Disusun oleh:
KHUSNUL KHOTIMAH
1814401110007
NPM : 1814401110007
Ruangan/Rumah Sakit :-
Menyetujui
(Khusnul Khotimah)
Mengesahkan,
Koordinator Stase Kep. Anak Pembimbing Akademik
Ka.Prodi D3 Keperawatan
Noor Amaliah, Ns., M. Kep
NIDN. 1103108503
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas. Ada beberapa flat yang dapat
menjadi faktur predisposisinya yaitu:
1. Infeksi inkompeten
2. Serviks inkompeten
3. Gemeli
4. Hidramnion
5. Kehamilan petern
6. Disproporsi sefalopelvik
7. Kelainan janin yang menimbulkan ketegangan pada kulit ketuban pada daerah
anfisitun uteri interna dan kemudian pecah
8. Kelainan/kelemahan pada kulit ketuban sendiri hal ini dipengaruhi oleh faktor
kesehatan dan keadaan ibu seperti:
a. Keadaan umum yang jelek karena penyakit menahun
b. Faktor gizi yang jelek
c. Faktor infeksi terutama daerah serviks, uterus merambat ke atas sehingga
terjadi chorioamnionitis.
Patways
Kontraksi uterus
Korteks serebri
Cemas ibu
5. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda persalinan adalah lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-
sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
Adapun tanda-tanda ketuban dini yaitu :
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning hijau atau kecoklatan
sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam apabila ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekula = tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering (Mansjoer, 2000)
6. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada KPD meliputi:
1. Pemeriksaan lekosit darah > 15.00/UL bila terajdi nyeri
2. Tes lakmus merah berubah menjadi bim
3. Amniosintesis
4. USG = menentukan usi kehamilan dan indeks cairan amnion berkurang
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Tokolitik dengan menggunakan magnesium sulfat: dengan dosis 4 gr
intravena dilanjutkan dengan 1-3 gr/jam
Obat oral yang dianjurkan diberikan adalah eritromisin 3x500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500 mg selama 3 hari atau dapat
menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin.
Apabila janin presentasi kepala maka diperbolehkan partus pervaginam
bisa dilakukan episiotomy dengan menggunakan forcep mengurangi
trauma kepala dan melindungi kepla janin
b. Keperawatan
Monitor tanda-tanda vital
Monitor dengan ketat risiko terjadinya perdarahan pada pasien
Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, pijatan, dan terapi music)
apabila terjadi nyeri
Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien
8. Komplikasi
Komplikasi persalinan preterm dapat terjadi pada ibu dan juga pada bayi. Berikut
komplikasi pada persalinan, yaitu:
a. Komplikasi Maternal
Persalinan preterm berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas dan
morbiditas kardiovaskular, yang biasanya mulai muncul beberapa tahun
kemudian setelah persalinan dengan alasan yang belum diketahui. Selain itu
kejadian peningkatan risiko perdarahan dan infeksi pasca kelahiran.
b. Komplikasi Neonatal
Kelahiran premature berhubungan dengan outcome yang buruk terhadap
perkembangan sistem saraf neonates. Masalah yang di hadapi antara lain
gangguan kemampuan kognitif, defisit motoric, cerebral palsy, dan
kemungkinan untuk mengalami kehilangan penglihatan dan pendengaran.
Permasalahan tingkah laku seperti ansietas, depresi, autism spectrum disorder,
dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga berhubungan
dengan persalinan preterm.
9. Prognosis
Setiap tahunnya, lebih dari satu bayi di antara 10 kelahiran hidup lahir
secara premature. Bayi yang lahir dari persalinan preterm tersebut umumnya
memiliki prognosis yang buruk. Kelahiran preterm adalah penyebab utama
tunggal kematian neonates yang mencapai angka 35 % dan penyebab kedua
tersering kematian anak dibawah usia 5 tahun. Selain itu, sepertiga dari bayi yang
lahir preterm akan mengalami gangguan neurologis berat jangka panjang seperti
cerebral palsy atau retardasi mental.
NPM : 1814401110007
Disusun oleh:
KHUSNUL KHOTIMAH
1814401110007
NPM : 1814401110007
Ruangan/Rumah Sakit :-
Menyetujui
(Khusnul Khotimah)
Mengesahkan,
Koordinator Stase Kep. Anak Pembimbing Akademik
Ka.Prodi D3 Keperawatan
Noor Amaliah, Ns., M. Kep
NIDN. 1103108503
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu
dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora
adalah vestibulum
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia
minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam
vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus vagina
uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Hymen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya
mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbedabeda ada yang seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada
seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perenium.
2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus. Merupakan penghubung antara introitus vagina
dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek
dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat
disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr,
dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1. Fundus uteri (dasar rahim ) Bagian uterus yang terletak antara pangkal
saluran telur. Pada pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri
dapat memperkirakan usia kehamilan.
2. Korpus uteri Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat
pada korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Servik uteri Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1. Endometrium
2. Myometrium
3. Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi
pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur
kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus
pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk kedalam tuba.
2. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.
(Sarjadi, 2017)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal
yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada
wanita, selain kanker payudara. Berdasarkan penelitian menurut WHO pada tahun
2014, lebih dari 92.000 kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit kanker. Dari jumlah tersebut, 10 % terjadi karena kanker serviks.
Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya terjadi 15.000
kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia.
3. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak
atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu :
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
1. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
3. Berganti - ganti pasangan seksual.
4. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual
pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran.
6. Pemakaian Pil KB. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka
panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif
1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam
melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah.
( Dr imam Rasjidi, 2018 )
Beberapa faktor
Resiko
Resiko cidera
5. Manifestasi Klinik
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf
(Dr RamaDiananda, 2016 )
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik, antara lain:
a. Sitology
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi
90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks
yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat
yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan
sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan
sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi,
maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di
jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin
10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa
sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis
servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi
selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan
ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal
pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller.
Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium
yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif
( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik
dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2017 )
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5
tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya
beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker
leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita
kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik
2. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan
untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan
kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi,
laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi
persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan
mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam
perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau
buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi,
latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang
pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior
tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan
makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan
support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang Sarwiji, 2017)
8. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat pengobatan kanker serviks adalah:
1. Penyempitan Miss V
Kanker leher rahim yang diatasi dengan radioterapi dapat menyebabkan
penyempitan Miss V.
2. Menopause Dini
Kondisi ini terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi hormone estrogen
dan progesterone. Biasanya terjadi pada usia sekitar 50 tahun. Menopause dini
terjadi ketika ovarium diangkat melalui operasis atau bisa juga karena
ovarium rusak akibat efek samping radioterapi.
3. Gagal Ginjal
Kanker yang disebabkan oleh virus human papilloma ditahap stadium lanjut,
dapat menyebabkan masalah pada ginjal. Pada stadium lanjut, kanker bisa
menenkan ureter. Terkumpulnya urine di ginjal (hidronefrosis) dapat
menyebabkan ginjal membengkak dan meregang
4. Perdarahan berlebih
Ketika kanker serviks mulai menyebar hingga ke Miss V, usus, ataupun
kandung kemih, maka bisa menyebabkan perdarahan di rectum atau di Miss
V.
9. Prognosis
Prognosis dari kanker serviks tergantung pada stadiumnya. Kanker serviks
stadium awal umumnya tidak menyebabkan banyak komplikasi dan prognosisnya
cukup baik, sedangkan kanker serviks stadium lanjut menyebabkan banyak
komplikasi serta prognosisnya tidak baik. Penyebab kanker serviks diketahui
adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe
16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas
seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok,
mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV
negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita
baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat
mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat
mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu
peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang
pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.
c. Evaluasi keperawatan
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah:
1. Mampu meningkatkan dan menurunkan anemia dibandingkan dengan
komplikasi perdarahan
2. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal
6. Kekhawatiran meningkat sesuai dengan kemampuan dapat
mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
mendemonstrasikan kebutuhan untuk mengubah rencana
7. Pasien dapat meminta perencanaan terapi
Daftar Pustaka
NPM : 1814401110007
Disusun oleh:
KHUSNUL KHOTIMAH
1814401110007
Usia : 32 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Dx Medis : Ca Serviks,
Oleh orang lain : Suami klien mengatakan 2-3 bulan terakhir telah
membawa istrinya untuk berobat ke klinik bidan di dekat
rumahnya namun tak membaik.
3. Riwayat Keluarga
Genogram :
Tn. S Ny. K
Keterangan :
: Pasien
Suami klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
turunan seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, dan asma. Suami klien
mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
5. Reproduksi
Kehamilan G0P0A0Ah0
Riwayat menstruasi
Menarche : Usia 14 tahun
Siklus : Siklus menstruasi yang panjang dan banyak
Durasi : 5-7 hari
Haid terakhir : 11 Mei 2020
Dismenore : Dari hasil anamnesa klien mengalami sakit perut sebelum
menstruasi dan pada hari pertama menstruasi saja
Menopause : Belum
Riwayat Menikah : Menikah 1 kali selama 32 tahun
Umur menikah : 19 tahun
Riwayat KB
Tidak ada
b) Selama sakit
Suami klien mengatakan saat sakit, klien kehilangan nafsu makan dan
tidak pernah menghabiskan makanan dari rumah sakit. minum pun
hanya setengah gelas saja.
b) Selama sakit
Suami klien mengatakan klien susah makan dan minum. Klien hanya
minum 1-2 gelas saja.
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Klien bab teratur dan lancar 1x sehari dengan menggunakan wc
jongkok. Warna feses kuning dan berbentuk padat lunak. Klien bak
sebanyak 5-6 kali dengan warna urine bening dan berbau khas urine.
b) Selama sakit
Selama sakit klien dapat bab 2 hari sekali, dengan warna feses kuning
dan berbentuk padat lunak. Klien bak tidak sebanyak seperti biasanya
5-6 kali. Klien hanya bak ± 3-4 kali saja. Warna urine kuning jernih dan
klien tidak terpasang kateter.
b) Selama sakit
Selama di rumah sakit klien mudah lelah, aktivitas dibantu oleh
keluarga dan klien berbaring ditempat tidur saja..
Makan/Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
4 : tergantung total
7. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
a. Aspek Mental
Klien sedih dengan kondisinya saat ini. Sebelumnya klien tidak pernah
mengalami sakit seperti ini. Saat sakit klien terlihat tidak bersemangat dan
banyak diam. Padahal sebelum sakit klien adalah seorang wanita yang
menanyakan banyak hal kepada lingkungan sekitar terutama kepada
suaminya. Klien dan keluarga berharap akan kesembuhan klien.
b. Aspek Intelektual
Klien tidak tahu mengenai penyakitnya, yaitu kanker serviks yang di
deritanya. Karena klien tidak ingin mengetahui tentang penyakitnya. Klien
juga tidak pernah mencarinya melalui internet karena klien takut akan
penyakitnya.
c. Aspek Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya sangat baik, itu membuktikan bahwa
klien selama dirumah sakit selalu ditunggu oleh suami dan keluarganya.
d. Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya menganut agama islam. Klien selalu mengikuti
pengajian di komplek tetapi saat klien sakit, klien tidak bisa mengikutinya.
Keluarga klien selalu berdoa untuk kesembuhan klien.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
- KU : Lemah
- Kesadaran : Komposmentis
- Status Gizi :
TB = 160 cm
BB = 50 kg
BB sebelum sakit 65 kg
- Tanda- tanda vital :
Suhu = 37°C
Nadi = 100x/menit
RR = 22x/menit
TD = 90/60 mmHg
2. Mata
Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, fungsi
penglihatan tidak ada gangguan.
3. Hidung
Bentuk hidung simteris, keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung, klien terpasang O2 kanul binasal 3 liter/menit.
4. Mulut
Bentuk mulut simetris, mulut tampak kering, tidak ada kelainan kongenital
(kelainan bawaan).
5. Lidah
Bersih, tidak pucat, tidak ada stomatitis (penyakit, infeksi, reaksi alergi,
atau makanan atau bahan kimia)
6. Dada
a) Respirasi
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada retraksi, tidak ada lesi
b) Abdomen
Inspeksi : Simetris, asites (-), retraksi (-), tidak ada
penonjolan abdomen, terdapat nyeri di sekitar pinggul.
Auskultasi :-
Perkusi :-
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada perbesaran hepar,
terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah dengan skala 6
(sedang)
7. Integumen
Turgor kulit elastis, tidak ada kelainan kulit, CRT < 2 detik
8. Ekstermitas
Atas : Anggota gerak atas lengkap dan tidak ada kelainan, warna kulit
kuning langsat. Tangan kanan terpasang infus NaCl. CRT < 2 detik.
Bawah :
9. Genetalia
Klien mengeluhkan keputihan yang banyak, tidak terpasang kateter
11. Terapi
DO :
BB klien
sebelum
masuk rumah
sakit 65 kg
BB klien saat
sakit 50 kg
TB klien 160
cm
IMT : 31,25
Kg / m2
Terdapat nyeri
tekan pada
perut bagian
bawah dengan
skala 6
(sedang)
KU lemah
DO :
Terdapat nyeri
tekan pada
perut bagian
bawah dengan
skala 6
(sedang)
Klien tampak
sedih
P : Nyeri saat
di tekan
Q : Nyeri
seperti di
tekan
R : Area
pinggul
S : Skala nyeri
6 (sedang)
T : 5 menit
setelah di
tekan
Skala aktivitas
2 (di bantu)
3. Selasa, 21 DS : - Defisien volume Asupan cairan kurang
Juli 2020 cairan
DO : (nanda, 2018-2020)
Mulut tampak Kode 00027 Hal 181
kering
TD 90/60
mmHg
Suhu tubuh
37°C
BB awal 65
kg, BB saat
sakit 55 kg
Klien mudah
lelah
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d skala nyeri 6 (sedang), suhu 37°C,
Leukosit 3,84%
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d
kehilangan nafsu makan
3. Defisien volume cairan b.d asupan cairan kurang d.d mulut tampak kering, suhu
37°C
C. Perencanaan
TUJUAN &
N
KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
MASALAH
1. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (hal 180)
tindakan keperawatan Lakukan pengkajian Nyeri
1x24 jam diharapkan nyeri komprehensif merupakan
Nyeri akut teratasi yang meliputi lokasi, pengalaman
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, subjektif dan
Nyeri berkurang frekuensi dan lain- harus berbicara
atau hilang lain oleh pasien.
identifikasi
karakteristik
nyeri dan
faktor yang
berhubungan
merupakan
suatu hal yang
sangat penting
Monitor nyeri Monitor
menggunakan alat keadaan nyeri
pengukur yang valid pasien setiap
sesuai usia saat agar nyeri
cepat
berkurang dan
membaik
Cegah dan kelola Efek samping
efek samping yang muncul
pengobatan setelah
menggunakan
obat nyeri
adalah mual,
muntah bahkan
sakit perut
serta diare
NPM : 1814401110007
Nama Pembimbing : Muthmainnah, Ns.,M.Kep