Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE PADA NY.

(21 TAHUN)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

OLEH:

MARIA IMAKULATA (01503210146)


MONIKA SELFI EPRIANI (01503210243)
NATHASYA TRINIKA PANCA (01503210234)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Antenatal Care merupakan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga profesional (Nissa et al., 2017).
Selain itu, pelayanan antenatal bertujuan untuk mengusahakan bayi lahir dalam
keadaan sehat, memantau dan mencegah adanya resiko saat kehamilan atau
persalinan, serta menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
(Nissa et al., 2017). Pelayanan antenatal care (ANC) diharapkan dapat mendeteksi
adanya faktor risiko, serta pencegahan dan penanganan komplikasi. Apabila ibu
hamil tidak melaksanakan ANC selama kehamilan, maka risiko terjadinya
komplikasi persalinan menjadi lebih besar. Ibu hamil yang dapat mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar, diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) (Dharmayanti et al., 2010). Pemeriksaan dilakukan satu kali sebulan
selama 28 minggu pertama dan dua kali sebulan pada masa kehamilan 28 s/d 36
minggu (Armaya, 2018). Karena kemungkinan terjadinya penyulit kehamilan atau
persalinan pada trimester terakhir maka pemeriksaan setelah 28 minggu
kehamilan harus lebih diperketat (Armaya, 2018). Pada saat kunjungan pelayanan
antenatal, ibu hamil dianjurkan untuk menimbang berat badan setiap kali
pemeriksaan, meminum satu tablet penambah darah selama masa kehamilan
sesuai dengan anjuran dokter, imunisasi TT dan mendapatkan penyuluhan
mengenai masalah kesehatan ibu dan janin oleh petugas kesehatan (Armaya,
2018).

1.2 Etiologi
1.2.1 Pengangkutan ovum ke oviduktus
Pada ovulasi ovum dibedakan ke dalam rongga abdomen dan akan langsung
diambil oleh oviduktus, ditangkap oleh fimbrie. Fimbrie dilapisi oleh silia yaitu
tonjolan-tonjolan halus mirip rambut yang bergetar seperti gelombang ke arah
interior oviduktus (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

1.2.2 Pengangkutan sperma ke oviduktus

Setelah ditaruh di vagina saat ejakulasi, sperma-sperma tersebut harus berjalan


melewati kanalis servikalis, uterus dan kemudian menuju telur di sepertiga atas
oviduktus. Rintangan pertama adalah melewati kanalis servikalis. Sewaktu kadar
estrogen tinggi seperti yang terjadi saat folikel matang akan berovulasi, mucus
serviks menjadi cukup tipis dan encer untuk dapat ditembus oleh sperma. Setelah
sampai uterus, kontraksi miometrium akan mengaduk sperma, saat mencapai
oviduktus sperma harus bergerak melawan silia, gerak ini dipermudah oleh
kontraksi antipristaltik otot polos oviduktus (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

1.2.3 Fertilisasi

Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida. Enzim- enzim akrosom, yang terpajan saat membran
akrosom rusak saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan
sperma membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma
pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran plasma ovum,
memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga
lapisan ini tidak lagi dapat ditembus sperma lain. Kepala sperma yang berfusi
tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke dalam sitoplasma memicu
pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma dan ovum menyatu
membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus sudah bisa
dimasuki oleh morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi implantasi di dinding
endometrium (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang
diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Sementara itu, endometrium telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan
dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah pengaruh progesterone fase luteal.
Blastokista terbenam di lapisan yang telah dipersiapkan tersebut melalui kerja
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista. Enzim ini
mencernakan jaringan endometrium kaya nutrient, melaksanakan dua fungsi yaitu
membuat lubang di endometrium untuk implantasi blastokista sementara pada saat
yang sama membebaskan nutrient dari sel endometrium agar dapat digunakan
oleh mudigah yang sedang berkembang (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

1.2.4 Implantasi

Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba
falopii. Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri
maka terbentuklah ” inner cell mass”. Pada stadium Blastosis, mass tersebut di
bungkus dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel tersebut terjadi produksi
hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga membentuk EPF (early
pregnancy factor) yang mencegah reaeksi hasil konsepsi. Pada stadium ini, zygote
harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan oksigen yang
memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan ektodermal
dan endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan mesodermal
yang akan tumbuh keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik (Fatimah
& Nuryaningsih, 2017).

Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung
amnion berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini,
cavum amnion masih amat kecil.2 rongga yang terbungkus oleh mesoderm
bergerak kearah blastosis. Batang mesodermal akan membentuk talipusat. Area
embrionik yang terdiri dari ektoderm – endoderm dan mesoderm akan membentuk
janin. Cavum anion semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai
dinding blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya
membentuk tabung yang akan menyatu dengan tangkai mesodermal (Fatimah &
Nuryaningsih, 2017).
1.2.5 Plasentasi

Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan demikian membesarnya


blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan dan kehamilan
akan semakin mengembang ke arah dalam cavum uteri. Perkembangan desidua
kapsularis secara bertahap memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan
menyebabkan atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis
menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve. Pada sisi yang
berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai
Chorion Frondusum. Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua
kapsularis menempel dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi
(Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini,
kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan
mengalami dilatasi membentuk sinusoid. Trofoblas mengembangkan lapisan
seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan sinsitium yang disebut
sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam dalam darah
ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi
semakin komplek dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk
percabangan-percabangan dimana cabang vasa umbilkalis membentuk
percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas. Sebagian
besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung
dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya transfer nutrien
dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan
disebut sebagai anchoring villi (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

Dengan semakin lajunya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi trofoblas dan


maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri
spiralis maternal yang berasal dari ruang intervillous. Perubahan fisiologi yang
berakibat dilatasi arteri maternal 1/3 bagian dalam miometrium. Perubahan ini
berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang
bersifat “low resistance – high flow vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh
kembang janin intra uterin. Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer
nutrien – sisa metabolisme – hormon dan CO serta O2 plasenta akan semakin
meningkat dimana struktur pemisah antara sirkulasi ibu dan anak menjadi
semakin tipis (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis sirkulasi dan “placental barrier”
pada akhir kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang memperluas
permukaan transfer nutrien dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan
mesoderm janin akan semakin tipis dan vas dalam villus mengalami dilatasi.
Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah
dengan tebal 2 -3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm ± 500 gram.
Tali pusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat ‘Wharton Jelly’
yang bertindak sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah
tertekan atau terlipat, umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta (Fatimah
& Nuryaningsih, 2017).

1.3 Tanda dan gejala

Terdapat tiga tanda dan gejala kehamilan (Manuaba, 2010), yaitu:

1) Tanda tidak pasti hamil


a) Amenore (tidak haid)
Amenora atau tidak haid merupakan suatu gejala yang paling utama, karena
pada umumnya wanita hamil tidak haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal
hari pertama haid terakhir hal ini dapat mempermudah membuat taksiran
umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan menjadi lebih mudah,
dengan memakai rumus Neagele. Rumus ini diutamakan pada wanita yang
memiliki siklus menstruasi yang teratur, 28 hari sehingga ovulasi terjadi
pada hari ke 14. Caranya yaitu tanggal hari pertama mestruasi terakhir
ditambah tujuh dan bulan dikurangi tiga.
b) Mual dan muntah
Mual muntah biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut morning
sickness.
c) Mengidam (ingin makan khusus)
Mengidam merupakan suatu halyang sering terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan, dan hal ini akan beransur-ansur menghilang dengan
makin tuanya usia kehamilan.
d) Pingsan
Pingsan bisa terjadi bila ibu hamil berada pada tempat yang ramai, sesak
dan padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Anoreksia (hilangnya selera makan)
Pada triwulan pertama kehamilan anoreksia atau hilangnya selera makan
terjadi, namun setelah itu nafsu makan timbul lagi.
f) Mammae menjadi tegang dan membesar
Mammae menjadi tegang dan membesar terjadi karena pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang merangsang ductus dan alveoli payudara.
g) Miksi sering
Sering buang air kecil akan terjadi pada awal kehamilan karena kandung
kemih ditekan oleh uterus yang mulai membesar dan akan berahir pada
triwulan kedua akan tetapi akan terjadi kembali pada ahir kehamilan di
karenakan kandung kemih akan di tekan oleh kepala janin.
h) Konstipasi atau obstipasi
Konstipasi atau obstipasi terjadi karena menurunnya tonus usus yang
disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pigmentasi atau perubahan warna kulit akan terjadi pada area areola mamae,
genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar dan
bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
j) Epulis
Epulis adalah keadaan dimana suatu hipertrofi papilla ginggiva (egusi
berdarah) yang sering terjadi pada triwulan pertama.
k) Varises (pemekaran vena-vena)
Varises terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron
mengakibatkan penampakan atau timbulnya pembuluh darah vena yang
terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis dan payudara.
2) Tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar
Rahim dapat di raba setelah kehamilan 14 minggu, serta perut akan mulai
membesar.
b) Uterus membesar
Perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada saat
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya
semakin lama semakin bundar.
c) Tanda hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah
hismus. Pada minggu-minggu pertama hismus uteri mengalami hipertrofi
seperti korpus uteri. Hipertrofiismus pada triwulan pertama mengakibatkan
ismus menjadi panjang dan lebih lunak
d) Tanda Chadwick
Terjadi perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,
vagina, dan serviks, yang disebabkan oleh 16 pengaruh hormon estrogen.
e) Tanda Piscaseck
Pembesaran pada uterus, terkadang terjadi tidak rata tetapi di daerah telur
bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Perubahan ini menimbulkan uterus
membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran.
f) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang maka mudah mengalami kontraksi, tanda yang khas
pada uterus dalam masa kehamilan. Pada kasus mioma uteri tanda Braxton-
hicks tidak ditemukan.
g) Teraba Ballotemen
Tanda adanya janin di uterus adanya fenomena bandul atau pantulan balik.
h) Kehamilan positif
Ditentukan dengan pemeriksaan adanya hormon chorionigonadotropin pada
kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Tes ini dapat
dilakukan untuk menemukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
3) Tanda pasti hamil
a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian bagian
janin.
b) Denyut jantung janin
1. Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4. Dilihat pada untrasonograf
c) Diagnosa banding Kehamilan
1. Hamil palsu
2. Adanya tanda-tanda kehamilan namun pemeriksaan dengan
menggunakan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukkan adanya
kehamilan.
3. Tumor kandungan atau mioma uteri
4. Terjadi pembesaran pada rahim namun tidak disertai dengan tanda-tanda
kehamilan, pembesaran tidak merata dan terjadi perdarahan yang banyak
saat menstruasi.
5. Kista ovarium
6. Adanya pembesaran perut tetapi namun tidak disertai tanda-tanda
kehamilan, menstruasi tetap normal setiap bulannya, lamanya perbesaran
perut dapat melebihi umur kehamilan dan pemeriksaan tes biologis
kehamilan dengan hasil tes negatif.
7. Hematometra
8. Terlambat datang bulan dapat melampaui umur kehamilan, 18 perut
terasa sakit setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim, tanda dan
pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang positif.

1.4 Penatalaksanaan Medis


1.4.1 Pemeriksaan fisik ibu hamil
Dalam pemeriksaan kehamilan meliputi beberapa langkah antara lain (Rischa,
2016):
1) Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat
Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan
bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah
cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, scoliosis atau pincang
dsb. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman
dan gembira, apakah ibu tampak lemah.
2) Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak
tersedia timbangan, perhatikan apakah ibu bertambah berat badannya. Berat
badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Yang
sebagian besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan.
Jelaskan bahwa berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan
janinnya tumbuh dengan baik bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg
pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk. Tinggi berat badan hanya
diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat ukur tinggu badan
maka bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran centi meter. Pada ibu
yang pendek perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang
sempit sehingga menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu
kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka
persalinan perlu diwaspadai.
3) Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada
kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmhg atau lebih mintalah ibu
berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk.
Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah
tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre-eklamsia dan harus
dirujuk ke dokter serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan
darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan
ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit.
4) Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang
(inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi), periksa
ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung
kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan
sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan
rasa malu pasien.
5) Pemeriksaan leopold I, untuk menentukan bagian janin yang berada dalam
fundus uteri.
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah kepala
pasien. Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti
bentuk uterus. Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk,
ukuran konsistensi dan gerakan janin. Tentukan bagian janin mana yang
terletak di fundus.
6) Pemeriksaan Leopold II, untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus.
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala pasien. Kedua
telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang
lembut tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi. Secara perlahan
geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana
terletak pada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki.
7) Pemeriksaan Leopold III, untuk menentukan bagian janin apa yang berada
pada bagian bawah.
Lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen
pasien tepat diatas simfisis pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang
berada disana.
8) Pemeriksaan Leopold IV, untuk menentukan presentasi dan “engangement”.
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi
fleksi. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba
untuk menekan kearah pintu atas panggul.
9) Pemeriksaan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin menunjukkan kesehatan dan posisi janin terhadap ibu.
Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung
janin biasanya berdenyut 120-160 kali permenit. Tanyakan kepada ibu apakah
janin sering bergerak, katakana pada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar.
Mintalah ibu segera bila janinnya berhenti bergerak. Bila sampai umur
kehamilan 28 minggu denyut jantung janin tidak dapat didengar atau
denyutnya lebih dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau janinnya
berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk.
10) Pemeriksaan punggung dibagian ginjal.
Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan.
Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau
salurannya.
11) Pemeriksaan genetalia
Cucilah tangan, kemudian kenakan sarung tangan sebelum memeriksa vulva.
Pada vulva terlihat adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang
tidak berbau. Pada kehamilan normal, tak ada rasa gatal, luka atau
perdarahan. Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan normal tidak
teraba adanya benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan dengan sarung
tangan yang masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali
lagi cucilah tangan dengan sabun.
12) Distansia tuberan
Yaitu ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau jarak antara tuber
iskhiadikum kanan dan kiri dengan ukuran normal 10,5-11cm
13) Konjugata eksterna (Boudeloge)
Yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V, dengan
ukuran normal sekitar 18-20 cm. bila diameter bouldelogue kurang dari 16
cm, kemungkinan besar terdapat kesempitan panggul.
14) Pemeriksaan panggul
Pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan
yang dapat menimbulkan penyulit persalinan. Ada empat cara melakukan
pemeriksaan panggul yaitu dengan pemeriksaan pangdang (inspeksi) dilihat
apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul, misalnya
pasien sangat pendek, bejalan pincang, terdapat kelainan seperti kifosis atau
lordosis, belah ketupat michaelis tidah simetris. Dengan pemeriksaan raba,
pasien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul bial pada
pemeriksaan raba pasien didapatkan: primigravida pada kehmilan aterm
terdapat kelainan letak. Perasat Osborn positif fengan melakukan pengukuran
ukuran-ukuran panggul luar.
15) Pemeriksaan ektremitas atas bawah
Memeriksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan didaerah pretibia
dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi
cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem positif
pada tungkai kaki dapat menendakan adanya pre eklampsia. Daerah lain yang
dapat diperiksa adalah kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah
oedem biasanya keadaan pre eklamsi sudah lebih berat.
16) Pemeriksaan reflek lutut (patella)
Mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa
yang akan dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan
menggunakan hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai
bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negative
kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. bila gerakannya
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre-eklamsi.

1.4.2 Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap

Antigen Interval Lama Perlindungan Persentase


Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT2 Empat minggu setelah TT1 Tiga tahun 80%
TT3 Enam bulan setelah TT2 Lima tahun 95%
TT4 Satu tahun setelah TT3 Sepuluh tahun 99%
TT5 Satu tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur hidup 99%

1.4.3 Konsumsi tablet Fe bagi ibu hamil

Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk
pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Tablet zat besi (Fe) sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil, sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi
tablet Fe minimal sebanyak 60 tablet selama kehamilannya (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

1) Manfaat zat besi (Fe) bagi ibu hamil


a) Menambah asupan nutrisi pada janin
b) Mencegah anemia defisiensi zat besi
c) Mencegah pendarahan saat masa persalinan
d) Menurunkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan pada saat
persalinan
e) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
2) Sumber Makanan Dengan Kandungan Zat Besi
Ibu hamil harus mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi tinggi,
seperti biji-bijian, daging merah, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan hati.
Konsumsi vitamin C yang cukup juga dapat meningkatkan proses penyerapan
zat besi di dalam tubuh (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
3) Kebutuhan Zat Besi (Fe) di Masa Kehamilan
Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada ibu hamil adalah sekitar 800 mg.
Adapun kebutuhan tersebut terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin
dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal. Kelebihan sekitar
200 mg dapat diekskresikan melalui usus, kulit, dan urine. Pada makanan ibu
hamil, tiap 100 kalori dapat menghasilkan sebanyak 8-10 mg Fe (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Untuk perhitungan makan sebanyak 3
kali, dengan kalori sebanyak 2500 kal dapat menghasilkan 20-25 mg zat besi
setiap harinya. Selama masa kehamilan lewat perhitungan 288 hari, wanita
hamil bisa menghasilkan zat besi sekitar 100 mg. Dengan demikian,
kebutuhan Fe (zat besi) masih kurang pada wanita hamil sehingga
membutuhkan asupan tambahan berupa tablet Fe (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018).

1.5 Komplikasi

Komplikasi paling umum yang dialami wanita selama kehamilan (Cafasso, 2016):

1.5.1 Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi terjadi ketika arteri yang membawa darah dari jantung ke
organ dan plasenta menyempit. Tekanan darah tinggi dikaitkan dengan risiko
lebih tinggi dari banyak komplikasi lain, seperti preeklamsia. Hal ini dapat
menyebabkan ibu hamil berada pada risiko yang lebih tinggi untuk memiliki bayi
jauh sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini disebut persalinan prematur. Hal ini
juga meningkatkan risiko memiliki bayi yang kecil. Penting untuk mengontrol
tekanan darah dengan obat-obatan selama kehamilan.

1.5.2 Diabetes gestasional

Diabetes gestasional terjadi ketika tubuh Anda tidak dapat memproses gula secara
efektif. Hal ini menyebabkan kadar gula yang lebih tinggi dari normal dalam
aliran darah. Beberapa wanita perlu mengubah rencana makan mereka untuk
membantu mengontrol kadar gula darah. Orang lain mungkin perlu menggunakan
insulin untuk menjaga kadar gula darah mereka tetap terkendali. Diabetes
gestasional biasanya sembuh setelah kehamilan.

1.5.3 Preeklamsia

Preeklamsia juga disebut toksemia. Ini terjadi setelah 20 minggu pertama


kehamilan dan menyebabkan tekanan darah tinggi dan kemungkinan masalah
dengan ginjal. Perawatan yang direkomendasikan untuk preeklamsia adalah
melahirkan bayi dan plasenta untuk mencegah penyakit berkembang. Dokter akan
mendiskusikan risiko dan manfaat terkait waktu persalinan. Dokter dapat
menginduksi persalinan jika hamil 37 hingga 40 minggu. Jika terlalu dini untuk
melahirkan bayi, dokter perlu memantau dan bayi Anda dengan cermat. Dokter
akan meresepkan obat untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
membantu bayi menjadi dewasa jika tidak cukup bulan.

1.5.4 Persalinan prematur

Persalinan prematur terjadi ketika ibu melahirkan sebelum minggu ke 37


kehamilan. Hal ini terjadi sebelum organ bayi seperti paru-paru dan otak, selesai
berkembang. Obat-obatan tertentu dapat menghentikan persalinan. Dokter
biasanya menganjurkan tirah baring agar bayi tidak lahir terlalu dini.

1.5.5 Keguguran

Keguguran adalah hilangnya kehamilan selama 20 minggu pertama. Menurut


American Pregnancy Association (APA), hingga 20 persen kehamilan di antara
wanita sehat akan berakhir dengan keguguran. Terkadang, ini terjadi bahkan
sebelum seorang wanita menyadari kehamilannya. Dalam kebanyakan kasus,
keguguran tidak dapat dicegah. Kehilangan kehamilan setelah minggu ke-20
kehamilan disebut lahir mati. Sering kali penyebabnya tidak diketahui. Masalah
yang ditemukan menyebabkan lahir mati meliputi:

1) Masalah dengan plasenta


2) Masalah kesehatan kronis pada ibu
3) Infeksi
1.5.6 Anemia

Anemia berarti keadaan dimana memiliki jumlah sel darah merah yang lebih
rendah dari normal pada tubuh. Jika menderita anemia, ibu akan merasa lebih
lelah dan lemah dari biasanya, dan memiliki kulit yang pucat. Anemia memiliki
banyak penyebab dan dokter perlu mengobati penyebab yang mendasari anemia.
Mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat selama kehamilan dapat
membantu, karena sebagian besar kasus anemia terjadi karena kekurangan zat
besi.

1.5.7 Infeksi

Berbagai infeksi bakteri, virus, dan parasit dapat mempersulit kehamilan. Infeksi
dapat berbahaya bagi ibu dan bayi, jadi penting untuk segera mencari pengobatan.
Beberapa contoh termasuk:

1) Infeksi saluran kemih


2) Vaginosis bakterial
3) Sitomegalovirus
4) Streptokokus grup B
5) Virus hepatitis B, yang dapat menyebar ke bayi Anda saat lahir
6) Influensa
7) Toksoplasmosis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh parasit yang terdapat pada
kotoran kucing, tanah, dan daging mentah
8) Infeksi jamur
9) Virus Zika

1.6 Laboratoriun dan/atau penunjang lainnya

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein


urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah
prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria,
tubercolusis, cacingan dan thalassemia (Hatini, 2018).
1) Pemeriksaan laboratorium (rutin atau sesuai indikasi) yaitu pemeriksaan kadar
hemoglobin serta golongan darah ABO dan rhesus (pada kunjungan pertama)
dan pemeriksaan ultrasonografi.
2) Pemeriksaan protein dalam urin, dilakukan pada trimester kedua dan ketiga
sesuai indikasi. Dilakukan untuk mengetahui apakah ada proteinuria atau tidak
pada ibu hamil.
3) Pemeriksaan kadar gula darah, harus dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita diabetes melitus, minimal satu kali pada tiap trimester.
4) Pemeriksaan darah malaria, dilakukan bila ada indikasi. Namun, ibu yang
tinggal di daerah endemis harus tetap dilakukan untuk skrining pada kontak
pertama.
5) Pemeriksaan tes sifilis, dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu yang
memiliki risiko menderita sifilis.
6) Pemeriksaan HIV, tenaga kesehatan wajib menawarkan kepada ibu hamil
secara inklusif pada pemeriksaan laboratrium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal. Teknik penawaran ini disebut PITC (Provider Initiated Testing and
Councelling).

7) Pemeriksaan BTA, dilakukan jika ibu hamil dicurigai menderita tuberkulosis,


dilakukan untuk pencegahan agar tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Referensi:

Armaya, R. (2018). Kepatuhan Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal


Care dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
7(01), 43–50. https://doi.org/10.33221/jikm.v7i01.51

Cafasso, J. (2016, May 25). Complications During Pregnancy and Delivery.


Retrieved from healthline:
https://www.healthline.com/health/pregnancy/delivery-complications

Dharmayanti, I., Khadijah, A., Hapsari, D., & Sari, P. (2019). Pelayanan
Pemeriksaan Kehamilan Berkualitas Yang Dimanfaatkan Ibu Hamil Untuk
Persiapan Persalinan di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan, XVIII(1), 60-
69.

Fatimah, & Nuryaningsih. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakara:


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Hatini, E. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Malang: Wineka Media.


Diakses dari: https://books.google.co.id/books?
id=_CYDwAAQBAJ&pg=PA88&dq=pemeriksaan+penunjang+pada+ibu+
hamil&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiWh6Tw9a3qAhVbfX0KHTXgDmEQ
6AEIFDAC#v=onepage&q=pemeriksaan%20penunjang%20pada%20ibu
%20hamil&f=false
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018, Agustus 12). Pentingnya
Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Fasilitas Kesehatan. Retrieved
September 21, 2021, from Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat:
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kehamilan-anc-di-
fasilitas-kesehatan

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

MayoClinic. (2019, May 11). Symptoms of pregnancy: What happens first.


Retrieved from mayoclinic.org: https://www.mayoclinic.org/healthy-
lifestyle/getting-pregnant/in-depth/symptoms-of-pregnancy/art-20043853

Nissa, A., Surjani, & Mardiyaningsih, E. (2017). Gambaran kepuasan ibu hamil
terhadap pelayanan antenatal care di Puskesmas Getasan Kabupaten
Semarang. Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(1), 21–27.

Rischa. (2016). Modul Praktikum: Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) . Ponorogo:


Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Victoria State Goverment. (2018, February 20). Pregnancy - signs and symptoms.
Retrieved from BetterHealth Channel:
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/pregnancy-signs-
and-symptoms

Anda mungkin juga menyukai