(21 TAHUN)
OLEH:
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Antenatal Care merupakan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga profesional (Nissa et al., 2017).
Selain itu, pelayanan antenatal bertujuan untuk mengusahakan bayi lahir dalam
keadaan sehat, memantau dan mencegah adanya resiko saat kehamilan atau
persalinan, serta menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
(Nissa et al., 2017). Pelayanan antenatal care (ANC) diharapkan dapat mendeteksi
adanya faktor risiko, serta pencegahan dan penanganan komplikasi. Apabila ibu
hamil tidak melaksanakan ANC selama kehamilan, maka risiko terjadinya
komplikasi persalinan menjadi lebih besar. Ibu hamil yang dapat mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar, diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) (Dharmayanti et al., 2010). Pemeriksaan dilakukan satu kali sebulan
selama 28 minggu pertama dan dua kali sebulan pada masa kehamilan 28 s/d 36
minggu (Armaya, 2018). Karena kemungkinan terjadinya penyulit kehamilan atau
persalinan pada trimester terakhir maka pemeriksaan setelah 28 minggu
kehamilan harus lebih diperketat (Armaya, 2018). Pada saat kunjungan pelayanan
antenatal, ibu hamil dianjurkan untuk menimbang berat badan setiap kali
pemeriksaan, meminum satu tablet penambah darah selama masa kehamilan
sesuai dengan anjuran dokter, imunisasi TT dan mendapatkan penyuluhan
mengenai masalah kesehatan ibu dan janin oleh petugas kesehatan (Armaya,
2018).
1.2 Etiologi
1.2.1 Pengangkutan ovum ke oviduktus
Pada ovulasi ovum dibedakan ke dalam rongga abdomen dan akan langsung
diambil oleh oviduktus, ditangkap oleh fimbrie. Fimbrie dilapisi oleh silia yaitu
tonjolan-tonjolan halus mirip rambut yang bergetar seperti gelombang ke arah
interior oviduktus (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).
1.2.3 Fertilisasi
Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida. Enzim- enzim akrosom, yang terpajan saat membran
akrosom rusak saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan
sperma membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma
pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran plasma ovum,
memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga
lapisan ini tidak lagi dapat ditembus sperma lain. Kepala sperma yang berfusi
tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke dalam sitoplasma memicu
pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma dan ovum menyatu
membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus sudah bisa
dimasuki oleh morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi implantasi di dinding
endometrium (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).
Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang
diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Sementara itu, endometrium telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan
dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah pengaruh progesterone fase luteal.
Blastokista terbenam di lapisan yang telah dipersiapkan tersebut melalui kerja
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista. Enzim ini
mencernakan jaringan endometrium kaya nutrient, melaksanakan dua fungsi yaitu
membuat lubang di endometrium untuk implantasi blastokista sementara pada saat
yang sama membebaskan nutrient dari sel endometrium agar dapat digunakan
oleh mudigah yang sedang berkembang (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).
1.2.4 Implantasi
Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba
falopii. Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri
maka terbentuklah ” inner cell mass”. Pada stadium Blastosis, mass tersebut di
bungkus dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel tersebut terjadi produksi
hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga membentuk EPF (early
pregnancy factor) yang mencegah reaeksi hasil konsepsi. Pada stadium ini, zygote
harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan oksigen yang
memadai. Terjadi perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan ektodermal
dan endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan mesodermal
yang akan tumbuh keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik (Fatimah
& Nuryaningsih, 2017).
Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung
amnion berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini,
cavum amnion masih amat kecil.2 rongga yang terbungkus oleh mesoderm
bergerak kearah blastosis. Batang mesodermal akan membentuk talipusat. Area
embrionik yang terdiri dari ektoderm – endoderm dan mesoderm akan membentuk
janin. Cavum anion semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai
dinding blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya
membentuk tabung yang akan menyatu dengan tangkai mesodermal (Fatimah &
Nuryaningsih, 2017).
1.2.5 Plasentasi
Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini,
kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan
mengalami dilatasi membentuk sinusoid. Trofoblas mengembangkan lapisan
seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan sinsitium yang disebut
sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam dalam darah
ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi
semakin komplek dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk
percabangan-percabangan dimana cabang vasa umbilkalis membentuk
percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas. Sebagian
besar cabang villi chorialis yang disebut sebagai villi terminalis mengapung
dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya transfer nutrien
dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan
disebut sebagai anchoring villi (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).
Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis sirkulasi dan “placental barrier”
pada akhir kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang memperluas
permukaan transfer nutrien dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan
mesoderm janin akan semakin tipis dan vas dalam villus mengalami dilatasi.
Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah
dengan tebal 2 -3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm ± 500 gram.
Tali pusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat ‘Wharton Jelly’
yang bertindak sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah
tertekan atau terlipat, umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta (Fatimah
& Nuryaningsih, 2017).
Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk
pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Tablet zat besi (Fe) sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil, sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi
tablet Fe minimal sebanyak 60 tablet selama kehamilannya (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
1.5 Komplikasi
Komplikasi paling umum yang dialami wanita selama kehamilan (Cafasso, 2016):
Tekanan darah tinggi terjadi ketika arteri yang membawa darah dari jantung ke
organ dan plasenta menyempit. Tekanan darah tinggi dikaitkan dengan risiko
lebih tinggi dari banyak komplikasi lain, seperti preeklamsia. Hal ini dapat
menyebabkan ibu hamil berada pada risiko yang lebih tinggi untuk memiliki bayi
jauh sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini disebut persalinan prematur. Hal ini
juga meningkatkan risiko memiliki bayi yang kecil. Penting untuk mengontrol
tekanan darah dengan obat-obatan selama kehamilan.
Diabetes gestasional terjadi ketika tubuh Anda tidak dapat memproses gula secara
efektif. Hal ini menyebabkan kadar gula yang lebih tinggi dari normal dalam
aliran darah. Beberapa wanita perlu mengubah rencana makan mereka untuk
membantu mengontrol kadar gula darah. Orang lain mungkin perlu menggunakan
insulin untuk menjaga kadar gula darah mereka tetap terkendali. Diabetes
gestasional biasanya sembuh setelah kehamilan.
1.5.3 Preeklamsia
1.5.5 Keguguran
Anemia berarti keadaan dimana memiliki jumlah sel darah merah yang lebih
rendah dari normal pada tubuh. Jika menderita anemia, ibu akan merasa lebih
lelah dan lemah dari biasanya, dan memiliki kulit yang pucat. Anemia memiliki
banyak penyebab dan dokter perlu mengobati penyebab yang mendasari anemia.
Mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat selama kehamilan dapat
membantu, karena sebagian besar kasus anemia terjadi karena kekurangan zat
besi.
1.5.7 Infeksi
Berbagai infeksi bakteri, virus, dan parasit dapat mempersulit kehamilan. Infeksi
dapat berbahaya bagi ibu dan bayi, jadi penting untuk segera mencari pengobatan.
Beberapa contoh termasuk:
Dharmayanti, I., Khadijah, A., Hapsari, D., & Sari, P. (2019). Pelayanan
Pemeriksaan Kehamilan Berkualitas Yang Dimanfaatkan Ibu Hamil Untuk
Persiapan Persalinan di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan, XVIII(1), 60-
69.
Nissa, A., Surjani, & Mardiyaningsih, E. (2017). Gambaran kepuasan ibu hamil
terhadap pelayanan antenatal care di Puskesmas Getasan Kabupaten
Semarang. Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(1), 21–27.
Victoria State Goverment. (2018, February 20). Pregnancy - signs and symptoms.
Retrieved from BetterHealth Channel:
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/pregnancy-signs-
and-symptoms