Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN SEMINAR

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny S DENGAN INTRAUTERINE FETAL


DEATH (IUFD) DI RUANG VK/PERSALINAN
RSUP DR.MOEHAMAD HOESIN PALEMBANG”

Disusun Oleh:
1. Almareta Fitriani Agus (2222205)
2. Amelia Monika (2222206)
3. Ifrohati Fitri (2222230)
4. Indah Budiarti (2222231)
5. Indri Maharani (2222232)
6. Reska Hariyani (2222257)
7. Rialita (2222258)
8. Rinda Nur Ramadhan (2222259)
9. Andi Saputra (2222207)

Pembimbing Lahan: Yuniawati, SST, M.Kes

Pembimbing Akademik: Miskiyah Tamar, S.Kep Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul: ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.S DENGAN INTRAUTERINE FETAL
DEATH DI RUANG VK/PERSALINAN (IUFD) RSUP DR.MOEHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
Palembang……………………….. 2022
Menyetujui:

Pembimbing Klinik (CI) Dosen Pembimbing Akademik

Yuniawati, SST, M.Kes Miskiyah Tamar, S.Kep Ns., M.Kep

Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan


RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Intrauterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin setelah usia kehamilan 20
minggu dan diklasifikasikan menjadi IUFD dini dan IUFD lanjut. Intrauterine Fetal
Death (IUFD) dini jika kematian janin terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Intrauterine Fetal Death (IUFD) lanjut jika kematian janin setelah usia kehamilan 24
minggu (Kanavi et al., 2014). World Health Organization (WHO) dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) menyatakan bahwa kematian janin
(IUFD) adalah janin yang meninggal dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau
lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Soewarto,
2014)
Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gr Beberapa kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya dengan
memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat (Mochtar
R, 2017).
Insidensi IUFD yang dilaporkan oleh negara-negara barat berkisar dari 4,7% hingga
12% (Kanavi, Sobha, & Kavita, 2017). Insidensi IUFD di Amerika Serikat sebesar 3-5
per 1000 kelahiran dan di negara-negara tingkat menengah seperti Amerika Selatan dan
Tengah sebesar 10- 15 per 1000 kelahiran (Safarzadeh, Ghaedniajahromi, Rigi, dan
Massori, 2014). Insidensi di Asia Selatan sebesar 31,9 per 1000 kelahiran (Tolefac,
Tamambang, Yeika, Mbwagbaw, & Egbe, 2017).
Kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu,
faktor janin, dan faktor plasental. Faktor ibu meliputi umur, kehamilan post term (> 42
minggu) dan penyakit yang diderita oleh ibu seperti anemia, preeklampsiaeklampsia,
diabetes mellitus, rhesus isoimunisasi, infeksi dalam kehamilan, Ketuban Pecah Dini
(KPD), ruptura uteri, hipotensi akut ibu (Waryono 2010).
Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu dengan
pemeriksaan kehamilan sekurangkurangnya 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali
pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Peningkatan pengetahuan ibu hamil
melalui upaya penyuluhan kesehatan tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti
perdarahan jalan lahir, pembengkakan muka, kaki dan jari kaki, sakit kepala berat,
penglihatan kabur, keluar cairan banyak dari jalan lahir, dan pergerakan janin berkurang.
Konsumsi makanan dengan nilai gizi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia,
abortus, kematian janin dalam rahim, partus prematurus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan
Intrauterine Fetal Death (IUFD )?”

1.3 Tujuan Umum


Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Intrauterine Fetal
Death (IUFD ) ?

1.4 Tujuan Khusus


a. Mampu mengetahui gambaran secara teoritis mulai dari definisi Intrauterine Fetal
Death (IUFD) etiologi, manifestasi klinis, anatomi fisiologi, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, serta penatalaksanaan
b. Mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan

1.5 Waktu &Tempat Pelaksanaan


a. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan pada saat dinas bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang di RSUP Dr..Moehammad Hoesin, berlangsung selama
tiga minggu mulai dari tanggal 22 Desember 2022.

b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT Muhammadiyah
Palembang di ruang VK/Kebidanan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. DEFINISI
Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gr Beberapa kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya dengan
memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat (Mochtar
R, 2017).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi
wanita bagian luar yang terletak di perineum.

Gambar 1.1 Organ eksterna wanita (Bobak, IM, 2017)


a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup
oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
(Saifuddin, 2016).
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora
7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian
bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris.
2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).
c. Labia Minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina
yaitu merah muda dan basah (Saifuddin, 2016).
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah
dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual
(Saifuddin, 2016).
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
dan friksi (Saifuddin, 2016).
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium (Saifuddin, 2016).
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat. (Mochtar, 2016)
h. Himen (Selaput darah)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi. (Mochtar, 2016)
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen. (Mochtar, 2016)

Gambar 1.2 Organ interna wanita (Bobak, IM, 2017)


j. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan
saluran muskulo- membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator
ani oleh karena itu dapat dikendalikan. (Mochtar, 2016)
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian
uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik
dekstra, fornik sinistra. (Mochtar, 2016)
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi
utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan. (Mochtar,
2016)
k. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di
antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila
ditekan, licin dan teraba padat. (Manuaba, 2016)
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama
yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang
berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Manuaba, 2016)
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan
endometrium. Manuaba, 2016)
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf
d) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan
tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian
perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum
yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan. (Manuaba, 2016)
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum
yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres
uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum
kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
(Mochtar, 2016)
a) Ligamentum latum
- Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke
dinding panggul
- Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
- Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
- Ligamentum rotundum (teres uteri)
- Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
- Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
- Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi (Mochtar, 2016)
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
- Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
- Menggantung uterus ke dinding panggul
- Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
(Mochtar, 2016)
c) Ligamentum kardinale machenrod
- Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
- Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
- Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
- Ligamentum sacro uterinum, merupakan penebalan dari ligamentum
kardinale machenrod menuju os sacrum
- Ligamentum vesika uterinum, dari uterus menuju ke kandung kemih
merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
- Pembuluh darah uterus, yaitu : Arteri uterina asenden yang menuju corpus
uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri, dan di bagian
atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan
ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
- Susunan saraf uterus (Saifuddin, 2016)
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis
dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.
- Tuba Fallopi Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan
ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding
rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri
dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel
bersilia. Tuba fallopi terdiri atas :
(1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
(2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
(3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
(4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi (Achadiat, 2016):
(1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
(2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
(3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
(4) Tempat terjadinya konsepsi.
(5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
- Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
(Manuaba, 2016)
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
(1) Korteks ovarii, yaitu : Mengandung folikel primordial, Berbagai fase
pertumbuhan folikel menuju folikel de graff, Terdapat corpus luteum
dan albikantes
(2) Medula ovarii, yaitu : Terdapat pembuluh darah dan limfe, Terdapat
serat saraf

- Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum.
Batasan parametrium
(1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
(2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
(3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
(4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari
C. Etiologi IUFD
Penyebab yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan:
1. Faktor Ibu
a. Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan
dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau
kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak
secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia
reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun
(Wiknjosastro, 2016).
Pada umur ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi
belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ
reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2016).
b. Paritas
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman
terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada
janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara,
mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa,
dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin (Saifuddin,
2016).
c. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam
jiwa, oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali
kunjungan selama periode antenatal.
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3
bulan)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang
wanita hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin
terdapat pada ibu hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera.
Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat
mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat
dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut
jantung janin (Saifuddin, 2016).
d. Penyulit / Penyakit
1) Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat
besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah
pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan
1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa
dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak
akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada
bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu janin
membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap
hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan
(Mochtar, 2016).
Menurut Manuaba (2016), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai
berikut :
a) Normal : 11 gr%
b) Anemia ringan : 9-10 gr%
c) Anemia sedang : 7-8 gr%
d) Anemia berat : <7 gr%.
2) Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun
ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin (Mochtar, 2004).
3) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio
plasenta dapat terjadi akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh
spasme dari arteri yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah
anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis,
spasme hilang darah kembali mengalir ke dalam intervilli, namun
pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh, mudah pecah
terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari
rahim. Sehingga aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan
terjadilah kematian janin (Wiknjosastro, 2016).
4) Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri
kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah
yang tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Umumnya wanita
penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia
dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang
menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang
tinggi. Glukosa berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi
besar atau makrosomia menimbulkan masalah sewaktu melahirkan dan
kadang-kadang mati sebelum lahir (Stridje, 2016).
5) Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka
antigen rhesus akan membuat penerima darah membentuk antibodi
antirhesus. Jika transfusi darah rhesus positif yang kedua diberikan, maka
antibodi mencari dan menempel pada sel darah rhesus negatif dan
memecahnya sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus isoimunisasi. Hal
ini dapat terjadi begitu saja di awal kehamilan, tetapi perlahan- lahan
sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran darah, antibodi antihresus
bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal dan menyelimuti
sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam
darah, dan sebagian dieklaurkan ke kantong ketuban bersama urine bayi.
Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia
sampai akhirnya mati (Llewelyn, 2016).

6) Infeksi dalam kehamilan


Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap
infeksi, namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya
terhadap janin. Infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada
janin. Efek tidak langsung timbul karena mengurangi oksigen darah ke
plasenta. Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab
menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan
kematian janin in utero (Llewellyn, 2016).
7) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dan
kematian janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda persalinan. Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10%
semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 mninggu,
kejadiannya sekitar 4%. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan
langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim
sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten,
makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas
dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2016).
8) Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada
sisi yang lain. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan
cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan
dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu
masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu
dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan
terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin,
segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua
bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi
patologik sehingga dapat mengakibatkan kematian janin (Wiknjosastro,
2016).
2. Faktor Janin
a. Kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan
kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya kematian janin dalam
kandungan, atau lahir mati. Bayi dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi
kecil untuk masa kehamilannya.
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk
suatu deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang
berbentuk deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi
bentuknya yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya
dengan faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion.
Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik
maupun bentuknya akan berubah. Kelainan kongenital dapat dikenali melalui
pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan darah janin (Kadri,
2016).
b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban
pecah. Ketuban pecah dini mempunyai peranan penting dalam timbulnya
plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih
utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan
vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga
terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki
peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat
juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam
vagina, misalnya blenorea dan oral thrush (Monintja, 2016).
c. Kelainan Tali Pusat
Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam
cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan
baik. Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm.Tali pusat
yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga
mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian
janin dalam kandungan.
1) Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam
keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi
velamentosa. Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu
pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban
pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin
akibat pecahnya vase previa mencapai 60%-70% terutama bila
pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan
waktu (Wiknjosastro, 2016).
2) Simpul tali pusat
Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi
peluntiran pembuluh darah umblikalis, karena selei Whartonnya sangat
tipis. Peluntiran pembuluh darah tersebut menghentikan aliran darah ke
janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan janin yang
begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai
(Manuaba, 2016).
3) Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang
besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada
leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. Tali
pusat yang panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat
menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin
masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan
makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin sehingga dapat
menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Wiknjosastro, 2016).

D. Patofisiologi IUFD
Janin bisa juga mati di dalam kandung (IFUD) karena beberapa faktor antara
lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya
karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta
anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah
irefersibel. Kerja organ  –  organ maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuhan janin. (Achadiat, 2016)
E. Penatalaksanaan Medis IUFD
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak terobati. Berikut penanganan secara medis
1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.
Tanda-tandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekatnya, yakinkan bahwa kemungkinan besar
4. Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan.
5. Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga
2 minggu dan yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi.
6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
7. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :
a. Jika serviks matamg, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin
atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko
infeksi.
c. Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.
8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang matangkan serviks dengan misoprostol :
a. Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 mg misoprostol, naikkan dosis menjadi
50 mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan
melebihi dosis.
c. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
9. Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.
10. Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
11. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi (Saifuddin, 2016 & Achadiat, 2016)
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
2. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih
dari 2 minggu.
3.  Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian
janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit
terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen  < 100 mg
%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%.
Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. (Wiknjosastro,
2016)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin,
seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak
sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang.
a) Rontgen foto abdomen
b) Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling
tumpang tindih  (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair,
hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.
c) Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting
(hiperpleksi).
d) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
e) Tampak udema di sekitar tulang kepala (Saifuddin, 2016)
2. Pemeriksaan darah lengkap, jika  dimungkinkan kadar fibrinogen
(Achadiat 2018)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN IUFD


A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
a) Identitas klien, meliputi : nama klien, umur agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, identitas suami
b) Keluhan utama atau alasan kunjungan
c) Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan
janin sangat kurang
d) Ibu merasa kandungan tidak bertambah berat malah mengecil
e) Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan
merasakan sakit seperti mau melahirkan
f) Penurunan berat badan
g) Perubahan pada payudara atau nafsu makan.
b. Riwayat perkawinan, meliputi : status perkawinan, lama perkawinan,
perkawinan yang keberapa kali
c. Riwayat haid, meliputi : menarche, dismenore, warna, bau haid, flour
albus, lama haid.
d. Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT
b) Gerakan janin : tidak ada gerakan janin
c) Tanda-tanda bahaya atau penyakit
d) Obat-obatan atau jamu yang dikonsumsi
e) Kekhawatiran khusus
e. Riwayat kesehatan keluarga
a) Keturunan kembar
b) Penyakit menular atau turunan
f. Riwayat kesehatan yang lalu, misalnya : DM, hepatitis, hipertensi, PJK,
tifoid, TB
g. Riwayat psikososial spiritual
a) Bahasa yang digunakan
b) Kesadaran emosional
c) Hubungan dengan kelurga
d) Hubungan dengan orang lain
e) Proses berfikir
f) Ibadah/spiritual
g) Dukungan keluarga
h) Pengambilan keputusan dalam keluarga
i) Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. TTV
c. Kepala
d. Leher
e. Dada
f. Abdomen
a) Inspeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat
terlihat terutama pada ibu yang kurus
b) Palpasi : tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan : tidak teraba gerakan-gerakan janin
c) Auskultasi : baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak
akan terdengar denyut jantung janin
g. Panggul
h. Genitourinaria
i. Vulva/vagina
j. Ekstermitas atas dan bawah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Berduka berhubungan dengan kematian janin/bayi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jalan lahir
3. Harga diri rendah berhubungan dengan menilai diri negatif ditandai dengan
merasa kehilangan anak
4. Kurang pengetahuan, mengenai kehilangan perinatal berhubungan dengan
kurangnya informasi, kesalahan interpretasi informasi.
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) INTERVENSI
KEP (SDKI) (SIKI)
1. Berduka (Tingkat berduka L. 09094) (Dukungan proses
berhubungan Setelah dilakukan tindakan berduka 1.09274)
dengan 3x24 diharapkan tingkat Observasi
kematian berduka membaik, dengan 1. Identifikasi
janin/bayi kriteria hasil : kehilangan yang
1. Verbalisasi menerima dihadapi
kehilangan membaik 2. Identifikasi
2. Verbalisasi harapan proses berduka
membaik 3. Identifikasi
3. Verbalisasi perasaan reaksi awal
sedih membaik terhadap
4. Verbalisasi perasaan kehilangan
bersalah membaik Terapeutik
5. Menangis membaik 1. Tunjukan
sikap
menerima dan
empati
2. Motivasi agar
mau
mengungkapk
an perasaan
kehilangan
3. Motivasi
untuk
menguatkan
dukungan
keluarga atau
orang terdekat
4. Fasilitasi
mengekspresi
kan perasaan
dengan cara
yang nyaman
5. Diskusikan
strategi
koping yang
dapat
digunakan
Edukasi
1. Jelaskan
kepada pasien
dan keluarga
bahwa sikap
mengingkari,
marah tawar
menawar,
spresi dan
menerima
adala wajar
dalam
menghadapi
kehilangan
2. Anjurkan
mengidentifik
asi ketakutan
terbesar pada
kehilangan
3. Anjurkan
mengekspresi
kan perasaan
tentang
kehilangan
4. Ajarkan
melewati
proses beduka
secara
bertahap
2. Gangguan rasa Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
(1.08238)
nyaman nyeri
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi
berhubungan
keperawatan selama 1x2 jam,
dengan trauma  Identifikasi
maka tingkat nyeri membaik skala nyeri
jalan lahir
dengan kriteria hasil :  Identifikasi
respon nyeri
No Kriteria A T non verbal
 Identifikasi
1. Keluhan 2 5 pengetahuan
nyeri dan
keyakinan
2. meringis 2 5 tentang nyeri
2. Terapeutik
3. Kesulitan 2 5
 Kontrol
tidur
lingkungan
Keterangan: yang
memperberat
1. Menurun lingkungan
2. Cukup Menurun  Fasilitasi
3. Sedang istirahat dan
4. Cukup meningkat tidur
5. Meningkat  Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
misalnya
kompres
hangat/dingin
3. Edukasi
 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
 Anjurkan
memonitor
rasa nyeri
secara mandiri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik

3. Harga diri (Harga diri L.09069) (Promosi harga diri


rendah Setelah dilakukan tindakan 1.09308)
berhubungan keperawatan 2x24 jam Observasi
dengan diharapakan harga diri 1. Monitor
menilai diri membaik dengan kriteria hasil verbalisasi
negatif : merendahkan diri
ditandai 1. Perasaan malu membaik sendiri
dengan merasa 2. Perasaan bersalah 2. Monitor tingkat
kehilangan membaik harga diri setiap
anak 3. Perasaan tidak mampu waktu
melakukan apapun Terapeutik
membaik 1. Motivasi
terlibat dalam
verbalisasi
positif untuk
diri sendiri
2. Motivasi
menerima
tantangan baru
3. Diskusikan
pernyataan
tentang harga
diri
4. Diskusikan
persepsi
negatif diri
5. Fasilitasi
lingkungan
dan aktivitas
yang
meningkatkan
harga diri
Edukasi
1. Jelaskan pada
kelurga
pentingnya
dukungan
2. Anjurkan
identifikasi
kekuatan yang
dimiliki
3. Latih cara
berfikir dan
berperilaku
positif
4. Latih
meningkatkan
kepercayaan
pada
kemampuan
dalam
menangani
situasi.
4 Kurang Tingkat Pengetahuan Edukasi
. pengetahuan, (L.12111) Setelah Kesehatan
mengenai diberikan asuhan (I.12383)
kehilangan keperawatan selama 3x24 Observasi
perinatal jam diharapkan: 1. Identifikasi
berhubungan Indikator A T kesiapan dan
dengan Pertanyaan kemampuan
kurangnya tentang masalah menerima
informasi, yang dihadapi informasi
kesalahan Persepsi yang 2. Identifikasi
interpretasi keliru terhadap factor-faktor
informasi Masalah yang dapat
Menjalani meningkatkan
pemeriksaan dan menurunkan
yang tidak tepat motivasi
Keterangan: perilaku hidup
1. Meningkat bersih dan sehat
2. Cukup meningkat Terapeutik

3. Sedang 1. Sediaka

4. Cukup menurun n materi


Menurun dan
media
pendidi
kan
kesehat
an
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan
factor risiko
yang dapat
mempengaru
hi kesehatan
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
3. Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat

BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 25-12-2022
Ruang /Kelas : VK
Tanggal pengkajian : 25-12-2022
Jam : 06.00
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. S Nama Suami: Tn. F
Umur : 22 Tahun Umur :22 Tahun
Suku/Bangsa : Malayu Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Suka damai Alamat : Jl. Suka damai
Tanggal MRS : 25-12-2022
Tanggal Pengkajian : 25-12-2022
No.Register : 0001307929
B. Riwayat
1. Keluhan saat masuk RS:
Klien mengatakan sakit/nyeri hilang timbul bagian
abdomen (bagian bawah), hamil kurang bulan gerakan
janin tidak dirasakan
2. Keluhan saat pengkajian:
Klien dirujuk dari SpOG dengan G1P0A0 hamil 24 minggu,
pasien sebelumnya mengaku tidak merasakan gerakan
janin sejak 3 minggu yang lalu. 1 hari yang lalu klien
kontrol ke SpOG dikatakan bayi sudah meninggal.
Keluhan nyeri perut hilang timbul ada. Keluar darah
lendir tidak ada. Demam selama hamil tidak ada. Darah
tinggi selama kehamilan tidak ada. Trauma tidak ada,
perut diurut-urut tidak ada, konsumsi obat dan jamu-
jamuan tidak ada. Klien mengaku hamil kurang bulan
dengan gerakan janin tidak dirasakan.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi : Ny. S
 Haid Pertama : Umur 13 tahun
 Teratur/tidak teratur : Teratur
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 5-7 hari
 Banyaknya : 2×
 Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu Tidak
ada karena hamil anak pertama
c. Genogram

Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, klien tidak


memiliki penyakit keturunan.
d. Riwayat Kehamilan ini
1. G1P0A0 : Gestasi 24-26 minggu, intrauteri
dengan kematian janin dalam rahim
2. HPHT : 13-07-2022
3. Taksiran Persalinan : Klien mengatakan belum
mengetahui tafsiran persalinan
4. Keluhan-keluhan pada:
1) Trimester I : Mual dan muntah serta
pusing
2) Trimester II :-
3) Trimester III :-
5. Pergerakan janin pertama kali: Pergerakan janin selama
kehamilan lebih dari 10× selama 24 jam sampai usia
kandungan mencapai 5 bulan
6. Keluhan yang dirasakan saat ini ( bila ada jelaskan ):
klien mengatakan perutnya terasa sakit saat beraktivitas
dibagian abdomen
7. Perasaan tentang kehamilan ini: klien mengatakan
sedikit cemas kerena ini kehamilan pertamanya
e. Rencana Perawatan Bayi:-
f. Kesanggupan dan pengetahuan ibu tentang :
1) Persalinan : ibu sudah mengetahui persalinan
yang didapatnya
2) Breast Care : ibu sudah mengetahuiPerawatan
payudara
3) Menyusui dengan benar: ibu belum mengetahui
cara menyusui
4) Kontrasepsi : tidak ada
g. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB apapun selama
ini dengan alasan ingin memiliki anak
h. Riwayat Kesehatan
1) Penyakit yang pernah dialami ibu : ibu tidak ada
riwayat penyakit yang dialami seperti jantung,
hipertensi, malaria, DM, dll.
2) Pengobatan yang didapat : tidak ada
3) Keluhan selama hamil :
Trimester I : mual muntah
trimester 1 serta pusing
Trimester II : tidak ada
Trimester III : tidak ada
4) Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

2. Riwayat Lingkungan :
- Kebersihan : lingkungan rumah selalu dibersihkan dan
dirawat sehingga bersih
- Bahaya : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
3. Aspek Psikososial kultural :
- Persepsi ibu terhadap kehamilan: ibu mengatakan
menerima kehamilan ini dengan baik
- Harapan yang ibu inginkan selama kehamilan: semoga
proses persalinan berjalan lancar
4. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan : 3×sehari
2) Nafsu Makan : baik, porsi yang
disajikan
Dihabiskan

3) Jenis makanan : nasi, sayuran dan


dilengkapi
susu untuk ibu hamil
4) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
b. Pola eliminasi
1) BAK
a) Frekuensi :1000 cc/hari
b) Warna : kuning teh
c) Keluhan : tidak ada keluhan
2) BAB
a) Frekuensi : 1×/hari
b)Warna : kuning kecoklatan
c) Konsistensi : lembek
d)Keluhan : tidak ada keluhan
c. Pola personal Hygiene
1)Mandi
a) Frekuensi : 2×hari
b) Sabun : menggunakan
2)Oral hygiene
a) Frekuensi : 2×/hari
b) Waktu : setelah mandi
3)Cuci rambut
a) Frekuensi : 1×/hari
b) Shampoo : menggunakan
d. Pola istirahat dan tidur
1)Lama Tidur : 5-7 jam/hari
2)Kebiasaan sebelum tidur : berdoa dan berdiskusi
bersama suami
3)Keluhan : tidak ada keluhan

e. Pola Aktivitas dan latihan


- Kegiatan dalam sehari-hari : pasien adalah ibu
rumah tangga kegiatannya dirumah membersihkan
rumah dan menyiapkan makanan untuk suaminya
- Olahraga : mulai hamil hanya
melakukan oalahraga ringan
- Jenisnya : senam pagi
- Frekuensi : 2×/minggu
- Kegiatan waktu luang :refreshing bersama
keluarga dengan jalan-jalan
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
- Merokok : tidak
- Minum alkohol : tidak
- Ketergantungan obat : tidak
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : baik, composmeNtis
b. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan Darah : 107/77 mmHg
2) Nadi : 96 ×/menit
3) Suhu : 37, 00c
4) RR : 20 ×/menit
5) BB sekarang : 60 Kg
6) BB sebelum hamil : 58 Kg
c. Kepala
1) Bentuk : simestris dan tidak ada lesi
2) Rambut : bersih
3) Kulit Kepala : tidak terdapat lesi dan nyeri tekan
4) Keluhan : tidak ada keluhan
d. Mata
1) Kelopak mata : simestris
2) Konjungtiva : tampak sedikit pucat
3) Sklera : putih
4) Pupil : isokor
5) Lainnya sebutkan : tidak ada
e. Hidung
1) Reaksi alergi : tidak ada alergi
2) Sinus : tidak ada sinusitis
3) Lainnya sebutkan : tidak ada
f. Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi : tidak ada caries
2) Kesulitan menelan : tidak ada
3) Lainnya sebutkan : tidak ada
g. Dada dan axila
1) Inspeksi : membesar
2) Palpasi :-
3) Auskultasi :-
h. Pernafasan
1) Jalan nafas : normal dan lancar (tidak ada
sumbatan)
2) Suara nafas : vesikuler (tidak ada suara napas
abnormal)
3) Alat pernafasan : tidak ada
4) Lainnya sebutkan : tidak ada
i. Sirkulasi jantung
1) Suara jantung : normal
2) Irama : teratur
3) Kelainan : tidak ada
j. Abdomen
1) Inspeksi : perut tampak membesar
2) Palpasi : TFU 2 jari diatas umbilikus (24
cm)
3) Auskultasi :-
k. Genitourinary :
- Keputihan : tidak ada
- Pap smear : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

l. Ektremitas
1) Turgor kulit : elastis
2) Warna kulit : sawo mateng
3) Pergerakan : tidak ada kesulitan dalam
pergerakkan
4) Lainnya sebutkan : tidak ada

6. Pemeriksaan Penunjang
7. Terapi Farmakologis

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus)
(D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti
(D.0081)

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus)


(D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti
(D.0081)
Rencana tindakan keperawataan

Nama Pasien : Ny. S Diagnosa Medis : UIFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Minggu/ 25 Desember 2022

No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (1.08238)
agen pencedera fisiologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
(kontraksi uterus) (D.0077)
tingkat nyeri meningkat dengan:
Observasi
DS:
- Klien mengeluh nyeri didaerah - Identifikasi lokasi, karakteristik,
perut (abdomen) bagian bawah Indiator Awal Tujuan durasi, frekuensi, kualitas,
saat bergerak intensitas nyeri
Keluhan nyeri 3 1 - Identifikasi skala nyeri
- P: kontraksi uterus
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk - Identifikasi respins nyeri non
Meringis 3 1
- R: nyeri perut dibagian bawah verbal
- S: 5 Gelisah 3 1 - Identifikasi faktor yang
- T: nyeri terus menerus memperberat dan memperingan
Keterangan : nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
DO: 1. Meningkat komplementer yang sudah
- Tanda-tanda vital:
2. Cukup meningkat diberikan
3. Sedang - Monitor efek samping
- TD: 107/77 mmHg
penggunaan analgesik
- N: 96 x/menit 4. Cukup menurun
- RR: 20 x/menit 5. Menurun
- S: 37℃ Terapeutik
- TFU 2 jari diatas umbilikus (24
cm) - Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Klien meringis
(mis, hipnosis, terapi musik,
- Gelisah
aromaterapi)
- Keadaan umum klien - Kontrol lingkungan yang
composmentis
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu
Ansietas Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas
berhubungan dengan (I.09314)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
ancaman terhadap
3x24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun dengan :
konsep diri (D.0080)
Observasi
DS:
Indikator Awal Tujuan - Identifikasi saat tingkat
- Klien mengatakan takut mau ansietas berubah
di operasi karena ini persalinan Verbalisasi kebingungan 2 5 - Monitor tanda-tanda ansietas
pertamanya (verbal dan non verbal)
- Klien takut jika operasi ini Verbalisasi khawatir akibat 2 5
terulang kembali kondisi yang dihadapi
Terapeutik
DO: Perilaku gelisah 3 5
- Ciptakan suasana terapeutik
- Klien tampak cemas Perilaku tegang 3 5 untuk menumbuhkan
- Klien tampak gelisah kepercayaan
Keterangan : - Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan jika
1. Meningkat memungkinkan
2. Cukup meningkat - Gunakan pendekatan yang
3. Sedang tenang dan meyakinkan
4. Cukup menurun - Motivasi mengidentifikasi
5. Menurun situasi yang memicu
kecemasan

Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Berduka Tingkat berduka (L.09094) Dukungan proses
. berhubungan dengan berduka (I.09274)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
kematian keluarga atau
3 x 24 jam diharapkan tingkat berduka membaik dengan
orang yang berarti
:
(D.0081) Observasi
Indikator Awal Tujuan
- Identifikasi kehilamgam yang
Verbalisasi menerima 3 1 dihadapi
DS: - Identifikasi proses berduka
kehilangan
- Klien merasa sangat sedih yang dialami
dengan kejadian kematian Verbalisasi harapan 3 1 - Identifikasi sifat keterikatan
janinnya, padahal anak ini pada orang yang meninggal
Keterangan :
merupakan anak yang
diharapkan oleh klien dan 1. Meningkat Terapeutik
suaminya 2. Cukup meningkat
- Tunjukkan sikap menerima
3. Sedang
dan empati
DO: 4. Cukup menurun - Motivasi agar mau
5. Menurun mengungkapan perasaan
- Klien terlihat menangis kehilangan
- Gelisah - Motivasi untuk menguatkan
dukungan keluarga atau orang
terdekat
- Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya, agama
dan norma sosial
- Fasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis. Membaca buku,
menulis, menggambar atau
bermain)
- Diskusikan strategi koping
yang dapat digunakan
Edukasi
- Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar
menawar, sepresi dan
menerima adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Minggu/ 25 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal & Implementasi Tanggal Evaluasi


Waktu keperawatan & Waktu
Nyeri akut berhubungan Minggu/ Manajemen nyeri Senin / 26 S :
dengan agen pencedera 25 (1.08238) desember
fisiologis (kontraksi uterus) 2022 - Klien mengatakan masih merasakan nyeri
desember didaerah perut (abdomen) bagian bawah
(D.0077) 2022 Jam : saat bergerak
Jam : Observasi 07.00 - P: kontraksi uterus
06.00 - Mengidentifikasi WIB - Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
DS: WIB - R: nyeri perut dibagian bawah
lokasi, karakteristik,
- Klien mengeluh nyeri durasi, frekuensi, - S: 5
didaerah perut (abdomen) kualitas, intensitas - T: nyeri terus menerus
bagian bawah saat nyeri
bergerak R: klien mengatakan O:
- P: kontraksi uterus nyer bagian bawah - Tanda-tanda vital:
- Q: nyeri seperti ditusuk- abdomen - TD: 107/77 mmHg
tusuk - Mengidentifikasi - N: 96 x/menit
- R: nyeri perut dibagian skala nyeri - RR: 20 x/menit
bawah R: skala nyeri 5 (saat - S: 37℃
- S: 5 beraktivitas)
- TFU 2 jari diatas umbilikus (24 cm)
- T: nyeri terus menerus - Mengidentifikasi
- Gelisah
respons nyeri non
verbal - Keadaan umum klien composmentis
R: klien tampak
DO: meringis A : Nyeri akut berhubungan dengan agen
- Tanda-tanda vital: - Mengidentifikasi faktor pencedera fisiologis (kontraksi uterus) (D.0077)
- TD: 107/77 mmHg yang memperberat dan belum teratasi
- N: 96 x/menit memperingan nyeri Indikator Awal Tujuan Hasil
- RR: 20 x/menit R: klien merasa nyeri
- S: 37℃ saat berktivitas dan Keluhan nyeri 3 1 3

- TFU 2 jari diatas merasa nyerinya


Gelisah 3 1 3
umbilikus (24 cm) berkurang saat
- Klien meringis melakukan teknik Mer 3 1 3
- Gelisah nafas dalam ngis
- Keadaan umum klien - Memonitor keberhasilan
composmentis terapi komplementer
yang sudah diberikan
R: klien tampak tenang P : Intervensi/observasi dilanjutkan
dan rileks - Mengajarkan teknik nafas dalam
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
Terapeutik - Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Memberikan teknik - Mengkolaborasikan pemberian analgesic,
nonfarmakologis untuk jika perlu
mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi
musik, aromaterapi)
R: klien diberikan
terapi teknik relaksasi
napas dalam

Memfasilitasi istirahat
dan tidur
R: klien dianjurkan
istirahat secukupkan
Edukasi
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
R: klien mengatkan
nyeri terasa pada
bagian abdomen
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
R: klien diberikan
terapi nafas dalam
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Senin/ 26 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi


& Waktu keperawatan & Waktu
Nyeri akut berhubungan Senin/ 26 Manajemen nyeri Selasa / S:
dengan agen pencedera desember (1.08238) 27
fisiologis (kontraksi uterus) 2022 desember - Klien mengatakan nyeri didaerah perut
(D.0077) 2022 (abdomen) bagian bawah saat bergerak terus
Jam : terasa nyeri
07.00 Observasi Jam : - P: kontraksi uterus
WIB 08.00 - Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
DS: - Mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, WIB - R: nyeri perut dibagian bawah
- Klien mengeluh nyeri durasi, frekuensi, - S: 6
didaerah perut (abdomen) kualitas, intensitas - T: nyeri terus menerus
bagian bawah saat nyeri
bergerak R: klien mengatakan O:
- P: kontraksi uterus nyer bagian bawah - Tanda-tanda vital:
- Q: nyeri seperti ditusuk- abdomen - TD: 107/77 mmHg
tusuk - Mengidentifikasi skala - N: 96 x/menit
- R: nyeri perut dibagian nyeri - RR: 20 x/menit
bawah R: skala nyeri 5 (saat - S: 37℃
- S: 5 beraktivitas) - TFU 2 jari diatas umbilikus (24 cm)
- T: nyeri terus menerus - Mengidentifikasi - Gelisah
respons nyeri non - Keadaan umum klien composmentis
verbal
DO: R: klien tampak
meringis A : Nyeri akut berhubungan dengan agen
- Tanda-tanda vital: - Mengidentifikasi pencedera fisiologis (kontraksi uterus) (D.0077)
- TD: 107/77 mmHg faktor yang teratasi sebagian
- N: 96 x/menit memperberat dan
- RR: 20 x/menit memperingan nyeri
- S: 37℃ R: klien merasa nyeri Indikator Awal Tujuan Hasil
- TFU 2 jari diatas saat berktivitas dan
umbilikus (24 cm) merasa nyerinya
Keluhan nyeri 3 1 2
- Klien meringis berkurang saat Gelisah 3 1 3
- Gelisah melakukan teknik
- Keadaan umum klien nafas dalam Meringis 3 1 2
composmentis -Memonitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan P : Intervensi/observasi dilanjutkan
R: klien tampak tenang
dan rileks - Mengajarkan teknik nafas dalam
Terapeutik - Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
-Memberikan teknik - Mengkolaborasikan pemberian analgesic,
nonfarmakologis untuk jika perlu
mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi
musik, aromaterapi)
R: klien diberikan
terapi teknik relaksasi
napas dalam
-Memfasilitasi istirahat
dan tidur
R: klien dianjurkan
istirahat secukupnya
Edukasi
-Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
R: klien mengatkan
nyeri terasa pada
bagian abdomen
-Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
R: klien diberikan
terapi nafas dalam
-Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
-Mengkolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Selasa/ 27 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi


& Waktu keperawatan & Waktu
Nyeri akut berhubungan Selasa/ 27 Manajemen nyeri Rabu / 28 S :
dengan agen pencedera desember (1.08238) desember
fisiologis (kontraksi uterus) 2022 2022 - Klien mengatakan nyeri didaerah perut
(D.0077) (abdomen) bagian bawah saat bergerak terus
Jam : Jam : terasa nyeri
08.00 Observasi 07.00 - P: kontraksi uterus
WIB WIB - Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
DS: - Mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, - R: nyeri perut dibagian bawah
- Klien mengeluh nyeri durasi, frekuensi, - S: 7
didaerah perut (abdomen) kualitas, intensitas - T: nyeri terus menerus
bagian bawah saat nyeri
bergerak R: klien mengatakan O:
- P: kontraksi uterus nyer bagian bawah - Tanda-tanda vital:
- Q: nyeri seperti ditusuk- abdomen - TD: 107/77 mmHg
tusuk - Mengidentifikasi skala - N: 96 x/menit
- R: nyeri perut dibagian nyeri - RR: 20 x/menit
bawah R: skala nyeri 5 (saat - S: 37℃
- S: 5 beraktivitas) - TFU 2 jari diatas umbilikus (24 cm)
- T: nyeri terus menerus - Mengidentifikasi - Gelisah
respons nyeri non - Keadaan umum klien composmentis
verbal
DO: R: klien tampak A : Nyeri akut berhubungan dengan agen
- Tanda-tanda vital: meringis pencedera fisiologis (kontraksi uterus) (D.0077)
- TD: 107/77 mmHg - Mengidentifikasi teratasi sebagian
- N: 96 x/menit faktor yang
- RR: 20 x/menit memperberat dan
- S: 37℃ memperingan nyeri Indikator Awal Tujuan Hasil
- TFU 2 jari diatas R: klien merasa nyeri
Keluhan nyeri 3 1 2
umbilikus (24 cm) saat berktivitas dan
- Klien meringis merasa nyerinya Gelisah 3 1 3
- Gelisah berkurang saat
- Keadaan umum klien melakukan teknik Meringis 3 1 2

composmentis nafas dalam


-Memonitor keberhasilan
terapi komplementer P : Intervensi/observasi dilanjutkan
yang sudah diberikan
R: klien tampak tenang - Mengajarkan teknik nafas dalam
dan rileks - Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Terapeutik - Mengkolaborasikan pemberian analgesic,
jika perlu
-Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, hipnosis, terapi
musik, aromaterapi)
R: klien diberikan
terapi teknik relaksasi
napas dalam

-Memfasilitasi istirahat
dan tidur
R: klien dianjurkan
istirahat secukupkan

Edukasi
-Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
R: klien mengatkan
nyeri terasa pada
bagian abdomen
-Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
R: klien diberikan
terapi nafas dalam
-Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
-Mengkolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Minggu/ 25 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal & Implementasi Tanggal Evaluasi


Waktu keperawatan & Waktu
Ansietas berhubungan Minggu/ Reduksi ansietas Senin / 26 S:
dengan ancaman terhadap 25 (I.09314) desember
konsep diri (D.0080) 2022 - Klien mengatakan takut mulai berkurang
desember sedikit
2022 Observasi
- Mengidentifikasi saat Jam : - Klien masih takut jika operasi ini terulang
Jam : 07.00 kembali
DS: 06.00 tingkat ansietas
berubah WIB
- Klien mengatakan takut WIB
R: klien mengatakan O:
mau di operasi karena ini cemas saat terpikir
persalinan pertamanya tentang janinnya yang - Klien tampak masih cemas
- Klien takut jika operasi ini meninggal - Klien tampak gelisah
terulang kembali - Memonitor tanda-
tanda ansietas (verbal
DO: dan non verbal)
R: klien gelisah, klien
- Klien tampak cemas menangis, dank lien
- Klien tampak gelisah takut.

Terapeutik A : Ansietas berhubungan dengan ancaman


- Menciptakan suasana terhadap konsep diri (D.0080) belum teratasi
terapeutik untuk Indikator Awal Tujuan Hasil

menumbuhkan Verbalisasi kebingungan 2 5 2


kepercayaan
R: bina hubungan Verbalisasi khawatir 2 5 2
saling percaya akibat kondisi yang
- Menemani pasien dihadapi
untuk mengurangi
Perilaku gelisah 3 5 3
kecemasan jika
memungkinkan Perilaku tegang 3 5 4
R: klien diberikan
motivasi dan
kepedulian
P : Intervensi/observasi dilanjutkan
Edukasi - Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
- Menjelaskan non verbal)
prosedur, termasuk - Menciptakan suasana terapeutik untuk
sensasi yang mungkin menumbuhkan kepercayaan
dialami - Melatih kegiatan pengalihan untuk
R: klien mengerti dan mengurangi ketegangan
memahami
- Menganjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika
perlu
R: suami klien
mendampingi klien
selama proses
persalinan
- Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
R: klien merasa
sangat sedih dengan
kejadian kematian
janinnya, padahal
anak ini merupakan
anak yang diharapkan
oleh klien dan
suaminya
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
R: klien diberikan
terapi music klasik
selama beberapa
menit
- Melatih teknik
relaksasi
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam yang telah
diajarkan sebelumnya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Senin/ 26 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi


& Waktu keperawatan & Waktu
Ansietas berhubungan Senin/ 26 Reduksi ansietas Selasa/27 S:
dengan ancaman terhadap desember (I.09314) desember
konsep diri (D.0080) 2022 2022 - Klien mengatakan takut perlahan mulai
Observasi berkurang
Jam : Jam : - Klien mulai tenang untuk dilakukan
06.00 - Mengidentifikasi saat
tingkat ansietas 07.00 tindakan operasi
DS: WIB WIB
berubah
- Klien mengatakan takut R: klien mengatakan O:
mau di operasi karena ini cemas saat terpikir
persalinan pertamanya tentang janinnya yang - Tampak cemas berkurang
- Klien takut jika operasi ini meninggal - Gelisah berkurang
terulang kembali - Memonitor tanda- - Takut tampak berkurang
tanda ansietas (verbal - Klien tampak tenang
dan non verbal)
R: klien gelisah, klien
DO: menangis, dank lien
takut.
- Klien tampak cemas
- Klien tampak gelisah
Terapeutik
- Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan A : Ansietas berhubungan dengan ancaman
kepercayaan terhadap konsep diri (D.0080) teratasi sebagian
R: bina hubungan Indikator Awal Tujuan Hasil

saling percaya Verbalisasi kebingungan 2 5 3


- Menemani pasien
untuk mengurangi Verbalisasi khawatir 2 5 3
kecemasan jika akibat kondisi yang
memungkinkan dihadapi
R: klien diberikan
Perilaku gelisah 3 5 3
motivasi dan
kepedulian Perilaku tegang 3 5 4

Edukasi
- Menjelaskan
prosedur, termasuk P : Intervensi/observasi dilanjutkan
sensasi yang mungkin - Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
dialami non verbal)
R: klien mengerti dan - Menciptakan suasana terapeutik untuk
memahami menumbuhkan kepercayaan
- Menganjurkan - Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengungkapkan mengurangi ketegangan
perasaan dan persepsi
R: klien merasa
sangat sedih dengan
kejadian kematian
janinnya, padahal
anak ini merupakan
anak yang diharapkan
oleh klien dan
suaminya
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
R: klien diberikan
terapi music klasik
selama beberapa
menit
- Melatih teknik
relaksasi
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam yang telah
diajarkan sebelumnya

Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Selasa/ 27 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi


& Waktu keperawatan & Waktu
Ansietas berhubungan Selasa/ 27 Reduksi ansietas Rabu/28 S:
dengan ancaman terhadap desember (I.09314) desember
konsep diri (D.0080) 2022 2022 - Klien mengatakan takut perlahan mulai
Observasi berkurang
Jam : Jam : - Klien mulai tenang untuk dilakukan
07.00 - Mengidentifikasi saat
tingkat ansietas 08.00 tindakan operasi
DS: WIB WIB
berubah
- Klien mengatakan takut R: klien mengatakan O:
mau di operasi karena ini cemas saat terpikir
persalinan pertamanya tentang janinnya yang - Tampak cemas berkurang
- Klien takut jika operasi ini meninggal - Gelisah berkurang
terulang kembali - Memonitor tanda- - Takut tampak berkurang
tanda ansietas (verbal - Klien tampak tenang
DO: dan non verbal)
R: klien gelisah, klien
- Klien tampak cemas menangis, dank lien
- Klien tampak gelisah takut.

Terapeutik
- Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan A : Ansietas berhubungan dengan ancaman
kepercayaan terhadap konsep diri (D.0080) teratasi
R: bina hubungan Indikator Awal Tujuan Hasil

saling percaya Verbalisasi kebingungan 2 5 5


- Menemani pasien
untuk mengurangi Verbalisasi khawatir 2 5 5
kecemasan jika akibat kondisi yang
memungkinkan dihadapi
R: klien diberikan
Perilaku gelisah 3 5 4
motivasi dan
kepedulian Perilaku tegang 3 5 5

Edukasi
- Menjelaskan
prosedur, termasuk P : Intervensi/observasi dihentikan
sensasi yang mungkin
dialami
R: klien mengerti dan
memahami
- Menganjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika
perlu
R: suami klien
mendampingi klien
selama proses
persalinan
- Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
R: klien merasa
sangat sedih dengan
kejadian kematian
janinnya, padahal
anak ini merupakan
anak yang diharapkan
oleh klien dan
suaminya
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
R: klien diberikan
terapi music klasik
selama beberapa
menit
- Melatih teknik
relaksasi
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam yang telah
diajarkan sebelumnya
Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Minggu/ 25 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal & Implementasi Tanggal Evaluasi


Waktu keperawatan & Waktu
Berduka berhubungan Minggu/ Dukungan proses Senin / 26 S:
dengan kematian keluarga 25 berduka (I.09274) desember
atau orang yang berarti 2022 - Klien merasa sedih berkurang dengan
desember kejadian kematian janinnya,
(D.0081) 2022 Observasi
- Mengidentifikasi Jam : - Klien mulai memahami keadaan
Jam : 07.00
06.00 kehilamgam yang
dihadapi WIB
DS: WIB O:
R: Klien merasa
- Klien merasa sangat sedih sangat sedih dengan - Klien tampak tenang
dengan kejadian kematian kejadian kematian - Sedih berkurang
janinnya, padahal anak ini janinnya, - Gelisah berkurang
merupakan anak yang - Mengidentifikasi
diharapkan oleh klien dan proses berduka yang
suaminya dialami
R: klien merasa sedih
DO: dengan kejadian
kematian janinnya
- Klien terlihat menangis karena merupakan
- Gelisah anak pertamanya

Terapeutik
- Menunjukkan sikap A : Berduka berhubungan dengan kematian
menerima dan empati keluarga atau orang yang berarti (D.0081)
R: klien diberikan teratasi sebagian
bantuan untuk Indikator Awal Tujuan Hasil
menerima keadaan
- Memotivasi agar mau Verbalisasi menerima 3 1 2
mengungkapan kehilangan
perasaan kehilangan
Verbalisasi harapan 3 1 2
R: klien diberikan
motivasi agar tetap
semangat
- Memotivasi untuk P : Intervensi/observasi dilanjutkan
menguatkan
dukungan keluarga - Mengidentifikasi kehilamgam yang
atau orang terdekat dihadapi
R: suami klien - Mefasilitasi melakukan kebiasaan sesuai
memberikan dengan budaya, agama dan norma sosial
dukungan selalu - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
- Mefasilitasi bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
melakukan kebiasaan menawar, sepresi dan menerima adalah
sesuai dengan wajar dalam menghadapi kehilangan
budaya, agama dan
norma sosial
R: klien beristigfar
dan selalu berdoa
jalan yang yang
terbaik
Edukasi
- Menjelaskan kepada
pasien dan keluarga
bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar menawar,
sepresi dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi
kehilangan
R: klien memahami
dan mengerti
- Menganjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
R: klien
mengungkapkan
keluh kesahnya
- Mengajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap.
R: klien diberikan
terapi sampai proses
melahirkan dan
selama proses
perawatan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Senin/ 26 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi


& Waktu keperawatan & Waktu
Berduka berhubungan Senin/ 26 Dukungan proses Selasa/27 S:
dengan kematian keluarga desember berduka (I.09274) desember
atau orang yang berarti 2022 2022 - Klien merasa sedih berkurang dengan
(D.0081) Observasi kejadian kematian janinnya,
Jam : Jam : - Klien mulai memahami keadaan
07.00 - Mengidentifikasi
kehilamgam yang 08.00
WIB WIB
DS: dihadapi O:
R: Klien merasa
- Klien merasa sangat sedih sangat sedih dengan - Klien tampak tenang
dengan kejadian kematian kejadian kematian - Sedih berkurang
janinnya, padahal anak ini janinnya, - Gelisah berkurang
merupakan anak yang - Mengidentifikasi
diharapkan oleh klien dan proses berduka yang
suaminya dialami
R: klien merasa sedih
DO: dengan kejadian
kematian janinnya
- Klien terlihat menangis karena merupakan
- Gelisah anak pertamanya

Terapeutik
- Menunjukkan sikap A : Berduka berhubungan dengan kematian
menerima dan empati keluarga atau orang yang berarti (D.0081)
R: klien diberikan teratasi sebagian
bantuan untuk
menerima keadaan
- Memotivasi agar mau Indikator Awal Tujuan Hasil
mengungkapan
Verbalisasi menerima 3 1 2
perasaan kehilangan
kehilangan
R: klien diberikan
motivasi agar tetap Verbalisasi harapan 3 1 3
semangat
- Memotivasi untuk
menguatkan
dukungan keluarga P : Intervensi/observasi dilanjutkan
atau orang terdekat - Mengidentifikasi kehilamgam yang
R: suami klien dihadapi
memberikan - Mefasilitasi melakukan kebiasaan sesuai
dukungan selalu dengan budaya, agama dan norma sosial
- Mefasilitasi - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
melakukan kebiasaan bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
sesuai dengan menawar, sepresi dan menerima adalah
budaya, agama dan wajar dalam menghadapi kehilangan
norma sosial
R: klien beristigfar
dan selalu berdoa
jalan yang yang
terbaik

Edukasi
- Menjelaskan kepada
pasien dan keluarga
bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar menawar,
sepresi dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi
kehilangan
R: klien memahami
dan mengerti
- Menganjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
R: klien
mengungkapkan
keluh kesahnya
- Mengajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap.
R: klien diberikan
terapi sampai proses
melahirkan dan
selama proses
perawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD

Jenis kelamin :P Hari/Tanggal : Selasa/ 27 Desember 2022

Dx. Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi


& Waktu keperawatan & Waktu
Berduka berhubungan Selasa/ 26 Dukungan proses Rabu/27 S:
dengan kematian keluarga desember berduka (I.09274) desember
atau orang yang berarti 2022 2022 - Klien merasa tidak sedih lagi
(D.0081) Observasi - Klien mulai memahami keadaan
Jam : Jam :
08.00 - Mengidentifikasi
kehilamgam yang 07.00
WIB WIB O:
DS: dihadapi
R: Klien merasa - Klien tampak tenang
- Klien merasa sangat sedih sangat sedih dengan - Sedih berkurang
dengan kejadian kematian kejadian kematian - Gelisah berkurang
janinnya, padahal anak ini janinnya,
merupakan anak yang - Mengidentifikasi
diharapkan oleh klien dan proses berduka yang
suaminya dialami
R: klien merasa sedih
DO: dengan kejadian
kematian janinnya
- Klien terlihat menangis karena merupakan
- Gelisah anak pertamanya
A : Berduka berhubungan dengan kematian
Terapeutik keluarga atau orang yang berarti (D.0081)
- Menunjukkan sikap teratasi sebagian
menerima dan empati Indikator Awal Tujuan Hasil
R: klien diberikan
bantuan untuk Verbalisasi menerima 3 1 1
menerima keadaan kehilangan
- Memotivasi agar mau
Verbalisasi harapan 3 1 2
mengungkapan
perasaan kehilangan
R: klien diberikan
motivasi agar tetap P : Intervensi/observasi dihentikan
semangat
- Memotivasi untuk
menguatkan
dukungan keluarga
atau orang terdekat
R: suami klien
memberikan
dukungan selalu
Edukasi
- Menjelaskan kepada
pasien dan keluarga
bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar menawar,
sepresi dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi
kehilangan
R: klien memahami
dan mengerti
kehilangan janinnya
- Menganjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
R: klien
mengungkapkan
keluh kesahnya
- Mengajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap.
R: klien diberikan
terapi sampai proses
melahirkan dan
selama proses
perawatan
BAB IV
PEMBAHASAAN
Berdasarkan Asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa Intrauterine Fetal
Death (IUFD) yang di laksanakan di ruangan VK RSUP Mohammad Hoesin
Palembang, pada bab ini akan membahas seluruh tahapan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Pengkajian pada Ny. S dengan gangguan diagnosa
medis Intrauterine Fetal Death (IUFD) jenis kelamin Perempuan dan Masuk
RSMH pada tanggal 25 Desember 2022 dan melakukan pengkajian pada
tanggal 25 Desember 2022 pukul 06.00 WIB, alamat di Jl. Suka damai.
Keluhan utama: Pasien mengatakan sakit/nyeri pada bagian abdomen. Keadaan
umum pasien tampak sakit sedang dengan Glasgow coma scale E: 4, V: 6, M: 5
jumlah 15 kesadaran Composmentis, tanda – tanda vital: TD : 107/77, nadi 96
x/menit, suhu 37 ˚C, pernapasan 20 x/menit.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus) (D.0077)
2. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
3. Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang berarti (D.0081)

C. Intervensi keperawatan
Pada diagnosa Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (kontraksi
uterus) d.d: DS: Klien mengeluh nyeri didaerah perut (abdomen) saat bergerak
P: kontraksi uterus, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri perut dibagian
bawah, S: 5, T: nyeri terus menerus. DO: Tanda-tanda vital: TD: 107/77
mmHg, N: 96 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 37℃, Klien meringis, Gelisah,
Keadaan umum klien composmentis. Akan dilakukan intervensi keperawatan
Manajemen nyeri (1.08238).
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respins nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik
7. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
hipnosis, terapi musik, aromaterapi)
8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
9. Fasilitas istirahat dan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
11. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri
13. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Pada diagnosa Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri d.d DS: Klien
mengatakan takut mau di operasi karena ini persalinan pertamanya. Klien
takut jika operasi ini terulang Kembali DO: Klien tampak cemas, Klien
tampak gelisah. Akan dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas
(I.09314)
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
7. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
8. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
9. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
10. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
11. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Pada diagnosa Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang berarti d.d
dengan DS: Klien merasa sangat sedih dengan kejadian kematian
janinnya, padahal anak ini merupakan anak yang diharapkan oleh klien
dan suaminya DO: Klien terlihat menangis, Gelisah. Akan dilakukan
intervensi keperawatan Dukungan proses berduka (I.09274)
Observasi
1. Identifikasi kehilamgam yang dihadapi
2. Identifikasi proses berduka yang dialami
3. Identifikasi sifat keterikatan pada orang yang meninggal
Terapeutik
4. Tunjukkan sikap menerima dan empati
5. Motivasi agar mau mengungkapan perasaan kehilangan
6. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
7. Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma
sosial
8. Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman (mis.
Membaca buku, menulis, menggambar atau bermain)
9. Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
Edukasi
10. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah,
tawar menawar, sepresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
11. Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
12. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan

D. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan Intrauterine Fetal Death (IUFD)), yaitu Mengkaji
faktor penyebab dari Intrauterine Fetal Death (IUFD. diagnosa Nyeri akut b.d
agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus) Tindakan yang di berikan yaitu
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri. Memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi napas dalam untuk rasa
nyeri. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
Memfasilitasi istirahat dan tidur
Diagnosa Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
Tindakan yang di berikan yaitu Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal), Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,
Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, Melatih kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan, Mengkolaborasi pemberian obat
antiansietas.
Diagnosa Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti Tindakan yang di berikan yaitu Menunjukkan sikap menerima dan
empati, Memotivasi agar mau mengungkapan perasaan kehilangan, Memotivasi
untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat, Mefasilitasi
melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma social
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah,
tawar menawar, sepresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi keperawatan
dilaksanakan selama 3x24 jam melaksanakan asuhan keperwatan. Hasil evaluasi
dari diagnosa Intrauterine Fetal Death (IUFD) setelah 2 hari melakukan asuhan
keperawatan didapatkan S: Klien mengatakan takut perlahan mulai berkurang,
Klien mulai tenang untuk dilakukan tindakan operasi O: Tampak cemas
berkurang, Gelisah berkurang, Takut tampak berkurang, Klien tampak tenang
dan. TD: 130/87 mmHg, N: 84 x/menit, T: 36,8 ℃, RR: 20 x/menit A: masalah
teratasi Sebagian. P : intervensi dilanjutkan
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada Ny.S yaitu berupa nyeri akut berhunungan
dengan agen cidera fisiologi (kontraksi uteri) (D.0077). Diagnosa yang kedua
yaitu berupa ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
(D.0080) Diagnosa yang ketiga berduka berhubungan dengan kematian keluarga
atau orang yang berarti (D.0081). Intervensi keperawatan pada Ny.S yang
ditetapkan oleh penulis dimana sesuai pada standar intervensi keperawatan
Indonesia yaitu berupa teknik relaksasi nafas dalam sebagai intervensi fokus
utama dan mengkolaborasikan pemberian analgesik. Evaluasi keperawatan pada
Ny.S pada diagnosa pertama didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian dan
tetap malanjutkan intervensi. Pada diagnosa kedua didapatkan bahwa masalah
teratasi pasien merasa cemas yang dirasakan sudah mulai berkurang dan agak
tanang, pada diagnosa ketiga bahwa intervensi dihentikan karena pasien merasa
perasaan sedih sudah mulai berkurang pasien merasa lebih tenang kriteria hasil
tercapai sebagian, dan tetap melanjutkan intervensi. Kriteria hasil tercapai
dengan mempertahankan intevensi.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pihak akademik dapat menyediakan riset-riset dan menambah
referensi agar dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan khususnya pada pasien IUFD dan mengaplikasikannya dengan
baik dan benar pada saat praktek dilapangan.
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi RSMH Palembang diharapkan petugas kesehatan agar dapat
meningkatkan peran sertanya diRumah Sakit dalam memberikan informasi
terkait pasien IUFD sehingga klien dan keluaraga dapat mengerti dan mau
bekerja sama untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dan
mau mengikuti proses pengobatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang lebih baik.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan lagi proses asuhan keperawatan baik secara
teoritis maupun secara klinis agar pada saat menerapkan atau dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Levono KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
(2017). Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America: McGraw-
Hill Companies.Inc
Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
Kurniawati, Dini. 2017. Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada
Kemajuan Persalinan. Nurscope, Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah,
Volume 3, No. 4
Manuaba I.B.G; Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G. Pengantar
Kuliah Obstetri. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC ; 2017.
Mashudi, Sugeng. (2011). Anatomi dan fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, R. 2017. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid
I. Jakarta: EGC; 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2017). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai