Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN


Laporan Kasus Malpraktek Pada Bayi Sungsang

OLEH
KELOMPOK
KELAS B

RIDHA MULIANI (J1A1 14 049)


SARMILA (J1A1 14 053)
SRI RAHAYU HARTINA (J1A1 14 057)
VEBI YOGAWANA PUTRI (J1A1 14 063)
WA ODE KASMAWATI (J1A1 14 067)
WA SARINA (J1A1 14 072)
HILDA PRATIWI (J1A1 14 078)
RUSLINIANI (J1A1 14 087)
WINDA A.M (J1A1 14 083)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

U N I V E R S I T A S HA L U O L E O

KENDARI

2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat


peningkatan dugaan kasus malpraktek dan kelalaian medik di Indonesia,
terutama yang berkenaan dengan kesalahan diagnosis bidan yang berdampak
buruk terhadap pasiennya. Media massa marak memberitahukan tentang
kasus gugatan/ tuntutan hukum (perdata dan/ atau pidana) kepada bidan,
dokter dan tenaga medis lain, dan/ atau manajemen rumah sakit yang
diajukan masyarakat konsumen jasa medis yang menjadi korban dari tindakan
malpraktik (malpractice) atau kelalaian medis.

Seperti yang terjadi di Batu, -Linda Handayani- sosok bidan yang


berpengalaman dan senior. Dia sudah praktik puluhan tahun umurnya sudah
60 tahun lebih yang tersebut melakukan malpraktik atas kelahiran istri dari
Wiji Muhaimin. Bayi sungsang yang ditolong lahir dengan leher putus. Badan
bayi keluar duluan, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim. Kasus ini
sampai mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Menurut ketua
Fraksi Gabungan Sugeng Minto Basuki atas kasus ini dia meminta dinas
kesehatan melakukan recovery lagi terhadap para bidan yang ada di Batu.

Lepas dari fenomena tersebut, ada yang mempertanyakan apakah


kasus-kasus itu terkategori malpraktik medik ataukah sekedar kelalaian
(human error) dari sang bidan/dokter. Untuk diketahui, sejauh ini di negara
kita belum ada ketentuan hukum tentang standar profesi kebidanan yang bisa
mengatur kesalahan profesi.

Melihat fenomena di atas, maka melalui makalah ini kami akan


membahas tentang salah satu kasus malpraktik di Indonesia yaitu
Malpraktek Bayi Sungsag, Lahir Kepala Putus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Malpraktek ?
2. Apa jenis-jenis Malpraktek di bidang pelayanan kesehatan ?
3. Bagaimana tanggung jawab hukum tentang Malpraktek ?
4. Bagaimana upaya pencegahan Malpraktek dan mengetahui cara
menghadapi tuntutan hukum ?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian malpraktek
2. Untuk menjelaskan jenis-jenis malpraktek di bidang pelayanan kesehatan
3. Untuk menjelaskan tentang tanggung jawab hukum
4. Untuk memahami upaya pencegahan malpraktek dan mengetahui cara
menghadapi tuntutan hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2008).
Persalinan dibagi menjadi 2, yaitu persalinan fisiologi dan
persalinan patologi.

a. Persalinan Fisiologis
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan dibagi menjadi
4 yaitu :
1) Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10cm).
2) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
3) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
4) Kala III dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum.

b. Persalinan patologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa


Yunani. Dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocos artinya persalinan.
Persalinan patologis adalah persalinan yang membawa satu akibat
buruk bagi ibu dan anak. (Departemen of Gynekologi).

2.2 Pengertian Letak Sungsang


Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar
antara 2% sampai 3% bervariasi di berbagai tempat.
Sekalipunkejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar
dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Wiknjosastro, 2005).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri (Wiknjosastro, 2007).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang
(membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong berada di
bawah.

2.3 Klasifikasi letak sungsang

a. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana


kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu
atau kepala janin.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak
sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyila ng sempurna
dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu letak
sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat ke atas (Kasdu, 2005).
2.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan perabdominal pada
palpasi di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang
bundar, sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar dan
melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas pusat. Pemeriksaan USG
atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya pada pemeriksaan
pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum
(Marmi, 2011).
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pasa
pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan
bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita
tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar
tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah
berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan
panjang telapak tangan (Wiknjosastro, 2007).
2.5 Etiologi Letak Sungsang
a. Dari sudut ibu
1) Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan).
2) Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran
ke posisi kepala).
3) Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa).
b. Dari sudut janin
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat.
2) Hidrosefalus atau anensefalus.
3) Kehamilan kembar.
4) Hidramnion atau oligohidramnion.
5) Prematuritas (Manuaba, 2010).

2.6 Tinjauan Tentang Malpraktek


Menurut Hubert W.Smith tindakan malpraktek meliputi 4D, yaitu
(a) duty, (b) adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas (dereliction), (c)
penyimpangan akan mengakibatkan kerusakan (direct caution), (d) sang
dokter akan menyebabkan kerusakan (damage)
a). Duty artinya tugas atau kewajiban yang dimiliki oleh seorang dokter.
Artinya dokter memiliki kewajiban-kewajiban yang muncul asli karena
kedokterannya dan juga dokter memiliki kewajiban akibat dari adanya
hubugan dokter dan pasien yaitu kontrak terapetik.
b). Derilection artinya dokter menelantarkan tugas yang dibebankan pada
pundaknya. Kewajiban atau tugas tersebut tidak dilaksanakan oleh dokter,
padahal dokter harus menyerahkan prestasinya kepada pasien.
c). Damage artinya kerusakan yang terjadi pada pasien. Kerusakan pada
pasien diartikan sebagai adanya kejadian tidak diinginkan. Kejadian tidak
diinginkan tersebut ada menimbulkan kecurigaan adanya malpraktek.
d). Direct caution artinya hubungan langsung antara Direlection of dury dan
Damage yaitu adanya penelantaran kewajiban yang dilakukan oleh dokter
karena langsung mengakibabtkan adanya kerusakan. (Hari Wujoso,
2008:20)
2.7 Aspek Hukum Malpraktek
Aspek hukum malpraktek terdiri dari 3 hal, yaitu sebagai berikut:
1). Penyimpangan dari Standar Profesi Medis
2). Kesalahan yang dibuat oleh dokter, baik berupa kesengajaan ataupun
kelalaian
3). Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan
kerugian materiil atau non materiil maupun fisik atau mental. (Danny
Wiradharma, 1996:92)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

a. Contoh Kasus

Radar Malang, Kamis 10 Agustus 2006

SUNGSANG, LAHIR KEPALA PUTUS

Batu- Dunia kedokteran di Malang Raya gempar. Seorang bidan


bernama Linda Handayani, warga Jl. Pattimura Gg I Kota Batu, melakukan
malpraktik saat menangani proses persalinan. Akibatnya, pasien bernama
Nunuk Rahayu, 39, tersebut terpaksa melahirkan anak ketiganya dengan hasil
mengerikan. Bayi sungsang itu lahir dengan leher putus. Badan bayi keluar
duluan, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim.

Kejadian ini membuat suami Nunuk, Wiji Muhaimin, 40, kalut


bukan kepalang.Bayi yang diidam idamkan selama 9 bulan 10 hari itu
ternyata lahir dengan cara yang sangat memprihatinkan. Saya sedih sekali,
tak tega melihat anak saya, ujar Muhaimin.

Terkait kronologi kejadian ini, pria berkumis tebal tersebut


menjelaskan, istrinya Selasa sore lalu mengalami kontraksi. Melihat istrinya
ada tanda-tanda melahirkan, Muhaimin membawa istrinya ke bidan Linda
Handayani, yang tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Begitu memasuki
waktu shalat Magrib, dia pulang untuk shalat.

Muhaimin mengaku tidak punya firasat apa-apa sebelum peristiwa


tersebut terjadi. Selama ini dia yakin kalau istrinya akan melahirkan normal.
Nggak ada firasat apa-apa. Ya normal-normal saja, katanya.
Kemarin, istrinya masih belum bisa diwawancarai. Pasalnya,
Nunuk masih terbaring lemah di BKIA. Ia tampaknya masih tidur dengan
pulas. Kemungkinan, pulasnya tidur Nunuk tersebut akibat pengaruh obat
bius malam harinya.

Menurut Muhaimin, dia sangat sedih ketika melihat bayinya tanpa


kepala dengan ceceran darah di leher. Dia merasa antara percaya dan tidak
melihat kondisi itu. Namun, dia sedikit lega bisa melihat anaknya ketika
badan dan kepalanya disatukan. Menurut dia, bayi itu sangat mungil dan
cantik, kulitnya masih merah, dan rambutnya ikal. Saya ciumi dan usap
wajahnya, sambil menangis, kata Muhaimin dengan mata berkaca-kaca.

Meski kejadian ini dirasakan sangat berat, Muhaimin akhirnya bisa


juga menerima dan menganggap ini takdir Tuhan. Tetapi untuk kasus
hukumnya, dia tetap menyerahkan ke yang berwenang. Dia berharap kasus ini
bisa ditindaklanjuti dengan seadil-adilnya.

Dari penuturan beberapa warga sekitar, sebenarnya bidan


Handayani adalah sosok bidan yang berpengalaman dan senior. Dia sudah
praktik puluhan tahun. Dengan demikian, masyarakat juga merasa kaget
mendengar kabar mengerikan itu datang dari bidan Handayani.

Kabar ini juga menyentak kalangan DPRD kota Batu. Menurut


ketua Fraksi Gabungan Sugeng Minto Basuki, bidan Handayani memang
sangat terkenal di Batu. Kata dia, umurnya sudah 60 tahun lebih. Namun, atas
kasus ini dia meminta dinas kesehatan melakukan recovery lagi terhadap para
bidan yang ada di Batu. Dengan demikian kasus mengerikan semacam ini
tidak akan terulang lagi. Saya juga meminta polisi segera mengusut kasus
ini. Kalau perlu izin praktiknya dicabut, katanya.
b. Analisa Kasus
Faktor yang sangat berpengaruh saat kita mau melahirkan adalah
faktor kepercayaan dan kenyamanan pada siapa dan dimana kita akan
melahirkan. Artinya pada seorang bidanpun kalau memang kondisi ibu
dan bayinya tidak bermasalah dan sang ibu merasa percaya dan nyaman
insya allah akan baik-baik saja. Hanya yang perlu diperhatikan adalah
seorang bidan mempunyai keterbatasan dalam melakukan tindakan,
walaupun dia mampu secara ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
Ada beberapa tindakan yang hanya boleh dilakukan oleh seorang
dokter saat menolong persalinan. Jika sang bidan tetap melakukan
tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, itu sudah termasuk
malpraktek kecuali bidan yang praktek ditempat yang terpencil dan tidak
ada dokter atau tempat rujukan sangatlah jauh dari tempat praktek bidan
dan persalinan sudah harus segera dilakukan (permenkes pasal 14) . Tapi
jika memungkinkan maka segera lakukan tindakan rujukan karena
kadang bidan apalagi yang sudah senior merasa yakin dan bisa
melakukan tindakan yang dilarang dan terjadi sesuatu hal, maka itu akan
jadi masalah besar. Misalnya seperti kasus bayi sungsang yang kepala
putus,penolongnya adalah bidan senior yang berusia 60th dan terkenal
dimasyarakat.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengertian Malpraktek
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan
tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti
salah sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau
tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan
yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan
istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang
salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan menurut Kamus Kesehatan Malprakek adalah tindakan


profesional yang tidak benar atau kegagalan untuk menerapkan
kterampilan profesional yamg tepat oleh profesional kesehatan seperti
dokter, ahli terapi fisik, atau rumah sakit.
Guwandi (1994) mendifiniskan mallpraktik adalah kelalaian
dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat
keterampilan dan pengetahuannya didalam memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim
diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di
lingkungan wilayah yang sama.
3.2.2 Jenis-jenis Malpraktek
Ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum, malpraktek medik
menjadi dua bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan
malpraktek yuridis (yuridical malpractice) :
a. Malpraktek Etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga
kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika
profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang bidan
yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika
kebidanan. Etika kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik
Bidan merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau
norma yang berlaku untuk seluruh bidan.
b. Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi
tiga bentuk, yaitu malpraktek perdata (civil malpractice),
malpraktek pidana (criminal malpractice) dan malpraktek
administratif (administrative malpractice).
1). Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam
kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana yakni :
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act)
merupakan perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang
berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan
(reklessness) atau kealpaan (negligence).
Pertanggung jawaban didepan hukum pada
criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan
oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

2). Civil malpractice

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan


civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban
atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah
disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang
dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya


wajib dilakukan.

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib


dilakukan tetapi terlambat melakukannya.

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib


dilakukan tetapi tidak sempurna.

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak


seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat


bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan
pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.
Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan
dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan
tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3). Administrative malpractice

Tenaga bidan dikatakan telah melakukan


administrative malpractice manakala tenaga bidan tersebut
telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa
dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai
kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan
untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga bidan.
Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan
yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum
administrasi.

Kasus di atas adalah termasuk malpraktik jenis


Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai)
misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien.bedasarkan data dari kasus berikut :

Seorang bidan bernama Linda Handayani, warga Jl.


Pattimura Gg I Kota Batu, melakukan malpraktik saat
menangani proses persalinan. Bayi sungsang yang
ditolongnya lahir dengan leher putus. Badan bayi keluar
duluan, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim.

3.2.4 Tanggung Jawab Hukum Malpraktek

Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa tidak setiap upaya


kesehatan selalu dapat memberikan kepuasan kepada pasien baik
berupa kecacatan atau bahkan kematian. Malapetaka seperti ini tidak
mungkin dapat dihindari sama sekali. Yang perlu dikaji apakah
malapetaka tersebut merupakan akibat kesalahan bidan atau merupakan
resiko tindakan, untuk selanjutnya siapa yang harus bertanggung gugat
apabila kerugian tersebut merupakan akibat kelalaian tenaga bidan.

Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung


gugat, antara lain:

1. Contractual liability

Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak


dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah
disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus
dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan,
karena health care provider baik tenaga kesehatan maupun rumah
sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang tidak
sesuai standar profesi/standar pelayanan.

2. Vicarius liability

Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung


gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan
yang ada dalam tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah
sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan
kelalaian bidan sebagai karyawannya.

3. Liability in tort

Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan


melawan hukum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum
tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban
hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan
tetapi termasuk juga yang berlawanan dengan kesusilaan atau
berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan
hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad 31
Januari 1919).

3.2.5 Upaya Pencegahan Dan Menghadapi Tuntutan Malpraktek


1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk
menggugat tenaga bidan karena adanya mal praktek diharapkan para
bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan


upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning
verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed
consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau
dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan
segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.

2. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien


tidak memuaskan sehingga bidan menghadapi tuntutan hukum,
maka tenaga bidan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau
keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian bidan. Apabila
tuduhan kepada bidan merupakan criminal malpractice, maka
tenaga bidan dapat melakukan :
a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/
menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau
tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya bidan
mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan
tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau
mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin
(men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang
dituduhkan.

b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan


mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni
dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur
pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk
membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan
bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa
seorang bidan harus berhati-hati dalam memberikan pelayanan pada
pasiennya. Sehingga pelayanan atau tindakah yang kita berikan tidak
merugikan pasien dan berdampak pada kesehatan pasien. Oleh karena itu
bidan harus selalu memperhatikan apa yang dibutuhkan pasien sehingga kita
mampu memberikan pelayanan yang komprehensif dan berkualitas Bidan
harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup mendalam agar
setiap tindakannya sesuai dengan standar profesi dan kewenangannya.
Bidan tidak diberikan kewenangan dalam melakukan tindakan
menolong persalinan letak Sungsang karena Bidan Linda secara Undang-
Undang Kesehatan dan Etika Profesi tidak mempunyai kewenangan untuk
memberikan pertolongan persalinan patologis Bidan tidak mempunyai
kewenangan dalam Menolong Persalinan letak Sungsang karena risiko yang
ditimbulkannya sangat besar, secara hak pasien telah dirugikan, terutama
tentang persyaratan pasien memperoleh pelayanan kesehatan secara aman.
Dalam kasus tertentu pasien tidak memperoleh hak secara utuh
dalam memperoleh informasi tentang kondisi kesehatan karena
kelalaian/kesalahan diagnosis Bidan Linda sehingga pasien tidak bisa
menentukan atau menolak pelayanaan apa yang sebaiknya diperolehnya.
Bidan Jika melakukan pertolongan persalinan letak Sungsang akan
memperoleh sangsi hukum sesuai Undang-Undang kesehatan yang dilanggar
serta sangsi Administratif tentang pelanggaran Kode Etik dan profesi
Kebidanan.

4.2 Saran
Bidan Handayani sebagai seorang bidan senior hendaknya dapat
menunjukkan profesionalisme sebagai seorang tenaga kesehatan. Dalam arti
beliau harus bisa menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang kronologis
peristiwa yang terjadi, agar tidak menimbulkan prasangka publik yang
akhirnya akan menimbulkan fitnah dan isu-isu yang tidak benar. Dan pada
akhirnya juga akan merugikan nama baik sebagai seorang bidan serta
hilangnya kepercayaan masyarakat.

Sesuai dengan kode etik profesi dan sumpah jabatan sebagai


seorang tenaga kesehatan harus dapat mempertanggungjawabkan kejadian
yang telah terjadi. Karena bidan adalah sebagai pelaku utama dalam kasus ini,
bidan harus bisa menjelaskan dengan sebenar- benarnya sebab terjadinya
peristiwa saat membantu persalinan bayi sungsang lahir dengan leher putus.
Badan bayi keluar duluan, sedangkan kepalanya tertinggal di dalam rahim,
kejadian tersebut sangat ironi.

Menurut standar kewenangan profesi kebidanan seharusnya


seorang bidan tidak mempunyai kewenangan untuk membantu persalinan
dalam kondisisi sungsang. Bidan harus bisa menyadari hal tersebut dan
seharusnya bidan melakukan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarty, Menthary.2015. Contoh Kasus Malpraktek Dalam Dunia. http://


bidanmidwifecantik.blogspot.co.id/2015/02/contoh-kasus-malpraktik-
dalam-dunia.html Diaskes pada tanggal 11 2015 pukul 13.10 WITA

Dwi, Fery Ekariana.2014. Malpraktek Pelayanan Kebidanan.


http://ekarianamidwifery.blogspot.co.id/2014/09/malpraktik-dalam-
pelayanan-kebidanan.html Diaskes pada tanggal 11 Desember 2015
pukul 13.30 WITA

Hasanah, Zumroh.2014.Makalah Malpraktek. http://www.opensubscriber.


com/message/dokter@itb.ac.id/4645648.html Diakses pada tanggal 11
Desember 2015 pukul 13.45 WITA
Shofia, Dwi Feri.2013. Kasus Sungsang. ihttp://midwiferyshofia .blogspot.
co.id/2013 /09/kasus-sungsang.html Diaskes pada tanggal 11 Desember
2015 pukul 13.55 WITA

Anda mungkin juga menyukai