Anda di halaman 1dari 18

 

    TIPE WORKING RELATIONSHIP

Dosen Pengampu : Agustina Nugrahini, Ners., M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. Dina Febrianti 2019.C.11a.1042

2. Lara Sinta 2019.C.11a.1047

3. Mantili 2019.C.11a.1050

4. Nemi Lestari 2019.C.11a.1053

5. Vina 2019.C.11a.1067

6. Winta 2019.C.11a.1069

7. Edina 2019.C.11a.1074

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu kami panjatkan, karena hanya dengan
rahmat dan karuniaNYA makalah kami yang berjudul “Tipe Working Relationship” telah dapat
terselesaiakan. Kemudian tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada “Ibu dosen”yang
telah banyak memberikan pengetahuan kepada kami demi terciptanya tugas ini.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan dan
kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan makalah
kami dimasa yang akan datang..

.
Palangka Raya, 19 September 2022

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

  Tipe Working Relationship


1.      Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang
dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali
yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.

Kekuatan utama birokrasi ada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang


terstandar secara sangat efisien, sedangkan kelemahannya adalah dengan spesialisasi yang
diciptakan bisa menimbulkan konflik-konflik subunit, karena tujuan-tujuan unit fungsional dapat
mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi. Kelemahan besar lainnnya adalah ketika ada kasus
yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi karena birokrasi
hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalah yang sebelumnya telah mereka hadapi
dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang mapan.

2.  Matriks
Matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan
menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di
agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan,
perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan
konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.

Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi:


fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada
penyatuan para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan
pengumpulan dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan produk. Kelemahan
terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar
kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain
pihak, memiliki keuntungan dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan
koordinasi di antara para spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target
anggaran. Lebih jauh, departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua
kegiatan yang terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks
berupaya menarik kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.

Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep
kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer
departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando
ganda.

3.  Organil Network


Organisasi nirbatas adalah sebuah organisasi yang berusaha menghapuskan rantai
komando, memiliki rentang kendali tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang
diberdayakan.

C. Fungsi-fungsi dalam organisasi


1. Formal dan informal
a. Formal
Sistem kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dikoordinir
untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan secara rasional. Organisasi formal
memiliki struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-
hubungan otoriternya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya. Struktur
yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa
komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi
masing-masing anggotanya.
Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise,
imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainnya terurutkan dengan baik dan
terkenadali. Selain itu, organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan
mengingat bahwa ditekankan mareka beraturan, maka mereka relative bersifat tidak
fleksibel. Contoh organisasi formal adalah perusahaan besar, badan-badan
pemerintah, dan universitas-universitas.
b. Informal
Kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang tidak dikoordinir
untuk mencapai tujuan yang disadari tapi akhirnya mempunyai tujuan bersama,
dimana kedudukan dan fungsi-fungsi yang dilakukan tampak kabur. Keanggotaan
pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak
sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi
anggota organisasi tersebut.
Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang
bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisai informal adalah pertemuan
tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan
menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang
dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi
organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks

2. Finansial gian
Menejemen merupakan suatu poses yang melibatkan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai
sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
(M. Fuad 2002).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Manajemen finansial adalah suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan
keuangan dalam suatu organisasi, dimana di dalamnya termasuk kegiatan planning,
analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh
menejer keuangan.
Menejemen keuangan dapat diartikan sebagai menejemen dana baik yang berkaitan
dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun
usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien
(Agus Sartono 2001).
Tujuan manajemen financial
1. Memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau memaksimalkan nilai
perusahaan.
2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
4. Fungsi keperawatan, mewakili sebagian besar pengeluaran total yaitu sepertiga dari
keseluruhan anggaran dasar rumah sakit.

Peran dan arti penting menejemen financial


1. Fungsional perusahaan
2. Posisi menejer keuangan dalam struktur organisasi
3. Pengembangan karir menejer keuangan
4. Kesempatan berkarir.

3. Efisiensi
Sama halnya dengan penilaian tentang efektifitas, maka penilaian tentang efisiensi
program juga melihat keberhasilan program dalam mencapai tujuan ataupun mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi, tetapi dikaitkan dengan penggunaan dana. 
Di dalam organisasi, efektivitas merupakan bahasan yang diangkat berdasarkan
issue seperti restrukturisasi sumberdaya yang tersedia, perubahan teknologi,
pemodifikasian iklim dan budaya organisasi dan pengembangan strategi performa
anggota organisasi berbasis target. Sementara itu, bahasan efisiensinya meliputi evaluasi
atas segala sumberdaya yang dioperasikan; apa-apa yang jadi ‘bahan bakar’ efektivitas.
Ini pada gilirannya akan meliputi pengorganisiran yang lebih baik atas aspek man,
material, machine, methods dan money. Seluruh sumberdaya tersebut hanya tersedia
dalam jumlah terbatas, sehingga adalah tugas para manajer untuk bisa mendayagunakan
semua itu secara optimal dalam waktu yang sependek mungkin.
Baik efektivitas maupun efisiensi mengharuskan organisasi –maupun pribadi-
untuk terus menetapkan target, menganalisa kerja dengan seksama, mengatur prioritas,
dan senantiasa berfokus pada apa-apa yang paling bisa berikan dampak atau nilai
terbesar untuk setiap waktu yang dihabiskan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas keefektifan dan efisiensi suatu
organisasi dilihat dari segi visi misi, struktur organisasi, strategi organisasi dan juga
kebudayaan organisasi.
Efisiensi menceritakan bagaimana suatu usaha dilakukan untuk menekan laju
pertumbuhan eksploitasi yang semakin meningkat karena penggunaan biaya/dana yang
sudah melebihi target yang direncanakan. Di satu sisi, maksud dari efektivitas adalah
meminta dan berusaha agar segala usaha atau aktivitas organisasi dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dengan tetap melakukan efesiensi secara benar sesuai porsinya.
Pernyataan H. Emerson adalah:“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara input (masukan) dan outputefisiensi adalah sesuatu yang kita kerjakan berkaitan
dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak waktu dalam
proses pengerjaannya.efektif belum tentu efisien dan begitu sebaliknya.

4. Avoiding critism
Avoiding gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari
terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat
mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka. Setiap kelompok dalam
satu organisasi, dimana  didalamnya  terjadi interaksi antara  satu dengan  lainnya,
memiliki kecenderungan  timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi
kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf
dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana
situasi tersebut seringkali  dapat  memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat
kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan,  tidak
dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. 
Konflik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Sikap saling
mempertahankan diri  sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan
dan pandangan  berbeda, dalam upaya mencapai satu  tujuan sehingga mereka  berada 
dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.
Suatu organisasi dapat mencapai tujuannya dengan cara semua pihak dalam
organisasi tersebut bekerja dengan efektif dan efisien. Penilaian tentang efektifitas
program menunjuk pada keberhasilan program dalam mencapai tujuan ataupun
mengatasi masalah yang dihadapi.
Dalam pengetahuan administrasi suatu organisasi masalah yang menjadi intinya
adalah efisien tujuan pokok dari ilmu administrasi didalam pelaksanaan pekerjaan yang
ada dengan pembiayaan minimal untuk tenaga kerja dan barang-barang. Efisiensi
sebagai perbandingan terbaik antara sesuatu usaha dengan hasilnya perbandingan ini
dapat dilihat dari 2 segi yaitu segi hasil dan segi usaha
a. Dilihat dari segi hasil suatu usaha dapat dikatakan efisien kalau usaha itu
memberikan hasil yang terbaik
b. Dilihat dari segi usaha suatu usaha dapat dikatakan efesien kalau sesuatu hasil yang
dikehendaki dapat tercapai dengan usaha yang teringan. teringan dalam hubungannya
dengan pemakaian waktu benda atau ruang yang digunakan untuk melakukan usaha.

5. Public image
Public image adalah suatu gambaran umum tentang suatu organisasi. Public telah
memiliki ruang yang lebih luas untuk memantau sepak terjang organisasi/perusahaan
baik yang berkaitan dengan produk/jasa, pengelolaan organisasi sampai kinerja suatu
organisasi. Sehingga tuntutan untuk menjaga terus citra atau image baik menjadi sesuatu
yang mendesak. Citra yang baik dadi suatu organisasi akan mempunyai dampak yang
menguntungkan, merupakan asset karena image mempunyai suatu dampak pada
persepsi public dari komuniksi dan operasi organisasi dalam berbagai hal.
Membangun suatu imageyang baik tidak sama dengan memperbaiki kembali
bangunan yang telah hancur. Ada factor kepercayaan public yang sangat kental melekat
di dalamnya sehingga bila reputasi jelek maka kepercayaan pubilk yang melekat itu
lepas dengan cepat dan untuk menempelkannya kembali butuh waktu yang lama. Dalam
kaitan ini, para praktisi public Relations memiliki peran kunci dalam memelihara image.
Public relation adalah bidang aktivitas yang bertujuan menciptakan saling pengertian
yang baik antara suatu organisasi dengan publiknya. Dalam system semacam ini,
organisasi menyadari bahwa tanpa dukungan publiknya, ia tak dapat tumbuh optimal.
Sejauhmana suatu organisasi/perusahaan memandang perlunya manajemen
reputasi/citra? Pertanyaan ini sangat signifikan untuk diajukan. Mengapa demikian?
Karena kini, publik telah mengalami perubahan begitu cepat dalam mencermati
lingkungan yang ada di sekitarnya. Publik telah memiliki ruang yang lebih luas untuk
memantau sepak terjang organisasi/perusahaan baik yang berkaitan dengan produk/jasa,
pengelolaan organisasi/perusahaan sampai kinerja suatu perusahaan. Sehingga, tuntutan
untuk terus menjaga citra (image) baik menjadi sesuatu yang mendesak.
Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang
menguntungkan, merupakan aset, karena citra mempunyai suatu dampak pada persepsi
publik dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal, sedangkan citra yang
jelek akan merugikan organisasi. Dalam jangka panjang citra baik membawa banyak
manfaat, baik pada saat organisasi sedang jaya maupun pada saat-saat organisasi
menghadapi berbagai macam krisis.
Webster (1993) mendefinisikan citra sebagai gambaran mental atau konsep tentang
sesuatu. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible), tidak nyata , tidak bisa
digambarkan secara fisik dan tidak dapat diukur secara matematis, karena citra hanya
ada dalam pikiran. Walaupun demikian, wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian
baik atau buruk , seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang
datang dari publik (khalayak sasaran ) dan masyarakat luas pada umumnya. Citra bisa
diketahui, diukur dan diubah. Penelitian mengenai citra organisasi (corporate image)
telah membuktikan bahwa citra bisa diukur dan diubah, walaupun perubahan citra relatif
lambat. Dengan kata lain suatu citra akan bertahan cukup permanen pada kurun waktu
tertentu.
Setiap organisasi mau tidak mau memiliki citra di masyarakat. Karena citra ada di
benak masyarakat, maka salah satu hal yang harus dilakukan pimpinan organisasi
adalah menjaga jangan sampai karena berbagai macam sebab, mayoritas anggota
masyarakat mempunyai persepsi yang salah tentang organisasinya sehingga
menimbulkan citra negatif. Citra negatif akan merugikan organisasi karena citra
menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil berbagai keputusan
penting seperti antara lain: membeli barang atau menggunakan jasa yang dihasilkan.
Dengan demikian citra organisasi harus menjadi perhatian pimpinan organisasi.
Pimpinan organisasi perlu mengupayakan agar persepsi masyarakat tidak jauh
menyimpang dari apa yang diharapkan.
Walaupun citra adalah dunia menurut persepsi, tetapi citra perlu dibangun secara
jujur agar citra yang dipersepsikan oleh publik adalah baik dan benar, dalam arti ada
konsistensi antara citra dengan realitas. Citra tidak bisa dibangun dengan kebohongan
informasi. Ketika tidak ada konsistensi antara kinerja nyata dan citra yang
dikomunikasikan, realitas akan menang. Komunikasi organisasi yang dirasakan tidak
dipercaya, akan merusak citra bahkan mungkin lebih parah lagi. Jadi, membangun citra
di atas informasi yang tidak benar, tidak akan mampu menaikkan citra, malah
sebaliknya citra akan menjadi rusak. Dengan demikian, sebenarnya image adalah
realitas, oleh karena itu pengembangan dan perbaikan citra harus didasarkan pada
realita. Dalam mengkomunikasikan produk atau programnya suatu organisasi harus
menggambarkan realitas yang sebenarnya.
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat,
tanggapan, atau perilaku tertentu. Pendapat dan keinginan, apabila tertuju pada suatu
isue tertentu akan menimbulkan sikap (attitude) tertentu yang dapat timbul sebagai
public opini. Publik opini harus dibentuk melalui komunikasi yang efektif dan persuasif
sehingga menjadi favourable public opinion. Kenyatan menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan yang memiliki citra dan reputasi yang bagus, umumnya
menikmati enam hal yaitu:
a) Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat,
b) Hubungan positif dengan pemerintah setempat,
c) Rasa kebanggaan dalam organisasi dan diantara khlalayaj sasaran,
d) Saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal dan
meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan

Adapun fungsi Public Relations, yaitu :


A. Programming
Fungsi ini antara lain mencakup analisis masalah dan peluang menentukan goals dan
publik ( kelompok orang yang dukungan dan pemahamannya diperlukan organisasi)
serta merekomendasi dan merencanakan kegiatan, termasuk di dalamnya pembuatan
anggaran, penjadwalan, pembagian dan pendelegasian tugas.
a) Relationship
Seorang praktisi PR yang berhasil harus mengembangkan ketrampilan dalam
mengumpulkan informasi dari manajemen, sejawat dalam organisasi dan dari sumber-
sumber di luar organisasi. Untuk itulah banyak kegiatan PR mensyaratkan para
praktisinya untuk memiliki kemampuan menjalin hubungan baik dengan publik
internal maupun eksternal.
b) Writing dan Editing
Sejalan dengan sasaran kegiatan PR, yakni mencapai publik yang amat besar, alat
penting yang digunakannya adalah melalui barang-barang cetakan. Banyak ragam
barang cetakan yang digunakan dalam kegiatan PR seperti laporan tahunan, booklets,
media releases, newsletter,buletin, dll. Tulisan yang jelas dan masuk akal sangat
penting artinya bagi keefektifan kerja praktisi PR. Sebagian besar pekerjaan PR
berkaitan dengan penulisan dan penyuntingan
c) Information.
Membangun sistem informasi yang baik merupakan salah satu cara menyebarkan
informasi secara efektif kepada publik. Ini biasanya berkaitan dengan usaha
pengenalan cara kerja berbagai media atau saluran komunikasi yang ada termasuk di
dalammnya surat kabar, media elektronik, radio dan televisi serta multimedia.
d) Production
Fungsi ini berkaitan dengan kegiatan produksi media komunikasi yang digunakan
dalam penyebaran pesan-pesan yang dirancang praktisi PR. Untuk itu praktisi PR
harus memiliki pengetahuan tentang tata letak, tipografi, fotografi dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan produksi media komunikasi yang digunakan dalam kegiatan
PR.
e) Special Event
Konferensi pers, pameran, ulangtahun perusahaan , pemberian penghargaan, kinjungan
perusahaan, pameran, seminar dan sebagainya merupakan kegiatan yang harus
ditangani PR. Kegiatan seperti ini biasanya diarahkan untuk dapat menarik perhatian
dan memperoleh pengakuan dari publik terhadap keberadaan perusahaan. Aspek-aspek
yang perlu mendapat perhatian biasanya berkaitan dengan protokoler, perencanaan ,
koordinasi, detail-detail jadwal dengan kegiatannya, serta persiapan publikasi
penunjangnya seperti booklets, publisitas dan juga laporannya.
f) Speaking
Keterampilan penting yang juga harus dimiliki seorang praktisi PR adalah ketrampilan
berbicara baik untuk tatap muka individual maupun untuk tatap muka kelompok
(public speaking) termasuk menulis naskahnya.
g) Research dan Evaluation
Aktivitas penting yang dilakukan seorang praktisi PR adalah pengumpulan fakta.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, baik yang dilakukan secara formal maupun
informal.

6. Avoiding critism
Satu pihak menolak bahwa konflik itu ada, mengubah topik, dan menghindari
diskusi-diskusi, seraya tidak memperlihatkan komitmen penyelesaian. Gaya ini efektif
dalam situasi dimana terdapat bahaya penyerangan fisik, tanggapan atas isu remeh,
tidak berpengaruh terhadap kesempatan untuk mencapai tujuan, atau rumitnya situasi
yang membutuhkan solusi.
Avoiding (penghindaran) konflik punya keuntungan dalam hal pemeliharaan
hubungan, dalam mana hubungan diyakini akan terluka akibat proses penyelesaian
konflik. Kerugiannya gaya ini adalah konflik tidak akan selesai. Berlebihannya
penggunaan gaya ini justru mendorong munculnya konflik internal dalam diri individu
yang melakukannya. Orang lainpun cenderung meremehkan si penghindar.
Penghindaran masalah biasanya bukan malah menyelesaikan masalah melainkan
justru menambahnya. Semakin lama kita menunggu konfrontasi dengan orang lain,
semakin sulit konfrontasi yang terjadi nantinya. Manajemen krisis adalah fungsi
organisasi kritis. Kegagalan dapat mengakibatkan luka serius kepada stakeholder,
kerugian bagi suatu organisasi, atau akhir keberadaannya.

7. Avoiding lawsuits
Dalam suatu organisasi pasti akan menghadapi konflik atau tantangan, oleh karena
itu suatu organisasi mampu menghadapi setiap masalah atau konflik untuk mencapai
tujuannya. Avoiding adalah taktik untuk menghindari konflik atau kritik yang cocok
digunakan untuk masalah yang sepele atau remeh, atau jika biaya yang harus
dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada keuntungan yang akan
diperoleh . gaya ini tidak cocok untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit.
Kekuatan dari strategi penghindaraan adalah situasi yang membingungkan atau mendua.
Sedangkan penyelesaian masalah hanya bersifat sementara.

8. Meeting individual needs


Adaptasi terhadap perubahan selalu menjadi kebutuhan pekerjaan untuk
keperawatan. Personel keperawatan bekerja untuk berbagai atasan, termasuk pasien
secara individual, dokter, kepala perawat, da manajer perawat klinis yang berbeda setiap
pergantian shift. Praktisi keperawatan akan mengetahui peran-peran mereka berubah
beberapa kali dalam sehari, kadang-kadang menjadi manajer, kadang perawat
klinis,kadang konsultan, dan selalu dalam peran multiple.
Menurut William, ada empat alasan umum untuk melakukan perubahan, yaitu:
1. Untuk meningkatkan arti kepuasan ekonomi yang diinginkan seseorang
2. Untuk meningkatkan profitabiltas
3. Untuk mendorong kerja manusia dan kesejahteraan manusia
4. Untuk memberikan kepuasan individu dan kesejahteraan sosial.
SOAL

1. Didalam Meeting individual needs William berpendapat bahwa ada empat alasan
umum untuk melakukan perubahan yaitu……….
Jawabannya:
1.Untuk meningkatkan arti kepuasan ekonomi yang diinginkan
seseorang
2.Untuk meningkatkan profitabiltas
3.Untuk mendorong kerja manusia dan kesejahteraan manusia
4.Untuk memberikan kepuasan individu dan kesejahteraan sosial.

2. Sebutkan dan jelaskan tipe working relationship?

Jawabannya:

1.      Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang
sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan
yang sangat formal.

2.  Matriks
Matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang
ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan
produk.

3.  Organil Network


Organisasi nirbatas adalah sebuah organisasi yang berusaha
menghapuskan rantai komando, memiliki rentang kendali tak
terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.
3. Sebutkan Tujuan dari manajemen financial?
Jawabannya:
1. Memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau
memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan
4. Fungsi keperawatan, mewakili sebagian besar pengeluaran total
yaitu sepertiga dari keseluruhan anggaran dasar rumah sakit

4.Jelaskan apa yang dimaksud dengan avoiding lawsuits?

Jawabannya:

Avoiding adalah taktik untuk menghindari konflik atau kritik yang cocok
digunakan untuk masalah yang sepele atau remeh, atau jika biaya yang harus
dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada keuntungan yang
akan diperoleh

5. Menejemen keuangan dapat diartikan sebagai menejemen dana baik yang berkaitan
dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha
pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien
menurut…?
Jawabannya (Agus Sartono 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Ellen Christina. M fuad, 2002, Anggaran Perusahaan suatu Pendekatan praktis.


Cetakan ke-2, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Huber, D. (2000). Leadership and Nursing Care Management. 2nd edition.


Philadelphia: W.B. Saunders Company
Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Robbins, S dan Coulter, M. 2007. Manajemen. Edisi Kedelapan, Penerbit PT Indeks:


Jakarta

Swansburg, R. C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk


perawat klinis. Edisi terjemahan. Jakarta: Penerbit, EGC

Anda mungkin juga menyukai