Disusun Oleh:
1. Almareta Fitriani Agus (2222205)
2. Amelia Monika (2222206)
3. Ifrohati Fitri (2222230)
4. Indah Budiarti (2222231)
5. Indri Maharani (2222232)
6. Reska Hariyani (2222257)
7. Rialita (2222258)
8. Rinda Nur Ramadhan (2222259)
9. Andi Saputra (2222207)
b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT Muhammadiyah
Palembang di ruang VK/Kebidanan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. DEFINISI
Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gr Beberapa kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya dengan
memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat (Mochtar
R, 2017).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi
wanita bagian luar yang terletak di perineum.
- Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum.
Batasan parametrium
(1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
(2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
(3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
(4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari
C. Etiologi IUFD
Penyebab yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan:
1. Faktor Ibu
a. Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan
dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau
kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak
secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia
reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun
(Wiknjosastro, 2016).
Pada umur ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi
belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ
reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2016).
b. Paritas
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman
terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada
janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara,
mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa,
dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin (Saifuddin,
2016).
c. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam
jiwa, oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali
kunjungan selama periode antenatal.
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3
bulan)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang
wanita hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin
terdapat pada ibu hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera.
Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat
mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat
dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut
jantung janin (Saifuddin, 2016).
d. Penyulit / Penyakit
1) Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat
besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah
pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan
1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa
dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak
akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada
bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu janin
membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap
hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan
(Mochtar, 2016).
Menurut Manuaba (2016), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai
berikut :
a) Normal : 11 gr%
b) Anemia ringan : 9-10 gr%
c) Anemia sedang : 7-8 gr%
d) Anemia berat : <7 gr%.
2) Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun
ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin (Mochtar, 2004).
3) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio
plasenta dapat terjadi akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh
spasme dari arteri yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah
anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis,
spasme hilang darah kembali mengalir ke dalam intervilli, namun
pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh, mudah pecah
terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari
rahim. Sehingga aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan
terjadilah kematian janin (Wiknjosastro, 2016).
4) Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri
kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah
yang tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Umumnya wanita
penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia
dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang
menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang
tinggi. Glukosa berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi
besar atau makrosomia menimbulkan masalah sewaktu melahirkan dan
kadang-kadang mati sebelum lahir (Stridje, 2016).
5) Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka
antigen rhesus akan membuat penerima darah membentuk antibodi
antirhesus. Jika transfusi darah rhesus positif yang kedua diberikan, maka
antibodi mencari dan menempel pada sel darah rhesus negatif dan
memecahnya sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus isoimunisasi. Hal
ini dapat terjadi begitu saja di awal kehamilan, tetapi perlahan- lahan
sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran darah, antibodi antihresus
bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal dan menyelimuti
sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam
darah, dan sebagian dieklaurkan ke kantong ketuban bersama urine bayi.
Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia
sampai akhirnya mati (Llewelyn, 2016).
D. Patofisiologi IUFD
Janin bisa juga mati di dalam kandung (IFUD) karena beberapa faktor antara
lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya
karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta
anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah
irefersibel. Kerja organ – organ maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuhan janin. (Achadiat, 2016)
E. Penatalaksanaan Medis IUFD
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak terobati. Berikut penanganan secara medis
1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.
Tanda-tandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekatnya, yakinkan bahwa kemungkinan besar
4. Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan.
5. Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga
2 minggu dan yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi.
6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
7. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :
a. Jika serviks matamg, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin
atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko
infeksi.
c. Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.
8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang matangkan serviks dengan misoprostol :
a. Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 mg misoprostol, naikkan dosis menjadi
50 mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan
melebihi dosis.
c. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
9. Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.
10. Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
11. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi (Saifuddin, 2016 & Achadiat, 2016)
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
1. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
2. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih
dari 2 minggu.
3. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian
janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit
terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg
%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%.
Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. (Wiknjosastro,
2016)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin,
seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak
sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang.
a) Rontgen foto abdomen
b) Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling
tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair,
hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.
c) Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting
(hiperpleksi).
d) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
e) Tampak udema di sekitar tulang kepala (Saifuddin, 2016)
2. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen
(Achadiat 2018)
3. Sedang 1. Sediaka
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 25-12-2022
Ruang /Kelas : VK
Tanggal pengkajian : 25-12-2022
Jam : 06.00
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. S Nama Suami: Tn. F
Umur : 22 Tahun Umur :22 Tahun
Suku/Bangsa : Malayu Suku/Bangsa : Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Suka damai Alamat : Jl. Suka damai
Tanggal MRS : 25-12-2022
Tanggal Pengkajian : 25-12-2022
No.Register : 0001307929
B. Riwayat
1. Keluhan saat masuk RS:
Klien mengatakan sakit/nyeri hilang timbul bagian
abdomen (bagian bawah), hamil kurang bulan gerakan
janin tidak dirasakan
2. Keluhan saat pengkajian:
Klien dirujuk dari SpOG dengan G1P0A0 hamil 24 minggu,
pasien sebelumnya mengaku tidak merasakan gerakan
janin sejak 3 minggu yang lalu. 1 hari yang lalu klien
kontrol ke SpOG dikatakan bayi sudah meninggal.
Keluhan nyeri perut hilang timbul ada. Keluar darah
lendir tidak ada. Demam selama hamil tidak ada. Darah
tinggi selama kehamilan tidak ada. Trauma tidak ada,
perut diurut-urut tidak ada, konsumsi obat dan jamu-
jamuan tidak ada. Klien mengaku hamil kurang bulan
dengan gerakan janin tidak dirasakan.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi : Ny. S
Haid Pertama : Umur 13 tahun
Teratur/tidak teratur : Teratur
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-7 hari
Banyaknya : 2×
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu Tidak
ada karena hamil anak pertama
c. Genogram
2. Riwayat Lingkungan :
- Kebersihan : lingkungan rumah selalu dibersihkan dan
dirawat sehingga bersih
- Bahaya : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
3. Aspek Psikososial kultural :
- Persepsi ibu terhadap kehamilan: ibu mengatakan
menerima kehamilan ini dengan baik
- Harapan yang ibu inginkan selama kehamilan: semoga
proses persalinan berjalan lancar
4. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan : 3×sehari
2) Nafsu Makan : baik, porsi yang
disajikan
Dihabiskan
l. Ektremitas
1) Turgor kulit : elastis
2) Warna kulit : sawo mateng
3) Pergerakan : tidak ada kesulitan dalam
pergerakkan
4) Lainnya sebutkan : tidak ada
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Terapi Farmakologis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus)
(D.0077)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti
(D.0081)
1. Nyeri akut berhubungan dengan Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (1.08238)
agen pencedera fisiologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
(kontraksi uterus) (D.0077)
tingkat nyeri meningkat dengan:
Observasi
DS:
- Klien mengeluh nyeri didaerah - Identifikasi lokasi, karakteristik,
perut (abdomen) bagian bawah Indiator Awal Tujuan durasi, frekuensi, kualitas,
saat bergerak intensitas nyeri
Keluhan nyeri 3 1 - Identifikasi skala nyeri
- P: kontraksi uterus
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk - Identifikasi respins nyeri non
Meringis 3 1
- R: nyeri perut dibagian bawah verbal
- S: 5 Gelisah 3 1 - Identifikasi faktor yang
- T: nyeri terus menerus memperberat dan memperingan
Keterangan : nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
DO: 1. Meningkat komplementer yang sudah
- Tanda-tanda vital:
2. Cukup meningkat diberikan
3. Sedang - Monitor efek samping
- TD: 107/77 mmHg
penggunaan analgesik
- N: 96 x/menit 4. Cukup menurun
- RR: 20 x/menit 5. Menurun
- S: 37℃ Terapeutik
- TFU 2 jari diatas umbilikus (24
cm) - Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Klien meringis
(mis, hipnosis, terapi musik,
- Gelisah
aromaterapi)
- Keadaan umum klien - Kontrol lingkungan yang
composmentis
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu
Ansietas Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas
berhubungan dengan (I.09314)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
ancaman terhadap
3x24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun dengan :
konsep diri (D.0080)
Observasi
DS:
Indikator Awal Tujuan - Identifikasi saat tingkat
- Klien mengatakan takut mau ansietas berubah
di operasi karena ini persalinan Verbalisasi kebingungan 2 5 - Monitor tanda-tanda ansietas
pertamanya (verbal dan non verbal)
- Klien takut jika operasi ini Verbalisasi khawatir akibat 2 5
terulang kembali kondisi yang dihadapi
Terapeutik
DO: Perilaku gelisah 3 5
- Ciptakan suasana terapeutik
- Klien tampak cemas Perilaku tegang 3 5 untuk menumbuhkan
- Klien tampak gelisah kepercayaan
Keterangan : - Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan jika
1. Meningkat memungkinkan
2. Cukup meningkat - Gunakan pendekatan yang
3. Sedang tenang dan meyakinkan
4. Cukup menurun - Motivasi mengidentifikasi
5. Menurun situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Berduka Tingkat berduka (L.09094) Dukungan proses
. berhubungan dengan berduka (I.09274)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
kematian keluarga atau
3 x 24 jam diharapkan tingkat berduka membaik dengan
orang yang berarti
:
(D.0081) Observasi
Indikator Awal Tujuan
- Identifikasi kehilamgam yang
Verbalisasi menerima 3 1 dihadapi
DS: - Identifikasi proses berduka
kehilangan
- Klien merasa sangat sedih yang dialami
dengan kejadian kematian Verbalisasi harapan 3 1 - Identifikasi sifat keterikatan
janinnya, padahal anak ini pada orang yang meninggal
Keterangan :
merupakan anak yang
diharapkan oleh klien dan 1. Meningkat Terapeutik
suaminya 2. Cukup meningkat
- Tunjukkan sikap menerima
3. Sedang
dan empati
DO: 4. Cukup menurun - Motivasi agar mau
5. Menurun mengungkapan perasaan
- Klien terlihat menangis kehilangan
- Gelisah - Motivasi untuk menguatkan
dukungan keluarga atau orang
terdekat
- Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya, agama
dan norma sosial
- Fasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis. Membaca buku,
menulis, menggambar atau
bermain)
- Diskusikan strategi koping
yang dapat digunakan
Edukasi
- Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar
menawar, sepresi dan
menerima adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Memfasilitasi istirahat
dan tidur
R: klien dianjurkan
istirahat secukupkan
Edukasi
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
R: klien mengatkan
nyeri terasa pada
bagian abdomen
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
R: klien diberikan
terapi nafas dalam
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Diagnosa Medis : IUFD
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Diagnosa Medis : IUFD
-Memfasilitasi istirahat
dan tidur
R: klien dianjurkan
istirahat secukupkan
Edukasi
-Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
R: klien mengatkan
nyeri terasa pada
bagian abdomen
-Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
R: klien diberikan
terapi nafas dalam
-Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
Kolaborasi
-Mengkolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD
Edukasi
- Menjelaskan
prosedur, termasuk P : Intervensi/observasi dilanjutkan
sensasi yang mungkin - Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
dialami non verbal)
R: klien mengerti dan - Menciptakan suasana terapeutik untuk
memahami menumbuhkan kepercayaan
- Menganjurkan - Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengungkapkan mengurangi ketegangan
perasaan dan persepsi
R: klien merasa
sangat sedih dengan
kejadian kematian
janinnya, padahal
anak ini merupakan
anak yang diharapkan
oleh klien dan
suaminya
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
R: klien diberikan
terapi music klasik
selama beberapa
menit
- Melatih teknik
relaksasi
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam yang telah
diajarkan sebelumnya
Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD
Terapeutik
- Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan A : Ansietas berhubungan dengan ancaman
kepercayaan terhadap konsep diri (D.0080) teratasi
R: bina hubungan Indikator Awal Tujuan Hasil
Edukasi
- Menjelaskan
prosedur, termasuk P : Intervensi/observasi dihentikan
sensasi yang mungkin
dialami
R: klien mengerti dan
memahami
- Menganjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika
perlu
R: suami klien
mendampingi klien
selama proses
persalinan
- Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
R: klien merasa
sangat sedih dengan
kejadian kematian
janinnya, padahal
anak ini merupakan
anak yang diharapkan
oleh klien dan
suaminya
- Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
R: klien diberikan
terapi music klasik
selama beberapa
menit
- Melatih teknik
relaksasi
R: klien melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam yang telah
diajarkan sebelumnya
Kolaborasi
- Mengkolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika perlu
R: berkolaborasi
dengan tenaga medis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD
Terapeutik
- Menunjukkan sikap A : Berduka berhubungan dengan kematian
menerima dan empati keluarga atau orang yang berarti (D.0081)
R: klien diberikan teratasi sebagian
bantuan untuk Indikator Awal Tujuan Hasil
menerima keadaan
- Memotivasi agar mau Verbalisasi menerima 3 1 2
mengungkapan kehilangan
perasaan kehilangan
Verbalisasi harapan 3 1 2
R: klien diberikan
motivasi agar tetap
semangat
- Memotivasi untuk P : Intervensi/observasi dilanjutkan
menguatkan
dukungan keluarga - Mengidentifikasi kehilamgam yang
atau orang terdekat dihadapi
R: suami klien - Mefasilitasi melakukan kebiasaan sesuai
memberikan dengan budaya, agama dan norma sosial
dukungan selalu - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
- Mefasilitasi bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
melakukan kebiasaan menawar, sepresi dan menerima adalah
sesuai dengan wajar dalam menghadapi kehilangan
budaya, agama dan
norma sosial
R: klien beristigfar
dan selalu berdoa
jalan yang yang
terbaik
Edukasi
- Menjelaskan kepada
pasien dan keluarga
bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar menawar,
sepresi dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi
kehilangan
R: klien memahami
dan mengerti
- Menganjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
R: klien
mengungkapkan
keluh kesahnya
- Mengajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap.
R: klien diberikan
terapi sampai proses
melahirkan dan
selama proses
perawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. S Diagnosa Medis : IUFD
Terapeutik
- Menunjukkan sikap A : Berduka berhubungan dengan kematian
menerima dan empati keluarga atau orang yang berarti (D.0081)
R: klien diberikan teratasi sebagian
bantuan untuk
menerima keadaan
- Memotivasi agar mau Indikator Awal Tujuan Hasil
mengungkapan
Verbalisasi menerima 3 1 2
perasaan kehilangan
kehilangan
R: klien diberikan
motivasi agar tetap Verbalisasi harapan 3 1 3
semangat
- Memotivasi untuk
menguatkan
dukungan keluarga P : Intervensi/observasi dilanjutkan
atau orang terdekat - Mengidentifikasi kehilamgam yang
R: suami klien dihadapi
memberikan - Mefasilitasi melakukan kebiasaan sesuai
dukungan selalu dengan budaya, agama dan norma sosial
- Mefasilitasi - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
melakukan kebiasaan bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
sesuai dengan menawar, sepresi dan menerima adalah
budaya, agama dan wajar dalam menghadapi kehilangan
norma sosial
R: klien beristigfar
dan selalu berdoa
jalan yang yang
terbaik
Edukasi
- Menjelaskan kepada
pasien dan keluarga
bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar menawar,
sepresi dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi
kehilangan
R: klien memahami
dan mengerti
- Menganjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
R: klien
mengungkapkan
keluh kesahnya
- Mengajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap.
R: klien diberikan
terapi sampai proses
melahirkan dan
selama proses
perawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Pengkajian pada Ny. S dengan gangguan diagnosa
medis Intrauterine Fetal Death (IUFD) jenis kelamin Perempuan dan Masuk
RSMH pada tanggal 25 Desember 2022 dan melakukan pengkajian pada
tanggal 25 Desember 2022 pukul 06.00 WIB, alamat di Jl. Suka damai.
Keluhan utama: Pasien mengatakan sakit/nyeri pada bagian abdomen. Keadaan
umum pasien tampak sakit sedang dengan Glasgow coma scale E: 4, V: 6, M: 5
jumlah 15 kesadaran Composmentis, tanda – tanda vital: TD : 107/77, nadi 96
x/menit, suhu 37 ˚C, pernapasan 20 x/menit.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus) (D.0077)
2. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri (D.0080)
3. Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang berarti (D.0081)
C. Intervensi keperawatan
Pada diagnosa Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (kontraksi
uterus) d.d: DS: Klien mengeluh nyeri didaerah perut (abdomen) saat bergerak
P: kontraksi uterus, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri perut dibagian
bawah, S: 5, T: nyeri terus menerus. DO: Tanda-tanda vital: TD: 107/77
mmHg, N: 96 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 37℃, Klien meringis, Gelisah,
Keadaan umum klien composmentis. Akan dilakukan intervensi keperawatan
Manajemen nyeri (1.08238).
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respins nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik
7. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
hipnosis, terapi musik, aromaterapi)
8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
9. Fasilitas istirahat dan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
11. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri
13. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Pada diagnosa Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri d.d DS: Klien
mengatakan takut mau di operasi karena ini persalinan pertamanya. Klien
takut jika operasi ini terulang Kembali DO: Klien tampak cemas, Klien
tampak gelisah. Akan dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas
(I.09314)
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
7. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
8. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
9. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
10. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
11. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Pada diagnosa Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang berarti d.d
dengan DS: Klien merasa sangat sedih dengan kejadian kematian
janinnya, padahal anak ini merupakan anak yang diharapkan oleh klien
dan suaminya DO: Klien terlihat menangis, Gelisah. Akan dilakukan
intervensi keperawatan Dukungan proses berduka (I.09274)
Observasi
1. Identifikasi kehilamgam yang dihadapi
2. Identifikasi proses berduka yang dialami
3. Identifikasi sifat keterikatan pada orang yang meninggal
Terapeutik
4. Tunjukkan sikap menerima dan empati
5. Motivasi agar mau mengungkapan perasaan kehilangan
6. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
7. Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma
sosial
8. Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman (mis.
Membaca buku, menulis, menggambar atau bermain)
9. Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
Edukasi
10. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah,
tawar menawar, sepresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
11. Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
12. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
D. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan Intrauterine Fetal Death (IUFD)), yaitu Mengkaji
faktor penyebab dari Intrauterine Fetal Death (IUFD. diagnosa Nyeri akut b.d
agen pencedera fisiologis (kontraksi uterus) Tindakan yang di berikan yaitu
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri. Memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi napas dalam untuk rasa
nyeri. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
Memfasilitasi istirahat dan tidur
Diagnosa Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
Tindakan yang di berikan yaitu Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal), Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,
Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, Melatih kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan, Mengkolaborasi pemberian obat
antiansietas.
Diagnosa Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti Tindakan yang di berikan yaitu Menunjukkan sikap menerima dan
empati, Memotivasi agar mau mengungkapan perasaan kehilangan, Memotivasi
untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat, Mefasilitasi
melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma social
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah,
tawar menawar, sepresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi keperawatan
dilaksanakan selama 3x24 jam melaksanakan asuhan keperwatan. Hasil evaluasi
dari diagnosa Intrauterine Fetal Death (IUFD) setelah 2 hari melakukan asuhan
keperawatan didapatkan S: Klien mengatakan takut perlahan mulai berkurang,
Klien mulai tenang untuk dilakukan tindakan operasi O: Tampak cemas
berkurang, Gelisah berkurang, Takut tampak berkurang, Klien tampak tenang
dan. TD: 130/87 mmHg, N: 84 x/menit, T: 36,8 ℃, RR: 20 x/menit A: masalah
teratasi Sebagian. P : intervensi dilanjutkan
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada Ny.S yaitu berupa nyeri akut berhunungan
dengan agen cidera fisiologi (kontraksi uteri) (D.0077). Diagnosa yang kedua
yaitu berupa ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
(D.0080) Diagnosa yang ketiga berduka berhubungan dengan kematian keluarga
atau orang yang berarti (D.0081). Intervensi keperawatan pada Ny.S yang
ditetapkan oleh penulis dimana sesuai pada standar intervensi keperawatan
Indonesia yaitu berupa teknik relaksasi nafas dalam sebagai intervensi fokus
utama dan mengkolaborasikan pemberian analgesik. Evaluasi keperawatan pada
Ny.S pada diagnosa pertama didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian dan
tetap malanjutkan intervensi. Pada diagnosa kedua didapatkan bahwa masalah
teratasi pasien merasa cemas yang dirasakan sudah mulai berkurang dan agak
tanang, pada diagnosa ketiga bahwa intervensi dihentikan karena pasien merasa
perasaan sedih sudah mulai berkurang pasien merasa lebih tenang kriteria hasil
tercapai sebagian, dan tetap melanjutkan intervensi. Kriteria hasil tercapai
dengan mempertahankan intevensi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pihak akademik dapat menyediakan riset-riset dan menambah
referensi agar dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan
keperawatan khususnya pada pasien IUFD dan mengaplikasikannya dengan
baik dan benar pada saat praktek dilapangan.
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi RSMH Palembang diharapkan petugas kesehatan agar dapat
meningkatkan peran sertanya diRumah Sakit dalam memberikan informasi
terkait pasien IUFD sehingga klien dan keluaraga dapat mengerti dan mau
bekerja sama untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dan
mau mengikuti proses pengobatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang lebih baik.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan lagi proses asuhan keperawatan baik secara
teoritis maupun secara klinis agar pada saat menerapkan atau dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Levono KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
(2017). Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America: McGraw-
Hill Companies.Inc
Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
Kurniawati, Dini. 2017. Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada
Kemajuan Persalinan. Nurscope, Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah,
Volume 3, No. 4
Manuaba I.B.G; Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G. Pengantar
Kuliah Obstetri. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC ; 2017.
Mashudi, Sugeng. (2011). Anatomi dan fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, R. 2017. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid
I. Jakarta: EGC; 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2017). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2017.