Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B.

J DENGAN
DIAGNOSA MEDIS P2A0 POST PARTUM SPONTAN DAN ANEMIA DI RUANG
CEMPAKA RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:

DIKI WAHYUDI
NIM : 2019.C.11a.1041

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Diki Wahyudi
NIM : 2019.C.11a.1041
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B.J Dengan
Diagnosa Medis P2A0 Post Partum Spontan Dan Anemia Di Ruang
Cempaka RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklink Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kristinawaty., S.Kep.,Ners Lidya Amiyani., S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga Asuhan
Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. B.J
Dengan Diagnosa Medis P2A0 Post Partum Spontan Dan Anemia Di Ruang Cempaka
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
ini disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
4. Kristinawaty., S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik
5. Lidya Amiyani., S.Kep., Ners Selaku pembimbing lahan
6. Secara Khusus kepada pihak dari RSUD dr. Doris Sylvanus yang telah memberikan
izin tempat praktek.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan
laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 27 Oktober 2021

Diki Wahyudi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Persalinan Spontan
1.1.1 Definisi Persalinan Spontan
Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
dari tubuh ibu. Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang
berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu, baik itu induksi, vakum,
atau metode lainnya. Jadi, persalinan ini benar-benar hanya mengandalkan tenaga dan
usaha ibu untuk mendorong keluarnya bayi. Bila persalinan ini berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir disebut persalinan spontan. Sebaliknya, jika
persalinan dibantu dengan alat dan/atau tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan
forseps, atau dilakukan operasi seksio sesarea, disebut persalinan buatan. Pada
umumnya persalinan terjadi jika bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar. Kadang-
kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prostaglandin.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu bersalin, persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Persalinan
dimulai/inpartu sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan – perubahan
pada serviks yang membuka dan menipis dan berkahir dengan lahirnya bayi beserta
plasenta secara lengkap (Fauziah S, 2015).
1.1.2 Anatomi Jalan Lahir
1. Anatomi Sistem Reproduksi
a. Genetalia Eksterna
Gambar 2.1
Alat Kandungan Luar
a) Mons Veneris
Adalah bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi
bagian depan symphysis pubica dan apabila seorang wanita setelah pubertas,
kulit mons veneris tertutup oleh rambut.
b) Bibir besar kemaluan (labia mayora)
Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan
kebawah dan belakang, labium majus dekstra dan labium majus sinistra bersatu
disebelah belakang pada commisura labiorum posterior dan merupakan batas
depan dari perineum yang disebut frenulum labiorum pudendi. Labia mayora
homolog dengan skrotum laki laki, terdiri dari dua permukaan : bagian luar,
menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut, bagian dalam, menyerupai
selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea (Wirakusumah et al
2015).
c) Bibir kecil kemaluan (labia minora)
Didapatkan sebagai liapatan di sebelah medial dari labia mayora, kedua lipatan
tersebut (kiri & kanan) bertemu diatas klitoris (preputium clitoridis) dan
dibawah klitoris (frenulum clitoridis). Dibagian belakang kedua lipatan bersatu
juga setelah mengelilingi orificium vaginae dan disebut fourchette (hanya
tampak pada perempuan yang belum pernah melahirkan anak.
d) Klentit (klitoris)
Merupakan suatu tunggul yang erektil, klitoris mengandung banyak urat-urat
saraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah, analog dengan penis laki-laki
(Wirakusumah et al 2015).
e) Vulva
Berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan dan kiri
dibatasi bibir kecil sampai kebelakang dibatasi perineum (Eniyati & Sholihah,
2013).
f) Vestibulum Vaginae
Merupakan rongga yang dibatasi oleh kedua labia minora disebelah lateral,
klitoris disebelah anterior, dan fourchette disebelah dorsal. Pada vestibulum
terdapat muara vagina, urethra dan empat lubang kecil yaitu:
 Dua muara kelenjar Bartholin yang terdapat di samping dan agak
kebelakang dari introitus (ostium) vaginae. Glandula vestibularis major
(Bartholin) merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina.
Kelenjar ini mengeluarkan sekret mukus terutama pada waktu sanggama.
 Dua muara kelenjar Skene di samping dan agak dorsal dari urethra
(Wirakusumah et al 2015).
g) Intoroitus Vagina
Adalah pintu masuk ke vagina (Eniyati & Sholihah, 2013).
h) Selaput Darah (Hymen)
Berupa lapisan tipis yang menutupi sebagian besar introitus vaginae, biasanya
hymen berlubang sebesar ujung jari hingga getah dari genitalia interna dan
darah haid dapat mengalir keluar, bila hymen tertutup sama sekali disebut
hymen oclusivum. Setelah partus, hanya tinggal sisa-sisa kecil pada pinggir
introitus dan disebut carunculae hymenales (myrtiformes) (Wirakusumah et al
2015).
i) Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)
Adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris (Eniyati &
Sholihah, 2013).
j) Perineum
Terletak diantara vulva dan anus (Eniyati & Sholihah, 2013).
b. Genetalia Interna

Gambar 2.2 Alat Kandung Dalam

a) Vagina
Merupakan suatu saluran muskulo-membranosa yang menghubungkan
uterus dengan vulva, terletak antara vesica urinaria dan rektum, dinding
depan vagina (± 9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (± 11 cm). Pada
dinding,vagina terdapat lipatan-lipatan yang berjalan sirkuler dan disebut
rugae vaginales, terutama pada bagian bawah vagina. Setelah melahirkan,
sebagian rugae akan menghilang. Walaupun disebut selaput lendir vagina,
selaput ini tidak memiliki kelenjar sama sekali sehingga tidak dapat
menghasilkan lendir ; mungkin lebih baik disebut kulit. Ujung serviks
menonjol ke dalam puncak vagina, bagian serviks yang menonjol kedalam
vagina disebut portio, oleh portio ini, puncak vagina dibagi menjadi 4
bagian, yaitu fornix anterior, fornix posterior dan tornix lateralis kanan dan
kiri. Vagina mempunyai faal penting sebagai :
 Saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah sewaktu haid
dan sekret dari uterus.
 Alat persetubuhan.
 Jalan lahir pada saat persalinan.
Sel-sel dari lapisan atas epitel vagina mengandung glikogen. Glikogen ini
menghasilkan asam susu karena adanya basil-basil Doderlein sehingga vagina
mempunyai reaksi asam dengan pH 4.5. hal ini memberi proteksi terhadap
invasi kuman-kuman (Wirakusumah et al 2015).
b) Uterus
Dalam keadaan tidak hamil uterus terdapat dalam ruangan perlvis minordi
antara vesica urinaria dan rectum. Permukaan belakang uterus sebagian besar
tertutup oleh peritoneum sedangkan permukaan hanya di bagian atasnya saja.
Bagian bawah dari permukaan depan uterus melekat pada dinding belakang
vesica urinaria. Uterus merupakan alat berongga dan berbentuk seperti bola
lampu yang gepeng. Uterus terdiri dari 2 bagian :
 Corpus uteri yang berbentuk segitiga
 Cervix uteri yang berbentuk silindris
Bagian corpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar
rahim). Pinggir kanan/kiri uterus tidak tertutup oleh peritoneum karena
berbatasan dengan parametrium kanan/kiri, bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda tergantung dari usia, pernah atau tidak melahirkan anak.
Panjang uterus pada anak-anak : 2-3 cm, Nullipara : 6-7 cm, Multipara : 8-9
cm. Panjangnya corpus uteri terhadap serviks uteri juga berbeda-beda. Pada
anak- anak panjang corpus uteri ½ dari panjang serviks uteri. Pada remaja,
corpus uteri sama panjang dengan serviks uteri. Pada multipara, panjang
corpus uteri 2x panjang serviks uteri.
Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, lebar di daerah fundus dan
sempit ke arah serviks, sebelah atas rongga rahim berhubungan dengan
saluran telur (tuba Fallopii) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim
(canalis cervicis uteri). Hubungan antara cavum uteri dan canalis cervicis
uteri ostium uteri internum, sedangkan muara canalis cervicis uteri kedalam
vagina disebut ostium uteri externum. Sebetulnya ada 2 buah ostium uteri
internum, yaitu sebagai berikut :
 Ostium anatomicum uteri internum yang betul-betul merupakan batas
antara canalis serviks uteri dan cavum uteri.
 Ostium histologicum uteri internum yang merupakan tempat selaput
lendir cavum uteri berubah menjadi selaput lendir serviks pada canalis
serviks. Tempat ini letaknya sedikit dibawah ostium anatomicum uteri
internum.
Bagian serviks antara ostium anatomicum uteri internum dan ostium
uteri histologicum internum disebut isthmus uteri. Bagian tersebut dapat
melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah uterus
(Wirakusumah et al 2015).
c) Tuba Uterina Falopii
Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral,
mulai dari cornu uteri dekstra et sinistra.
Panjangnya ±12 cm, dengan diameter 3-8 mm. Tuba ini dibedakan menjadi 4
bagian.
 Pars interstisialis (intramuralis); bagian tuba yang berjalan dalam dinding
uterus mulai dari ostium tuba internum.
 Isthmus tubae uterinae; bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus,
merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.
 Ampulla tubae uterinae; bagian tuba antara isthmus dan infundibulum,
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S.
 Infundibulum; ujung tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbrae,
lubangnya disebut ostium abdominale tubae.
Fungsi utama tuba ialah untuk membawa ovum yang dilepaskan ovarium
menuju ke uterus (Wirakusumah et al 2015).
d) Ovarium
Ovarium berjumlah dua buah. Letaknya pada dinding lateral panggul dalam
sebuah lekuk yang disebut fossa ovarica waldeyeri, di sebelah kiri dan kanan
uterus. Ovarium dihub ungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii
proprium dan dihungkan dengan dinding panggul oleh ligamentum
infundibulopelvicum. Di sini, terdapat pembuluh darah ovarium, yaitu arteri
dan vena ovarcia. Ada beberapa hal yang dibedakan pada ovarium.
 Permukaan medial yang menghadap ke arah cavum Douglasi dibedakan
dengan permukaan lateral.
 Ujung atas yang lebih dekat dengan tuba dibedakan dengan ujung bawah
yang lebih dekat dengan uterus (ekstremitas tubaria dan ekstremitas
uterina).
 Pinggir yang menghadap ke depan (margo mesovarica)dan melekat pada
lembar belakang ligamentum latum dengan perantara mesovarium
dibedakan dengan pinggir yang menghadap ke belakang (margo liber).
Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula). Pada
korteks terdapat folikel-folikel primordial. Pada medula terdapat pembuluh
darah, saraf, dan pembuluh limfe (Wirakusumah et al 2015).
e) Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat antara kedua lembar ligamentum latum disebut
parametrium. Bagian atas ligamentum latum yang mengandung tuba disebut
mesosalpinx dan bagian kaudalnya yang berhubungan dengan uterus disebut
mesometrium. Pada sisi depan ligamentum latum berjalan ligamentum teres
uteri, pada sisi belakang berjalan ligamentum ovarii proprium.
Mesovarium merupakan lipat pritoneum untuk ovarium dan terdapat antara
mesosalpinx dan mesometrium. Ligamentum suspensorium ovarii berjalan
dari ekstremitas tubaria ovarii ke dinding panggul.
Pada parametrium berjalan ureter, arteri dan vena uterina. Parametrium
sebelah bawah yang menyelubungi arteri dan vena uterina lebih padat dari
jaringan sekitarnya, disebut ligamentum cardinale (Wirakusumah et al 2015).
2. Anatomi Jalan Lahir Keras dan Lunak
Jalan lahir merupakan jalan yang terbentuk secara alamiah untuk bayi atau janin
pada saat keluar dari rahim ibu. Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasarpanggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin
harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh
karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai
(Mutmainnah et al, 2017).
Jalan lahir terdiri atas :
a. Jalan lahir keras (pelvic atau panggul),

Gambar 2.3 Jalan lahir keras

Sumber : (Mutmainnah et al, 2017).


Jalan lahir atau panggul keras merupakan bagian keras yang dibentuk oleh,
yaitu :
a) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari :
1) Os illium atau tulang usus, adalah ukuran terbesarnya dibanding tulang
lainnya. Sebagai batas dinding atas dan belakang panggul atau pelviks.
2) Os ischium atau tulang duduk, posisi os ischium terletak di bawah os
illium, pada bagian belakang terdapat cuat duri dinamakan spina
ishiadika.
3) Os pubis atau tulang kemaluan, membentuk suatu lubang dengan os
ischium, yaitu foramen obsturotur. Fungsi di dalam persalinan belum
diketahui secara pasti. Diatas foramen abturotur dibatasi oleh sebuah
tangkai dari os pubis yang menggabungkan dengan os ischium disebut
ramus superior ossis pubis, sedangkan dinding bawah foramen dibatasi
oleh ramus inferior osis pubis. Pada ramus inferior ossis pubis kiri dan
kanan membentuk sudut yang disebut arkus pubis. Pada panggul wanita
normal sudut ini tidak kurang dari 90o. Pada bagian atas os pubis terdapat
tonjolanyang dinamakan teberkulum pubic (Mutmainnah et al, 2017).
b) 1 tulang kelangkang (os sacrum), Os sacrum atau tulang kelangkang
berbentuk segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan puncak segitiga pada
ujung di bawah. Terdiri dari lima ruas yang bersatu, terletak di antara os
coxae dan merupakan dinding belakang panggung. Permukaan belakang
pada bagian tengah terdapat cuat duri dinamakan crista sakralia.
Memperlebar luas panggul kecil atau pelvis minor. Dengan lumbal ke-5
terdapat artikulasio dan lumbosacralis. Bagian depan paling atas dari tulang
sacrum dinamakan promotorium, di mana pada bagian ini bila pada waktu
periksa dalam dapat teraba, berarti ada kesempitan panggul (Mutmainnah et
al, 2017).
c) 1 tulang tungging (os cocygis), os cocygis atau tulang ekor dibentuk oleh 3-
5 ruas tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan bentuk segitiga.
Pada kehamilan tahap akhir, koksigeum dapat bergerak, kecuali jika struktur
tersebut patah (Mutmainnah et al, 2017).
d) Perhubungan tulang – tulang panggul, didepan tulang panggul terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri. Di belakang panggul
terdapat artikulasio sakro – ilaka yang menghubungkan os sacrum dan os
ilium. Di bagian bawah panggul terdapat artikulasio sakro-koksigis yang
meng- hubungkan os sacrum dengan koksigis (Mutmainnah et al, 2017).
e) Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi 2 bagian :
1) Panggul palsu atau false pelvis (pelvis mayor). Panggul palsu adalah
bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.
2) Panggul sejati atau true pelvis (pelvis minor).
Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang menyerupai
sumbu melengkung ke depan (Mutmainnah et al, 2017)
Dalam obstetric, yang dimaksud pelvis minor terdiri atas :
Gambar 2.4
Pelvis minor

Sumber : (Mutmainnah et al, 2017).

Pintu atas panggul (PAP) yang disebut juga pelvic inlet, terdiri atas :
1) Bagian anterior PAP, yaitu batas sejati dibentuk oleh tepi atas tulang
pubis.
2) Bagian lateralnya dibentuk oleh linea lipektena, yaitu sepanjang tulang
inominata.
3) Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan
promotorium sacrum (Mutmainnah et al, 2017).
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT). Bidang hodge antara lain :
1) Hogde I, dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas sympsis dan
promotorium.
2) Hodge II, sejajar dengan hodge I setinggi pinggir bawah sympsis.
3) Hodge III, sejajar hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan
kiri.
4) Hodge IV, sejajar I, II, III setinggi os coccygis (Mutmainnah et al,
2017).
Gambar 2.5
Bidang Hodge

Sumber : (Mutmainnah et al, 2017).

Cadwell – Moloy mengemukakan 4 jenis panggul, antara lain :


1) Ginekoid, panggul ini merupakan panggul ideal perempuan, bentuknya
bulat. Diameter anterior posterior sama dengan diameter tranversa.
2) Android, panggul pria, PAP segitiga, diameter tranversa dekat dengan
sacrum.
3) Anthropoid, PAP lonjong seperti telur, diameter anterposterior lebih
besar daripada diameter tranvrsa.
4) Platipoid, picak menyerupai arah muka belakang, diameter tranversa
lebih besar daripada diameter anteroposterior (Mutmainnah et al, 2017).
b. Jalan lahir lunak, segmen bawah rahim (SBR), serviks vagina, introitus vagina
danvulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan
bawah panggul atau diafragma pelvis terdiri dari bagian ototdisebut muskulus
levatorani, sedangkan bagian membrane disebut diafragma urogenetal. Bagian
ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan
ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul
(Mutmainnah et al, 2017).
Gambar 2.6 Jalan lahir lunak

Sumber : (Mutmainnah et al, 2017).


1) Ligamentum
Ligamentum pada panggul yang lunak terdiri dari otot – otot dan ligamen yang
meliputi dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah
bawah. Ligamen – ligamen yang penting adalah ligamen sacro illiaka, ligamen
sacrospinosum dan ligamen sacro tuberosum. Selain persendia, tulang panggul
dihubungkan oleh jaringan ikat berupa ligamentum sehingga seluruhnya
membentuk jalan lahir yang kuat. Fascia pelvis adalah suatu gabungan jaringan
ikat, pembuluh darah dan serabut otot volunter dan involunter. Fascia pelvis
melapisi dinding dan dasar kavitas pelvis dan mengisi daerah di antara organ
– organ sehingga memberikan tambahan topangan (kekuatan), tetapi masih
memungkinkan organ – organ tersebut dapat bergerak dalam batas –batas
fungsi yang normal. Pada daerah dimana organ – organ memerlukan topangan
tambahan maka fascia tersebut menebal untuk membentuk ligamen pelvis,
antara lain :
a) Ligamentum pubovesicale, terentang dari serviks vesicae urinariae ke
permukaan dalam masing – masing korpus pubis. Ligamentum ini ikut
membentuk ligamentum pubocervicale. Ligamen ini berfungsi untuk
memperkuat vesica urinaria.
b) Ligamentum puboservicale, melekat pada permukaan dalam masing –
masing korpus pubis, keduanya berjalan ke posterior dan melekat pada
serviks vesicae urinariae, formiks vaginae dan serviks supra vaginalis.
Fungsi ligamen ini adalah memperkuat vesica urinaria dan uterus.
c) Ligamentum servicale transversum, ligamen ini disebut juga ligamen
cardinale atau mackenrodt yang melekat pada formiks vaginae dan serviks
supra vaginalis. Ligamen ini berjalan transversal melintasi dasar pelvis dan
menyebar sampai mencapai linea alba vasciae. Ligamen ini merupakan
ligamen yang paling kuat diantara ligamen pelvis.
d) Ligamentum uterosacrale, ligamen ini melekat pada formiks vaginae dan
serviks supra vaginalis. Ligamen ini berjalan ke posterior dan melekat pada
tepi lateral korpus sacralis pertama.
e) Ligamentum teres uteri, ligamen ini berasal dari anterior tepat di bawah
comu uteri dan tuba falopii. ligamen ini kemudian berjalan membentuk
huruf V lewat dinding abdomen dan canalis inguinalis sebelum berinsersi
pada kedua labium majus.
f) Ligamentum sacro-iliaca posterior, meng- hubungkan permukaan belakang
tulang kelangkang ke tulang usus.
g) Ligamentum sacro-iliaca aterior, ligamentum iliolumbalis, ligamentum
sacroiliaca interossea, menghubungkan permukaan depan tulang
kelangkang ke tulang usus.
h) Ligamentum sacrospinosum, menghubungkan tulang kelangkang ke spina
ischiadica, ligamen ini terbentang dari bagian lateral sakrum dan koksigis
menuju spina iskiadika.
i) Ligamentum sacrotuberosum, menghubungkan tulang kelangkang ke tuber
ossis ischiadia, ligamen ini terbentang dari bagian lateral sakrum dan
koksigis menuju tuberositas iskia (Mutmainnah et al, 2017).
2) Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri atas :
a) Regio analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus yang
mengelilingi anus.
b) Regio urogogenitalis terdiri dari atas muskulus bolbo cavernosus,
ischiocavernosus dan transversus perinei superficialis (Mutmainnah et al,
2017).
1.1.3 Etiologi Persalinan Normal
Berikut etiologi persalinan normal :
1. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan
peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion.
2. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen memungkinkan sintesa
prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi
uterus (miometrium).
3. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama dengan
persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi reseptor oksitosin,
dominan pada fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang jumlahnya di segmen
bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada serviks uteri.
4. Teori Ketegangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot – otot rahim,
sehingga menganggu sirkulasi utero plasenter.
5. Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk pembentukan
prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
6. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta menurun
segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi hormone.

7. Teori Tekanan Serviks

Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga serviks
menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segemen
Atas Rahim) dan SBR (Segemen Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga
terjadi kontraksi dan retraksi (Oktarina M, 2016).

1.1.4 Pathofisiologi

Pada kasus post partus spontan akan terjadi trauma pada jalan lahir, sehingga dapat
menyebabkan terganggunya aktivitas, aktivitas yang terganggu dapat menurunkan
gerakan peristaltik pada usus yang berakibat konstipasi. Pengeluaran janin dengan cara
episiotomi menyebabkan terputusnya jaringan pada perineum sehingga merangsang
area sensorik untuk mengeluarkan hormon bradikinin, histamin dan seritinus yang
kemudian diteruskan oleh medulla spinalis ke batang otak, diteruskan ke thalamus
sehingga merangsang nyeri di korteks serebri, kemudian timbul gangguan rasa nyaman
yang mengakibatkan nyeri akut.

Pembuluh darah yang rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga
perdarahan dan proteksi pada luka kurang, dapat terjadi invasi bakteri sehingga muncul
masalah keperawatan resiko infeksi. Pengeluaran janin dapat memicu terjadinya trauma
kandung kemih sehingga terjadilah edema dan memar di uretra, mengakibatkan
penurunan sensitivitas berdapak pada sensasi kandung kemih sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan eliminasi urin.

Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga


terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah dipayudara berurai
dari uterus (involusi) dan retensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi
bengkak dan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul
masalah keperawatan menyusui tidak efektif (Nurarif & Kusumua, 2015).
1.1.5 Pathway Persalinan Normal
WOC ANEMIA


Perdarahan Disentroporesis Hemoliasis Terhentinya Pembuatan Sel
(Kurang Bahan Bahan Baku Darah Oleh Sum-sum
Pembuatan Sel Darah) Tulang

Anemia

Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kadar HB ↓ Mengikat O2 O2 Dalam Darah ↓ O2 Ke Otak ↓ O2 Ke Ginjal ↓ O2 Ke Usus ↓ O2 Ke Fe

O2 dalam darah ↓ O2 ke Jaringan Otak dan Hipoksia Teknan Ginjal Tekanan Usus Tekanan Tulang
Perifer ↓ Terganggu Terganggu Terganggu
Respon Fisiologis Tubuh Pusing
Pucat, sianosis, Susah BAK Kekurangan Kelemahan Otot
Gangguan Perfusi
Usaha untuk perifer dingin, Volume Cairan
Cerebral
menungkatkan O2 CRT lambat (> Intoleransi
Gangguan Eliminasi
3 detik) Urine Aktivitas
Tidak Efektifnya Pola
Napas
Gangguan perfusi Gangguan Perfusi
jaringan perifer Jaringan
1.1.6 Komplikasi Persalinan Normal
Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetric. Komplikasi yang mengancam
jiwa kebanykan terjadi selama persalinan, dan ini tidak dapat di prediksi. Prenatal
screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan
komplikasi. Perempuan tidak diidentifikasi sebagai “beresiko tinggi” dapat
mengembangkan komplikasi obstetric. Kebanyakan komplikasi obstetrik terjadi pada
wanita tanpa faktor resiko.
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan normal :
1. Perdarahan post partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal.
Perdarahan post partum dibagi menjadi :
a) Perdarahan Post Partum Dini (early postpartum hemorrhage), perdarahan post
pasrtum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kala III.
b) Perdarahan pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhae), perdarahan pada
masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak
termasuk 24 jam pertama setelah kala III .
2. Atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post
partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam
setelah persalinan. atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan dapat
mengarah pada terjadinya syok hipovolemik.
3. Retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan
pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta
terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a) Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b) Plasenta akreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
sebagian lapisan miometrium.
c) Plasenta inkreta, adlah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/melewati lapisan miometrium.
d) Plasenta pekreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e) Plasenta inkarserata, adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh kontriksi ostium uteri .
4. Laserasi jalan lahir
Ruptura perineum dan robekan dinding vagina tingkat perlukaan perineum dapat
dibagi dalam :
a) Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu
dijahit.
b) Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum
(perlu dijahit).
c) Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
d) Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum . rujuk segera (Oktarina M, 2016).
1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan janin
seperti pemantauan EKG, JDL dengan diferensial, elektrolit, hemoglobin/ hematokrit,
golongan darah, urinalisis, amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai
indikasi, pemeriksaan sinar X sesuai indikasi, dan ltrasound sesuai pesananan.
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

1.2 Konsep Anemia


1.2.1 Definisi Anemia
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu
kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya,
jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono,
2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya
jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan
merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari ( Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal ( Smeltzer, 2002 ).
1.2.2 Etiologi Anemia
Menurut ( Sugeng Jitowiyono, 2018 ), Pada dasarnya hanya tiga penyebab anemia
yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan
penurunan produksi sel darah merah. Masing – masing penyebab ini mencakup
sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Etiologi genetik
meliputi:
1) Hemoglobinopati
2) Thalasemia
3) Kelainan enzim pada jalur glikolitik
4) Cacat sitoskeleton sel darah merah
5) Anemia persalinan kongenital
6) Penyakit Rh null
1.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi pada klien anemia ialah zat besi masuk dalam tubuh melalui
makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa : senyawa fungsional seperti hemoglobin,
mioglobin dan enzim – enzim, senyawa besi transportasi yaitu dalam
bentuk transportasi dan senyawa besi cadangan seperti ferritin dan hemos
iderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam
dan bersifat mereduksi sehingga mudah untuk diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam
tubuh besi tidak terdapat bebas terapi berikatan dengan molekul protein
menbebtuk ferritin, komponen proteinnya disebut apoferritin, sedangkan dalam
bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro berikatan dengan protein
membentuk transferin, komponen proteinnya disebut apotransferin, dalam darah
disebut serotransferin. Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati,
telor, sayuran hiaju dan buah – buahan diabsorpsi di usus halus. Rata – rata dari
makanan yang masuk mengandung 10 - 15 mg zat besi, tetapi hanya 5 – 10 %
yang dapat diabsorpsi. Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya
protein hewani dan vitamin C. Sedangkan yang menghambat serapan adalah
kopi, the, garam kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat zat
besi. Menurut asupan zat besi yang merupakan unsur utama pembentuk
hemoglobin maka kadar/produksi hemoglobin juga akan menurun. (Tarwoto 2008).

1.2.4 Komplikasi Anemia


Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
a. Kelebihan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat lelah
sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin
lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler
(aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih
banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam darah. Hal ini
menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.
d. Kematian¸beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat
mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.
1.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL);
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%);
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik);
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi;
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik).
1.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
a. Anemia aplastik:
b. Transplantasi sumsum tulang
c. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
d. Anemia pada penyakit ginjal
e. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
f. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
g. Anemia pada penyakit kronis
h. Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya,
besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb
meningkat.
i. Anemia pada defisiensi besi
j. Dicari penyebab defisiensi besi
k. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
l. Anemia megaloblastik
m. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
n. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
o. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
1.2.7 Klasifikasi Anemia
Berdasarkan pendekatan fisiologis dibedakan menjadi 5 yaitu Anemia Aplastik,
Anemia pada penyakit ginjal, Anemia Defisiensi Besi, Anemia Megaloblastik dan
Anemia Hemolitika ( Ni Ketut & Briggita, 2019).
1.2.8 Manifestasi klinlik
1. Lemah, letih, lesu dan lelah.
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang–kunang.
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

1.3 Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. (Budiyono, 2015).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental sosial dan
lingkungan. Pada tahap pengkajian, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
data, seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan data sekunder
lainnya (Catatan hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur).
Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalalah diagnosis.
Diagnosa keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat profesional
untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehtan, respon klien terhadap penyakit
atau kondisi klien (aktual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memvalidasi data, menginterprestasikan
dan mengidentifikasi masalah dari kelompok data dan merumuskan diagnosa
keperawatan.
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan tujuan dan
kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain dan menuliskan atau mendokumentasikan rencana asuhan
keperawatan.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap
implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah di buat pada klien. Adapun
kegiatan yang ada pada tahap implementasi ini adalah pengkajian ulang untuk
memperbaharui data dasar, meninjau atau merevisi rencana asuhan yang telah di buat
dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan.
Tahap evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji respon
klien setelah dilakukan intervensi keperawatan, membandingkan respon klien dengan
kriteria hasil, memodifikasi asuhan keperawatan dengan hasil evaluasi, dan mengkaji
ulang asuhan keperawatan yang telah di berikan.
Tahap akhir adalah proses dokumentasi, adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan
yang telah dilakukan. Dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan karena
berguna untuk menhindari kejadian tumpang tindih, memberikan informasi
ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan terbinanya koordinasi antar teman sejawat
atau pihak lain.
Pemeriksaan fisik dilakukan empat cara yaitu inspeksi, perkusi, palpasi, dan
auskultasi (IPPA). Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan,
memerlukan pencahayaan yang baik, dan pengamatan yang teliti. Perkusi adalah
pemeriksaan yang menggunakan prinsip vibrasi dan getaran udara, dengan cara
mengetuk mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa untuk memperkirakan
densitas organ tubuh jaringan yang diperiksa. Palpasi menggunakan serabut saraf
sensori di permukaan telapak tangan untuk mengetahui kelembaban, suhu, tekstur,
adanya massa dan penonjola, lokasi dan ukuran organ, serta pembengkakan. Auskultasi
merupakan indra pendengaran, bisa menggunakan alat bantu (stetoskop) ataupun tidak.
Suara di dalam tubuh dihasilkan oleh gerakan udara (misalnya suara nafas) atau
gerakan organ (misalnya peristaltik usus). (Debora, 2012)
1.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social dan
spiritual. Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah
mempunyai kesadaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat,
kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu berespon secara efektif.
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif
dari klien.

1.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan. Diagnosa
keperawatan yang akan muncul pada persalinan spontan :

1. SDKI, 2017

Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan

Kategori : Psikologis

Subkategori : Nyeri dan kenyamanan

Kode : D.0077
2. SDKI, 2017
Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan karena laktasi
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0019
3. SDKI, 2017
Ansietas bd tanggung jawab menjadi orang tua
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas ego
Kode : D.0080
4. SDKI, 2017
Gangguan intergritas kulit/jaringan bd luka episiotomi perineum
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Kode : D.0128
5. SDKI, 2017
Resiko infeksi bd luka episiotomi post partum spontan
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Kode : D.0141
6. SDKI, 2017
Gangguan pola tidur bd tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan istirahat
Kode : D.0055
7. SDKI, 2017
Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi tentang kesehatan masa post
partum
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
Kode : D.0110
8. SDKI, 2017
Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan suplai ASI
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0029
1.3.3 Perencanaan Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan
dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka
pendek. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan
kriteria hasil keperawatan berdasarkan SMART,yaitu:
S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).
M :Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau).
A :Achievable (dapat dicapai).
R :Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah). T :Time (punya batasan
waktu yang jelas).
Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:
1. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).

2. Berdasarkan kondisi klien.

3. Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik.

4. Menciptakan situasi pengajaran.

5. Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.


Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
Nyeri akut bd agen SLKI SIKI
pencedera fisik, luka 1.1 Kaji nyeri dengan komprehensif
Tingkat kenyamanan meliputi P Q R S T
episiotomi post partum
Kriteria Hasil : 1.2 Observasi reaksi verbal dan non verbal
spontan
1. Pasien melaporkan 1.3 Monitor tanda tanda vital
D.0077 nyeri berkurang 1.4 Kurangi faktor presipitasi nyeri
2. Skala nyeri 2-3 1.5 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3. Pasien tampak 1.6 Tingkatkan istirahat
rileks 1.7 Kolaborasi pemberian analgetik
4. Pasien dapat dengan tepat
istirahat dan
tidur
5. Tanda tanda vital
dalam batas
normal
Defisit nutrisi bd SLKI SIKI
peningkatan kebutuhan 2.1 Kaji adanya alergi makanan
Nutritional Status : Food
karena laktasi 2.2 Monitor adanya penurunan BB dan gula
and Fluid intake
darah
D.0019
Kriteria Hasil : 2.3 Monitor turgor kulit
1. Adanya 2.4 Monitor kekeringan, rambut kusam, total
peningkatan berat protein, Hb dan kadar Ht
badan sesuai dengan 2.5 Monitor mual dan muntah
tujuan
2.6 Monitor pucat, kemerahan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi 2.7 Ajarkan pasien bagaimana membuat
badan catatan makanan harian.
3. Mampu 2.8 Yakinkan diet yang dimakan
mengidentifikasi mengandung tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda tanda 2.9 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
malnutrisi menentukan jumlah kalori dan nutrisi
5. Tidak terjadi penurunan yang dibutuhkan
berat badan yang
berarti

Ansietas bd tanggung SLKI SIKI


jawab menjadi orang 3.1 Kaji pasien menggunakan pendekatan
Anxiety control Coping yang menenangkan
tua
Kriteria Hasil : 3.2 Identifikasi tingkat kecemasan
D.0080 3.3 Nyatakan dengan jelas harapan
1. Klien mampu
mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan 3.4 Jelaskan semua prosedur dan apa yang
gejala cemas dirasakan selama prosedur
2. Mengidentifikasi, 3.5 Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik 3.6 Berikan informasi faktual mengenai
untuk mengontol diagnosis, tindakan prognosis
cemas 3.7 Dorong suami untuk menemani pasien
3. Vital sign dalam batas 3.8 Dengarkan dengan penuh perhatian
normal 3.9 Dorong pasien untuk
4. Postur tubuh, ekspresi mengungkapkan perasaan,
wajah, bahasa tubuh ketakutan, persepsi
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Gangguan intergritas SLKI SIKI
kulit bd luka episiotomi 4.1 Kaji lingkungan yang dapat
Tissue Integrity : Skin and menyebabkan tekanan pada kulit atau
perineum D.0128
Mucous Membranes luka
Kriteria Hasil : 4.2 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
1. Integritas kulit yang baik 4.3 Monitor status nutrisi pasien
bisa dipertahankan 4.4 Monitor kulit akan adanya kemerahan
(sensasi, elastisitas, 4.5 Anjurkan pasien untuk menggunakan
temperatur, hidrasi, pakaian yang longgar
pigmentasi) 4.6 Hindari kerutan padaa tempat tidur
2. Tidak ada luka/lesi pada 4.7 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
kulit dan kering
4.8 Mobilisasi pasien (ubah posisi
3. Perfusi jaringan baik pasien) setiap dua jam sekali
4.9 Oleskan lotion atau minyak/baby oil
4. Menunjukkan pemahaman
pada derah yang tertekan
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
5. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Resiko infeksi bd SLKI SIKI
trauma jaringan D.0141 5.1 Kaji keadaan kulit, warna dan tekstur
Knowledge : Infection
5.2 Bersihkan lingkungan setelah
control
dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : 5.3 Instruksikan pada pengunjung untuk
1. Klien bebas dari tanda mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
dan gejala infeksi berkunjung meninggalkan pasien
2. Mendeskripsikan 5.4 Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
proses penularan tangan
penyakit, factor yang 5.5 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
mempengaruhi
5.6 Gunakan kateter intermiten untuk
penularan serta
menurunkan infeksi kandung kencing
penatalaksanaanny,
5.7 Cuci tangan setiap sebelum dan
3. Menunjukkan
sesudah tindakan kperawtan
kemampuan untuk
5.8 Pertahankan lingkungan aseptik selama
mencegah timbulnya
pemasangan alat
infeksi
5.9 Tingktkan intake nutrisi
4. Jumlah leukosit dalam
5.10Berikan terapi antibiotik bila perlu
batas normal
5. Menunjukkan
perilaku hidup sehat

Gangguan pola tidur bd SLKI SIKI


tanggung jawab 6.1 Kaji faktor yang menyebabkan
Sleep : Extent an Pattern gangguan tidur
memberi asuhan pada
bayi Kriteria Hasil : 6.2 Monitor waktu makan dan minum
1. Jumlah jam tidur dalam dengan waktu tidur
D.0055 6.3 Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap
batas normal 6-8
jam/hari hari dan jam
2. Pola tidur, kualitas 6.4 Diskusikan dengan pasien dan keluarga
dalam batas normal tentang teknik tidur pasien
3. Perasaan segar sesudah 6.5 Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas
tidur atau istirahat sebelum tidur (membaca)
4. Mampu 6.6 Determinasi efek-efek medikasi
mengidentifikasikan hal- terhadap pola tidur
6.7 Jelaskan pentingnya tidur yang
hal yang meningkatkan adekuat
tidur 6.8 Ciptakan lingkungan yang nyaman
6.9 Kolaborasikan pemberian obat tidur
Defisit pengetahuan bd SLKI SIKI
kurang terpapar
Knowledge : deases proces 7.1 Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
informasi tentang Kriteria Hasil : 7.2 Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan
kesehatan masa post 1. Menjelaskan kembali gejala), identifikasi kemungkinan penyebab.
partum, perawatan tentang penyakit, Jelaskan kondisi tentangklien
2. Mengenal kebutuhan 7.3 Jelaskan tentang program pengobatan dan
payudara, teknik perawatan dan
menyusui alternatif pengobantan
pengobatan tanpa cemas 7.4 Diskusikan perubahan gaya hidup yang
D.0110 mungkin digunakan untuk mencegah
komplikasi
7.5 Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
7.6 Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa
digunakan/ mendukung
7.7 Instruksikan kapan harus ke pelayana
7.8 Tanyakan kembali pengetahuan klien
tentang penyakit, prosedur perawatan dan
pengobatan

SLKI SIKI
Menyusui tidak efektif 8.1 Kaji kemampuan bayi untuk latch- on dan
bd ketidakadekuatan Breast feeding
menghisap secara efektif
suplai Kriteria Hasil :
8.2 Pantau kemampuan untuk
1. Pasien mengatakan puas
D.0029 mengurangi kongesti payudara
dengan kebutuhan dengan benar
menyusui 8.3 Pantau berat badan dan pola
2. Kemantapan pemberian eliminasi bayi
ASI : Bayi : pelekatan 8.4 Pantau keterampilan ibu dalam
bayi yang sesuai pada menempelkan bayi ke puting
dan proses menghisap 8.5 Pantau integritas kulit puting ibu
payudara ibu untuk 8.6 Tentukan Keinginan Dan Motivasi Ibu
memperoleh nutrisi untuk menyusui
selama 3 minggu 8.7 Evaluasi pola menghisap / menelan bayi
pertama 8.8 Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat
3. Kemantapan Pemberian menyusui dan bayi (misalnya reflex
ASI : IBU : kemantapan rooting, menghisap dan terjaga)
ibu untuk membuat 8.9 Evaluasi pemahaman tentang sumbatan
bayi melekat dengan kelenjar susu dan mastitis
tepat dan menyusui dan
payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi
selama 3 minggu
pertama pemberian ASI
4. Pemeliharaan pemberian
ASI : keberlangsungan
pemberian ASI untuk
menyediakan nutrisi
bagi bayi/todler
5. Penyapihan Pembenian
ASI
6. Diskontinuitas progresif
pemberian ASI
7. Pengetahuan Pemberian
ASI : tingkat
pemahaman yang
ditunjukkan megenal
laktasi dan pemberian
makan bayi melalui
proses pemberian ASI
ibu mengenali isyarat
lapar dari bayi dengan
segera ibu
mengindikasikan
kepuasaan terhadap
pemberian ASI ibu
tidak mengalami nyeri
tekan pada puting
mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI

1.3.4 Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

1.3.5 Evaluasi Keperawatan

Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan


seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan,
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.
Format evaluasi menggunakan :
S. :Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap
data tersebut
O. :Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi
data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A. :Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.
P. :Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jl. Beliang no. 110 Telp. (0536) 3227707

FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa : Diki Wahyudi


Nim : 2019.C.11a.1041
Tempat Ujian : RSUD dr. Doris Sylvanus Ruangan Cempaka
Tanggal Pengkajian & Jam: 27 Oktober 2021/08.00 WIB
A. Pengumpulan data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. B
Tempat/Tgl lahir : 01 Juli 1999
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah : B
Alamat : Jl. Tjilik Riwut km 6,5
Diagnosa Medis : P2A0 Post Partum Spontan dan Anemia
Penghasilan perbulan : -
Tanggal masuk RS : 13 Oktober 2021
Tanggal Pengkajian : 13 Oktober 2021
Nomor Medrek : 38.09.06

b. IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. S
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bnajar
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : A
Alamat : Jl. Tjilik Riwut km 6,5
b. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan mengeluh perutnya terasa mules.
b. Riwayat Kesehatan sekarang : (PQRST)
Klien di bawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya oleh suaminya pada tanggal
13 Oktober 2021 pada pukul 02.14WIB karena klien merasa perutnya mules akibat
kontraksi mau melahirkan anaknya yang ke 2 namun usia kehamilan masih 7 bulan,
Klien langsung di bawa ke IGD untuk langsung di tangani dan di IGD pasien terpaksa
melahirkan secara normal yang di bantu oleh Bidan. Pada pukul 04.10 WIB Klien di
pindahkan ke ruangan cempaka untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Pada saat
dilakukan pengkajian pada pukul 04.15 WIB pasien mengatakan perutnya terasa mules-
mules seperti di pukul-pukul dengan skala nyeri 4 atau sedang, dan rasa mules hilang
timbul, klien terlihat memegang perut bagian bawah, klien juga mengeluh keluar lendir
bercampur darah dari kemauluannya sekitar + 100 cc, pasien tampak lemah dan
konjungtiva anemis.
TTV :
TD : 90/60 mmhg
N : 98 x/menit
R : 20x/menit
S : 36,3 oC
SpO2 : 98 %
Hb : 9,9 g/dL

c. Riwayat Kesehatan yang lalu


Pasien mengatakan pasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya dan juga tidak
ada riwayat penyakit apapun.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi :
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal
Serumah

e. Riwayat obstetric dan ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
- Menarche : 13 Tahun Lamanya haid : 3 – 7 hari
- Siklus : 28 hari Banyaknya : 2-3 pembalut/hari
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : berwarna merah terang
- HPHT : 12-03-2021
- Taksiran persalinan : 19-12-2021
b. Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 2 tahun
- Pernikahan yang ke : 1
c. Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil: -
- Waktu dan lamanya penggunaan : -
- Apakah ada masalah dengan cara tersebut : -
- Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang : Suntik KB
- Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : Pasien merencanakan
tiga anak
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : P 2 A 0

Umu Masalah
Tgl Jenis Tempat/ Jenis Keadaa
No r BB Hami
partus partus Penolong kelamin Lahir Nifas Bayi n Anak
hamil l
1. 2020 20 spontan Klinik/Bid Laki-laki 200 Hidup
tahun an 0 gr
2. 13/10/ 21 sponta RS Laki- 14 Hdup
2021 tahun n laki 00
gr

b. Riwayat Kehamilan sekarang :


- Keluhan waktu hamil : Tidak ada
- Imunisasi : Tidak ada
- Penambahan BB selama hamil : 8 kg
- Pemerikasaan Kehamilan : Teratur/Tidak
- Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : Pemerikasaan dilakukan pada
trimester I di klinik dan asil pemeriksaan bayinya normal.
c. Riwayat Persalinan sekarang :
- P2A0
- Tanggal melahirkan : 13-10-2021 Jam 06.45 WIB
- Jenis Persalinan : Partus spontan Lamanya persalinan : 50 menit
- Penyulit Persalinan : Tidak ada
- Pendarahan : + 100 cc
- Jenis kelamin bayi : Laki-laki ,BB :1400 gr, APGAR Score : 8
3. Pemerikasaan Fisik
3.1. Ibu
a. Keadaan umum - Suhu 36,3 0C
BB sebelum hamil 46 kg - Nadi 98 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Tekanan Darah 110/80 x/menit
- BB : 53 Kg
- Tinggi badan : 159 Cm
- Kesadaran : Composmentis
- Turgor Kulit : Turgor baik
b. Kepala - Warna rambut : Hitam
- Keadaan : Normal, keadaan kepala baik
tidak ada pembengkakkan dan sakit bila
di sentuh.
c. Muka - Oedema : Tidak adanya pembengkakkan
- Cloasma gravidarum : Titak adanya
bintik atau bercak kecoklatan di kulit
pasien
d. Mulut
- Mukosa mulut & bibir : Mukosa mulut
merah muda dan lembab
- Keadaan gigi : Mormal rapi dan berwarna
putih
- Fungsi pengecapan : Normal, Pasien
bisa merasakan makanan yang di makan
- Keadaan mulut : Keadaan mulut pasien
bersih
- Fungsi menelan : Pasien mengatakan
pasien bisa menelan makanannya tanpa ada
rasa sakit
e. Mata - Konjunctiva : Anemis
- Sklera : Berwarna putih
- Fungsi Pengelihatan : Pasien bisa
melihat dengan jelas
f. Hidung
- Pendarahan/Peradangan : Normal idak
ada peradangan/pendarahan
- Keadaan/kebersihan
g. Telinga - Keadaan : Bersih
- Fungsi pendengaran : pasien bisa
mendengarkan apa yang dikatakan
perawat
h. leher - Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
- Distensi Vena Jugularis: Tidak ada
- Pemebesaran KGB : tidak ada
i. Daerah dada - Suara napas : Pasien bernafas normal
- Jantung dan paru-paru - Bunyi jantung : Normal (lup-dup)
- Retraksi dada : Tidak ada
- Payudar - Perubahan : tampak membesar karena
ada air susu
- Bentuk buah dada : menjadi lebih besar
- Hyperigmentasi areola : kecoklatan
- Keadaan puting susu : menghitam
- Cairan yang keluar : air susu
- Keadaan/Kebersihan : keadaan
payudarah pasien bersih
- Nyeri/Tegang : Tidak ada
- Skala nyeri : 0
j. Abdomen - Tinggi FU : 14 cm
- Kontraksi Uterus : Baik teratur
- Konsistensi Uterus : Konsistensi keras
- Posisi Uterus : Lateral
- Diastasis RA : -
- Bising usus : x/menit
k. Genetalia Eksterna

- Keluhan : Tidak ada

- Oedema : tidak ada


- Varises : tidak ada
- Pembesaran Kel Bartolin : Tidak ada
- Pengeluaran/lochea : Rubra
Warna : Merah
Jumlah : + 100 cc
Bau : amis
- Blas : -
l. Anus - Haemorrhoid : Tidak dikaji

m. Ekstermitas Atas & Bawah


- Refleks patela : Aktif
- Varises : Tidak ada
- Oedema :Tidak ada
- Simetris :Tidak ada
- Kram : Tidak ada
3.2.Bayi
1. Keadaan umum : Normal
2. Tanda-tanda vital : Normal
3. Kepala : Normal
4. Dada : Narmal
5. Abdomen : Normal
6. Genetalia : Normal
7. Anus : Normal
8. Ekstremitas : Normal
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- Frekuensi makan : Pagi Siang sore
- Jenis makanan : Nasi Lauk Sayur
- Makanan yang disukai : Nasi Lauk Sayur
- Makanan yang tidak disukai : Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Makanan pantang / alergi : Klien mengatakan tidak alergi pada makanan
- Nafsu makan : Normal
- Porsi makan : 3 x sehari
- Minum (jumlah dan jenis) : 2 liter/hari (air mineral/putih)
b. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1 x sehari
- Warna : Kuning
- Bau : Khas
- Konsistensi : Lembek
- Masalah / Keluhan : Tidak ada
2. Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 5 x/hari
- Warna : Kuning keruh
- Bau : : Amonia
- Masalah / Keluhan : Tidak ada masalah
c. Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : Tidak tentu
- Lama tidur/hari : 8 jam
- Kebiasaan pengantar tidur : Mendengar musik relaksasi
- Kebiasaan saat tidur : Sering terbangun
- Kesulitan dalam tidur : Sering terbangun karena merasa mules di
bagian perut bawah.
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Tidak ada
- Olah raga : Tidak ada
- Mobilisasi dini : Tidak ada
- Kegiatan di waktu luang : Berbaring
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi):
e. Personel Hygiene
- Kulit : Berminyak
- Rambut : Tidak rapi
- Mulut dan Gigi : Nampak kering
- Pakaian : Tidak rapi
- Kuku : Panjang
f. Ketergatungan fisik
- Merokok : Tidak ada
- Minuman keras : Tidak ada
- Obat-obatan : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
- Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi makanan
tambahan pada bayi : Ibu mengetahui cara memberikan ASI dan makanan
kepada bayinya
- Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : ASI ekslusip
- Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : Suami
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki : Sudah mengetahui
- Apakah hamil ini diharapkan : Sangat diharapkan
- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : Iya
- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat :
Sudah tahu
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : Kesehatan bayi dan Ibu
- Harapan setelah menjalani perawatan : Semoga cepat pulih
- Perubahan yang dirasa setelah hamil : Badan terasa lebih gemuk
c. Konsep diri
- Body image : Tidak ada
- Peran : Sebagai seorang istri dan ibu untuk anaknya
- Ideal diri : Tidak ada
- Identitas diri : Saya adalah seorang wanita
- Harga diri : Tidak ada
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain : Iya
- Bahasa utama : Bahasa Indonesia, Bahasa daerah Banjar
- Yang tinggal serumah : Suami dan anak-anak
- Adat istiadat yang dianut : Banjar
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami
- Motivasi daru suami : Tidak ada
- Apakah suami perokok : Tidak
- Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : -
f. Sistem nilai - kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : Allah
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Sangat Penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :
Sholat 5 waktu
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Berdoa
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
- HB : 9,9 g/dL Golongan darah/Rh :B
- Gula darah : 84 mg/dL Leukosit :-
b. Urine
- Protein : - Sedimen : -
- Reduksi : -
c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgent :

I. PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Jalur Pemberian Keterangan
Obat
Inj Cefotaxime 2x1 gr/hari IV Cefotaxim termasuk dalam
golongan antibiotik
sefalosporin yang bekerja
dengan cara membunuh
bakteri dan menghambat
pertumbuhannya. Selain
mengobati infeksi bakteri,
cefotaxime juga bisa
mencegah infeksi pada
luka operasi. Perlu
diketahui, obat ini tidak
dapat digunakan untuk
mengobati infeksi karena
virus, seperti flu.
PRC 2 Kantong PRC adalah modalitas terapi
yang biasa digunakan untuk
mengobati pasien anemia,
yang mana hanya
membutuhkan komponen sel
darah merah saja. Misalnya
anemia pada pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik,
keganasan, atau thalasemia. 
Inj 2x1 Ampul IV Dexamethasone
Dexamethason merupakan obat
e kortikosteroid yang
bekerja dengan
menghambat pengeluaran
zat kimia tertentu di dalam
tubuh yang bisa memicu
peradangan. Obat ini juga
memiliki efek
imunosupresan atau
penekan sistem kekebalan
tubuh.
Inf. RL Sebagai penganti cairan
ekstrasel yang hilang atau
mengatasi dehidrasi
isotonic
Ketorolac 2 x 1 ampil/hari IV Ketorolac bekerja dengan
cara menghambat produksi
senyawa kimia yang bisa
menyebabkan peradangan
dan rasa nyeri.

DATA PENUNJANG (LABORATORIUM)

Pemeriksaan Hasil Nulai Rujukan Satuan

Glukosa 99 < 200 mg/gl

Ureum 15 21-53 mg/dl

Kreatini 0,60 0,17-1,5 mg/dl

Hbs Ab (anti bodi) Positif Nrgatif

Hasil I (SD Non Reaktif Non Reaktif


DIAGNOSTIC

Palangka Raya, 27 Oktober 2021


Mahasiswa

Diki Wahyudi

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut (D.0077)
Klien mengatakan perutnya
terasa mules-mules seperti
di pukul-pukul dibagian
perut bawah. Gelisah
PQRST :
P : Tidak bisa tidur teratur
karena merasa kesakitan
Q : Menjerit sakit seperti di
Nyeri Akut
pukul-pukul
R : Memegang perut bagian
bawah
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul

DO :
Tampak meringis sakit,
gelisah dan sambil
memegang perut bagian
bawah akibat kontraksi
uterus setelah melahirkan
TTV :
TD : 95/60 mmhg
N : 98 x/menit
R : 20x/menit
S : 36,3 oC
SpO2 : 98 %

DS : Komplikasi pasca partum Risiko Perdarahan (D.0012)


Klien mengatakan keluar
lendir bercampur darah dari
Kontraksi berlebihan
kemaluannya

DO : Terjadi perineum perpaginam

- Klien
tampak lemah Terjadi perdarahan
- Konjungti
va anemis
- TD :
Risiko Perdarahan
95/60mmhg
- N : 98
x/menit
- R :
20x/menit
- S :
36,3 oC
- SpO2 : 98
%
- Perdaraha
n + 100 cc
- Hb : 9,9
g/dL
PRIORITAS MASALAH

1. Risiko Perdarahan (D.0012) berhubungan dengan kontraksi berlebihan


2. Nyeri Akut (D.0077) berhubunagn dengan agen pencedera fisik
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. B.J

Ruang Rawat : Cempaka

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan (I.02067) Onservasi :
1. Risiko Perdarahan (D.0012) (L.02017) Tindakan : - Untuk mendeteksi tingkat perdarahan
Setelah dilakukan tindakan Observasi - Untuk mengetahui nilai
berhubungan dengan kontraksi
keperawatan diharapkan - Monitor tanda gejala perdarahan hemotrokit/hemoglobinsebelum dan setelah
berlebihan masalah Risiko Perdarahan - Monitor nilai hematrokit/hemoglobin sebelum kehilangan darah
dapat teratasi. dan setelah kehilangan darah
Kriteria Hasil : Terapeutik :
- Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- Hemoglobin membaik - Bad rest pada pasien perdarahan dianjurkan
Terapeutik untuk memperbaiki aliran darah didalam
(Normal untuk wanita - Pertahankan bed rest selama perdarahan rahim
- Gunakan kasur pencegah dekubitus
dewasa 12-15 g/dL) Edukasi :
- Hematrokit membaik Edukasi - Memberikan pemahaman mengenai
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan perdarahan yang terjadi kepada pasien
- Tekanan darah membaik - Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk - Meningkatkan asupan makanan, cairan, dan
menghindari konstipasi vitamin untuk menggantikan cairan tubuh
(Normal 120/80 mmHg - Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan yang hilang
- Perdarahan vagina vitamin
menurun - Anjurkan anjurkan segera melapor jika terjadi Kolaborasi
perdarahan - Membantun penyembuhan dengan
- Suhu tubuh membaik menghentikan perdarahan
o
(Normal 36,5 – 37,5 C Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika
perlu

Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238) Observasi :


2. Nyeri Akut (D.0077) berhubunagn Setelah dilakukan tindakan Tindakan : - Mendeteksi seberapa jauh nyeri yang
keperawatan diharapkan Observasi dirasakan klien
dengan Agen pencedera fisik
masalah Nyeri Akut dapat - Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan - Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang
teratasi. intensitas nyeri. dirasakan klien dilihat dari ekspresi wajah
Kriteria Hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun klien
- Identifikasi respon nyeri non verbal
(Dengan skala 1) - Identifikasi factor yang memperberat dan Terapeutik :
memperingan nyeri - Teknik nonfarmakologi untuk dapat
- Meringis menurun
mengurangi/memperingan nyeri yang
- Sikap protektif menurun Terapeutik dirasakan oleh pasien
- Gelisah menurun - Berikan Teknik nonfarmakologi untuk - Lingkunagn yang bising dapat
mengurangi rasa nyeri mempengaruhi istirahat klien
- Frekuensi nadi membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri Edukasi :
(Normal berkisar 60-100 - Ajarkan pasien untuk melakukan teknik
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, dan
x/menit) kebisingan) nonfarmakologi seperti teknik releksasi
nafas dalam dapat digunakan sebagi
Edukasi alternatif untuk
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri meregangkan/merileksasikan otot-otot yang
- Jelaskan strategi meredakan nyeri tegang
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk Kolaborasi :
mengurangi rasa nyeri - Mempercepat penyembuhan dan
Kolaborasi mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgenik jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat

Rabu, 27 Oktober 2021 Pencegahan Perdarahan S:


Pukul 08.00-09.00 WIB Tindakan : - Klien mengatakan badan lebih bertenaga dan tidak
Observasi seberapa lemas
- Memonitor tanda gejala perdarahan Diki Wahyudi
- Klien mengatakan mengganti pembalut 2 x/hari + 50
- Memonitor nilai hematrokit/hemoglobin sebelum dan
cc
setelah kehilangan darah (Normal hemoglobin untuk
wanita dewasa 12 – 15 g/dL, dan normal hematrokit O:
unutk wanita dewasa 38-46 %) - Klien tampak membaik
- Memonitor tanda-tanda vital : - Konjungtiva berwarna merah
- TD : 120/80 mmhg
TD : 120/80 mmhg - N : 98 x/menit
N : 98 x/menit
- R : 20 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,3 oC - S : 36,3 oC
Terapeutik - Hb : 12 g/dL
- Mempertahankan bed rest selama perdarahan
- Menggunakan kasur pencegah dekubitus A:
Masalah teratasi sebagian
Edukasi
- Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan P:
- Menganjurkan meningkatkan asupan cairan untuk Intervensi dilanjutkan
menghindari konstipasi
- Menganjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin
- Menganjurkan anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan

Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
seperti pemberian obat Methylergometrin 0,2 mg 2x/hari

Rabu, 27 Oktober 2021 Manajemen nyeri


Pukul 10.00-11.00 WIB S:
Tindakan :
Observasi - Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah
- Mengidentifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan
berkurang, klien sudah bisa bergerak, skala nyeri
intensitas nyeri.
- Mengidentifikasi skala nyeri berkurang dari skala 4 ke skala 1
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan O: Diki Wahyudi
memperingan nyeri - Klien tampak tenang, dan klien sudah tau cara teknik

Terapeutik relaksasi
- Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi - Skala nyeri 1
rasa nyeri
- TD : 120/80 mmhg
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri (seperti - N : 98 x/menit
kebisingan) - R : 20 x/menit

Edukasi - S : 36,3 oC
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi A:
rasa nyeri seperti teknik releksasi nafas dalam dapat Masalah teratasi
digunakan sebagi alternatif untuk
meregangkan/merileksasikan otot-otot yang tegang P:
Intervensi di pertahankan

Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian obat Keterolac 2 x 1
ampul/hati
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, dkk. (2015) Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta. Bumi Medika.


Kementrian Kesehatan Republik indonesia(2018) Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2017. http://www.pusdatin.kemkes.go.id
/article/view/18041000001/profil-kesehatan-i-2017-lampiran.html(diakses26
November 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://id.scribd.com/document/393406572/hasil-riskesdas-2018 (diakses 4
Desember 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Dinas Kesehatan
Kalimantan Timur 2016 www.depkes.go.id>23_Kaltim_2016 (diakses 28
November 2018)
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Di Susun Oleh:

DIKI WAHYUDI
NIM : 2019.C.11a.1041

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Sasaran : Ny. B.J
Tempat : RSUD dr. Doris Sylvanus Ruangan Cempaka Palangka Raya
Waktu : 28 Oktober 2021 / 10.00 WIB
Penyaji materi : Diki Wahyudi

I. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini selama 20 menit diharapkan Ny.B.J mampu
mendemonstrasikan cara relaksasi nafas dalam.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan , diharapkan Ny.B.J mampu:
a. Mengerti pengertian relaksasi nafas dalam
b. Mengerti tujuan dan manfaat relaksasi nafas dalam
c. Mengerti persiapan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
d. Menjgerti langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam
e. Mendemostrasikan teknik relaksasi nafas dalam
II. Pokok Bahasan Atau Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian relaksasi nafas dalam
2. Tujuan dan manfaat relaksasi nafas dalam
3. Persiapan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
4. Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam
III. Metode
Ceramah dan tanya jawab
IV. Media
Leafleat
V. Penatalaksanaan kegiatan
Tahap Kegiatan Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
1. Mengucapkan 1. Menjawab salam 2 menit
Pembukaan
salam 2. Mendengarkan
2. Menyampaikan 3. Mendengarkan
tujuan umum,
tujuan khusus
dan kontrak
waktu
3. Memberikan
gambaran tentang
materi yang
disampaikan

Pelaksanaan/Penyajian 1. Menjelaskan Mendengarkan dan 10 menit


pengertian memperhatikan
relaksasi nafas
dalam
2. Menjelaskan
tujuan dan
manfaat relaksasi
nafas dalam
3. Menjelaskan
Persiapan untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas
dalam
4. Menjelaskan
langkah-langkah
teknik relaksasi
nafas dalam

Evaluasai 1. Memberikan 1. Ibu mulai aktif 7 menit


kesempatan bertanya
kepada ibu untuk 2. Mampu
bertanya menjawab
2. Menggali ingatan pertanyaan
ibu untuk
menjelaskan
kembali tentang
teknik relaksasi
nafas dalam
3. Melaksanakan
evaluasi dengan
memberikan
pertanyaan

Penutup 1. Menyimpulkan 1. Menyimpulkan 5 menit


materi materi
2. Mengucapkan 2. Menjawab salam
salam

VI. Evaluasi
1. Ibu mampu menjelaskan kembali pengertian relaksasi nafas dalam
2. Ibu mampu menjelaskan kembali tujuan dan manfaat relaksasi nafas dalam
3. Ibu mampu Menjelaskan persiapan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
4. Ibu mampu menjelaskan kembali langkah-langkah teknik relaksasi

MARETI PENYULUHAN
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

1. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang digunakan untuk menghilangkan
nyeri dengan cara menarik nafas melalui hidung, dan menghembuskan nafas secara
berlahan melalui mulut.
2. Tujuan dan manfaat
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
c. Tidur terlelap dan berkurangnya stres
3. Persiapan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
a. Pasikan anda dalam keadaan tenang dan santai (rileks).
b. Pilih waktu dan tempat yang sesuai.
c. Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil mambaca Do’a, berzikir atau
sholawat.
4. Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi
paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3
c. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
d. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
e. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembus melalui mulut secara
berlahan-lahan
f. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
g. Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil terpejam
h. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
j. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap lima kali
k. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dengan cepat
APA ITU TEKNIK
Persiapan NAFAS
untuk melakukan
LATIHAN TEKNIK DALAM ???
teknik relaksasi nafas
NAFAS DALAM  Pasikan anda dalam keadaan
Teknik
tenang
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA dan dalam
relaksasi
RAYA
nafas dalam
santai (rileks).
SEKOLAH TINGGI ILMUadalah teknik yang digunakan
KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 untuk
KEPERAWATAN
menghilangkan nyeri dengan
TAHUN 2021/2022
cara menarik nafas melalui hidung,
Langkah-langkah teknik  Anjurkan bernafas dengan irama
 Pada saat konsentrasi pusatkan
relaksasi nafas dalam normal 3 kali
pada daerah yang nyeri
 Anjurkan untuk mengulangi
 Ciptakan lingkungan yang tenang
prosedur hingga nyeri terasa
berkurang
 Ulanginafas
 Menarik sampai 15 kali,hidung
lagi melalui dengan
danselingi istirahatmelalui
menghembus singkat mulut
setiap
limaberlahan-lahan
secara kali
 Bila nyeri menjadi hebat,
 Usahakan tetap rileks dan tenang
seseorang dapat bernafas secara
menarik nafas dalam dari hidung
dangkal dengan cepat
dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1, 2, 3  Membiarkan telapak tangan dan
kaki rileks

 Usahakan agar tetap


konsentrasi/mata sambil terpejam

 Perlahan-lahan udara
dihembuskan melalui
THANK YOU...
mulut
sambil merasakan ekstrimitas atas
dan bawah rileks

Anda mungkin juga menyukai