus pada
diagnosa keperawatan risiko perdarahan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Menurut Manuaba dalam Indonesia Journal of Midwifery (2021) Pendarahan
merupakan salah satu penyebab dari kematian ibu, pendarahan menjadi penyebab utama dan
terbanyak kematian maternal. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
salah satu penyebab perdarahan dikarenakan retensio plasenta.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim,
sebagai batasan yaitu kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
DAFTAR PUSTAKA

Airmala, U. (2021). Literature Review Hubungan Usia dan Paritas Terhadap


Kejadian Retensio Plasenta. http://repository2.unw.ac.id/1480/

Badan Pusat Statistik. (2020). Angka Kematian Ibu Menurut Pulau. Badan Pusat Statistik
Zuitasari, A. (2021). Hubungan Anemia Dan Retensio Plasenta Dengan Kejadian
Perdarahan(Vol. 1).

Fida asfia, erina rahmayanti. (2022). Determinan kejadian pendarahan post partum
akibat restensio(vol .2).

Anda mungkin juga menyukai