Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

20 JULI s/d 25 JULI 2020

Disusun oleh:

KHUSNUL KHOTIMAH

1814401110007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Khusnul Khotimah

NPM : 1814401110007

Ruangan/Rumah Sakit :-

Judul Laporan Pendahuluan : Persalinan Normal

Judul Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan Maternitas Ca Servikas

Telah menyelesaikan semua laporan PKK Stase Keperawatan Anak

Banjarmasin, 20 Juli 2020

Menyetujui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Muthmainnah, Ns.,M.Kep) (Khusnul Khotimah)

NIDN. 1131018601 NPM. 1814401110007


LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Khusnul Khotimah


NPM : 1814401110007
Judul Laporan Pendahuluan : 1. Persalinan Normal
2. Ca serviks
Judul Asuhan Keperawatan : 1. Asuhan Keperawatan Maternitas Ca Serviks
2. Asuhan Keperawatan Maternitas Ca Serviks

Telah menyelesaikan semua laporan stase keperawatan anak di ruangan tersebut.


Banjarmasin, 20 Juli 2020
Mahasiswa

(Khusnul Khotimah)

Mengesahkan,
Koordinator Stase Kep. Anak Pembimbing Akademik

Muthmainnah, Ns.,M. Kep Muthmainnah, Ns.,M.Kep


NIDN. 1131129002 NIDN. 1131129002

Ka.Prodi D3 Keperawatan
Noor Amaliah, Ns., M. Kep
NIDN. 1103108503
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Anatomi dan Fisiologi

Pada wanita diluar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan


pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan persalinan dapat bergeser lebih jauh
dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai
sejauh lebih kurang 2,5 cm. hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
meninjol kedepan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan
cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan kebelakang.
Didepan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut
simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro iliaka yang menghubungkan os
sacrum dengan os ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro koksigea yang
menghubungkan os sacrum (tulang panggul) dan os koksigis (tulang tungging).
Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat prgan-organ abdominal
selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot-otot dan ligament ke
dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat
bagian dari kolon, rectum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan
ovarium. Pada ruang pelvis terdapat diafragma pelvis yang dibentuk oleh
muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.
a. Genetalia interna dan eksterna
Genetalia interna adalah organ reproduksi wanita yang terletak di rongga
panggul. Baagian-bagiannya adalah :
 Rahim
Rahim adalah organ berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah pir
dengan bagian bawah yang sempit. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan
embrio.
 Tuba fallopi
Tuba fallopi adalah organ tubular berotot, dengan panjang sekitar 12 cm
dan diameter antara 3-8 mm. tuba fallopi adalah saluran memanjang
setelah infundibulum yang berfungsi sebagai tempat pembuahan dan jalur
sel telur ke sel rahim dengan bantuan silia didindingnya.
 Ovarium
Ovarium menghasilkan sel telur. Ovarium juga disebut telur induk.
Tempat ovarium di sisi kiri dan kanan rongga perut bagian bawah.
 Prametrium
Merupakan jaringan ikat yang ditenukan di antara dua lembar ligamentum.
 Oviduct
Adalah kontinum panjang tuba fallopi. Berfungsi sebagai tempat
pembuahan dan jalur bagi sel-sel ovum menuju rahim dengan bantuan silia
di dindingnya.
 Serviks
Adalah bagian dasar rahim yang bentuknya sempit sehingga disebut juga
serviks. Menghubungkan rahim dengan saluran vagina dan sebagai jalan
keluar dari janin dari rahim ke saluran vagina.
b. Genetalia eksterna: Mons pubis labia mayora dan labia minora
 Vestibulum
 Selaput dara
 Perenium
c. Panggul
Pelvis adalah cincin tulang di bagian bawah tubuh yang berbatasan dengan
tulang ekor dan tulang panggul. Pelvis memengaruhi kelahiran karena jika
panggul sempit tetapi bayi akan lahir besar maka proses kelahiran akan
terhambat. Pelvis terdiri dari 4 tulang yang terhubung erat melalui sendi.
Selain itu sendi panggul dihubungkan oleh jringan ikat dalam bentuk ligamen
sehingga keseluruhan membentuk jalan lahir.
Ada 4 jenis panggil, yaitu:
a. Panggul Gynecoid
b. Panggul Android
c. Panggul Anthropoid
d. Panggul Platypeloid
2. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan
normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang
kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan, serta tidak
melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam. (Sondakh, 2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan
yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan
(lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Eka Puspita, 2014).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam
uterus pada umur kehamilan 37–42 minggu dengan ditandai adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan dan dilatasi serviks. Terjadinya
persalinan normal bukan berarti tidak ada komplikasi, tetapi melainkan banyak
kemungkinan hal yang bisa terjadi. Salah satu komplikasinya adalah persalinan
preterm (Indah, 2019).
Terjadinya persalinan normal bukan berarti tidak ada permasalahan dalam
persalinan, tetapi melainkan banyak kemungkinan hal yang bisa terjadi dimana
dinamakan dengan komplikasi pada saat persalinan. Komplikasi persalinan adalah
kondisi dimana ibu dan janinnya terancam yang disebabkan oleh gangguan
langsung saat persalinan serta menjadi salah satu penyebab terjadinya kematian
ibu bersalin maupun janinnya. Adapun beberapa komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan di antaranya Ketuban pecah dini (KPD), persalinan preterm, kehamilan
postmatur, malposisi dan malpresentasi, pre-eklampsia dan eklampsia, kehamilan
kembar (gemelli), dan distosia bahu. Hal ini dapat menyebabkan tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada saat persalinan.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai 289.000 jiwa. Dimana terbagi atas
beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000
jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di Negara- Negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 190 jiwa, Vietnam 49 jiwa, Thailand 26 jiwa, Brunei 27
jiwa, Malaysia 29 jiwa. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang
karena kurang mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan fasilitas,
terlambatnya pertolongan persalinan disertai keadaaan social ekonomi dan
pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah (WHO, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak, serta
cerminan dari status kesehatan suatu negara. Hasil survey demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup yang mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu 359 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan AKB sendiri menurut survey penduduk antar sensus
(SUPAS) pada tahun 2015 yaitu 22,23 per 100.000 kelahiran hidup, yang artinya
sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup
(KemenKes, 2016). Indonesia masih tergolong tinggi pada Negara-negara di
ASEAN (Association South East Asian Nation) dan menjadi salah satu Negara
yang menjalankan program Milleneum Development Goals (MDG’s), memiliki
target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2016, AKI mencapai 153 orang per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan AKB terbanyak (48%) terjadi pada bulan pertama
atau masa neonatus, dan penyebab terbanyak (44%) kematian neonatus adalah
prematuritas. Demikian juga dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, AKI
yang didapatkan sebanyak 14 orang atau 111 per 100.000 kelahiran hidup dan
AKB yang dilaporkan sebanyak 87 kematian Neonatal (7 per 1000 kelahiran), 16
kematian Bayi (1 per 1000 kelahiran) terjadi pada tahun 2015 (DinKese, 2016)

3. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas. Ada beberapa flat yang dapat
menjadi faktur predisposisinya yaitu:
1. Infeksi inkompeten
2. Serviks inkompeten
3. Gemeli
4. Hidramnion
5. Kehamilan petern
6. Disproporsi sefalopelvik
7. Kelainan janin yang menimbulkan ketegangan pada kulit ketuban pada daerah
anfisitun uteri interna dan kemudian pecah
8. Kelainan/kelemahan pada kulit ketuban sendiri hal ini dipengaruhi oleh faktor
kesehatan dan keadaan ibu seperti:
a. Keadaan umum yang jelek karena penyakit menahun
b. Faktor gizi yang jelek
c. Faktor infeksi terutama daerah serviks, uterus merambat ke atas sehingga
terjadi chorioamnionitis.

Etiologi lainnya meliputi:


1. Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Otot hormon mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati makan akan terjadi kontraksi,
sehingga persalinan dapat dimulai.
2. Penurunan progesterone
Villi koriales mengalami perubahan – perubahan dan produksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap
oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.Akibat otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
3. Oksitosin internal
Perubahan keseimbangan yang terjadi pada estrogen dan progesteron. Apabila
terjadi penurunan progesteron maka reaksi oksitosin dapat meningkat
sehingga persalinan dapat terjadi.
4. Prostaglandin
Akan terjadi peningkatan prostaglandin pada umur kehamilan 15 minggu,
sehingga akan memicu terjadinya kontraksi dan persalinan. Prostaglandin
yang dikeluarkan oleh deciduas konsentrasinya meningkat sejak usia
kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim.
5. Hipotalamus hipofisis dan glandula suprarenalis
Terjadinya keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
4. Patofisiologi
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas lakmus.
Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat apakah memang air ketuban
keluar dari kanatis serviks dan adalah bagian yang pecah. Pengaruh terhadap ibu
karena jalan janin terbuka dapat terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan dry
labour. Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin
lebih dahulu sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita
dan morbiditas perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah tidak terjadi persalinan
spontan (partus lama) maka persalinan diinduksi.
Persalinan dibagi menjai 4 kala yaitu:
1. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5
cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih
kuat dan sering selama fase aktif.
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus Ny ”N” didapatkan data
subjektif dan objektif menunjukkan bahwa diagnosis inpartu kala I fase laten
dengan Usia Kehamilan Preterm. Hasil yang diperoleh pada kasus Ny “N”
yaitu pada kala I berlangsung ± 6 jam, keadaan ibu dan janin baik, dan tidak
ada komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi. Dengan demikian seorang
bidan harus tetap memberikan dukungan psikologis dan spiritual kepada ibu
dan keluarga sangat penting agar tetap tenang dalam menghadapi
persalinannya yaitu dengan memperbanyak berdoa, berdzikir, istighfar,
membaca dan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran.
2. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Berdasarkan pengkajian pada kala II pada kasus Ny “N” didapatkan data
subjektif ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran. Sedangkan
data objektif didapatkan tampak perineum menonjol, vulva dan vagina
membuka, pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks telah
lengkap. Pada kasus Ny “N” kala II berlangsung normal yaitu bayi lahir
spontan pada tanggal 1 Juli 2018 jam 22.25 WITA, segera menangis, dan
bergerak aktif dengan berat badan lahir 2300 gram, panjang badan 46 cm.
Tinggi fundus uteri setinggi pusat. Berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan pada Ny “N” di kala II tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan kasus.
3. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Pada kasus Ny”N” didapatkan hasil pemeriksaan dalam keadaan normal
ditandai dengan uterus teraba keras dan bundar, tinggi fundus uteri setinggi
pusat yang berarti kala III berlangsung normal, serta tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek yang dilakukan
4. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum.
(Taber, 2017).
Pada kasus Ny”N” didapatkan kontraksi uterus baik teraba keras dan
bundar, tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat, kandung kemih kosong, jumlah
perdarahan ±150 cc. Hasil evaluasi ini membuktikan bahwa kala IV
berlangsung normal dan tidak ada penyulit serta tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.

Patways

Penurunan kadar progestero, peningkatan

Kadar oxytocin, keregangan otot-otot rahim,

Pengaruh janin, prostaglandin yang diberikan secara

Intravena, plasenta tua

Kontraksi uterus

Dilatasi, penipisan serviks, Penurunan O2 kedalam

Iskemik rahim plasenta

Saraf spinal T XI dan T XII

Korteks serebri

Kurang informasi mengenai nyeri perut bagian bawah Peningkatan metabolisme


Berapa lama nyeri, cara menyebar ke daerah

Mengatasi nyeri dan punggung dan paha Risiko Kelelahan

Cemas ibu

Kurang Pengetahuan Nyeri

5. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda persalinan adalah lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-
sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
Adapun tanda-tanda ketuban dini yaitu :
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning hijau atau kecoklatan
sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam apabila ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekula = tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering (Mansjoer, 2000)

6. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada KPD meliputi:
1. Pemeriksaan lekosit darah > 15.00/UL bila terajdi nyeri
2. Tes lakmus merah berubah menjadi bim
3. Amniosintesis
4. USG = menentukan usi kehamilan dan indeks cairan amnion berkurang

7. Penatalaksanaan
a. Medis
 Tokolitik dengan menggunakan magnesium sulfat: dengan dosis 4 gr
intravena dilanjutkan dengan 1-3 gr/jam
 Obat oral yang dianjurkan diberikan adalah eritromisin 3x500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500 mg selama 3 hari atau dapat
menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin.
 Apabila janin presentasi kepala maka diperbolehkan partus pervaginam
bisa dilakukan episiotomy dengan menggunakan forcep mengurangi
trauma kepala dan melindungi kepla janin
b. Keperawatan
 Monitor tanda-tanda vital
 Monitor dengan ketat risiko terjadinya perdarahan pada pasien
 Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, pijatan, dan terapi music)
apabila terjadi nyeri
 Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien

8. Komplikasi
Komplikasi persalinan preterm dapat terjadi pada ibu dan juga pada bayi. Berikut
komplikasi pada persalinan, yaitu:
a. Komplikasi Maternal
Persalinan preterm berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas dan
morbiditas kardiovaskular, yang biasanya mulai muncul beberapa tahun
kemudian setelah persalinan dengan alasan yang belum diketahui. Selain itu
kejadian peningkatan risiko perdarahan dan infeksi pasca kelahiran.
b. Komplikasi Neonatal
Kelahiran premature berhubungan dengan outcome yang buruk terhadap
perkembangan sistem saraf neonates. Masalah yang di hadapi antara lain
gangguan kemampuan kognitif, defisit motoric, cerebral palsy, dan
kemungkinan untuk mengalami kehilangan penglihatan dan pendengaran.
Permasalahan tingkah laku seperti ansietas, depresi, autism spectrum disorder,
dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga berhubungan
dengan persalinan preterm.

9. Prognosis
Setiap tahunnya, lebih dari satu bayi di antara 10 kelahiran hidup lahir
secara premature. Bayi yang lahir dari persalinan preterm tersebut umumnya
memiliki prognosis yang buruk. Kelahiran preterm adalah penyebab utama
tunggal kematian neonates yang mencapai angka 35 % dan penyebab kedua
tersering kematian anak dibawah usia 5 tahun. Selain itu, sepertiga dari bayi yang
lahir preterm akan mengalami gangguan neurologis berat jangka panjang seperti
cerebral palsy atau retardasi mental.

10. Tinjauan teoritis keperawatan berdasarkan kasus


a. Pengkajian keperawatan
Berikut merupakan pengkajian keperawatan persalinan normal:
1. Tanda-tanda Vital
Suhu dalam 24 jam pertama meningkat < 38° C akibat adanya dehidrasi
dan perubahan hormonal, relaksasi otot. Dan normal kembali dalam waktu
24 jam pertama. Bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka pasien
menunjukkan adanya sepsis puerperalis, infeksi traktus irunarius,
endometritis, mastitis. Pembengkakan payudara pada hari kedua dan
ketiga yang dapat meningkatkan suhu pasien.
2. Tekanan Darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penarnbahan sistolik 30 mmHg
atau penambahan diastolic 15 mmHg khususnya bila disertai adanya sakit
kepala atau gangguan penglihatan rnenunjukkan preeklampsia.
3. Sistem Kardiovaskuler
Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takikardi bisa terjadi
merefleksikan atau menunjukkan adanya kesulitan dalam proses
persalinan atau persalinan lama, perdarahan yang berlebih (Hemoragic
post partum).
4. Laktasi
Produk ASI mulai hari ke –4 post partum, pembesaran payudara, putting
susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola mamae
berwarna hitam atau mengalami hiperpigmentasi. Dan kembali normal
setelah minggu pertama.
5. Sistem gastrointestinal
Pengendalian fungsi defekasi lambat dalam minggu pertama post partum
dan kembali normal setelah minggu pertama, peristaltik usus terjadi
penurunan segera setelah bayi lahir.
6. Sistem muskuloskeletal
Terjadi peregangan dan penekanan otot, oedema ekstremitas bawah akan
berkurang dalam minggu pertama.
7. Sistem perkemihan
Kandung kemih oedema dan sensitivitasnya menurun sehingga
mengakibatkan over distention
8. Sistem reproduksi
Involisio uteri terjadi segera setelah bayi lahir dan prosesnya cepat setelah
melahirkan yang terdiri dari:
a. 1 - 3 hari Tinggi fundus uteri teraba 3 jari di bawah umbilicus
b. 3 - 7 hari tinggi fundus uteri teraba 1 jari di atas simpisis pubis
c. 7 - 9 hari tinggi fundus uteri tidak teraba
9. Sistem endokrin
Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala IV persalinan. Setelah
plasenta lahir terjadi penurunan estrogen dan progesterone. Prolaktin
menurun pada wanita yang tidak meneteki bayinya dan akan meningkat
pada wanita yang meneteki. Menstruasi biasanya terjadi setelah 12 minggu
post partum pada ibu yang tidak menyusui, dan 36 minggu pada ibu yang
rnenyusui.

b. Diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasional


 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan episiotomy, kontraksi uterus,
payudara bengkak
2. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
terhadap episiotomy
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan otot abdomen,
penurunan peristaltic usus
4. Resiko tingi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan sekunder terhadap atonia uteri
 Tujuan
1. Nyeri berkurang, klien menggambarkan rasa nyaman setelah
dilakukan tindakan penurunan nyeri
2. Mencegah atau meminimalkan infeksi: klien melakukan tindakan
pencegahan infeksi
3. Pola eliminasi kembali normal.
4. Tidak terjadi deficit volume cairan, tidak ada tanda dehidrasi,
mencegah atonia uteri, dan menstimulasi tonus otot uteri.
 Intervensi dan rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan episiotomy, kontraksi uterus,
payudara bengkak.
a. Kaji skala, karakteristik, lokasi nyeri
b. Kaji keadaan perineum, uterus dan payudara.
c. Ajarkan klien untuk mengkontraksikan otot gluteus
sebelum duduk
d. Lakukan kompres hangat pada payudara, dingin untuk
perineum
e. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
f. Beri posisi yang nyaman
g. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan invasi bakteri
sekunder terhadap episiotomy
a. Catat kenaikan suhu, hubungkan dengan status persalinan
dan gejala infeksi lain yang muncul
b. Anjurkan klien untuk membersihkan perineum dengan
sabun lembut setiap hari
c. Anjurkan untuk ganti pembalut setiap habis BAB/BAK
atau sekurang-kurangnya tiap 4 jam
d. Lakukan perawatan vulva dan luka perineum
e. Anjurkan klien diit tinggi kalori dan protein.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan otot abdomen,
penurunan peristaltic usus
a. Anjurkan pasien untuk tidak menahan BAB
b. Berikan cairan peroral 6-8 gelas tiap hari.
c. Observasi penyebab gangguan eliminasi BAB.
d. Ajarkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat pencahar.
f. Kolaborasi pemberian diet tinggi serat.
4. Resiko tingi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan sekunder terhadap atonia uteri
a. Kaji ulang riwayat persalinan clan obat-obatan yang
digunakan. Monitor tanda dan gejala dehidrasi
b. Anjurkan klien untuk tidak menahan BAK
c. Monitor intake dan output cairan
d. Anjurkan untuk sesegera mungkin menyusui bayi untuk
menstimulasi kontraksi uterus
Daftar Pustaka

Anasari, Tri. Ika Pantiawati: /Jurnal Kebidanan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Persalinan Peterm di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto, Vol. VIII No. 01
Juni 2016
Rini Hayu Lestari.2017.Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin.STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehataan.Vol. 6 No. 2
Indah, Firdayanti & Nadyah.2019.Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal.Jurnal
Midwifery.Vol 1 No 1.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Khusnul Khotimah

NPM : 1814401110007

Nama Pembimbing : Muthmainnah, Ns.,M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Bukti Dokumentasi

1. Senin, 20 Juli 2020 Pre Conference LP


1. LP Persalinan
Normal
2. LP Ca Serviks
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

20 JULI s/d 25 JULI 2020

Disusun oleh:

KHUSNUL KHOTIMAH

1814401110007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Khusnul Khotimah

NPM : 1814401110007

Ruangan/Rumah Sakit :-

Judul Laporan Pendahuluan : Persalinan Normal

Judul Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan Maternitas Ca Servikas

Telah menyelesaikan semua laporan PKK Stase Keperawatan Anak

Banjarmasin, 20 Juli 2020

Menyetujui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Muthmainnah, Ns.,M.Kep) (Khusnul Khotimah)

NIDN. 1131018601 NPM. 1814401110007


LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Khusnul Khotimah


NPM : 1814401110007
Judul Laporan Pendahuluan : 1. Persalinan Normal
2. Ca serviks
Judul Asuhan Keperawatan : 1. Asuhan Keperawatan Maternitas Ca Serviks
2. Asuhan Keperawatan Maternitas Ca Serviks

Telah menyelesaikan semua laporan stase keperawatan anak di ruangan tersebut.


Banjarmasin, 20 Juli 2020
Mahasiswa

(Khusnul Khotimah)

Mengesahkan,
Koordinator Stase Kep. Anak Pembimbing Akademik

Muthmainnah, Ns.,M. Kep Muthmainnah, Ns.,M.Kep


NIDN. 1131129002 NIDN. 1131129002

Ka.Prodi D3 Keperawatan
Noor Amaliah, Ns., M. Kep
NIDN. 1103108503
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan
genetalia interna.

1. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan
lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu
dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora
adalah vestibulum
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia
minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam
vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus vagina
uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Hymen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya
mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbedabeda ada yang seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada
seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang
ditutupi oleh kulit perenium.

2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus. Merupakan penghubung antara introitus vagina
dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek
dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat
disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr,
dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1. Fundus uteri (dasar rahim ) Bagian uterus yang terletak antara pangkal
saluran telur. Pada pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri
dapat memperkirakan usia kehamilan.
2. Korpus uteri Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat
pada korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Servik uteri Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1. Endometrium
2. Myometrium
3. Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi
pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur
kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus
pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk kedalam tuba.

2. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.
(Sarjadi, 2017)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal
yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada
wanita, selain kanker payudara. Berdasarkan penelitian menurut WHO pada tahun
2014, lebih dari 92.000 kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit kanker. Dari jumlah tersebut, 10 % terjadi karena kanker serviks.
Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya terjadi 15.000
kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia.

3. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak
atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu :
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
1. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
3. Berganti - ganti pasangan seksual.
4. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual
pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran.
6. Pemakaian Pil KB. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka
panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif
1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan
lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam
melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah.
( Dr imam Rasjidi, 2018 )

4. Patofisiologi dan patways


Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma
telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri.
Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria
menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah
keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau
busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien
dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari
kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
(biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan
masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan
timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)
Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada
lapisan epitel serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (NIS) 1, NIS 2,
NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah menembus membran
basalis akan berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasif.
Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan sebagai skrining, sedangkan
pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi diagnostik.
Patways

Beberapa faktor
Resiko

Timbul rasa takut Ca Serviks disfungsi seksual


Dan cemas serta
Sedih Metastase Perubahan konsep diri

Supresi sumsum Pengobatan Mengganggu pembelahan


Tulang dengan kemoterapi sel-sel hematopeitik normal

Trombositopenia Anemia Daya tahan tubuh menurun

Resiko cidera

Intoleransi aktivitas Perubahan perfusi Resiko terjadinya


Jaringan infeksi

5. Manifestasi Klinik
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf
(Dr RamaDiananda, 2016 )

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik, antara lain:
a. Sitology
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi
90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks
yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat
yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan
sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan
sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi,
maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di
jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin
10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa
sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis
servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi
selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan
ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal
pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller.
Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium
yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif
( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik
dilakukan pada keadaan - keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2017 )

7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan
stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5
tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya
beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker
leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita
kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik

2. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan
untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan
kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi,
laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi
persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan
mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam
perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau
buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi,
latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang
pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior
tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan
makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan
support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang Sarwiji, 2017)

8. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat pengobatan kanker serviks adalah:
1. Penyempitan Miss V
Kanker leher rahim yang diatasi dengan radioterapi dapat menyebabkan
penyempitan Miss V.
2. Menopause Dini
Kondisi ini terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi hormone estrogen
dan progesterone. Biasanya terjadi pada usia sekitar 50 tahun. Menopause dini
terjadi ketika ovarium diangkat melalui operasis atau bisa juga karena
ovarium rusak akibat efek samping radioterapi.
3. Gagal Ginjal
Kanker yang disebabkan oleh virus human papilloma ditahap stadium lanjut,
dapat menyebabkan masalah pada ginjal. Pada stadium lanjut, kanker bisa
menenkan ureter. Terkumpulnya urine di ginjal (hidronefrosis) dapat
menyebabkan ginjal membengkak dan meregang
4. Perdarahan berlebih
Ketika kanker serviks mulai menyebar hingga ke Miss V, usus, ataupun
kandung kemih, maka bisa menyebabkan perdarahan di rectum atau di Miss
V.

9. Prognosis
Prognosis dari kanker serviks tergantung pada stadiumnya. Kanker serviks
stadium awal umumnya tidak menyebabkan banyak komplikasi dan prognosisnya
cukup baik, sedangkan kanker serviks stadium lanjut menyebabkan banyak
komplikasi serta prognosisnya tidak baik. Penyebab kanker serviks diketahui
adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe
16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas
seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok,
mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV
negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita
baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat
mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat
mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu
peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang
pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.

10. Tinjauan teoritis keperawatan berdasarkan kasus


a. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual Salah satu faktor
yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18
tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan Dengan perilaku tersebut
kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat
ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak
dapat melakukan pap smear secara rutin dan pola hubungan seksual
yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga
dihubungkan dengan kurangnya pemahaman mengenai pencegahan
dan penaganan kanker seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri,
peran diri, emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan Keputihan yang gatal dan
berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang mulai mengalami
metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai ) Nyeri bisa diakibatkan oleh
karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor malita pada organ -
organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah Sel - sel kanker yang
mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf disekitar
panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah
tersebut.
8. Gaya hidup Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan
cepat saji dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada
orang - orang dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan
mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul
gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker
leher rahim.
9. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
perdarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
leher rahim.
10. Riwayat Keluarga Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
(Doengoes, 2005)

b. Diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasional


 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam (darah, keputihan)
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan
 Tujuan
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang atau
berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi
penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau
berkurang
 Kriteria hasil
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel
a. pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri
0–3
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c. Berat badan klein normal.
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam (darah, keputihan)
a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien,
pasien keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
d. Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
e. Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan
a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.
b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.
d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi
rasa takut.
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan
pengobatan dan klien mendapat dukungan dari terdekat.
 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala
nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi,
message.
c. Awasi dan pantau TTV.
d. Berikan posisi yang nyaman.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein
dan tetap sesuai diit ( Rendah Garam ).
d. Pantau masukan makanan setiap hari.
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam (darah, keputihan)
a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
f. Koloborasi pemeberian antibiotik.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
b. Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
c. Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan
menyentuh klien.
d. Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat.
 Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel
a. Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang
akan dilakukan selanjutnya.
b. Mengurangi rasa nyeri
c. Mengetahui tanda kegawatan
d. Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
e. Mengontrol nyeri maksimum
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi
a. Untuk mengetahui status nutrisi
b. Memantau peningkatan BB.
c. Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
d. Identifikasi defisiensi nutrisi.
e. Agar nutrisi terpenuhi
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam (darah, keputihan)
a. Mengurangi terjadinya infeksi.
b. Agar tidak terjadi penyebaran infeksi
c. Mencegah terjadinya infeksi.
d. Membantu mempercepat penyembuhan. e. Mencegah terjadinya
infeksi
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan
a. Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
b. Membantu mengurangi kecemasan.
c. Meningkatkan kepercayaan klien
d. Meningkatkan kemampuan kontrol cemas
e. Mengurangi kecemasan

c. Evaluasi keperawatan
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah:
1. Mampu meningkatkan dan menurunkan anemia dibandingkan dengan
komplikasi perdarahan
2. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal
6. Kekhawatiran meningkat sesuai dengan kemampuan dapat
mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
mendemonstrasikan kebutuhan untuk mengubah rencana
7. Pasien dapat meminta perencanaan terapi
Daftar Pustaka

Jurnal Rina Zulistin.2017.Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Ca.


Serviks di ruang Bougenvile 2 RSUP DR SARDJITO.
Yanti Marlika.2019.Asuhan Keperawatan Ca. Serviks:Jawa Barat
Artikel Komplikasi yang dapat Diakibatkan oleh Kanker Serviks.Ditinjau oleh :
Redaksi Halodoc Januari 2019.
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Khusnul Khotimah

NPM : 1814401110007

Nama Pembimbing : Muthmainnah, Ns.,M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Bukti Dokumentasi

1. Senin, 20 Juli Pre Conference LP


2020 3. LP Persalinan
Normal
4. LP Ca Serviks
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ca SERVIKS

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

20 JULI s/d 25 JULI 2020

Disusun oleh:

KHUSNUL KHOTIMAH

1814401110007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Ca SERVIKS


A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : Selasa, 21 Juli 2020

Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik

Sumber Informasi : Klien, keluarga klien, dan rekam medis klien

Dilakukan oleh : Khusnul Khotimah

1. Identitas diri klien


Nama : Ny. K

Tempat/ Tgl lahir : Bandung, 2 Oktober !988

Usia : 32 Tahun

Pekerjaan : Pegawai swasta

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku bangsa : Sunda

Alamat : Jl. Kalibata Timur No. 143, RT 005/RW 005, Kel.


Kalibata, Kec. Pancoran, Jakarta Selatan

Dx Medis : Ca Serviks,

Tanggal masuk RS : 16 Juli 2020

Tanggal, Jam Pengkajian : 21 Juli 2020 pukul 09.00 WIB

Identitas Penanggung Jawab

Nama Suami : Tn. S

Hubungan dengan Pasien : Suami


2. Status Kesehatan saat ini
a. Riwayat Masuk Rumah sakit
Klien dibawa oleh suaminya ke Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) dengan
mengeluhkan keputihan yang banyak, nyeri disekitar pinggul, siklus
menstruasi yang panjang dan banyak. Lalu klien di rujuk ke Rumah Sakit
Medistra Jakarta untuk di berikan perawatan yang intensif pada hari kamis, 16
Juli 2020 pukul 09.00 WIB. Klien di pindahkan di ruang perawatan pada hari
Selasa, 21 Juli 2020 pukul 08.00 WIB.
b. Keluhan Utama
Suami klien mengatakan klien mengeluhkan keputihan yang banyak, nyeri
disekitar pinggul, siklus menstruasi yang panjang dan banyak.

c. Lamanya keluhan : ± 2-3 bulan


d. Timbulnya keluhan : ( √ ) Bertahap ( - ) Mendadak
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri :-

Oleh orang lain : Suami klien mengatakan 2-3 bulan terakhir telah
membawa istrinya untuk berobat ke klinik bidan di dekat
rumahnya namun tak membaik.

3. Riwayat Keluarga
Genogram :

Tn. S Ny. K

Keterangan :

: Laki-laki : Garis pernikahan


: Perempuan : Garis keturuan

: Pasien

Riwayat kesehatan keluarga :

Suami klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
turunan seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, dan asma. Suami klien
mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.

4. Riwayat kesehatan yang lalu


a. Penyakit yang pernah dialami
1) Kanak-kanak : tidak ada
2) Kecelakaan : tidak ada
3) Pernah dirawat :-
4) Operasi :-
b. Alergi : tidak ada
c. Kebiasaan : merokok/ kopi/ obat/ alkohol/ lain-lain : tidak ada
d. Obat-obatan : -

5. Reproduksi
Kehamilan G0P0A0Ah0

No. Ggn. Proses Lama Tempat Masalah Masala Keadaan


anak Kehamilan persalina persalinan persalina persalina h bayi anak saat
n n/ n ini
penolong
1. Tidak ada - - - - - -
2.

Riwayat menstruasi
Menarche : Usia 14 tahun
Siklus : Siklus menstruasi yang panjang dan banyak
Durasi : 5-7 hari
Haid terakhir : 11 Mei 2020
Dismenore : Dari hasil anamnesa klien mengalami sakit perut sebelum
menstruasi dan pada hari pertama menstruasi saja
Menopause : Belum
Riwayat Menikah : Menikah 1 kali selama 32 tahun
Umur menikah : 19 tahun

Riwayat KB
Tidak ada

6. Pola Kebiasaan Klien


a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit suami klien mengatakan klien dirumah makan 3x dalam
sehari dengan sayur dan lauk pauk.

b) Selama sakit
Suami klien mengatakan saat sakit, klien kehilangan nafsu makan dan
tidak pernah menghabiskan makanan dari rumah sakit. minum pun
hanya setengah gelas saja.

2) Pola Cairan dan Elektrolit


a) Sebelum sakit
Saat dirumah klien minum air putih kurang lebih 7-8 gelas dalam
sehari. Setiap pagi klien selalu minum teh hangat. Klien juga tidak
pernah minum-minuman yang bersoda.

b) Selama sakit
Suami klien mengatakan klien susah makan dan minum. Klien hanya
minum 1-2 gelas saja.

3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Klien bab teratur dan lancar 1x sehari dengan menggunakan wc
jongkok. Warna feses kuning dan berbentuk padat lunak. Klien bak
sebanyak 5-6 kali dengan warna urine bening dan berbau khas urine.

b) Selama sakit
Selama sakit klien dapat bab 2 hari sekali, dengan warna feses kuning
dan berbentuk padat lunak. Klien bak tidak sebanyak seperti biasanya
5-6 kali. Klien hanya bak ± 3-4 kali saja. Warna urine kuning jernih dan
klien tidak terpasang kateter.

4) Pola Aktifitas, Tidur dan Istirahat


a) Sebelum sakit
Sebelum sakit klien melakukan aktifitas mandiri seperti makan,
minum, toileting dan berpakaian. Klien tidur kurang lebih 8 jam
sehari. Sebelum tidur klien selalu berdo’a dan tidak mengonsumsi
obat tidur.

b) Selama sakit
Selama di rumah sakit klien mudah lelah, aktivitas dibantu oleh
keluarga dan klien berbaring ditempat tidur saja..

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/Minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi ROM √

Keterangan :

0 : mandiri

1 : alat bantu

2 : dibantu orang lain


3 : dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung total

7. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
a. Aspek Mental
Klien sedih dengan kondisinya saat ini. Sebelumnya klien tidak pernah
mengalami sakit seperti ini. Saat sakit klien terlihat tidak bersemangat dan
banyak diam. Padahal sebelum sakit klien adalah seorang wanita yang
menanyakan banyak hal kepada lingkungan sekitar terutama kepada
suaminya. Klien dan keluarga berharap akan kesembuhan klien.

b. Aspek Intelektual
Klien tidak tahu mengenai penyakitnya, yaitu kanker serviks yang di
deritanya. Karena klien tidak ingin mengetahui tentang penyakitnya. Klien
juga tidak pernah mencarinya melalui internet karena klien takut akan
penyakitnya.

c. Aspek Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya sangat baik, itu membuktikan bahwa
klien selama dirumah sakit selalu ditunggu oleh suami dan keluarganya.

d. Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya menganut agama islam. Klien selalu mengikuti
pengajian di komplek tetapi saat klien sakit, klien tidak bisa mengikutinya.
Keluarga klien selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
- KU : Lemah
- Kesadaran : Komposmentis
- Status Gizi :
TB = 160 cm

BB = 50 kg

IMT = 31,25 kg/m2

BB sebelum sakit 65 kg
- Tanda- tanda vital :
Suhu = 37°C

Nadi = 100x/menit

RR = 22x/menit

TD = 90/60 mmHg

b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Caudal)


1. Kepala
Bentuk kepala normal, rambut warna hitam, tidak mudah rontok, keadaan
kepala bersih, tidak ada lesi

2. Mata
Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, fungsi
penglihatan tidak ada gangguan.

3. Hidung
Bentuk hidung simteris, keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung, klien terpasang O2 kanul binasal 3 liter/menit.

4. Mulut
Bentuk mulut simetris, mulut tampak kering, tidak ada kelainan kongenital
(kelainan bawaan).

5. Lidah
Bersih, tidak pucat, tidak ada stomatitis (penyakit, infeksi, reaksi alergi,
atau makanan atau bahan kimia)

6. Dada
a) Respirasi
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada retraksi, tidak ada lesi

Auskultasi : Respirasi 22x/menit

b) Abdomen
Inspeksi : Simetris, asites (-), retraksi (-), tidak ada
penonjolan abdomen, terdapat nyeri di sekitar pinggul.

Auskultasi :-

Perkusi :-
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada perbesaran hepar,
terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah dengan skala 6
(sedang)

 P : Nyeri saat di tekan


 Q : Nyeri seperti di tekan
 R : Area pinggul
 S : Skala nyeri 6 (sedang)
 T : 5 menit setelah di tekan

7. Integumen
Turgor kulit elastis, tidak ada kelainan kulit, CRT < 2 detik

8. Ekstermitas
Atas : Anggota gerak atas lengkap dan tidak ada kelainan, warna kulit
kuning langsat. Tangan kanan terpasang infus NaCl. CRT < 2 detik.

Bawah :

Anggota gerak lengkap, kaki simetris, warna kulit kuning langsat

9. Genetalia
Klien mengeluhkan keputihan yang banyak, tidak terpasang kateter

10. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Laboratorium

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Darah lengkap :
Eritrosit 4.46 10^6/µL 4.06 – 5.20
Hemoglobin 9 g/dL 12.3 – 15.3
Hematocrit - 11.5 – 15.5
MCH 34.9 % 35.0 – 45.0
MCV 25.9 pg 27.0 – 32.0
MCHC 78.1 Fl 80.0 – 99.0
RDW 33.1 g/dL 32.0 – 36.0
CH 19.8 % 11.5 – 15.5
CHCM 26.4 pg -
HDW 33.8 g/dL 33.00 – 37.0
Leukosit 3.84 % 2.20 – 3.20
Netrofil 22.50 10^3/µL 4.50 – 14.50
Limfosit 29.54 10^3/µL 2.20 – 4.80
Monosit 1.24 10^3/µL 1.30 – 2.90
Eosinophil 0.49 10^3/µL 0.30 – 0.80
Basophil 0.01 10^3/µL 0.00 – 0.20
LVC 0.04 10^3/µL 0.00 – 0.10
Netrofil% 0.17 10^3/µL 0.00 – 0.40
Limfosit% 91.3 % 50.0 – 70.0
Monosit% 5.5 % 22.0 – 40.0
Eosinophil% 2.2 % 2.0 – 8.0
Basophil% 0.1 % 2.0 – 4.0
LVC% 0.8 % 0.0 – 4.0
Trombosit 198 x 10^3/µL 150 – 450
MPV 5.9 fl 7.2 – 10.4

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Analisa Gas Darah
PO2 102.0 mmHg > 80.0
PcO2 34.2 mmHg 35.0-45-0
PH 7.466 7.350-7.450
THb 8.3 12.0-16.0
SO2 98.2 % > 98.0
cHcO3 24.1.mm01/L 22.0-28.0
ctCO2 ( P ) 25.1 mm01/L -
BE 0.5 mm01/L -2.0-2.0
ChCO3 St 24.8.mm01/L 22.0-28.0
Beecf 0.3 mm01/L -
SO2 ( c ) 98.2 % -
AaDO2 71.3 mmHg -
CtO2 11.5 Vol % -
a/AO2 58.9 % -
BB 45.5 mmol/L -
RI 70.0 % -
F1O2 0.300 -
Baro 753.8 mmHg -
Temp 37.8 C -

FAAL Hati Hasil Rujukan


Albumin 2.38 g/dL 3.97 – 4.94
Glukosa Darah
Glukosa 2 jam PP 209 mg/L <140

Elektrolit Hasil Nilai rujukan


Natrium 126 mmol/L 136 – 140
Kalium 1.6 mmol/L 3.50 – 5.10
Klorida 87 mmol/L 98 – 107

11. Terapi

Terapi Hasil Waktu Jenis


Ceftazidin 1 gr 8 jam IV
Gentamicin 240 mg 24 jam IV
Albumin 1 vial 24 jam IV
Vascon - - IV
Novorapid 1-1-1 (4 ui) - SC
O2 kanul binasal 3 liter 1 menit -
Drip Premix KCL 150 meq 8 jam -
B. Analisa Data Dan Diagnosis Keperawatan

NO HARI/TGL DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. Selasa, 21 DS : Ketidakseimbangan Faktor biologis
Juli 2020  Suami klien nutrisi : kurang dari
mengatakan kebutuhan tubuh (Nanda, 2018-2020)
klien Hal 153
kehilangan Kode 00002
nafsu makan

DO :
 BB klien
sebelum
masuk rumah
sakit 65 kg
 BB klien saat
sakit 50 kg
 TB klien 160
cm
 IMT : 31,25
Kg / m2
 Terdapat nyeri
tekan pada
perut bagian
bawah dengan
skala 6
(sedang)
 KU lemah

2. Selasa, 21 DS : Nyeri akut Agen cidera biologis


Juli 2020  Suami klien
mengatakan Kode 00132 (Nanda, 2018-2020)
klien Hal 445
kehilangan
nafsu makan
 Klien
mengatakan
nyeri di
sekitar
pinggul

DO :
 Terdapat nyeri
tekan pada
perut bagian
bawah dengan
skala 6
(sedang)
 Klien tampak
sedih
 P : Nyeri saat
di tekan
 Q : Nyeri
seperti di
tekan
 R : Area
pinggul
 S : Skala nyeri
6 (sedang)
 T : 5 menit
setelah di
tekan
 Skala aktivitas
2 (di bantu)
3. Selasa, 21 DS : - Defisien volume Asupan cairan kurang
Juli 2020 cairan
DO : (nanda, 2018-2020)
 Mulut tampak Kode 00027 Hal 181
kering
 TD 90/60
mmHg
 Suhu tubuh
37°C
 BB awal 65
kg, BB saat
sakit 55 kg
 Klien mudah
lelah

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d skala nyeri 6 (sedang), suhu 37°C,
Leukosit 3,84%

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis d.d
kehilangan nafsu makan

3. Defisien volume cairan b.d asupan cairan kurang d.d mulut tampak kering, suhu
37°C

C. Perencanaan

TUJUAN &
N
KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
MASALAH
1. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (hal 180)
tindakan keperawatan  Lakukan pengkajian  Nyeri
1x24 jam diharapkan nyeri komprehensif merupakan
Nyeri akut teratasi yang meliputi lokasi, pengalaman
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, subjektif dan
 Nyeri berkurang frekuensi dan lain- harus berbicara
atau hilang lain oleh pasien.
identifikasi
karakteristik
nyeri dan
faktor yang
berhubungan
merupakan
suatu hal yang
sangat penting
 Monitor nyeri  Monitor
menggunakan alat keadaan nyeri
pengukur yang valid pasien setiap
sesuai usia saat agar nyeri
cepat
berkurang dan
membaik
 Cegah dan kelola  Efek samping
efek samping yang muncul
pengobatan setelah
menggunakan
obat nyeri
adalah mual,
muntah bahkan
sakit perut
serta diare

 Beritahu dokter jika  Apabila


tindakan kontrol kontrol nyeri
nyeri tidak berhasil tidak berhasil,
dapat
menggunakan
teknik nafas
dalam atau
 Kolaborasikan relaksasi
dengan dokter atau  Analgesik
tenaga medis lainnya ialah istilah
dengan pemberian yang
obat analgesik digunakan
untuk pereda
nyeri.
Analgesic
termasuk obat
anti-inflamasi
nonsteroid
(OAINS)

2. Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi (hal


tindakan keperawatan 197)  Dengan
1x24 jam diharapkan  Tentukan status gizi menentukan
ketidakseimbangan pasien dan status gizi
nutrisi: kurang dari kemampuan untuk diharapkan
kebutuhan tubuh memenuhi klien dapat
teratasi dengan kriteria kebutuhan gizi memenuhi
hasil : kebutuhan
 Klien mampu nutrisi yang
menghabiskan adekuat, agar
diet dari rumah tidak
sakit terjadinya
 BB klien naik penurunan
berat badan
dan terjadi
komplikasi
 Identifikasi adanya yang fatal
alergi atau toleransi  Dengan
makanan prosedur
pemeriksaan
tes alergi yang
bertujuan
untuk
mendeteksi
apakah tubuh
pasien
memiliki alergi
terhadap
substansi atau
bahan tertentu
(allergen). Tes
alergi tersebut
dapat berupa
 Atur diet makanan tes darah atau
protein tinggi, tes kulit
menyediakan  Diet makan
pengganti gula, dengan protein
menambah atau yang tinggi
mengurangi kalori baik untuk
sesuai kebutuhan. kesehatan
seperti, ikan
tuna, telur,
kacang-
kacangan,
tahu, dan
tempe.
 Anjurkan pasien  Dengan
terkait dengan meningkatkan
kebutuhan makanan protein, cairan
tertentu berdasarkan dan kalori
perkembangan atau dalam
usia (misalnya, pemenuhan
peningkatan nutrisi dan
kalsium, protein, memakan
cairan dan kalori, makanan yang
serta asupan serat mengandung
untuk mencegah serat dapat
konstipasi pada mencegah
orang dewasa konstipasi
pada psien
 Jelaskan
 Monitor pentingnya
kecenderungan makanan bagi
terjadinya penurunan proses
dan kenaikan berat penyembuhan
badan  Dengan asupan
 Kolaborasikan gizi yang
dengan ahli gizi sesuai akan
mengenai diet yang memperbaiki
tepat nutrisinya

3. Setelah dilakukan Manajemen cairan (hal150)


tindakan keperawatan  Timbang berat badan  Menimbang
1x24 jam diharapkan setiap hari dan berat badan
Defisien volume cairan monitor status pasien secara rutin
teratasi dengan kriteria memiliki
hasil: manfaat, yaitu
 TD normal untuk
120/80 mmHg mengukur
 Suhu tubuh berat badan
normal 36,5°C- apakah ideal
37,5°C atau berlebih.
 BB kembali Caranya
normal dengan
menjalankan
pola makan
sehat, olahraga
dan aktivitas
fisik di
 Monitor status tambah.
hidrasi (misalnya,  Untuk
membrane mukosa mengetahui
lembab, denyut nadi adanya tanda-
adekuat, dan tekanan tanda dehidrasi
darah ortostatik) dan mencegah
syok
 Berikan cairan hipovolemik
dengan tepat  Berikan pasien
diet yang tepat
untuk
menunjang
kesehatan
pasien.
Misalnya
cairan dan
 Dukung pasien dan obat-obatan.
keluarga untuk
 Berikan pasien
membantu dalam
dan keluarga
pemberian makan
mengenai
dengan baik
pemberian
makanan yang
baik, tepat dan
bergizi. Seperti
sayuran hijau,
buah-buahan
segar, tomat,
susu dan lain-
 Tawari makanan lain.
ringan (misalnya,  Menawarkan
minuman ringan, makanan
buah-buahan segar ringan untuk
atau jus buah) membantu
pasien dalam
pemberian
asupan
makanan, atau
untuk selingan
ketika pasien
 Konsultasikan enggan makan
dengan dokter jika  Kelebihan
tanda-tanda dan volume cairan
gejala kelebihan dapat
volume cairan mengakibatkan
menetap atau hypervolemia
memburuk pada pasien,
sedangkan
kekurangan
volume cairan
mengakibatkan
hypovolemia.
Segera
konsultasikan
apabila pasien
mengalami
tanda dan
gejala berikut
komplikasi
berikut.

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Khusnul Khotimah

NPM : 1814401110007
Nama Pembimbing : Muthmainnah, Ns.,M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Bukti Dokumentasi


1. Kamis, 22 Juli Conference
2020 Konsultasi Askep Ca Serviks
Perbaikan :
 Tambahkan data/
kembangkan data pasien
 Data di sesuaikan
dengan diagnosa
 Masukkan CRT pada
ekstremitas atas
 Intervensi di sesuaikan
2. Sabtu, 25 Juli Post Conference, Evaluasi dan
2020 Praktik Skill Pengkajian Fisik
Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai