Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL DISTOSIA BAHU

Distosia bahu merupakan suatu kegawatdaruratan obstetri yang jarang terjadi, namun
sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Distosia bahu adalah suatu kondisi kegawatdaruratan
obstetri pada persalinan pervaginam dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah
lahirnya kepala janin. Insidensi kejadian distosia bahu adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada
ibu berumur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa
yang berakibat kemungkinan terjadinya distosia.

Kejadian distosia bahu merupakan kejadian abnormal, kejadian ini sangat


membahayakan bagi ibu dan bayi, terutama bagi bayi karena akan menyebabkan resiko
terjadinya fleksus brakhialis. Fleksus brakhialis ini kadang bersifat sementara dan akan pulih
dengan sendirinya, namun tidak jarang akan menimbulkan cacat permanen pada bayi.
Distosia bahu juga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti kerusakan sistem saraf
pusat traumatis, asfiksia, suksedaneum, molase kepala janin, pneumonia, dan fraktur tulang
panjang hingga kematian neonatal. Sedangkan pada ibu dapat menyebabkan komplikasi
antara lain laserasi hingga derajat 4, infeksi intrapartum, ruptur uterus, cedera dasar panggul,
fistula post partum, perdarahan, dan stress psikologis.

Pada jurnal ini, disebutkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran persalinan distosia pada remaja di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari 2012 - Desember 2013 ditinjau dari umur ibu, paritas, etiologi, tindakan dan
komplikasi. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif.

Distosia bahu desebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kelainan jalan
lahir yang terjadi akibat adanya kelainan pada jaringan keras/tulang panggul, atau kelainan
pada jaringan lunak panggul seperti adanya tumor. Distosia karena kelainan alat kandungan
misalnya atresia vulva (tertutupnya vulva), adanya sekat dan tumor vagina, sikatriks pada
serviks karena infeksi atau operasi. Faktor risiko utama dari distosia bahu meliputi faktor
antepartum dan intrapartum. Faktor antepartum meliputi usia ibu, riwayat distosia bahu
sebelumnya, diabetes atau obesitas pada ibu sebelum hamil, makrosomia, diabetes
gestasional dan peningkatan berat badan berlebih selama hamil. Faktor intrapartum meliputi
disproporsi sefalopelvik relatif, persalinan macet dan persalinan dengan bantuan alat.
Pengukuran antropometrik fetal dengan USG belum dapat mencegah risiko terjadinya
distosia bahu.
Pada kelainan ukuran panggul, Panggul disebut sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang
dari ukuran normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis
(ruang tengah panggul) atau outlet (dasar panggul).

Selain itu, distosia bahu juga dapat terjadi karena kelainan letak pada janin yaitu jika
dalam keadaan normal, letak janin ialah belakang kepala. Bila janin dalam keadaan malposisi
atau malpresentasi, maka dapat terjadi distosia. Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun
kecil relatif terhadap panggul ibu (misalnya posisi oksipito posterior), sedangkan
malpresentasi adalah semua letak janin selain letak belakang kepala. Letak janin dapat
menyebabkan perpanjangan masa persalinan (misalnya posisi oksipito – posterior). Demikian
juga besarnya janin (> 4000 gr) menjadikan bayi tidak mudah dilahirkan secara pervaginam,
meskipun ukuran panggul normal.

Manajemen untuk kejadian distosia bahu adantara lain adalah episiotomi (jika
diperlukan), McRoberts Maneuver, penekanan supra pubik, Woods or Rubin Maneuvers,
maneuver Zavanelli, atau menggunakan alat seperti vakum ekstraktor dan forseps. Manuver
McRoberts dilakukan dengan cara memfleksikan dan abduksi tungkai, memposisikan paha
ibu pada abdomen. Manuver ini akan memperlebar sudut lumbosakral, merotasi pelvis
maternal ke kepala ibu dan menambah diameter anterior-posterior relatif pada pelvis.
Manuver ini merupakan intervensi yang efektif, dengan tingkat keberhasilan 90% dan
memiliki tingkat kejadian komplikasi yang rendah, dan merupakan maneuver yang paling
minimal invasif. Apabila dengan maneuver McRoberts tidak membantu, maka dapat
diberikan tambahan penekanan suprapubik. Penekanan dilakukan dengan cara menekan
simfisis pubis ibu ke arah bawah dan lateral untuk mengurangi diameter bisakromial fetus
serta merotasi bahu anterior bayi ke diameter oblik pelvis yang lebih luas.

Woods or Rubin Maneuvers yaitu rotasi internal yang awalnya diperkenalkan oleh
Woods dan Rubin. Rotasi ini dilakukan dengan mendorong bagian anterior atau posterior dari
bahu posterior sebanyak 180 derajat dari posisi semula. Manuver ini berguna untuk merotasi
bahu ke diameter oblik yang lebih luas. Apabila dengan mendorong bagian posterior bahu
posterior saja tidak dapat membantu, maka dapat juga dilakukan pendorongan bagian
posterior dari bahu anterior secara bersamaan.

Maneuver Zavanelli, yaitu kepala bayi didorong masuk kembali dan persalinan
dilakukan melalui seksio sesarea. Manuver ini dilakukan pada kasus distosia bahu bilateral
yang jarang, dimana terjadi impaksi kedua bahu pada inlet pelvis.
Pada jurnal, dari pernelitian didapatkan hasil bahwa ditemukan bahwa persentase
kasus distosia remaja tertinggi ditemukan pada tahun 2013 sebesar 7 kasus dari total
persalinan pada tahun 5140 yaitu 0,13 %. Kasus distosia paling banyak ditemukan pada
kelompok remaja umur 16-19 tahun yaitu sebesar 100%. Selain itu ditemukan bahwa pada
pasien distosia dengan paritas 0, memiliki insiden paling tinggi (50%). Ditemukan bahwa
distosia remaja paling banyak disebabkan karena masalah letak dan bentuk (passanger)
(58,33%). Didapatkan hasil bahwa tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada kasus
distosia yaitu operasi seksio (66,67%). Tidak ditemukan komplikasi pada distosia yaitu
sebesar 100 %.

KESIMPULAN DAN SARAN

Persalinan distosia pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun, dengan
penyebab yang paling sering Ialah faktor letak dan bentuk janin, serta faktor jalan lahir.
Tindakan utama yang paling banyak dilakukan pada distosia yaitu operasi seksio setelah
persalinan percobaan kemudian gagal.

Untuk para remaja, dianjurkan lebih mempertimbangkan usia untuk hamil serta
mempersiapkan mental dan fisik ketika hamil mengingat kehamilan pada usia remaja
memiliki banyak risiko.

Sumber:

- Josep HK, Nugroho MS. (2011). Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi (Obsgyn).
Jakarta: Nuha Medika.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
- Paat, Judita, dkk. (2015). Persalinan Distosia Pada Remaja Di Bagian
Obstetriginekologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Volume 3,
Nomor 2.
- Prawirohardjo S, et al. (2009). Ilmu Kebidanan (Ed. 4). Jakarta: PT Bina Pustaka.
- Rodiani, dkk. (2017). Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu. Volume 7, Nomor 4.
http://webcache.googleusercotent.com/search?q=cache:ib4-
okj486UJ:juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/
(Diakses pada tanggal 30 Maret 2018, pukul 20.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai