Anda di halaman 1dari 49

PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN

Posted in
Rabu, 09 Desember 2009

1. Definisi
Organisasi adalah suatu system usaha bersama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
bersama.
Organisasi merupakan setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
(James D. Mooney).
Pengorganisasian (G.R. Terry) adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan perilaku
yang efektif antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien
dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi
lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan sasaran.
(Djoko Wijono, Maajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga University
Press, Hal. 62)

2. Langkah-langkah pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada saat
fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan).
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
e. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang dipandang
mampu melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang : dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti puskesmas
yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja dan kegiatannya
cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu diterapkan karena prinsip kerja
integrasi diharapkan semua kegiatan pokok puskesmas dapat diselesaikan.
(A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan Edisi 2, EGC. Hal. 75).

3. Struktur organisasi
a. Struktur Hierarkis
Umumnya disebut struktur garis merupakan bentuk yang paling sederhana yang biasanya
dihubungkan dengan prinsip kekuasaan berantai, birokrasi dan berbagai tingkatan hierarkis.
Struktur ini mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai akibat dari adanya birokrasi.
Dalam organissi keperawatan garis dan personel staf keduanya biasanya adalah perawat
professional.
b. Struktur bentuk bebas
Struktur organisasi bebas disebut organisasi matriks. Dibentuk berdasarkan respon waktu
persaingan eksternal dan efisiensi fasilitas dan efektifitas internal melalui kerjasama dan
penerapan disiplin.
(Russel C. Swanburg, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis, EGC. Hal. 211-212).

4. Rentang kendali
Hampir semua organisasi menjadi hierarki, organisasi berbeda satu dengan yang lainnya,
dalam jumlah tingkatannya yang memisahkan kerja operasi dari menejemen puncak. Seorang
manajer puncak tidak dapat menyelia lebih dari beberapa bawahan saja, sedangka seorang
penyelia tingkat satu mungkin dapat menangani 3 atau 4 kali lebih banyak. Dapat dianalisis
bahwa jumlah yang diawasi yang dinamakan rentang kendali tergantung pada kemampuan
untuk mendelegasikan. Semakin banyak pendelegasian, semakin luas rentang kendali.
(George Straus dan Leonard Sayles, Manajemen Personalia, Hal. 368).
Dalam merancang table organisasi bagi suatu departemen, gagasan harus diberikan kepada
rentang pengawasan yang diharapkan dari direktur, masing-masing manajer keperawatan,
masing-masing supervisor dan masing-masing kepala juru rawat.
Rentang pengawasan yang secara efektif dapat ditangani oleh masing-masing manajer
bergantung pada langkah dan pola kerja serta keahlian dan pengetahuan pekerja. Tugas
supervisor untuk memimpin, memotivasi, menilai dan memperbaiki bawahannya. Beberapa
perawat sadar bahwa rentang respon yang terlalu sempit dapat menciptakan masalah yang
berbeda namun sama-sama serius. Produktifitas pekerja lebih tinggi ketika supervise yang
dekat dirasa tidak mungkin dilakukan.(Drucker, 1967)
(Gillies, Manajemen Keperawatan, Hal. 169).

5. Authority (tanggung jawab)


Prinsip tanggung jawab yang berkelanjutan mengacu pada kenyataan bahwa saat seorang
atasan menyerahkan tanggung jawab suatu fungsi tertentu kepada seseorang bawahan, dia
boleh meninggalkan tanggung jawabnya sendiri untuk fungsi baru tersebut.
(Gillies, Manajemen Keperawatan, Hal. 170).

6. Macam-macam organisasi
a. Organisasi Lini (Line Authority)
Wewenang yang mengalir secara vertical. Pelimpahan wewenang dari atas ke bawah dan
pengawasan langsung oleh pimpinan kepada staf yang menerimanya.
b. Organisasi staf (staff Authority)
Wewenang yang mengalir ke samping yaitu wewenang yang diberikan kepada staf khusus
untuk membantu melancarkan tugas-tugas staf yang diberikan wewenang lini. Wewenang
staf diberikan karena ada spesialisasi tuga-tugas menejerial yang terkait dengan fungsi staf
seperti pengawasan, pelayanan kepada staf atau penasihat.
c. Organisasi Staf dan Lini
Perpaduan antara wewenang lini dan staf merupakan bentuk struktur organisasi yang paling
umum dianut saat ini. Bentuk organisasi kelihatan komplek tetapi sesungguhanya adalah
pengembangan dari bentuk lini dan staf.
(A.A. Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Hal. 76-77).

13. PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN


Pengertian Pengorgan

KONSEP ORGANISASI DAN PERUBAHAN ORGANISASI


Posted by aliwear ⋅ 16 Mei 2012 ⋅ Tinggalkan komentar

A. Konsep dan Prinsip Organisasi

1. Pengertian
Untuk mengingatkan kembali tentang organisasi yang telah dipelajari yang telah diikuti
dalam berbagai diklat atau bahan bacaan lainnya, maka terlebih dahulu akan diuraikan secara
singkat beberapa prinsip organisasi dan pengorganisasian.

Organisasi adalah alat yang digunakan orang-orang secara individu maupun kelompok untuk
mencapai beberapa tujuan. Organisasi merupakan respons dan sekaligus sarana untuk
menciptakan manfaat yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Organisasi merupakan
pengaturan yang disengaja terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi sebagai sistem terbuka yang terdiri dari sub sistem dan dipengaruhi oleh
lingkungan dimana organisasi berada. Sistem adalah perangkat komponen yang saling
berkaitan yang secara bersama sama mengarah pada pencapaian tujuan; masing-masing
komponen merupakan suatu sistem tersendiri dan disebut subsistem1. Organisasi sebagai
kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola
tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing,
yang sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang
jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya2.

Max Weber yang telah mengembangkan teori tipe ideal organisasi yang disebutnya
Birokrasi, yang menggambarkan kegiatan organisasi yang didasarkan pada sejumlah
hubungan wewenang. Jadi birokrasi adalah bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian
kerja, hiearki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci dan
sejumlah hubungan impersonal. Dalam praktek disain organisasi ideal mengalami adaptasi,
tetapi jiwanya masih tetap melekat pada pembentukan organisasi pemerintahan. Organisasi
ideal menurut Max Weber dapat dilukiskan dalam  gambar di bawah ini

Gambar 1.  Organisasi ideal menurut Max Weber


Ciri-ciri organisasi tersebut adalah:

Pertama tiap organisasi mempunyai tujuan. Tujuan biasanya ditunjukkan dalam sasaran
atau sekelompok sasaran yang diharapkan dapat dicapai oleh organisasi.

Kedua, tiap organisasi terdiri dari orang orang. Setiap organisasi memerlukan orangorang
supaya dapat melakukan pekerjaan yang diperlukan oleh organisasi untuk mencapai sasaran.

Ketiga, semua menyusun struktur organisasi,

sehingga semua anggota organisasi dapat melakukan pekerjaan mereka. Struktur itu mungkin
terbuka dan fleksibel dengan tidak ada garis pembatas yang jelas dan pasti terhadap tugas-
tugas atau aturan ketat terhadap pengaturan pekerjaan manapun – atau yang merupakan
jaringan yang sederhana dengan hubungan yang longgar. Atau suatu jaringan yang ketat
dengan pengaturan dengan deskripsi pekerjaan yang memiliki batasan yang jelas dan
seksama dan sejumlah anggota yang memiliki kewenangan atas para anggota organisasi
lainnya.

Mengapa organisasi didirikan dan apa manfaatnya apa yang diperoleh?,


Beberapa manfaat membentuk organisasi antara lain :

1. Orang yang bergabung dalam organisasi akan lebih efektif dibanding bekerja sendirian.
Hakekat kolektif organisasi memungkinkan individu untuk berfokus pada keahliannya dan
sehingga dapat meningkatkan spesialisasi keahliannya,
2. Bagi individu yang bergabung dalam organisasi akan dapat ketrampilan baru dibanding
bekerja sendirian. Bagi organisasi penggunaan teknologi akan lebih efisien dalam
menghasilkan jasa atau barang,
3. Bekerja secara individual akan mendapat kendala dalam mengelola pengaruh lingkungan
eksternal. Organisasi jauh lebih mampu mengelola lingkungan eksternal karena memiliki
sumberdaya untuk mengembangkan tenaga ahli untuk mengantisipasi atau berusaha
mempengaruhi tuntutan pelayanan dari lingkungan. Oleh karena itu mengapa organisasi
perlu dibentuk,
4. Untuk menghasilkan barang atau jasa dapat lebih hemat atau efisien jika bekerjasama. Pada
saat orang harus bekerjasama untuk menghasilkan barang atau jasa akan timbul kendala
bagaimana melakukan tugas tugas dan bagaimana melakukan kerjasama untuk
menyelesaikan tugas secara efektif. Jika mereka bekerja sama untuk menghasilkan barang
atau jasa dibanding dengan bekerja secara indivdual, misalnya biaya negosiasi, pengaturan
orang atau pengawasan akan memerlukan biaya yang lebih besar sebagai biaya biaya
transaksi, dibanding dalam bentuk organisasi sehingga terjadi efisiensi, jika dilakukan secara
perorangan, oleh karena alasan organisasi perlu dibentuk.

Secara ringkas organisasi akan memberikan manfaat dalam peningkatan keahlian individu,
perolehan ketrampilan baru dalam pemanfaatan teknologi dan mengantisipasi tuntutan faktor
eksternal dan efisiensi biaya.

2. Perubahan Organisasi

Perubahan organisasi dalam makna pengembangan organisasi adalah suatu persepektif


tentang perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina. Hal ini menyangkut inovasi
yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam norma, pola perilaku dalam hubungan
perorangan dan hubungan kelompok dalam persepsi tujuan maupun metode. Pengembangan
organisasi dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dan bimbingan dari organisasi
baru atau yang disusun kembali; (a) yang mewujudkan perubahan dalam nilai nilai, teknologi
fisik dan atau sosial, (b) menetapkan, mengembangkan dan melindungi hubungan hubungan
normatif dan pola pola tindakan yang baru, dan (c). memperoleh dukungan dan kelengkapan
dalam lingkungan tersebut3.

Secara ringkas pengembangan organisasi mencakup juga penyusunan kembali struktur


organisasi, dan berkaitan dengan keseluruhan faktor yang mempengaruhi tugas dan fungsi
seluruh organisasi. Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi atau
mempengaruhi desain organisasi adalah faktor lingkungan eskternal dan internal organisasi.

Dengan demikian struktur organisasi baru dibentuk karena dipengaruhi oleh faktor internal
dan external dimana organisasi eksis. Organisasi tidak berada dalam ruang isolasi. Organisasi
harus menetapkan dan memelihara suatu jaringan untuk tetap hidup dan berfungsi. Organisasi
harus memelihara suatu jaringan hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi lain
dimana organisai itu eksis dan melibatkan diri dalam transaksi transaksi dengan maksud
memperoleh dukungan, mengatasi perlawanan, pertukaran sumber daya, penataan lingkungan
dan memindahkan sistem norma dan nilai. Yang sangat penting adalah strategi dan
taktik/kiat, dimana kepemimpinan menyesuaikan diri atau melakukan adaptasi dalam
lingkungan tersebut.

Pengembangan organisasi merupakan perubahan sosial dimana dapat diidentifikasi fase-fase


perubahan yang dimulai dengan:

 Menumbuhkan kebutuhan untuk perubahan pada kelompok sasaran,


 Melahirkan hubungan perubahan antara kelompok sasaran dan pelaku perubahan,
 Menganalisis persoalan pada kelompok sasaran yang dilakukan bersama antara pelaku
perubahan dan kelompok sasaran,
 Menetapkan tujuan perubahan pada kelompok sasaran,
 Melaksanakan rencana tindakan pada kelompok sasaran,
 Menstabilkan perubahan dan mencegah ketidakberlanjutan,
 Mengakhiri hubungan antara pelaku perubahan dengan harapan kelompok sasaran dapat
mengembangkan diri.

Berdasarkan fase perubahan tersebut Kurt Lewin mengemukakan “Model Perubahan Tiga
Langkah Lewin” yang intinya menjelaskan bahwa perubahan yang berhasil dalam organisasi
mengikuti tiga langkah: (1) Pelelehan status quo adalah upaya perubahan untuk mengatasi
tekanan, baik dari keengganan individu atau kelompok sasaran, (2) gerakan untuk bertindak
untuk pindah atau transformasi pada keadaan baru, (3) pembekuan ulang yaitu pemantapan
intervensi perubahan dengan menyeimbangkan kekuatan pendorong dan kekuatan
penghambat/penahan Tingkat dan perubahan organisasi dimasa depan tidak akan menurun.
Oleh karena itu ancaman dan peluang yang luar biasa akan dihadapi oleh organisasi akibat
perubahan yang sangat cepat dan kompleks dari globalisasi teknologi, sistem ekonomi,
politik dan sosial. Dengan demikian struktur, sistem, strategi, dan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap, gaya manajemen dan budaya organisasi akan menjadi faktor penghambat jika tidak
merubah pola pikir semua pihak dalam menghadapi tantangan masa depan yang penuh
gejolak

Konsep organisasi selalu berubah, karena terjadi perubahan disekeliling organisasi.


Perubahan itu antara lain; perubahan masyarakat, ekonomi, globalisasi, teknologi informasi,
politik, kependudukan.

3. Unsur unsur Organisasi

Unsur unsur internal organisasi, yaitu : (a) Visi dan Misi organisasi, (b) Tujuan organisasi, (c)
Struktur organisasi, (d) Anggota/individu organisasi, (e) Kepemimpinan organisasi. Dari 5
unsur tersebut akan diuraikan yang relevan dengan sub pokok bahasan konsep dan prinsip
organisasi adalah (a), (b) dan (c), sedangkan dua yang terakhir akan diuraikan pada seksi lain
yang lebih relevan.

Visi dan Misi Organisasi.

Visi merupakan sikap mental tentang kondisi gambaran masa depan yang diinginkan atau
dicita-citakan pada kurun waktu tertentu berdasarkan kemampuan analisis yang rasional. Visi
biasanya dirumuskan dalam jangka waktu yang panjang. Visi merupakan motivator utama
dalam organisasi yang merefleksikan keinginan bersama.
Misi. Misi merupakan jabaran kualitatif operasioanal yang berupa perwujudan rumusan
komitmen langkah-langkah untuk mewujudkan visi. Jika visi berupa kondisi yang dinginkan
maka misi lebih bersifat apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya. Jika visi tidak
berubah dalam jangka waktu yang panjang maka misi harus disusun dalam jangka menengah
sesuai dengan kondisi yang telah berjalan. Misi dirumuskan dengan mengingat potensi dan
hambatan sebagaimana visi. Namun penyusunannya lebih spesifik dan jelas untuk
membangkitkan inisiatif dan inovasi dalam pelaksanaan. Oleh karena itu perlu disusun paket-
paket program yang pelaksanaannya menjamin tercapainya misi berdasarkan prioritas.
Rencana kegiatan disusun berdasarkan urgensi masalah yang diharapkan dapat diselesaikan
segera. Tingkat urgensi tersebut diukur melalui sifatnya yang menentukan, dampaknya yang
luas, dan merupakan prioritas kelompok. Saat ini setiap unit organisasi perangkat daerah
harus memiliki visi dan misi. Untuk mewujudkan visi harus ditetapkan pula misi, atau secara
sederhana tugas tugas yang harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi organisasi.
Tugas tugas harus disusun dalam program program berdasarkan prioritas yang bersifat
strategis yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dengan menganalisis
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT).

Tujuan Organisasi. Setiap organisasi harus memiliki tujuan sebagai ciri umum suatu
organisasi. Tujuan dapat diukur dengan tujuh indikator, yaitu: (a) Konsistensi tujuan, (b)
formalitas tujuan, (c) Sifat tujuan, (e) Kongkrit, (f) Polarisasi tujuan, (g) Jumlah tujuan, (h)
Keterkaitan tujuan dengan organisasi lain.

Konsistensi tujuan mencerminkan ada kemiripan atau kesamaan antara tujuan organisasi
dan tujuan anggota organisasi. Adanya kesamaan tujuan dapat meningkatkaninteraksi dan
partisipasi anggota dalam melaksanakan tugas tugas untuk mencapai tujuan organisasi.

Formalitas tujuan mencerminkan keformalan dari tujuan, dimana organisasi yang dibentuk
berdasarkan legalitas peraturan perundang-undangan sehingga tujuan juga menjadi formal.

Kekongkritan tujuan yang menggambarkan bahwa tujuan tersebut dapat dibayangkan atau
sulit dibayangkan. Tujuan organisasi suatu instansi sering kurang jelas, sehingga anggota
organisasi kurang menghayati apa tujuan organisasi suatu instansi, apalagi bagi mereka yang
tidak berada di internal organisasi. Kekongkritan pencapaian tujuan ini juga kurang jelas jika
dilihat dari aspek waktu pencapaian hasil atau besaran hasilnya.

Polarisasi tujuan yang menggambarkan apakah tujuan tujuan organisasi tersebut saling
bertentangan atau searah dengan tujuan anggota organisasi. Jika tujuan bertentangan satu
sama lain maka tujuan tidak terpolarisasi, apabila searah maka tujuan terpolarisasi. Keadaan
ini akan berdampak apakah anggota organisasi merasa senang dan termotivasi untuk
melaksanaan tugas tugasnya.

Jumlah tujuan yang menunjukkan bahwa organisasi memilik banyak tidak terpokus dan
apakah tujuan ini berupa tujuan jangka panjang atau dipecah pecah menjadi sasaran sasaran
kongkrit dan terbatas dalam jangka pendek.  Dalam menetapkan tujuan/sasaran atau target
harus mempertimbangkan aspek sumberdaya organisasi. Oleh karena itu dalam mengkaji
tujuan organisasi harus menggunakan rumusan SMART (Specific, Measurable,Attainable,
Realistic and Time bond).

Keterkaitan tujuan (goals systemetic lingkage) yang memberikan gambaran keterkaitan


atau hubungan tujuan organisasi dengan organisasi lainnya. Variabel ini sama dengan apa
yang telah dikemukan di atas bahwa organisasi tidak hidup dalam ruang hampa. Oleh karena
itu diperlukan jalinan hubungan dengan organsasi lain, sebagai variabel keterkaitan antar
berbagai unit organisasi, dimana telah disebutkan ada empat sub variabel kaitan. Terciptanya
kaitan antar organisasi memungkinkan terjadinya sinergisme yang tinggi manakala antar
sistem tersebut saling membutuhkan, dimana output dari organisasi akan menjadi input bagi
organisasi lainnya, sehingga tujuan dari satu organisai dan tujuan organisasi tertentu tidak
bertentangan dengan organisasi lainnya

B. Struktur Organisasi

1. Pengertian

Ketika sekelompok orang mendirikan sebuah organisasi untuk tujuan kolektif, perlu
membentuk struktur organisasi untuk meningkatkan efektifitas pengawasan atau kendali
organisasi terhadap beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
bersama.

Struktur organisasi adalah sistem formal tentang hubungan tugas dan wewenang yang
mengendalikan bagaimana tiap individu bekerjsama dan mengelola sumberdaya yang tersedia
untuk mewujudkan tujuan. Tujuan utama dari struktur organisasi adalah sebagai alat
pengendali untuk melakukan koordinasi dan motivasi kerja tiap individu dalam usaha
mencapai tujuan/sasaran organisasi. Dapat juga didefinisikan struktur organisasi adalah
kerangka kerja formal dimana dengan kerangka kerja itu pekerjaan pekerjaan dibagi bagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan untuk mencapai sasaran organisasi. Tanpa
memerdulikan jenis pengaturan struktur organisasi yang digunakan, organisasi itu
memerlukan struktur agar hubungan kerja para anggotanya diperjelas. Jika dirangkum
organisasi itu mengacu kepada entitas yang mempunyai tujuan, mencakup orang orang atau
anggota anggota dan memiliki jenis struktur yang disusun secara khusus. Struktur organisasi
dapat dikelola dan diubah melalui proses mendisain organisasi.

Budaya dan struktur adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang
dikehendaki dengan efisien dan efektif. Struktur organisasi sebagai bentuk formalitas untuk
mencapai koordinasi di antara pola pola interaksi yang terdapat atau terjadi di antara para
warga organisasi. Struktur organisasi antara lain: (a) merumus dan menetapkan bagaimana
tugas tugas dialokasikan, (b) menetapkan siapa harus lapor dan bertanggung jawab kepada
siapa, (c) merumus mekanisme koordinasi dan pola interaksi yang harus ditaati oleh anggota
organisasi.

2. Dimensi Struktur Organisasi

Struktur organisasi terdiri dari tiga komponen atau unsur unsur: (a) kompleksitas yang
berkaitan dengan peragaman atau diferensiasi dalam organisasi, (b) Formalisasi yang
berkaitan dengan tingkat banyaknya aturan aturan regulasi, dan prosedur untuk mengatur dan
mengarahkan perilaku para pegawai, (c) Sentralisasi yang menyangkut lokasi pada satu
pengambilan keputusan.

Kompleksitas merujuk pada tingkat diferensiasi (pemisahan tugas-tugas yang ada pada suatu
organisasi). Semakin kompleks organisasi, semakin dibutuhkan koordinasi, kontrol, dan
komunikasi yang efektif.
Diferensiasi mencakup tiga aspek yaitu diferensiasi horizontal merupakan pemisahan
horizontal antar unit unit organisasi berdasarkan perbedaan orientasi unit organisasi, misalnya
bidang kehutanan dan bidang bidang energi dan pertambangan, bidang kelautan dan
perikanan yang sifat tugasnya sangat berbeda beda. Diferensiasi horizontal dipisahkan juga
berdasarkan bidang/ urusan pemerintahan, kewenangan yang dimiliki dan pengelompokan
bidang tugas organisasi.

Diferensiasi vertikal, merujuk pada kedalaman hirarki organisasi. Dalam kaitan ini makin
tinggi/dalam struktur organisasi makin kompleks dan semakin tinggi potensi distorsi
komunikasi dari top manajemen ke pegawai paling bawah. Dalam kaitan ini perlu
diperhatikan rentang kendali, yaitu jumlah pegawai yang diatur secara efektif oleh seorang
pimpinan. Semakin kompleks pekerjaan semakin memerlukan pengawasan.

Diferensiasi spasial merujuk pada sejauh mana lokasi fasilitas dan pegawai tersebar secara
geografis. Semakin jauh dan tersebar fasilitas dan pegawai akan semakin kompleks organisasi
tersebut. Dalam organisasi pemerintahan di kabupaten karena letak geografis yang luas dan
terpencar dalam pulau kecil dimana fasilitas untuk mengakses daerah juga makin kompleks
dan sulit, atau karena infrastruktur tidak memadai sehingga perlu disentralisasi.

Dalam merancang organisasi pemerintah daerah, ada dua syarat yang harus dipenuhi agar
organisasi pemerintah daerah dapat efektif dan efisien, yaitu: (1) perubahan pada internal
organisasi, dan (2) keterlibatan, baik langsung maupun tidak langsung dari lembaga
kemasyarakatan. Dalam konteks perubahan internal organisasi, maka pertama struktur
organisasi pemerintah daerah harus mengalami perubahan, ramping dan lebih sederhana,
yang bermaksud memotong jalur birokratis, mempermudah dan mempercepat keputusan, dan
mengurangi biaya operasional, terutama biaya tunjangan jabatan struktural dan mengurangi
jumlah pegawai, dan mengoptimalkan kompetensi pegawai itu sendiri. Kedua mengganti
sarana kerja yang bersifat manual dengan menggunakan teknologi informasi. Hal ini untuk
lebih mempermudah dan mempercepat pengambilan keputusan, dengan memperluas sistem
informasi.

Dibidang birokrasi pemerintahan sangat banyak sekali tingkat formalisasi, misalnya


berbentuk Perda, Keputusan Bupati, atau Kepada Instansi Eselon II, demikian juga yang
berkaitan dengan sentralisasi pengambilan keputusan.

3. Unsur Unsur Struktur Organisasi

Telah diidentifikasi bahwa setidaknya ada delapan variabel struktur organisasi, yaitu : (a)
Ukuran, (b) Rentang kendali, (d) Jenjang hierarki, (e) Struktur wewenang, (f) Struktur
komunkasi, (g) Struktur tugas, (h) Sruktur kinerja, (i) Jarak psikologis.

Ukuran (size) menggambarkan jumlah kelompok kerja dan jumlah individu yang ada di
dalam organisasi. Semakin banyak individu yang ada di dalam organisasi intensitas
komunikasi impersonalnya akan cenderung semakin rendah atau semakin sulit mengenal
individu satu per satu atau dari hati ke hati. Hal ini akan berpengaruh terhadap efisiensi,
efektivitas, dan produktifitas organisasi. Jumlah kelompok yang terlalu banyak juga akan
berpengaruh terhadap efisiensi, efektifitas dan produktifitas organisasi, karena kelompok
kerja yang terlalu hanyak membutuhkan koordinasi pekerjann yang lebih sulit dari pada
kelompok kerjanya tidak terlalu banyak.
Rentang kendali (span of control) menggambarkan banyaknya orang yang harus diawasi atau
bertanggung jawab kepada satu orang. Yang ideal adalah 6 – 10 orang. Apabila lebih dari 10
orang akan berada di luar batas kelola seseorang. Sebaliknya apabila terlalu sedikit cakupan
pengawasan akan menjadi tidak efisisen.

Jenjang hierarkhi melukiskan banyak level hierarki yang ada dalam satu organisasi. Semakin
banyak jenjang akan mengundang kemungkinan timbulnya masalah dalam koordinasi
pekerjaan. Jenjang hierarki yang sedikit akan menghindari timbulnya masalah dalam
koordinasi pekerjaan.

Struktur wewenang menggambarkan siapa yang berhak untuk mengambil keputusan atau
siapa yang berhak memegang kekuasaan. Apakah monomorphic atau polymorphic. Struktur
otoritas yang monomorphic menggambarkan bahwa bermacam-macam kekuasaan dipegang
oleh satu orang yang sama. Sedangkan struktur otoritas polymorphic menggambarkan bahwa
kekuasaan dipegang oleh orang yang berbeda-beda. Struktur otoritas yang baik adalah
polimorphic karena akan memudahkan mengendalikannya dan meminta pertanggung
jawabannya. Struktur komunikasi mencerminkan pola komunikasi yang ada di dalam suatu
organisasi, yaitu searah atau dua arah. Pola komunikasi searah hanya dari atas ke bawah.
Sedangkan pola komunikasi dua arah adalah bersifat timbal balik dari atas ke bawah dan
bawah ke atas untuk memberikan umpan balik kepada atasannya. Tentu saja yang baik adalah
yang dua arah. Ada juga organisasi yang pola komunikasinya tidak jelas artinya bawahan
tanpa melewati atasan langsungnya tetapi berkomunikasi dengan atasan yang lebih tinggi dan
sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa organisasi tidak memiliki struktur komunikasi
yang jelas. Struktur tugas melukiskan kejelasan tugas-tugas yang harus dikerjakan yang ada
di dalam suatu organisasi, yang sering disingkat dengan: S I A B I D I B A atau Siapa
mengerjakan Apa Bilamana Dimana dan Bagaimana. Struktur  tugas yang jelas akan
berpengaruh langsung terhadap meningkatnya efisiensi, efektifitas dan produktifitas
organisasi. Sebaliknya struktur tugas yang tidak jelas akan menurunkan efisiensi, efektifitas
dan produktivitas organisasi.

Status dan kinerja melukiskan apakah yang lebih diutamakan oleh organisasi adalah yaitu
status (prestige) atau kinerja. Organisasi yang lebih mengutamakan status pada umumnya
lebih rendah dibandingkan dengan organisasi yang lebih mengutamakan kinerja. Sebaliknya
organisasi yang mengutamakan kinerja akan lebih unggul dibandingkan dengan organisasi
yang lebih mengutamakan status.

Jarak psikologis mencerminkan besarnya jarak psikologis antara pemimpin tertinggi dan
bawahan terendah di dalam suatu organisasi. Meskipun jarak  fisik antara pimpinan tertinggi
dan bawahan terendah besar, sebaiknya jarak psikologisnya dibuat sekecil mungkin (peduli
terhadap bawahan). Dengan demikian tidak akan terdapat barier yang besar dalam
berkomunikasi dan akan membantu menyelesaikan masalah yang timbul di dalam organisasi
tersebut. Janganlah berasumsi bahwa dengan dekatnya jarak psikhologis pimpinan tertinggi
dan bawahan terendah akan menurunkan “kewibawaan” pimpinan. Hal ini akan menjadi
benar manakala organisasi tersebut lebih mementingkan status dari pada kinerja. Bila
organisasi lebih mementingkan kinerja dari pada status (prestige) maka “kewibawaan”
pimpinan akan tetap terjaga karena anggota organisasi lebih menghargai pimpinannya dalam
memimpin suatu organisasi.

Rangkuman
Konsep konsep organisasi perlu dikuasai sebelum melakukan perubahan organisasi dalam
aspek struktur organisasi. Walaupun diyakini peserta diklat telah mengetahui konsep konsep
organisasi dalam modul ini ditinjau ulang makna konsep organisasi dengan maksud
menyamakan persepsi tentang organisasi.

Ditinjau dari aspek budaya perubahan atau pengembangan organisasi adalah suatu persepektif
tentang perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina. Hal ini menyangkut inovasi
yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam norma, pola perilaku dalam hubungan
perorangan dan hubungan kelompok dalam persepsi mencapai tujuan maupun metode dan
prosedur kerja dalam pelaksanaan kegiatan organisasi.

Menghadapi perubahan tersebut memerlukan pola pikir untuk perubahan jika organisasi mau
terus bertahan hidup. Perubahan berarti memerlukan penataan dan bimbingan dalam
perubahan nilai, norma, teknologi fisik dan sosial dan mengembangkan hubungan hubungan
normatif dan pola tindakan yang baru untuk memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam
lingkungan tersebut.

Terdapat lima variabel dari suatu organisasi dimana aspek struktur organisasi menjadi aspek
dalam perubahan tersebut baik secara internal maupun aspek eksternal. Aspek internal
mencakup unsur organisasi yang berkaitan Visi dan Misi organisasi; tujuan organisasi;
struktur organisasi; Anggota/individu organisasi; Kepemimpinan organisasi yang harus
memiliki persepsi yang sama. Pengembangan organisasi. Unsur struktur organisasi memiliki
variabel yang dapat diukur dan ditelaah untuk dapat direkayasa agar organisasi tersebut
sebagai sistem dapat berfungsi yang mempengaruhi kinerja organisasi.

Dua aspek penting dalam unsur atau variabel organisasi adalah yang menggerakan organisasi
tersebut yaitu anggota organisasi dan kepemimpinan organisasi yang menghasilkan
produktivitas organisasi dengan efisien dan efektif.

isaHUBUNGAN PERILAKU, STRUKTUR, BUDAYA, DAN PERUBAHAN


ORGANISASI
Sabtu, 02 Juni 2012
I.                   PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk sosial senantiasa berinteraksi dengan sesamanya. Organisasi
merupakan salah satu perwujudan dari kebutuhan manusia untuk berinterksi. Manusia tetarik
dengan orang lain sehingga terjalin hubungan kerja dalam suatu kelompok yang mempunnyai dasar-
dasar tertentu. Dasar-dasar tersebut merupakan suatu daya tarik bagi pembentukan suatu
organisasi. Daya tarik tersebut adakalanya karena adanya kesempatan untuk berinteraksi, kesamaan
status yang dipunyai masing-masing orang, kesamaan latar belakang, maupun kesamaan sikap.
Beberapa kesamaan daya tarik tersebut menjadi alasan seseorang untuk berinterksi dengan orang
lain.

Perilaku manusia merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Ini berarti seorang individu dengan lingkungannya saling mempengaruhi dan dapat menentukan
perilaku dari keduanya. Sebagai gambaran, misalnya: seorang mahasiswa yang sedang belajar di
suatu perguruan tinggi, seorang karyawan sebuah bank yang melayani penabung, seorang supir taksi
yang sedang mengantarkan penumpang atau seorang pedagang yang sedang menawarkan
dagangannya. Mereka semuanya akan memiliki perilaku yang berbeda satu sama lain, dan
perilakunya ditentukan oleh masing-masing lingkungan tempat dimana mereka berada.
Organisasi merupakan kumpulan beberapa oranng yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama yang ditandai dengan variable- variable organisasi seperti; perilaku, struktur, perubahann,
dan budaya organisasi. Keempat variable organisasi tersebut merupakan faktor atau unsur- unsur
terbentuknya sebuah organisasi.

II.                PERILAKU ORGANISASI


A.    Pengertian Organisasi
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dapat dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Stephen P. Robbins). Perkataan
dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajeman. Kesatuan sosial berarti unit itu
terdiri atas orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain. Pola interksi yang diikuti
orang didalam sebuah organisasi tidak begitu saja timbul, melainkan telah dipikirkan lebih dahulu.
Oleh karena itu pola interaksi anggotanya harus diseimbangankan dan diselaraskan untuk
meminimalkan keberlebihan (redundancy) namun juga memastikan bahwa tugas-tugas yang keritis
telah di selesaikan. Orang-orang di dalam sebuh organisasi mempunyai suatu kererikatan yang tetus
menerus, artinya bahwa setiap orang atau anggota organisasi memiliki pertisipasi yang aktif dan
teratur. Organisasi juga memiliki suatu tujuan. Tujuan tersebut biasanya tidak dapat dicapai oleh
individu-individu yang bekerja sendiri, atau jika mungkin hal tersebut dicapai secara efisien melalui
usaha kelompok. Tidak perlu semua anggota mendukung tujuan organisasi secara penuh namun
definisi di atas menyatakan adanya kesepakatan umum mengenai misi organisasi.Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi mengambil pandangan mikro yaitu memfokuskan diri kepada perilaku
didalam organisasi dan kepada seperangkat prestasi dan variabel mengenai sikap yang sempit dari
para anggotanya. Perilaku manusia yang berada dalam suatu organisasi adalah awal dari perilaku
organisasi itu. Perilaku organisasi pada hakekatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-
individu dalam organisasinya. Hal ini didasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan
dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi.

B.     Pengertian Perilaku Organisasi


Perilaku organisasi (organization behavior) adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek
tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu, meliputi aspek yang
ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia serta aspek yang ditimbulkan dari pengaruh
manusia terhadap organisasi. Aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan menurut Duncan adalah:
a)        Studi perilaku organisasi termasuk di dalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu tingkah
laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia di dalam organisasi.
b)        Perilaku organisasi sebagaimana suatu disiplin mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh
bagaimana pekerjaan diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Oleh
karenanya ilmu ini memperhitungkan pula pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu.
c)        Walau dikenal adanya keunikan dalam individu, namun perilaku organisasi masih memusatkan pada
kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan bisa dijalankan. Sehigga
kesimpulannya ilmu ini mengusulkan beberapa cara agar usaha-usaha individu itu bias terkoordinir
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Studi perilaku organisasi termasuk di dalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu
tingkah laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia di dalam organisasi.
Jadi dengan kata lain, perilaku organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
C.     Perilaku Individu dalam Organisasi
Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang
dipengaruhi oleh kemampuannya, ada pula karena kebutuhannya dan ada juga yang dipengaruhi
oleh pengharapan dari lingkungannya. Organisasi sebenarnya bisa mempengaruhi perilaku sesorang
dengan cara mengubah faktor-faktor penentu (afektif, kognitif dan konatif) dari perilaku individu.

D.    Perilaku Kelompok Dalam Organisasi


Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia akan terlibat
dalam aktifitas kelompok demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi.
Pada umumnya manusia yang menjadi anggota suatu organisasi besar atau kecil memiliki
kecenderungan yang kuat untuk mencari keakraban dlam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari
adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan
adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbullah kedekatan satu sama lain sehiungga mereka
membentuk suatu kelompok.

III.             STRUKTUR ORGANISASI


A.    Pengertian Struktur Organisasi
Menurut Shubin (Torang, 2009: 100) struktur organisasi adalah out line didalam chart organisasi; dari
tugas yang paling atas sampai pada penetapan tugas yang paing bawah.
Robbins (Torang, 2009: 101) berpendapat bahwa struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas
dalam organisasi akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal
serta pola interaksi yang akan diikuti.
Agar organisasi bekeerjadan tetap menjaga keberdaannya, perlu ada struktur organisasi dan
prosedur pelaksanaan pekerjaan.Pembagian tugas dan wewenang internal, dan system koordinasi
serta komitmen inndividu pada doktrin da program organisasi yang akan mempengaruhi
kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan program- program kerja yang sudah
ditetakpan. Jadi dapat simpulkan bahwa Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.

B.     Elemen Struktur Organisasi


Ada enam element kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain
struktur, antara lain:
            Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa

pekerjaan tersendiri.

            Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.

Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.

            Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke

eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
            Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan

efektif.

            Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan

keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari
sentralisasi.

            Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.

C.     Desain Organisasi yang umum


1.      Struktur sederhana
Struktur sederhana adalah sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departementalisasi
yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit
formalisasi. Struktur sederhana paling banyak dipraktikkan dalam usaha-usaha kecil di mana manajer
dan pemilik adalah orang yang satu dan sama. Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya
yang tercerrmin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan
akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun selain
di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi
berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung
menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak.

2.      Birokrasi
Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan
menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di
agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan,
perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan
konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.
Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi:
fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan
para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan
dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan produk. Kelemahan terbesarnya adalah
sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung
tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan
dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para
spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih jauh,
departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait
dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks berupaya menarik
kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep
kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer
departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.

3.      Struktur Matriks


Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan
menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di
agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan,
perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan
konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.
Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi:
fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan
para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan
dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan produk. Kelemahan terbesarnya adalah
sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung
tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan
dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para
spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih jauh,
departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait
dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks berupaya menarik
kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep
kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer
departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.

D.    Desain Struktur Oragisas Modern

a.       Struktur Tim


Struktur tim adalah pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk mengoordinasikan kegiatan-
kegiatan kerja. Karakteristik utama struktur tim adalah bahwa struktr ini meniadakan kendala-
kendala departemental dan mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur
tim juga mendorong karyawan untuk menjadi generalis sekaligus spesialis
b.      Organisasi Virtual
Organisasi virtual adalah organisasi inti kecil yang menyubkontrakkan fungsi-fungsi utama bisnis
c.       Organisasi Nirbatas
Organisasi nirbatas adalah sebuah organisasi yang berusaha menghapuskan rantai komando,
memiliki rentang kendali tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.

IV.             PERUBAHAN ORGANISASI


A.    Pengertian Perubahan Organisasi
Menurut Etzioni (TOrang, 2009: 109) perubahan organisasi dapat diorientasikan pada
perubahan ‘tujuan (goal)’ atau pada perubahan struktur organisasi.
Menurut Gibson (Torang, 2009: 109) perubahan organisasi adalah usaha yang direncanakan
oleh manajemen untuk menghasilkan prestasi keseluruhan individu, kelompok dan organisasi,
dengan menguibah struktur, perilaku dan proses.

B.     Tujuan Perubahan Organisasi


Adapun tujuan perubahan organisasi antara lain:
a)        Meningkatkan kemampuan organisasi
b)        Meningkatkan peranan organisasi
c)        Melakukan penyesuaian secara internal dan eksternal
d)       Meningkatkan daya tahan organisasi
e)        Mengendalikan suasana kerja
(http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_organisasi)
Sementara menurut Djamiko (Torang, 2009: 110) menyebutkan ada 7 tujuan perubahan
organisasi yaitu:
-           Meningkatkan Kinerja
-           Memperbaiki motivasi
-           Meningkatkan kerja sama
-           Memoperjelas komunikasi
-           Mengurangi kemangkiran dan keluarnya pengurus organisasi
-           Meminimalkan konflik, dan
-           Mengurangi biaya
C.     Jenis perubahan
a.       Jangka pendek
-          Mikro : perubahan tingkat perorangan – sikap
-          Makro : perubahan akibat revolusi ; internet – merubah penyebaran informasi
-          Intermediate : perubahan nilai dan norma ; kelompok melakukan perubahan pola kerja.
b.      Jangka Panjang
-          Mikro : perubahan perorangan ; dari sikap menjadi kebiasaan
-          Makro : penemuan baru ; jangka panjang – perubahan sosio cultural ; meningkatkan pengetahuan,
perubahann taraf kesejahteraan
-          Intermediate : perubahan nilai/norma – menjadi menetap

V.                BUDAYA ORGANISASI

A.    Pengertian Budaya Organisasi


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan.
Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis
maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi
dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak.
Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan
manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a.       Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi
adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun
perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b.      Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi
adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam
organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c.       Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi itu.
d.      Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk
bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan
merasakan masalah yang dihadapi.
e.       Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan
akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian
mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

B.     Sumber- Sumber Budaya Organisasi


Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.       Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh
organisasi.
b.      Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan
dan kebersihan.
c.       Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal
maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil.
Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya
organisasi.
C.     Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a)      Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b)      udaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c)      Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri
individual seseorang.
d)     Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e)      Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.

VI.             HUBUNGAN PERILAKU, STRUKTUR, PERUBAHAN, DAN BUDAYA ORGANISASI

Perilaku, struktur, Perubahan, dan budaya organisasi merupakan variable- variable organisasi

yang mempunyai hubungan satu sama lain. Berbicara masalah organisasi, maka tidak lepas

membicarakan keempat variable tersebut. Keempat variable tersebut harus ada dalam organisasi

baik itu organisasi yang formal maupun organisasi yang tidak formal. Suatu organisasi tentu tidak

lepas dari perilaku, struktur, perubahan, dan budaya organisasi. Sebuah organisasi yang mempunyai

perilaku, struktur, perubahan, dan budaya organisasi yang baik, tentu akan menjadi sebuah

organisasi yang baik pula. Begitupun sebaliknya sebuah organisasi yang memiliki perilaku, struktur,

perubahan, dan budaya organisasi yang kurang baik, tentu akan menjadi organisasi yang baik pula.
Sebuah organisasi tentu harus mempunyai variable- variable organisasi seperti; perilaku,

struktur, perubahan, dan budaya oranisasi. Perilaku organisasi merupakan perilaku individu maupun

kelompok dalam organisasi. Struktur organisasi merupakan pola hubungan antara atasan dan bawan

atau pola hubungan koordinasi atupun komando antara pimpinan dan karyawan, atau denga kata

lain jabatan- jabatan, posisi- posisi individu dalam organisasi. Perubahan organisasi merupakan

sebuah strategi yang adaptif dari sebuah organisasi untuk mengikuti perkembangan zaman.

Sementara budaya organisasi merupakan serangkaian kebiasaan atau kecenderungan perilaku yang

mempunyai tata nilai yang dianut oleh sebuah kelompok atau sebuah organisasi.

Organisasi dan variable- variable oranisasi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena

variable- variable organisasi merupakan unsur- unsur pembentuk sebuah organisasi. Organisasi tidak

akkan terbentuk tanpa variable- variable organisasi. Terus bagaimana dengan hubungan keempat

variable- variable organisasi (periilaku, struktur, perubahan, dan budaya organisasi), apakah variable

tersebut juga merupakan empat hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan mengingat pentingnya

keempat variable tersebut yang harus ada dalam organisasi, maka dapat dikatakan bahwa keempat

variable tersebut juga tidak bisa dipisahkan. Organisasi yang baik tentu memiliki stuktur organisasi

yang baik. Struktur organisasi yang baik tentu akan menciptaka keteraturan yang kemudian

membentuk perilaku organisasi yang baik. Perilaku organisasi tentu dipengruhi oleh budaya

organisasi. Budaya organisasi yang baik tentu mennciptakan perilaku organisasi yang baikpula.

Kemudian untuk mengikuti perkembangan zaman tentu oranisasi harus melakukan perubahan. Jadi

hubungan keempat variable organisasi tersebut dalam hal ini perilaku, struktur, perubahan, dan

budaya organisasi adalah mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi dan saling melengkapi.

VII.          PENUTUP

Sebuah orannisasi yang baik tentu memiliki komponen- komponen atau variable- variable
organisasi. Adapun variable yang maksud adalah seperti perilaku, struktur, perubahan, dan budaya
organisasi. Keempat variable tersebut sangat berpengaruh terhadap peroses perjalanan, eksistensi,
efektivitas, dan efesiensi sebuah organisasi. Tanpa struktur yang jelas, organisasi tentu tidak
mempunyai garis komando atau garis koordinasi yang jelas. Begitupun dengan perilaku organisasi
yang terdiri dari perilaku individu dan kelompok dalam sebuah organisasi juga ikut berpengaru
terhadap peroses kerjasama antar pengurus untuk mencapai tujuan organisasi. Terus tidak kalah
pentingnya juga dengan budaya organisasi yang merupakan sistem nilai yang dianut pada sebuah
organisasi yang juga ikut berperan penting dalam mengatur pola tingka laku dalam menciptakan
kinerja organisasi yang baik. Kemudian perubahan organisasi yang merupakan bentuk kerbukaan
menerima perkembangan zaman, yang juga merupakan strategi inovasi untuk meningkatkan
organisasi.

VIII.       DAFTAR PUSTAKA

Davis, D. D. "Form, Function and Strategy in Boundaryless Organization," The Changing Nature of Work, San
Fransisco: Jossey Bass, 1995, hal. 112-138.
Kaeter, M. "The Age of the Specialized Generalist," Training, desember 1993, hal. 48-53.
Knight, K. "Matrix Organization: A Review," Journal of Management Studies, Mei 1976, hal. 111-130.
Mohrman, S. A. Designing Team-Based Organizations, San Fransisco: Jossey Bass, 1995, hal. 36-49.
Pennings, J. M. Research in Organizational Behavior, vol. 14, Greenwich, CT: JAI Press, 1992, hal. 267-309.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba Empat. Hal. 214-224
Torang, Syamsir. 2009. Metode Penelitian Organisasi. Makassar: Kretakupa Print
________ Perilaku Organisasi.http://id.wikipedia.org/wiki/
________ Struktur Organisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/

sian
PenKonsep Dasar Manajemen Keperawatan
Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

Makalah

Disusun Guna

Memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Manajemen Keperawatan I


Dosen Pengampu : Ns.Andriyani Mustika N,S.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok IV

1.      Siti Mursidah Ulfah SK.109.173

2.      Siti Mutmainah SK.109.174

3.      Suprapto AN SK.109.186

4.      Suryadi SK.109.187

5.      Ulya Alifa SK.109.199

6.      Umi Achsaniyatul F SK.109.200

7.      Wiwik Fitrianingsih SK.109.210

8.      Zahra Azzuhra SK.109.217

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KENDAL

2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun
makalah dengan judul ”Konsep Dasar Manajemen Keperawatan”. Dimana makalah ini sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas modul Manajemen Keperawatan I..

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak
menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri. Dengan
adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin
untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya :

1.      Hj. Kunsianah, S.Pd, M.Kes sebagai Ketua STIKES Kendal

2.      Ns. Andriyani Mustika N, S.Kep sebagai koordinator dosen pengampu Modul Manajemen
Keperawatan I

3.      Teman-teman kelompok IV

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, Amin.

Kendal, 14 Desember 2011

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu


fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan ini perlu
mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.

Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat , dan menjadi tenaga perawat yang professional.Pengembangan  dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling
berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan , ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam
proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang
dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh  masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.

Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin


meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis
dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat,
bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka
Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen
Keperawatan.

Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di


Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam
organisasi keperawatan itu sendiri.

Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-
jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita
untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar  dari Manajemen Keperawatan itu sendiri.

B.     TUJUAN PENULISAN

Makalah ini di buat Untuk mengetahui,memahami,dan menerapkan konsep

manajemen keperawatan dalam bidang kesehatan,khususnya bidang keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Pengertian manajemen
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui kerjasama dengan oranglain.(Harsey dan Blanchard)
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan
suatu kegiatan.(James A. O’Brien)

Manajemen adalah pelaksanaan bersama oranglain.(Harold Konte dan Cyril O’Donnel)

Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,


pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Henry L.Silk)

Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pemberian bimbingan.

Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan
Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.

2.      Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui


upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).

Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

  Fungsi – Fungsi Manajemen


Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a.       Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :

1.      Gambaran apa yang akan dicapai

2.      Persiapan pencapaian tujuan

3.      Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

4.      Persiapan tindakan – tindakan

5.      Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja

6.      Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

b.      Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan
apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.

c.       Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana
bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara
interval.

d.      Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai
sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

e.       Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang
seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum,
sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.

3.      Prinsip – Prinsip Manajemen Keperawatan

Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

a.       Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi


perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah
yang efektif dan terencana.

b.      Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik
dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c.       Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbergai tingkat manajerial.

d.      Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat
dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

e.       Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuan.

f.       Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.

g.      Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.

h.      Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan
mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.

i.        Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.

Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang


pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip
melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan

Prinsip – prinsip Organisasi menurut Fayol adalah:

a.       Division of work (pembagian pekerjaan)

Tugas/Pekerjaan dibagi secara rata pada masing-masing individu ataupun tim.

b.      Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

Masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan
yang telah diberikan kepadanya.
c.       Dicipline (disiplin)

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok dalam sistem manajemen.

d.      Unity of command (kesatuan komando)

Merupakan kesatuan perintah,satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab bersama.

e.       Unity of direction (kesatuan arah)

Merupakan tujuan yang sama.

f.       Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan
umum)

g.      Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

Penghasilan pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah dilakukan.

4.      KERANGKA KONSEP


-Manajemen partisipasif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan:
-Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya.
-Jika informasi yang bermanfaat dan layak pada individu akan membuat keputusan terbaik untuk
dirinya sendiri.
-Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai oleh kelompok.
-Setiap individu memiliki karakteristik dan motivasi, minat dan cara untuk mencapai tujuan
kelompok.
-Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam pencapaian tujuan.
-Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan.
-Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendelegasikan kewenangannya pada mereka
yang terbaik dalam organisasi.
-Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang profesional.
-Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok dan merupakan tujuan bersama untuk
menetapkan tujuan bersama
5.      Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing –
masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena
merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan
mekanisme umpan balik.

Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan
fasilitas.

Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen diperlukan keterampilan
teknik,keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan konseptual.

Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.

Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan
penampilan kerja perawat..

Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja
bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

6.      Komponen Sistem Manajemen Keperawatan

Komponen dari Manajemen Keperawatan:


1.Input
2.Proses
3.Output
4.Kontrol
5.Feed back mechanism

INPUT
☺ Informasi
☺ Personal
☺ Peralatan
☺ Fasilitas

PROSES

Kelompok manejemen [dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana] yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melaksanakan perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan.

OUTPUT
☺ Askep (Asuhan Keperawatan)
☺ Pengembangan staf sampai dengan riset

KONTROL
☺ Budget
☺ Prosedur
☺ Evaluasi Kinerja
☺ Akreditasi

FEED BACK MECHANISM


☺ Laporan Financial
☺ Audit Keperawatan
☺ Survey Kendali Mutu
☺ Kinerja
Prinsip yang mendasari mananejemen keperawatan.
1.Berlandaskan perencanaan
2.Penggunaan waktu yang efektif
3.Melibatkan pengambilan keputusan
4.Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien Ô kepuasan pasien sebagai tujuan
5.Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan

Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai
aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi
semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya
perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian
besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya
memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana
meliputi:

a.       Menetapkan penggunakan proses keperawatan

b.      Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

c.       Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat

d.      Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan

e.       Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui
partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.

Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:

a.    Manajemen operasional

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan manajerial, yaitu:

1.      Manajemen puncak

2.      Manajemen menengah

3.      Manajemen bawah

b.      Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada
beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil.
Faktor – faktor tersebut adalah

1.      Kemampuan menerapkan pengetahuan

2.      Ketrampilan kepemimpinan


3.      Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin

4.      Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

c.       Manajemen asuhan keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan


konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi.

7.      Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP

Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:

1.        Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.

2.        Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.

3.        Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi

4.        Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.

  Peran Manajer

Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang
mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu
organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan
meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik,
psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam
memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana
keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik –
baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tuga professional
sebagaimana dibahas sebelumnya (Nursalam, 2002).

Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja yaitu:
input, hubungan manajer dengan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan
yang cukup, diskriminasi, kepuasan kerja, penghargaan penampilan, klarifikasi kebijaksanaan,
prosedur, dan keuntungan, mendapatkan kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya manajer.
  Peran Kepala Ruangan

Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala ruangan
harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung
jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya
kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.

Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi


kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan
penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan
keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan
kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan
(Arwani, 2005).

  Fungsi Kepala Ruangan

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:

1.         Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan –
peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan.

2.         Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan


metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan
kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewengan dengan tepat.

3.         Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari
staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.

4.         Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi
untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.

5.         Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan
pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari –
sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia
dan lain – lain.

  Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994), adalah sebagai
berikut:

a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:

1.        Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.

2.        Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.

3.        Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan
sesuai kebutuhan pasien.

b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

1.         Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.

2.         Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan
dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).

3.         Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di
ruang rawat.

4.         Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan
perawatan sesuai standart.

5.         Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang
terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
6.         Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai
kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal.

7.         Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang
rawat.

8.         Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.

9.         Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

10.     Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah
sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.

11.     Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program.

12.     Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan,
injeksi dan non injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.

13.     Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan
menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung.

14.     Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan
berlangsung.

15.     Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas wewenangnya.

16.     Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan
berlangsung.

17.     Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan
kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan benar.

18.     Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala
bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit.

19.     Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya,
sehingga memberi ketenangan.

20.     Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan.

21.     Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.


22.     Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan
pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.

23.     Memelihara buku register dan bekas catatan medis.

24.     Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di
ruangan rawat.

c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:

1.      Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan
penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

2.      Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah)
mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat – obatan secara
efektif dan efisien.

3.      Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta
mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

  Perawat Pelaksana

Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai
perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai
perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau tidak langsung
(Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:

a. Comferter

Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut
Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan
keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan
emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam
memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
b. Protector dan Advocat

Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien
dalam pelayanan kesehatan.(Praptianingsi, 2006).

Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai
advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak – hak
klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak klien.

c. Communication

Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan
keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006).
Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara
sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan
perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan
perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur
asuhan keperawatan dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.

d. Rehabilitator

Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian
tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.

Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit,
kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas
rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu
berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit
kronis (Potter & Perry, 2005).

BAB III

PENUTUP

Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori menajemen umum yng


memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif.Empat elemen besar
dari teori manajemen adalah perencanaan,pengorganisasian,mengarahkan atau memimpin,dan
mengendalikan atau pengevaluasian seluruh aktivitas manajemen,kognitif,afektif,dan psikomotor
berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utsms yang bergerak secara simultan.

Kepercayaan utama dari manajemen keperawtan adalah bahwa fokusnya pada perilaku
manusia.Manajer perawat terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilsku manusia
mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional untuk mencapai tingkat
tertinggi dari produktifitas pada pelayanan perawatan pasien.

gorganisasian adalah keseluruhan


pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas, tugas, kewenangan dan tanggung
jawab sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kegiatan kesatuan yang
telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam
Juniati) Sedangkan Szilagji (dalam
Juniati) mengemukakan bahwa fungsi
pengorganisasian merupakan proses
mencapai tujuan dengan koordinasi
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola
struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja
dan komunikasi.
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian
meliputi :
1. Pola struktur yang berarti proses
hubungan interaksi yang dikembangkan
secara efektif
2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan
kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktur kerja organisasi termasuk
kelompok kegiatan yang sama, pola
hubungan antar kegiatan yang berbeda,
penempatan tenaga yang tepat dan
pembinaan cara komunikasi yang efektif
antar perawat.
Prinsip – Prinsip Pengorganisasian
1. PEMBAGIAN KERJA
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi
yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga
setiap orang memilik tugas tertentu.
Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu
mengetahui tentang :
- pendidikan dan pengalaman setiap staf
- peran dan fungsi perawat yang
diterapkan di RS tersebut
- mengetahui ruang lingkup tugas kepala
bidang keperawatan dan kedudukan dalam
organisasi
- mengetahui batas wewenang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
- mengetahui hal- hal-hal yang dapat
didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pengelompokkan dan pembagian kerja
1.jumlah tugas yang dibebankan seseorang
terbatas dan sesuai dengan kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki
perincian aktivitas yang jelas dan
tertulis
3. tiap staf memiliki perincian tugas
yang jelas
4. variasi tugas bagi seseorang
diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. mencegah terjadinya pengkotakkan antar
staf/kegiatan
6. penggolongan tugas berdsasarkan
kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui
kepada siapa dia harus melapor, minta
bantuan atau bertanya, dan siapa atasan
langsung serta dari siapa dia menerima
tugas

PENDELEGASIAN TUGAS
Pendelegasian adalah pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab kepada staf
untuk bertindak dalam batas-batas
tertentu.Dengan pendelegasian, seorang
pimpinan dapat mencapai tujuan dan
sasaran kelompok melalui usaha orang
lain, hal mana merupakan inti manajemen.
Selain itu dengan pendelegasian , seorang
pimpinan mempunyai waktu lebih banyak
untuk melakukan hal lain yang lebih
penting seperti perencanaan dan evaluasi.
Pendelegasian juga merupakan alat
pengembangan dan latihan manajemen yang
bermanfaat. Staf yang memiliki minat
terhadap tantangan yang lebih besar akan
menjadi lebih komit dan puas bila
diberikan kesempatan untuk memegang tugas
atau tantangan yang penting. Sebaliknya
kurangnya pendelegasian akan menghambat
inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan
pendelegasian adalah mengambangkan rasa
tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan
dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih
komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping
itu mamfaat pendelegasian untuk kepala
bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk
melakukan hal-hal lain seperti
perencanaan dan evaluasi, meningkatkan
kedewasaan dan rasa percaya diri,
memberikan pengaruh dan power baik intern
maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan
dan
sasaran keperawatan melalui usaha orang
lain.
Walaupun pendelegasian merupakan alat
manajemen yang efektif, banyak pimpinan
yang gagal mengerjakan pendelegasian ini.
Beberapa alasan yang menghambat dalam
melakukan pendelegasian :
- meyakini pendapat yang salah “Jika kamu
ingin hal itu dilaksanakan dengan tepat,
kerjakanlah sendiri”.
- kurang percaya diri
- takut dianggap malas
- takut persaingan
- takut kehilangan kendali
- merasa tidak pasti tentang apa dan
kapan melakukan pendelegasian, mempunyai
definisi     kerja yang tidak jelas
- takut tidak disukai oleh staf, dianggap
melemparkan tugas
- menolak untuk mengambil resiko
tergantung pada orang lain
- kurang kontrol yang memberikan
peringatan dini adanya masalah,
sehubungan dengan tugas yang
didelegasikan
- kurang contoh dari pimpinan lain dalam
hal mendelegasikan
- kurang keyakinan dan dan kepercayaan
terhadap staf, merasa staf kurang
memiliki ketrampilan atau pengetahuan
untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah
yang terpenting adalah apa tugas dan
seberapa besar wewenang yang harus dan
dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin,
delegasi wewenang dapat diberikan lebih
besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang
didelegasikan jangan terlalu ringan atau
terlalu berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan
Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan
mendelegasikan tanggung jawab untuk
perencanaan strategik atau mengevaluasi
dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga
menyarankan agar mendelegasikan tugas
yang utuh dari pada mendelegasikan
sebagian aspek dari suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan
pendelegasian yang efektif :
- jangan membaurkan dengan pelemparan
tugas. Oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang anda sendiri
tidak mau melakukannya.
- jangan takut salah
- jangan mendelegasikan tugas pada
seseorang yang kurang memiliki
ketrampilan atau pengetahuan untuk sukses
- kembangkan tingkat keterampilan dan
pengetahuan staf, sehingga mereka dapat
melakukan tugas yang didelegasikan
- perlihatkan rasa percaya atas kemampuan
staf untuk berhasil
- antisipasi kesalahan yang dapat terjadi
dan ambil langkah pemecahan masalahnya
- hindari kritik bila terjadi kesalahan
- berikan penjelasan yang jelas tentang
tanggung jawab, wewenang, tanggung gugat
dan dukungan yang tersedia
- berikan pengakuan dan penghargaan atas
tugas yang telah terlaksana dengan baik
 Pengorganisasian Kegiatan Keperawatan Di
Ruang Rawat
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk
mengorganisasi kegiatan asuhan
keperawatan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan pengorganisasian,
pelayanan keperawatan di ruangan meliputi
:

1. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri
dari struktur bentuk dan bagan.Berbagai
struktur, bentuk dan bagan dapat
digunakan tergantung pada besarnya
organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Ruang rawat sebagi wadah dan pusat
kegiatan pelayanan keperawatan perlu
memiliki struktur organisasi tetapi ruang
rawat tidak termasuk dalam struktur
organisasi raumah sakit bila dilihat dari
surat keputusan menteri Kesehatan no. 134
dan 135 tahun 1978. oleh karena itu
direktur rumah sakit perlu menerbitkan
surat keputusan yang ngatur struktur
organisasi
ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur
tersebut dibuat struktur organisasi ruang
rawat untuk menggambarkan pola hubungan
antar bagian atau staf atasan baik
vertikal maupun horizontal. Dapat juga
dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan
tanggung jawab serta tanggung
gugat.Bentuk organisasi dapat pula
disesuaikan dengan pengelompokkan
kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.

2. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian
tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai
tujuan.Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai
dengan spesifikasi
tertentu.Pengorganisasian kegiatan
dilakukan untuk memudahkan pembagian
tugas pada perawat sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan dimiliki
peserta sesuai dengan kebutuhan klien
pengorganisasian tugas perawat ini
disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena
ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan klien dalam melakukan
aktifitas untuk dirinya dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Setiap kegiatan keperawatan diarahkan
kepada pencapaian tujuan dan merupakan
tugas menejer keperawatan untuk selalu
mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan
melalui interaksi, komunikasi, integrasi
pekerjaan diantara staf keperawatan yang
terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut
meneger keperawatan dalam hal ini kepala
ruangan bertanggung jawab mengorganisir
tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan
pelayanan keperawatan yang akan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga
kepala ruangan perlu mengkatagorikan
klien yang ada diunit kerjanya. Menurut
Kron (1987) kategori klien didasarkan
atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau
intensif. Usia misalnya anak, dewasa,
usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan
yang dialami klien misalnya perawatan
bedah/ortopedi, kulit.Terapi yang
dilakukan, misalnya rehabilitas,
kemoterapi.Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas
kombinasi kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung
jawab menetapkan metode penyusunan
keperwatan apa yang tepat digunakan di
unit kerjanya untuk mencapai tujuan
sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang
ada di ruangan serta jumlah klien yang
menjadi tanggung jawabnya.

Anda mungkin juga menyukai